Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> Mat 5:1--8:28
Full Life: Mat 5:1--8:28 - KHOTBAH DI BUKIT.
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di
Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan...
Nas : Mat 5:1-7:29
Pasal Mat 5:1-7:29, yang biasanya disebut Khotbah Kristus di Bukit, berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dengan mana semua orang Kristen harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam diri kita (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25). Semua orang yang menjadi anggota Kerajaan Allah harus lapar dan haus akan kebenaran yang diajarkan dalam Khotbah Kristus
(lihat cat. --> Mat 5:6).
[atau ref. Mat 5:6]
Jerusalem -> Mat 8:12
Jerusalem: Mat 8:12 - anak-anak Kerajaan Ialah orang yang menjadi bawahan Pemerintahan Allah. Yang dimaksudkan ialah orang Yahudi yang merupakan ahli waris perjanjian yang wajar. Mereka yang ...
Ialah orang yang menjadi bawahan Pemerintahan Allah. Yang dimaksudkan ialah orang Yahudi yang merupakan ahli waris perjanjian yang wajar. Mereka yang tidak percaya kepada Kristus akan diganti dengan bangsa-bangsa lain yang lebih layak dari pada mereka. ratapan dan kertakan gigi Gambaran alkitabiah yang lazim untuk melukiskan kemarahan dan rasa menyesal orang fasik terhadap orang benar: bdk Maz 35:16; Maz 37:12; Maz 112:10; Ayu 16:9. Dalam Matius gambaran itu melukiskan hukuman orang fasik dalam neraka.
Ref. Silang FULL -> Mat 8:12
Ref. Silang FULL: Mat 8:12 - Kerajaan itu // kertak gigi · Kerajaan itu: Mat 13:38
· kertak gigi: Mat 13:42,50; 22:13; 24:51; 25:30; Luk 13:28
· Kerajaan itu: Mat 13:38
· kertak gigi: Mat 13:42,50; 22:13; 24:51; 25:30; Luk 13:28
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Mat 8:5-13
Matthew Henry: Mat 8:5-13 - Kristus Menyembuhkan Hamba Seorang Perwira Kristus Menyembuhkan Hamba Seorang Perwira (8:5-13)
Dalam perikop ini diceritakan tentang Kristus yang menyembuhkan hamba seorang perwira dari peny...
Kristus Menyembuhkan Hamba Seorang Perwira (8:5-13)
- Dalam perikop ini diceritakan tentang Kristus yang menyembuhkan hamba seorang perwira dari penyakit lumpuh. Penyembuhan ini dilakukan di Kapernaum, tempat tinggal Kristus saat peristiwa itu terjadi (4:13). Kristus pergi berkeliling ke berbagai tempat untuk melakukan perbuatan baik, dan Ia pulang untuk berbuat baik juga. Setiap tempat yang Ia kunjungi merupakan kesempatan yang lebih baik lagi bagi-Nya untuk melakukan perbuatan baik.
- Kali ini orang yang berurusan kepada Kristus adalah:
- . Seorang perwira; ia adalah orang yang memohon kepada Kristus.
- Ia seorang bukan-Yahudi, seorang Romawi, seorang perwira, mungkin seorang pemimpin tertinggi dari suatu bagian ketentaraan Romawi yang bermarkas di Kapernaum dan mempunyai pasukan di sana.
- (1) Walaupun ia seorang perwira (dan biasanya untuk orang seperti itu, memiliki kesalehan sedikit saja sudah sangat luar biasa), ia orang yang saleh; bahkan ia sangat saleh. Perhatikanlah, sisa-sisa umat Allah tersebar di antara berbagai macam orang. Orang tidak bisa menggunakan panggilan atau pekerjaannya di dunia ini sebagai alasan untuk tidak percaya dan bersikap tidak saleh. Tidak ada yang akan bisa berkata pada hari penghakiman, "Saya bisa berlaku saleh sebelumnya seandainya saja saya bukan seorang prajurit," karena prajurit terhitung dalam umat tebusan Allah. Terkadang ketika anugerah Allah menaklukkan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin. Anugerah-Nya itu lebih dari sekadar penakluk; perwira yang baik ini bukan hanya baik, tetapi malah sangat baik.
- (2) Walaupun ia seorang perwira Romawi, dan keberadaannya di antara orang Yahudi menunjukkan tunduknya bangsa Yahudi kepada kuk Roma, tetapi Kristus, yang adalah Raja orang Yahudi, merasa senang kepadanya. Dalam hal ini Kristus mengajar kita untuk berbuat baik kepada musuh-musuh kita dan agar kita tidak perlu mencampuri urusan permusuhan antarnegara.
- (3) Walaupun ia seorang bukan-Yahudi, Kristus menunjukkan perasaan bersahabat kepadanya. Benar bahwa Kristus tidak pergi ke satu kota pun dari kota-kota orang bukan-Yahudi (karena tanah Kanaanlah yang merupakan negeri Imanuel, Yes. 8:8), namun demikian Ia menerima permohonan dari orang-orang bukan-Yahudi. Pada saat ini perkataan Simeon tua yang baik itu mulai digenapi, bahwa Kristus akan menjadi terang yang menerangi bangsa-bangsa lain dan juga menjadi kemuliaan bagi umat-Nya Israel. Dengan memadukan kisah penyembuhan ini dengan kisah penyembuhan orang sakit kusta, yang adalah orang Yahudi, Matius memperlihatkan penggenapan perkataan tersebut. Orang Yahudi yang menderita kusta dijamah dan disembuhkan Kristus karena Ia mengajar mereka secara pribadi, tetapi orang bukan-Yahudi yang menderita lumpuh Ia sembuhkan dari jauh, karena Ia tidak pergi secara pribadi kepada mereka, melainkan hanya dengan menyampaikan firman-Nya dan menyembuhkan mereka. Namun, sekalipun begitu, di antara mereka ini Ia lebih dipermuliakan.
- . Hamba seorang perwira; ia adalah orang yang menderita sakit lumpuh. Dalam hal ini juga tampak bahwa Allah tidak mengenal pangkat; karena di dalam Kristus Yesus, tidak ada orang bersunat atau orang tidak bersunat, dan tidak ada lagi hamba atau orang merdeka. Ia bersedia menyembuhkan hamba yang paling miskin, seperti Ia bersedia menyembuhkan tuan yang paling kaya; karena Ia sendiri mengambil rupa seorang hamba, untuk menunjukkan perhatian-Nya kepada orang yang paling hina.
- Dalam kisah penyembuhan hamba ini, kita dapat mengamati percakapan atau pertukaran rasa saling menghargai yang sangat menakjubkan antara Kristus dan si perwira. Perhatikanlah di sini:
- I. Pemikiran si perwira terhadap Kristus. Dapatkah sesuatu yang baik datang dari seorang perwira Romawi? Sesuatu yang dapat diterima, apalagi yang terpuji? Coba amatilah, dan kita akan menemukan berlimpah-limpah hal-hal yang baik yang keluar dari si perwira yang penting dan patut dijadikan contoh ini. Perhatikanlah:
- . Permohonannya terhadap Yesus Kristus yang menyentuh hati, yang menunjukkan:
- (1) Rasa hormatnya yang didasari kesalehan kepada Tuan kita yang Agung. Perwira itu menganggap-Nya sebagai seorang yang mampu dan bersedia untuk menolong dan memberikan kelegaan kepada orang-orang malang yang datang memohon kepada-Nya. Dia datang kepada-Nya dan memohon, tidak seperti Naaman orang Aram (seorang perwira juga) yang datang kepada Elisa untuk menuntut kesembuhan, sambil menawarkan harta kekayaannya, dan berdiri sebagai orang yang terpandang. Tidak, si perwira yang satu ini justru melepaskan topi perwiranya dan memohon dengan rendah hati. Dengan demikian tampak bahwa perwira ini melihat sesuatu yang lebih dalam pada diri Kristus walaupun hanya pada pandangan pertama. Ia melihat dalam diri-Nya sesuatu yang menuntut penghormatan, walaupun bagi orang yang tidak melihat lebih dalam, wajah-Nya lebih buruk dari siapa pun juga. Para perwira, karena mereka bertugas mengawasi kota, pastilah sangat dihormati orang, namun perwira ini mengesampingkan kehormatan yang dimilikinya itu ketika ia berbicara dengan Kristus dan datang memohon kepada-Nya. Perhatikanlah, orang-orang yang terbesar sekalipun harus menjadi pengemis ketika mereka berurusan dengan Kristus. Perwira itu mengakui kedaulatan Kristus ketika ia memanggil-Nya Tuan, dan ia menyerahkan permasalahannya kepada-Nya dan kepada kehendak serta hikmat-Nya dengan memberikan sanggahan yang disampaikan dengan rendah hati, dan tidak memberikan permohonan resmi dan langsung. Dia tahu bahwa dia berurusan dengan Tabib yang bijak dan berbelas kasihan, yang bagi-Nya keluhan rasa sakit sudah cukup untuk menunjukkan adanya permintaan yang sungguh-sungguh untuk disembuhkan. Jika kita dengan rendah hati mau mengakui kebutuhan dan penyakit rohani kita, maka kita pasti mendapat jawaban damai sejahtera dari-Nya. Curahkanlah keluhanmu, maka belas kasihan akan dicurahkan juga kepadamu.
- (2) Perhatian yang penuh kasih sayang dari perwira itu kepada hambanya yang malang. Kita sudah sering membaca mengenai banyak orang yang datang kepada Kristus untuk anak-anak mereka, tetapi ini satu-satunya kejadian mengenai seseorang yang datang kepada-Nya untuk seorang hamba: "Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh." Perhatikanlah, adalah kewajiban tuan-tuan untuk memperhatikan hamba-hambanya ketika mereka sedang menderita. Penyakit lumpuh itu membuat hambanya tidak bisa melakukan pekerjaannya, dan membuat orang lain susah dan lelah seperti umumnya orang yang sedang sakit. Namun demikian, ia tidak mengusir hambanya itu ketika ia sedang sakit (seperti yang dilakukan orang Amalek kepada hamba-hambanya, 1Sam. 30:13). Ia juga tidak menyuruhnya pergi ke rumah temannya, ia tidak membiarkannya terbaring tidak terurus, melainkan ia berusaha mencari kesembuhan terbaik yang bisa ia dapatkan untuknya. Hamba itu tidak akan pernah bisa melakukan sesuatu yang lebih baik lagi bagi tuannya seperti yang sedang dilakukan tuannya saat ini untuknya. Hamba-hamba perwira itu sangat patuh kepadanya (ay. 9), dan di sini kita melihat apa yang membuat mereka demikian patuh; dia sangat baik kepada mereka, dan itu membuat mereka mematuhinya dengan riang hati. Sama seperti kita tidak boleh mengabaikan hak hamba-hamba kita ketika mereka beperkara dengan kita (Ayb. 31:13, 15), demikian pula kita tidak boleh mengabaikan hak mereka ketika Allah beperkara dengan mereka; karena kita semua dibuat dari tanah yang sama, oleh tangan yang sama, dan berdiri sederajat di hadapan Allah. Jadi, kita tidak boleh menganggap mereka sama seperti kawanan anjing-anjing kita. Perwira itu tidak memohon kepada penyihir atau dukun untuk kesembuhan hambanya, melainkan ia memohon kepada Kristus. Kelumpuhan adalah penyakit yang biasanya tidak dapat ditangani oleh keahlian medis para dokter, karena itu dengan datang kepada-Nya untuk minta kesembuhan, ini merupakan bukti yang besar akan imannya kepada kuasa Kristus, yang melebihi kuasa alam. Perhatikanlah bagaimana perwira itu menggambarkan kondisi hambanya dengan begitu menyedihkan; ia menderita sakit lumpuh. Penyakit lumpuh biasanya membuat penderita tidak bisa merasakan sakit, tetapi hambanya ini merasa sangat tersiksa; karena ia masih muda, maka tubuhnya secara alami masih kuat berjuang melawan penyakit itu, dan ini membuatnya sangat kesakitan. (Penyakit yang dideritanya itu bukan penyakit lumpuh biasa melainkan penyakit lumpuh yang membuatnya merasa kesakitan luar biasa.) Dengan demikian kita harus peduli dengan jiwa anak-anak dan hamba-hamba kita, yang secara rohani sedang menderita penyakit lumpuh, yaitu lumpuh yang membuat mati rasa, yang tidak peka terhadap kejahatan-kejahatan rohani, tidak giat melakukan hal-hal yang baik secara rohani. Kita harus membawa mereka untuk menemukan jalan yang dapat menyembuhkan dan menyehatkan mereka.
- . Lihatlah betapa rendah hatinya si perwira itu. Setelah Kristus menyatakan kesediaan-Nya untuk datang dan menyembuhkan hambanya (ay. 7), perwira itu menanggapi-Nya dengan lebih rendah hati lagi. Perhatikanlah, orang yang rendah hati akan dibuat lebih rendah hati lagi oleh kerendahan hati Kristus dalam menyatakan diri-Nya kepada mereka. Amatilah bahasa yang dipakai perwira itu ketika mengungkapkan kerendahan hatinya, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku" (ay. 8). Ini menunjukkan bahwa ia memandang rendah dirinya sendiri dan memandang tinggi Yesus Tuhan kita. Ia tidak berkata, "tidak layak bagi Tuan untuk mendatangi kamar hamba saya, karena ia hanya tinggal di gubuk," melainkan "Aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku." Perwira itu seorang pembesar, namun ia mengakui ketidaklayakannya di hadapan Allah. Perhatikanlah, dengan mempunyai sifat rendah hati kita bisa menjadi orang yang terpuji. Kristus pada waktu itu hanyalah orang yang hina di mata dunia, namun perwira ini, dengan melihat-Nya sebagai seorang nabi, ya, bahkan lebih daripada nabi, memberi-Nya penghormatan ini. Perhatikanlah, kita harus menghargai orang dengan melihat apa yang sedang dikerjakan Allah pada orang itu, bahkan kepada mereka yang dari penampilan luarnya tampak lebih rendah dari pada kita. Perwira itu datang kepada Kristus dengan suatu permohonan, dan karena itu ia berbicara dengan begitu rendah hati. Perhatikanlah, ketika kita datang kepada Kristus, dan kepada Allah melalui Kristus, kita harus merendahkan diri dan bersimpuh di hadapan-Nya dengan mengakui diri kita tidak layak, sebagai makhluk yang hina dan pendosa yang keji, untuk melakukan apa pun bagi-Nya, untuk menerima apa saja yang baik dari-Nya, atau untuk berurusan dengan Dia dalam hal apa saja.
- . Perhatikanlah, iman perwira itu yang sangat besar. Semakin rendah hati orang semakin besarlah imannya; semakin lemah kita menganggap diri kita sendiri, semakin kuat keyakinan kita kepada Yesus Kristus. Ia mempunyai keyakinan iman bahwa bukan saja Kristus bisa menyembuhkan hambanya, tetapi juga:
- (1) Bahwa Kristus bisa menyembuhkannya dari jarak jauh. Badannya tidak perlu disentuh, seperti yang umumnya dilakukan ketika dokter mengobati orang sakit, apa lagi pada bagian tubuhnya yang sakit. Penyembuhan itu diyakininya bisa dilakukan tanpa harus mempertemukan Sang Tabib dengan si sakit. Setelah kisah ini kita membaca mengenai mereka yang membawa seseorang yang sakit lumpuh kepada Kristus, yang setelah melalui banyak rintangan, akhirnya menaruhnya di hadapan-Nya, dan Kristus memuji iman mereka sebagai iman yang bekerja. Perwira ini tidak membawa hambanya yang sakit lumpuh, dan Kristus memuji imannya sebagai iman yang percaya. Iman yang benar pasti akan diterima Kristus walaupun ditunjukkan dengan berbagai cara. Cara-cara yang berbeda yang digunakan orang untuk menyatakan iman mereka akan dipakai Kristus untuk membawa sesuatu yang terbaik, dan Ia mengajar kita untuk melakukan yang demikian juga. Perwira ini percaya, dan itu pasti benar, bahwa kuasa Kristus tidak terbatas, sehingga dekat atau jauh tidak ada bedanya bagi Dia. Jarak suatu tempat tidak dapat menghalangi-Nya untuk mengetahui dan melakukan suatu pekerjaan karena Ia memenuhi segala ruang. Masakan Aku ini hanya Allah yang dari dekat, demikianlah firman TUHAN, dan bukan Allah yang dari jauh juga? (Yer. 23:23).
- (2) Bahwa Kristus bisa menyembuhkannya dengan mengucapkan sepatah kata, bukan dengan memberinya obat, apalagi jimat-jimat; katakan saja sepatah kata, dan aku tidak ragu hambaku itu akan sembuh. Dalam hal ini ia mengakui bahwa Kristus mempunyai kuasa ilahi, yaitu suatu wewenang untuk memerintah semua makhluk dan kekuatan alam, dan ini membuat-Nya mampu berbuat apa saja sesuai kehendak-Nya di kerajaan alam; seperti pada waktu pertama kali Ia mendirikan kerajaan alam itu dengan mengucapkan perkataan yang penuh kuasa, "Jadilah terang!" Bagi manusia, berbicara dan berbuat itu dua hal yang berbeda, tetapi tidak demikian bagi Kristus. Oleh sebab itulah Kristus disebut Tangan Allah, karena Ia adalah Firman yang kekal. Perkataan-Nya, "Kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang" (Yak. 2:16), dan sembuhlah! benar-benar akan menghangatkan, mengenyangkan, dan menyembuhkan.
- Perwira itu memperlihatkan imannya akan kuasa Kristus dengan cara membandingkan kuasa seorang perwira atas prajurit-prajuritnya atau kuasa seorang tuan atas hamba-hambanya, yang bisa memberikan perintah kepada yang seorang, "Pergi!, maka ia pergi," dst. Mereka semua menuruti perintahnya, sehingga melalui mereka dia bisa melakukan berbagai hal dari jauh; perkataan-Nya merupakan sebuah hukum bagi mereka -- dictum factum; prajurit yang sangat disiplin tahu bahwa perintah atasannya tidak boleh disanggah melainkan harus dipatuhi. Demikian pula, Kristus hanya berbicara saja, maka terjadilah apa yang dikatakan-Nya itu. Kuasa yang demikian Dia miliki atas segala macam penyakit tubuh. Perwira itu memberikan perintah semacam ini kepada prajurit-prajuritnya, walaupun ia sendiri seorang bawahan, bukan seorang panglima tertinggi, melainkan perwira yang berpangkat di bawah itu. Jadi, betapa lebih hebatnya lagi Kristus yang memiliki kuasa demikian, karena Dia adalah Tuhan yang memegang kuasa dan kedaulatan tertinggi atas segalanya. Hamba-hamba perwira itu sangat patuh, mereka akan datang dan pergi sesuai perintah tuan mereka yang paling kecil sekalipun. Sekarang perhatikanlah:
- [1] Kita harus menjadi hamba-hamba yang demikian pula terhadap Allah. Kita harus datang dan pergi menuruti perintah-Nya, sesuai dengan petunjuk-petunjuk firman-Nya dan apa yang sudah disediakan-Nya bagi kita untuk kita pergunakan. Kita pergi ke tempat Ia mengutus kita, kembali ke tempat Ia mengirim kita, dan melakukan apa yang Ia perintahkan. "Apakah yang akan dikatakan Tuanku kepada hambanya ini?" Apabila kehendak-Nya bertentangan dengan kehendak kita, maka kita harus mendahulukan kehendak-Nya dan mengesampingkan kehendak kita.
- [2] Penyakit-penyakit tubuh juga berlaku seperti hamba-hamba yang demikian terhadap Kristus. Penyakit-penyakit itu menyerang kita apabila Dia mengirimnya, dan meninggalkan kita apabila Dia memanggilnya kembali. Mereka menggerogoti tubuh dan jiwa kita apabila Dia memerintahkannya. Tetapi, kita yang menjadi milik kepunyaan Kristus boleh merasa terhibur dan tenang, karena dalam kebaikan-Nya, Dia bisa melepaskan dan menjalankan kuasa-Nya itu dan setiap penyakit menuruti dan melaksanakan perintah-Nya. Setiap penyakit ini ada di bawah kendali-Nya dan dipakai untuk melayani maksud anugerah-Nya. Kita tidak perlu takut terhadap penyakit atau akibatnya terhadap diri kita, kalau kita percaya bahwa penyakit itu ada di dalam tangan Sahabat kita yang baik ini.
- II. Berikut ini adalah kemurahan hati Kristus kepada perwira itu; karena kepada orang yang bermurah hati, Ia juga akan bermurah hati.
- . Kristus langsung memenuhi permohonannya. Perwira itu baru mengatakan masalah yang dialami hambanya dan hendak meneruskan dengan memohon kesembuhan, tetapi Kristus mencegahnya terlebih dulu dengan mengucapkan perkataan yang baik dan menenangkan ini, "Aku akan datang menyembuhkannya" (ay. 7). Kristus tidak berkata, "Aku akan datang melihatnya" -- untuk menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Penyelamat yang baik, melainkan berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya" -- yang menunjukkan bahwa Ia adalah seorang Penyelamat yang mahakuasa. Perkataan-Nya itu luar biasa, tetapi hanya Dia yang bisa mewujudkan sesuatu yang baik dari perkataan ini, karena kesembuhan ada pada sayap-Nya, dan kedatangan-Nya adalah kesembuhan. Orang yang mengadakan mujizat dengan suatu kuasa yang diperoleh dari sumber lain tidak akan berbicara sedemikian yakinnya seperti Kristus, karena Dia mengadakan mujizat dengan kuasa-Nya sendiri, seperti seseorang yang memang mempunyai kewenangan untuk melakukannya. Ketika seorang hamba Tuhan diutus untuk menengok temannya yang sedang sakit, ia hanya bisa berkata, "Aku akan datang dan berdoa untuknya." Tetapi Kristus berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya." Sungguhlah baik bahwa Kristus bisa berbuat sesuatu bagi kita melebihi apa yang bisa diperbuat oleh pelayan-pelayan Tuhan. Perwira itu ingin Kristus menyembuhkan hambanya, dan Kristus berkata, "Aku akan datang menyembuhkannya." Jadi, Ia bersedia menolong melebihi apa yang diminta atau dipikirkan perwira itu. Perhatikanlah, Kristus sering kali melakukan sesuatu melebihi apa yang diharapkan oleh orang-orang malang yang memohon kepada-Nya. Lihatlah kerendahan hati Kristus di sini, bahwa Ia mau menjenguk prajurit yang sedang menderita. Ia tidak mau datang menengok anak pegawai istana yang sedang sakit, walaupun pegawai itu bersikeras supaya Ia datang (Yoh. 4:47-49). Tetapi di sini Ia menawarkan untuk datang melihat seorang hamba yang sedang sakit. Demikianlah Ia memperhatikan kerendahan umat-Nya, dan memberikan penghormatan khusus kepada mereka yang berkekurangan. Kerendahan hati Kristus dengan bersedia untuk datang itu memberikan suatu teladan bagi perwira itu dan membuatnya bersikap rendah hati juga dalam mengakui ketidaklayakannya untuk menerima-Nya di rumahnya. Perhatikanlah, kerendahan hati Kristus kepada kita harus membuat kita lebih rendah hati lagi di hadapan-Nya.
- . Kristus memuji imannya, dan mengambil kesempatan ini untuk berbicara dengan ramah mengenai orang-orang bukan-Yahudi yang malang (ay. 10-12). Lihatlah, hal-hal hebat apa yang bisa kita peroleh, bahkan untuk hal-hal yang bersifat umum sekalipun, dari Yesus Kristus kalau kita bisa memiliki iman yang kuat yang disertai penyangkalan diri.
- (1) Mengenai perwira itu sendiri; Kristus tidak hanya membenarkan dan menerimanya (kehormatan itu menjadi milik semua orang percaya yang benar), tetapi juga memuji dan meneguhkannya: Kehormatan seperti itu hanya dimiliki oleh orang-orang besar, seperti Ayub; tiada seorang pun di bumi seperti dia.
- [1] Kristus mengaguminya, bukan karena kehebatannya melainkan karena kebaikan hatinya. Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia; bukan karena seolah-olah itu merupakan hal yang baru dan membuat-Nya terkejut. Ia tahu iman perwira itu, karena perwira itu sudah membuktikannya. Tetapi yang membuat Kristus kagum adalah karena iman si perwira itu sungguhlah hebat, langka, dan tidak biasa. Dalam pandangan Kristus, iman yang demikian benar-benar indah. Oleh sebab itu Dia mengajarkan kita untuk mengagumi hal seperti ini, bukan kemegahan dan kemewahan duniawi, melainkan keindahan kekudusan dan berbagai perhiasan yang sangat berharga di mata Allah. Perhatikanlah, keajaiban anugerah harus menyentuh hati kita lebih dari keajaiban alam ataupun pemeliharaan ilahi. Demikian pula, keberhasilan rohani harus menyentuh kita lebih dari keberhasilan apa pun di dunia ini. Kepada mereka yang kaya dalam imanlah, dan bukan kepada mereka yang kaya dalam emas dan perak, kita harus berkata bahwa mereka telah membangun segala kekayaannya (Kej. 31:1). Tetapi apa pun yang mengagumkan dalam iman siapa saja, haruslah pada akhirnya memberikan kemuliaan kepada Kristus, yang segera akan dimuliakan di antara orang-orang kudus-Nya, sebagai seseorang yang telah melakukan keajaiban-keajaiban di dalam mereka dan untuk mereka.
- [2] Kristus memuji perwira itu di dalam perkataan-Nya kepada mereka yang mengikuti-Nya. Semua orang percaya di dunia lain, tetapi hanya sebagian saja di dunia ini, yang akan diakui dan diumumkan oleh Kristus di hadapan manusia. Di depan orang banyak Dia akan menampakkan diri dengan agung bagi mereka dan bersama mereka. Sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorang pun di antara orang Israel. Nah, perkataan ini berbicara mengenai:
- Pertama, penghormatan bagi si perwira; yang walaupun bukan anak Abraham secara daging, namun merupakan keturunannya secara iman, dan Kristus mendapatinya demikian. Perhatikanlah, apa yang dicari Kristus adalah iman, dan di mana pun iman itu berada, Dia akan menjemputnya, walaupun hanya sebesar biji sesawi. Dia tidak pernah menjumpai iman sebesar ini, yang menimbang segala sesuatu dan membandingkan semuanya sesuai ukuran masing-masing, seperti yang dikatakan mengenai si janda miskin bahwa ia memberi lebih banyak daripada semua orang itu (Luk. 21:3). Walaupun perwira ini seorang bukan-Yahudi, ia diberi pujian seperti itu. Perhatikanlah, kita tidak boleh segan-segan memberikan pujian kepada mereka yang patut mendapatkannya, sekalipun mereka tidak termasuk dalam persekutuan kita.
- Kedua, perkataan itu berbicara mengenai sesuatu yang memalukan bagi Israel, karena justru merekalah yang seharusnya menerima pengangkatan sebagai anak, kemuliaan, perjanjian-perjanjian, dan semua bantuan serta dorongan supaya beriman. Perhatikanlah, ketika Anak manusia datang, Ia mendapati sedikit iman, dan karena itu, yang dilihat-Nya hanya ada begitu sedikit buah. Perhatikanlah, anugerah yang diperoleh orang yang hanya mendapat bimbingan rohani sedikit saja bagi jiwa mereka akan memperberat dosa dan kehancuran banyak orang lain yang mempunyai sarana anugerah berlimpah tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik. Kristus mengatakan ini kepada mereka yang mengikuti-Nya, dengan maksud supaya dengan segala cara Ia bisa menggugah hati mereka untuk meniru iman seperti ini dengan kudus, seperti yang dikatakan Paulus dalam Roma 11:14. Orang Yahudi adalah keturunan Abraham; oleh karena itu, supaya jangan mereka menjadi cemburu dengan kehormatan yang mereka miliki itu, janganlah sampai mereka membiarkan diri dikalahkan oleh orang-orang bukan-Yahudi, terutama dalam hal anugerah yang membuat Abraham unggul.
- (2) Mengenai orang lain; melalui peristiwa ini Kristus mengambil kesempatan untuk membandingkan orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, dan memberi tahu mereka dua hal, yang pasti sangat mengejutkan mereka yang selama ini diajar bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Kedua hal tersebut adalah:
- [1] Bahwa banyak orang bukan-Yahudi akan diselamatkan (ay.11). Iman perwira itu baru merupakan suatu gambaran mengenai pertobatan bangsa-bangsa bukan-Yahudi dan suatu pendahuluan bagi pengangkatan mereka ke dalam jemaat Allah. Ini merupakan topik yang sering kali dibicarakan Yesus Tuhan kita. Ia mengatakannya dengan penuh kepastian, "Aku berkata kepadamu, Aku yang mengetahui semua umat manusia," dan tidak ada hal lain yang bisa Ia katakan untuk lebih menyenangkan hati-Nya atau untuk lebih menjengkelkan hati orang Yahudi. Pernyataan semacam ini membuat orang-orang Nazaret marah kepada-Nya (Luk. 4:27-28). Kristus di sini memberi kita suatu gagasan.
- Pertama, mengenai orang-orang yang akan diselamatkan; banyak orang dari Timur dan Barat. Sebelumnya ia berkata (7:14), Hanya sedikit orang di sana yang mendapatkan jalan yang menuju kepada kehidupan, di sini justru banyak orang akan datang ke jalan itu. Sedikit dalam arti pada suatu waktu dan pada suatu tempat. Tetapi, walaupun begitu, ketika semuanya datang berkumpul, jumlahnya menjadi sangat banyak. Kita sekarang hanya melihat satu orang di sini dan satu orang di sana diselamatkan oleh anugerah Allah, tetapi sebentar lagi kita akan melihat Panglima keselamatan kita membawa banyak orang kepada kemuliaan (Ibr. 2:10). Ia akan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya (Yud. 14), dengan suatu kumpulan besar yang tidak dapat terhitung banyaknya (Why. 7:9), dengan bangsa-bangsa yang diselamatkan (Why. 21:24). Mereka akan datang dari Timur dan dari Barat, yakni dari tempat-tempat yang saling berjauhan satu sama lain, dan walaupun demikian, mereka semua akan bertemu di sebelah kanan Kristus, Pusat kesatuan mereka. Perhatikanlah, Allah memiliki sisa-sisa umat-Nya di segala tempat, dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari (Mal. 1:11). Umat pilihan Allah akan dikumpulkan dari keempat penjuru bumi (24:31). Mereka ditabur di bumi, sebagian berserakkan di sudut-sudut ladang. Dunia bangsa-bangsa bukan-Yahudi terbentang dari timur ke barat, dan merekalah yang secara khusus dimaksudkan di sini. Walaupun mereka ini tadinya tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan terhadap sekarang ini, dan sudah demikian sejak lama, siapa tahu Allah mempunyai sisa-sisa umat-Nya yang tersembunyi di antara mereka, seperti pada masa Elia di Israel (1Raj. 19:14), yang segera setelah masa Elia itu berduyun-duyun masuk ke dalam jemaat Allah dalam jumlah yang luar biasa banyaknya (Yes. 60:3-4). Perhatikanlah, ketika kita sampai di sorga, kita akan kehilangan banyak orang yang kita pikir sudah pergi mendahului kita di sana. Dan sebaliknya pula, kita akan bertemu banyak orang di sana yang tidak kita duga sebelumnya.
- Kedua, Kristus memberi kita suatu gagasan mengenai keselamatan itu sendiri. Mereka akan datang, datang berhimpun, dan berkumpul kepada Kristus (2Tes. 2:1).
- . Mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam kerajaan anugerah di bumi, ke dalam perjanjian anugerah yang dibuat dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Mereka akan diberkati bersama Abraham yang setia, yang berkatnya sampai kepada bangsa-bangsa lain (Gal. 3:14). Hal ini membuat Zakeus terhitung sebagai anak Abraham (Luk. 19:9).
- . Mereka akan diperbolehkan masuk ke dalam kerajaan mulia di sorga. Mereka akan datang dengan riang gembira, terbang seperti merpati ke pintu kandangnya. Mereka akan duduk beristirahat dari kerja keras mereka, seperti orang yang sudah menyelesaikan pekerjaan mereka sepanjang hari. Duduk menandakan suatu keadaan yang keberlanjutan: sewaktu kita berdiri, kita siap pergi, sedangkan sewaktu kita duduk, kita berniat menetap. Sorga adalah tempat peristirahatan abadi, kota yang terus-menerus ada. Mereka akan duduk seperti duduk di atas takhta (Why. 3:21). Mereka seperti duduk di meja, yang secara kiasan berarti mereka hendak dijamu dengan suatu pesta, yang menandakan komunikasi yang seutuh-utuhnya maupun persekutuan yang sebebas dan seakrab-akrabnya (Luk. 22:30). Mereka akan duduk dengan Abraham. Mereka yang di dunia ini begitu berjauhan satu sama lain dalam waktu, tempat, atau karena keadaan-keadaan luar lainnya, akan bertemu bersama di sorga; orang-orang dari zaman dulu dan zaman sekarang, orang Yahudi dan orang bukan-Yahudi, orang kaya dan orang miskin. Orang kaya di neraka melihat Abraham, tetapi Lazarus duduk bersamanya, ia duduk di pangkuannya. Perhatikanlah, persekutuan para kudus merupakan bagian dari kebahagiaan besar di sorga, dan mereka yang ada di ujung-ujung dunia sebagai orang yang paling tidak dikenal, akan berbagi kemuliaan dengan bapa-bapa orang Yahudi yang masyhur di sorga.
- [2] Bahwa banyak orang Yahudi akan binasa (ay.12). Perhatikanlah:
- Pertama, ada pernyataan mengherankan yang disampaikan: anak-anak kerajaan akan dicampakkan. Orang-orang Yahudi yang bersikeras untuk tidak percaya, walaupun secara lahiriah mereka adalah anak-anak kerajaan, akan dikeluarkan dari keanggotaan gereja yang kasat mata. Kerajaan Allah, yang mereka banggakan karena mereka adalah anak-anaknya, akan diambil dari mereka, dan mereka tidak akan menjadi umat yang memperoleh belas kasihan (Rm. 11:20; 9:31). Pada hari penghakiman, menjadi orang Yahudi atau orang Kristen tidaklah menjadi jaminan orang akan diterima sebagai anak-anak kerajaan, karena manusia akan dihakimi bukan menurut panggilan yang disebutkan kepada mereka, melainkan menurut siapa sebenarnya mereka ketika masih hidup di dunia. Jika mereka memang anak-anak kerajaan, maka mereka ahli waris. Namun, banyak juga orang yang mengaku-ngaku sebagai anak di dalam keluarga, tetapi mereka tidak menjadi bagian dari keluarga itu, dan karena itu tidak berhak mendapatkan warisan. Kalau kita dilahirkan dari orangtua yang mengakui kita sebagai anak-anak mereka, maka itu berarti kita adalah anak-anak kerajaan; tetapi jika kita hanya mengandalkan pengakuan itu dan tidak bisa menunjukkan hal-hal lain lagi kepada sorga, maka kita akan dicampakkan.
- Kedua, hukuman yang mencengangkan bagi orang-orang yang berbuat kejahatan digambarkan: Mereka akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap. Kegelapan yang sebetulnya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mempunyai apa-apa, bagi orang-orang bukan-Yahudi yang bukan menjadi bagian dari jemaat Tuhan. Ke dalam kegelapan itulah orang-orang Yahudi akan dicampakkan, dan lebih buruk lagi, mereka akan dibutakan, dikeraskan, dan dipenuhi dengan ketakutan seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus (Rm. 11:8-10). Orang yang telah berada di luar gereja dan diserahkan untuk dihakimi sedemikian sebenarnya sudah berada di dalam kegelapan yang paling gelap. Akan tetapi kegelapan ini barulah suatu permulaan yang samar-samar saja dan akan berlanjut pada keadaan yang sebenarnya, yaitu di neraka yang menjadi tempat bagi orang-orang berdosa yang terkutuk. Mereka akan dibuang dari hadapan Allah, dan dari segala sesuatu yang sungguh dapat mendatangkan ketenteraman, dan dicampakkan ke dalam kegelapan. Di neraka ada api, tetapi tidak ada cahaya; neraka adalah kegelapan yang paling gelap, kegelapan yang sangat luar biasa gelap, kegelapan yang segelap-gelapnya, tanpa harapan akan ada setitik atau segaris pun cahaya, kilasan atau secercah pun tidak. Ini adalah kegelapan yang diakibatkan karena mereka dihalangi dari pandangan sorga, yang adalah tanah cahaya; mereka yang berada di luarnya ada di daerah kegelapan. Namun, ini belumlah yang terburuk, karena di sana akan terdapat ratap dan kertak gigi.
- [1] Di neraka akan ada dukacita yang sangat mendalam dan banjir air mata yang tertumpah dengan sia-sia. Mereka akan menderita ketakutan yang sangat luar biasa untuk selama-lamanya. Kesadaran akan murka Allah adalah siksaan orang-orang terkutuk.
- [2] Di neraka juga akan ada kegeraman yang dahsyat: orang-orang berdosa yang terkutuk akan mengertakkan gigi mereka karena benci dan geram, mereka dipenuhi dengan murka Allah. Dengan iri mereka melihat kebahagiaan orang lain, dan dengan takut dan gemetar mereka membayangkan kesempatan yang dulu mereka sendiri miliki untuk memperoleh kebahagiaan kekal, tetapi yang sekarang sudah terlambat.
- . Kristus menyembuhkan hambanya. Ia tidak hanya memuji perwira itu karena sudah memohon kepada-Nya, tetapi juga mengabulkan apa yang dimohonkannya, yang benar-benar merupakan suatu jawaban sesungguhnya (ay. 13). Perhatikanlah:
- (1) Apa yang dikatakan Kristus kepadanya. Ia mengatakan sesuatu yang membuat kesembuhan itu sangat berarti baik bagi si perwira itu maupun bagi hambanya, dan bahkan jauh lebih dari itu, "Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Hambanya disembuhkan dari penyakitnya, tetapi tuannya memperoleh peneguhan dan pujian atas imannya. Perhatikanlah, Kristus sering kali memberikan jawaban yang meneguhkan iman kepada umat-Nya ketika mereka sedang mendoakan orang lain. Baiklah bagi kita jika kita turut berdoa untuk orang lain. Allah memulihkan keadaan Ayub setelah ia berdoa untuk sahabat-sahabatnya (Ayb. 42:10). Sungguh besarlah kehormatan yang diberikan Kristus kepada si Perwira ini ketika Kristus memberikan jawaban yang penuh kebebasan kepadanya, "Jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Apalagi yang kurang baginya ketika diberi jawaban seperti ini? Tetapi apa yang dikatakan kepadanya itu dikatakan juga kepada kita semua, "Percayalah, maka kamu akan menerima, hanya percaya saja." Lihatlah kuasa Kristus dan kuasa iman di sini. Seperti halnya Kristus bisa melakukan apa yang dikehendaki-Nya, begitu pula orang yang sungguh-sungguh percaya dengan tindakan iman bisa mendapatkan apa yang dikehendakinya dari Kristus. Minyak anugerah akan terus mengalir dengan melimpah, dan tidak akan berhenti sampai bejana-bejana iman tidak mampu lagi menampungnya.
- (2) Dampak yang diakibatkan dari perkataan ini: doa yang diucapkan dengan iman adalah doa yang ampuh, selalu begitu dan akan selalu begitu. Dengan terjadinya kesembuhan itu secara tiba-tiba, tampak bahwa kesembuhan itu merupakan suatu mujizat, dan karena kesembuhan itu bertepatan dengan perkataan Kristus, maka itu adalah mujizat-Nya; Dia berfirman, maka semuanya jadi. Kejadian ini juga memberikan bukti bahwa Dia mahakuasa, bahwa Dia mempunyai lengan yang terulur panjang. Seorang dokter yang sangat berpengetahuan mendalam mengamati bahwa penyakit-penyakit yang disembuhkan Kristus kebanyakan penyakit yang paling susah disembuhkan dengan cara-cara biasa, terutama penyakit lumpuh ini. "Omnis paralysis, præsertim vetusta, aut incurabilis est, aut difficilis curatu, etiam pueris: atque soleo ego dicere, morbos omnes qui Christo curandi fuerunt propositi, difficillimos sua matura curatu esse -- Segala jenis penyakit lumpuh, terutama yang sudah menahun, baik yang tidak bisa disembuhkan atau yang membutuhkan keahlian kedokteran yang sangat tinggi, bahkan termasuk keahlian yang masih baru. Karena itu, saya sering kali mengatakan bahwa segala jenis penyakit yang disebutkan sebagai disembuhkan oleh Kristus tampaknya merupakan penyakit-penyakit yang paling tidak mudah diatasi dan tidak bisa disembuhkan" (Mercurialis De Morbis Puerorum, lib. 2. ps. 5).
SH: Mat 8:1-17 - Kuasa pemulih hidup. (Jumat, 10 Januari 1998) Kuasa pemulih hidup.
Kristus berkuasa bukan saja menyembuhkan badan, tetapi juga memulihkan harga diri dan harkat hidup seseorang. Orang kusta disent...
Kuasa pemulih hidup.
Kristus berkuasa bukan saja menyembuhkan badan, tetapi juga memulihkan harga diri dan harkat hidup seseorang. Orang kusta disentuh-Nya. Penilaian diri orang itu pastilah sekejap berubah. Seusai mentahirkan badan dan jiwanya, Yesus menunjukkan jalan pemulihan sosial si kusta. Hamba dari seorang kafir, Ibu mertua Petrus, sama mengalami sentuhan kasih Tuhan. Yesus tidak menilai orang berdasarkan keadaan tubuhnya, kebangsaannya, atau kedudukannya. Yesus memberi nilai dan menjadikan orang bernilai.
Sikap, tindakan, dan iman luar biasa. Perwira Romawi non-Yahudi mempunyai karakter manusiawi. Ia peduli pada pembantunya yang sakit. Ia berani melawan arus adat istiadat Yahudi, yang melarang bergaul dengan orang kafir. Yesus melihat tidak hanya sikap dan rasa kemanusiaan yang tinggi, namun sikap iman yang tinggi pula. Ia menempatkan diri Yesus ke tempat yang penuh wibawa, kuasa, dan kepastian. Keyakinannya pada kuasa dan wibawa perkataan Yesus menunjukkan imannya yang hidup yang tidak dimiliki orang Yahudi.
Renungkan: Iman yang kuat tak dapat dipisah dari kuasa Allah seperti yang orang kenal Allah dalam firman-Nya.
Doa: Tumbuhkan gereja-Mu dan kami, iman yang dewasa di dalam Firman-Mu.
SH: Mat 8:1-17 - Jika Tuan mau (Sabtu, 20 Januari 2001) Jika Tuan mau
Argumentasi yang biasanya diajukan oleh
orang tidak percaya adalah jika Allah berkuasa
untuk menyembuhkan penyakit yang mendera manus...
Jika Tuan mau
Argumentasi yang biasanya diajukan oleh orang tidak percaya adalah jika Allah berkuasa untuk menyembuhkan penyakit yang mendera manusia, maka Allah bukanlah Allah yang baik karena Ia tidak selalu melakukannya. Sebaliknya jika Ia tidak berkuasa menyembuhkan maka Ia bukanlah Allah. Ada sebagian Kristen yang menentang argumentasi ini dengan keyakinan bahwa mukjizat penyembuhan dari Allah dapat dialami siapa pun dan kapan pun asalkan mereka mempunyai iman yang besar. Namun sesungguhnya keyakinan mereka bermuara bukan kepada Yesus tetapi kepada diri sendiri. Kekuatan dan kuasa penyembuhan tidak lagi terletak pada pribadi dan kehendak Yesus, namun beralih kepada kekuatan keyakinan Kristen.
Tiga peristiwa mukjizat penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus membantah kedua argumentasi di atas yang salah. Ketiga orang yang disembuhkan oleh Yesus dapat dikatakan tidak mempunyai iman yang sama. Orang yang sakit kusta imannya dapat dikatakan besar karena ia yakin bahwa Yesus dapat mentahirkannya. Perwira Kapernaum nampaknya mempunyai iman yang lebih besar sebab ia yakin bahwa Yesus tidak perlu hadir secara fisik untuk melakukan kehendak-Nya. Bagaimana dengan ibu mertua Petrus? Yesus menyembuhkannya walaupun tidak ada respons atau demonstrasi iman darinya. Berdasarkan fakta ini terlihat jelas bahwa mukjizat penyembuhan itu terjadi bukan karena besar kecilnya iman seseorang. Lalu karena apa? Hanya satu jawabannya, yaitu kehendak Yesus semata. Perhatikan tiga ungkapan yang menggambarkan kehendak Yesus untuk menyembuhkan yaitu Aku mau, jadilah engkau tahir (ayat 3); Aku akan datang menyembuhkan (ayat 7); Yesus pun melihat ibu mertua Petrus yang sakit maka dipegang- Nya tangan perempuan itu (ayat 14). Di samping itu mukjizat penyembuhan yang terjadi berfungsi sebagai penunjuk yang jelas tentang identitas dan karya Yesus (ayat 17). Demikianlah seharusnya pemahaman Kristen tentang mukjizat.
Renungkan: Bolehkah kita memohon mukjizat penyembuhan dari Allah? Boleh! Allah pun menghargai iman kita. Namun perlu diingat bahwa hubungan kita dengan Allah adalah anugerah-Nya, maka sikap yang tepat pada waktu kita memohon mukjizat adalah sikap yang rendah hati dan berserah kepada kehendak-Nya bukan memaksa atau menuntut. Sikap kita harus seperti orang yang sakit kusta `Jika Tuan mau'.
SH: Mat 8:1-17 - Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005) Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?
Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua
kelompok dalam kesan mereka tentang mukjiza...
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?
Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.
Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.
Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.
Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.
SH: Mat 8:1-17 - Anugerah untuk semua (Selasa, 19 Januari 2010) Anugerah untuk semua
Untuk siapa tangan kasih dan kuasa Tuhan yang berotoritas ditujukan?
Banyak orang Yahudi berpandangan sempit bahwa hanya ke...
Anugerah untuk semua
Untuk siapa tangan kasih dan kuasa Tuhan yang berotoritas ditujukan? Banyak orang Yahudi berpandangan sempit bahwa hanya kelompok elitlah yang boleh menerima anugerah. Padahal konsep seperti itu meniadakan makna anugerah. Anugerah justru bagi mereka yang tak layak, yang tidak memiliki apa pun untuk disombongkan.
Otoritas Yesus bukan hanya nyata dalam mengajar, tetapi juga dalam
karya-Nya menyembuhkan sakit penyakit. Justru tiga kelompok
orang yang menerima penyembuhan Yesus ini adalah kelompok
marjinal. Orang yang sakit kusta biasa diasosiasikan sebagai
orang yang dihukum Allah karena dosa mereka (lih.
Pelayanan Yesus tidak ditujukan hanya pada sekelompok orang tertentu, etnis, dan status sosial tertentu. Pelayanan Yesus adalah untuk semua orang tanpa memandang perbedaan. Oleh karena itu, kita patut bersyukur bahkan harus mewartakan kabar baik ini bagi siapa saja. Kita pun harus membuka diri untuk menjadi penyambung tangan kasih dan kuasa Tuhan kepada orang-orang yang Tuhan pertemukan dengan kita.
SH: Mat 8:1-27 - Karya Raja surga (Jumat, 18 Januari 2013) Karya Raja surga
Matius mengatur Injilnya secara berselang-seling antara pengajaran Yesus mengenai kerajaan surga dan tindakan-Nya yang nyata sebagai...
Karya Raja surga
Matius mengatur Injilnya secara berselang-seling antara pengajaran Yesus mengenai kerajaan surga dan tindakan-Nya yang nyata sebagai wujud kehadiran kerajaan surga di bumi ini. Setelah pasal 5-7 menghadirkan pengajaran akan karakteristik kerajaan surga, pasal 8-9 memaparkan kuasa kerajaan surga di dalam tindakan Yesus demi penyelamatan umat manusia, yang bukan terbatas pada umat Yahudi saja. "Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama… di kerajaan sorga" (11).
Kuasa Yesus sebagai Raja dalam kerajaan surga nyata lewat karya-Nya. Pertama, Ia melenyapkan penyakit kusta (3), kelumpuhan (13), dan demam (15). Kusta melambangkan dosa dan kenajisan. Penderita kusta bukan hanya secara fisik menderita, secara sosial pun tersingkirkan dari masyarakat. Karya kerajaan Allah adalah pemulihan baik fisik, sosial, maupun rohani. Si pemilik hamba yang sakit lumpuh adalah orang asing. Karya kerajaan surga berlaku bagi orang nonYahudi, berlaku universal. Demam, sebagai penyakit biasa, maupun berbagai penyakit karena kuasa kegelapan takluk pada Sang Raja kerajaan surga. Suatu demonstrasi kuasa yang mengatasi langit dan bumi.
Kedua, Sang Raja kerajaan surga berdaulat menentukan siapa yang menjadi anggota kerajaan-Nya (18-22). Seorang penafsir mengatakan bahwa seorang ahli Taurat mau menjadi pengikut Yesus adalah suatu mukjizat (19). Menjadi anggota kerajaan surga bukan pilihan atau usaha manusia, tetapi ketetapan dan anugerah Allah. Ketiga, alam yang dahsyat dan menakutkan tunduk pada otoritas Sang Raja dan Penguasa alam semesta (26).
Karya Yesus di awal pelayanan-Nya ini mendemonstrasikan kuasa kerajaan surga, yaitu penegakan kembali kedaulatan Allah dalam dunia ini. Setiap orang yang percaya kepada Yesus adalah anggota-anggota Kerajaan Allah. Bukan hanya kita akan mengalami kuasa-Nya yang nyata dalam mengatasi setiap pergumulan atau krisis hidup kita, tetapi juga kita bisa menyatakan kehadiran-Nya dengan bersandar pada kuasa Allah tersebut.
SH: Mat 8:1-17 - Jadilah Seperti Engkau Percaya (Jumat, 20 Januari 2017) Jadilah Seperti Engkau Percaya
Krisis kepercayaan terjadi saat seseorang ragu dengan apa yang dipercayainya ternyata tidak sesuai dengan harapan idea...
Jadilah Seperti Engkau Percaya
Krisis kepercayaan terjadi saat seseorang ragu dengan apa yang dipercayainya ternyata tidak sesuai dengan harapan idealnya. Kepercayaan yang benar tidak berdasarkan pada asal percaya saja tanpa bukti dan penegasan.
Perintah Tuhan Yesus kepada orang sakit kusta yang ditahirkan untuk pergi memberikan persembahan kepada imam bertujuan mendapatkan penegasan atas kesembuhannya. Karena para imam yang berhak menyatakan apakah seseorang najis atau tahir. Selain itu, para imam juga melayani upacara penahiran bagi mereka yang terjangkit penyakit kusta (1-4; bdk. Im. 13-14). Ada prosedur yang harus dihormati sesudah kesembuhannya.
Kisah perwira yang meminta Yesus menyembuhkan hambanya menjadi teladan bahwa betapa iman itu dihayati oleh perwira itu dalam konteks kuasa dan komando dalam dunia kemiliteran. Sebagai perwira Romawi ia tahu diri. Sebab merupakan hal yang tabu bagi orang Ibrani masuk ke rumahnya. Iman atas mukjizat kesembuhan bukan berarti melawan penalaran akal karena iman tumbuh dalam konteks budaya dan hidup keseharian yang dihayati. Iman kristiani adalah iman kepada Allah dalam Yesus yang telah berbelas kasih memikul kelemahan dan menanggung penyakit kita (17).
Selain itu, bacaan hari ini mengajak kita pada perjumpaan Yesus dengan orang sakit dan yang kerasukan. Melalui sabda dan jamahan tangan-Nya, mereka menjadi sembuh. Hal ini juga terlihat pada ibu mertua yang menderita sakit deman (14-15). Sikap percaya itu telah menuntun mereka berjumpa dengan Tuhan Yesus. Mereka bersujud, memohon, menerima sabda Yesus, dan disembuhkan.
Sistem bank dan lembaga keuangan modern berjalan atas dasar kepercayaan. Masalah sering kali timbul saat yang dipercayai ternyata tidak menepati janji. Harapan, janji palsu, bujuk rayu dunia dengan segala pikat pesonanya terus-menerus menebar jerat dan menambah daftar korbannya. Kewajiban kita adalah untuk senantiasa memeriksa dan mengevaluasi apa yang kita percayai. Karena itulah yang sedang kita hidupi. [YTP]
SH: Mat 8:1-27 - Percayakan pada Tangan yang Berkuasa (Selasa, 12 Januari 2021) Percayakan pada Tangan yang Berkuasa
Dari manakah datangnya pertolongan saat kita mengalami sakit yang berat dan berkepanjangan? Dari manakah datangn...
Percayakan pada Tangan yang Berkuasa
Dari manakah datangnya pertolongan saat kita mengalami sakit yang berat dan berkepanjangan? Dari manakah datangnya keselamatan, saat kita terancam bahaya?
Setelah memberikan khotbah-Nya, Yesus turun dari bukit dan menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Hanya dengan mengulurkan tangan dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir", seketika orang itu sembuh (2, 3). Begitu juga ketika menyembuhkan hamba dari seorang perwira di Kapernaum, Yesus tidak perlu menemuinya, hanya dengan berfirman, hamba itu pun sembuh. Saat Yesus pergi ke rumah Petrus, Dia juga menyembuhkan ibu mertua Petrus dari sakit demam. Selain atas penyakit, Yesus berkuasa juga atas setan. Hanya dengan sepatah kata saja, Yesus mengusir setan-setan dari banyak orang sekaligus (13-16). Bahkan alam pun tunduk atas perintah-Nya (26).
Jelas sekali dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya menyampaikan firman yang berisi petunjuk-petunjuk hidup agar orang-orang hidup dalam kebenaran. Ia juga mengadakan banyak mukjizat. Yesus menyatakan kuasa-Nya agar orang-orang memuliakan-Nya. Ia berkuasa atas segala sesuatu. Oleh sebab itu, ada begitu banyak orang yang datang kepada-Nya. Mereka kagum oleh pengajaran Yesus. Mereka juga minta disembuhkan atau ingin melihat mukjizat.
Ketika kita menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu ke mana harus meminta pertolongan, datanglah kepada Yesus. Saat penyakit membuat kita menderita dan putus asa, percayalah bahwa Yesus yang sanggup menyembuhkan segala penyakit akan menolong kita. Begitu juga saat kita berada dalam ketakutan terhadap bahaya yang mengancam hidup kita, berharaplah akan pertolongan dan keselamatan dari-Nya. Kita perlu berharap dengan iman ketika memohon anugerah Allah dan kemurahan hati-Nya.
Percayalah, segala sesuatu ada dalam kekuasaan tangan Allah. Jika pada masa lalu Dia berkuasa menyembuhkan orang sakit dan meredakan badai, hari ini pun Dia masih berkuasa. Mari kita bersyukur sebab tangan kuasa Allah menyertai umat-Nya. [IVT]
Topik Teologia -> Mat 8:12
Topik Teologia: Mat 8:12 - -- Yesus Kristus
Keilahian Kristus
Maim Yesus alas Keilahian
Klaim yang Berkaitan dengan Allah
Yesus Mengklaim Otoritas All...
- Yesus Kristus
- Keilahian Kristus
- Maim Yesus alas Keilahian
- Klaim yang Berkaitan dengan Allah
- Yesus Mengklaim Otoritas Allah
- Penyataan Khusus
- Mat 5:18-20 Mat 5:21-22 Mat 5:26 Mat 5:27-28 Mat 5:31-32 Mat 5:33-35 Mat 5:38-39 Mat 5:43-44 Mat 6:2 Mat 6:25 Mat 6:29 Mat 7:22-23 Mat 8:11-12 Mat 10:15 Mat 10:23 Mat 10:42 Mat 12:6 Mat 12:36 Mat 13:17 Mat 17:12 Mat 17:20 Mat 18:3 Mat 18:13 Mat 18:18-20 Mat 19:9 Mat 19:23-24 Mat 21:31 Mat 21:43 Mat 23:36 Mat 24:2-3,34-35 Mat 25:12 Mat 25:40 Mar 3:28-29 Mar 5:41 Mar 8:12 Mar 9:1 Mar 9:41 Mar 10:15 Mar 10:29-31 Mar 11:23-25 Mar 12:43 Mar 13:30-32,37 Mar 14:9 Mar 14:18 Mar 14:25 Mar 14:30 Luk 4:24-27 Luk 6:27-28 Luk 7:28 Luk 7:47 Luk 10:24 Luk 1:19 Luk 12:4-5 Luk 12:8 Luk 12:37 Luk 12:43 Luk 13:23-24 Luk 13:35 Luk 16:9 Luk 23:43 Yoh 1:51 Yoh 3:3,5 Yoh 3:11 Yoh 5:19,24-25 Yoh 6:26 Yoh 6:32 Yoh 6:47 Yoh 6:53 Yoh 8:34 Yoh 8:51 Yoh 8:58 Yoh 10:1,7 Yoh 12:24-25 Yoh 13:16 Yoh 13:20 Yoh 13:21 Yoh 13:38 Yoh 14:12 Yoh 16:20,23 Yoh 21:18
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Keputusan-keputusan Allah
- Kedaulatan Pemerintahan Allah
- Pemerintahan Allah (Kerajaan) di Dalam Perjanjian Baru
- Pengajaran Yesus tentang Kerajaan
- Eskatologi
- Neraka
TFTWMS -> Mat 8:5-13
TFTWMS: Mat 8:5-13 - Penyembuhan Seorang Hamba Perwira PENYEMBUHAN SEORANG HAMBA PERWIRA (Matius 8:5-13)
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya...
PENYEMBUHAN SEORANG HAMBA PERWIRA (Matius 8:5-13)
5 Ketika Yesus masuk ke Kapernaum, datanglah seorang perwira mendapatkan Dia dan memohon kepada-Nya: 6"Tuan, hambaku terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita." 7 Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." 8 Tetapi jawab perwira itu kepada-Nya: "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. 9 Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan di bawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang prajurit itu: Pergi!, maka ia pergi, dan kepada seorang lagi: Datang!, maka ia datang, ataupun kepada hambaku: Kerjakanlah ini!, maka ia mengerjakannya." 10 Setelah Yesus mendengar hal itu, heranlah Ia dan berkata kepada mereka yang mengikuti-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel. 11 Aku berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga, 12 sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi." 13 Lalu Yesus berkata kepada perwira itu: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Maka pada saat itu juga sembuhlah hambanya.
Ayat 5. Mujizat berikutnya terjadi di Kapernaum, sebuah kota berkembang di tepi Danau Galilea. Kota ini adalah kampung halaman Petrus (8:14) dan telah menjadi basis operasi Yesus (4:13; 9:1). Dalam 11:23, Yesus mengucapkan kutukan atas kota itu karena penduduknya menolak untuk percaya kepada Dia meski Ia telah banyak mengadakan mujizat di sana. Penggalian reruntuhan sekarang ini mencakup sebuah sinagoga kuno dan beberapa rumah, salah satu dari rumah-rumah itu secara tradisional dikatakan sebagai rumah Petrus.3
Di sini orang yang menghampiri Yesus adalah seorang non-Yahudi, seorang perwira Romawi. Perwira adalah prajurit profesional yang, tidak seperti para komandan lainnya, bertempur bersama anak buah mereka. Mereka telah disebut sebagai "tulang punggung tentara Romawi." Militer Romawi terdiri dari dua puluh lima legiun (sekitar 150.000 orang) yang ditempatkan di seluruh kekaisaran itu.4Satu "legiun" Romawi berkekuatan penuh terdiri dari enam ribu tentara, yang dibagi menjadi sepuluh "kohort" yang masing-masing terdiri dari enam ratus tentara. Satu "kohort" selanjutnya dibagi lagi menjadi enam "senturi," masing-masing terdiri dari seratus orang dan dipimpin oleh seorang senturion/perwira. Pemimpin ini bertanggung jawab untuk pendisiplinan, untuk perekrutan, dan untuk memastikan semua perintah dilaksanakan.
Kehadiran perwira khusus ini di Kapernaum adalah cocok. David Hill menjelaskan, Herodes Antipas, raja wilayah Galilea dan Perea, memiliki hak untuk membentuk tentara, yang ia akan rekrut dari luar daerahnya sendiri. Kapernaum adalah sebuah kota garnisun dan sebuah pos bea cukai yang penting, dan seorang pejabat militer (bdk. Yoh. 4.46) tentu saja biasanya akan berada di sana.5
Para perwira Romawi diharapkan menjadi—dan biasanya adalah—orang-orang yang bermoral tinggi dan berkarakter mulia. Setiap perwira yang disebut di dalam Perjanjian Baru cocok dengan karakter ini (27:54; Kisah 10:1, 2, 22; 22:25, 26; 27:43). Dalam Lukas 7:3-5, orang yang di dalam teks itu tampaknya adalah salah satu orang non-Yahudi yang takut kepada Allah, seperti yang dilaporkan tentang Kornelius (Kisah 10:02, 22). Petunjuk tentang karakter perwira khusus ini adalah bahwa, tidak seperti kebanyakan tentara Romawi, ia sangat dihormati oleh orang-orang Yahudi.
Lukas mencatat bahwa perwira ini mengajukan permintaan kepada Kristus melalui beberapa tua-tua Yahudi. Mereka berkata kepada Yesus, "Ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami" (Luk. 7:4, 5). Mengenai perbedaan antara Matius dan Lukas, Leon Morris berkomentar, "Apa yang seseorang lakukan melalui orang lain/wakilnya bisa dikatakan dilakukan oleh dirinya sendiri. Jadi Matius hanya memberikan inti komunikasi perwira itu kepada Yesus, sedangkan Lukas secara lebih rinci memberikan urutan peristiwa yang sebenarnya."6
Ayat 6. Perwira itu menyebut Yesus sebagai Tuan (ku/rioß, kurios) dalam ayat 6 dan 8. Istilah ini dapat memiliki beragam makna yang luas, mulai dari sapaan sopan ("Tuan") hingga gelar ilahi ("Allah"). Penggunaannya di sini pasti berarti lebih dari sekadar kesopanan; bisa jadi itu juga suatu pengakuan atas ke-Tuhanan-Nya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh komentar perwira itu kepada Yesus dalam ayat 8 dan 9.
Karakter perwira itu diperlihatkan lebih lanjut oleh kepeduliannya terhadap seorang hambanya. Kata Yunani yang digunakan dalam catatan Matius (pai√ß, pais) adalah kata yang bisa berarti "anak," mengacu kepada anak atau budak. Namun begitu, Lukas 7:2 menggunakan kata Yunani untuk "budak" (douvloß, doulos).7Fakta bahwa orang ini sangat peduli terhadap seorang budak, yang akan sudah dianggap sebagai barang semata oleh banyak orang Romawi, membuktikan kebaikan hatinya.
Hamba perwira itu terbaring di rumah karena sakit lumpuh dan ia sangat menderita. Bentuk dan penyebab kelumpuhan itu tidak diberikan. Kata kerja Yunani basani÷zw (basanizō), yang diterjemahkan "sangat menderita" digunakan secara kiasan, mengandung arti kesusahan besar. Alkitab NLT menggunakan ungkapan "disiksa rasa sakit." Majikan itu meminta Yesus untuk "datang dan menyembuhkan hambanya" (Luk. 7:3).
Ayat 7. Yesus berkata kepadanya: "Aku akan datang menyembuhkannya." Dalam teks Yunani, kata ganti orang "Aku" (ejgw, egō) adalah tegas. Fitur ini dapat dilihat dalam Alkitab NJB: "Aku akan datang sendiri dan menyembuhkan dia" (huruf miring ditambahkan). Beberapa ahli menafsirkan pernyataan Yesus itu sebagai pertanyaan: "Apakah aku harus pergi dan menyembuhkan dia?" Dengan kata lain, "Apakah aku [seorang Yahudi] harus pergi [ke rumah orang kafir] dan menyembuhkan dia?" Douglas R. A. Hare mendukung pandangan ini didasarkan pada keengganan Yesus untuk menyembuhan anak perempuan dari wanita Kanaan, seorang kafir, dalam 15:21-28.8Mounce menentang pandangan itu, dengan mengatakan, "Yesus baru saja mengulurkan tangan dan menjamah seorang penderita kusta: ia tidak akan ragu-ragu untuk memasuki rumah orang kafir."9
Ayat 8. Catatan Lukas mengatakan bahwa Yesus sudah hampir dekat ke rumah perwira itu ketika Ia ditemui oleh beberapa teman-teman perwira itu, yang menyampaikan pesannya (Luk. 7:6, 7). Perwira itu berkata, "Tuan, … aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku." Tanggapan ini menunjukkan kerendahan hati perwira itu, karena ia percaya bahwa dirinya tidak layak menerima Yesus sebagai tamu di rumahnya. Karena orang itu sepertinya adalah orang yang takut akan Allah dan telah mendanai pembangunan sinagoga lokal, maka tidak diragukan lagi ia menyadari adanya larangan bagi orang Yahudi untuk memasuki rumah orang kafir (lihat Yoh. 18:28; Kisah 10:28). Ini adalah hukum adat, ketimbang hukum Alkitab. Mishnah melestarikan larangan itu dengan menyatakan, "Tempat tinggal bangsa-bangsa kafir adalah najis."10Jadi, perwira itu tahu bahwa jika ia mengundang Yesus ke rumahnya maka ia akan meminta Yesus untuk memutuskan antara menyinggung orang Yahudi atau mengabaikan orang sakit.
Alih-alih mengundang, perwira itu hanya meminta Yesus untuk menyembuhkan hamba itu: "Katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh." Meskipun ia percaya dirinya tidak layak untuk menerima Yesus di rumahnya, ia punya cukup iman kepada Dia untuk percaya bahwa Ia dapat menyembuhkan hamba itu dari jarak jauh, bahkan tanpa menyentuhnya.
Ayat 9. Berikut ini adalah kesaksian lebih lanjut tentang iman perwira itu kepada kemampuan Yesus untuk menyembuhkan. Ia memahami otoritas. Ia sendiri berada di bawah otoritas dan dalam otoritas. Di satu sisi, ia harus tunduk kepada orang-orang di atas dia dalam kohort dan legiun—dan akhirnya kepada kaisar. Di sisi lain, ketika ia memberitahu prajuritnya untuk melakukan sesuatu, mereka diharapkan menaati tanpa bertanya. Membangkang dianggap pengkhianatan terhadap kaisar dan penghinaan terhadap kerajaan. Apakah itu kepada salah satu prajuritnya atau budaknya, perwira itu sudah terbiasa memberikan perintah ("'Pergi!' … 'Datang!' … 'Kerjakan ini!'") dan menjalankan perintah. Hare berpendapat, "Dengan cara yang sama, ia menyiratkan, Yesus telah menerima otoritas dari Allah, otoritas yang membolehkan Dia untuk memerintahkan roh-roh gaib (para malaikat) melakukan perintah-Nya."11
Ayat 10. Yesus … heran terhadap perkataan perwira itu. Kata kerja "heran" (qauma÷zw, thaumazō) sering digunakan untuk respon takjub orang banyak terhadap pengajaran dan mujizat Yesus. Namun begitu, kata itu hanya digunakan beberapa kali untuk perasaan takjub Yesus sendiri, yang menunjuk kepada keinsanian-Nya. Dalam teks ini dan padanannya, Ia "heran" terhadap keyakinan perwira itu (lihat Luk. 7:9). Dalam Markus 6:6, ketika Yesus ditolak di kota-Nya, Nazaret, "Ia merasa heran atas ketidakpercayaan mereka."
Yesus memberitahu orang-orang Yahudi yang bersama Dia, "Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel." Hanya dua kali Yesus mengacukan orang sebagai memiliki "iman yang besar": dalam keadaan yang menyangkut perwira ini, dan keadaan lain tentang perempuan Kanaan dalam 15:21-28. Keduanya adalah orang Kafir! Dalam setiap kasus ini, tidak seperti kasus-kasus lainnya, Ia menyembuhkan dari jauh. Yesus biasanya menyembuhkan dengan berbicara langsung kepada orang yang sakit dan dengan menyentuh mereka. Ini adalah penampilan pertama istilah "iman" (pi÷stiß, pistis) dalam Matius (8:10; 9:2, 22, 29; 15:28; 17:20; 21:21; 23:23). Hanya beberapa waktu kemudian, Yesus mengecam murid-murid-Nya karena mereka "kurang percaya" (8:26).
Ayat 11. Nubuatan Yesus tentang banyak orang yang akan datang dari timur dan barat mengacu kepada manusia di bumi. Lukas menambahkan frase "dan dari utara dan selatan" (Luk. 13:29). Sudut pandangnya adalah dari orang yang tinggal dalam perbatasan Israel. Bahasa yang serupa digunakan dalam Perjanjian Lama bagi kepulangan orang Yahudi buangan dari penawanan (Maz. 107:2, 3; Yes. 43:5, 6; 49:8-13). Namun begitu, di sini bahasa itu diterapkan terutama untuk orang non-Yahudi.
Yesus berkata bahwa banyak orang akan berkumpul dan duduk makan bersama-sama [menyandar ke meja; NASB]. Sudah menjadi kebiasaan, setidaknya pada acara-acara resmi, bagi orang-orang untuk bersandar di dipan atau bantal sambil makan bersama-sama, dengan kaki mereka menjauhi meja. Mereka akan bersandar pada siku kiri mereka dan makan dengan tangan kanan mereka. Mengenai meja persekutuan, S. Scott Bartchy menulis, "Bagi orang-orang itu waktu makan adalah waktu yang jauh lebih [penting] daripada kesempatan untuk menyantap makanan. Disambut di meja makan untuk menyantap makanan dengan orang lain telah menjadi upacara yang kaya simbol tentang persahabatan, keintiman dan kesatuan."12Kesempatan seperti itu ditandai dengan sukacita besar. Di sini gambarannya dipinjam dari nubuatan mesianik dalam Yesaya 25:6-9, dalam mana Allah menyiapan perjamuan besar bagi orang-orang dari semua ras.
Bagaimanakah kita harus memahami persekutuan perjamuan dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga? Dua kemungkinan dapat disebutkan.
Pertama, itu bisa menjadi acuan kepada dimasukkannya orang non-Yahudi ke dalam Kerajaan Allah, yaitu gereja. Mungkin Yesus melihat dalam tindakan perwira itu rencana besar keselamatan dari Allah yang akan menjangkau orang Yahudi dan juga non-Yahudi (lihat Kisah 10). Jika benar begitu, maka frase "dalam Kerajaan Sorga" merupakan acuan lain kepada gereja, yang Yesus datang untuk mendirikannya.13
Kemungkinan lain adalah bahwa perjamuan itu mengacu kepada bangsa-bangsa non-Yahudi yang tinggal bersama dengan para patriakh di dalam kerajaan kekal Bapa.14Pandangan kedua ini didukung oleh acuan dalam ayat 12 kepada penghakiman yang dari mana "anak-anak kerajaan" akan "dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap."
Dua pandangan itu berkaitan erat, karena keduanya bergerak menuju kehidupan kekal. Ketika Kristus datang kembali, kerajaan (gereja) yang Ia telah dirikan itu akan menjadi kerajaan kekal milik Bapa (1 Kor. 15:24; 2 Pet. 1:11; Why. 11:15). Pandangan pertama menekankan persekutuan yang orang masuki saat ia menjadi bagian dari Kerajaan Allah di dunia ini, yang merupakan persekutuan yang akan menjamur menjadi persekutuan yang megah di dunia yang akan datang. Pandangan kedua berfokus hampir sepenuhnya pada kebahagiaan yang akan dikenal oleh orang Yahudi dan juga orang non-Yahudi di dunia yang akan datang.
Ayat 12. Sementara orang non-Yahudi akan dimasukkan ke dalam kerajaan sorga, banyak dari mereka yang mengira kewarganegaraan diri mereka terjamin akan dicampakkan dari sorga. Anak-anak kerajaan ini adalah orang Yahudi yang menolak Yesus sebagai Mesias. Mereka adalah keturunan Abraham, kepada siapa Allah telah terlebih dahulu menyampaikan janji-janji itu (Kej. 12:1-3), tetapi mereka tidak meniru iman Abraham (lihat komentar tentang 3:8, 9). Belakangan, Yesus memberitahu beberapa orang Yahudi, "… Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu" (21:43).
Yesus berkata bahwa orang-orang Yahudi yang tidak percaya akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Gambaran ini mirip dengan acuan lain kepada neraka dalam Perjanjian Baru (Luk. 13:28; 2 Pet. 2:17; Yudas 13). Jack P. Lewis menulis, Kegelapan yang paling gelap sebagai ungkapan yang menggambarkan penderitaan orang fasik adalah unik bagi Matius (22:13; 25:30), tapi konsep itu telah diantisipasi dalam Pseudepigrapha.… Ratapan dan kertak gigi, yang muncul enam kali dalam Matius (8:12; 13:42, 50; 22:13; 24:51; 25:30; bdk. Luk. 13:28), sebelumnya telah muncul dalam Mazmur 112:10 untuk menggambarkan reaksi orang jahat terhadap kemakmuran orang benar.15
Menjadi keturunan lahiriah Abraham tidak menjamin orang mendapat tempat di kerajaan sorga, juga tidak bisa mencegah jiwanya sesat. Namun begitu, orang dapat memiliki semua kelebihan yang seharusnya menyiapkan dia untuk mengakui Yesus sebagai Mesias namun begitu membiarkan kesempatan emasnya itu berlalu, sedangkan orang yang kurang beruntung bangkit dan memasuki kerajaan itu.
Ayat 13. Setelah menyapa mereka yang mengikuti Dia, Yesus berpaling kembali kepada para utusan perwira dan menyampaikan pesan ini: "Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya." Tidak setiap kasus penyembuhan memerlukan iman kepada Yesus, baik dari orang yang disembuhkan atau mereka yang meminta bantuan-Nya. Namun begitu, karena perwira itu telah menyatakan iman yang mutlak kepada kuasa Yesus untuk menyembuhkan hambanya bahkan dari jauh, imannya itu dihormati: pada saat itu juga sembuhlah hambanya. Naskah Yunaninya secara harfiah mengatakan ia sembuh "pada jam itu" (lihat Yoh. 4:53). Lukas menambahkan, "Dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali" (Luk. 7:10).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Matius (Pendahuluan Kitab) Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali di...
Penulis : Matius
Tema : Yesus, Raja Mesianis
Tanggal Penulisan: Tahun 60-an TM
Latar Belakang
Injil ini dengan tepat sekali ditempatkan pertama sebagai pengantar PB dan "Mesias, Anak Allah yang hidup" (Mat 16:16). Walaupun nama pengarang tidak disebutkan dalam nas Alkitab, kesaksian semua bapa gereja yang mula-mula (sejak kira-kira tahun 130 M) menyatakan bahwa Injil ini ditulis oleh Matius, salah seorang murid Yesus.
Jikalau Injil Markus ditulis untuk orang Romawi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL MARKUS" 08165) dan Injil Lukas untuk Teofilus dan semua orang percaya bukan Yahudi (Lihat "PENDAHULUAN INJIL LUKAS" 08169), maka Injil Matius ditulis untuk orang percaya bangsa Yahudi. Latar Belakang Yahudi dari Injil ini tampak dalam banyak hal, termasuk
- (1) ketergantungannya pada penyataan, janji, dan nubuat PL untuk membuktikan bahwa Yesus memang Mesias yang sudah lama dinantikan;
- (2) hal merunut garis silsilah Yesus, bertolak dari Abraham (Mat 1:1-17);
- (3) pernyataannya yang berulang-ulang bahwa Yesus adalah "Anak Daud" (Mat 1:1; Mat 9:27; Mat 12:23; Mat 15:22; Mat 20:30-31; Mat 21:9,15; Mat 22:41-45);
- (4) penggunaan istilah yang khas Yahudi seperti "Kerajaan Sorga" (yang searti dengan "Kerajaan Allah") sebagai ungkapan rasa hormat orang Yahudi sehingga segan menyebut nama Allah secara langsung dan
- (5) petunjuknya kepada berbagai kebiasaan Yahudi tanpa memberikan penjelasan apa pun (berbeda dengan kitab-kitab Injil yang lain).
Sekalipun demikian, Injil ini tidak semata-mata untuk orang Yahudi. Seperti amanat Yesus sendiri, Injil Matius pada hakikatnya ditujukan kepada seluruh gereja, serta dengan saksama menyatakan lingkup universal Injil (mis. Mat 2:1-12; Mat 8:11-12; Mat 13:38; Mat 21:43; Mat 28:18-20).
Tanggal dan tempat Injil ini berasal tidak dapat dipastikan. Akan tetapi, ada alasan kuat untuk beranggapan bahwa Matius menulis sebelum tahun 70 M ketika berada di Palestina atau Antiokia di Siria. Beberapa sarjana Alkitab percaya bahwa Injil ini merupakan Injil yang pertama ditulis, sedangkan ahli yang lain beranggapan bahwa Injil yang ditulis pertama adalah Injil Markus.
Tujuan
Matius menulis Injil ini
- (1) untuk memberikan kepada sidang pembacanya kisah seorang saksi mata mengenai kehidupan Yesus,
- (2) untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Mesias yang dinubuatkan oleh nabi PL, yang sudah lama dinantikan, dan
- (3) untuk menunjukkan bahwa Kerajaan Allah dinyatakan di dalam dan melalui Yesus Kristus dalam cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Matius ingin sekali agar pembacanya memahami bahwa
- (1) hampir semua orang Israel menolak Yesus dan kerajaan-Nya. Mereka tidak mau percaya karena Ia datang sebagai Mesias yang rohani dan bukan sebagai Mesias yang politis.
- (2) Hanya pada akhir zaman Yesus akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja segala raja untuk menghakimi dan memerintah semua bangsa.
Survai
Matius memperkenalkan Yesus sebagai penggenapan pengharapan Israel yang dinubuatkan. Yesus menggenapi nubuat PL dalam kelahiran-Nya (Mat 1:22-23), tempat lahir (Mat 2:5-6), peristiwa kembali dari Mesir (Mat 2:15) dan tinggal di Nazaret (Mat 2:23); Ia juga diperkenalkan sebagai Oknum yang didahului oleh perintis jalan Sang Mesias (Mat 3:1-3); dalam hubungan dengan lokasi utama dari pelayanan-Nya di depan umum (Mat 4:14-16), pelayanan penyembuhan-Nya (Mat 8:17), peranan-Nya selaku hamba Allah (Mat 12:17-21), ajaran-Nya dalam bentuk perumpamaan (Mat 13:34-35), peristiwa memasuki Yerusalem dengan jaya (Mat 21:4-5) dan penangkapan-Nya (Mat 26:56).
Pasal 5-25 (Mat 5:1--25:46) mencatat lima ajaran utama yang disampaikan oleh Yesus dan lima kisahan utama mengenai perbuatan-Nya yang besar sebagai Mesias. Lima ajaran utama itu adalah:
- (1) Khotbah di Bukit (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (2) pengarahan bagi orang yang diutus untuk berkeliling memberitakan Kerajaan itu (pasal 10; Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan tentang Kerajaan Allah (pasal 13; Mat 13:1-30);
- (4) sifat seorang murid sejati (pasal 18; Mat 18:1-35) dan
- (5) ajaran di Bukit Zaitun mengenai akhir zaman (pasal 24-25; Mat 24:1--25:46).
Lima kisah utama dalam Injil ini adalah:
- (1) Yesus mengerjakan tanda ajaib dan mukjizat, yang menegaskan tentang realitas kerajaan itu (pasal 8-9; Mat 8:1--9:38);
- (2) Yesus mempertunjukkan lebih lanjut adanya kerajaan (pasal 11-12; Mat 11:1--12:50);
- (3) Pengumuman kerajaan menimbulkan bermacam-macam krisis (pasal 14-17; Mat 14:1--17:27);
- (4) Yesus berjalan ke Yerusalem dan tinggal di situ pada minggu terakhir (Mat 19:1--26:46);
- (5) Yesus ditangkap, dihakimi, disalibkan dan bangkit dari antara orang mati (Mat 26:47--28:20). Tiga ayat yang terakhir dari kitab Injil ini mencatat "Amanat Agung" Yesus.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Injil ini.
- (1) Kitab ini merupakan Injil yang mencolok sifat ke-Yahudiannya.
- (2) Ajaran dan pelayanan Yesus di bidang penyembuhan dan pelepasan disajikan secara paling teratur. Karena hal ini, maka pada abad kedua gereja sudah mempergunakan Injil ini untuk membina orang yang baru bertobat.
- (3) Kelima ajaran utama berisi materi yang terluas di dalam keempat Injil yang mencatat pengajaran Yesus
- (a) selama pelayanan-Nya di Galilea dan
- (b) mengenai hal-hal terakhir (eskatologi).
- (4) Injil ini secara khusus menyebutkan peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagai penggenapan PL jauh lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (5) Kerajaan Sorga\Kerajaan Allah disebutkan dua kali lebih banyak daripada kitab lain di PB.
- (6) Matius menekankan
- (a) standar-standar kebenaran dari Kerajaan Allah (pasal 5-7; Mat 5:1--7:29);
- (b) kuasa kerajaan itu atas dosa, penyakit, setan-setan, dan bahkan kematian; dan
- (c) kejayaan kerajaan itu di masa depan dalam kemenangan yang mutlak pada akhir zaman.
- (7) Hanya Injil ini yang menyebutkan atau menubuatkan gereja sebagai suatu wadah yang menjadi milik Yesus di kemudian hari (Mat 16:18; Mat 18:17).
Full Life: Matius (Garis Besar) Garis Besar
I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11)
A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17)
B....
Garis Besar
- I. Memperkenalkan Mesias
(Mat 1:1-4:11) - A. Silsilah Yahudi Yesus
(Mat 1:1-17) - B. Kelahiran dan Pengungsian ke Mesir
(Mat 1:18-2:23) - C. Perintis Jalan Sang Mesias
(Mat 3:1-12) - D. Pembaptisan Sang Mesias
(Mat 3:13-17) - E. Pencobaan Sang Mesias
(Mat 4:1-11) - II. Pelayanan Mesianis Yesus di dan sekitar Galilea
(Mat 4:12-18:35) - A. Ringkasan Pelayanan yang Awal di Galilea
(Mat 4:12-25) - B. Ajaran tentang Kemuridan dalam Kerajaan
(Mat 5:1-7:29) - C. Kisahan I: Perbuatan-Perbuatan Luar Biasa dari Kerajaan
(Mat 8:1-9:38) - D. Ajaran tentang Pemberitaan Kerajaan
(Mat 10:1-42) - E. Kisahan II: Kehadiran Kerajaan
(Mat 11:1-12:50) - F. Ajaran tentang Rahasia Kerajaan
(Mat 13:1-58) - G. Kisahan III: Krisis Kerajaan
(Mat 14:1-17:27) - H. Ajaran tentang Keanggotaan dalam Kerajaan
(Mat 18:1-35) - III.Puncak Pelayanan Mesianis Yesus di Yudea/Perea dan Yerusalem
(Mat 19:1-26:46) - A. Perjalanan Yesus ke Yerusalem
(Mat 19:1-20:34) - B. Minggu Terakhir yang dilewatkan Yesus di Yerusalem
(Mat 21:1-26:46) - 1. Masuk Yerusalem dan Penyucian Bait Allah
(Mat 21:1-22) - 2. Perdebatan dengan Orang Yahudi
(Mat 21:23-22:46) - 3. Pengecaman terhadap ahli Taurat dan Orang Farisi
(Mat 23:1-39) - 4. Ajaran di Bukit Zaitun tentang Masa Depan Kerajaan
(Mat 24:1-25:46) - 5. Komplotan untuk Mengkhianati Yesus
(Mat 26:1-16) - 6. Perjamuan Terakhir
(Mat 26:17-30) - 7. Getsemani
(Mat 26:31-46) - IV. Yesus Ditangkap, Diadili dan Disalibkan
(Mat 26:47-27:66) - A. Yesus Ditangkap
(Mat 26:47-56) - B. Yesus Diadili
(Mat 26:57-27:26) - C. Yesus Disalibkan
(Mat 27:27-56) - D. Yesus Dikubur
(Mat 27:57-66) - V. Yesus Bangkit
(Mat 28:1-20) - A. Penemuan Luar Biasa Para Wanita
(Mat 28:1-10) - B. Saksi-Saksi Palsu
(Mat 28:11-15) - C. Amanat Tuhan yang Bangkit
(Mat 28:16-20)
Matthew Henry: Matius (Pendahuluan Kitab) Di hadapan kita terdapat,
I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari...
Di hadapan kita terdapat,
- I. Perjanjian (wasiat) Baru Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita; demikian yang diberikan pada bagian kedua dari Alkitab kita, yang juga disebut kovenan baru, karena kata yang digunakan memiliki kedua makna tersebut. Sebenarnya, bila menyinggung tindakan dan perbuatan Kristus, sebagaimana dimaksudkan di sini, maka istilah yang paling tepat adalah wasiat (Inggris: testament), sebab Kristuslah sang Pemberi Wasiat itu, yang berlaku sah melalui kematian-Nya (Ibr. 9:16-17). Tidak seperti suatu kovenan, dalam wasiat tidak terdapat kesepakatan bersama antara pihak-pihak yang terlibat. Dalam wasiat, apa yang dijanjikan itu dianugerahkan, meskipun bersyarat, berdasarkan suatu kehendak, yakni kehendak bebas, maksud baik dari Sang Pemberi Wasiat. Seluruh anugerah yang terdapat di dalam kitab ini bersumber pada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita. Karena itu, jika kita tidak mengakui Dia sebagai Tuhan kita, kita tidak dapat mengharapkan manfaat apa pun dari-Nya sebagai Juruselamat kita. Perjanjian ini disebut perjanjian baru, untuk membedakannya dari perjanjian yang diberikan Musa, namun bukan karena perjanjian Musa ini sudah tidak berlaku; juga untuk menyatakan bahwa perjanjian tersebut harus selalu baru, tidak menjadi usang dan ketinggalan zaman. Kitab-kitab Perjanjian Baru ini bukan saja memuat penemuan seutuhnya akan anugerah yang sudah nyata menyelamatkan semua manusia, tetapi juga merupakan sebuah sarana yang sah yang melaluinya anugerah itu disampaikan dan berdiam atas semua orang percaya. Sudah seyogyanyalah dengan cermat kita memelihara, dan dengan penuh perhatian serta sukacita kita membaca pesan dan wasiat terakhir seorang sahabat, yang melalui wasiat itu telah meninggalkan suatu warisan besar, dan bersama warisan ini pula telah mengungkapkan kasih-Nya yang mendalam kepada kita! Betapa terlebih mulianya wasiat yang diberikan Juruselamat kita yang terberkati itu, yang menjamin seluruh kekayaan-Nya yang tidak terkatakan bagi kita! Ini sungguh wasiat-Nya; meskipun wasiat itu, seperti umumnya surat wasiat, ditulis oleh orang lain (kita tidak memiliki bukti apa pun yang merupakan tulisan Kristus sendiri), namun Dia sendirilah yang menyatakannya; dan pada malam sebelum Ia mati, melalui perjamuan malam, Ia menandatangani, memeteraikan, dan mengumumkannya di hadapan dua belas orang saksi. Sebab, meskipun kitab-kitab ini baru ditulis setelah beberapa tahun kemudian, demi manfaat bagi generasi-generasi selanjutnya, in perpetuam rei memoriam – sebagai suatu peringatan abadi, Perjanjian Baru Yesus, Tuhan kita, sudah ditetapkan, dikukuhkan, dan diberitakan sejak kematian-Nya, sebagai sebuah wasiat lisan, yang tentangnya catatan-catatan dalam kitab-kitab tersebut memiliki kesamaan yang tepat. Hal-hal yang dituliskan oleh Lukas merupakan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara orang waktu itu (hal-hal yang diyakini secara pasti, KJV), dan karena itu sudah dikenal baik sebelum ia sendiri menuliskannya. Namun, ketika peristiwa-peristiwa itu dituliskan, tulisan tersebut melampaui dan menyisihkan tradisi lisan, dan tulisan-tulisan ini menjadi perbendaharaan Perjanjian Baru itu. Hal ini ditunjukkan juga dalam judul tambahan yang mengawali banyak salinan Perjanjian Baru bahasa Yunani, Tēs kainēs Diathēkēs Hapanta – Keseluruhan Perjanjian Baru, atau segenap hal mengenainya. Di dalamnya diungkapkan seluruh maksud Allah berkenaan dengan keselamatan kita (Kis. 20:27). Sama sebagaimana hukum Tuhan sempurna adanya, demikian pula halnya dengan Injil Kristus, dan tidak ada lagi yang ditambahkan kepadanya. Kita telah memiliki semuanya, dan tidak ada yang perlu dicari lagi.
- II. Di hadapan kita terdapat Keempat Injil. Injil berarti kabar baik, atau berita kesukaan; dan sejarah kedatangan Kristus ke dalam dunia untuk menyelamatkan orang berdosa ini jelas-jelas merupakan kabar terbaik yang pernah datang dari sorga ke atas bumi; malaikatlah yang memberikan sebutan kesukaan bagi berita itu (Luk. 2:10), Euangelizomai hymin – aku memberitakan kepadamu kesukaan besar; aku memberitakan Injil kepadamu. Nabi pun menubuatkannya (Yes. 52:7; 61:1). Di situ dinubuatkan bahwa pada hari kedatangan Mesias, kesukaan besar itu harus diberitakan. Kata Injil sepadan dengan kata Inggris Gospel yang berasal dari bahasa Sakson kuno [sebuah bahasa Germanik tua – pen.], yang berarti perkataan atau kata Allah (God’s spell atau God’s word); dan Allah dipanggil demikian karena Dia baik, Deus optimus – Allah yang mahabaik, dan karena itu kata Gospel bisa berarti suatu perkataan atau kata yang baik. Bila kita mengambil kata spell dalam artian yang lebih tepat, yaitu charm (carmen), “mantera,” dan memandangnya dari sisi baik, sebagai sesuatu yang menggerakkan dan memengaruhi, tepatnya lenire dolorem – untuk menenangkan hati, atau untuk mengubah hati supaya merasa takjub atau kasih, seperti hal-hal yang umum kita sebut memesonakan atau memikat hati, maka pengertian ini dapat diterapkan pada Injil; sebab di dalamnya sang pembaca mantra menyuarakan manteranya dengan bijak, sekalipun kepada ular tedung tuli (Mzm. 58:5-6). Begitu pula tidak seorang pun yang akan memikirkan adanya mantra lain yang memiliki kuasa seperti keindahan dan kasih Penebus kita. Segenap Perjanjian Baru adalah Injil atau kabar baik itu sendiri. Rasul Paulus menyebut Perjanjian Baru itu Injilnya, sebab ia adalah salah seorang pemberitanya. Alangkah indahnya jika kita juga menjadikannya sebagai Injil kita melalui sambutan hangat dan ketaatan kita terhadap Injil! Lazim keempat kitab yang memuat sejarah tentang Sang Penebus itu kita sebut keempat Injil, dan para penulisnya yang diilhami itu kita sebut pemberita Injil, atau penulis Injil; namun, sebutan ini tidaklah begitu tepat, karena sebutan pemberita Injil menunjuk kepada suatu golongan pengerja atau pelayan tertentu yang menjadi pembantu para rasul: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun ... pemberita-pemberita Injil” (Ef. 4:11). Ajaran mengenai Kristus harus dijalin dengan, dan didasarkan pada, kisah tentang kelahiran, kehidupan, mujizat-mujizat, kematian, dan kebangkitan-Nya; sebab hanya dengan demikianlah doktrin tersebut tampak dalam terangnya yang paling jelas dan kuat. Seperti halnya dengan alam, demikian juga dalam anugerah, penemuan-penemuan yang paling membahagiakan adalah penemuan-penemuan yang timbul berdasarkan gambaran-gambaran tertentu dari halhal yang nyata. Sejarah alam merupakan filsafat terbaik; begitu pula dengan sejarah suci, baik Perjanjian Lama maupun Baru, adalah sarana kebenaran suci yang paling tepat dan mulia. Keempat Injil ini telah ada sejak awal Kekristenan dan telah diterima teguh oleh gereja mula-mula dan dibacakan dalam pertemuan-pertemuan ibadah Kristen, sebagaimana diungkapkan melalui tulisan-tulisan Justin Martyr dan Irenaeus, yang hidup satu abad lebih sedikit setelah kenaikan Kristus ke sorga; mereka menyatakan bahwa empat Injil sajalah, tidak lebih dan tidak kurang, yang diterima oleh gereja. Sekitar masa itu, keselarasan keempat pemberita Injil itu dihimpun oleh Tatian, dengan judul To dia tessarōn – Injil dari keempat Injil. Pada abad ketiga dan keempat muncul injil-injil lain yang dipalsukan oleh bermacam-macam sekte dan diterbitkan dengan menggunakan nama Petrus, ada lagi dengan nama Tomas, Filipus, dan seterusnya. Namun injil-injil ini tidak pernah diakui maupun dihargai oleh gereja, seperti dikatakan cendekiawan Dr. Whitby. Beliau mengajukan alasan tepat mengapa kita harus setia berpegang pada catatan-catatan tertulis ini, sebab tradisi, dengan pernyataan dan dalih apa pun yang terdapat di dalamnya, tidaklah mampu memelihara berbagai hal dengan pasti, dan hal ini pun telah kita ketahui dari pengalaman. Sebab, meskipun Kristus mengatakan dan melakukan banyak hal yang mengesankan, yang tidak tertulis (Yoh. 20:30;21:25), tradisi tidak menyimpan satu pun bagi kita, semuanya lenyap, kecuali apa yang tertulis [dalam keempat Injil – ed.]. Oleh karena itu, yang tertulis inilah, yang harus kita pegang; dan merupakan berkat Allah bahwa kita memilikinya untuk kita patuhi; itulah perkataan sejarah yang pasti.
- III. Di hadapan kita terdapat Injil menurut Matius. Penulisnya lahir sebagai orang Yahudi, dan bekerja sebagai seorang pemungut cukai, sampai Kristus memanggilnya, dan dia pun meninggalkan rumah cukai, untuk mengikut Dia. Dan penulis merupakan salah seorang yang menyertai-Nya, yang senantiasa datang berkumpul dengan ... Tuhan Yesus ... yaitu mulai dari baptisan Yohanes sampai hari Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Oleh sebab itu, ia merupakan saksi yang dapat diandalkan sehubungan dengan apa yang telah dicatatnya di sini. Konon ia telah mencatat sejarah ini sekitar delapan tahun setelah kenaikan Kristus ke sorga. Banyak penulis zaman tersebut yang mengatakan bahwa ia menulisnya dalam bahasa Ibrani atau bahasa Aram; namun tradisi ini disangkal oleh Dr. Whitby secara meyakinkan. Tidak diragukan lagi Injil ini ditulis dalam bahasa Yunani, seperti halnya bagian-bagian lain dalam Perjanjian Baru. Jadi, bukan dalam bahasa yang khusus digunakan oleh orang-orang Yahudi, yang baik bait Allahnya maupun negaranya hampir berakhir pada masa itu, namun dalam bahasa yang umum bagi dunia dan yang melaluinya pengetahuan tentang Kristus akan tersiar dengan efektif kepada seluruh bangsa di dunia. Namun bisa saja ada kemungkinan terdapat edisi dalam bahasa Ibrani yang diterbitkan Matius sendiri pada saat yang sama ketika dia menulisnya dalam bahasa Yunani. Edisi bahasa Ibrani itu untuk orang Yahudi, sedangkan edisi Yunani ditulis untuk orang-orang non-Yahudi, ketika dia meninggalkan Yudea untuk memberitakan Injil kepada mereka. Marilah kita memuji Allah karena kita memiliki Injil ini, dan memilikinya dalam bahasa yang kita pahami.
Jerusalem: Matius (Pendahuluan Kitab) INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelio...
INJIL-INJIL SINOPTIK
PENGANTAR
Ada empat kitab dalam Perjanjian Baru yang berisikan "Kabar Yang Baik" (demikianlah arti kata "Euaggelion" atau "Injil"). Tiga buah kitab pertama dalam daftar Kitab-kitab Suci itu sangat serupa satu sama lain, sehingga dapat ditempatkan dalam tiga lajur yang sejalan dan dirangkum dengan sekilas pandang saja. Karena itulah ketiga kitab itu disebut : (injil-injil) sinoptik (diturunkan dari kata Yunani "sinopsis", artinya sekilas pandang).
Tradisi Gereja Kristen, yang sudah diketemukan dalam karangan-karangan yang ditulis dalam abad II, menyatakan bahwa masing-masing injil dikarang oleh Matius, Markus dan Lukas. Menurut tradisi itu Matius, seorang pemungut cukai yang termasuk dewan Kedua Belas Rasul Mat 9:9; 10:3, yang pertama menulis injilnya buat orang Kristen bekas Yahudi di Palestina. Karyanya yang ditulis dalam bahasa "Ibrani", yaitu Aram, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Yohanes Markus menyusun injilnya di Roma, sesuai dengan pengajaran agama yang diberikan Rasul Petrus. Yohanes Markus itu adalah seorang Kristen dari Yerusalem, Kis 12:12, yang membantu Paulus dalam karya kerasulannya, Kis 12:25;13:5, 13; Flm 24; 2Tim 4:11, dan juga Barnabas, Kis 15:37,39, pamannya, Kol 4:10. Sebagai "juru bicara" atau penterjemah" Markus juga membantu rasul Petrus, 1Ptr 5:13. Seorang murid lain Lukas, mengarang injil yang ketiga. Ia adalah seorang Kristen bekas kafir, Kol 4:10-14, dan dalam hal ini berbeda dengan Matius dan Markus. Ia berasal dari Antiokhia dan seorang tabib, Kol 4:14. Menurut pendapat sementara ahli Lukas menjadi teman seperjalanan Paulus waktu rasul itu menempuh perjalanannya yang kedua (Kis 16:10 dst) dan yang ketiga (Kis 20:5 dst). Iapun menyertai Paulus waktu dalam penahanan di Roma, baik untuk pertama kalinya, Kis 27:1 dst, maupun untuk kedua kalinya, 2Tim 4:11. Karena itu injil ketiga itu dapat dihubungkan dengan Paulus, bdk barangkali 2Kor 8:18, seperti injil Markus dihubungkan dengan Petrus. Lukas ini masih mengarang kitab lain lagi, yaitu Kisah Para Rasul. Baik injil kedua maupun injil ketiga langsung ditulis dalam bahasa Yunani.
Keterangan-keterangan tersebut yang diambil dari tradisi Gereja diteguhkan oleh penyelidikan masing-masing injil sendiri. Tetapi sebelum hal itu dikupas, baiklah terlebih dahulu dibahas hubungan ketiga injil itu satu sama lain ditinjau dari segi sastra. Ini lazimnya disebut sebagai "Masalah Sinoptik".
Masalah Sinoptik itu sudah dipecahkan oleh para ahli dengan macam-macam jalan. Masing-masing pemecahan yang diusulkan tidak mencukupi, tetapi semua mengandung kebenaran juga. Maka pemecahan-pemecahan yang bermacam-mecam itu dapat menolong untuk menyusun suatu keterangan menyeluruh tentang masalah itu. Mungkin sekali dan bahkan pasti bahwa ada suatu tradisi lisan bersama, yang dituliskan masing- masing penginjil dengan tidak bergantung satu sama lain, sehingga ada perbedaan- perbedaan dalam masing-masing karangan Tetapi tradisi bersama itu tidak dapat secukupnya menjelaskan mengapa ada begitu banyak kesamaan yang mengesankan antara ketiga injil itu sampai dengan hal-hal kecil dan dalam urutan bagian- bagiannya. Kesamaan semacam itu kiranya tidak mungkin kalau ketiga injil itu hanya berdasarkan ingatan saja, meski ingatan orang-orang timur di zaman dahulu sekalipun. Kesamaan yang ada itu lebih mudah diterangkan kalau ketiga injil itu berdasarkan satu atau beberapa tradisi tertulis. Tetapi kalau mau dipertahankan bahwa ketiga injil itu mengambil bahannya dari tradisi tertulis dengan tidak bergantung satu sama lain, maka sukar diterangkan mengapa kesamaan perbedaan antara ketiga injil tu memberi kesan bahwa ketiga penginjil saling mengenal, saling menuruti atau bahkan memperbaiki. Maka harus diterima bahwa ketiga injil, entah bagaimana, saling bergantung secara langsung. Jelaslah Lukas bergantung pada Markus. Tetapi kurang pasti bahwa Markus bergantung pada Matius, seperti dahulu lama sekali dianggap orang: ada banyak petunjuk bahwa ketergantungan kedua injil itu harus dibalikkan. Tidak begitu mungkin bahwa Matius langsung bergantung pada Lukas atau Lukas pada Matius. Memang ada kesamaan dan kesejajaran antara Matius dan Lukas, juga di mana kedua penginjil itu tidak menuruti Markus. Tetapi hal ini kiranya harus diterangkan dengan menerima bahwa Matius dan Lukas menggunakan satu atau beberapa sumber bersama, yang lain dari Injil kedua.
Untuk menerangkan duduknya perkara, kritik modern sudah mengajukan yang diistilahkan sebagai "teori kedua sumber". Sumber yang satu ialah Mrk; dalam bagian-bagian yang berupa cerita, Matius dan Lukas bergantung pada Markus. Sebaliknya, sabda dan wejangan (disebut sebagai "Logia") yang hanya sedikit sekali dalam Markus, oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber lain. Sumber ini tidak dikenal, tetapi dapat diandalkan; lazimnya diistilahkan sebagai "Q" (huruf pertama dari kata Jerman "Quelle" = Sumber). Meskipun nampaknya sederhana, namun secara menyeluruh teori itu tidak memuaskan, barangkali justru karena kesederhanaannya. Teori itu tidak secukupnya memperhatikan segala sesuatu yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah yang mau dipecahkan. Baik Markus seperti ada sekarang, maupun sebagaimana disusun oleh pembela teori kedua sumber tersebut, tidak berhasil benar-benar memainkan peranan sebagai sumber, seperti dikatakan pendukung teori itu.
Memang jelaslah Markus kerap kali nampaknya lebih tua dari pada Matius dan Lukas, tetapi juga kebalikannya sering terjadi : Matius dan Lukas nampaknya lebih tua dari pada Markus. Ada kalanya Markus mempunyai ciri yang mencerminkan tahap perkembangan tradisi lebih jauh dari pada yang tercantum dalam Matius dan Lukas, misalnya kadang-kadang terasa pengaruh pikiran Paulus atau usaha untuk menyesuaikan tradisi asli dengan pembaca yang bukan keturunan Yahudi, sedangkan dalam Matius dan Lukas terdapat ciri ketuaan misalnya ungkapan yang berciri Yahudi atau yang mencerminkan keadaan lingkungan di dalam keadaan yang mendahului keadaannya sekarang?
Hipotesa tersebut didukung pertimbangan lain lagi. Ada kalanya Matius dan Lukas bersesuaian satu sama lain, pada hal berbeda dengan Markus dalam bagian-bagian Injil yang sejalan. Ini tidaklah mungkin, seandainya Matius dan Lukas langsung bergantung pada Markus seperti sekarang ada. Kesesuaian Matius dan Lukas satu sama lin itu kerap kali terdapat dan kadang-kadang kesesuaian itu benar-benar mengherankan. Kesesuaian Matius dan Lukas yang berlainan dari Markus itu hendak diterangkan begitu rupa, sehingga teori kedua sumber itu dapat terus dipertahankan juga. Dikatakan bahwa kesesuaian itu berasal dari penyalin- penyalin Kitab Suci, yang menyesuaikan Matius dan Lukas satu sama lain. Kalau demikian kritik teks dapat menghilangkan kesesuaian itu. Dikatakan pula bahwa penginjil-penginjil sendiri menghasilkan kesesuaian itu, dengan jalan sebagai berikut : baik Matius maupun Lukas dengan tidak saling mengenal secara sama memperbaiki teks Markus yang mereka gunakan, sebab teks itu mereka anggap kurang baik. Memanglah keterangan-keterangan semacam itu kadang-kadang berhasil menjelaskan kesesuaian antara Matius dan Lukas yang kedua-duanya menyimpang dari Markus. Tetapi pengandaian-pengandaian serupa itu itu tidak mungkin memecahkan seluruh masalah. Dengan memperhatikan segala unsur yang perlu diperhitungkan, kesesuaian antara Matius dan Lukas itu lebih mudah dapat diterangkan, dengan cara seperti yang disarankan di muka : Matius dan Lukas menggunakan injil Markus dalam keadaan lain dari yang tersedia sekarang. Agaknya injil Markus yang asli itu kemudian disadur lagi. Dan penyaduran kembali itulah yang memberi injil Markus ciri-ciri baru yang memantulkan perkembangan, tradisi lebih jauh. Inipun menyebabkan bahwa Matius dan Lukas berkesuaian satu sama lain, sedangkan berbeda dengan Markus seperti sekarang ada. Sebab Matius dan Lukas dua-duanya memaik teks Markus yang lebih tua dari pada teks saduran tersebut yang sekarang tercantum dalam Kitab Suci.
Sumber "Q" yang diandaikan oleh teori kedua sumber itu juga kurang memuaskan, sekurang-kurangnya sumber "Q" seperti disusun kembali para sumber dipulihkan dengan hasil yang sangat berbeda-beda. Maka tidak dapat diketahui dengan cukup pasti bagaimana sesungguhnya dokumen itu. Bahkan prinsip bahwa ada satu dokumen tidak pasti juga. Sebab "logia-logia" yang dikatakan berasal dari "Q" itu ditemukan dalam Matius maupun dalam Lukas, tetapi dengan cara yang begitu berbeda, sehingga orang mulai menduga adanya dua kumpulan "logia-logia", dan bukan hanya sebuah saja. Di satu pihak logia-logia yang terdapat dalam bagian tengah Luk, yang kadang-kadang disebut "Bagian Perea" (Luk 9:51 -- Luk 18:14), agaknya berasal dari satu sumber, sedangkan "logia-logia" yang ditemukan dalam bagian- bagian Lukas yang lain diambil dari sumber yang berbeda. Baik "Logia-logia" yang terkumpul dalam Lukas 9:51 -- Luk 18:14, maupun yang terdapat di bagian-bagian lain pada umumnya terdapat juga dalam Matius. Tetapi anehnya, logia-logia macam kedua ditemukan dalam Lukas dan Matius dengan urutan yang pada pokoknya sama, pada hal "logia-logia" macam pertama dalam Lukas merupakan suatu keseluruhan sedangkan dalam Matius tersebar dalam seluruh injilnya. Ada kesan bahwa logia-logia macam kedua ini oleh Matius dan Lukas diambil dari sumber yang berbeda-beda. Sumber yang satu ialah sebuah kumpulan logia (yang oleh Vaganay disebut S = sources = sumber). Bagian terbesar itu oleh Lukas ditempatkan di bagian tengah injilnya (Luk 9:51 -- Luk 18:14), sedangkan oleh Matius dipisah-pisahkan sehingga "logia-logia" dari sumber itu tersebar dalam wejangan-wejangan Yesus yang disajikan Matius Sumber kedua ialah injil Matius dalam keadaan lain dari pada keadaan sekarang.
Memang sama seperti halnya dengan Markus, agaknya perlu diterima bahwa Matius dan Lukas juga pernah ada dalam keadaan lain dari pada keadaannya sekarang. Matius dan Lukas yang tercantum dalam Kitab Suci merupakan saduran dari injil- injil Matius dan Lukas yang sudah ada sebelumnya. Analisa Matius dan Lukas -- analisa itu di sini tidak dapat diadakan-membawa kepada kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya Markus dan Matius menempuh tiga tahap perkembangan yang berturut-turut. Ada sebuah dokumen dasar, disusul redaksi pertama yang pada gilirannya disadur sampai ke redaksi yang kini tersedia. Dalam ketiga tahap itu Markus dan Matius saling berpengaruh dengan cara yang berbeda-beda, sehingga akhirnya muncul hubungan-hubungan literer, baik kesamaan maupun perbedaan, seperti sekarang ada. Redaksi Markus yang pertama agaknya terpengaruh oleh dokumen dasar Matius. Karena itu Markus mempunyai kesamaan dengan Matius, yakni di mana Markus bergantung pada dokumen dasar Matius itu: tetapi redaksi yang terakhir pada gilirannya mempengaruhi redaksi Matius yang paling akhir, sehingga redaksi Matius ini bergantung pada Markus. Pengaruh timbal-balik semacam itu nampaknya berbelit-belit dan tidak keruan. Memang demikianlah adanya, hanya begitu caranya untuk menjelaskan kenyataan yang berbelit-belit dan tidak keruan! Mustahilah secara sederhana dan mudah memecahkan masalah sinoptik.
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan sastra tersebut, dapat disusun suatu keterangan menyeluruh, yang walaupun tidak pasti namun sangat mungkin untuk menjelaskan keadaan ketiga injil pertama. Pada awal mula ada pewartaan lisan oleh para rasul yang berpusatkan pemberitaan atau Kerigma yang memberitakan wafat Yesus yang menebus dan kebangkitan Tuhan. Pewartaan yang ringkasannya terdapat dalam wejangan-wejangan Petrus, yang tercantum dalam Kis itu biasanya dibarengi cerita-cerita yang lebih terperinci. Mula-mula ada kisah sengsara yang agak segera diberi bentuk tetap, sebagaimana dibuktikan kisah sengsara yang ada dalam keempat injil, yang sangat sejalan: kemudian muncul cerita-cerita kecil mengenai riwayat hidup Yesus dengan maksud menyoroti kepribadianNya, perutusan kekuasaan dan pengajaranNya; cerita-cerita itu memuat suatu kejadian atau wejangan yang menarik, sebuah mujizat, sebuah pepatah, perumpamaan dan sebagainya. Kecuali para rasul ada juga orang lain yan gkhususnya bercerita, seperti misalnya "penginjil-penginjil" (salah satu karunia Roh Kudus khusus yang tidak hanya mengenai keempat penginjil kita; bdk Kis 21:8; Ef 4:11; 2 Tim 4:5). Orang-orang inipun menceritakan kenangan-kenangan injili dalam sebuah bentuk yang menjurus ke bentuk tetap karena terus terulang. Tidak lama kemudian, terutama waktu saksi-saksi dari permulaan mulai memikirkan penulisan tradisi itu. Kejadian-kejadian dan sebagainya yang mula-mula diceritakan tersendiri- tersendiri, cenderung menjadi kelompok, yang kadang-kadang disusun menurut urutannya dalam waktu (misalnya pada satu hari di Kapernaum, Mrk 1:16-39), kadang-kadang menurut urutan yang logis (lima pertikaian Mrk 2:1-3:6). Kelompok yang mula-mula kecil saja, kemudian dihimpun di dalam kelompok-kelompok lebih besar.
Salah seorang pengarang (dan tidak ada alasan mengapa tidak disebut rasul Matius sesuai dengan tradisi) lalu menggubah injil yang pertama. Di dalamnya terkumpul kejadian-kejadian dan perkataan-perkataan Yesus menjadi sebuah kisah terus- menerus yang merangkum seluruh karya Yesus, mulai dengan baptisanNya di sungai Yordan sampai dengan kebangkitanNya. Kemudian, sebuah kumpulan lain yang nama penyusunannya tidak kita ketahui, muncul di samping injil yang pertama itu. Di dalamnya terhimpun perkataan-perkataan Tuhan yang lain, ataupun perkataan- perkataan yang sama tapi dengan bentuk lain. Kedua karya yang tertulis dalam bahasa Aram itu, tidak lama kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani: ada berbagai terjemahan yang berbeda-beda. Dengan maksud menyesuaikannya dengan saudara-saudara beriman yang bukan keturunan Yahudi, injil pertama yang menurut hemat kami digubah oleh Matius, diberi rupa yang baru. Injil yang baru itu berupa sebuah dokumen dan menjadi titik pangkal tradisi Markus. Pada kedua bentuk injil asli yang berasal dari Matius itu boleh ditambahkan sebuah injil kuno lain. Injil itu ialah injil yang menjadi dasar bagi kisah-kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus yang tercantum dalam Lukas dan Yohanes. Dengan demikian ada empat dokumen-dasar, sebagai tahap pertama dari ketiga tahap pembentukan injil-injil sinoptik seperti disebut di atas. Keempat dokumen itu ialah : Mat Aram, Kumpulan logia-logia I (S). Mat yang baru dalam bahasa Yunani injil tentang Penderitaan dan Kebangkitan Yesus.
Dalam tahap kedua, keempat tulisan tersebut dipungut dan digabung satu sama lain dengan berbagai cara. Tradisi Mrk mengambil bahannya dari Mat pertama itu dan beberapa penyesuaian yang dialami injil itu, khususnya penyesuaian dengan orang- orang Kristen yang bukan Yahudi. Hanya pengolahan itu juga belum redaksi Mrk yang terakhir, seperti yang kita kenal. Redaksi Mrk yang pertama itulah yang dipakai Mat dan Luk dan yang mempengaruhi kedua penginjil itu. Di pihak lain tradisi Mat sudah menghasilkan redaksi baru dari Mat pertama. Di dalamnya tergabung injil Mat dan Kumpulan "logia-logia" (S). Penulis yang mengerjakan penggabungan itu bekerja dengan sangat teliti Perktaan-perkataan Yesus yang terhimpun dalam S disebarkannya dalam seluruh injilnya dan dengannya penulis menyusun wejangan-wejangan Yesus yang cukup luas. Tidak lama kemudian Lukas menangani karyanya. Dengan saksama Lukas menyelidiki segala sesuatunya yang sudah dikerjakan sebelumnya (Luk 1:1-4). Lalu dalam tahap pertama pekerjaannya - semacam pra-Luk-Lukas memanfaatkan dokumen (Mat dengan rupa baru) yang tertuju kepada orang-orang bukan Yahudi dan yang menjadi dasar bagi Mrk; di samping itu Lukas menggunakan Injil Mat yang sudah tergabung dengan S. Tetapi Lukas juga langsung mengenal Kumpulan S itu. Maka perkataan-perkataan yang terhimpun dalam S itu oleh Lukas kelompok ditempatkan di bagian tengah injilnya, sehingga tidak disusun kembali seperti yang diperbuat Mat. Terutama dalam kisah mengenai Penderitaan dan Kebangkitan Yesus, Lukas menggunakan sebuah tulisan lain lagi, yang juga dipakai oleh injil keempat. Itu menyebabkan adanya kesamaan besar antara Luk dan Yoh dalam kisah tentang Penderitaan dan Kebangkitan, sedangkan Luk (dan Yoh) berbeda sekali dengan Mrk dan Mat. Redaksi Luk yang pertama itu (pra-Luk) belum mengenal Mrk, juga dalam redaksi Mrk yang kedua tidak. Baru kemudian Luk memanfaatlam pra-Mrk itu untuk melengkapi injilnya. Dan dengan demikian kita sampai kepada tahap penyusunan injil-injil sinoptik yang ketiga.
Dalam tahap terakhir ini injil yang berasal dari tradisi Mat secara mendalam diolah dan disadur kembali dengan pertolongan Mrk. Hanya Mrk itu bukanlah redaksi Mrk yang kita miliki, melainkan redaksi dahulu yang disebut di muka sebagai tahap kedua dalam penggubahan injil-injil sinoptik. Hanya redaksi Mrk pertama itu juga disadur dan penyadur itu memperhatikan juga redaksi Mat yang mendahului redaksi terakhir. Barangkali ia juga memanfaatkan redaksi Luk yang pertama dan pasti terpengaruh oleh Paulus. Adapun redaksi Luk yang terakhir memanfaatkan redaksi Mrk yang sudah dipergunakan Mat. Dalam rangka redaksi Luk yang pertama disisipkan beberapa bagian dari Mrk (Luk 4:31-6:19; 8:4-9:50; 18:15-21:38). Penyisipan itu benar-benar sebuah tahap dalam karya Luk yang baru kemudian ditempuh. Ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa Luk tidak mengambil bahan dari Mrk, bila bahan yang sama, meskipun dengan bentuk lain, sudah dipungutnya dari sumber Mat atau S yang telah dipakainya. Perlu ditambah pula bahwa Lukas sama dengan Mat dan lebih dari Mat memanfaatkan sumber-sumber khusus yang ditemukannya berkat penyelidikan saksama yang diadakannya (Luk 1:3). Dari sumber-sumber khusus itu dipungutnya kisah masa muda Yesus dan beberapa mutiara yang membuat Luk menjadi sebuah injil yang tidak boleh tidak ada disamping Mrk dan Mat (Orang Samaria yang murah hati, Marta dan Maria, Perumpamaan anak yang hilang. Perumpamaan anak yang hilang, Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai, dan lain-lain.
Pandangan mengenai kejadian ketiga injil sinoptik, seperti yang disajikan di atas, menghormati serta menggunakan keterangan-keterangam yang disampaikan oleh tradisi dengan hanya memerincikannya lebih jauh. Tetapi tak mungkin lagi menentukan dengan tegas tanggal dituliskannya masing-masing injil. Dan tradisi tidak memberikan petunjuk tegas mengenai masalah itu. Mengingat jangka waktu yang perlu untuk perkembangan tradisi lisan boleh diduga bahwa penggubahan injil paling dahulu dan baru kemudian penggubahan Kumpulan Pelengkap, mungkin terlaksana antara tahun 40 dan 50. Waktu ini bahkan pasti, seandainya dapat dibuktikan bahwa surat-surat Paulus kepada jemaat di Tesalonika yang ditulis sekitar tahun 51/52 menggunakan wejangan Yesus mengenai akhir zaman yang tercantum dalam injil pertama. Markus tentunya mengarang injilnya menjelang akhir hidup Petrus (begitu dikatakan oleh Klemens dari Aleksandria) atau beberapa waktu setelah Petrus mati (begitu dikatakan oleh Irenus) Kalau demikian maka injil kedua harus dikarang sekitar tahun 64, atau paling sedikit sebelum tahun 70, sebab rupanya Mrk belum tahu tentang kemusnahan Yerusalem. Karya Mat (Yunani) dan Luk menyusul Mrk. Tetapi sukar ditentukan waktu lebih lanjut. Injil Lukas mendahului Kisah Para Rasul, Kis 1:1, tetapi waktu Kis juga kurang pasti (bdk Pengantar Kis) dan tidak memberi pegangan yang kokoh-kuat. Hanya baik Mat maupun Luk kiranya tidak tahu tentang kemusnahan Yerusalem (bahkan Luk 19:42-44; 21:20-24 tidak, sebab di sini hanya dipakai cara bicara yang lazim pada para nabi). Tetapi boleh jadi kedua injil itu mendiamkan kemusnahan Yerusalem itu untuk memberi kesan tua dan karena mau menghormati sumber-sumbernya. Kalau demikian maka waktu dituliskannya kedua injil itu boleh ditunda sampai sekitar tahun 80. Tetapi boleh jadi juga bahwa kedua penginjil itu benar-benar tidak tahu-menahu tentang kejadian itu, sehingga karya mereka harus ditempatkan sebelum tahun 70.
Tetapi bagaimanapun juga, asal-usul rasuli, entah secara langsung entah secara tak langsung, dan caranya ketiga injil sinoptik terbentuk menjamin nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historisnya, lagi pula memungkinkan menentukan bagaimana "nilai historis" itu perlu dipahami. Oleh karena berasal dari perwataan lisan yang berawal pada permulaan jemaat purba, maka ketiga injil itu berdasarkan jaminan yang diberikan oleh orang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan segalanya. Sudah barang tentu baik para rasul maupun pewarta injil lain tidak pernah bermaksud menceritakan "sejarah", sebagaimana istilah itu dipahami oleh ahli ilmu sejarah. Maksud mereka bukan maksud profan melainkan teologis. Mereka berbicara untuk mengajak orang bertobat, untuk membina, menanamkan iman dalam hati dan meneranginya atau untuk membela kepercayaan Kristen terhadap para lawan. Tetapi mereka berbuat demikian berdasarkan kesaksian benar yang dapat dikontrol, sebagaimana dituntut baik oleh ketulusan hati nurani mereka sendiri maupun oleh usaha mereka supaya tidak memberi peluang pihak lawan untuk menyerang. Para penggubah injil yang kemudian mengumpulkan kesaksian-kesaksian para pewarta injil itu berbuat demikian dengan obyektivitas jujur yang sungguh menghormati sumber-sumbernya. Ini cukup terbukti oleh kesederhanaan dan ciri usia tua karya-karya mereka, di mana tidak banyak terdapat perkembangan ajaran Kristen di zaman kemudian, misalnya dari perkembangan teologi Paulus; dan sama sekali tidak terdapat dalam ketiga injil sinoptik cerita-cerita yang merupakan buah daya khayal belaka yang kurang masuk akal, sebagaimana banyak terdapat dalam injil-injil apokrip. Walaupun ketiga injil Sinoptik bukan buku "ilmu sejarah" namun maksudnya ialah memberitakan apa yang sungguh-sungguh terjadi.
Namun demikian ciri historis semacam itu belum juga berarti bahwa segala kejadian dan semua perkataan yang dipaparkan berupan sebuah laporan atau rekaman tepat mengenai apa yang dikatakan atau apa yang terjadi. Ketepatan semacam itu tidak boleh diharapkan seperti yang terjadi pada setiap kesaksian manusiawi, apa lagi kalau kesaksian itu disampaikan dari mulut ke mulut. Dan kenyataan injil sendiripun mengingatkan bahwa pendekatan semacam itu tidak tepat. Sebab kita lihat dalam injil-injil sinoptik bahwa cerita atau perkataan yang sama disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Dan apa yang harus dikatakan tentang masing-masing bagian, lebih lagi harus ditekankan sehubungan dengan urutan dan susunan kejadian dan perkataan dalam masing-masing injil. Urutan itu jelas berbeda dalam masing-masing injil, dan begitupun dapat dinantikan mengingat bagaimana injil-injil itu disusun. Unsur-unsurnya mula-mula diceritakan tersendiri, kemudian lama-kelamaan dikumpulkan dan dikelompokkan, didekatkan satu sama lain, atau dilepaskan yang satu dari yang lain atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang lebih memperhatikan logika dan sistematik dari pada urutan waktu. Harus diterima bahwa banyak kejadian dan perkataan dalam injil-injil sudah dilepaskan dari tempat di mana atau dikatakan terjadi dan dari rangka waktu aslinya. Salah benar orang yang secara harafiah mengartikan kata penghubung dan ungkapan seperti : kemudian, selanjutnya, lalu, pada waktu itu, dan sebagainya. Tetapi kesemuanya itu tidak merugikan sedikitpun kewibawaan kitab-kitab yang diinspirasikan itu bagi kepercayaan Kristen. Kalau ternyata Roh kudus tidak mendorong ketiga juru-bicaranya itu menjadi sejiwa dan sehati bahkan seragam dalam hal-hal terperinci, maka sebabnya ialah : Roh Kudus tidak menganggap penting bagi kepercayaan, bahwa ada keseragaman materiil semacam itu. Bahkan Roh Kudus menghendaki perbedaan-perbedaan dalam kesaksian. Heraklitus mengatakan : "Kesepakatan diam-diam lebih bernilai dari kesepakatan jelas". Sebuah kejadian yang disampaikan kepada kita melalui tradisi-tradisi yang berbeda-beda dan malah tidak berkesesuaian satu sama lain (misalnya tradisi- tradisi mengenai penampakan-penampakan Yesus yang dibangkitkan dari alam maut) pada pokoknya mendapat suatu isi dan keteguhan yang tidak dapat diberikan oleh berita-berita yang seluruhnya sama bunyinya, tetapi hanya berupa pemberitahuan dan laporan belaka. Dan kalau perbedaan dalam kesaksian tidak hanya disebabkan oleh nasib yang dialami setiap kesaksian, karena disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi juga oleh perubahan-perubahan yang disengaja, maka hal inipun masih membawa manfaat juga. Tidak boleh diragukan, bahwa para penggubah injil dengan sengaja menyajikan berita-beritanya dengan cara yang berlain-lainan. Dan sebelum penggubah injil, tradisi lisan sudah menyampaikan bahannya sambil menafsirkannya dan menyesuaikannya dengan keperluan-keperluan kepercayaan Kristen yang hidup dan yang justru diteruskan oleh para penginjil. Tetapi turun tangan jemaat Kristen dalam bentuk tradisinya terjadi di bawah bimbingan mereka yang bertanggung-jawab. Dan hal itu tak perlu membingungkan kita, tetapi sebaliknya sangat menguntungkan kita. Sebab jemaat itu tidak lain kecuali Gereja dan orang-orang yang bertanggung-jawab tersebut merupakan "wewenang mengajar" yang pertama. Roh Kudus yang pada waktunya menginspirasikan para penginjil sudah mengetuai segenap karya pengolahan yang mendahului injil tertulis. Roh itu membimbing pengolahan itu sesuai dengan perkembangan kepercayaan dan Iapun menjamin hasil pengolahan itu dengan karunia "tidak dapat sesat", yang tidak mengenai kejadian-kejadian sebagai kejadian belaka, tetapi berita rohani yang terkandunt dalam kejadian. Dengan jalan itu Roh Kudus menyediakan makanan yang dapat dinikmati oleh kaum beriman. Dan Roh Kuduslah yang memberi kepada ketiga penginjil Sinoptik suatu karunia khusus untuk menyajikan kabar yang sama dengan cara yang merupakan milik khas masing-masing penginjil.
Injil Karangan Matius
Cahaya iman tersebut dan garis-garis besar Mrk mudah diketemukan kembali dalam injil karangan Matius. Tetapi tekanannya berbeda. Rangka Mat berlainan dari rangka Mrk dan lebih berbelit-belit. Ada lima "buku" kecil yang susul- menyusul; masing-masing terdiri atas sebuah wejangan yang didahului dan disiapkan dengan beberapa kejadian yang dipilih dengan tepat. Bersama dengan kisah masa muda Yesus dan kisah sengsara kebangkitan kelima "buku" tersebut menjadi suatu keseluruhan seimbang yang terbagi menjadi tujuh bagian. Boleh jadi kerangka susunan tersebut berasal dari injil Matius dalam bahasa Aram, sebagaimana juga masih terdapat dalam Mrk. Bagaimanapun juga kerangka itu tampil jelas dalam Mat Yunani dengan lebih lengkap menyajikan pengajaran Yesus dengan menekankan "Kerajaan Sorga" sebagai pokok utama, Mat 4:17+. Injil Mat itu boleh dikatakan sebuah "drama" tujuh bab mengenai kedatangan Kerajaan Sorga :
1) persiapannya dalam Mesias yang masih kanak-kanak, 1-;
2) pemakluman rencana Kerajaan Sorga kepada rakyat dan murid dalam "khotbah di Bukit", 3-7;
3) pewartaan Kerajaan itu oleh para utusan yang sama seperti Yesus mengerjakan mujizat-mujizat sebagai "tanda-tanda" yang meneguhkan perkataan mereka; sebuah wejangan khusus memberikan kepada para utusan itu petunjuk-petunjuk sehubungan dengan perutusan mereka, yaitu "Wejangan Perutusan", 8-1;
4) Kerajaan Sorga tidak dapat tidak menghadapi hambatan-hambatan dari pihak manusia, sesuai dengan tata laksana dalam kerendahan dan persembunyian yang dikehendaki Allah, sebagaimana diutarakan dalam "Wejangan Perumpamaan- perumpamaan", Mat 11:1-13:52;
5) permulaan Kerajaan Sorga dalam sekelompok murid yang dikepalai oleh Petrus dan yang merupakan pangkal Gereja yang tata tertibnya dibentangkan dalam "Wejangan perihal Jemaat" Mat 13:53-18:35;
6) kemelut yang menyiapkan kedatangan Kerajaan Sorga yang depinitip; kemelut itu ditimbulkan oleh perlawanan yang semakin sengit dari pihak para pemimpin Yahudi dan dinubuatkan dalam "Wejangan tentang akhir zaman". 19-2;
7) Kedatangan Kerajaan Sorga melalui sengsara dan kemenangan ialah Sengsara dan Kebangkitan Yesus, 26-28.
Kerajaan Allah (= Sorga yang harus menegakkan Pemerintahan yang berdaulat di tengah-tengah manusia yang akhirnya mengakui Allah sebagai Raja, mengabdi dan mencintaiNya itu, sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Maka Matius yang menulis di tengah-tengah orang Yahudi dan Yesus serta karyaNya Kitab Suci digenapi. Pada tiap-tiap titik balik injilnya, Matius mengutip Perjanjian Lama dengan maksud memperlihatkan bahwa Hukum Taurat dan para Nabi digenapi, artinya: tidak hanya dilaksanakan, tetapi juga dibawa ke kesempurnaan yang memahkotai dan melampauinya. Mat mengutip Perjanjian Lama sehubungan dengan Yesus sendiri untuk menyatakanNya sebagai keturunan Daud, Mat 1:1-17, yang lahir dari seorang perawan, Mat 1:23, di kota Betlehem Mat 2:6; hendak menggaris bawahi tinggalNya di negeri Mesir dan menetapkanNya di kota Kapernaum, Mat 4:14-16, serta masukNya ke Yerusalem sebagai Mesias, Mat 21:5, 16. Mat juga mengutip Kitab Suci sehubungan dengan karya Yesus : mujizat-mujizatNya dengan menyembuhkan orang sakit, Mat 11:4-5, pengajaranNya mengenai "penggenapan" hukum Taurat, Mat 5:17 yang terdiri atas peningkatan hukum Taurat, Mat 5:21-48; 19:3-9; 16:21. Tetapi Mat tidak kurang menonjolkan bahwa perendahan diri Yesus dan kegagalan karyaNya juga menggenapi Kitab Suci pula : pembunuhan atas kanak-kanak di Betlehem, Mat 2:17 dst, masa muda Yesus yang bersembunyi di Nazaret, Mat 2:23, kelembutan hati Sang Hamba yang berbelaskasih, Mat 12:17-21; bdk Mat 8:17; 11:29; 12:7; murid-murid yang meninggalkanNya, Mat 26:31, pengkhitanan demi sejumlah uang yang menertawan, Mat 27:9- 10, penahan Yesus, Mat 26:54, penguburanNya untuk jangka waktu tiga hari, Mat 12:40. Kesemuanya itu sesuai dengan rencana Allah sebagaimana terungkap dalam Kitab Suci. Demikianpun halnya dengan ketidak-percayaan orang Yahudi. Mat 13:13-15, yang lekat pada adat istiadat manusiawi, Mat 15:7-9, dan yang hanya dapat diberi pengajaran pengajaran rahasia berupa perumpamaan, Mat 13:14-15, 35; semuanya dinubuatkan dalam Kitab Suci. Tentu saja injil-injil sinoptik lainpun menggunakan Kitab Suci sebagai pembuktian, tetapi kiranya diambil dari Mat Aram, sedangkan Mat Yunani menonjolkan dan mengembangkan pembuktian alkitabiah itu begitu rupa sehingga menjadi ciri khas injilnya. Bersama dengan susunan sistematik justru ciri alkitabiah tersebut menjadikan karya Matius sebuah "Piagam" tata penyelamatan baru yang menggenapi rencana Allah melalui Kristus : Yesus adalah Anak Allah, hal mana lebih ditekankan oleh Mat dari pada oleh Mrk, 14:33; 16:16; 22:2; 27:40, 43; pengajaranNya merupakan Hukum Baru yang menggenapi yang lama; Gereja yang dilandaskanNya atas Petrus, sedangkan Ia sendiri menjadi batu sendinya yang telah dibuang oleh para pembangun, Mat 21:42, tidaklah lain dari jemaat Mesias yang melanjutkan Jemaat Perjanjian Lama sementara memperluas jemaat lama sampai merangkum bangsa manusia seluruhnya, oleh karena Allah telah mengizinkan bahwa mereka yang pertama dipanggil ditolak, Mat 23:34-38; bdk Mat 10:5-6, 23; 15:24, dengan maksud membuka jalan penyelamatan bagi sekalian bangsa, Mat 8:11-12; 21:33-46; 22:1-10; bdk 12:18, 21; 28:19. Dapat dipahami mengapa injil Mat yang lebih lengkap, lebih baik tersusun dan ditulis dalam bahasa yang lebih baik dari bahasa Mrk, walaupun kurang sedap itu, oleh Gereja semula disambut dengan lebih baik dan dipergunakan dengan lebih leluasa dari pada kedua injil sinoptik lain.
Ende: Matius (Pendahuluan Kitab) INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan ...
INDJIL JESUS KRISTUS KARANGAN MATEUS
KATA PENGANTAR
Tentang pengarang Indjil ini
Karangan Indjil ini sedjak semula terkenal sebagai jang pertama, dan sebagai tertulis oleh Rasul Mateus. Terdapat kutipan-kutipan dari padanja sudah dalam abad pertama, misalnja dalam buku ketjil peladjaran agama jang berdjudul "Didache", dalam surat Bapa Sutji Klemens dari Roma kepada umat Korintus, dan didalam surat-surat termashur Ignatius Martir, uskup Antiochia.
Mengenai pribadi dan riwajat hidup Mateus kita tahu sedikit sadja. Satu-satunja peristiwa tentangnja didalam Kitab Kudus, ialah peristiwa panggilannja, jang ditjeritakan olehnja sendiri dalam 9:9-13, oleh Markus dalam karangan Indjilnja 2:13-17 dan oleh Lukas dalam 5:27-32. Selain itu hanja disebut namanja dalam daftar nama semua rasul. Didalam tjeritera panggilannja ia sendiri menjebut dirinja Mateus, sedangkan Markus dan Lukas menamakannja Levi. Diduga bahwa nama aslinja Levi dan kemudian sebagai rasul ia disebut Mateus.
Dari ketiga tjeritera tersebut kita ketahui, bahwa bapanja Alfeus, dan sebelum dipanggil oleh Jesus ia seorang pemungut bea di Kafarnaum, agaknja sebagai pegawai Herodes. Dalam daftar nama segala rasul (10:5) ia menamakan dirinja ,Mateus, pemungut bea". Djulukan itu bukan gelaran kehormatan, melainkan sebaliknja pangkat pemungut bea sangat dipandang hina oleh orang Jahudi jang "saleh". Mereka digolongkan pada kaum pendosa dan terasa tak halal bergaul agak erat dengan mereka, misalnja makan semedja dengan mereka. Itu antara lain kita batja dalam Mt. 9:11; Mk. 2:16; Lk. 5:30. Dan memang ada alasan untuk bersikap demikian terhadap mereka. Sebab rupanja kebanjakan mereka tidak djudjur, memperkaja dirinja dengan menuntut bea lebih banjak dari pada jang ditentukan dengan resmi. Mengenai hal itu baik batjalah amanat Joanes Pemandi kepada mereka dalam Lk. 3:12-13. Rupanja Zacheuspun, dalam berita Lk. 19:3-10, termasuk golongan jang kurang djudjur itu, sebelum ia bertemu dengan Jesus. Perhatikanlah chususnja ajat Lk. 19:8. Tetapi orang Jahudi chususnja kaum parisi jang menganggap dirinja golongan jang paling saleh, terlalu menjamaratakan. Bahwa ada banjak pemungut bea, jang djudjur dan luhur hati sudah njata sekali dalam tjatatan Mk. 2:15, bahwa sedjumlah besar pemungut bea dan "orang berdosa" turut makan bersama dengan Jesus sebab banjak dari antara mereka sudah mengikuti Jesus. Tentu sadja Mateuspun termasuk golongan ini dan sebab itu sudah mengenal Jesus dan Jesus mengenal dia, sebelum ia dipanggil mendjadi rasul. Dan bahwa ia tidak lekat pada barang duniawi, dan benar-benar menaruh tuntutan pertama untuk masuk kedalam Keradjaan Allah, jaitu roh kemiskinan, terang sekali sebab ia segera bangun meninggalkan segalanja dan mengikuti Jesus. Dan bukan sedikit jang ditinggalkannja, jaitu pangkat jang ringan pekerdjaannja dan banjak penghasilannja, djuga kalau dilakukan dengan djudjur, dan lagipun ia tentu tjukup kaja, sebab mampu mengadakan suatu perdjamuan "besar" (Lk. 5:29) bagi Jesus dan para pengiringnja dan sedjumlah besar undangan-undangan lain lagi.
Tentang hidup Mateus sesudah Pentekosta kita tahu sedikit dari riwajat lisan jang dapat dipertjajai. Menurut itu ia mengadjar dahulu di Palestina dan disinipun menulis Indjilnja, lalu pergi menjebarkan Indjil kepada bangsa-bangsa bukan Jahudi. Seorang murid rasul-rasul bemama Papias telah menulis kira-kira dalam tahun 125, bahwa Mateus telah mengumpulkan setjara teratur "sabda-sabda" Jesus, dalam bahasa lbrani (Aramea), dan Esebius, seorang penulis sedjarah Geredja jang terkemuka, menulis sekitar tahun 300, bahwa Mateus pertama-tama mengadjar orang sebangsanja di Palestina, dan sebelum meninggalkan mereka untuk mengadjar bangsa-bangsa lain, ia mewariskan kepada mereka, sebagai pengganti kehadirannja sendiri, karangan Indjil tertulis dalam bahasa nenek-mojang mereka.
Karangan asli dalam bahasa Aramea itu diduga ada tertulis antara tahun 40 dan 50, dan 10 atau 20 tahun kemudian, sudah diterdjemahkan kedalam bahasa Junani. Menurut Papias beberapa "orang lain menterdjemahkannja, masing-masing sekedar kemampuannja". Djadi waktu Papias sudah ada beberapa terdjemahan, jang agak berbeda satu sama lain. Satu dari terdjemahan-terdjemahan itu kemudian diterima dengan resmi oleh Geredja purba, sebagai karangan Mateus dan sebagai termasuk Kitab Kudus. Menurut keterangan Geredja agak resmi, terdjemahan ini dalam keseluruhannja, jaitu mengenai isinja tjotjok dengan aslinja, demikian rupa sehingga Mateus harus dinamakan pengarangnja. Menurut Papias, Mateus telah mengumpulkan "logia-logia" Jesus. "Logia" itu biasa diterdjemahkan dengan "sabda", tetapi sekurang-kurangnia dewasa itu, arti kata itu lebih luas, sehingga perbuatan-perbuatan dan peristiwa-peristiwa hidup Jesus termasuk padanja djuga.
Rupa-rupanja penterdjemah agak erat mengikuti teks asli, tetapi ada sardjana jang berpendapat atau menduga, bahwa ia sana-sini mengubah susunan asli dan menambah pula bahan dari sumber-sumber jang lain. Soal-soal ilmiah itu tidak mengenai hakekat Indjil dan tidak penting bagi kita. Bagi kita tjukup kepastian, bahwa seluruh karangan Indjil jang kita punjai dalam Kitab Kudus, terdjamin kebenarannja sebagai wahju Allah dan diilham oleh Roh Kudus, oleh djabatan Geredja jang resmi.
Mengenai bahasa dan gaja bahasa, penterdjemah bekerdja dengan sangat bebas. Itu terang sebab bahasanja Junani murni sekali dan rapih teratur menurut tatabahasa Junani. Gaja-bahasapun pada umumnja tidak berbeda dengan jang lazim dewasa itu pada orang Junani. Bahasanja sederhana, tetapi barus dikatakan elok djuga.
Namun demikian masih terdapat bekas-bekas karangan asli berbabasa Aramea djuga, seperti istilah-istilah dan ungkapan-ungkapan Aramea jang tidak diterdjemahkan, lain jang diterangkan artinja dalam bahasa Junani, lain pula jang diterdjemahkan kata-demi-kata, sehingga tetap bertjorak bahasa Jahudi. Hal-hal itu mengesankan, bahwa karangan asli berbahasa Aramea benar. Tetapi jang lebih djelas membuktikan, sepandjang karangan, bahwa pengarang asli sungguh-sungguh seorang Jahudi tulen jang hidup di Palestina, ialah pengetahuannja jang teliti dan luas tentang keadaan dan suasana hidup ditanah itu. Itu misalnja mengenai hal-hal ilmu-bumi, tjorak-tjorak alam, kehidupan keagamaan dan kemasjarakatan, adat-istiadat, partai-partai dan masalah-masalah politik. Pun tentang hal-hal keuangan, dan dalam itu kita barangkali melihat seorang bekas pemungut bea.
Tentang susunan karangan
Tidak seorangpun dari pengarang-pengarang Indjil bermaksud menulis suatu buku sedjarah atau riwajat hidup Jesus. Mateus kurang lagi dari pada pengarang- pengarang jang lain. Ia memang mulai dengan kelahiran Jesus dan mengachirinja dengan wafat dan kebangkitan Jesus, tetapi selain dalam garis besar itu, ia sedikit sekali mengindahkan urutan waktu dalam menjusun pengadjaran-pengadjaran Jesus atau peristiwa-peristiwa jang ditjeritakannja. Njatalah rentjananja menulis satu buku peladjaran agama jang djelas dan mengesankan, tentu sadja sebagai ringkasan pengadjarannja sehari-hari bagi umat. Sebab itu ia mengumpulkan sabda-sabda dan adjaran-adjaran Jesus, jang agak sama isi dan tudjuannja, sehingga mendjadi satu pengadjaran (chotbah) agak pandjang. Demikian misalnja dalam 4:12-7:29; 13: 1-58;19:1-20:34.
Tak lain sikapnja terhadap mukdjizat-mukdjizat atau peristiwa-peristiwa jang lain. la menghubung dengan memandang isi dan tudjuannja. Ia mengindahkan hanja adjaran jang terkandung didalamnja dan sebab itu tjeritera-tjeriteranja pada umumnja ringkas sadja dengan menondjolkan intinja berupa adjaran itu. Haruslah kita perhatikan tjara bekerdja Mateus itu, supaja djangan kita ragu-ragu atau keliru, kalau kita menemukan bahwa tempat dan waktu peristiwa-peristiwa jang diriwajatkan Mateus tidak tjotjok dengan karangan-karangan Indjil lain. Demikian pula harus diperhatikan, bahwa kata-kata penghubung waktu, seperti misalnja "lalu", "kemudian", pada hari (masa) itu" sebenarnja tidak dimaksudkan sebagai penghubung waktu, melainkan merupakan "awal kata" sadja, jaitu unsur gaja bahasa primitip jang tidak berarti, seperti umpamanja dalam bahasa kita dahulu "arkian", "sebermula" dan lain-lain.
Tudjuan karangan Mateus
Telah ditundjuk, bahwa susunan karangan Mateus kurang bersifat sedjarah. Tetapi dalam satu hal ia lebih berwudjud sedjarah dari karangan-karangan lain, jaitu dalam menundjukkan lebih tegas, bahwa Perdjandjian Baru adalah landjutan langsung dan wadjar dari Perdjandjian Lama, malah penjelesaiannja dan bahwa kedua-duanja merupakan satu sedjarah atau djalan penjelamatan manusia, menurut rentjana Allah dari kekal.
Tudjuan chusus pula, dan boleh dikatakan jang utama seluruh karangan, ialah membuktikan, bahwa "Jesus dari Nazaret" benar-benar Mesias jang dinubuatkan sifat-sifat 2dan nasibnja dalam nubuat-nubuat para nabi. la membuktikan itu dengan kutipan-kutipan dari Kitab Kudus sendiri. Sebab itu kita bertemu dengan begitu banjak kutipan-kutipan dari Perdjandjian Lama. Itu tentu pertama-tama bagi umat-umat sendiri, untuk mejakinkan dan menginsjafkan mereka lebih tegas, guna meneguhkan imannja dan menabahkan hatinja terhadap serangan-serangan dari pihak kaum sebangsanja jang belum pertjaja. Mereka terus-menerus, diperolok- olokkan Jahudi kolot itu, diumpat-umpat malah dikutuk seolah-olah mereka telah murtad dari Allah. Tetapi disamping itu Mateus mengharap lagi dengan tulisannja dapat mejakinkan orang-orang baik jang belum sampai pertjaja dan bertobat pula, ataupun tjalon-tjalon jang masih beladjar.
Ada satu persoalan lagi, jang sudah sewadjarnja dan tentu sadja tidak sedikit mengganggu pemikiran dan ketenteraman hati umat muda, maupun tjalon-tjalon jang hendak masuk dan orang-orang lain jang berminat pula, jakni bagaimana mungkin, djustru kalangan-kalangan atasan dan jang tjendekia, seperti para ahli taurat, lagipun orang-orang parisi jang terkenal sebagai golongan jang paling saleh, tidak mengenal Jesus sebagai Mesias, malah bulat menolaknja. Bergandengan pula dengan itu, bagaimana boleh dibiarkan oleh Allah, bahwa kaum Israel, kaum terpilih jang dalam keseluruhannja diberi djandji akan mewarisi Keradjaan Mesias tidak menerimanja. Mateus memberi djawaban jang terang sepandjang seluruh karangan. Inti djawaban itu jakni: nasib mereka adalah akibat kesalahan mereka sendiri. Allah sudah dari kekal mengetahui ketegaran hati mereka, telah menjatakannja dalam nubuat-nubuat para nabi, dan memperhitungkannja dalam rentjana penjelamatan manusia. Mateus selandjutnja menggambarkan pokok dan perkembangan sikap para pemimpin dengan djelas dengan mentjeritakan peristiwa- peristiwa pertemuan mereka dengan Jesus. Pokoknja ialah iri hati mereka terhadap Jesus, sebagaimana segera djuga kentara bagi Pilatus (27:18). Dan dalam segala pertemuan tampak senjata-njatanja, betapa tinggi menondjol keunggulan sikap, keagungan djiwa dan keluhuran hati Jesus diatas kepitjikan, kelemahan dan ketakdjudjuran kaum ahli taurat dan parisi. Setiap kali mereka datang bersoal dengannja, mentjobainja, hendak menangkapnja dalam perkataannja atau menuduhnja, merekalah jang kalah semata-mata didepan orang jang hadir. Malah setjara njata pula mereka setjara moril kalah sama sekali didalam pemeriksaan mahkamah agung dan didepan Pilatus, djuga sepandjang sengsara dan dalam kematian Jesus, achirnja dengan sepenuhnja dalam kebangkitan Jesus, hal mana merekapun tidak dapat menjangkalnja dalam hati mereka. Ingatlah 28:11-15. Kekalahan-kekalahan bertubi-tubi itu, sedangkan "seluruh rakjat mengikuti Jesus", tak boleh tidak mesti menjebabkan iri hati semakin mendjelma mendjadi kebentjian, jang achirnja menghebat sampai mereka mata gelap belaka.
Tetapi selain iri hati, kebentjian dan penolakan terhadap Jesus berpokok lebih dalam lagi, jaitu dalam pertentangan tjita-tjita mereka dengan tjita-tjita Keradjaan Allah jang diandjurkan Jesus. Mereka tidak dapat menerima seorang Mesias jang tidak berminat politik terhadap pendjadjahan Romawi dan tidak pertama-tama berdjandji mendirikan keradjaan David jang baru, jang makmur dan djaja atas segala keradjaan. Sebaliknja Ia menuntut roh kemiskinan, kerendahan hati, penjangkalan diri dan kerelaan memikul salib sebagai dasar keradjaannja.
Dalam 5:20 Jesus telah memperingatkan: Djikalau kebenaranmu tidak melebihi kebenaran para ahli taurat dan orang parisi, kamu tidak akan masuk kedalam Keradjaan Surga. Kemudian Ia berkali-kali dengan setegas-tegasnja membuka kedok kemunafikan dan keburukan hati mereka. la terpaksa, supaja rakjat djelata insjaf dan djangan pertjaja serta mengikuti mereka. Mateus mengumpulkan beberapa utjapan Jesus jang tegas dan agak keras terhadap mereka dalam bab 23 karangannja. Tetapi, betapapun pentingnja menondjolkan apa jang dipaparkan diatas, untuk meneguhkan iman dan menabahkan hati umat muda bangsa Jahudi itu, namun atjara pokok dan tudjuan utama karangan Mateus djauh lebih luas dan umum, jaitu memperkenalkan Jesus seutuh-utuhnja dan merekamkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Jesus sedalam-dalamnja dalam hati umat Jahudi itu, tetapi oleh penjelenggaraan Roh Kudus, kedalam hati seluruh umat manusia untuk segala abad. Tetapi atjara-atjara dan tudjuan-tudjuan jang dibitjarakan diatas itu sebenarnja merupakan unsur-unsur penting atjara pokok dan tudjuan utama tersebut, sebab baik kepribadian Jesus sendiri, maupun kebenaran dan keluhuran adjaran dan tjita-tjita Keradjaan Allah, djustru makin menjolok dalam perlawanannja dengan salah-paham dan sikap buruk para penentang.
Tetapi untuk mendapat gambaran jang lebih utuh, perlu banjak segi-segi lain lagi disoroti. Indjil harus ditulis demikian lengkap, sehingga mendjadi tjermin segenap kebenaran dan pedoman hidup bagi semua orang menghantar mereka kepada keselamatan abadi. Untuk itu Mateus mengumpulkan adjaran-adjaran Jesus, jang diutjapkannja dimuka orang banjak dan kepada murid-murid tersendiri, dalam bentuk utjapan pendek (amsal), perumpamaan atau chotbah. Tetapi pada bentuk pengadjaran Jesus jang paling njata pula, ialah Jesus sendiri, seluruh kepribadian dan kehidupannja. Apa jang diadjarkannja, dilakukannja sendiri dengan sempurna, mendjadi tjontoh dan penundjuk djalan, bagaimana dapat dan harus kitapun mewudjudkan adjaran-adjaran dan tjita-tjita Indjil pada diri kita dan disekeliling kita dalam hidup kemasjarakatan dan keagamaan. Untuk itu Mateus mentjeritakan sadja peristiwa-peristiwa hidup Jesus dan perbuatan-perbuatannja. Pertama-tama untuk menjatakan bahwa Jesus benar-benar Mesias, Putera Allah jang Mahatinggi, penuh berkekuasaan Ilahi, guna membangunkan kepertjajaan jang teguh dan pasti. Dan bagi siapa sadja jang pertjaja dan selandjutnja dengan luhur hati membatja dan merenungkan Indjil, dalam tiap-tiap kalimat, Jesus menondjol sebagai manusia utama, sempurna dalam segala-galanja sehingga mempesona dan menimbulkan hasrat untuk sekedar menjamai kesempurnaan itu. Jesus menondjol sebagai satu-satunja terang dunia sedjati (Jo. 1:5 dan 9;8:12; 12:46) jang tak pernah menjembunjikan diri, melainkan menjinari semua manusia jang hendak mendekatiNja dalam membatja Kitab Kudus, supaja mereka "melihat perbuatan- perbuatannja jang baik dan memuliakan BapaNja jang ada disurga" (Mt. 5:16). Djuga supaja kita memuliakanNja, terlebih dengan mengikuti djedjak Jesus, dalam tjita-tjitaNja serba rohani-abadi, dalam tjintanja tak terhingga kepada BapaNja dan dalam tjinta-kasihNja jang mesra dan kuat kepada semua manusia, sampai mengurbankan Dirinja semata-mata, mengikuti djedjak Jesus djuga sampai berani berkurban, menjangkal diri dan tetap turut memanggul salib kita.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) IMAN YANG MENGHERANKAN (Matius 8:5-13)
Banyak sifat mulia diperlihatkan oleh perwira Romawi itu dalam cerita ini. (1) Sebagai orang yang berkuasa dan...
IMAN YANG MENGHERANKAN (Matius 8:5-13)
Banyak sifat mulia diperlihatkan oleh perwira Romawi itu dalam cerita ini. (1) Sebagai orang yang berkuasa dan berpengaruh, ia tidak diragukan lagi dihormati banyak orang di Kapernaum. (2) Meskipun ia adalah orang yang berpengaruh, ia juga seorang yang rendah hati. Ia memberitahu Yesus, "Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku" (8:8). (3) Perwira itu adalah orang yang mencintai bangsa Yahudi (Luk. 7:5). Meskipun sepertinya ia dibesarkan dalam paganisme, ia tampaknya sudah menjadi orang yang "takut akan Allah." (4) Ia juga orang yang murah hati. Para tetua Yahudi di Kapernaum memuji perwira itu karena ia membangun sinagoga lokal mereka (Luk. 7:5). Sedikitnya, ini mungkin berarti ia mendanai proyek ini. (5) Di luar semua sifat mulia ini, ia adalah orang yang memiliki iman yang besar. Ia memohon kepada Yesus untuk "katakan saja" untuk menyembuhkan hambanya dari jarak jauh (8:8). Yesus "heran" kepada perwira itu dan berkata, "Iman sebesar ini tidak pernah Aku jumpai pada seorangpun di antara orang Israel." (8:10). Apakah yang Yesus akan katakan tentang iman kita sekarang ini?
David Stewart
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Matius: KUASA SANG RAJA 8:1-17
KUMPULAN PERTAMA MUJIZAT
Sampai titik ini, Injil Matius telah menggambarkan pelayanan Yesus sebagai pelayanan pengaj...
Matius: KUASA SANG RAJA 8:1-17
KUMPULAN PERTAMA MUJIZAT
Sampai titik ini, Injil Matius telah menggambarkan pelayanan Yesus sebagai pelayanan pengajaran, pemberitaan, dan penyembuhan (4:23; lihat 9:35).
Sekarang Matius memberikan sekumpulan mujizat Yesus, yang sebagian besar melibatkan penyembuhan (pasal 8, 9). Mujizat-mujizat itu dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berisi tiga mujizat, dengan episode mujizat ketujuh sebenarnya terdiri dari dua mujizat dalam satu kelompok. Hal ini membuat totalnya menjadi sepuluh mujizat yang disajikan secara rinci. Tiga kelompok mujizat (8:1-17; 8:23-9:8; 9:18-34) dipisahkan oleh dua bagian pengajaran yang menekankan pemuridan (8:18-22; 9:9-17).
Mengapakah Yesus mengadakan mujizat-mujizat ini? Tujuan apakah yang mereka penuhi? Karena Kristus yang penuh kasih tidak menyembuhkan semua orang atau menghidupkan semua orang yang telah mati, mengapakah Ia mengadakan mujizat seperti yang Ia lakukan?
Pertama, Yesus mengadakan keajaiban-Nya untuk melegakan penderitaan manusia dan untuk meringankan kebutuhan manusia kapan saja memungkinkan. Kedua, pelbagai mujizat-Nya itu memberikan bukti yang sah atas klaim mesianik-Nya (Yoh. 20:30, 31), dan memenuhi nubuatan Perjanjian Lama yang diucapkan tentang Dia (Yes. 29:18, 19; 35:4-6).
Yesus tidak pernah mengadakan mujizat untuk menarik perhatian kepada diri-Nya sendiri, sebab di seluruh pelayanan-Nya Ia menjauhi sorotan manusia. Ia tidak ingin manusia diubah hidupnya oleh perbuatan-Nya yang spektakuler. Iman mereka harus berfokus pada siapa Ia sebenarnya. Paulus berkata, "Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rom. 10:17).
Mengenai masa depan, Yesus mengumumkan bahwa rasul-rasul-Nya akan mampu mengadakan mujizat. Ini akan berfungsi sebagai "tanda-tanda" (Mrk. 16:20; lihat Ibr. 2:1-4), bahkan seperti yang Ia adakan. Ketika janji-Nya itu digenapi, rasul-rasul itu menggunakan tanda-tanda mujizatiah seperti itu untuk meneguhkan bahwa firman yang mereka khotbahkan adalah dari Allah (2 Kor. 12:12).
Matius 8:1-17 menceritakan tiga mujizat yang diadakan oleh Yesus. Masing-masih orang yang mendapat manfaat dari mujizat-mujizat ini masuk ke dalam kelompok yang dipandang rendah oleh orang Yahudi. Yesus menyembuhkan seorang penderita kusta, seorang kafir, dan seorang perempuan.
TFTWMS: Matius (Pendahuluan Kitab) Mujizat (Matius 8)
"Mujizat" adalah "suatu peristiwa yang tidak bisa dijelaskan oleh hukum-hukum alam sehingga sumbernya dianggap gaib...
Mujizat (Matius 8)
"Mujizat" adalah "suatu peristiwa yang tidak bisa dijelaskan oleh hukum-hukum alam sehingga sumbernya dianggap gaib atau suatu tindakan Allah."26C. S. Lewis mengidentifikasi "mujizat" sebagai "gangguan alam oleh kekuatan supranatural."27
Satu definisi yang lebih lengkap ditemukan dalam The Westminster Dictionary of the Bible:
Dalam arti Alkitabiah yang paling sempit, mujizat adalah peristiwa di dunia luar, diadakan oleh kekuatan langsung dari Allah dan dimaksudkan sebagai tanda atau pengesahan. Mujizat itu dimungkinkan karena Allah menopang, mengontrol, dan memandu segala sesuatu, bersifat personal dan mahakuasa.28
Dalam catatan Alkitab, Allah sesekali menyisihkan hukum alam dan, oleh kuasa ilahi-Nya, melakukan tindakan di luar hukum itu. Karena mujizat Alkitabiah telah berakhir (lihat 1 Kor. 13:8-10), mereka yang sekarang ini mengaku melakukan mujizat seperti itu adalah penipu dan menipu diri sendiri.
Mujizat diberikan kepada para rasul dan beberapa orang lain pada abad pertama untuk tujuan meneguhkan berita yang mereka sampaikan (Mrk. 16:17-20; Ibr. 2:2-4). Beberapa orang bersikeras bahwa hari ini mujizat masih diperlukan untuk meyakinkan orang bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Yohanes menulis bahwa segala mujizat yang dicatat dalam Alkitab adalah cukup untuk menghasilkan iman yang menyelamatkan (Yoh. 20:30, 31). Iman timbul karena mendengarkan Firman Allah (Rom. 10:17), bukan karena melihat mujizat. Banyak dari mereka yang melihat mujizat Kristus tidak percaya (12:22-24). Allah masih bekerja hari ini, tetapi Ia melakukannya dengan penyediaan ilahi melalui tatanan alam yang Ia ciptakan.
TFTWMS: Matius (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Leviticus Rabbah 16.6, 7; 17.3; Numbers Rabbah 7.5; 16:6; Deuteronomy Rabbah 6.8.
2 Robert H. Mounce, Matthew, New International...
Catatan Akhir:
- 1 Leviticus Rabbah 16.6, 7; 17.3; Numbers Rabbah 7.5; 16:6; Deuteronomy Rabbah 6.8.
- 2 Robert H. Mounce, Matthew, New International Biblical Commentary (Peabody, Mass.: Hendrickson Publishers, 1991), 73.
- 3 Lihat James F. Strange and Hershel Shanks, "Has the House Where Jesus Stayed in Capernaum Been Found?" dan "Synagogue Where Jesus Preached Found at Capernaum," dalam Archaeology and the Bible: The Best of BAR, vol. 2, Archaeology in the World of Herod, Jesus and Paul, ed. Hershel Shanks and Dan P. Cole (Washington, D.C.: Biblical Archaeology Society, 1990), 188-99, 200-7.
- 4 Tacitus Annals 4.5. See Everett Ferguson, Backgrounds of Early Christianity, 2d ed. (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1993), 46-48.
- 5 David Hill, The Gospel of Matthew, The New Century Bible Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 158.
- 6 Leon Morris, Luke: An Introduction and Commentary, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 151.
- 7 Dalam Injil Yohanes, kisah serupa yang melibatkan "pejabat kerajaan" juga berlangsung di Kapernaum (Yoh. 4:46-54). Namun begitu, kata yang digunakan di sini adalah "anak" (u¢ioß, huios), bukan "budak."
- 8 Douglas R. A. Hare, Matthew, Interpretation (Louisville: John Knox Press, 1993), 90.
- 9 Mounce, 74.
- 10 Mishnah Oholoth 18.7.
- 11 Hare, 91.
- 12 S. Scott Bartchy, "Table Fellowship," in Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 796.
- 13 H. Leo Boles, A Commentary on the Gospel According to Matthew (Nashville: Gospel Advocate Co., 1936), 191.
- 14 Leon Morris, The Gospel according to Matthew, Pillar Commentary (Grand Rapids, Mich.: Wm. Eerdmans Publishing Co., 1992), 195.
- 15 Jack P. Lewis, The Gospel According to Matthew, Part 1, The Living Word Commentary (Austin, Tex.: Sweet Publishing Co., 1976), 123.
- 16 Donald A. Hagner, Matthew 1-13, Word Biblical Commentary, vol. 33A (Dallas: Word Books, 1993), 209.
- 17 Para rabi membuat tiga puluh sembilan larangan bekerja pada hari Sabat. Yang terakhir dari larangan ini adalah melarang orang "yang memindahkan satu benda dari satu tempat ke tempat lain" (Mishnah Shabbath 7.2). Namun begitu, Seorang rabi mengatakan bahwa orang yang membawa orang hidup di atas tempat tidurnya adalah pengecualian. (Mishnah Shabbath 10.5.) Namun demikian, rabi-rabi lainnya sepertinya menentang pandangan itu.
- 18 Testament of Solomon 2.4; 5.5, 13; 8.5-11; Tobit 6:7, 8, 16-18; 8:2, 3; Josephus Antiquities 8.2.5.
- 19 Graham H. Twelftree, "Demon, Devil, Satan," dalam Dictionary of Jesus and the Gospels, ed. Joel B. Green and Scot McKnight (Downers Grove, Ill.: InterVarsity Press, 1992), 167.
- 20 Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark, ed. Robert Frew (Philadelphia: N.p., 1832; reprint, Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1974), 88. Bandingkanlah Yesaya 53:4 dan Matius 8:17 dalam Alkitab NRSV.
- 21 Lewis, 124.
- 22 D. A. Carson, When Jesus Confronts the World: An Exposition of Matthew 8-10 (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1987), 33.
- 23 Morris, Matthew, 198.
- 24 John Phillips, Exploring the Gospel of Matthew: An Expository Commentary, The John Phillips Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Kregel Publications, 1999), 151.
- 25 William M. Taylor, The Miracles of Our Savior (New York: Doubleday, Doran & Co., 1928), 26.
- 26 The American Heritage Dictionary , 4th ed. (2001), s.v. "miracle."
- 27 C. S. Lewis, Miracles: A Preliminary Study (New York: Macmillan Co., 1947), 10.
- 28 Henry Snyder Gehman, ed., "Miracle," The New Westminster Dictionary of the Bible (Philadelphia: Westminster Press, 1970), 622.
- 29 Hagner, 211.
Pengarang: Sellers Crain
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Matius (Pendahuluan Kitab) KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja
Penyelamat yang dijanjikan
KABAR BAIK YANG DISAMPAIKAN OLEH MATIUS
PENGANTAR
Buku Matius menyampaikan kepada kita Kabar Baik bahwa Yesus adalah Raja Penyelamat yang dijanjikan oleh Allah. Melalui Yesus itulah Allah menepati apa yang telah dijanjikan-Nya di dalam Perjanjian Lama kepada umat-Nya. Sekalipun Yesus lahir dari orang Yahudi dan hidup sebagai orang Yahudi, namun Kabar Baik itu bukanlah hanya untuk bangsa Yahudi saja melainkan untuk seluruh dunia.
Buku Matius ini disusun secara teratur; mulai dengan kelahiran Yesus, kemudian mengenai baptisan dan godaan yang dialami-Nya, lalu mengenai karya-Nya di Galilea. Di situ Ia berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan orang. Setelah itu buku ini mengisahkan perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem, dan apa yang terjadi dengan Yesus dalam minggu terakhir hidup-Nya di dunia ini yang memuncak pada kematian dan kebangkitan-Nya.
Salah satu hal yang dititikberatkan oleh Matius ialah bahwa Yesus adalah Guru yang besar, yang mengajar bahwa Allah memerintah sebagai Raja. Yesus juga mempunyai wibawa untuk menjelaskan arti dari Hukum Allah. Kebanyakan dari ajaran-ajaran Yesus itu dikelompokkan menurut pokok-pokoknya. Ada lima kelompok:
- (1) Khotbah di Bukit yang menyangkut sikap, kewajiban, hak-hak, dan tujuan hidup para anggota umat Allah (pasal 5-7 Mat 5:1-7:28);
- (2) petunjuk-petunjuk kepada kedua belas pengikut Yesus untuk melaksanakan tugas (pasal 10 Mat 10:1-42);
- (3) perumpamaan-perumpamaan tentang keadaan waktu Allah memerintah sebagai Raja (pasal 13 Mat 13:1-58);
- (4) ajaran mengenai makna menjadi pengikut Yesus (pasal 18 Mat 18:1-35); dan
- (5) ajaran tentang akhir zaman dan tentang kedatangan Anak Manusia (pasal 24-25 Mat 24:1-25:46).
Isi
- Daftar asal-usul Yesus Kristus dan kelahiran-Nya
Mat 1:1-2:23 - Pekerjaan Yohanes Pembaptis
Mat 3:1-12 - Baptisan dan godaan terhadap Yesus
Mat 3:13-4:11 - Pelayanan Yesus di tengah-tengah masyarakat Galilea
Mat 4:12-18:35 - Dari Galilea ke Yerusalem
Mat 19:1-20:34 - Minggu terakhir di Yerusalem dan sekitarnya
Mat 21:1-27:66 - Kebangkitan Yesus dan penampakan diri-Nya
Mat 28:1-20
Ajaran: Matius (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti,
bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanji
Tujuan
Supaya dengan mengenal isi Kitab Injil Matius orang-orang Kristen mengerti, bahwa Yesus Kristus adalah Mesias, Juruselamat, Raja yang dijanjikan, yang diutus Allah sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Matius.
Tahun : Sekitar tahun 61 sesudah Masehi.
Penerima : Orang-orang Kristen keturunan Yahudi, (dan juga setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus).
Isi Kitab: Injil Matius terdiri dari 28 pasal. Menyatakan bahwa Yesus orang Nazaret sungguhlah Mesias (Juruselamat), Raja yang dijanjikan, sebagai penggenapan nubuatan para nabi dalam Kitab Perjanjian Lama.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Injil Matius
Pasal 1-4 (Mat 1:1-4:1).
Raja (Juruselamat) yang dinantikan sudah datang
Bagian ini memaparkan keturunan Yesus, dari Abraham, Ishak, dan Yakub, dengan maksud untuk menunjukkan, bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat (Raja) yang diutus Allah sebagai penggenap nubuat-nubuat dalam Perjanjian Lama.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 2:1-2, 11-12. Kalau kedatanga Tuhan Yesus disambut dengan persembahan-persembahan, apakah yang tela saudara persembahkan kepada-Nya?
- Buka dan bacalah pasal Mat 4:1-11. Berapa lamakah Tuhan Yesus berpuasa? Tuhan Yesus dicobai. Siapakah yang menang dalam pencobaan ini? Tuhan Yesus menang dalam pencobaan. Itu berart Tuhan Yesus sanggup menolong saudara dalam pencobaan kalau saudara menerima Dia sebagai Raja dalam hidup.
Pasal 4-25 (Mat 4:12-25:46).
Raja (Juruselamat) itu memberikan ajaran-ajaran
Bagian ini berisikan ajaran-ajaran dasar yang menjadi ciri hidup kerajaan-Nya. Dan juga Yesus menunjukkan kuasa-Nya atas alam semesta, atas penyakit-penyakit melalui mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 5:1-12. Siapakah yang memiliki kebahagiaan?
- Buka dan bacalah pasal Mat 7:24. Apakah yang menjadi dasar kehidupan yang kuat bag setiap pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 11:25-30. Apakah yang akan saudara dapati, kalau mau datang pada Yesu Sang Raja?
- Buka dan bacalah pasal Mat 16:24. Apakah yang menjadi syarat bagi pengikut Yesus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 24:24-25. Tuhan Yesus menyatakan, bahwa setelah Ia kembali ke sorga, akan datan Juruselamat yang palsu, karena hanya Yesuslah Juruselamat yang asli. Saudara mau yang mana, yang asli atau yang palsu?
Pasal 26-27 (Mat 26:1-27:66).
Raja (Juruselamat) mengorbankan dirinya untuk keselamatan umat-Nya
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 26:26-28. Bagian ini menjelaskan, sebelum Raja itu mengorbankan diri-Nya, I terlebih dahulu mengajak murid-murid-Nya untuk mengadakan perjamua suci. Hal ini merupakan lambang daripada pengorbanan-Nya di kay salib. Dan Ia mengamanatkan agar perjamuan yang serupa dilakukan ole murid-murid-Nya, setelah kenaikan-Nya kesorga. Perjamuan ini disebu Perjamuan Kudus. Ini berarti setiap orang yang percaya pada Yesus harus mengikuti upacara Perjamuan Kudus tersebut. _Tanyakan_: Apakah arti Perjamuan Kudus?
- Buka dan bacalah pasal Mat 27:54. Apakah pengakuan dari komandan prajurit Roma tentang Yesus? Bagaimanakah pendapat saudara, siapakah Yesus?
Pasal 28 (Mat 28:1-20).
Raja (Juruselamat) itu memperlihatkan kemenangannya atas segala kuasa di dunia dan di sorga
Bagian ini menjelaskan, bagaimana Raja yang mengorbankan diri-Nya itu berkuasa atas segala kuasa kematian karena Dialah yang mempunyai segala kuasa baik di sorga maupun di dunia.
Pendalaman
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:1-10. Bagian ini menjelaskan bahwa Yesus bangkit persis seperti apa yan telah Ia katakan tentang diri-Nya. Siapakah yang menggulingkan bat penutup kuburan, dan memberitakan tentang kebangkitan Yesus? Jad berita kebangkitan Yesus, diterima pertama kali dari manusia atau dar malaikat Allah? Kalau begitu siapakah yang lebih saudara percayai?
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:11-15. Berita bohong tentang Yesus tidak bangkit dari kematian itu, dibua oleh manusia. Jadi siapa yang percaya kepada berita itu, berart percaya kepada berita bohong dari manusia dan menjadi pengiku pembohong.
- Buka dan bacalah pasal Mat 28:16-20. Menurut ayat 18 (Mat 28:18) apakah yang diberikan kepada Yesus? Menurut ayat 19 (Mat 28:19) Raja yang naik ke sorga memberikan Amanat Agung aga murid-murid-Nya pergi ke seluruh dunia, untuk menjadika semua bangsa murid-murid-Nya. Amanat Agung ini berlak untuk semua orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Apakah saudara sudah pernah bersaksi tentang Yesus Kristu kepada orang lain? Pada ayat 20, (Mat 28:20) janji apakah yang diberikan-Nya?
II. Kesimpulan
Melalui Injil Matius, jelaslah bahwa Yesus Kristus adalah Raja yang kekal, Juruselamat dan Penebus dosa yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama. Yesus Kristus adalah Raja dari segala raja, karena Dialah yang mempunyai segala kuasa, baik di sorga maupun di atas bumi.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah yang menulis Injil Matius?
- Apakah isi singkat Injil Matius?
- Bagaimanakah Yesus membuktikan, bahwa Ia adalah raja da Juruselamat yang dijanjikan dalam Perjanjian Lama?
Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) MENGAPA INJIL INI DITULIS.Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan P
MENGAPA INJIL INI DITULIS.
Matius mempunyai beberapa alasan yang jelas mengapa ia menulis Injil ini:
1. Untuk menunjukkan hubungan antara Yesus dengan Perjanjian Lama.
2. Untuk mencatat ajaran Kristus yang diberikan secara luas pada para murid-Nya.
3. Untuk menjelaskan sikap apa yang diharapkan Kristus dari murid-murid-Nya.
4. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh sejumlah anggota gereja, misalnya mengenai kehidupan masa muda Yesus dan kedatangan-Nya kembali.
5. Untuk menjelaskan tentang cara mengelola Gereja.
PENULISNYA.
Tidak ada pernyataan dalam Injil ini bahwa Matiuslah penulisnya, tetapi tradisi mula-mula menegaskan demikian. Sedikit saja yang kita ketahui tentang Matius, karena ia hanya disebut dalam Mat 9:9 dan Mat 10:3, yaitu bahwa ia seorang pemungut cukai yang dipanggil secara pribadi oleh Yesus. Namanya berarti "anugerah dari Tuhan". Dalam Injil lain ia dipanggil Lewi (Mar 2:14).
PEMBACA INJIL MATIUS.
Hal-hal yang diperhatikan dalam Injil Matius memberi petunjuk bahwa sebagian besar pembacanya adalah orang Yahudi. Sebagian besar dari mereka mungkin sudah menjadi Kristen, tetapi Matius boleh jadi menulis Injil ini untuk meyakinkan orang Yahudi lainnya bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinanti-nantikan oleh bangsa Yahudi.
Namun demikian, ia sama sekali tidak mengabaikan orang-orang bukan Yahudi dan mungkin juga ia menulis dengan tujuan untuk menjawab beberapa pertanyaan mereka tentang kepercayaan mereka yang bersumber dari kepercayaan Yahudi.
KAPAN INJIL INI DITULIS?
Kita tidak dapat memastikan kapan Injil Matius ditulis. Mungkin Injil ini ditulis setelah Markus menulis Injilnya, karena isinya mirip dengan Injil Markus. Tetapi, Injil ini juga bukan yang terakhir, karena masalah-masalah sehubungan dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diperhatikannya berangsur berkurang. Diperkirakan waktunya adalah antara tahun 50 dan 90.
CIRI-CIRI KHUSUS.
1. Injil Matius sangat teratur. Bagian-bagian tentang ajaran Yesus disisipkan di antara penjelasan-penjelasan tentang kegiatan-kegiatan-Nya.
2. Karena ingin menunjukkan bahwa Yesus adalah Mesias Yahudi, ia sering mengutip dari Perjanjian Lama. Ada 65 ayat dalam Matius yang mengacu ke Perjanjian Lama.
3. Matius bicara tentang Kerajaan Surga (33 kali) cocok dengan latar belakangnya sebagai orang Yahudi, sementara Injil-Injil lain bicara tentang Kerajaan Allah.
4. Dari keempat Injil, hanya Matius sendiri yang berbicara mengenai gereja. Ia menulis sebagai seorang gembala yang menangani berbagai masalah dan pertanyaan.
Pesan
1. Yesus adalah Mesias.o Dia berasal dari keturunan Yahudi Mat 1:1-17
o Dia menggenapi nubuatan Perjanjian Lama, misalnya Mat 1:23; 2:6, 18, 23; 4:15, 16 dll.
o Dia datang untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Mat 1:21
o Dia pertama-tama datang kepada bangsa Israel. Mat 15:24
o Dia melukiskan sikap-Nya terhadap Perjanjian Lama. Mat 5:17-48
o Dia menantang pemimpin-pemimpin agama yang menyesatkan umat Allah. Mat 16:5-12; 23:1-36.
o Dia kelak akan bertindak sebagai hakim. Mat 25:31-46
2. Yesus berbicara mengenai suatu kerajaan.
o Dia menjelaskan apa sebenarnya Kerajaan Allah itu: bukan suatu tempat, tetapi
Allah secara aktif memerintah dunia ini. Mat 9:35
o Dia sendiri adalah Raja. Mat 2:2, 16:28
o Dia memberitahukan persyaratan revolusioner untuk dapat masuk ke dalamnya.
Mat 5:3,10,20; 7:21; 19:14,23,24
o Kerajaan-Nya sudah hadir saat ini. Mat 12:28
o Kerajaan-Nya yang sempurna masih akan datang. Mat 16:28
o Pertumbuhan Kerajaan-Nya itu pasti, walaupun tersembunyi. Mat 3:1-23
o Kerajaan Allah layak mendapat prioritas utama manusia. Mat 6:33; 13:44-46
3. Yesus menggarisbawahi hukum Taurat.
o Dia memperkuat hukum Taurat. Mat 5:17-48
o Dia merangkum hukum Taurat. Mat 22:37-40
o Dia menafsirkan hukum Taurat. Mat 23:23
4. Yesus mengutus gereja-Nya.
o Menjadi suatu masyarakat yang bermoral tinggi. Mat 5:20
o Menjadi suatu masyarakat yang berdisiplin. Mat 18:15-18
o Menjadi suatu masyarakat yang bersedia mengampuni. Mat 18:21-22
o Menjadi suatu masyarakat yang berdoa. Mat 18:19-20
o Menjadi suatu masyarakat yang bersaksi. Mat 28:19-20
Penerapan
Berita dalam Injil Matius dapat diterapkan pada dua golongan kelompok utama:
1. Kepada orang yang belum percaya.o Orang Yahudi yang belum percaya: Injil ini menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang telah lama mereka nantikan. Kedatangan-Nya sudah dipersiapkan
dengan saksama di sepanjang sejarah dan kini keselamatan tersedia melalui Dia.
o Bangsa bukan Yahudi yang belum percaya: pembebasan dari dosa dan segala
akibatnya juga berlaku bagi orang bukan Yahudi.
Yesus adalah Juruselamat seluruh umat manusia. Dia menyambut siapa saja yang
menyatakan iman mereka kepada-Nya.
2. Kepada orang-orang Kristen.
o Injil ini akan memperlengkapi Anda dengan ajaran dasar yang penting mengenai
kehidupan dan ucapan-ucapan Yesus.
o Injil ini akan menunjukkan kepada Anda nilai Perjanjian Lama.
o Injil ini akan menunjukkan perlunya hidup sesuai dengan hukum yang baru dan
mencapai standar moral yang tinggi.
o Injil ini juga akan memperlihatkan kepada Anda bagaimana harus hidup dengan
sesama Kristen.
o Injil ini akan mendorong Anda untuk ikut ambil bagian dalam tugas misi ke
seluruh dunia.
o Injil ini akan membangkitkan pengharapan Anda akan kedatangan Yesus kembali.
Tema-tema Kunci
Matius menekankan beberapa tema tertentu. Selidikilah berulang kali catatan-catatan berikut ini dan pakailah konkordansi agar mendapatkan referensi lain yang terkait untuk mempelajari secara lebih mendalam.
1. Allah adalah Bapa surgawi kita. Inilah sebutan bagi Allah yang paling disenangi oleh Matius: Mat 5:16,45,48; 6:1,9; 7:11,21; 10:32,33; 12:50; 16:17; 18:10,14,19.
2. Berbagai gambaran mengenai Yesus. Yesus disebut Anak Daud (Mat 1:1), Juruselamat (Mat 1:21), Raja Orang Yahudi (Mat 2:2), Orang Nazaret (Mat 2:23). Sebutan apalagi bagi Yesus yang dapat Anda temukan? 3. Kutipan-kutipan dari Perjanjian Lama. Matius sering mengatakan 'haI itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi' (Mat 2:15) atau kalimat-kalimat serupa. Carilah referensi lain dan periksalah apa yang mereka ajarkan tentang Yesus.
4. Ajaran Yesus. Lima kali Matius mengatakan 'setelah Yesus mengakhiri perkataan ini' (Mat 7:28; 11:1; 13:53; 19:1; 26:1). Setiap pernyataan itu ditulis pada akhir sekumpulan ajaran Yesus. Buatlah ringkasan dari tiap-tiap 'khotbah' itu. 5. Perumpamaan-perumpamaan Yesus. Yesus mengajar murid-murid-Nya dengan memakai perumpamaan. Tetapi ingatlah, tidak semua orang dapat mengerti makna perumpamaan-perumpamaan itu (Mat 13:10-17). Beberapa perumpamaan terdapat dalam: Mat 7:24-27; 13:3-52; 18:23-35; 20:1-16; 22:1- 14; 25:1-30. Buatlah ringkasan mengenai apa yang diajarkan dalam perumpamaan-perumpamaan di atas dan dalam perumpamaan lain.
6. Mukjizat-mukjizat yang dilakukan Yesus. Matius mencatat banyak mukjizat kesembuhan dan mukjizat-mukjizat lain yang dibuat oleh Yesus untuk menunjukkan bahwa Dia adalah Tuhan atas ciptaan. Dua puluh mukjizat dicatat dalam Injil ini: Mat 8:1-17,23-34; 9:1-8, 18-33; 12:10-13,22; 14:15-33; 15:21-39; 17:14-21; 20:29-34; 21 :18-22. Daftarkanlah semua mukjizat itu dan tulislah dalam satu kalimat tentang apa yang dinyatakan mengenai Yesus dalam tiap-tiap mukjizat.
7. Kerajaan Surga Ungkapan ini menyarikan inti yang penting dalam ajaran Yesus. Pakailah konkordansi untuk mengetahui di mana Yesus mengatakannya dan bayangkan apa yang sebenarnya ingin dikatakan oleh Yesus tentang Kerajaan Surga ini.
Garis Besar Intisari: Matius (Pendahuluan Kitab) [1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17Silsilah keluarga Yesus
Mat 1:18-25Kelahiran Yesus
Mat 2:1-23Kunjungan orang Majus
Mat 3:1-17Pela
[1] KEDATANGAN MESIAS Mat 1:1-4:25
Mat 1:1-17 | Silsilah keluarga Yesus |
Mat 1:18-25 | Kelahiran Yesus |
Mat 2:1-23 | Kunjungan orang Majus |
Mat 3:1-17 | Pelayanan Yohanes Pembaptis |
Mat 4:1-11 | Pencobaan terhadap Yesus |
Mat 4:12-25 | Yesus mulai berkhotbah |
[2] KHOTBAH DI BUKIT Mat 5:1-7:29
Mat 5:1-12 | Ucapan bahagia |
Mat 5:13-16 | Garam dan terang |
Mat 5:17-48 | Sikap Yesus terhadap hukum Taurat |
Mat 6:1-7:29 | Yesus mendorong kehidupan agama yang benar |
[3] KHOTBAH TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 8:1-9:38
Mat 8:1-17 | Yesus berkhotbah melalui penyembuhan |
Mat 8:18-22 | Yesus berbicara tentang kemuridan |
Mat 8:23-9:8 | Yesus memperlihatkan kuasa-Nya |
Mat 9:9-13 | Yesus memanggil Matius |
Mat 9:14-17 | Yesus berbicara tentang puasa |
Mat 9:18-38 | Yesus menyembuhkan lagi |
[4] MISI DARI DUA BELAS RASUL Mat 10:1-42
Mat 10:1-15 | Tugas mereka |
Mat 10:16-42 | Masa depan mereka |
[5] TANGGAPAN ORANG BANYAK Mat 11:1-12:50
Mat 11:1-19 | Pertanyaan-pertanyaan Yohanes |
Mat 11:20-30 | Ketidakacuhan orang banyak |
Mat 12:1-50 | Pertentangan dari orang Farisi |
[6] PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN TENTANG KERAJAAN SURGA Mat 13:1-58
[7] PENYATAAN TUHAN YESUS Mat 14:1-17:27
Mat 14:1-12 | Kematian Yohanes Pembaptis |
Mat 14:13-36 | Tuhan atas semesta alam |
Mat 15:1-20 | Sikap Yesus terhadap tradisi |
Mat 15:21-16:4 | Mukjizat dibuat dan dijelaskan |
Mat 16:5-12 | Peringatan terhadap para pemimpin agama |
Mat 16:13-28 | Pengakuan Petrus |
Mat 17:1-13 | Yesus dimuliakan |
Mat 17:14-27 | Kembali ke dunia yang berdosa |
[8] GAYA HIDUP GEREJA Mat 18:1-35
[9] JALAN MENUJU SALIB Mat 19:1-20:34
Mat 19:1-12 | Ajaran yang Yesus berikan |
Mat 19:13-30 | Orang yang Yesus temui |
Mat 20:1-16 | Perumpamaan yang Yesus ceritakan |
Mat 20:17-28 | Penderitaan yang Yesus nubuatkan |
Mat 20:29-34 | Penyembuhan yang Yesus lakukan |
[10] SAAT DI YERUSALEM Mat 21:1-23:39
Mat 21:1-11 | Masuk kota dengan penuh kemenangan |
Mat 21:12-27 | Di Bait Allah |
Mat 21:28-22:46 | Perumpamaan dan pertanyaan |
Mat 23:1-39 | Kecaman Yesus |
[11] KEADAAN MASA DEPAN Mat 24:1-25:46
[12] PUNCAK MISI KRISTUS Mat 26:1-28:20
Mat 26:1-35 | Peristiwa-peristiwa sebelum Getsemani |
Mat 26:36-27:31 | Penangkapan dan penghakiman atas Kristus |
Mat 27:32-66 | Penyaliban |
Mat 28:1-20 | Kebangkitan dan sesudah itu |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi