Resource > Jurnal Pelita Zaman >  Volume 7 No. 1 Tahun 1992 > 
YESUS ANAK ALLAH 
Penulis: Yongky Karman232

Pribadi Yesus, yang begitu sentral di dalam Perjanjian Baru, ternyata juga cukup mendapat tempat yang penting di dalam Qur'an. Hal ini tampak dari cukup seringnya tokoh ini disebut, yang kadang disertai dengan gelar-gelar keagamaan yang terhormat.229 Yesus disebut Isa dan biasanya ditambah dengan sebutan bin Maryam(putera Maryam), Al Masih (Sang Mesias), Kalimatu'llah (Firman Allah), Rohu'llah (Roh Allah). Selain itu Ia juga bergelar nabi dan rasul, artinya Ia menerima wahyu dari Allah dan kemudian wajib memberitakannya kepada orang lain. Di kalangan Muslim sendiri berlaku pemakaian nama Mesias dengan diawali gelar al-Sayyid (gusti), sebagai tanda penghormatan. Sedangkan gelar al-Sayyid sendiri khusus dipakai untuk Nabi Muhammad dan keturunannya, serta juga untuk beberapa orang besar lainnya.230 Dan penghormatan yang diberikan kepada Yesus ini sebenarnya secara tidak langsung telah terbangun jembatan dialog agama antara umat Nasrani dan umat Islam.

Tetapi jembatan dialog ini nyatanya tidak dengan otomatis terbentuk. Masih ada perbedaan-perbedaan mendasar yang sulit didamaikan, diantaranya adalah tentang gelar Anak Allah dari Yesus. Dalam teologia Islam Allah tidak pernah mempunyai anak atau diperanakkan. Surat yang paling sering dikutip untuk mendasari teologia ini adalah Al Ikhlas 112.231

Dialah Allah yang Maha Esa; Allah yang dituju; Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan; dan tidak ada satu pun yang menyerupaiNya.

 KEBERATAN

Paling tidak ada lima macam keberatan yang biasanya diajukan berkenaan dengan gelar Yesus sebagai Anak Allah.233 Pertama, pengakuan Yesus sebagai Anak Allah merupakan hujat. Mengakui Allah mempunyai anak merupakan pengingkaran kebenaran yang betul-betul mengejutkan dan membuat Allah murka.234 Kedua, pengakuan Yesus sebagai Anak Allah berarti menyatukan bagian dari ciptaan dengan Sang Pencipta. Dalam teologia Islam, ciptaan dalam bentuk apa pun tidak pernah bisa bergabung dengan Sang Pencipta. Mustahil seorang hamba menjadi tuan dan yang tercipta menjadi Pencipta. Dari kedua kodrat yang berbeda mustahil secara fisik maupun mental ada hubungan di antaranya.235

Ketiga, seorang anak hanya bisa lahir dari pria dan wanita. Ayah dan ibu itu harus memiliki kodrat yang homogen. Bila Allah memiliki isteri, ia harusnya homogen dengan Allah. Sedangkan Allah tidak memiliki homogenitas dengan siapa pun juga, sehingga mustahil Ia akan beristeri.236 Keempat, Isa dapat memakan makanan seperti lazimnya manusia. Menurut pemikiran Islam, Allah tidak memakan makanan seperti manusia. Sedangkan Yesus makan, maka mustahil Ia itu Anak Allah.237

Kelima, yang tercipta tidak bisa menguntungkan atau merugikan. Orang-orang Yahudi terus-menerus menentang Isa dan berusaha mencelakakanNya, tetapi Ia tidak bisa membalas mencelakakan mereka. Para sahabat dan pengikutNya mengasihiNya, tetapi Ia tidak bila memberi mereka kebaikan atau keuntungan duniawi. Ia tampak tidak berdaya. Bila seseorang tidak berdaya membalas musuh-musuhnya dan memberikan berkat-berkat material, apa pantas ia diterima sebagai Allah?238 Betul bahwa Isa memiliki hak-hak dan kemampuan-kemampuan istimewa, tetapi itu semua diberikan Allah. Ia sendiri tidak memiliki di dalam diriNya sendiri.

Dari lima macam keberatan di atas bisa disimpulkan bahwa gelar Anak Allah untuk Yesus dimengerti murni secara fisik, material, biologis. Anak selalu dikaitkan dengan kelahiran secara biologis, di dalamnya terlibat semacam proses biologis yang biasa. Pengertian "anak" seperti ini jelas menutup diri dari pengertian "anak" yang lain seperti yang terdapat dalam ungkapan-ungkapan: anak kunci, anak zaman, dan sebagainya.

Selain itu gelar Anak Allah selalu dikaitkan dengan upaya untuk menyekutukan Allah dengan sesuatu di luar diriNya. Memang aspek ketuhanan yang paling ditekankan dalam teologia Islam adalah keesaan Allah, sehingga teologia Islam disebut juga ilmu Tauhid (ilmu pengesaan).239 Bagi Nabi Muhammad unsur pokok kepercayaan yang murni ialah percaya kepada keesaan Tuhan yang mutlak. Kepercayaan murni seperti itu membutuhkan kesetiaan total yang tak terbagi-bagi kepada Allah (ikhlas). Lawannya yaitu menempatkan sekutu pada Allah dan memuja sembarang ciptaan (syirk).240 Dosa syirk adalah satu-satunya dosa yang tidak dapat diampuni.241

 KONTEKS KEBERATAN

Ada surat-surat di dalam Qur'an yang menyangkal bahwa Allah menghasilkan keturunan dengan cara manusiawi dan mempunyai sekutu. Maksudnya jelas yaitu untuk menekankan keesaan Allah yang mutlak dan tak terjembataninya jurang perbedaan antara Allah dan manusia. Konteks surat-surat ini adalah hebatnya pengaruh politeisme dan kekafiran di Arab pada waktu itu.242 Nabi menyerang politeisme di Mekka.243 Secara konsisten dewa-dewa kafir ditolak di seluruh Qur'an. Menurut dugaan, Surat Al-Ikhlas aslinya ditujukan untuk menentang kepercayaan terhadap Tiga Dewi Mekkawi sebagai puteri Allah.244

Lalu mengapa di dalam surat-surat itu nama Isa juga disebut, seolah-olah ajaran Kristen juga sedang dipersoalkan? Nabi Muhammad pada waktu itu menghadapi campuran gnostik dan unsur-unsur bidat Kristen yang lahir di jazirat Arab pada abad ke7, yakni ada tiga tuhan yang terdiri dari Allah - Isa - Maryam.245 Adanya kepercayaan triteisme ini bila ditelusuri kembali ke masa menjelang lahirnya Islam. Pada masa pra Islam agama Kristen yang tersebar di jazirat Arab sudah tidak murni lagi, di antaranya ada golongan yang menyembah Maryam.246 Bisa disimpulkan bahwa rupanya Nabi Muhammad tidak mendapatkan pengetahuan langsung tentang ajaran-ajaran Kristen yang murni dan representatif. Yang diketahuinya adalah dari golongan-golongan Kristen yang teologianya tidak jelas.247 Dengan demikian tidak terdapat indikasi bahwa surat-surat yang mempersoalkan Allah mempunyai anak dimaksudkan untuk melawan ajaran Kristen konservatif tentang Allah Tritunggal dan Yesus sebagai Anak Allah.

 QUR'AN DAN YESUS SEBAGAI ANAK

Ada tiga bagian Qur'an yang langsung membantah bahwa Allah menjadikan Yesus sebagai AnakNya.248 Sedangkan bagian-bagian lainnya mempertahankan Allah yang tidak mempunyai keturunan dalam kaitannya yang jelas dengan kekafiran pada waktu itu. Yang pertama adalah Surat Maryam 34-35:

Itulah Isa anak Maryam dan itulah kata kebenaran yang mereka ragu-ragu tentang (kebenaran)nya Bukan Allah mengambil (mempunyai) anak, Dia Mahasuci. Apabila Dia hendak mengadakan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: Jadilah engkau! Maka jadilah ia.

Ayat-ayat ini merupakan deklarasi bahwa kelahiran Yesus dikarenakan ketetapan ilahi, bukan dikarenakan hasil hubungan biologis dan juga bukan karena Allah mengangkat anak pada suatu waktu tertentu.

Yang kedua adalah Surat An-Nisa 171:

Sesungguhnya Al-Masih, Isa anak Maryam hanya rasul Allah... Sesungguhnya Allah hanya Tuhan yang Esa. Mahasuci Dia bahwa ada bagiNya seorang anak.

Yesus sebagai Mesias tidak ditambahkan kepada Allah sebagai seorang Anak, Ia tetap Mesias dan bukan Anak Allah.

Yang ketiga adalah Surat At-Taubah 30-31:

Orang-orang Yahudi berkata: Uzair anak Allah. Orang Nasrani berkata pula: Al-Madih anak Allah. Demikianlah perkataan mereka dengan mulutnya, menyerupai perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah mengutuki mereka. Bagaimanakah mereka berpaling (daripada kebenaran)? Mereka mengangkat pendeta-pendeta dan alim ulamanya menjadi Tuhan, selain daripada Allah, begitu juga Al-Masih anak Maryam; sedang mereka tiada disuruh, melainkan supaya menyembah Tuhan yang Esa, tiada Tuhan kecuali Dia. Mahasuci Tuhan daripada apa yang mereka persekutukan itu.

Uzair adalah Ezra di dalam Alkitab. Di sini ia digolongkan dengan Mesias, alim ulama, pendeta, dan yang sedang dipersoalkan adalah pemujaan terhadap orang-orang saleh.

Dari ketiga bagian Quran ini tampak bahwa pengertian "anak" yang ditentang adalah anak Allah yang lahir melalui proses biologis atau anak Allah sebagai bagian dari triteisme atau anak Allah sebagai hasil proses pengilahian manusia. Pengertian-pengertian ini sendiri sebenarnya tidak sesuai dengan ajaran Kristen yang Alkitabiah seperti yang dianut oleh Gereja selama berabad-abad. Maka tiba saatnya kita akan meninjau konsepsi Anak Allah dari Alkitab, khususnya Kitab Injil.

 YESUS ANAK ALLAH DI DALAM KITAB INJIL

Gelar Anak Allah yang dikenakan kepada Yesus di dalam Kitab Injil tidak pernah sekali pun dipahami secara biologis, melainkan secara teologis. Gelar itu dipahami dalam konteks adanya hubungan yang unik antara Yesus dan Allah Bapa. Hubungan yang unik ini terlihat dari pemakaian gelar "Anak Tunggal", yang berarti "seorang saja dari jenisnya".249 Yesus adalah Anak bukan melalui proses pembenaran dan pengangkatan (seperti halnya sebutan bagi orang-orang Kristen), melainkan karena Ia pada dasarnya berstatus Anak.250 Yesus sebagai Anak Allah dan orang-orang Kristen sebagai anak-anak Allah sama sekali berbeda secara ontologis, sehingga Ia bisa berkata, "BapaKu dan Bapamu" (Yoh 20:17).

Keunikan Yesus sebagai Anak Allah terlihat dalam beberapa aspek hubunganNya dengan Bapa.251 Ia diutus oleh Bapa (Yoh 3:34; 5:36,38; 7:29; 11:42). Kasih Bapa kepada Anak membuat Bapa menunjukkan kepada Anak segala sesuatu yang dikerjakan Bapa (Yoh 5:20), membuat Bapa menyerahkan segala sesuatu kepada Anak (Yoh 3:35), membuat Anak menyerahkan nyawaNya dengan sukarela (Yoh 10:17), dan menjadi model kasih Bapa atas mereka yang percaya kepada Anak (Yoh 17:23). Ketergantungan Anak pada kehendak dan kuasa Bapa tidak menunjukkan inferioritas Anak terhadap Bapa, melainkan memperlihatkan adanya kesatuan tujuan antara Bapa dan Anak (Yoh 5:19,30). Anak merupakan penyataan Bapa yang eksklusif. Hanya Anak telah melihat Bapa (Yoh 6:46), sehingga hanya melaluiNya orang bisa mengenal Bapa (Yoh 8:19; 14:8-9). Ada pengertian yang sempurna terhadap satu sama lain (Yoh 10:15). Maka, Anak hanya mengatakan perkataan Bapa (Yoh 15:15; 12:49,dst.; 14:24). Bapa menyerahkan segala sesuatu kepada Anak (Yoh 13:3; 16:15), sehingga Anak berkuasa bersama-sama dengan Bapa menghakimi (Yoh 8:16).

Hubungan yang unik antara Bapa dan Anak ini sedikit pun tidak mengisyaratkan adanya hubungan biologis, melainkan Anak sebagai kesempurnaan Bapa. C.R. Marsh, seorang misionaris di Algeria dan Republik Chad, menjelaskan keistimewaan hubungan ini.

Siapa yang paling dikasihi seseorang, temannya atau anaknya? Anaknya. Untuk membedakan Dia dari lainnya Allah menyebut Anak Allah sebagai citra Bapa yang paling sempurna. Seorang anak boleh mewakili bapanya, berbicara mewakili bapanya. Itulah yang dilakukan Yesus ketika Ia ada di dunia dalam inkarnasiNya.252

Hubungan yang unik ini tidak hanya berhenti pada hubungan itu sendiri, melainkan berlanjut pada peran Yesus yang utama di dalam dunia yakni sebagai Mesias. Yesus sebagai Anak Allah tidak bisa dipisahkan dari identitasNya sebagai Mesias (Yoh 20:31). Bahkan di dalam Injil Sinoptik bagian-bagian yang menyinggung "Anak Allah" langsung berhubungan dengan Yesus sebagai Mesias.253 Ada tiga bagian yang penting berkenaan dengan kemesiasan Yesus: (1) pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi (Mat 16:16), (2) pengiyaan Yesus atas pertanyaan Kayafas (Mat 26:63-64), dan (3) pengakuan iblis atas pribadi Yesus (Luk 4:41).

Dari gelar Anak Allah seperti yang dimaksud di dalam Kitab Injil terlihatlah bahwa Yesus berbeda sama sekali dari manusia lainnya, justru karena Ia Anak Allah yang datang dari Allah dan diriNya sendiri adalah Allah.254 Memang keilahianNya tidak begitu saja terungkap. Pada mulanya segi-segi manusiawiNya yang terungkap, lalu sedikit demi sedikit terungkaplah rahasia identitas pribadi Yesus sebagaimana menjadi teramat jelas dalam terang kebangkitanNya (Rm 1:4).255

Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk menangkap keilahian Yesus. Dari cara kelahiranNya terlihat bahwa Ia lahir bukan atas intervensi manusia, melainkan atas kuasa (qudrat) Allah. Hal ini sudah jelas dari nama yang dipakaiNya Isa bin Maryam. Dialah satu-satunya di dalam Qur'an yang menyandang nama ibu dan bukan nama bapa.256 Dengan demikian jelaslah bahwa paham tentang keilahian Yesus tidak berkembang di dalam Qur'an karena alasan-alasan keesaan Tuhan yang mutlak dan syirk.

Namun demikian bagi Perjanjian Baru keilahian Yesus merupakan fakta sebagaimana Ia adanya (ontologis) dan bukan karena suatu proses pengilahian (fungsional).257 Kristologi Alkitabiah tidak menerima Anak Allah secara fungsional. Yesus adalah Allah sejak kekal dalam mala pra-Inkarnasi. Ketika Ia menjadi manusia, Ia tetap Allah, hanya saja sudah membatasi diri di dalam waktu dan ruang. Hal ini nyata dalam pengungkapan keilahianNya secara progresif sesuai dengan rencana Bapa atas eksistensiNya di dalam dunia.

 KESIMPULAN

Qur'an dan Alkitab sama-sama menolak konsepsi Anak Allah secara biologis dan duniawi. Keduanya juga menolak pengilahian Yesus secara fungsional. Triteisme sendiri jelas tidak mendapat tempat, karena keduanya amat menjunjung tinggi monoteisme. Sekalipun demikian gelar Anak Allah dengan mudah diterima dalam monoteisme Kristen yang unik, yakni di dalam dogma Allah Tritunggal, sedangkan di dalam Qur'an gelar itu menjadi sebuah batu sandungan. Kesulitan ini dikarenakan Yesus yang dikenal di dalam Qur'an lebih dekat dengan Yesus sebagaimana yang terdapat di dalam kitab-kitab Apokrifa Perjanjian Baru, yang tentu saja berbeda sekali dengan kesaksian Perjanjian Baru.258 Perlu diketahui bahwa ini tidak berarti umat Kristen sendiri dengan mudah menerima Yesus sebagai Anak Allah. Sesungguhnya tidak mudah membayangkan Yesus sebagai Allah dan manusia yang sempurna sekaligus. Tetapi kaum beriman yang ortodoks mengamini Yesus sebagai Anak Allah, karena iman mereka pertama-tama bukan diletakkan pada penangkapan akal budi saja, melainkan pada wahyu Alkitab. Mereka yakin bahwa akal budi mereka terbatas, sedangkan Allah tidak terbatas. Hanya dalam batas-batas tertentu saja realitas ilahi bisa ditangkap, selebihnya tetap merupakan misteri yang mendorong mereka untuk menyembah Tuhan dan bukan untuk meragu-ragukanNya. Oleh karena itu sewaktu memulai suatu perenungan tentang pribadi Yesus, lebih bijaksana kita lebih dulu mengakui dengan sejujur-jujurnya bahwa Allah melampaui kemampuan daya tangkap akal budi kita. Lalu kiranya atas kemurahan Allah mata batin kita diterangi, sehingga kita semakin mengenal Yesus sebagaimana Dia adanya.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.03 detik
dipersembahkan oleh YLSA