Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 3 No. 1 Tahun 1988 >  KARUNIA-KARUNIA ROH DALAM JEMAAT > 
KEESAAN DAN KEBERBAGAIAN DALAM JEMAAT (I KOR. 12:12-31) 

Kesatuan Kristen adalah salah satu mujizat terbesar yang Allah buat dalam dunia ini setiap hari! Tidak peduli dari latar belakang agama (Yahudi dan non-Yahudi) dan sosial (merdeka dan budak) macam apa pun kita berasal, kita adalah satu. Satu tubuh dikarenakan satu Tuhan dan satu Roh. Keesaan gereja yang bersumber pada ke-Esa-an Allah ini lebih jelas dibeberkan dalam Efesus 4:4-6. Satu Tuhan, satu Roh dan satu Bapa, sumber dari kesatuan penghayatan Kristen kita; satu panggilan, satu iman, satu baptisan dan satu pengharapan. Kesatuan itu dihayati Kristen melalui dua pengalaman yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Baptisan Roh karena itu, bukan pengalaman kedua seperti yang diajarkan Gerakan Karismatik, tetapi pengalaman dasar kekristenan kita. Itulah baptisan Roh yang menjadikan seseorang bagian dari Tubuh Kristus. Di Efesus karya Roh Kudus ini dijelaskan dengan dua aspek yaitu: meterai Roh dan jaminan Roh. Bagaimana pun kita mengartikan keduanya, jelas keduanya berhubungan dengan peristiwa keselamatan kita di dalam Kristus.

Kalau diperhatikan baik-baik bagian ini ditandai oleh silih ganti permainan kata antara satu dan banyak. Keduanya harus dihayati selaras, bila tidak akan timbul bahaya. Pertama "inferioritas" rohani menyebabkan seseorang memisahkan diri dari tubuh Kristus karena menjadikan keadaan rohani orang lain menjadi ukuran bagi dirinya. Kedua, "superioritas" rohani menyebabkan sementara pihak menjadikan dirinya ukuran bagi pengalaman dan keadaan rohani orang lain dan meremehkan mereka. Keduanya tidak benar. Keduanya akan menghancurkan kesatuan Kristen kita. Dalam kasus pertama (15-20) terjadi kecenderungan untuk merubah kesatuan menjadi keseragaman. Akibatnya, hilanglah fungsi keseluruhan tubuh Kristus. Dalam kasus kedua terjadi kecenderungan perpecahan. Dalam tubuh kita ketahui bahwa organ yang bertumbuh melampaui batas menjadi tumor atau daging lebih yang merusak dan mengancam kehidupan kebersamaan.

Dari pembicaraan tentang karunia-karunia, Paulus pindah ke soal jabatan-jabatan. Rasul ialah saksi mate kebangkitan Kristus, penerima wahyu. Nabi ialah mulut Allah, penerima wahyu. Keduanya merupakan jabatan yang disebut Paulus sebagai "fondasi" gereja (Efs. 2:20). Dalam arti lebih luas, rasul dapat diartikan sebagai perintis dalam pekerjaan misi dan nabi ialah penyampai kata-kata yang "membangun, menasihati dan menghibur" (1 Kor 14:3). Pengajar dalam Efesus 4:11, dikaitkan dengan gembala-gembala. Dalam terang Matius 28:18-20 seharusnya penginjilan, penggembalaan, dan pengajaran dilihat dalam satu garis sinambung. Ada pula mereka yang dikaruniai jabatan melayani, yaitu mengurus soal-soal praktis dalam pelayanan. Pekerjaan Tuhan dapat berjalan dengan baik bila diatur oleh orang yang memimpin.

Dari pembahasan sejauh ini jelaslah bahwa karunia-karunia yang kita terima dari Allah berbeda pada masing-masing individu. Keberbagaian itu terpulang pada kedaulatan Allah dan pada kekhususan masing-masing kita dalam rencana-Nya. Dua hal ini menyebabkan tubuh Kristus dapat berfungsi penuh. Tanpa adanya perbedaan karunia dan fungsi pelayanan, tidak mungkin terjadi keesaan yang harmonis, kreatif, indah, dan kaya.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.20 detik
dipersembahkan oleh YLSA