Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 11 No. 2 Tahun 1996 >  INJIL DAN KONTEKSTUALISASI > 
PERUMUSAN KONTEKSTUALISASI YANG UTUH 

Menurut ahli-ahli sosiologi dan antropologi, kehidupan manusia diwarnai oleh kebudayaan-kebudayaan yang kompleks dan utuh. Salah satu prinsip dalam misiologi yaitu sebuah model kontekstualisasi sedapat-dapatnya harus memperhatikan seluruh aspek kebudayaan suku bangsa yang mau diinjili. Maka pertama-tama kita perlu meneliti sejauh mungkin keadaan budaya tersebut Model-model kontekstualisasi boleh saja diimpor dari luar negeri asal dapat memenuhi syarat-syarat lokal yang penting. Umpamanya, sebuah model kontekstualisasi harus sesuai dengan aspek-aspek kebudayaan seperti politik, pendidikan, ekonomi, organisasi sosial, dan sebagainya. Model INTAN adalah salah satu contoh model kontekstualisasi yang bersifat pribumi dan utuh.

Model INTAN diciptakan melalui sebuah proses pelayanan di Jawa Barat yang berlangsung kurang lebih 10 tahun. Dalam proses ini Yayasan Persekutuan Untuk Pekabaran Injil mengambil peranan penting dalam hal mensponsori pelayanan yang beragam. Justru dalam proses tersebut, kami yang berjuang saling mendorong dan melengkapi pikiran satu sama lain. Pengalaman gereja di Jawa dipelajari dan diperbaurkan untuk mengambil manfaatnya. Akhirnya, muncul suatu filsafat pelayanan yang utuh dan matang. Pada tahun 1980, model INTAN ini telah terbentuk. Model ini bukan sebuah impor dari negeri atau pelayanan orang lain. Model ini lahir di lapangan di mana orang-orang pribumi memberi masukan-masukan yang pokok. Maka dari itu, kami percaya bahwa model INTAN adalah sebuah model kontekstual di Indonesia.

Model INTAN dapat dirumuskan dalam gambaran sebuah intan sebagaimana dilukiskan di atas. Setiap permukaan (faset) dari intan itu menggambarkan sebuah aspek dari kebudayaan. Dalam model kontekstualisasi yang utuh, semua aspek kebudayaan harus diperhatikan. Contoh aspek-aspek tersebut sebagai berikut: politik, sosial, pendidikan, hukum, ekonomi, kepemimpinan keadilan, agama, komunikasi, adat, bahasa, nilai-nilai, dasar, kependudukan, pemukiman, mata pencarian tanah, dan pembangunan.

Di samping daftar di atas ada juga ciri-ciri lingkungan yang lain yang perlu diperhatikan. Mungkin tidak ada sebuah model kontekstualisasi yang sempurna, tapi sedapat-dapatnya kita harus mengingat akan lebih dari masalah agama saja. Model INTAN memberi peluang kepada para pengerja Injil untuk menyadurkan pendekatan-pendekatan Pemberitaan Injil. yang matang dan cara penggembalaan yang menaruh perhatian kepada masalah-masalah rakyat.

Model INTAN ini berdasarkan intisari Injil yang alkitabiah. Oleh karena intisari itu berada di tempat yang sentral, pola-pola dan daerah pelayanan tidak menggoncangkan Injil itu. Sebaliknya, Injil memberi dampak yang pokok pada setiap pola pelayanan. Model ini bertolak dari prinsip bahwa Yesus Kristus adalah alfa dan omega dari segala sesuatu yang ada dalam kebudayaan dan kehidupan seorang anak Tuhan. Model INTAN mulai dengan Yesus dan terbentuk sedemikian rupa sehingga Yesus menjadi intinya. Ia yang harus unggul dalam segalanya.

Seorang petobat tidak boleh diasingkan dari lingkungannya tapi orientasinya terhadap Yesus harus jelas. Kita berharap bahwa setiap petobat menjadi garam dan terang dalam lingkungannya sendiri. Untuk mencapai tujuan itu, hubungannya dengan Yesus perlu jelas. Yesus tetap sentral dalam setiap pola pelayanan. Tidak mungkin seorang petobat boleh mengikuti dua agama atau seolah-olah tidak mengikuti agama mana pun. Kurang bagus juga jika ia tidak dikenal sebagai seorang pengikut Yesus Kristus, seorang Kristen. Bertobat berarti memutar haluan hidup. Menjadi pengikut Kristus berarti berubah hidup 180 derajat. Kita meninggalkan hidup lama menuju hidup baru. Bukankah Tuhan Yesus menyuruh kita menyangkal dirinya? (Matius 16,24)

Model-model kontekstualisasi seperti model INTAN berfungsi untuk mengintegrasikan petobat-petobat di dalam lingkungannya. Hal itu berarti bahwa posisi petobat-petobat itu harus jelas dalam pelbagai bidang. Jika agamanya tidak jelas, ia dapat dianggap pengikut bidat, aliran agama sesat. Jikalau demikian, bukan saja pemimpin-pemimpin agama lokal yang memberi perhatian, pemerintah pun dapat turun tangan untuk memperbaiki keadaan itu. Seorang yang dikenal sebagai seorang Kristen mempunyai hak menganut agama yang ia pilih. Orang itu akan dibela oleh gereja dan instansi-instansi pemerintah yang bersangkutan. Hal itu tidak berarti bahwa tidak akan terjadi gangguan untuk orang-orang Kristen. Tetapi, jika ada gangguan, posisinya jelas, tidak kabur.

Kita tidak mengajak petobat-petobat agar pindah dari kampung dan lingkungannya. Jika mereka bisa bertahan, lebih baik mereka tinggal tetap di kampung di mana mereka dikenal. Biasanya, mereka mengalami bermacam-macam penganiayaan sebab orang tahu bahwa mereka mempunyai keyakinan lain. Jika posisi mereka tidak jelas, mungkin mereka tidak akan mengalami reaksi dari rakyat. Tetapi, juga tidak ada kesaksian yang jelas. Menurut pengalaman yang saya amati, petobat-petobat yang bertahan dengan sikap yang dibentuk Roh Tuhan, sering sempat berkembang di tempatnya.

Dengan mempergunakan pendekatan ini kita dapat menolong petobat-petobat baru untuk mengintegrasikan aspek-aspek hidupnya seperti ibadah, pekerjaan, dan kesaksian hidup. Maka semua aspek kehidupan mereka terkaji guna menyesuaikan aspek-aspek itu dengan Injil. Jikalau ditinjau dari segi teoritis, hidup kita dipandang secara utuh. Tidak ada yang dihilangkan. Soal agama adalah salah satu aspek yang sangat penting namun agama tidak dapat dianggap terpisah dari aspek-aspek lain.

Melalui sebuah model kontekstual seorang Kristen dibantu menilai kembali segala aspek kehidupannya menurut cermin firman Tuhan. Ketika ia percaya, pandangan hidupnya mulai berubah dan terus berubah. Pendapat seorang Kristen tentang hal-hal seperti nilai-nilai dasar, politik, dan keadilan jelas berbeda dari orang-orang lain. Contohnya dapat kita lihat dalam bidang pendidikan, pelayanan sosial, dan kehidupan moral. Meskipun orang-orang Kristen belum sempurna, tidak dapat disangkal bahwa dunia ini menjadi lain karena pelayanan Kristen di bidang sekolah, medis, dan pelayanan sosial seperti rumah sakit, rumah anak yatim piatu, pelayanan untuk orang miskin, dan sebagainya.



TIP #05: Coba klik dua kali sembarang kata untuk melakukan pencarian instan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA