Teks -- Kidung Agung 5:7 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Kid 5:2--6:3; Kid 5:7
Jerusalem: Kid 5:2--6:3 - -- Bagian ini menjadi syair yang keempat. Tampil sebagai pelaku: mempelai perempuan Kid 5:2-8; iringan Kid 5:9 mempelai perempuan, Kid 5:10-16; iringan K...
Bagian ini menjadi syair yang keempat. Tampil sebagai pelaku: mempelai perempuan Kid 5:2-8; iringan Kid 5:9 mempelai perempuan, Kid 5:10-16; iringan Kid 6:1 mempelai perempuan, Kid 6:2-3.
Jerusalem: Kid 5:7 - peronda-peronda kota Peronda-peronda itu kali ini lain peranannya dari pada dalam Kid 3:3+, mereka menganggap gadis itu sebagai seorang wanita tuna susila, bdk Ams 7:11-12...
Peronda-peronda itu kali ini lain peranannya dari pada dalam Kid 3:3+, mereka menganggap gadis itu sebagai seorang wanita tuna susila, bdk Ams 7:11-12.
Ende -> Kid 5:2--6:3
Ende: Kid 5:2--6:3 - -- Israil sudah pulang, tetapi sebagian sadja murni dan bersih (berdjaga), pada hal
jang lain lalai dan lemah (tidur). Ia dikundjungi oleh Tuhan jang mau...
Israil sudah pulang, tetapi sebagian sadja murni dan bersih (berdjaga), pada hal jang lain lalai dan lemah (tidur). Ia dikundjungi oleh Tuhan jang mau memberi berkahNja (embun, rintikan)(Kid 5:2). Tetapi Israil lalai untuk menerimanja (Kid 5:3). Allah mendesak, lalu Israil mau menjambutNja (Kid 5:4-5). Namun sudah terlambat. Sekarang Tuhanlah jang tidak sedia lagi sebagai hukuman untuk kelalaian tadi dan Ia meninggalkan umatNja lagi, jang pertjuma mentjariNja (Kid 5:6). Israil masuk lagi kedalam kesesakan dan disiksa oleh pegawai2 asing di Jerusjalem (peronda)(Kid 5:7). Namun sekarang ia sangat ingin akan Allah dan mentjintaiNja dengan hangat (Kid 5:8). Atas pertanjaan2 puteri Jerusjalem (Kid 5:9)ia melukiskan gambar mempelainja dan dalam lukisan ini ia terus ingat akan Bait Allah di Jerusjalem (Kid 5:10-16). Achirnja persatuan di Palestina (taman), jang ditjari itu, akan terdjadi djuga dan dibajangkan se-akan2 sudah djadi (Kid 6:1-3).
Ref. Silang FULL -> Kid 5:7
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kid 5:2-8
Matthew Henry: Kid 5:2-8 - Kasih Kristus terhadap Jemaat; Ditinggal secara Rohani Kasih Kristus terhadap Jemaat; Ditinggal secara Rohani (5:2-8)
Dalam nyanyian asmara dan sukacita ini, kita mendapati di sini adegan yang sangat me...
Kasih Kristus terhadap Jemaat; Ditinggal secara Rohani (5:2-8)
- Dalam nyanyian asmara dan sukacita ini, kita mendapati di sini adegan yang sangat menyedihkan. Sang mempelai perempuan di sini berbicara, bukan kepada kekasihnya seperti sebelumnya, sebab kekasihnya telah menarik diri, melainkan tentang dia. Dan ia menceritakan kisah yang sedih tentang kebodohannya sendiri dan perlakuannya yang buruk terhadap kekasihnya, kendati dengan kebaikannya, dan tentang teguran-teguran yang pantas diterimanya karena itu. Mungkin ini merujuk pada kemurtadan Salomo sendiri yang diperbuatnya terhadap Allah, dan dampak-dampak yang menyedihkan dari kemurtadan itu setelah Allah datang ke kebun-Nya dan menguasai Bait Suci yang telah dibangunnya, dan setelah Salomo berpesta dengan Allah atas korban-korban yang dipersembahkan di sana (ay. Kidung Agung 5:1). Apa pun itu, hal ini dapat diterapkan pada keadaan yang sudah begitu biasa dialami oleh jemaat-jemaat maupun orang-orang percaya, yang dengan kecerobohan dan rasa aman diri, mereka menyulut Kristus untuk menarik diri dari mereka. Amatilah,
- I. Perasaan tidak bergairah yang dirasakan sang mempelai, dan kelesuan yang menyergapnya (ay. 2): Aku tidur, tetapi hatiku bangun. Di sini ada,
- 1. Kebobrokan yang menampakkan diri dalam tindakan-tindakan: Aku tidur. Gadis-gadis yang bijaksana itu terlelap. Ia sebelumnya berada di atas ranjangnya (3:1), tetapi sekarang ia tertidur. Penyakit-penyakit rohani, jika tidak berupaya dilawan pada awalnya, cenderung bertumbuh dalam diri kita dan menemukan tempat berpijak. Ia tidur, yaitu, perasaan-perasaan saleh menjadi dingin. Ia mengabaikan kewajiban ibadahnya dan menjadi lalai di dalamnya. Ia memanjakan dirinya dalam kenyamanannya, merasa aman dan tidak berjaga-jaga. Ada kalanya ini merupakan dampak buruk dari kelegaan-kelegaan luar biasa, suatu perkara yang baik. Rasul Paulus sendiri terancam bahaya menjadi besar hati karena pewahyuan-pewahyuan berlimpah yang diterimanya, dan terancam bahaya untuk berkata, jiwaku, beristirahatlah, yang membuat duri di dalam daging perlu baginya, untuk mencegah dia tertidur. Murid-murid Kristus, ketika Ia datang ke kebun-Nya, kebun penderitaan-Nya, tengah tertidur lelap, dan tidak bisa berjaga-jaga bersama-Nya. Orang Kristen yang sungguh-sungguh tidak selamanya terus giat dan bersemangat dalam agama.
- 2. Anugerah yang tersisa, kendati dengan semuanya itu, dalam kebiasaan yang dilakukannya. " Hatiku bangun. Hati nuraniku sendiri menegurku karenanya, dan tidak berhenti membangunkan diriku dari kelambananku. Roh memang penurut, dan, di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, dan dengan akal budiku aku melayani hukum Allah. Aku, untuk saat ini, dikuasai oleh godaan, tetapi godaan-godaan itu tidak semuanya berjalan ke satu arah dalam diriku. Aku tidur, tetapi itu bukan tidur pulas. Aku berusaha melawannya. Itu bukan tidur nyenyak. Aku tidak bisa tenang dalam ketidakbergairahan ini." Perhatikanlah,
- (1) Kita harus memperhatikan tidur rohani dan penyakit rohani kita sendiri, dan merenungkannya dengan dukacita dan rasa malu bahwa kita sudah tertidur ketika Kristus berada dekat dengan kita di kebun-Nya.
- (2) Ketika kita sedang meratapi apa yang salah dalam diri kita, kita tidak boleh mengabaikan kebaikan yang dikerjakan dalam diri kita, dan yang dijaga tetap hidup: "Hatiku bangun di dalam Kristus, yang kukasihi seperti hatiku sendiri, dan yang adalah hidupku. Ketika aku tidur, Ia tidak terlelap dan tidak tertidur."
- II. Panggilan yang diberikan Kristus kepada sang mempelai, ketika ia sedang merasakan keengganan ini: Itu suara kekasihku (KJV). Sang mempelai mengetahuinya, dan segera sadar akan hal itu, yang merupakan tanda bahwa hatinya bangun. Seperti Samuel kanak-kanak, ia mendengar panggilan itu ketika dipanggil pertama kali, tetapi tidak seperti Samuel, ia tidak keliru dalam mengenali siapa yang memanggilnya itu. Ia tahu bahwa itu suara Kristus. Kristus mengetuk, untuk membangunkan kita supaya kita pergi ke pintu dan membiarkan Dia masuk. Ia mengetuk melalui firman dan Roh-Nya, mengetuk melalui penderitaan-penderitaan dan melalui hati nurani kita sendiri. Meskipun tidak dikutip dengan tegas, namun mungkin inilah yang dirujuk dalam Wahyu 3:20, lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok. Ia memanggil orang-orang berdosa ke dalam perjanjian dengan-Nya dan orang-orang kudus untuk bersekutu dengan-Nya. Orang-Orang yang dikasihi-Nya tidak akan dibiarkan-Nya sendiri dalam ketidakacuhan mereka, tetapi akan ditemukan-Nya satu atau lain cara untuk membangunkan mereka, untuk menegur dan menghajar mereka. Ketika kita tidak memikirkan Kristus, Kristus memikirkan kita, dan mengupayakan supaya iman kita tidak gugur. Petrus menyangkal Kristus, tetapi Tuhan berbalik dan memandang dia, dan dengan begitu menyadarkannya kembali. Amatilah betapa menggugah hatinya panggilan itu: Bukalah pintu, dinda, manisku.
- 1. Ia meminta masuk, padahal Ia dapat menuntut untuk masuk. Ia mengetuk, padahal Ia dapat dengan mudah mendobrak pintu itu.
- 2. Kristus menyapa sang mempelai dengan berbagai panggilan kasih dan sayang: Dinda, manisku, merpatiku, idam-idamanku. Ia bukan saja tidak memanggilnya dengan nama-nama yang kasar, tidak pula menegurnya karena sikapnya yang tidak baik dalam menyongsong kedatangan-Nya, tetapi sebaliknya, Ia malah berusaha untuk mengungkapkan perasaan kasih-Nya yang dalam terhadapnya. Kasih setia-Nya tidak akan Dia jauhkan sepenuhnya. Orang-orang yang melalui iman dikawinkan dengan Kristus dipandang-Nya sebagai dinda-Nya, manis-Nya, merpati-Nya, dan semua panggilan kesayangan lainnya. Dan, karena dikenakan dengan jubah kebenaran-Nya, mereka tidak menjadi tercemar. Pertimbangan akan hal ini seharusnya mendorong sang mempelai untuk membuka pintu bagi-Nya. Kasih Kristus kepada kita haruslah menggugah kasih kita kepada-Nya, bahkan dalam tindakan-tindakan yang menuntut kita untuk menyangkal diri sepenuh-penuhnya. Bukalah pintu. Bisakah kita melarang masuk teman seperti itu, tamu seperti itu? Tidakkah kita mau berbincang-bincang lebih lama dengan Dia yang tak terhingga layaknya untuk kita kenal, dan yang malah sungguh ingin berbincang dengan kita, meskipun yang diuntungkan justru kita sendiri?
- 3. Kekasihnya berseru bahwa ia sedang kesusahan, dan memohon untuk dibiarkan masuk sub formâ pauperis – sebagai seorang pelancong miskin yang membutuhkan penginapan: "Kepalaku basah dengan embun, dengan tetes-tetes air dingin malam hari. Lihatlah kesusahan-kesusahan yang telah kulewati untuk bertemu denganmu. Kiranya kesusahanku ini membuatku layak mendapatkan kebaikan sekecil ini saja darimu, yaitu untuk dibiarkan masuk." Ketika Kristus dimahkotai duri, yang tidak diragukan lagi membuat kepala-Nya yang penuh berkat itu berdarah, pada saat itulah kepala-Nya basah dengan embun. "Lihatlah betapa sedihnya hatiku diperlakukan dengan tidak baik seperti ini, sama seperti seorang suami yang lembut dibiarkan di luar oleh isterinya pada malam yang hujan dan badai." Seperti inikah kita menginginkan Kristus yang sedemikian mengasihi kita? Jiwa-jiwa yang tidak mengindahkan Yesus Kristus adalah serupa dengan tiris yang tidak henti-hentinya menitik pada waktu hujan, yang terus menimpa Dia.
- III. Alasan sang mempelai untuk tidak patuh terhadap panggilan ini (ay. 3): Bajuku telah kutanggalkan, apakah aku akan mengenakannya lagi? Ia setengah tertidur. Ia mengenal suara kekasihnya. Ia mengenal ketukannya, tetapi tidak dapat menemukan tempat dalam hatinya untuk membukakan pintu baginya. Ia tidak berpakaian, dan tidak mau bersusah payah mengenakan pakaian lagi. Ia sudah membasuh kakinya, dan tidak mau bersusah-susah untuk membasuhnya lagi nanti. Ia tidak bisa menyuruh orang lain untuk membukakan pintu (kita yang harus bertindak sendiri untuk membiarkan Kristus masuk ke dalam hati kita), dan ia sendiri pun enggan membukakannya sendiri. Ia tidak berkata, aku tidak akan membukakannya, melainkan, bagaimana aku akan membukakannya? Perhatikanlah, alasan-alasan yang remehtemeh sudah biasa menjadi ungkapan rasa malas yang merajalela dalam agama. Kristus memanggil kita untuk membukakan pintu bagi-Nya, tetapi kita pura-pura tidak mendengar, atau tidak mempunyai kekuatan, atau tidak mempunyai waktu, dan karena itu berpikir bahwa kita bisa dimaklumi, seperti si pemalas yang tidak mau membajak pada musim dingin. Dan orang-orang yang harus berjaga-jaga menantikan kedatangan Tuhan dengan berikat pinggang, jika mereka melepaskan ikat pinggang mereka dan jubah mereka, akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan ketetapan hati mereka yang dulu dan mengenakannya lagi. Oleh sebab itu, sebaiknya kita tetap mengencangkan ikat pinggang. Membuat alasan-alasan (Luk. 14:18) ditafsirkan sebagai tidak mengindahkan Kristus (Mat. 22:5), dan memang demikian adanya. Orang-orang yang tidak dapat menemukan tempat dalam hati mereka untuk bertahan menanggung tiupan angin yang dingin dan kencang untuk Kristus, atau bangun dari tempat tidur yang hangat, mereka itu sama seperti menghina Kristus.
- IV. Pengaruh-pengaruh yang berkuasa dari anugerah ilahi, yang olehnya sang mempelai dibuat bersedia untuk bangun dan membukakan pintu bagi kekasihnya. Ketika kekasihnya tidak berhasil membujuknya, ia memasukkan tangannya melalui lobang pintu, untuk membukanya, seperti orang yang lelah menunggu (ay. 4). Ini menyiratkan pekerjaan Roh pada jiwa sang mempelai, yang olehnya ia yang tadinya tidak bersedia dibuat bersedia (Mzm. 110:3). Pertobatan Lidia digambarkan sebagai terbukanya hatinya (Kis. 16:14) dan Kristus dikatakan membuka pikiran murid-murid-Nya (Luk. 24:45). Dia yang menciptakan roh dalam diri manusia mengetahui semua jalan ke sana, dan jalan yang mana untuk masuk ke dalamnya. Ia dapat menemukan lobang pintu dan meletakkan tangan-Nya di situ untuk menaklukkan prasangka-prasangka dan memperkenalkan ajaran dan hukum-Nya sendiri. Ia memegang kunci Daud (Why. 3:7), yang dengannya Ia membuka pintu hati dengan cara yang sesuai dengan hati itu, seperti kunci cocok dengan lubang pintunya, sehingga pintunya tidak usah dibuka dengan paksa, kecuali ada yang tidak benar dengannya.
- V. Kepatuhan sang mempelai terhadap cara-cara dari anugerah ilahi ini pada akhirnya: Berdebar-debarlah hatiku (KJV: Hatiku tergerak untuknya). Kehendaknya ini timbul oleh pekerjaan baik yang dikerjakan pada perasaan-perasaan: Berdebar-debarlah hatiku, seperti hati kedua murid ketika Kristus membuat hati mereka berkobar-kobar. Ia tergerak oleh belas kasihan terhadap kekasihnya, karena kepalanya basah dengan embun. Perhatikanlah, kelembutan roh, dan hati yang taat, mempersiapkan jiwa untuk menerima Kristus masuk ke dalamnya. Dan karena itulah kasih-Nya kepada kita digambarkan dengan cara yang teramat menyentuh hati. Adakah Kristus menebus kita dalam belas kasihan-Nya? Marilah kita dalam belas kasihan menerima Dia, dan, demi Dia, menerima orang-orang kepunyaan-Nya, setiap kali mereka mengalami kesusahan. Pekerjaan yang baik ini, yang dikerjakan pada perasaan-perasaan sang mempelai, membangunkan dia, dan membuatnya malu akan kelambanan dan kemalasannya (ay. 5, aku bangun untuk membuka pintu bagi kekasihku), sebab anugerah-Nya mencondongkan dia untuk melakukannya dan menaklukkan perlawanan dari ketidakpercayaan. Itu tindakan dari sang mempelai sendiri, namun Kristus yang mengerjakannya dalam dirinya. Dan sekarang tangannya bertetesan mur pada pegangan kancing pintu. Entah,
- 1. Sang mempelai mendapati mur itu di sana ketika ia memegang kancing pintu, untuk menguncinya kembali. Dia yang memasukkan tangan-Nya melalui lobang pintu meninggalkan mur itu di sana sebagai bukti bahwa Ia sudah ada di sana. Ketika Kristus sudah bekerja dengan penuh kuasa pada jiwa, Ia meninggalkan rasa manis yang penuh berkat di dalamnya, yang sangat menyukakan baginya. Dengan ini Ia meminyaki kunci itu, untuk membuatnya mudah dibuka. Perhatikanlah, apabila kita mencurahkan segenap hati kita untuk melaksanakan kewajiban ibadah kita, dalam tindakan-tindakan iman yang hidup, di bawah kuasa anugerah ilahi, maka kita akan mendapati bahwa pelaksanaan kewajiban itu akan berlanjut dengan lebih mudah dan manis daripada yang kita sangkakan. Kalau saja kita mau bangun, untuk membuka pintu bagi Kristus, maka kita akan mendapati bahwa kesulitan yang kita cemaskan akan teratasi secara mengherankan. Dan kita akan berkata bersama Daniel, berbicaralah kiranya tuanku, sebab engkau telah memberikan aku kekuatan (Dan. 10:19). Atau,
- 2. Sang mempelai membawa mur itu ke sana. Karena hatinya tergerak untuk kekasihnya, yang sudah berdiri begitu lama dalam malam yang dingin dan basah, maka ketika ia datang untuk membukakan pintu baginya, maka ia pun bersiap-siap untuk mengurapi kepalanya, dan dengan begitu menyegarkan dan menghiburnya, dan mungkin supaya ia tidak sampai masuk angin. Ia begitu tergesa-gesa untuk menemui kekasihnya itu hingga ia tidak mau berlama-lama membuat persiapan seperti biasanya, tetapi langsung mencelupkan tangannya dalam botol minyaknya, supaya ia siap mengurapi kepala kekasihnya begitu kekasihnya masuk. Orang-orang yang membukakan pintu hati mereka kepada Kristus, pintu-pintu yang berabad-abad itu, harus menemui-Nya dengan tindakan-tindakan iman dan anugerah-anugerah lain dengan ceria dan hidup, dan mengurapi-Nya dengan cara demikian.
- VI. Kekecewaannya yang tak terkatakan ketika ia membukakan pintu untuk kekasihnya. Dan di sinilah bagian yang paling menyedihkan dari cerita itu: Kekasihku kubukakan pintu, seperti yang aku niatkan, tetapi, sayang seribu sayang! Kekasihku sudah menarik diri, dan pergi (KJV). Kekasihku sudah pergi, lenyap, demikian kata yang dipakai.
- 1. Ia tidak membukakan pintu untuk-Nya pada waktu kekasihnya pertama kali mengetuk, dan sekarang ia datang terlambat, padahal ia seharusnya hendak menerima berkat ini. Kristus ingin dicari selama Ia bisa ditemui. Jika kita melewatkan waktu kita, kita bisa kehilangan jalan kita. Perhatikanlah,
- (1) Wajarlah kalau Kristus menolak kita sebagai teguran atas perbuatan kita yang menunda-nunda untuk menerima Dia. Wajarlah jika Ia sampai menunda untuk menyampaikan penghiburan-Nya kepada orang-orang yang lalai dan malas-malasan dalam menjalankan kewajiban ibadah mereka.
- (2) Kepergian Kristus adalah perkara yang mendatangkan kesedihan dan ratapan besar bagi orang-orang percaya. Sang pemazmur yang rajawi tidak pernah mengeluhkan apa pun dengan nada-nada yang sedih seperti ketika ia mengeluhkan Allah yang menyembunyikan wajah-Nya dari dia, yang membuangnya, dan meninggalkannya. Sang mempelai di sini rasanya seperti menjambak-jambak rambutnya, dan merobek-robek pakaiannya, dan meremas-remas tangannya, sambil berseru, ia sudah pergi, ia sudah pergi. Dan apa yang menyayat-nyayat hatinya adalah bahwa karena kesalahannya sendirilah ia menyulut kekasihnya untuk menarik diri. Jika Kristus pergi, itu karena Ia merasa diperlakukan dengan tidak baik.
- 2. Sekarang amatilah apa yang dilakukan sang mempelai, dalam keadaan ini, dan apa yang menimpanya.
- (1) Ia masih menyebutnya kekasihnya, karena sudah menetapkan hati bahwa, betapapun berawan dan gelapnya hari, ia tidak akan memutuskan hubungan dengan-Nya dan kepentingan di dalam Dia. Adalah suatu kelemahan, setiap kali kita cemas akan kegagalan-kegagalan kita atau kepergian-kepergian Allah dari kita, untuk menghakimi dengan keras keadaan rohani kita. Setiap kepergian bukanlah keputusasaan. Aku akan berkata, Tuhan, aku percaya, meskipun aku harus berkata, Tuhan, tolonglah aku yang tidak percaya ini. Meskipun Ia meninggalkan aku, aku mengasihi-Nya. Dia milikku.
- (2) Ia sekarang ingat kata-kata yang diucapkan kekasih-Nya kepadanya ketika kekasih-Nya memanggilnya, dan kesan-kesan apa yang ditimbulkan dari kata-kata itu pada dirinya, sambil mencela dirinya sendiri atas kebodohannya karena tidak cepat-cepat mengikuti kata hatinya: " Seperti pingsan aku ketika ia menghilang. Kata-katanya meluluhkan aku ketika ia berkata kepalaku basah dengan embun. Dan sekalipun begitu, walaupun aku orang yang malang, aku terbaring diam, dan membuat alasan-alasan, dan tidak membukakan pintu baginya." Jika kita mencekik dan melumpuhkan kesadaran kita akan kesalahan kita, maka itu akan terasa sangat pahit dalam renungan, ketika Allah membuka mata kita. Kadang-kadang suatu perkataan tidak terasa dampaknya secara langsung dalam hati, tetapi meluluhkan hati sesudahnya, ketika dipikir-pikir kembali. Jiwaku sekarang meleleh karena kata-kata yang diucapkan-Nya sebelumnya.
- (3) Ia tidak pergi ke tempat tidur lagi, tetapi pergi mengejar kekasihnya: Kucari dia, kupanggil dia. Ia tidak perlu bersusah payah seperti ini andai saja ia mau bangun ketika kekasihnya pertama kali memanggil. Tetapi kita menyisakan banyak sekali pekerjaan, dan menciptakan banyak sekali kesusahan bagi diri kita sendiri, dengan kemalasan dan kecerobohan kita sendiri dalam memanfaatkan peluang-peluang kita. Namun merupakan pujian baginya bahwa, ketika kekasihnya telah menarik diri, ia terus mencarinya. Keinginan-keinginannya terhadap kekasihnya dibuat menjadi lebih kuat, dan pencarian-pencariannya dibuat lebih berhasrat, oleh kepergian kekasihnya itu. Ia memanggil kekasihnya dengan doa, memanggil-manggil Dia, dan memohonnya untuk kembali. Dan ia tidak hanya berdoa tetapi juga menggunakan sarana-sarana, ia mencari kekasihnya di jalan-jalan di mana ia biasa menemukan kekasihnya.
- (4) Namun masih saja ia kehilangan kekasihnya: Tetapi tak kutemui, tetapi tak disahutnya. Ia tidak mempunyai bukti akan perkenanan-Nya, tidak ada penghiburan-penghiburan yang bisa dirasakan. Ia sama sekali ada dalam kegelapan, dan dalam keragu-raguan akan cinta kekasihnya kepadanya. Perhatikanlah, ada orang-orang yang memiliki kasih yang sejati untuk Kristus, namun doa-doa mereka untuk meminta Ia tersenyum kepada mereka tidak langsung dijawab. Tetapi Ia memberi mereka apa yang sepadan, yaitu dengan menguatkan mereka dengan kekuatan dalam jiwa mereka untuk terus mencari Dia (Mzm. 138:3). Doa Rasul Paulus untuk meminta supaya duri di dalam dagingnya dihilangkan tidak dikabulkan, tetapi dijawab dengan anugerah yang cukup untuknya.
- (5) Sang mempelai diperlakukan dengan buruk oleh peronda-peronda kota. Aku ditemui peronda-peronda kota, dipukulinya aku, dilukainya aku (ay. 7). Mereka menganggapnya sebagai perempuan cabul (sebab ia berkeliaran di jalanan di malam hari pada jam itu, ketika mereka sedang meronda), dan karena itu mereka memukulinya. Orang-orang kudus yang sedang bermuram durja dianggap sebagai para pendosa, dikecam dan dicela sebagai pendosa. Demikian pula Hana, ketika ia sedang berdoa dengan hati pedih, dilukai dan dipukuli oleh Eli, salah seorang penjaga utama, ketika Eli berkata kepadanya, berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Dengan demikian, Eli menganggapnya sebagai perempuan dursila (1Sam. 1:14, 16). Bukan hal baru apabila orang-orang yang dengan setia dan penuh kasih tunduk pada Raja Sion, disalahpahami oleh penjaga-penjaga Sion sebagai musuh-musuh atau aib bagi kerajaan-Nya. Mereka tidak bisa melecehkan dan menganiaya orang-orang itu kecuali dengan menjelek-jelekkan nama mereka. Sebagian penafsir menerapkan ini kepada hamba-hamba Tuhan yang, meskipun pekerjaan mereka adalah penjaga, namun menyalahgunakan perkataan itu dan mengucapkannya kepada orang-orang yang bersih hati nuraninya. Dan karena mereka tidak cakap, atau memandang rendah kesedihan orang-orang itu, mereka malah menambah penderitaan kepada orang yang menderita, dan melemahkan hati orang benar dengan dusta, sedang Allah tidak mendukakan hatinya (Yeh. 13:22). Mereka mengecilkan hati orang-orang yang seharusnya disemangati, dan menceritakan kepada orang yang menderita kesakitan orang-orang yang ditikam Allah (Mzm. 69:27). Sungguh buruk peronda-peronda kota itu, yang tidak bisa, atau tidak mau, membantu sang mempelai mencari kekasihnya (3:3). Tetapi peronda-peronda kota di sini jauh lebih buruk, sebab mereka menghalang-halanginya dengan teguran-teguran mereka yang keras dan kejam, memukulinya dan melukainya dengan celaan-celaan mereka. Dan meskipun mereka penjaga-penjaga tembok Yerusalem, mereka seolah-olah sudah menjadi pendobrak tembok itu, merampas selendangnya dengan kasar dan biadab, seolah-olah dengan selendang itu sang mempelai hanya berpura-pura sopan, padahal itu untuk menutupi tubuhnya. Orang-orang yang penampilan lahiriahnya baik secara keseluruhan, namun dikutuk dan dilindas secara menyakitkan sebagai orang munafik, mempunyai alasan untuk mengeluh, seperti sang mempelai di sini, bahwa selendang mereka dirampas dari mereka.
- (6) Ketika ia dibuat tidak mampu untuk meneruskan pencariannya sendiri oleh pelecehan-pelecehan yang dilakukan kepadanya oleh peronda-peronda kota, ia meminta orang-orang di sekelilingnya untuk membantunya dalam pencariannya (ay. 8): Kusumpahi kamu, puteri-puteri Yerusalem! Semua temanku dan kenalanku, bila kamu menemukan kekasihku, barangkali kamu akan bertemu dengannnya sebelum aku, apakah yang akan kamu katakan kepadanya? Demikian sebagian orang membacanya. "Sampaikanlah kata-kata yang baik mengenai aku. Beri tahu dia bahwa sakit asmara aku." Amatilah di sini,
- [1] Seperti apa keadaannya. Ia mengasihi Yesus Kristus sampai sedemikian rupa hingga ketidakhadiran-Nya membuatnya sakit, luar biasa sakit, hingga ia tidak bisa menahannya. Dan ia menderita menantikan kepulangan-Nya seperti seorang perempuan yang hendak bersalin, seperti sakit hati Ahab karena kebun anggur Nabot, yang diingininya dengan hati yang menggebu-gebu. Ini adalah penyakit yang merupakan tanda dari keadaan jiwa yang sehat, dan pasti akan berakhir dengan baik, penyakit yang tidak akan berakhir dengan kematian, melainkan kehidupan. Lebih baik sakit asmara terhadap Kristus daripada nyaman dalam cinta terhadap dunia.
- [2] Jalan apa yang diambilnya dalam keadaan ini. Ia tidak tenggelam dalam keputusasaan dan menjadi pasrah bahwa ia akan mati karena penyakitnya. Sebaliknya, ia meminta orang lain untuk mencari kekasihnya. Ia meminta nasihat dari tetangga-tetangganya, dan memohon doa-doa mereka untuknya, supaya mereka mau berbicara kepada kekasihnya atas namanya. "Katakan kepadanya, walaupun aku abai, bodoh, malas, dan tidak segera bangun seperti yang seharusnya untuk membukakan pintu baginya, namun aku mencintainya. Ia mengetahui segala sesuatu, Ia tahu bahwa aku mengasihi-Nya. Katakan kepadanya bahwa aku ini seorang yang tulus, meskipun dalam banyak hal aku belum memenuhi kewajibanku dengan baik. Bahkan, katakan kepadanya bahwa aku ini seorang yang patut dia kasihani, supaya ia berbelas kasihan kepadaku dan menolongku." Ia tidak meminta mereka memberi tahu dia bagaimana peronda-peronda kota telah melecehkannya. Betapapun tidak benarnya mereka dalam berbuat begitu, ia mengakui bahwa Tuhan itu benar, dan karena itu ia menanggungnya dengan sabar. "Tetapi katakan kepadanya bahwa aku terluka oleh cinta kepadanya." Jiwa-jiwa yang beroleh anugerah lebih peka terhadap kepergian-kepergian Kristus daripada terhadap kesusahan-kesusahan lain.
SH: Kid 5:2--6:3 - Sakit asmara (Rabu, 27 September 2006) Sakit asmara
Bagian ini mirip ps. 3:1-4. Keduanya entah menceritakan mimpi mempelai
perempuan atau masa perpisahan sesaat yang sungguh terjadi.
...
Sakit asmara
Bagian ini mirip ps. 3:1-4. Keduanya entah menceritakan mimpi mempelai perempuan atau masa perpisahan sesaat yang sungguh terjadi. Perbedaannya, pada ps. 3:1-4 mempelai laki-laki menghilang untuk sementara waktu, mempelai perempuan mencarinya dan menemukannya. Pada perikop ini mempelai laki-laki ingin menjumpai mempelai perempuan (5:2), mempelai perempuan ragu karena sudah siap tidur (3), ketika akhirnya ia bangun kekasihnya sudah pergi (6).
Dalam kenyataan hidup pernikahan, tidak selamanya suami istri akan ada bersama. Tugas, sakit, beda pendapat, bisa datang sewaktu-waktu dan menyebabkan suami istri harus berpisah sesaat entah secara fisik atau pengalaman ruang batin. Namun keterpisahan ini justru menjadi kesempatan bagi terujinya cinta, menjadi saat tumbuh dan disadarinya sakit asmara oleh masing-masing pihak (8). Masalah yang muncul dalam hubungan suami istri jadi kesempatan pemurnian dan pematangan cinta keduanya.
Dari kondisi tertindas namun hati terjaga (3), mempelai perempuan bangun, mencari bahkan menderita demi mempererat kesatuan cintanya dengan suaminya (6-8). Sebelumnya, suami yang melontarkan syair pujian untuk istrinya. Kini giliran istri memamerkan kegagahan suami (rambut, mata, pipi, bibir, tangan, tubuh, kaki, perawakan, mata, 10-16) di hadapan perempuan lain. Ia bangga menerangkan bahwa ia adalah milik suaminya (6:3a). Dalam keterpisahan sesaat itu justru tampak upaya menunjukkan kebersatuan pernikahan secara lebih bersungguh-sungguh!
Kehadiran anak, pengejaran karier, ketidakpuasan seks, perbedaan suami istri, dll. berpotensi merenggangkan keharmonisan pasutri. Cinta sejati dalam pernikahan Kristen akan lulus ujian karena bersumber pada kasih Ilahi yang dinyatakan Kristus.
Renungkan: Ketika cinta kita terhadap pasangan kita sedang diuji, pikirkanlah pengurbanan Kristus bagi diri kita.
SH: Kid 5:2-8 - Sakit asmara (Minggu, 19 Oktober 2014) Sakit asmara
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada masa-masa keintiman pasutri memudar. Kesibukan dengan anak, membuat istri sadar atau tidak sadar menjau...
Sakit asmara
Tidak dapat dipungkiri bahwa ada masa-masa keintiman pasutri memudar. Kesibukan dengan anak, membuat istri sadar atau tidak sadar menjauh dari suami. Kesibukan suami dengan pekerjaannya, kadang membuatnya tidak memiliki lagi waktu yang prima untuk berduaan dengan istri dalam kemesraan.Tidak berarti hal-hal tadi menjadi pembenaran untuk pasutri kemudian mematikan momen-momen intimasi tersebut dan sibuk sendiri-sendiri. Justru perlu kesadaran dan usaha bersama untuk membangun kembali keintiman tersebut. Sementara kenyataan memudarnya keintiman itu harus menjadi tanda atau peringatan dini agar tidak berlarut menjadi sakit asmara yang akut.
Sebagian penafsir melihat perikop ini mirip dengan mimpi di pasal 3:1-5. Namun, kita bisa melihatnya sebagai suatu gambaran riil di mana ketegangan pernah terjadi di antara pasutri ini. Sesaat dalam kehidupan rumah tangganya, sang wanita tidur terpisah dari si suami. Mungkin karena ada masalah komunikasi, mungkin karena menemani anak yang masih balita. Sang suami mengetuk pintu kamar istrinya, mengajaknya bermesraan. Sang istri semula enggan, tetapi rayuan suami membangunkan hasratnya. Namun, ia tidak menjumpai sang suami yang keburu pergi. Hasrat yang sudah dibangunkan, menuntut pemuasan. Sang istri pun berlari, mengejar sang suami. Apa daya, yang ditemukan justru peronda yang memukulinya. Mungkin ini bukan pengalaman harfiah sang istri, melainkan pengalaman batiniah, sakit asmara. Rasa bersalah karena menolak suami, namun rasa membutuhkan seperti mengoyak tubuh dengan tarik-tarikan yang berlawanan arah.
Dinamika seperti itu bisa saja terjadi dalam kehidupan pasutri. Yang penting, menyadarinya dan mengupayakan agar kemesraan itu kembali. Sekali lagi diperlukan usaha bersama dan saling mendukung demi terwujudnya kemesraan itu.
SH: Kid 5:2-8 - Waktunya Terbatas (Sabtu, 7 Januari 2023) Waktunya Terbatas
Sebuah kalimat yang mengisyaratkan penyesalan berbunyi demikian: "Andaikan waktu bisa diputar kembali." Penyesalan terjadi karena o...
Waktunya Terbatas
Sebuah kalimat yang mengisyaratkan penyesalan berbunyi demikian: "Andaikan waktu bisa diputar kembali." Penyesalan terjadi karena orang telah melewatkan momen-momen penting dalam hidup, termasuk saat-saat bersama dengan orang-orang yang dicintai.
Penyair Kidung Agung menggambarkan kerinduan sang kekasih kepada mempelai perempuan. Namun, di saat sang kekasih memanggil dan sampai di muka pintu (2), sang perempuan justru dipenuhi dengan kebimbangan oleh karena keadaan dirinya dan kemalasannya (3). Alhasil, bukannya bertemu dengan sang kekasih, ia malah mendapati sang kekasih sudah pergi pada saat ia membuka pintu (5-6). Seakan-akan terlambat, apa pun usaha yang ia lakukan tidak membuahkan hasil (7). Bukannya meraih kebahagiaan, justru celaka yang kemudian menghampirinya (8).
Penyesalan selalu datang terlambat. Andai mempelai perempuan tidak sibuk memikirkan penampilannya dan segera membukakan pintu, kemungkinan besar ia tidak akan kehilangan sang kekasih hati. Bagi kita, jangan sia-siakan waktu, terutama waktu bersama orang yang kita kasihi.
Dalam relasi dengan Allah pun kita sering mengabaikan panggilan-Nya. Kita tahu bahwa Allah merindukan untuk dapat bersekutu dengan kita secara intim. Namun, kita kerap membiarkan diri terhalang oleh rutinitas kita sehari-hari. Kita sibuk memikirkan pekerjaan, masa depan, dan lain sebagainya. Alih-alih makin dekat dengan Allah, kita malah makin jauh dari-Nya. Jika dibiarkan, bisa saja kita kehilangan kesempatan untuk berjumpa dengan Allah.
Tak satu orang pun tahu apa yang akan terjadi pada waktu mendatang. Tidak ada yang tahu pula sampai kapan Allah memberi kita waktu dan kesempatan. Jadi, selagi Allah masih memberi kesempatan untuk kita melakukan kehendak-Nya, lakukanlah dengan antusias dan didasarkan pada kasih kepada Allah.
Pergunakanlah waktu yang ada dengan sangat baik. Nikmatilah setiap relasi bersama Allah dan juga bersama orang-orang yang kita kasihi. [MAR]
Baca Gali Alkitab 1
Dalam cinta murni yang Allah berikan kepada manusia, kepada laki-laki dan perempuan, akan selalu ada kerinduan yang mendalam. Ada keinginan yang kuat untuk selalu bersama-sama. Ketika ternyata kesempatan untuk bisa bersama-sama itu hilang, maka timbul kesedihan dan keresahan yang sangat dalam.
Begitu jugalah seharusnya kerinduan kita kepada Allah. Namun sebaliknya, kita justru sering mengabaikan kerinduan itu. Saat Allah datang menghampiri, seolah-olah kita tidak peduli. Ketika kehadiran Allah itu pada akhirnya tidak kita rasakan karena ulah kita sendiri, barulah kita menyadari dan menyesalinya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang sedang dilakukan oleh mempelai perempuan dan bagaimanakah keadaannya? (2a, 3)
2. Apa yang dilakukan oleh mempelai laki-laki? (2b, 4)
3. Apa yang terjadi ketika mempelai perempuan tidak segera membuka pintu bagi mempelai laki-laki? (6a)
4. Apa yang dialami dan dilakukan oleh mempelai perempuan setelah kekasihnya pergi? (6b-8)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Kita dapat diibaratkan sebagai mempelai perempuan, sedangkan Allah diibaratkan sebagai mempelai laki-laki. Apa yang seharusnya kita lakukan ketika Allah datang mencari untuk menemui kita?
2. Siapakah yang rugi jika Allah pergi meninggalkan kita? Apa sajakah kerugian itu?
3. Apa upaya yang seharusnya kita lakukan agar relasi kita dengan Allah terus terjalin erat?
Apa respons Anda?
1. Bagaimana kita membuktikan bahwa kita merindukan Allah?
2. Jika berdoa dan membaca Alkitab adalah cara untuk merespons panggilan Allah, seberapa seringkah kita harus melakukannya?
Pokok Doa:
Mohonlah kepada Tuhan agar kita diberi kerinduan yang dalam untuk bertemu dengan-Nya.
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab in...
Penulis : Salomo
Tema : Kasih dalam Pernikahan
Tanggal Penulisan: + 960 SM
Latar Belakang
Secara harfiah, nama Ibrani kitab ini diterjemahkan Nyanyian Atas Segala Nyanyian suatu ungkapan yang berarti "Nyanyian yang Terbaik" (sama seperti "Raja atas segala raja" berarti "Raja yang Maha Besar"); karena itu kitab ini dianggap sebagai nyanyian pernikahan yang terbaik yang pernah digubah. Salomo dianggap sebagai penggubah Kidung Agung ini (Kid 1:1).
Salomo menjadi penggubah sekitar 1005 nyanyian (1Raj 4:32). Di dalam ayat judul namanya disebutkan (Kid 1:1), dan sebanyak enam kali di dalam kitab ini (Kid 1:5; Kid 3:7,9,11; Kid 8:11-12). Ia juga dikenal sebagai mempelai laki-laki ("kekasih"); pada mulanya kitab ini mungkin merupakan rangkaian syair di antara Salomo dengan mempelai perempuannya. Kedelapan pasal kitab ini menyebut paling sedikit 15 jenis binatang dan 21 jenis tanaman; kedua kelompok ini diteliti dan disebutkan oleh Salomo dalam banyak lagu gubahannya (1Raj 4:33). Akhirnya, berbagai acuan ilmu bumi di dalam kitab ini menunjuk kepada tempat-tempat di seluruh Israel, yang menunjukkan bahwa kitab ini digubah sebelum negeri itu terbelah dua menjadi kerajaan utara dan selatan.
Rupanya Salomo sudah menggubah kitab ini pada usia muda sebagai raja Israel, jauh sebelum ia memiliki 300 istri dan 700 gundik (1Raj 11:3); namun timbul pertanyaan: bagaimana Salomo bisa memakai bahasa yang menunjukkan monogami jikalau dia sudah mempunyai 140 istri dan gundik (Kid 6:8)? Mungkin jawabannya ialah bahwa gadis Sulam itu (Kid 6:13) adalah istri pertama Salomo pada masa muda sebelum ia naik takhta (Kid 3:11; Kid 6:8) mungkin mencerminkan keadaan ketika kitab ini digubah secara resmi untuk diterbitkan. Gadis Sulam dilukiskan sebagai gadis biasa dari pedesaan, menarik dan jelita. Perasan Salomo terpikat secara mendalam dengan gadis ini sebagaimana biasanya orang terpikat kepada kekasih dan pengantin pertamanya.
Secara liturgis, Kidung Agung menjadi salah satu di antara lima gulungan dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu _Hagiographa_ ("Tulisan-Tulisan Kudus"). Masing-masing tulisan ini dibacakan di hadapan umum pada hari raya Yahudi tertentu; kitab ini dibacakan pada hari raya Paskah.
Tujuan
Kitab ini diilhamkan oleh Roh Kudus dan dimasukkan ke dalam Alkitab untuk menggarisbawahi asal-usul ilahi dari sukacita dan martabat kasih manusia di dalam pernikahan. Kitab Kejadian menyatakan bahwa seksualitas manusia dan pernikahan mendahului kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej 2:18-25). Walaupun dosa telah menodai bidang pengalaman manusia yang paling penting ini, Allah ingin kita tahu bahwa pernikahan itu bisa murni, sehat, dan indah. Karena itu Kidung Agung, memberikan model yang bersifat memperbaiki di antara dua ekstrem dalam sejarah:
- (1) peninggalan kasih pernikahan untuk perilaku seksual yang tidak wajar (yaitu, hubungan homoseksual atau lesbian) dan hubungan heteroseksual sepintas di luar pernikahan, dan
- (2) pertapaan yang sering kali secara keliru dianggap pandangan Kristen terhadap seks, yang menyangkal kasih jasmaniah di dalam hubungan pernikahan.
Survai
Isi kitab ini tidak dapat dianalisis dengan mudah. Isinya tidak bergerak secara metodis dan logis dari pasal pertama hingga terakhir, melainkan melingkar-lingkar sekitar tema inti yaitu kasih. Sebagai kidung, kitab ini terdiri atas enam stanza atau syair, masing-masing membahas suatu aspek dari perilaku pacaran dan kasih pernikahan antara Salomo dengan pengantinnya (Kid 1:2--2:7; Kid 2:8--3:5; Kid 3:6--5:1; Kid 5:2--6:3; Kid 6:4--8:4; Kid 8:5-14). Keperawanan mempelai wanita dilukiskan sebagai "kebun tertutup" (Kid 4:12) dan penyempurnaan pernikahan sebagai memasuki kebun untuk menikmati buah-buah pilihan (Kid 4:16; Kid 5:1). Sebagian besar percakapan adalah di antara mempelai wanita (gadis Sulam), Salomo sang raja, dan sekelompok teman dari mempelai laki-laki dan wanita yang disebut "gadis-gadis Yerusalem". Ketika kedua mempelai sedang berdua, mereka terpuaskan; ketika mereka terpisah, mereka mengalami kerinduan satu sama lain. Puncak sastra kidung ini adalah Kid 8:6-7.
Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Inilah satu-satunya kitab Alkitab yang khususnya membahas kasih unik di antara dua orang mempelai. Seluruh kitab ini melukiskan masa bercumbu-cumbuan dan kasih pernikahan, khususnya kebahagiaan orang yang baru menikah.
- (2) Kitab ini merupakan karya sastra akbar yang penuh dengan kiasan sensual yang sopan, terutama diambil dari alam. Aneka metafora dan bahasa deskriptif melukiskan perasaan, kuasa, dan keindahan dari kasih pernikahan yang romantis, yang dipandang murni dan suci pada zaman Alkitab.
- (3) Kitab ini termasuk salah satu dari sejumlah kecil kitab PL yang tidak dikutip atau disinggung dalam PB.
- (4) Merupakan satu dari dua kitab (bd. kitab Ester) PL yang tidak secara jelas menyebutkan Allah (sekalipun beberapa naskah berisi petunjuk kepada "Tuhan" dalam Kid 8:6).
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
- (1) Kidung Agung melambangkan sebuah tema PB yang dinyatakan kepada penulis surat Ibrani, "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur" (Ibr 13:4). Orang Kristen boleh dan bahkan seharusnya menikmati kasih romantis di dalam ikatan pernikahan.
- (2) Banyak penafsir pada masa lampau telah menganggap kitab ini terutama atau khususnya sebagai kiasan bersifat nubuat yang melukiskan hubungan kasih di antara Allah dengan Israel, atau di antara Kristus dengan gereja, mempelai-Nya.
Karena PB tidak pernah memandang Kidung Agung dengan cara demikian, bahkan sama sekali tidak mengutipnya, maka penafsiran ini sangat diragukan. Alkitab tidak pernah menunjukkan bahwa aspek apa pun dalam pernikahan Salomo dimaksudkan oleh Tuhan sebagai "lambang" Kristus. Akan tetapi, karena beberapa nas penting PB melukiskan kasih Kristus bagi gereja dengan memakai hubungan pernikahan (mis. 2Kor 11:2; Ef 5:22-33; Wahy 19:7-9; Wahy 21:1-2,9), kitab ini dapat dipandang sebagai melukiskan kualitas kasih yang ada di antara Kristus dan mempelai-Nya, yaitu gereja. Kasih itu merupakan kasih yang ekslusif, penuh pengabdian dan sangat pribadi sehingga tidak memberi peluang untuk bercumbu dengan pihak yang lain.
Full Life: Kidung Agung (Garis Besar) Garis Besar
Judul
(Kid 1:1)
I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7)
A. Keri...
Garis Besar
- Judul
(Kid 1:1) - I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki
(Kid 1:2-2:7) - A. Kerinduannya Diungkapkan
(Kid 1:2-4a) - B. Dukungan Para Sahabatnya
(Kid 1:4b) - C. Pertanyaannya
(Kid 1:5-7) - D. Nasihat Para Sahabatnya
(Kid 1:8) - E. Mempelai Laki-Laki Tampil dan Berbicara
(Kid 1:9-11) - F. Pernyataan Kasih Sayang di Antara Kedua Mempelai
(Kid 1:12-2:7) - II. Syair Kedua: Kedua Kekasih Saling Mencari dan Berjumpa
(Kid 2:8-3:5) - A. Mempelai Wanita Melihat Kedatangan Mempelainya
(Kid 2:8-9) - B. Perkataan Pembukaan Mempelai Laki-Laki
(Kid 2:10-15) - C. Ungkapan Kasih Khusus Mempelai Wanita
(Kid 2:16-17) - D. Mempelai Laki-Laki Hilang dan Ditemukan Kembali
(Kid 3:1-5) - III.Syair Ketiga: Iringan Pernikahan
(Kid 3:6-5:1) - A. Mempelai Laki-Laki Mendekati
(Kid 3:6-11) - B. Kasih Mempelai Laki-Laki Kepada Mempelai Wanita
(Kid 4:1-15) - C. Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki Bersatu
(Kid 4:16-5:1) - IV. Syair Keempat: Mempelai Wanita Takut Kehilangan Kekasihnya
(Kid 5:2-6:3) - A. Mimpi Mempelai Wanita pada Malam Hari
(Kid 5:2-7) - B. Mempelai Wanita dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Laki-Laki
(Kid 5:8-16) - C. Tempat yang Didatangi Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:1-3) - V. Syair Kelima: Kecantikan Mempelai Wanita
(Kid 6:4-8:4) - A. Penggambaran Mempelai Wanita oleh Mempelai Laki-Laki
(Kid 6:4-9) - B. Mempelai Laki-Laki dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Wanita
(Kid 6:10-13) - C. Penggambaran Mempelai Wanita Selanjutnya
(Kid 7:1-8) - D. Kasih Sayang Mempelai Wanita untuk Mempelai Laki-Laki
(Kid 7:9-8:4) - VI. Syair Keenam: Puncak Keindahan Kasih
(Kid 8:5-14) - A. Hebatnya Kasih
(Kid 8:5-7) - B. Perluasan Kasih
(Kid 8:8-9) - C. Kepuasan Kasih
(Kid 8:10-14)
Matthew Henry: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan...
- Segala tulisan dalam Kitab Suci yang, kita yakin, diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk menyokong dan memajukan kepentingan-kepentingan kerajaan-Nya di antara manusia. Dan tulisan itu tidak pernah berkurang manfaatnya walaupun di dalamnya ditemukan beberapa hal yang gelap dan sukar dipahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri. Dalam kepercayaan kita bahwa kitab ini mempunyai asal-usul ilahi dan juga penjelasan rohani, kita diteguhkan oleh kesaksian yang ada sejak dulu, yang tetap, dan saling bersesuaian baik dari jemaat Yahudi, yang kepada mereka dipercayakan firman Allah, dan yang tidak pernah meragukan kewenangan buku ini, maupun dari jemaat Kristen, yang dengan bahagia menggantikan jemaat Yahudi dalam mengemban kepercayaan dan kehormatan untuk memelihara firman Allah.
- I. Harus diakui, pada satu sisi, bahwa jika orang yang jarang membaca Kitab Kidung Agung ini ditanya, seperti yang ditanyakan kepada sida-sida, mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?, ia akan mempunyai lebih banyak alasan daripada sida-sida itu untuk berkata, bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku? Kitab-kitab sejarah dan nubuatan dalam Kitab Suci sangat serupa satu dengan yang lain, tetapi Kidung Salomo ini sangat tidak serupa dengan kidung-kidung Daud, ayahnya. Di sini tidak ada nama Allah. Kitab ini tidak pernah dikutip dalam Perjanjian Baru. Kita tidak menemukan di dalamnya ungkapan-ungkapan apa saja tentang agama asali atau ibadah yang saleh. Bahkan, kitab ini tidak didahului dengan penglihatan, atau suatu tanda pewahyuan langsung. Tampaknya kitab ini, seperti bagian mana saja dari Kitab Suci, sulit untuk dijadikan bau kehidupan yang menghidupkan. Bahkan, bagi orang-orang yang membacanya dengan pikiran yang dipenuhi nafsu kedagingan dan perasaan-perasaan yang bobrok, ada bahaya kitab ini dijadikan bau kematian yang mematikan. Ini adalah bunga yang darinya mereka mengisap racun. Oleh karena itu, para ahli agama Yahudi menasihati kaum muda mereka untuk tidak membacanya sampai mereka berusia tiga puluh tahun, supaya jangan sampai dengan menyalahgunakan apa yang paling murni dan suci (horrendum dictu – ngeri untuk dikatakan! ), kobaran nafsu dibakar oleh api dari langit, yang sebenarnya dimaksudkan untuk membakar mezbah saja. Tetapi,
- II. Harus diakui, pada sisi lain, bahwa dengan bantuan dari banyak pemandu setia yang kita miliki untuk memahaminya, kitab ini tampak sebagai pancaran cahaya sorgawi yang sangat terang dan kuat, yang secara mengagumkan cocok untuk menyemangati perasaan-perasaan saleh dan taat dalam jiwa-jiwa yang kudus, untuk menarik keinginan-keinginan mereka terhadap Allah, untuk meningkatkan kesukaan mereka di dalam Dia, dan memperdalam pengenalan dan persekutuan mereka dengan-Nya. Kitab ini adalah sebuah kiasan. Pernyataannya mematikan orang-orang yang berhenti di situ saja dan tidak melihat lebih jauh, tetapi rohnya memberi hidup (2Kor. 3:6; Yoh. 6:63). Kitab ini adalah sebuah perumpamaan, yang membuat perkara-perkara ilahi menjadi lebih sulit bagi orang-orang yang tidak mencintainya, tetapi lebih jelas dan menyenangkan bagi orang-orang yang mencintainya (Mat. 13:14, 16). Orang-orang Kristen yang berpengalaman mendapati di sini padanan dari pengalaman-pengalaman mereka, dan bagi mereka kitab ini dapat dimengerti, sementara orang-orang yang tidak memahami atau menikmatinya, mereka itu tidak mempunyai bagian atau hak dalam perkara ini. Kitab ini adalah sebuah kidung, sebuah epithalamium, atau nyanyian perkawinan, yang di dalamnya, melalui ungkapan-ungkapan kasih antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuannya, diketengahkan dan digambarkan rasa saling menyayangi yang ada di antara Allah dan sisa khusus umat manusia. Kitab ini mengandung ajaran untuk penggembalaan. Mempelai perempuan dan mempelai laki-laki, untuk menggambarkan secara lebih hidup kerendahan hati dan kemurnian, diketengahkan sebagai gembala dan gembala perempuan. Nah,
- 1. Kidung ini dapat dengan mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Yahudi, yang untuk keperluannya kitab ini pertama-tama digubah, dan memang dahulunya dipahami demikian, seperti yang tampak melalui terjemahan bahasa Aram dan para penfasir Yahudi yang paling kuno. Allah mempersunting umat Israel bagi diri-Nya sendiri. Ia mengikat perjanjian dengan mereka, dan itu adalah perjanjian pernikahan. Ia sudah memberikan bukti-bukti berlimpah akan kasih-Nya terhadap mereka, dan menuntut dari mereka supaya mereka mengasihi-Nya dengan segenap hati dan jiwa mereka. Penyembahan berhala, dan menyayangi berhala-berhala, sering kali dikatakan sebagai perzinahan rohani, yang untuk mencegahnya kidung ini dituliskan. Kidung ini menggambarkan kepuasan yang dirasakan Allah terhadap Israel, dan yang harus dirasakan Israel terhadap Allah. Kidung ini mendorong mereka untuk terus setia kepada-Nya, meskipun mungkin ada kalanya Ia tampak menarik diri dan menyembunyikan diri-Nya dari mereka. Kidung ini juga mendorong mereka untuk menantikan penyataan diri-Nya yang lebih jauh dalam Mesias yang dijanjikan.
- 2. Kitab ini dapat dengan lebih mudah dipahami dalam pengertian rohani ditujukan kepada jemaat Kristen, karena kerendahan diri dan penyampaian-penyampaian kasih ilahi tampak lebih kaya dan bebas terjadi di bawah Injil daripada di bawah hukum Taurat, dan hubungan antara sorga dan bumi lebih akrab. Allah kadang-kadang berbicara tentang diri-Nya sebagai suami dari jemaat Yahudi (Yes. 64:5; Hos. 2:15, 18), dan bersukacita di dalam jemaat itu sebagai mempelai perempuan-Nya (Yes. 62:4-5). Tetapi lebih sering Kristus digambarkan sebagai mempelai laki-laki dari jemaat-Nya (Mat. 25:1; Rm. 7:4; 2Kor. 11:2; Ef. 5:32), dan jemaat sebagai pengantin perempuan, mempelai Anak Domba (Why. 19:7; 21:2, 9). Berdasarkan kiasan ini, Kristus dan jemaat secara umum, Kristus dan orang-orang percaya secara khusus, di sini sedang bercakap-cakap dalam rasa penghargaan dan kasih sayang yang berlimpah satu terhadap yang lain. Kunci terbaik untuk memahami kitab ini adalah Mazmur 45, yang kita dapati diterapkan kepada Kristus dalam Perjanjian Baru, dan karena itu kitab ini semestinya demikian juga. Butuh suatu jerih payah untuk mencari tahu apa yang, mungkin, dimaksudkan oleh Roh Kudus dalam sejumlah bacaan dari kitab ini. Karena banyak dari nyanyian-nyanyian Daud disesuaikan dengan kemampuan orang yang paling rendah, maka ada air-air dangkal yang di dalamnya orang bisa belajar, dan ada air-air yang dalam yang di dalamnya seekor gajah bisa berenang. Akan tetapi, bila maksudnya sudah ditemukan, itu akan luar biasa berguna untuk membangkitkan perasaan-perasaan saleh dan taat dalam diri kita. Dan kebenaran-kebenaran yang digali dari kitab ini, yaitu kebenaran yang sama yang secara jelas juga dalam kitab-kitab lain, bila sampai menyentuh jiwa, akan masuk dengan kuasa yang lebih menyenangkan. Ketika kita mencurahkan perhatian untuk mempelajari kitab ini, kita tidak hanya harus, bersama Musa dan Yosua, menanggalkan kasut kita dari kaki kita, dan bahkan melupakan bahwa kita memiliki tubuh, sebab tempat di mana kita berdiri itu adalah tanah yang kudus, tetapi juga kita harus, bersama Yohanes, naik kemari. Kita harus membentangkan sayap kita lebar-lebar, terbang tinggi, dan melambung ke atas, sampai kita, dengan iman dan kasih yang kudus, masuk ke dalam tempat kudus, sebab ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.
Jerusalem: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak ya...
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung atau "Syir Hasy-syrim" ialah kidung yang unggul dan paling indah. Kitab in merupakan serentetan sajak yang memuliakan cinta kasih timbal balik antara seorang, laki-laki dan seorang perempuan. Mereka sekali waktu bertemu dan sekali waktu berpisah, saling mencari saling menemukan. Laki-laki itu disebut "raja" Kid 1:4 dan 12, atau "Salomo", Kid 3;7 dan 9; perempuan itu bernama "gadis Sulam", Kid 6:13. Nama perempuan itu dapat dihubungkan dengan nama Salomo atau dengan "gadis Sunem" yang berperan dalam riwayat raja Daud dan Salomo. 1Raj 1:3; 2:21-22. Oleh karena tradisi tahu bahwa Salomo menciptakan nyanyian-nyanyian, 1Raj 4:32, maka Kidung Agung juga dianggap sebagai karya raja itu, Kid 1:1. Sama seperti kitab Amsal. Pengkhotbah dan Kebijaksanaan Salomo dikatakan karangan Salomo, oleh karena dia itu orang bijaksana yang termasyur, demikianpun Kidung dikatakan karangannya. Karena judul itu maka Kidung Agung dimasukkan ke dalam kelompok kitab-kitab Kebijaksanaan. Oleh Alkitab Yunani Kidung Agung ditempatkan sesudah kitab Penglhotbah, sedangkan oleh terjemahan Latin, Vulgata, disisipkan antara kitab Pengkhotbah dan kitab Kebijaksanaan Salomo, jadi di antara dua "karya Salomo". Dalam Alkitab Ibrani Kidung Agung dimasukkan ke dalam bagian "Tulisan-tulisan", yakni dalam bagian ketiga kanon Yahudi yang juga paling muda usianya. Sesudah abad ke-8 Mas. Kidung Agung mulai dipakai dalam ibadat perayaan Paska Yahudi dan karena itu ia menjadi salah satu dari kelima "Megillot", yaitu gulungan-gulungan kitab yang dibacakan pada hari-hari raya.
Kitab yang tidak berbicara tentang Allah dan yang memakai bahasa cinta yang menyala-nyala itu, senantiasa mengherankan orang. Dalam abad pertama tarikh masehi timbul keragaman di kalangan orang Yahudi apakah kitab itu termasuk ke dalam Alkitab. Kesulitan itu dipecahkan dengan menyelidiki tradisi. Justru berdasarkan tradisi itulah Gereja Kristen menganggap Kidung Agung sebagai sebuah kitab kudus.
Tidak ada satu kitabpun dalam Perjanjian Lama yang ditafsirkan dengan cara yang begitu berlain-lain seperti Kidung Agung.
Tafsiran yang terbaru mencari asal-usul Kidung Agung dalam pemujaan dewi Isytar dan dewa Tammus dan dalam apa yang disebut "hierogami", artinya upacara- upacara perkawinan yang menurut kepercayaan diadakan oleh raja sebagai wakil dewa. Upacara semacam itu yang diambil dari adat orang-orang Kanaan kanon dilangsungkan juga dalam ibadat kepada Yahwe dahulu. Maka Kidung Agung tidak lain kecuali sebuah kitab ibadat semacam itu, walaupun dibersihkan dan disadur kembali. Tetapi teori yang menghubungkan Kidung Agung dengan ibadar dan mitologi itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya dan sukar diterima. Agaknya mustahil bahwa seorang Yahudi yang percaya, begitu saja mengambil buah hasil suatu agama kesuburan untuk menjadikannya beberapa nyanyian cinta. Jikalau antara madah- madah yang ditujukan Usytar atau Tammus dan Kidung Agung ada persamaan ungkapan, maka sebabnya ialah: dua-duanya memakai bahasa cinta kasih.
Tafsiran alegoris (kiasan) jauh lebih tua usianya. Di kalangan orang Yahudi tafsiran itu umum diterima sejak abad ke-2 Mas: Kisah Allah kepada Israel dalam Kidung Agung digambarkan sebagai hubungan suami-isteri. Tema perkawinan yang sama memang oleh para nabi sudah diperkembangkan, mulai dengan nabi Hosea. Kendati pendapat lain yang dikemukakan oleh Teodorus dari Mopsueste, para pujangga Kristen, khususnya terpengaruh oleh Origenes, menurut garis-garis besarnya menuruti tafsiran Yahudi tersebut. Hanya kiasan perkawainan itu mereka mengetrapkannya pada pernikahan Kristen dengan Gereja atau pada persatuan mistik yang terjalin antara jiwa manusia dengan Allah. Sejumlah besar pentafir Katolik tetap mempertahankan tafsiran alegoris itu, walaupun dengan cara yang berbeda- beda. Mereka berpegang pada pikiran biasa, bahwa Yahwe adalah suami Israel, atau mengartikan urutan dalam lagu-lagu Kidung Agung sebagai cermin sejarah pertobatan Israel, kekecewaan dan pengharapannya. Menurut pendapat mereka maka kenyataan bahwa Kidung Agung termasuk Kitab Suci dan diinspirasikan oleh Allah membuktikan bahwa bukanlah cinta kasih keduniawian yang dipuji-puji, tetapi suatu yang lain. Tetapi kurang menyakinkan cara mereka membenarkan tafsiran alegoris itu, yaitu dengan menimbun-nimbun kata-kata dan kalimat-kalimat Kidung Agung yang sejalan dengan bagian-bagian dan nas-nas Alkitab yang lain. Cara semacam itu nempaknya terlalu dibuat-buat dan berlebih-lebihan.
Oleh karena itu beberapa ahli Kitab Katolik yang jumlahnya semakin meningkat menganut tafsiran harafiah. Kebanyakan ahli dewasa ini menganut tafsiran itu. Pengartian itu sesuai dengan tradisi yang paling tua juga. Tidak ada satu petunjukpun bahwa sebelum tarikh masehi Kidung Agung pernah ditafsirkan secara alegoris: naskah-naskah dari Qumran tidak tahu-menahu tentang tafsiran itu: Perjanjian Barupun tidak membenarkannya; orang-orang Yahudi dalam abad pertama Mas. menyanyikan Kidung Agung pada pesta-pesta pernikahan biasa dan mereka mempertahankan kebiasaan itu, walaupun dilarang Rabi Akiba. Kidung Agung sendiripun tidak memperlihatkan suatu maksud alegoris. Bila para nabi mempergunakan kiasan, maka mereka mengatakannya dengan jelas dan memberi kunci tafsiran alegorisnya, Yez 5:7; Yeh 16:2; 17:12; 23:4; 31:2; 32:2, dan lain- lain. Tetapi tidak demikian halnya dengan Kidung Agung. Tidak ada petunjuk satupaun bahwa orang harus mencari sebuah kunci buat membuka rahasia Kidung Agung dan menemukan sautu arti lain, dari pada jelas nampak dalam teks sendiri. Kitab ini memang merupakan sekumpulan nyanyian yang menjunjung tinggi cinta kasih timbal balik dan setia yang memperkokoh perkawinan. Kidung Agung menyatakan cinta kasih manusiawi sebagai sesuatu yang baik. Temanya ini bukanlah tema keduniaan melulu. Sebab Allah telah memberkati perkawinan yang tidak pertama-tama diartikan sebagai sebuah lembaga yang menjamin penerusan bangsa manusia, tetapi lebih-lebih sebagai persekutuan mesra dan mantap antara laki- laki dan perempuan, Kej 2. Terpengaruh oleh pandangan Yawista itu hidup seksuil didemitologisasikan dan didekati dengan sikap realis yang sehat. Di kalangan bangsa-bangsa negeri Kanaan hidup seksuil manusia diartikan sebagai cermin dari hubungan seksuil antar-dewa. Tetapi tidak demikianlah pandangan Kitab Suci. Cinta kasih manusiawi yang dikemukakan oleh Kidung Agung, dibicarakan juga oleh kitab-kitab Perjanjian Lama yang lain, misalnya dalam cerita-cerita kuno yang termaktub dalam kitab Kejadian dalam kisah mengenai Daud, dalam kitab Amsal dan dalam kitab Bin Sirakh. Dalam karangan-karangan ini cinta kasih itu diperbincangkan dengan nada ungkapan-ungkapan yang sangat berdekatan dengan nada dan ungkapan Kidung Agung. Oleh karena cinta kasih itu sesuatu yang baik, maka para nabi dapat memakai cinta kasih timbal balik antara suami isteri untuk menggambarkan hubungan Yahwe dengan Israel. Karenanya tidak ada keberatan sedikitpun bahwa sebuah kitab kudus memperbincangkan cinta kasih yang wajar dan baik itu. Tidak ada halangan kitab kudus semacam itu masuk ke dalam Alkitab. Bukan wewenang kita untuk menentukan batas-batas buat inspirasi ilahi.
Asal-usul Kidung Agung boleh dicari dalam pesta-pesta yang menyertai pernikahan, bdk Yer 7:34; 16:9; Mzm 45. Kidung Agung juga berdekatan dengan upacara-upacara dan nyanyian-nyanyian yang masih lazim pada orang-orang Arab di neregi Siria dan Palestina. Namun Kidung Agung bukanlah sebuah kumpulan lagu- lagu kerakyatan. Apapun juga pracontoh-pracontohnya ia kenal, pengarang Kidung Agung adalah seorang penyair orisinil dan seorang sastrawan sejati. yang paling serupa dengan Kidung Agung ialah lagu-lagu cinta dari negeri Mesir dahulu. Lagu- lagu itu merupakan sastera benar. Hanya tidak dapat dibuktikan, bahwa lagu-lagu Mesir itu langsung mempengaruhi Kidung Agung. Sama seperti bangsa-bangsa tetangganya, demikianpun bangsa Israel mempunyai puisi cintanya. Karena hidup dalam keadaan sama maka bangsa Israel memakai bahasa cinta dan gambaran-gambaran serta kiasan yang sama seperti yang dipakai bangsa-bangsa tetangganya.
Dalam Kidung Agung tidak ada suatu urutan jelas. Ia merupakan sebuah kumpulan nyanyian-nyanyian yang hanya bersatu dalam pokoknya yang sama, yaitu cinta kasih. Kalau ada terjemahan-terjemahan yang membagikan Kidung Agung menjadi lima sajak, maka pembagian semacam itu hanya menyarankan, bagaimana bagian-bagian yang lebih pendek dapat dikelompokkan. Tetapi dalam kelima sajak itu percuma saja dicari suatu kemajuan dalam pikiran atau aksi. Kumpulan lagu-lagu itu berupa sebuah "reportoir" Daripadanya orang dapat memilih lagi yang sesuai dengan keadaan dan selera para pendengar. Dan inilah sebabnya mengapa lagu-lagu itu sebenarnya hanya pelbagai "variasi" atas tema yang sama dan mengapa hal yang sama kerap kali terulang. Lagu-lagu itu tidak dimaksudkan untuk dibaca atau dinyanyikan berturut-turut.
Apabila ditolak teori yang mengartikan Kidung Agung secara alegoris dan yang mencari dalam Kidung Agung peristiwa-peristiwa manakah yang disinggungnya, maka sulit sekali menentukan waktu tergubahnya kitab itu. Beberapa ahli berpendapat bahwa Kidung Agung dikarang di zaman pemerintahan raja Salomo. tetapi oleh karena bahwa Ibraninya bercampur unsur-unsur bahasa Aram dan oleh karena dalam Kidung Agung terdapat sebuah kata Persia, Kid 4:13, dan sebuah kata Yunani, Kid 3:9, maka pasti sudah, bahwa kitab itu digubah di masa sesudah pembuangan, yaitu pada abad ke-5 atau ke-4 seb. Mas. Pasti juga bahwa Kidung Agung dikarang di negeri Palestina.
Dengan tidak memperhatikan tradisi yang menghubungkan Kidung Agung dengan raja Salomo, orang bijak yang termasyur itu, tafsiran harafiah kitab itu benar dalam menempatkannya di tengah-tengah kitab-kitab Kebijaksanaan. Sama seperti kitab-kitab itu Kidung Agungpun memikirkan keadaan manusir dan menyoroti salah satu aspek yang penting. Dengan caranya sendiri Kidung Agung mengajar bahwa cinta kasih yang mendekatkan pria kepada wanita dan sebaliknya, adalah sesuatu yang suci dan luhur. Ia menghalau unsur-unsur mitologis yang melekat pada cinta kasih itu dan membebaskannya baik dari belenggu puritanisme maupun dari erotisme yang berlebih-lebihan. alangkah baiknya kalau ajaran Kidung Agung dewasa inipun tetap diperhatikan manusia. Di samping arti harafiahnya, Kidung Agung tetap boleh diterapkan pada persekutuan yang terjalin antara Kristus dan Gereja (pengetrapan semacam itu tidak dilakukan Paulus dalam Efesus 5), atau pada persatuan jiwa manusia dengan Allah yang mengasihi. Pengetrapan semacam itu membenarkan caranya para mistisi, teristimewa Yohanes dari Salib, memanfaatkan Kidung Agung.
KITAB KEBIJAKSANAAN SALOMO
PENGANTAR
Kitab Kebijaksanaan Salomo yang ditulis dalam bahasa Yunani termasuk kelompok kitab-kitab Deuterokanonika. Sejak abad kedua Mas kitab dipakai oleh para bapa Gereja. Kendati beberapa keraguan dan perlawanan, khususnya dari pihak Santo Hieronimus, kitab Kebijaksanaan Salomo diakui oleh Gereja Katolik sebagai tulisan yang diinspirasikan sama seperti kitab-kitab yang termaktub dalam Alkitab Ibrani.
Dalam bagiannya yang pertama, Keb 1-5, kitab Kebijaksanaan Salomo menampilkan peranan Hikmat-kebijaksanaan dalam nasib-manusia dan membandingkan satu sama lain nasib orang-orang benar dan orang-orang fasik, baik dalam hidup sekarang ini maupunsesudah kematian. Bagian kedua, Keb 6-9, menguraikan asal dan kodrat Hikmat-kebijaksanaan serta jalan-jalan untuk memperolehnya. Bagian terakhir, Keb 10-19, memuliakan karya Hikmat-kebijaksanaan dan Allah dalam sejarah bangsa terpilih. Kecuali dalam pendahuluan yang dengan singkat berkata tentang awal-mula sejarah dunia, bagian terakhir ini memusatkan perhatiannya pada peritiwa dalam sejarah itu, yakni pembebasan bangsa Israel dari negeri Mesir. Bagian yang penyimpanga dari pokok inti itu, yakni, Keb 13-15, dengan pedas pengecam pemujaan berhala.
Raja Salomo dianggap sebagai pengarang kitab Kebijaksanaan. Dalam Keb 9:7-8, 12 raja itu jelas ditunjuk, walaupun namanya tidak sampai disebut-sebut. Maka judul Yunani kitab itu ialah "Kebijaksanaan Salomo". Salomo angkat bicara sebagai raja Keb 7:5; 8:9-15, dan ia meminta perhatian rekan-rekan raja, Keb 1:1; 6:1-11, 21. Hanya jelaslah semuanya itu sarana kesusasteraan melulu, yang mempertalikan karya kebijaksanaan ini dengan nama orang bijak yang utama di Israel, sama seperti kitab Pengkhotbah dan Kidung Agung dipertalikan dengan raja itu. Seluruh kitab itu sebenarnya langsung ditulis dalam bahasa Yunani, termasuk bagian pertama, Keb 1-5, yang oleh sementara ahli dengan kurang tepat dianggap aselinya ditulis dalam bahasa Ibrani. Seluruh kitan rapi tersusun, sedangkan juga gaya bahasanya tetap sama. Bahasa Yunaninya lancar dan perbedaharaan kata agak kaya, sedangkan juga banyak kemungkinan dari seni berpidato Yunani gampang dimanfaatkan.
Pengarangnya pasti seorang yahudi, yang sungguh percaya kepada "Allah nenek moyang", Keb 9:1, dan ia bangga karena termasuk "bangsa suci" dan "keturunan yang tak bercela", Keb 10:15. Tetapi jelaslah pula bahwa pengarang seorang Yahudi yang terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Perhatiannya yang khas pada peristiwa-peristiwa dari sejarah keluarga dari negeri Mesir, caranya ia memperlawankan orang-orang Mesir dan orang-orang Israel, dan caranya mengecam pemujaan bintang-bintang membuktikan bahwa penulis Kebijaksanaan Salomo hidup di kota Aleksandria di Mesir. Di zaman wangsa Ptolomeus kota itu menjadi pusat kebudayaan Yunani dan juga kota penting bagi orang-orang Yahudi di perantauan. Pengarang Kebijaksanaan Salomo mengutip Alkitab menurut terjemahan Septuaginta yang dikerjakan di Mesir. Karenanya jelaslah bahwa pengarang hidup waktu terjemahan itu sudah dikenal. Tetapi ia tidak mengenal karya Filo dari Aleksandria (th 20 seb. Mas-th 54 Mas). Di lain dihak Filsuf Yahudi yang keyunanian itu rasa-rasanya tidak mendapat inspirasi dari Kitab Kebijaksanaan Salomo. Namun demikian ada banyak persamaan antara karya Filo dengan kitab Kebijaksanaan yang dua-duanya berasal dari lingkungan yang sama dan tidak mungkin terlalu berjauhan waktunya satu sama lain. Tidak dapat dibuktikan bahwa Perjanjian Baru menggunakan Kebutuhan, tetapi mungkin sekali Paulus terpengaruh olehnya, juga ditinjau dari segi sastera, sedangkan Yohanes mengambil alih beberapa gagasan untuk mengungkapkan pikirannya tentang Firman Allah. Boleh jadi kitab Kebijaksanaan dikarang pada pertengahan kedua abad pertama sebelum Mas. Maka kitab Kebijaksanaan menjadi kitab yang paling muda usianya dalam Perjanjian Lama.
Pertama-tama pengarang memperuntukkan kitabnya bagi orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang sebangsa yang kesetiaannya digoncangkan oleh gengsi kebudayaan di Aleksandria: kemasyuhran mazhab filsafahnya, kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, daya tarik berbagai agama "misteri", ilmu nujum, pemujaan dewa (wahyu) Hermes atau agama-agama kerakyatan yang mempesonakan. Tetapi caranya pengarang kadang-kadang menyajikan bahannya menyatakan bahwa juga ingin didengar oleh orang-orang bukan Yahudi. Mereka mati diantaranya kepada Allah yang mengasihi semua manusia. tetapi ini hanya tujuan sampingan saja. Kitab Kebijaksanaan lebih-lebih mau membela dari pada merebut.
Mengingat lingkungan, kebudayaan dan maksud tujuan pengarang, tidak mengherankan bahwa di dalam kitabnya ditemukan banyak persamaan dengan alam pikiran Yunani. Hanya persamaan itu jangan dilebih-lebihkan. Berkat pendidikan Yunaninya pengarang menggunakan banyak kata abstrak dan jalan pemikirannya lancar, hal mana tidak mungkin dalam rangka perbendaharaan kata dan tata bahasa Ibrani. Dari pendidikan Yunani itupun pengarang mengambil sejumlah istilah filsafah, rangka- rangka pengelompokan dan pokok pemikiran yang dipersoalkan oleh mazbah-mazbah filsafah. Tetapi pinjaman-pinjaman yang terbatas itu tidak menunjukkan terikatnya pengarang pada salah satu ajaran filsafah tertentu. Pinjaman-pinjaman itu hanya dimanfaatkan untuk mengungkapkan pikiran yang berasal dari Perjanjian Lama. Tentang sistem-sistem filsafah dan spekulasi-spekulasi ilmu nujum pengarang Kebutuhan agaknya tidak tahu lebih banyak dari pada setiap orang yang berpendidikan di kota Aleksandria di zaman itu.
Pengarang Kebijaksanaan bukan seorang filsul, bukan pula seorang ahli Ilmu ke- Tuhanan. Ia tetap seorang bijaksana di Israel. Sebagaimana para pendahulunya, pengarang Kebijaksanaanpun mengajak orang mencari Hikamat-kebijaksanaan yang berasal dari pada Allah dan dapat diperoleh dengan berdoa. Hikmat-kebijaksanaan itu merupakan sumber kebajikan dan menganugerahkan segala berkat. Oleh karena pandangannya lebih luas dari pada pandangan para pendahulunya maka pengarang Kebutuhan menggabungkan Hikmat-Kebijaksanaan dengan kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, Keb 7:17-21; 8:8 Persoalan mengenai pembalasan yang begitu menyibukkan para bijaksana dahulu, bdk Pengantar umum, dapat dipecahkan oleh Kebijaksanaan. Dengan bertumpu pada ajaran yang bersumber pada Plato mengenai perbedaan antara jiwa dan badan dan tentang kekekalan jiwa, pengarang Kebijaksanaan menegaskan, bahwa Allah, menciptakan manusia untuk kebakaan, Keb 2:23, dan bahwa ganjaran atas kebijaksanaan justru kebakaran yang menjamin suatu tempat dekat pada Allah, Keb 6:18-19. Segala sesuatu yang terjadi di bumi ini hanya merupakan persiapan bagi hidup lain di mana akan hidup bersama dengan Allah, sedangkan orang-orang fasik akan mendapat hukumannya, Keb 3:9- 10. Pengarang tidak menyebut kebangkitan badan. Namun tampaknya ia menerima kemungkinan kebangkitan, tetapi dengan merohanikannya. Dengan demikian ia mau mendamaikan pengertian Yunani tentang kebakaran dan ajaran Alkitab yang mengarah pada kebangkitan badan (Daniel).
Baik bagi pengarang Kebijaksanaan maupun kbagi para pendahulunya, Hikmat- kebijaksanaan adalah suatu sifat Allah. Hikmat-kebijaksanaan itulah yang sejak penciptaan mengatur segala-galanya dan membimbing peristiwa-peristiwa sejarah. Mulai bab 11 segala sesuatu yang dahulu dikatakan tentang Hikmat-kebijaksanaan langsung dihubungkan dengan Allah sendiri. Adapun sebabnya ialah: Hikmat- kebijaksanaan itu sama dengan Allah dalam menyelenggarakan alam semesta. Memang Hikmat-kebijaksanaan adalah "pancaran murni dari Kemuliaan Yang Mahakuasa... pantulan cahaya kekal.... dan gambar kebaikanNya", Keb 7:25-26. Dengan demikian Hikmat-Kebijaksanaan nampaknya terpisah dari Allah, namun sekaligus pancaran hakekat ilahi. Namun agaknya pengarang Kebijaksanaan dalam hal ini tidak maju lebih jauh dari pada pengarang-pengarang kitab-kitab kebijaksanaan yang lain, bdk Pengantar Umum. Iapun tidak memandang Hikmat-kebijaksanaan sebagai pribadi. Namun demikian seluruh bagian kitab yang membicarakan hakekat Hikmat-Kebijaksanaan, Keb 7:22-8:8, merupakan suatu kemajuan di bidang perumusan dan suatu penadalaman gagasan-gagasan yang sudah ada dahulu.
Dalam renungannya tentang masa lampau bangsa Israel, Keb 10-19, pengarang Kebijaksanaan sudah mendapat pendahuluan dalam diri Bin Sirakh, Sir 44-50; bdk juga Mzm 78, 105, 106, 135, 136. tetapi dalam dua hal pemikirannya benar-benar baru. Pertama-tama ia mencari sebab-musabab kejadian-kejadian dan menggariskan semacam filsafah keagamaan mengenai sejarah. Ini hanya mungkin dengan menafsirkan kembali teks-teks Kitab Suci, misalnya uraiannya mengenai belas kasihan Allah terhadap bangsa Mesir dan bangsa-bangsa Kanaan, Keb 11:15-12:27. Pengarang terutama menyesuaikan suatu rentetan perbadingan yang memperlawankan nasib malang orang-orang Mesir dan untung bangsa Israel. Guna mengemukakan pendapatnya dengan lebih tegas pengarang menambah ceritera Kitab Suci dengan macam-macam hal buatannya sendiri; ia menghubungkan satu sama lain peristiwa- peristiwa yang berlain-lain dan tidak segan memperbesar kejadian-kejadian. Ini sebuah contoh ulang dari penafsiran berupa midrasy yang diperkembangkan para rabi Yahudi.
Cita rasa manusia berubah sudah dan kitab Kebijaksanaan memang sudah menua. Tetapi bagiannya yang pertama, Keb 1-9 sampai sekarang merupakan santapan rohani bermutu tinggi bagi orang-orang Kristen. Ibadat Gereja secara luas memanfaatkan bab-bab itu.
Teks Kitab Kebijaksanaan termuat dalam empat naskah besar, yakni: Vaticanus (B, abad keempat Mas), Alexandrinus (A. abad kelima Mas) dan Codex Ephraemi rescriptus (C, abad kelima Mas) dan dalam sejumlah besar naskah lain yang kurang penting. Naskah yang paling baik ialah Vaticanus yang menjadi landasan bagi terjemahan ini. Teks ini lazimnya disebut "textus receptus" (teks yang umum diterima). Tanda "lat" dalam catatan menunjuk kepada terjemahan Latin kuno, Italia, yang juga terdapat dalam Vulgata tetapi tidak diperbaiki oleh Hieronimus.
KITAB BIN SIRAKH
PENGANTAR
Kitab Bin Sirakh ini menjadi bagian dari Alkitab Yunani, tetapi tidak termasuk kedalam Alkitab Ibrani. Oleh karenanya Sirakh termasuk ke dalam kelompok kitab- kitab Deuterokanonika yang oleh Gereja katolik diterima sebagai Kitab Suci. Meskipun demikian Sirakh aselinya dikarang dalam bahasa Ibrani. Santo Hieronimus mengenalnya dalam bahasa aseli dan Sirakh juga dikutip oleh para nabi Yahudi. Dalam tahun 1896 kira-kira dua pertiga dari sebuah naskah Ibrani kitab Sirakh ditemukan di antara sejumlah besar kepingan macam-macam naskah yang bertanggalkan abad-abad pertengahan dan berasal dari bekas Sinagoga Yahudi di kota Kairo, Mesir. Dalam tahun 1946 di belas benteng Masalah ditemukan sejumlah tulisan yang berasal dari awal abad pertama sebelum Masehi. Di antaranya juga bagian besar kitab Sirakh, yakni Sir 39:27-44:17, dalam bahasa Ibrani. Kalau teks-teks Ibrani tersebut dibandingkan dengan terjemahan Yunani dan Siria, maka terlihat bahwa sejak dahulu beberapa gubahan Sirakh beredar.
Hanya teks Yunani saja diakui oleh Gereja Katolik sebagai Kitab Suci. Terjemahan kami ini mengikuti teks Yunani yang tersedia dalam tiga naskah, yakni Sinaiticus, Alexandrinus dan Vaticanus (S, A, B). Teks ini disebut sebagai teks umum. Hanya dalam catatan-catatan akan disajikan beberapa variasi teks Ibrani.
Dalam bahasa latin kitab Sirakh berjudul liber "Ecclesiasticus". Judul itu baru ditetapkan di zaman belakangan (Siprianus) dan tentu dimaksudkan sebagai penegasan bahwa kitab itu secara resmi dipakai oleh Gereja Kristen yang dalam hal itu berbeda dengan Sinagoga (agama Yahudi). Dalam bahasa Yunani (bdk keterangan yang tercantum dalam Sir 51:30) kitab Sirakh berjudul: Kebijaksanaan Yesus bin Sirakh. Nama pengarangnya sekali lagi disebut dalam Sir 50:27. ahli-ahli modern menyebut kitab Sirakh Bin Sirakh, atau "Siracide" sesuai dengan bentuk Yunani dalam nama itu. Dalam kata pengantarnya anak cucu pengarang menjelaskan bahwa ia menterjemahkan kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal kitab moyangnya ke dalam bahasa Yunani setelah ia tiba dan bertempat tinggal di negeri Mesir pada tahun ke-38 pemerintahan raja Euergetes. Catatan ini hanya dapat menyangkut raja Ptolomeus VII Euergetes dan tahun pemerintahannya yang disebut ialah tahun 132 sebelum Masehi. Maka Yesus bin Sirakh sendiri hidup dan menulis di sekitar tahun 190- 180. Dalam teks kitab sendiri ada keterangan yang membenarkan tanggal tersebut. Sebab berdasarkan kenangan-kenangan pribadi, bin Sirakh menyusun sebuah lagu pujian mengenai besar Simon, Sir 50:1-21. Simon itu ialah Simon II yang baru meninggal dunia sesudah tahun 200.
Pada waktu itu, yakni dalam tahun 198, negeri Palestina beralih tangan dan dijajah oleh wangsa Seleukus dari negeri Siria. Penerimaan adat-istiadat asing artinya pengyunanian, didukung oleh sebagian golongan pemuka Yahudi. Tidak lama kemudian Antiokhus Epifanes (tahun 175-163) berusaha memaksakan pengyunanian itu dengan kekerasan. Bin Sirakh melawan kebaharuan-kebaharuan yang mengancam itu dengan kekuatan tradisi. Ia adalah seorang penulis yang mencintai baik hikmat- kebijaksanaan maupun hukum Taurat. Ia penuh semangat terhadap Bait Allah serta upacara-upacaranya. Juga menjunjung tinggi jabatan imamat, tetapi pun terdidik oleh Kitab Suci, tegasnya kitab para nabi dan teristimewanya oleh kitab-kitab Kebijaksanaan. Bin Sirakh sendiri ingin memberi pengajaran hikmat kepada semua orang yang mencari, Sir 33;18; 50:27. Bdk kata pengantar penterjemah Yunani.
Dalam gaya sasteranya Sirakh serupa dengan karya-karya para bijaksana dahulu dan merekalah yang menjadi contoh bagi Sirakh. Kalau bagian kitab yang memuji kemuliaan Allah dalam alam, Sir 42:15-43:33, dan dalam sejarah, Sir 44:1- 50:29, dikecualikan, maka Sirakh tidak lain susunannya dari pada kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Berbagai pokok diutarakan tanpa aturan atau aturan dan kerap kali terulang. Pokok-pokok itu berperan sebagai semacam kerangka untuk menampung berbagai pepatah pendek yang sedikit banyak mengenai pokok yang sama. Pada kitab sendiri ditambah dua lampiran, yaitu nyanyian syukur, Sir 51:1-12, dan sebuah sajak tentang hal mencari Hikmat-kebijaksanaan, Sir 51:13-30. Teks Ibrani bagian terakhir ini tersisipkan ke dalam sebuah naskah kitab mazmur yang ditemukan dalam sebuah gua di dekat Qumran. Ini menyatakan bahwa sajak tersebut beredar tersendiri sebelum ditambahkan pada kitab Bin Sirakh.
Seperti gaya sasteranya, demikianpun ajaran Sirakh bersifat tradisionil. Hikmat kebijaksanaan yang diajarkan Bin Sirakh berasal dari Tuhan: awal kebijaksanaan ialah takut akan Tuhan. Kebijaksanaan mendidik kaum muda dan menjamin kebahagiaan. Mengenai nasib manusia dan soal pembalasan Sirakh memperlihatkan ketidakpastian dan keraguan seperti juga terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Pengkhotbah. Pengarang yakin bahwa ada pembalasan; ia merasakan betapa penting saat kematian yang tragis, tetapi ia belum mengerti, bagaimana Allah akan membalas setiap orang sesuai dengan perbuatan, bdk Pengantar umum. Pikiran- pikiran pengarang mengenai hakekat Hikmat-kebijaksanaan ilahi, Sir 24:1-22, melanjutkan rabaan yang sudah terdapat dalam kitab Amsal dan kitab Ayub, bdk Pengantar umum.
Akan tetapi Sirakh mengemukakan suatu gagasan yang baru dengan menyamakan Hikamt-kebijaksanaan dengan hukum Taurat yang diumumkan Musa, Sir 24:23-24. Hal yang sama terungkap dalam sajak kebijaksanaan yang tercantum dalam Bar 3:9- 4:4. Berlainan dari pendahulu-pendahulunya Bin Sirakh menggabungkan Hikmat- kebijaksanaan dengan aliran yang mempelajari hukum Taurat. Ia terlebih melihat kesetiaan pada hukum terletak dalam praktek ibadah yang ketat, Sir 35:1-10. Bin Sirakh sungguh-sungguh pencinta upacara.
Berlainan lagi dari para bijaksana dahulu, Bin Sirakh juga merenungkan sejarah suci, Sir 44:1-49:16. Ditampilkannya tokoh-tokoh Perjanjian Lama, mulai dengan Henokh sampai dengan Nehemia. Tiga tokoh di antaranya, yaitu Salomo (meskipun orang bijak yang pertama). Rehabeam dan Yeroboam dikecamnya, sama seperti dikecam oleh kitab sejarah (Raja-raja) yang berpedoman kepada gagasan-gagasan kitab Ulangan. Dan sama seperti kitab sejarah tersebut Bin Sirakh mengutuk semua raja, kecuali Daud Hizkia dan Yosia. Namun demikian Bin Sirakh bangga atas masa lampau bangsanya. Dengan asyik ia membicarakan orang-orang suci dan mengingatkan kepada Allah karya besar yang dilakukanNya dengan perantaraan mereka. Dengan Nuh, Abraham, Yakub, Musa, harun, Pinehas dan Daud Allah telah mengikat suatu perjanjian. Perjanjian itu tentu saja menyangkut seluruh bangsa, tetapi juga menjamin hak-hak istimewa bagi beberapa keluarga, khususnya keluarga-keluarga imam. Pengarang menjunjung tinggi jabatan imamat; dalam deretan para leluhur diberikannya tempat istimewa kepada Harun dan Pinehas; deretan itu diakhirinya dengan lagu pujian bersemangat terhadap seorang sezamannya, yaitu imam besar Simon. Mengingat masa sekarang Bin Sirakh dengan hati agak rindu mengenangkan kemuliaan dan kejayaan masa yang lampau. Berbicara tentang para Hakim dan para Nabi kecil ia mengungkapkan pengharapannya semoga "tulang-belulang mereka bertunas dari dalam kuburnya", Sir 46:12, 49:10, artinya: semoga mereka mempunyai pengganti-pengganti. Ia menulis karyanya di ambang pemberontakan yang dilancarkan para Makabe. Seandainya Bin Sirakh masih hidup pada waktu itu, niscaya keinginan hatinya sudah terkabul.
Meskipun menonjolkan gagasan perjanjian dalam Sejarah Suci, namun Bin Sirakh hampir-hampir saja tidak memberi perhatian kepada pengharapan akan keselamatan yang akan datang. Memang benar dalam doanya, Sir 36:1-17, ia mengingatkan kepada Allah janji-janjiNya dahulu dan memohon belas kasihanNya terhadap Sion ialah Yerusalem, dan supaya suku-suku Yakub dikumpulkanNya kembali. Akan tetapi ucapan kenabian yang bernafaskan nasionalisme semacam itu merupakan kekecualian dalam karya Bin Sirakh. Sebagaimana sesuai dengan orang yang sungguh bijaksana, Bin Sirakh tampaknya bertumpu pada keadaan nyata bangsanya yang terhina namun tanang. Ia yakin bahwa pembebasan akan datang, tetapi pembebasan itu berupa ganjaran atas kesetiaan pada hukum Taurat dan bukan karya seorang Mesias- penyelamat.
Bin Sirakh adalah saksi paling akhir dari aliran kebijaksanaan di Palestina yang tampil dalam Kitab Suci. Ia seorang wakil sejati dari para "hasidim", yaitu orang-orang mursyid dalam agama Yahudi, bdk 1Mak 2:42. Tidak lama lagi mereka akan membela keyakinannya terhadap penganiayaan dari pihak raja Antiokhus Epifanes. Di masa yang suram itu mereka akan mempertahankan kelompok-kelompok kecil para setiawan di Israel.
Di kalangan mereka itulah pemberitaan Kristus akan berbuah. Walaupun tidak diterima ke dalam daftar kitab-kitab suci, namun kitab Bin Sirakh sering dikutip dalam karangan-karangan para rabi. Dalam Perjanjian Baru surat Yakobus mengambil alih sejumlah besar ungkapannya; Injil Matius beberapa kali menyinggung Sirakh dan sampai sekarang ibadat Gereja menggemakan Hikmat-kebijaksanaan yang kuno itu.
Ende: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan
bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, d...
MADAH AGUNG
PENDAHULUAN
Kitab jang terketjil dari Kitab2 kebidjaksanaan dan jang djuga agak berlainan bentuk serta isinja dengan kitab2 lainnja itu, dalam terdjemahan ini dinamakan Madah Agung. Nama ini maunja menjalin ungkapan hibrani, jang superlatif artinja. Kitab ini adalah "madah jang ulung", sjair jang terindah", "Gita terluhur'. dan kata "Madah Agung" sedikit sepadan dengan pengertian tadi.
dalam djudul kitab di-sebut2 nama "Sulaiman", jang sudah barang tentu mengingatkan orang akan radja Sulaiman. Bentuk Kata Hibrani dapat diterdjemahkan dengan "dari Sulaiman", jakni dikaragan olehnja; mungkin pula dengan "untuk sulaiman", jakni ditjiptakan untuknja pada kesempatan tertentu,misalnja perkawinannja. Namun demikian, tradisi Jahudi maupun Kristen memandang Sulaiman sebagai pengarang kitab ini. Dan lagi maksud djudjul, jang agaklah dari masa kemudian dan tidak termaktub dalam aselinja, tak lain dan tak bukan ialah menjatakan radja Sulaiman sebagai pengarangnja. Itulah menerangkan terdjemahan kami. tetapi dengan itu tidak dikatakan, bahwa sulaiman banjak sangkut-pautnja dengan madah ini. sungguhpun adanja sangkut-paut tertentu tidak dapat dipungkiri dengan mutlak, tetapi sebaliknja ada alasan jang tjukup kuat, untuk berpendapat, bahwa kitab ini tidak dikarang oleh Sulaiman. Betul namanja disebut beberapa kali dalam kitab ini (1,5 Hbr.3,7.11;8,11), tetapi agaknja lebih merupakan suatu chalajak kesusasteraan dari pada suatu kenjataan sedjarah. Dalam ajat 8,11-12 kiranja ia lebih tampi sebagai tokoh zaman jang telah lampau daripada oknum jang masih hidup. Dan dalam ajat 3,7.11 nama Sulaiman hanjalah gelar kehormatan bagi tokoh jang utama dalam madah ini. Tambahan pula bahasa kitab ini menundjukkan zaman belakangan daripada zaman Sulaiman. Oleh karena itu tradisi bolehlah ditinggalkan tanpa keberatan sedikit djuapun.
Namun demikian, mustahillah menjebutkan nama orang lain sebagai pengarang Madah Agung ini, dan oleh karenanja sukar pula, untuk menentukan dengan pasti waktu terkarangnja kitab ini. Pendapat para ahlipun ber-lain2an pula. Oleh beberapa ahli dikemukakan waktu belakangan, sedang ahli2 lainnja berpendapat - pendapat ini mungkin lebih mendekati kebenaran,-bahwa kitab ini dikarang kira2 waktu Israil kembali dari pembuangan dibawah pimpinan Zorobabel, djadi kira2 550 sebelum masehi.
Adapun susunan kesusasteraan Madah Agung ini tidak begitu djelas. Sukarlah ditentukan adanja djalan besar jang menerus. Dahulu orang mengira, bahwa keseluruhannja tersusun sebagai suatu drama jang terdiri atas pelbagai babak dengan puntjaknja pada penutup kitab ini dan jang setjara lambat laut mentjapai puntjaknja. Tetapi rupa2nja itu sukar dikukuhi, pun pula karena bentuk kesusasteraan ini agaknja tidak dikenal di Israil. Kitab Sutji tidak memberikan tjontoh satupun. Kiranja lebih baik dikatakan, bahwa Madah Agung ini terdiri atas sedjumlah sjair, jang masing2 merupakan suatu keseluruhan (1,5-2,7;2,8- 3,5;3,6-5,1;5,2-6,3;6,4-8,4) Ajat2 8,5-7b merupakan puntjak serta penuup kitab seluruhnja, sedang ajat-ajat 1,2-4 merupakan pembuka. Bagian terachir (8,7c-14) tidak begitu djelas dan agak menjimpang dari seluruh kitab. Mereka berupa tambah2an dari pelbagai sumber. Oleh beberapa ahli ajat2 tadi dipandang sebagai sisa jang rusak dari penutup aseli kitab ini.
Selain ajat2 terachir itu, maka kitab ini hendak dilihat sebagai suatu keseluruhan besar jang berasal dari penjair jang satu dan sama djua. Djadi bukannja sekumpulan sjair2 asmara jang masing2 berdiri tersendiri dan jang tak ada gandjarannja satu sama lain. Sjair-sjair sematjam itu dahulu terkenal di Mesir dan kemudian, hingga dewasa ini, djuga di Arabia dan pada umumnja mempunjai tjorak erotis. sedangkan erotis. Sedangkan kelima sjair Madah Agung itu dikarang oleh orang jang satu dan sama djua dan mengandung pikiran pokok jang sama serta memperlihatkan gaja bahasa jang sama. Dengan itu tidak dipungkiri, bahwa penjair kena pengaruh puisi erotis dari zamannja serta lingkungannja dan menimba sebagian dari ungkapan2nja serta kiasan2 dari sana. Tetapi pengaruh profan itu kalah besar dengan pengaruh daripenghulu2nja didalam Kitab Sutji itu sendiri. Meskipun menundjuk akan "kutipan" sungguh2 dari Kitab Sutji, namun tidak dapat disangkal bahwa kitab ini hanja dapat dipahami sepenuhnja dengan latar belakang djalan pikiran serta sesusasteraan Kitab Sutji, chususnja kitab2 nabi. Si penjair serta karjanja diresapi karenanja.
Soalnja disini benar2 mengenai kitab dari Kitab Sutji dan buku sungguh2 mempunjai tjorak keigamaan. Adakalanja orang Jahudi mengemukakan keberatan2 terhadap kitab ini, karena tjoraknja jang tampaknja protan dan erotis.Djuga banjak penafsir baru melihat kitab ini tak banjak bedanja dengan batjaan erotis, bahkan tjabul. Sebab kelihatannja mengenai tjita berahi antara seorang pemuda, gembala jangdiberi sebutan "radja", dengan seorang pamudi gembala dari daerah pendalaman, jang diberi nama Sulamit, agaknja bentuk djenis-perempuan dari nama Sulaiman. Nampaknja suatu idylie dari suatu "pastorale". Didalam seluruh kitab nama Allah tidak terdapat, selain mungkin dalam bentuk kependekan dalam ajat 8,6, tetapi artinjapun tak lain dan tak bukan ialah sematjam bentuk superlatif. Tetapi djustru latar belakang Kitab sutji itulah jang mendjamin nilai serta isi keigamaannja, jang hanjalah bersembunji dibelakang tjara penggamraban jang profan dan erotis itu.
Madah Agung hendaknja kita tafsirkan sebagai suatu alegori, kiasan besar untuk suatu kenjataan ilahi, untuk pikiran pokok jang ulung. Pada dirinja tiada keberatan dan djuga tidak bertentangan dengan ilahinja, kalau Kitab Sutji me- mudji2 tjinta sutji antara suami dan isteri segala sesuatunja jang bersangkutan dengannja. Memang ada beberapa Ahli Katolik berpendapat, bahwa djustru itulah jang meupakan bahan pokok kitab Madah Agung, Walau tjinta insani mendjadi suatu pralambang dari sesuatu jang lebih luhur. Akan tetapi tjinta insani jang luhur ini dan dalam Kitab Sutji, lebih2 dalam kitab2 para Nabi, digunakan sebagai gambaran perhubungan Allah dengan umatNja dan sebagai gambaran perhubungan Israil dizaman jang datang dengan Utusan Allah jang agung, jakni Al Masih. Belum lagi disebutkan latar belakang seluruh kitab ini, jakni apa jang dikatakan para Nabi dengan gambaran2 serta kias-kias tentang perhubungan itu dan bagaimana berkembang dalam sedjarah. Karena itu tafsir jang wadjar ialah bahwasanja kitab ini setjara langsung dan se-mata2 membentangkan perhubungan serta tjintakasih Allah dan Utusan Allah terhadap umatNja. Adapun mempelai laki2, gembala dan radja-ke-dua2nja ini gambaran jang lazim bagi Allah dan Al Masih - adalah Allah sendiri,jang mentjintai denganhangatnja Israil, mempelaiNja; dan mempelai perempuan, jakni Israil sekarang dan pada masa jang datang, dalam hati sanubarinja mendambakan tjinta jang menjelesaikan. Tetapi mempelai laki2 menghendaki pengantennja indah sepenuhnja dan nirmala, dan ketawaran hati, kelembikan dan sikap tanggung2, jang menghalangi mempelai perempuan mentjapai tjinta sepenuhnja harus dienjahkan dahulu dengan pertjobaan dan penderitaan tjinta itu. Demikian mempelai laki2 itu sendiri mengusahakan, agar penganten Israil dapat memiliki tjintkasih Allah serta tjinta Al-Masih jang penuh dengan tak direm. Inilah sedjarah batin jang digambarkan dan diramalkan Madah Agung, tanpa selalu me-njindir2 kedjadian2 tertentu dalam sedjarah. Djika pikiran besar ini diingat, maka sedikit arti da faedahnja, mengenakan serta menafsirkan semua bagian dan tiap2 gambaran. Kalau begitu, kias ini lalu mendjadi permainan pikiran jang tiada artinja dan kadang2 tak sedap pula, sehingga dapat merugikan penghargaan terhadap madah tjintakasih ilahi ini dan dapat melalaikan artinja jang utama.
Djustru karena tafsir setjara kiasan menurut tradisi Jahudi da Kristen inilah maka Madah Agung senantiasa didjundjung tinggi. Kitab ini termasuk kitab2 Perdjandjian Lama jang paling banjak ditafsirkan. Mysten, misalnja mystik Bernardus, Dionysius dan Johannes dari Salib Sutji, mendapatkan ilhamnja dalam kitab ini dan tjaranja untuk melahirkan pengalaman2nja. Terutama dalam kalangan mereka itulah mulai menafsirkan Madah Agung - dan inipun tidak kurang tepatnja - perihal hubungan-tjinta antara Allah dengan djiwa manusia, antara Kristus dan orang2 pilihanNja.
Kita umat serani dari abad keduapuluh hendaknja mengikuti tafsiran menurut tradisi kristen dan membatja serta mempeladjari Madah Agung ini, untuk mengenal serta menilaikan rahasia besar tjintakasih Allah dan tjintakasih Kristus.
BIS: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian
bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang
KIDUNG AGUNG
PENGANTAR
Kidung Agung adalah kumpulan nyanyian cinta. Sebagian besar berupa nyanyian bersahut-sahutan antara seorang pria dan seorang wanita. Dalam beberapa terjemahan buku ini disebut Nyanyian Salomo, karena dalam ayat pertama Salomo disebut sebagai penciptanya.
Nyanyian-nyanyian ini oleh orang Yahudi sering diartikan sebagai hubungan antara Allah dan umat-Nya, dan oleh orang Kristen sebagai hubungan antara Kristus dan Gereja.
Isi
- Nyanyian Pertama
Kid 1:1-2:7 - Nyanyian Kedua
Kid 2:8-3:5 - Nyanyian Ketiga
Kid 3:6-5:1 - Nyanyian Keempat
Kid 5:2-6:3 - Nyanyian Kelima
Kid 6:4-8:4 - Nyanyian Keenam
Kid 8:5-14
Ajaran: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab
Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja S
Tujuan
Supaya anggota jemaat dapat memahami seluruh isi Kitab Kidung Agung yang menceritakan tentang kekuatan cinta.
Pendahuluan
Penulis : Raja Salomo.
Isi Kitab: Kitab Kidung Agung terbagi atas 8 pasal. Dan isi Kitab ini ialah, cerita tentang kemesraan dan kekuatan cinta antara raja Salomo dengan kekasihnya.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Kidung Agung
Pasal 1-2 (Kid 1:1-2:7).
Adegan di Istana
Pasal Kid 1:2-8, pengantin perempuan dan puteri-puteri Yerusalem, dengan penuh kasih sayang pengantin perempuan menyatakan ketaatan yang mesra kepada pengantin laki-laki. Pasal Kid 1:9-2:7, pengantin laki-laki memuji-muji pengantin perempuan.
Pendalaman
Pasal 2-8 (Kid 2:8-8:4).
Adegan dalam impian pengantin perempuan
Karena pengantin perempuan ini dari desa dan berkulit hitam, maka melalui impiannya ia menghilangkan rasa rendah dirinya, yaitu berusaha agar layak dicintai dan mencintai raja sebagai suaminya.
Pendalaman
- Bacalah pasal Kid 2:16. !!"... kekasih_ku_ kepunyaan_ku_ ..." Dua kata "_ku_" di sin menunjukkan _rasa_kurang_aman_ dari mempelai perempuan. Karena ia menjadi isteri raja, ia pun mau menguasainya. Ini merupakan rasa kasih pada suami yang kurang dewasa.
- Bacalah pasal Kid 6:3. !!"... _Aku_ kepunyaan kekasihku ..." Bagian ini, merupaka peralihan bagi mempelai perempuan, karena ia kini bar _merasa_ layak untuk mengasihi dan dikasihi.
- Bacalah pasal Kid 7:10. !!"... Kepunyaan kekasihku aku ... Bagian ini menunjukkan, bahwa mempelai perempuan kin _sungguh_yakin_, bahwa ia layak dikasihi dan mengasihi. Ini merupakan rasa kasih yang dewasa, yang diperluka dalam kehidupan berumah tangga. Karena suami-istri laya saling mengasihi dan dikasihi.
Pasal 8-14 (Kid 8:5-14).
Adegan dari padang gurun
Bagian ini menjelaskan bahwa kekuatan cinta yang memberikan kebahagiaan melebihi kebahagiaan yang diberikan oleh harta benda dan kekayaan.
Pendalaman
Bacalah pasal Kid 8:7. Berilah pendapat saudara tentang nilainya cinta.
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa cinta yang terbaik adalah cinta yang didasarkan pada kepercayaan yang penuh terhadap kekasihnya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa pernikahan merupakan anugerah daripada Allah.
Bagi seorang wanita yang percaya kepada Allah, ia mempunyai nilai yang tinggi, tidak memandang ia itu orang desa atau kesederhanaannya.
Kitab Kidung Agung mengajarkan bahwa kebahagiaan dari cinta hanya dapat ditemukan/dialami kalau terjadi melalui cinta segitiga, yaitu antara suami, isteri, dan Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Kidung Agung?
- Apakah isi Kitab Kidung Agung?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dar mempelajari Kitab Kidung Agung?
Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) Sebuah kisah cinta
JUDULNama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang t
Sebuah kisah cinta
JUDUL
Nama Kidung Agung merupakan terjemahan harafiah dari judul dalam bahasa Ibrani yang artinya cara untuk menyatakan lagu yang terbaik atau terindah.
PENULIS
Ada delapan acuan kepada Salomo dalam Kidung Agung, dan secara tradisional ia danggap sebagai penulisnya. Bait pertama dapat berarti nyanyian itu ditulis oleh Salomo, tetapi dapat juga berati "untuk" atau "tentang" Salomo. Selain nama Salomo, tidak diberikan latar belakang sejarah lainnya. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk menentukan penulis atau waktu penulisan kitab itu dengan pasti. Namun demikian, tidak ada hal dalam kitab ini yang menolak bahwa waktu penulisan terjadi pada masa Salomo.
ISI
Kidung Agung pada dasarnya merupakan puisi cinta. Isinya merupakan puji-pujian dan penyataan sukacita dalam kisah cinta antara seorang pria dan wanita. Bahasanya berbobot dan ekspresif; di dalamnya terkandung suatu apresiasi terhadap daya tarik fisik yang ditulis dengan gamblang dan tanpa tedeng aling-aling. Nama Allah tidak disebut-sebut dalam Kidung Agung dan banyak orang menganggap bahwa kitab ini dimasukkan dalam Alkitab oleh karena kitab ini merupakan gambaran nyata dari kasih Allah kepada umat-Nya. Namun, Kidung Agung sendiri tidak mengandung maksud agar pembaca mencari arti tersembunyi di dalamnya.
BENTUK
Para ahli Alkitab akan melihat suatu kesatuan dalam kitab ini; dan jelas bahwa pengulangan kata-kata, ungkapan dan buah pikiran menunjukkan karya penulisan yang biasa. Tidak selalu mudah untuk mengidentifikasikan tokoh-tokoh yang berbeda, atau mengetahui siapa yang sedang berbicara dan kapan berbicaranya. Di samping dua orang kekasih itu, rupanya terdapat sekelompok teman yang berada bersama mereka pada saat-saat tertentu, di antaranya adalah putri-putri Yerusalem, demikian juga dengan warga Yerusalem.
LATAR BELAKANG
Latar belakang syair kebanyakan di daerah pedesaan, boleh jadi pada musim semi, walaupun hal ini boleh jadi ditulis semata-mata sebagai bagian dari puisi. Si penulis pasti sangat akrab dengan cerita-cerita rakyat; ia menyebutkan dua puluh satu jenis tanaman dan lima belas kelompok binatang.
Pesan
Ada dua cara berbeda dalam menafsirkan Kidung Agung:
1. Penafsiran secara harafiaho Drama: keseluruhan nyanyian dianggap sebagai kisah dramatis tentang kisah cinta Salomo dengan seorang gadis Shulamite atau mengenai usaha Salomo untuk merebut hati seorang gadis Shulamite yang tetap setia kepada kekasihnya, seorang gembala. Masalahnya dengan pandangan ini ialah latar belakang kisah ini sukar ditelusuri, dan drama semacam ini tidak dikenal di kalangan orang Ibrani.
o Nyanyian perkawinan: sementara orang melihat adanya kesamaan dengan nyanyian-nyanyian yang dipakai oleh orang Siria dalam pesta-pesta perkawinan, tempat kedua mempelai dinobatkan sebagai raja dan ratu. Namun, gadis Shulamite tadi tidak pernah disebut sebagai ratu, dan tidak ada bukti bahwa adat perkawinan semacam itu dianut di Israel kuno.
o Syair-syair cinta: Kitab ini dianggap sebagai kumpulan syair-syair cinta, tidak terikat pada suatu peristiwa tertentu seperti perkawinan, walaupun boleh jadi saling berkaitan, dan mengisahkan tentang kisah cinta antara seorang laki-laki dan wanita.
2. Arti tersembunyi
o Alegori: di sini kisah secara harafiah dianggap tidak cocok, tetapi setiap tokoh dan penggambaran dianggap melambangkan hal yang sama sekali berbeda. Para pemikir Yahudi melihatnya sebagai gambaran tentang kasih Allah kepada bangsa Israel dan para pemikir Kristen menganggapnya sebagai kasih Kristus kepada gereja-Nya. Masalahnya ialah bahwa penafsiran seperti itu tidak dapat selalu diterapkan secara konsisten dalam seluruh cerita dan ada juga yang memberikan penafsiran yang sangat jauh berbeda. Namun demikian, penafsiran seperti inilah yang mungkin menjadi dasar di masa lampau untuk menganggap Kidung Agung patut dimasukkan dalam kanon Alkitab. Baik kasih Allah terhadap manusia maupun kasih Kristus terhadap gereja-Nya terdapat dalam Alkitab yang dibandingkan dengan cinta antara suami dan istri.
o Lambang: yaitu jika arti dasar secara harafiah dapat diterima, tetapi dengan asumsi bahwa selain itu ada juga arti rohani yang harus ditonjolkan.
Penerapan
1. Cinta seksual manusia merupakan anugerah Allah yang besar bagi manusia
Cinta antara seorang laki-laki dan perempuan diberikan oleh Allah sendiri, sebagai bagian yang indah dan menyenangkan dari penciptaan. Cinta seksual dimaksudkan untuk sungguh-sungguh dihargai dan dinikmati baik oleh laki-laki maupun perempuan. Kita belajar dalam bagian lain dari Alkitab bahwa hal ini harus juga dalam batas-batas yang sudah ditentukan oleh Allah sendiri, tetapi Kidung Agung semata-mata menekankan pada kenikmatan dari hubungan yang penuh kasih dan gairah ini. Hubungan yang dimaksud jelas termasuk di dalamnya pernyataan kasih secara fisik. Perlu disadari bahwa tidak ada pertentangan antara seks dan kesucian. Tidak ada dalam Alkitab pandangan dari para bapak-bapak gereja terdahulu yang mengatakan bahwa seks itu sendiri merupakan hal yang berdosa dan harus dihindari. Masuknya Kidung Agung dalam Alkitab menunjukkan dengan jelas bahwa aspek fisik perkawinan merupakan hal yang indah, suci dan mulia.
Walaupun tidak seperti alegori alkitabiah lainnya, Kidung Agung tidak memberikan kunci jawaban atas arti yang tersembunyi, gambaran mengenai cinta mengingatkan kita tentang cinta yang lebih murni dan lebih besar daripada cinta manusia.
o Kasih Allah kepada manusia nyata dan dalam
o Dia telah menyerahkan diri-Nya bagi kita
o Dia mengasihi kita sebagaimana kita ada
o Dia menganggap kita bernilai tinggi
o Kita boleh sepenuhnya percaya akan kasih-Nya
o Dia mendambakan balasan cinta dari kita
o Dia ingin supaya kita menyatakan kasih kita kepada-Nya
Tema-tema Kunci
Camkanlah tema-tema di bawah ini sehubungan dengan sikap keduniawian dewasa ini dan sikap kekristenan kita. Bagaimana tema-tema itu dapat menjadi pedoman bagi hubungan perkawinan dewasa ini?
1. Kenikmatan cinta
"Betapa nikmat kasih-Mu, dinda, pengantinku! Jauh lebih nikmat cintamu daripada anggur" (Kid 4:10). Lihat juga Kid 1:2,4; 7:6
2. Kuatnya cinta
"Taruhlah aku seperti meterai pada lenganmu; karena cinta kuat seperti maut" (Kid 8:6).
3. Janji perkawinan
"Aku kepunyaan kekasihku dan kepunyaanku kekasihku" (Kid 6:3). Lihat juga Kid 2:16; 7:10
4. Nilai cinta
"Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kid 8:7)
5. Cinta tidak boleh dianggap enteng
"Kusumpahi kamu, putra-putri Yerusalem: mengapa kamu membangkitkan dan menggerakkan cinta sebelum diingininya? (Kid 8:4). Lihat juga Kid 2:7; 3:5.
Garis Besar Intisari: Kidung Agung (Pendahuluan Kitab) [1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7Mempelai perempuan menyatakan cintanya
Kid 1:8-11Reaksi kekasihnya
Kid 1:12-14Mempelai perempuan
[1] PENGENALAN TOKOH-TOKOH Kid 1:1-2:7
Kid 1:1-7 | Mempelai perempuan menyatakan cintanya |
Kid 1:8-11 | Reaksi kekasihnya |
Kid 1:12-14 | Mempelai perempuan membandingkan kekasihnya dengan minyak wangi |
Kid 1:15-2:2 | Saling memuji |
Kid 2:3-7 | Mempelai perempuan berbahagia di samping kekasihnya |
[2] MEMPELAI LAKI-LAKI DATANG Kid 2:8-3:5
Kid 2:8-13 | Mempelai perempuan menanti untuk menyambut kekasihnya |
Kid 2:14,15 | Mempelai laki-laki mencarinya |
Kid 2:16-3:5 | Impian pencarian dan penemuan |
[3] PESTA PERKAWINAN Kid 3:6-5:1
Kid 3:6-11 | Iring-iringan Salomo |
Kid 4:1-15 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
Kid 4:16 | Undangan mempelai wanita |
Kid 5:1 | Jawaban kekasihnya |
[4] KEDUA KEKASIH SALING MEMUJI Kid 5:2-7:9
Kid 5:2-8 | Kunjungan yang tiba-tiba |
Kid 5:9 | Pertanyaan dari teman-teman |
Kid 5:10-16 | Mempelai perempuan memuji kekasihnya |
Kid 6:1 | Teman-temannya membantu mencari kekasihnya |
Kid 6:2,3 | Dia berada di kebun |
Kid 6:4-7:9 | Mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan |
[5] KENIKMATAN CINTA Kid 7:10-8:14
Kid 7:10-8:4 | Keduanya sejodoh |
Kid 8:5 | Teman-temannya memperhatikan kebersamaan mereka |
Kid 8:6,7 | Cinta tidak ternilai |
Kid 8:8,9 | Adik mempelai perempuan |
Kid 8:10-12 | Bahagianya dicintai |
Kid 8:13-14 | Pernyataan akhir |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi