Daftar Isi
BROWNING: KRISTOLOGI

KRISTOLOGI

KRISTOLOGI [browning]

Doktrin tentang pribadi Kristus. Studi tentangnya telah menjadi bagian penting pemikiran rasional mengenai iman monoteistik Yahudi, ketika mereka menyembah Yesus Kristus sebagai Allah. Ini merupakan tugas penafsiran mengenai makna Yesus Kristus bagi *iman. Dari waktu ke waktu doktrin ini telah mewujud dalam banyak bentuk, diawali dengan pengenaan 'Kristus' (*Mesias) kepada Yesus. Hal ini menegaskan hubungan Yesus dengan aspirasi dan kepercayaan PL serta umat Israel, sekalipun merupakan penafsiran.

Setelah perdebatan panjang dan kadang-kadang sengit, dalam Konsili Chalcedon di Asia Kecil pada 451, Gereja memberi definisi final mengenai Kristologi, yang menegaskan kepercayaan kepada Yesus sebagai Satu Pribadi dengan Dua Hakikat, yang dipersatukan tanpa dikacaukan. Banyak rangkaian berpikir dimulai dengan premis bahwa Yesus adalah pribadi kedua Trinitas dan kemudian disusul dengan spekulasi mengenai bagaimana Ia dapat menjadi manusia. Usulan mula-mula adalah bahwa Yesus hanya tampak memiliki tubuh jasmani (pandangan ini dikenal sebagai bidat *doketisme dan ditolak dengan menekankan kesejatian kemanusiaan Yesus, keturunan *Daud, 2Tim. 2:8). Namun demikian, tradisi lama yang menekankan keilahian hakikat Kristus dengan mengorbankan kemanusiaan-Nya, tetap berlanjut dalam Gereja.

Banyak Kristologi mutakhir mengklaim bekerja 'dari bawah ke atas', yaitu mulai dengan kemanusiaan Yesus, dan selanjutnya memperlihatkan bahwa bukti-bukti tersebut juga menggiring pada pengakuan atas keilahian-Nya. Ini merupakan prosedur untuk memecahkan masalah, karenanya metode ini sangat tergantung pada prakiraan kontroversial mengenai nilai historis Injil-injil, yang mengingat perkataan dan perbuatan Yesus dalam konteks perangkat interpretatif. Contohnya adalah pemberitaan *malaikat pada awal dan akhir, suara dari *surga (pada saat *pembaptisan dan *pemuliaan atau transfigurasi), bermacam-macam refleksi teologis (mis. Luk. 23:44-45), dan perujukan pada nubuat PL yang selalu dilakukan (terutama dalam Matius).

Pada lain pihak, dalam berita-berita Injil ada banyak hal yang dapat diterima sebagai yang dapat dipercaya secara historis. dan yang memberi dasar bagi Kristologi modern. Peristiwa-peristiwa tersebut dicatat kendatipun jelas-jelas merepotkan jemaat perdana, dan oleh karenanya diabaikan dan kehilangan kesan ketelitiannya. Contohnya adalah pembaptisan Yesus dan sejarah bagaimana hal itu dilakukan dari Markus, Matius (3:14), sampai Lukas (3:21), yang tidak menyebut secara eksplisit pembaptisan Yesus oleh Yohanes; dan Yohanes (1:33), yang sama sekali tidak mencatat pembaptisan Yesus. Perkembangan seperti ini menyingkapkan adanya perasaan malu bahwa Yesus harus menjalani 'baptisan pertobatan untuk pengampunan dosa' (Mrk. 1:4). Hal ini merupakan penyetaraan diri dengan umat-Nya, namun interpretasi teologisnya jelas: disebutkan adanya suara dari surga, di mana Matius menggunakan gambaran rabinik, *bath qol, untuk menegaskan kesimpulan para pembacanya bahwa ada suatu pola untuk peristiwa-peristiwa yang serupa dengan peristiwa *keluaran (Israel). Mengenai penyaliban tidak dapat diragukan, tetapi ada sedikit keraguan bahwa Yesus telah berseru 'Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?' (Mrk.15:34), di mana Lukas (Luk. 23:46) memilih seruan, 'Ya, Bapa, ke dalam tangan-Mulah Kuserahkan nyawanya Ku.' Cerita-cerita yang setara autentiknya adalah tentang Yesus bergaul dengan orang-orang tersisih, tidak popular dan dianggap hina serta cerita-cerita *mukjizat penyembuhan dan *pengusiran setan.

Dengan adanya pengakuan bahwa Injil-injil menggambarkan kemanusiaan sejati Yesus, yang cara hidup dan pengajaran-Nya membangkitkan perlawanan hampir sejak awal (Mrk. 3:6), kita boleh melangkah lebih lanjut dengan mencatat interpretasi teologis atas beberapa di antara peristiwa-peristiwa tersebut. Bahwa Yesus dilahirkan di suatu tempat di Palestina pada akhir masa pemerintahan *Herodes Agung, adalah fakta historis; namun, penafsiran Matius dan Lukas bahwa kelahiran melalui *Maria tanpa perantaraan seorang ayah manusia merupakan penegasan bahwa manusia Yesus berasal dari Allah untuk membuka hubungan baru antara Allah dengan manusia. Peristiwa *pemuliaan (Mrk. 9:2-8), yang sering ditolak oleh para kritikus sebagai berita pasca-kebangkitan, yang diangkat dari tradisi lisan dan ditempatkan pada tempat penting dalam *pelayanan Yesus, tidak perlu dianggap sebagai fiksi teologis. Cerita mengenai jubah Yesus yang bercahaya, sejajar dengan cerita otentik mengenai bercahayanya orang-orang kudus. Namun, perangkat teologis *awan dan kehadiran Musa serta *Elia merupakan petunjuk untuk mempercayai bahwa melalui iman, semua gambaran manusiawi dapat dilihat dalam terang *kemuliaan transendental.

Oleh karena itu, diawali dengan ungkapan-ungkapan yang jelas mengenai kemanusiaan Yesus, dapat dilihat bahwa di dalamnya Injil-injil juga memberi kedalaman kemuliaan, yang melampaui batas kemanusiaan kita. Dalam diri Yesus tergabung kuasa pengajaran-Nya, jangkauan kasih-Nya yang tidak egois, dan ketaatan total terhadap panggilan Allah dengan kerendahan-Nya.

Berita PB mengenai pribadi Kristus juga terungkap dalam penggunaan serangkaian gelar, atau nama, atau gambaran luar biasa, yang dikenakan kepada Yesus.

Di antara gelar-gelar tersebut, yang paling terkenal adalah '*Anak Manusia' dan '*Anak Allah', yang berturut-turut sering dilihat sebagai petunjuk langsung mengenai kemanusiaan dan keilahian Yesus. Namun, hal ini tidaklah sederhana. Kedua istilah itu memiliki sejarah panjang dal am PL dan literatur yang lebih kemudian serta telah menjadi subjek ilmu pengetahuan. Apakah gelar 'Anak Manusia' digunakan oleh Yesus sendiri dengan atau tanpa kata sandang tentu (definite article)? Apakah ucapan-ucapan dalam Injil-injil itu benar-benar perkataan Yesus? Jika benar, apakah Dia menunjuk diri-Nya sendiri atau sosok yang lain? Apakah semua itu menunjuk kepada pribadi atau kepada sekumpulan orang? Apakah kata Aram itu hanya berarti 'manusia' secara umum, ataukah latar belakang istilah tersebut menyatakan sosok apokalyptik supranatural, yang diambil alih oleh komunitas Kristen Palestina dan dikenakan kepada Yesus oleh generasi pertama Gereja?

Ada kesepakatan luas bahwa, paling tidak perkataan-perkataan tertentu dalam Injil-injil bukanlah perkataan Yesus sendiri, seperti Mat. 16:13. Ada pula kesepakatan sungguh-sungguh mengenai hampir absennya sama sekali istilah 'Anak Manusia' di luar Injil-injil: bahwa frasa tersebut terpusat di bibir Yesus, bahwa kitab-kitab lain dalam PB tidak menggunakan gelar itu bagi Yesus. Sebagaimana maknanya dalam bahasa Aram, kemungkinan gelar itu merupakan cara Yesus menunjukkan diri-Nya secara tak langsung dan diam-diam -'Aku, sebagai manusia, Akulah Anak Manusia' bukanlah gelar mesianik, dan dalam menggunakannya Yesus tidak meletakkan klaim kemesiasan; tetapi sebaliknya, Ia menolak klaim seperti itu.

'Anak Allah' merupakan ungkapan yang akrab dalam pemikiran Ibrani dan Yahudi. Hal tersebut tidak menyifatkan keberadaan ilahi, tetapi digunakan untuk kaum pria yang diyakini berada dalam hubungan yang dekat dengan Allah. Injil-injil menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian keunggulan-Nya, seperti tampak dari pengenaan ungkapan ini kepada-Nya melalui suara dari surga pada saat pembaptisan dan pemuliaanNya. Dalam dunia Helenistik, yang di dalamnya Gereja berkembang, 'Anak Allah' telah dikenakan pada kaisar Romawi, *Agustus, dan pengganti-penggantinya, dengan demikian 'Anak Allah', yang mulai digunakan dalam jemaat (1Tes. 1:10), memungkinkan terjadinya transisi secara mudah dari pengertian Yahudi ke pengertian kafir. Awal dan asal-usul autentik frasa ini dikenakan kepada Yesus ditandai dengan pengakuan terus terang mengenai ketidakberdosaan Anak Allah (Mrk. 13:32), meskipun Anak memiliki pengetahuan tentang Bapa (Mat. 11:27).

Gelar lain yang memudahkan transisi ke dunia Helenistik adalah 'Tuhan' (dalam bahasa Yunani: kurios, digunakan dalam *LXX dengan kata sandang tentu, untuk The Lord, Yahweh), yang dapat berarti 'tuan' saja, tetapi bagi orang *bukan Yahudi yang bertobat, hal tersebut menyiratkan status supranatural. Gelar tersebut mendapatkan artinya dalam Injil ketiga, yang ditulis untuk para pembaca bukan Yahudi (Luk. 22:61; bnd. Flp. 2:10-11).

Namun, dalam PB, terutama Injil Yohanes, terdapat bahan yang menjadi dasar definisi Kristologis klasik. Dalam PB digunakan 22 nama atau gelar bagi Yesus. Kemanusiaan-Nya jelas -- Ia adalah 'anak *Yusuf', '*rabi', '*nabi' -- meskipun Injil-injil disusun 'supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah' (Yoh. 20:31, membuat jelas apa yang belum terumuskan dalam Injil-injil Sinoptik). Yesus tergoda untuk melepaskan cawan penderitaan (Mrk. 14:36), namun melalui kematian Ia diteguhkan dengan *kebangkitan, dan kemudian mengaruniakan *Roh Kudus kepada *murid-murid-Nya (Luk. 24:49; Yoh. 20:22).




TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA