TB NETBible YUN-IBR Ref. Silang Nama Gambar Himne

  Boks Temuan

Yeremia 4:19-22

Konteks
4:19 Aduh, dadaku, dadaku! b  Aku menggeliat sakit 1 ! c  Aduh, dinding jantungku! Jantungku berdebar-debar, d  aku tidak dapat berdiam diri, e  sebab aku mendengar bunyi sangkakala, f  pekik g  perang. 4:20 Kehancuran demi kehancuran h  dikabarkan, seluruh negeri dirusakkan; i  kemahku j  dirusakkan dengan tiba-tiba, tendaku dalam sekejap mata. 4:21 Berapa lama lagi aku melihat panji-panji k  itu, dan mendengar bunyi sangkakala l  itu? 4:22 "Sungguh, bodohlah m  umat-Ku itu, mereka tidak mengenal Aku! n  Mereka adalah anak-anak tolol, dan tidak mempunyai pengertian! o  Mereka pintar untuk berbuat jahat, p  tetapi untuk berbuat baik q  mereka tidak tahu."

Yeremia 9:1

Konteks
9:1 Sekiranya kepalaku penuh air, dan mataku jadi pancuran air mata 2 , j  maka siang malam aku akan menangisi k  orang-orang puteri bangsaku l  yang terbunuh!
Seret untuk mengatur ukuranSeret untuk mengatur ukuran

[4:19]  1 Full Life : AKU MENGGELIAT SAKIT.

Nas : Yer 4:19-22

Yeremia mengalami kepedihan hati Allah karena Yehuda dan mengungkapkan rasa sakit dan sedih yang dirasakan Tuhan atas kehancuran yang akan datang. Demikian pula, orang percaya harus merasa sedih ketika memikirkan orang-orang yang ditawan dan dibinasakan oleh dosa dan Iblis. Masa depan mengerikan dari orang yang terhilang seharusnya membuat kita meratap sebagaimana dilakukan Yesus ketika mengungkapkan kesedihan-Nya yang mendalam atas keadaan rohani Yerusalem yang tidak tertolong lagi (Luk 13:34).

[9:1]  2 Full Life : MATAKU JADI PANCURAN AIR MATA.

Nas : Yer 9:1-26

Yeremia terus mengungkapkan kepedihannya atas umat Allah yang memberontak serta penolakan mereka untuk bertobat dan dengannya lolos dari kemusnahan yang akan datang. Ia ingin menangis, tetapi kesedihannya terlalu dalam untuk air mata. Teriakan tentang kutukan, tuduhan bersalah, dan peringatan tentang hukuman yang tidak terelakkan diselang-selingi sepanjang pasal ini. Yeremia sering kali disebut "nabi yang menangis" (bd. Yer 14:17), ia menangis siang dan malam untuk umat yang terlalu keras hati sehingga tidak menyadari dekatnya malapetaka mereka; karena perasaan sedih yang amat hebat, secara tradisional Yeremia dianggap penulis kitab Ratapan

(lih. Pendahuluan kitab Ratapan).



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA