Teks -- Hakim-hakim 3:19 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem -> Hak 3:12-30; Hak 3:19
Jerusalem: Hak 3:12-30 - -- Ceritera mengenai Ehud ini berlatar belakang sbb: Orang Moab sudah melangkahi anak sungai Arnon dan menduduki "dataran Moab". Mereka juga sudah menyeb...
Ceritera mengenai Ehud ini berlatar belakang sbb: Orang Moab sudah melangkahi anak sungai Arnon dan menduduki "dataran Moab". Mereka juga sudah menyeberangi sungai Yordan, sebab raja mereka berkediaman di Yerikho (Kota Pohon Korma). Dengan demikian orang Moab sudah berada di wilayah suku Benyamin. Perambatan Moab tsb berhubungan dengan kemerosotan suku Ruben pada awal zaman para Hakim. Penyusun kitab Hakim tidak banyak menambah pada ceritera asli. Tangannya terasa dalam Hak 3:12,15 dan Hak 3:30. Ia memakai sebuah ceritera yang mungkin beredar di Gilgal, Hak 3:19. Dengan senang hati dan tanpa penilaian moril ceritera ini mengisahkan akal yang dipakai Ehud, orang Benyamin. Hak 3:27-29 memperluas kegiatan Ehud sehingga merangkum seluruh Israel. Ini ditambah pada ceritera asli.
Jerusalem: Hak 3:19 - batu-batu berpahat Yang dimaksudkan kiranya berhala-berhala. Jelaslah batu-batu itu dikenalkan baik oleh penduduk setempat, sehingga dipakai sebagai petunjuk tempat. Kit...
Yang dimaksudkan kiranya berhala-berhala. Jelaslah batu-batu itu dikenalkan baik oleh penduduk setempat, sehingga dipakai sebagai petunjuk tempat. Kita tidak tahu berhala macam apa batu-batu itu, tetapi pasti tidak dimaksudkan batu-batu yang ditegakkan Yosua, Yos 4:19-20, yang tidak disebut "batu-batu berpahat" (berhala-berhala).
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Hak 3:12-30
Matthew Henry: Hak 3:12-30 - Israel Ditindas oleh Eglon; Eglon Dibunuh oleh Ehud Israel Ditindas oleh Eglon; Eglon Dibunuh oleh Ehud (3:12-30)
Ehud adalah hakim berikutnya yang pencapaian-pencapaiannya diceritakan dalam sejarah ...
Israel Ditindas oleh Eglon; Eglon Dibunuh oleh Ehud (3:12-30)
- Ehud adalah hakim berikutnya yang pencapaian-pencapaiannya diceritakan dalam sejarah ini. Dan dalam perikop ini diberikan penjelasan tentang tindakan-tindakannya.
- I. Ketika Israel kembali berbuat dosa, Allah membangkitkan seorang penindas baru (ay. 12-14). Sungguh memperparah kefasikan mereka bahwa mereka kembali berbuat jahat setelah menderita begitu lama akibat pelanggaran-pelanggaran mereka sebelumnya, dan menunjukkan harapan yang begitu baik ketika Otniel menjadi hakim atas mereka, dan menerima begitu banyak belas kasih dari Allah dalam pembebasan mereka. Sungguh keterlaluan, setelah semuanya ini, mereka kembali melanggar perintah-perintah-Nya! Apakah penyakitnya sudah kebal terhadap semua obat, baik itu obat penyembuh maupun obat pereda rasa sakit? Sepertinya memang begitu. Mungkin mereka menyangka bahwa mereka dapat melakukan dosa-dosa lama mereka dengan lebih berani, karena mereka tidak melihat diri mereka terancam bahaya dari penindas mereka yang lama. Kekuatan-kekuatan dari kerajaan itu telah melemah dan nyaris runtuh. Tetapi Allah membuat mereka tahu bahwa Ia masih memiliki berbagai tongkat untuk menghajar mereka: Eglon, raja Moab, diberi TUHAN kuasa atas mereka. Penindas yang satu ini tinggal lebih dekat dengan mereka dibandingkan dengan penindas sebelumnya, dan karena itu akan bertindak lebih jahat kepada mereka. Demikianlah penghakiman-penghakiman Allah menghampiri mereka secara bertahap, untuk membuat mereka bertobat. Ketika bangsa Israel masih tinggal di dalam kemah-kemah, namun tetap hidup lurus, Balak raja Moab, yang ingin berkuasa atas mereka, berhasil dikacaukan rancangannya. Namun karena sekarang mereka telah meninggalkan Allah, dan menyembah para allah dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka, mungkin juga termasuk allah orang Moab, muncullah seorang raja Moab yang lain, yang dikuatkan Allah untuk melawan mereka, yang tangannya diberi kuasa, meskipun ia orang jahat, supaya bisa menjadi cambuk bagi Israel. Tongkat di tangannya yang dipakai untuk memukul orang Israel adalah murka Allah. Tetapi dia sendiri tidak demikian maksudnya dan tidak demikian rancangan hatinya (Yes. 10:6-7). Orang Israel telah berbuat jahat, dan, dapat kita duga, orang Moab berbuat lebih jahat lagi. Namun demikian, karena Allah biasanya menghukum dosa-dosa umat-Nya sendiri di dunia ini, supaya, setelah tubuh binasa roh bisa diselamatkan, maka Israel diperlemah dan orang Moab diperkuat untuk melawan mereka. Ketika orang Israel lebih kuat, Allah tidak mau membiarkan mereka melawan orang Moab, atau mengusik mereka sedikit pun, meskipun mereka ini penyembah berhala (Ul. 2:9). Namun, sekarang Ia membiarkan orang Moab menyusahkan orang Israel, dan sengaja memberi mereka kuasa supaya dapat berbuat demikian: Hukum-Mu bagaikan samudera raya yang hebat, ya TUHAN. Raja Moab mengajak bani Amon dan bani Amalek untuk menjadi sekutunya (ay. 13), dan hal ini memperkuat sang raja. Di sini diceritakan kepada kita bagaimana mereka menang.
- 1. Mereka memukul kalah orang Israel di medan perang: Lalu majulah mereka dan memukul orang Israel kalah (ay. 13), bukan hanya suku-suku Israel yang tinggal di dekat mereka di seberang sungai Yordan, yang meskipun pertama-tama menetap, namun yang paling banyak diganggu, karena merupakan suku-suku perbatasan, melainkan juga suku-suku yang tinggal di daerah sungai Yordan. Sebab sang raja dan sekutunya telah menduduki Kota Pohon Korma, yang ada kemungkinan merupakan benteng yang didirikan di dekat tempat di mana Yerikho pernah berdiri, sebab itulah sebutan kota itu (Ul. 34:3). Ke dalam kota itu orang Moab menempatkan pasukan, untuk mengekang orang Israel, dan untuk mengamankan tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan, demi menjaga kelancaran hubungan dengan negeri mereka sendiri. Untunglah orang Keni telah meninggalkan kota ini (1:16) sebelum kota itu jatuh ke tangan musuh. Lihatlah betapa cepat orang Israel kehilangan apa yang telah mereka peroleh melalui mujizat-mujizat belas kasih ilahi akibat dosa mereka sendiri.
- 2. Orang Moab membuat orang Israel melayani mereka (ay. 14). Artinya, orang Moab menarik upeti dari mereka, entah itu berupa hasil-hasil bumi ataupun uang sebagai penggantinya. Orang Israel telah lalai melayani Allah, dan tidak memberikan penghormatan kepada-Nya. Oleh sebab itu, Allah mengambil kembali dari mereka anggur dan minyak, serta perak dan emas, yang telah mereka sediakan bagi Baal (Hos. 2:7). Apa yang seharusnya dibayarkan kepada anugerah ilahi, namun tidak dilakukan, dirampas dan dibayarkan kepada keadilan ilahi. Perhambaan sebelumnya (ay. 8) hanya berlangsung selama delapan tahun, sedangkan perhambaan ini berlangsung selama delapan belas tahun. Sebab, jika kesusahan yang lebih ringan tidak membawa hasil, Allah akan mengirimkan kesusahan yang lebih berat.
- II. Ketika Israel berdoa kembali, Allah membangkitkan seorang penyelamat baru (ay. 15), yang bernama Ehud. Di sini kita diberi tahu,
- 1. Bahwa ia adalah orang Benyamin. Kota Pohon Korma terletak di dalam wilayah suku ini. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa merekalah yang paling menderita, dan oleh sebab itu bergerak pertama-tama untuk melepaskan kuk si penindas. Diduga oleh para pengamat penanggalan sejarah suci bahwa peperangan orang Israel dengan orang Benyamin karena kejahatan di Gibea, yang membuat seluruh suku Benyamin berkurang hingga menjadi 600 orang, terjadi sebelum ini. Oleh karena itu, dapat kita duga bahwa sekarang suku ini merupakan suku yang paling lemah di antara semua suku. Namun demikian, justru dari suku itulah Allah membangkitkan penyelamat ini, sebagai tanda bahwa Dia sudah benar-benar berdamai dengan mereka, untuk menyatakan kuasa-Nya sendiri dalam memberikan kekuatan dari dalam kelemahan, dan supaya Ia dapat memberikan penghormatan khusus kepada anggota-anggota yang tidak mulia (1Kor. 12:24).
- 2. Bahwa Ehud adalah seorang yang kidal, dan sepertinya banyak orang dari suku itu juga kidal (Hak. 20:16). Benyamin berarti anak tangan kanan, dan sekalipun begitu banyak sekali dari antara mereka yang kidal. Sebab sifat manusia memang tidak selalu sesuai dengan nama mereka. Dalam Septuaginta dikatakan bahwa ia adalah seorang yang mampu menggunakan kedua tangan dengan sama terampilnya, dengan menganggap hal ini sebagai keuntungan baginya dalam menjalankan tugas yang menjadi panggilannya. Tetapi ungkapan dalam bahasa Ibrani bahwa tangan kanannya terkunci, menyiratkan bahwa, entah karena penyakit atau karena tidak dipakai, ia jarang atau sama sekali tidak pernah menggunakan tangan kanannya, tetapi hanya tangan kirinya. Dengan demikian, ia kurang layak untuk berperang, karena ia pasti akan menggunakan pedangnya dengan canggung. Namun demikian, Allah memilih orang kidal ini untuk menjadi tangan kanan-Nya, yang akan Ia teguhkan bagi diri-Nya (Mzm. 80:18). Tangan kanan Allah-lah yang memberi Israel kemenangan (Mzm. 44:4), bukan tangan kanan dari alat-alat yang dipakai-Nya.
- 3. Di sini diceritakan kepada kita tentang apa yang dilakukan Ehud untuk membebaskan Israel dari tangan orang Moab. Ia menyelamatkan orang-orang yang tertindas dengan menghancurkan para penindas, ketika takaran kejahatan mereka sudah penuh dan waktu yang ditetapkan untuk menyayangi Israel telah tiba.
- (1) Ehud menghukum mati Eglon raja Moab. Saya katakan, menghukum mati, bukan membunuh atau membantainya, melainkan sebagai hakim, atau penegak keadilan ilahi, melaksanakan penghakiman-penghakiman Allah atas sang raja, sebagai musuh Allah dan Israel yang tidak dapat didamaikan. Kisah ini diceritakan secara terperinci.
- [1] Ehud mendapat kesempatan baik untuk menemui Eglon. Karena Ehud adalah orang yang banyak akal dan giat, serta pantas berdiri di depan raja-raja, maka bangsanya memilih dia untuk membawa upeti atas nama seluruh bangsa Israel, selain dari upeti yang wajib mereka bayarkan, kepada tuan besar mereka, raja Moab, supaya mereka memperoleh perkenanannya (ay. 15). Upeti itu disebut minkha dalam bahasa aslinya, kata yang digunakan dalam hukum Taurat untuk persembahan-persembahan yang diberikan kepada Allah untuk memperoleh perkenanan-Nya. Persembahan-persembahan ini tidak diberikan orang Israel pada waktu yang semestinya kepada Allah yang mengasihi mereka. Dan sekarang, untuk menghukum mereka atas kelalaian ini, mereka dibuat terpaksa membawa persembahan-persembahan mereka kepada seorang raja kafir yang membenci mereka. Ehud pergi melaksanakan tugasnya dan menghadap Eglon, mempersembahkan upetinya dengan diiringi upacara seperti biasa dan tata krama yang mengungkapkan rasa hormat dan kepatuhan. Dan itu lebih baik untuk menyamarkan apa yang diniatkannya dan untuk mencegah kecurigaan.
- [2] Sepertinya, dari semula, Ehud berniat untuk membawa kematian bagi sang raja, sebab Allah menanamkan dalam hatinya, dan juga membiarkan dia tahu bahwa gagasan ini berasal dari diri-Nya sendiri, melalui Roh yang menghinggapinya. Dorongan-dorongan dari Roh itu terbukti benar dengan sendirinya, dan dengan demikian meyakinkan Ehud sepenuhnya bahwa upaya yang berani ini tidak melanggar hukum dan akan berhasil. Seandainya tidak demikian, cukup beralasan baginya untuk meragukan apakah upaya itu memang tidak melanggar hukum dan akan berhasil. Jika ia yakin bahwa Allah menyuruhnya melakukan hal itu, maka ia pun yakin bahwa ia boleh melakukannya dan juga akan melakukannya. Sebab satu perintah dari Allah sudah cukup untuk menyokong kita, dan membuat kita terus bekerja, baik melawan hati nurani kita sendiri maupun melawan seluruh isi dunia. Bahwa Ehud sudah merencanakan dan membayangkan kematian raja lalim ini tampak dari persiapannya membuat sebuah senjata untuk keperluan itu, yaitu pisau belati pendek. Panjangnya tidak sampai setengah meter, mirip bayonet, dan dapat dengan mudah disembunyikan di balik pakaiannya (ay. 16), mungkin karena tidak ada seorang pun boleh menghampiri sang raja dengan pedang di pinggang mereka. Belati ini disandang Ehud di paha kanannya, supaya lebih mudah baginya untuk menghunus senjata itu dengan tangan kiri, dan untuk mengurangi kecurigaan.
- [3] Ehud menyusun rencana bagaimana ia bisa berada sendirian dengan raja. Hal ini dapat dilakukannya dengan lebih mudah sekarang, karena ia tidak saja sudah menunjukkan dirinya kepada raja, tetapi juga sudah mengambil hati sang raja dengan upeti itu, dan kata-kata pujian yang mungkin, pada kesempatan ini, telah disampaikannya kepada sang raja. Amatilah bagaimana ia menjalankan rencananya. Pertama, ia menyembunyikan rencananya bahkan dari para pengiringnya sendiri. Ia menemani mereka pulang separuh jalan, kemudian menyuruh mereka meneruskan perjalanan pulang, sementara ia sendiri, seakan-akan karena telah melupakan sesuatu, kembali ke istana raja Moab (ay. 18). Hanya diperlukan satu tangan untuk melaksanakan hukuman mati itu. Seandainya yang terlibat lebih dari itu, maka mereka tidak akan dapat merahasiakannya dengan seaman itu, atau dapat meloloskan diri dari istana raja dengan semudah itu. Kedua, Ehud kembali dari batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal (ay. 19), dari patung-patung berpahat (demikianlah dalam tafsiran yang agak luas) yang ada di Gilgal. Patung-patung itu mungkin didirikan oleh orang Moab dengan menggunakan kedua belas batu yang pernah diletakkan oleh Yosua di sana. Sebagian penafsir berpendapat bahwa dengan melihat berhala-berhala ini, kemarahan Ehud terhadap raja Moab terpicu dengan begitu rupa sehingga membuatnya melaksanakan rencana yang sebetulnya telah berniat diurungkannya untuk sementara waktu. Atau mungkin Ehud pergi sampai sejauh patung-patung berpahat ini, supaya, ketika memberi tahu raja dari tempat apa ia kembali, raja Moab bisa lebih mudah percaya bahwa Ehud membawa pesan dari Allah. Ketiga, Ehud meminta agar diperbolehkan bertemu empat mata dengan raja, dan ia diperbolehkan menemuinya di sebuah ruangan pribadi, yang di sini disebut rumah peranginan. Ia memberi tahu sang raja bahwa ia hendak menyampaikan pesan rahasia kepadanya, dan raja pun memerintahkan semua pelayannya untuk meninggalkan ruangan (ay. 19). Entah sang raja berharap menerima sejumlah petunjuk khusus dari sabda dewa, atau sejumlah keterangan rahasia tentang keadaan Israel pada saat itu, seakan-akan Ehud mau mengkhianati bangsanya, sungguh tidak bijaksana baginya untuk berada sendirian bersama orang asing, dan seseorang yang beralasan baginya untuk dia pandang sebagai musuh. Tetapi orang-orang yang ditandai untuk binasa memang bertindak di luar akal sehat, dan hati mereka telah dikatupkan bagi pengertian. Allah mencabut kebijaksanaan dari mereka.
- [4] Begitu berada sendirian dengan raja, Ehud segera menghabisinya. Rumah peranginan sang raja, tempat ia biasa memanjakan diri dalam kenyamanan dan kemewahan, menjadi tempat pelaksanaan hukuman matinya. Pertama, Ehud meminta perhatian raja untuk menerima firman Allah (ay. 20), dan isinya ternyata sebuah pisau belati. Allah mengirimkan pesan kepada kita melalui penghakiman-penghakiman tangan-Nya, seperti juga melalui penghakiman-penghakiman mulut-Nya. Kedua, Eglon menaruh hormat kepada firman dari Allah. Walaupun ia seorang raja, seorang raja kafir, kaya dan berkuasa, dan sekarang sedang menindas umat Allah, meskipun ia seorang yang gemuk dan berat sehingga sulit bangun atau berdiri lama, meskipun ia tidak didampingi orang lain dan apa yang dilakukannya tidak diawasi, namun, saat menyangka akan menerima perintah dari sorga, ia bangun dari tempat duduknya. Entah singgasana itu rendah dan nyaman, atau tinggi dan megah, ia tetap meninggalkannya, dan bangkit berdiri ketika Allah hendak berbicara kepadanya. Dengan demikian, ia mengakui bahwa Allah berkedudukan lebih tinggi daripadanya. Hal ini mempermalukan sikap tidak hormat pada banyak orang yang menyebut diri orang Kristen, dan sekalipun demikian, ketika pesan dari Allah disampaikan kepada mereka, berusaha menunjukkan betapa mereka tidak begitu menghargainya melalui segala tindakan yang menandakan ketidakacuhan mereka. Ehud, dengan menyebut apa yang harus dilakukannya sebagai firman Allah, jelas menegaskan bahwa ia mendapat penugasan ilahi untuk melakukan hal itu. Dan digerakkannya hati Eglon oleh Allah untuk bangkit berdiri menerima firman itu benar-benar meneguhkan penugasan itu serta memudahkan pelaksanaan hukumannya. Ketiga, pesan itu disampaikan, bukan ke telinga raja, melainkan ke hatinya secara langsung, dan dalam arti yang sebenar-benarnya. Ke dalam hatinyalah belati yang mematikan itu ditikamkan, dan ditinggalkan di sana (ay. 21-22). Kegemukannya yang luar biasa membuatnya tidak mampu menangkis serangan itu atau menolong dirinya sendiri. Mungkin ini merupakan akibat dari hidupnya yang mewah dan berlebih-lebihan. Dan ketika lemak menutupi mata pedang itu, Allah hendak memperlihatkan melalui kejadian ini bagaimana orang-orang yang memanjakan tubuh hanya mempersiapkan kesengsaraan mereka sendiri. Apa pun itu, perut merupakan lambang dari rasa amannya secara jasmani dan perilakunya yang tidak berbudi. Hatinya tebal seperti lemak, dan di dalamnya ia menyangka telah terselubung dengan aman (lihat Mzm. 119:70, 17:10). Eglon berarti anak lembu, dan ia jatuh seperti anak lembu tambun, oleh pisau belati, sebagai korban yang berkenan bagi keadilan ilahi. Dicatat juga tentang kotorannya yang keluar (KJV), supaya kematian raja lalim yang congkak ini terlihat semakin hina dan memalukan. Dia yang dahulu begitu hati-hati memelihara tubuhnya sendiri, untuk membuatnya tetap nyaman dan bersih, sekarang akan didapati berkubang dalam darah dan kotorannya sendiri. Demikianlah Allah menumpahkan penistaan kepada para raja. Nah, tindakan Ehud ini dapat dibenarkan dengan sendirinya karena ia mendapat petunjuk khusus dari Allah untuk melakukannya. Dan tindakan itu sesuai dengan cara yang biasa dipakai Allah, di bawah tatanan hukum pada masa itu, untuk mengadakan pembalasan terhadap musuh-musuh umat-Nya, dan untuk menyatakan keadilan-Nya sendiri kepada dunia. Akan tetapi, itu sama sekali tidak dapat membenarkan siapa saja untuk berbuat serupa sekarang. Tidak ada penugasan seperti itu yang diberikan sekarang, dan mengaku-aku menerima penugasan seperti itu sama saja dengan menghujat Allah, dan membuat Dia mendukung kejahatan-kejahatan yang paling keji. Kristus menyuruh Petrus menyarungkan pedangnya, dan kita tidak mendapati bahwa Dia menyuruh Petrus menghunusnya kembali.
- [5] Penyelenggaraan ilahi secara menakjubkan menolong Ehud meloloskan diri, setelah ia melaksanakan hukuman mati itu. Pertama, raja lalim itu roboh tanpa suara, tanpa pekikan atau jeritan, yang bisa saja terdengar oleh para hambanya dari jauh. Betapa dengan senyap ia turun ke liang kubur, mungkin tersedak oleh lemaknya sendiri, yang menyumbat erangan-erangannya sebelum menemui ajal, meskipun ia sudah membuat keributan yang begitu besar di dunia, dan telah menimbulkan ketakutan di dunia orang-orang hidup! Kedua, penuntut balas yang gagah berani ini, dengan kepala yang begitu dingin, yang tidak hanya menyingkapkan kebebasan dari rasa bersalah, tetapi juga keyakinan yang kuat akan perlindungan ilahi, menutup pintu, membawa kuncinya, dan melewati para penjaga dengan sikap yang begitu tidak bersalah, berani, dan tanpa beban, sehingga membuat mereka sama sekali tidak curiga bahwa ia telah melakukan sesuatu yang salah. Ketiga, para hamba yang bertugas di serambi, ketika mendekati pintu kamar atas itu sesudah Ehud pergi, untuk mencari tahu keadaan tuan mereka yang mereka sangka sedang senang, dan ketika mendapati pintu itu terkunci dan suasana senyap, menyimpulkan bahwa ia telah terbaring tidur, telah menyelimuti kakinya di atas ranjangnya, dan meminta petunjuk kepada bantalnya tentang pesan yang telah diterimanya, dan kemudian memimpikannya (ay. 24). Oleh karena itu, mereka tidak berani membuka pintu. Demikianlah, karena tidak ingin mengganggu tidur sang raja, mereka kehilangan kesempatan untuk membalaskan kematiannya. Lihatlah apa jadinya jika orang terlampau menekankan kebesarannya, dan mewajibkan orang-orang di sekelilingnya untuk menjaga jarak. Suatu saat nanti, hal itu justru akan mendatangkan celaka baginya lebih daripada yang dapat terpikir olehnya. Keempat, hamba-hamba itu pada akhirnya membuka pintu, dan mendapati tuan mereka telah mati tergeletak di lantai (ay. 25). Ngerinya pemandangan yang mengenaskan ini, dan kebingungan yang pasti meliputi mereka, ketika menyesali kecerobohan mereka karena tidak membuka pintu sesegara mungkin, melenyapkan pikiran-pikiran untuk mengirim orang-orang untuk mengejar pelakunya, yang sekarang sudah tidak terkejar lagi oleh mereka. Yang terakhir, Ehud dengan cara ini meloloskan diri ke arah Seira, hutan lebat, demikian menurut sebagian penafsir (ay. 26). Tidak dikatakan di tempat lain dalam kisah ini apa nama tempat yang pada waktu itu ditinggali oleh Eglon. Akan tetapi, karena tidak disebutkan bahwa Ehud bolak-balik menyeberangi sungai Yordan, maka saya cenderung berpendapat bahwa Eglon telah meninggalkan negerinya sendiri Moab, di seberang sungai Yordan, dan menjadikan tempat tinggal utamanya pada waktu itu di Kota Pohon Korma, di dalam wilayah Kanaan, sebuah negeri yang lebih kaya dibandingkan negerinya sendiri. Di sanalah ia dibunuh, dan batu-batu berpahat yang di dekat Gilgal berada tidak jauh darinya. Di tempat di mana ia sudah hidup tenang, dan menyangka bahwa ia sudah cukup membentengi dirinya sendiri untuk berkuasa atas umat Allah, di sanalah ia dilenyapkan, dan ternyata diberi makan supaya dibantai, seperti domba di tanah lapang.
- (2) Setelah membunuh raja Moab, Ehud memberikan kekalahan telak kepada pasukan-pasukan Moab yang berada di tengah-tengah mereka, dan dengan demikian berhasil mematahkan kuk penindasan orang Moab.
- [1] Ehud langsung mengerahkan pasukan di gunung Efraim, agak jauh dari markas besar orang Moab, dan memimpin pasukan itu sendiri (ay. 27). Sangkakala yang ditiupnya benar-benar merupakan sangkakala yang ditiup pada tahun Yobel, yang memaklumkan kemerdekaan. Dan sungguh menyukakan hati bunyi sangkakala itu bagi orang Israel yang tertindas, yang sudah lama tidak mendengar sangkakala-sangkakala lain selain sangkakala musuh-musuh mereka.
- [2] Seperti orang yang saleh, dan sebagai orang yang melakukan semuanya ini dengan iman, Ehud menyemangati dirinya sendiri, dan juga para prajuritnya, berdasarkan kuasa Allah yang dikerahkan untuk mereka (ay. 28): “Ikutlah aku, sebab TUHAN telah menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu. Kita yakin bahwa Allah beserta kita, dan karena itu dapat maju dengan berani, dan akan terus maju dengan penuh kemenangan.”
- [3] Seperti panglima yang bijaksana, Ehud pertama-tama mengamankan tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan. Dia menempatkan penjaga-penjaga yang tangguh di semua tempat penyebarangan itu, untuk memutus hubungan antara orang Moab yang tinggal di tanah Israel, karena hanya merekalah yang menjadi sasarannya, dan negeri mereka sendiri di seberang sungai Yordan. Dengan demikian, begitu tanda bahaya dibunyikan, jika mereka memutuskan untuk kabur, mereka tidak dapat meloloskan diri ke negeri mereka. Jika mereka memutuskan untuk bertempur, mereka tidak bisa memperoleh bantuan dari sana. Demikianlah Ehud mengurung mereka di tanah Israel sebagai penjara mereka, yang mereka sangka akan menjadi istana dan taman Firdaus mereka.
- [4] Kemudian Ehud menyerang mereka, dan menewaskan mereka semua dengan pedang. Jumlah mereka sepuluh ribu orang, yang sepertinya merupakan jumlah yang ditentukan untuk tetap menundukkan Israel (ay. 29): Seorang pun dari mereka tidak ada yang lolos. Padahal, mereka merupakan orang-orang terbaik dan terpilih dari semua pasukan raja Moab. Semuanya orang yang tegap, orang-orang yang gagah perkasa, dan tidak saja sehat secara jasmani, tetapi juga bersemangat tinggi, dan orang-orang yang tangkas (ay. 29). Akan tetapi, baik kekuatan mereka maupun keberanian mereka tidak berfaedah bagi mereka, ketika tiba saatnya bagi Allah untuk menyerahkan mereka ke tangan orang Israel.
- [5] Akibat dari kemenangan ini adalah bahwa kekuatan orang Moab sepenuhnya dihancurkan di tanah Israel. Negeri itu bebas dari para penindas ini, dan amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya (ay. 30). Kita dapat berharap bahwa di antara orang Israel juga terjadi pembaharuan, dan penyembahan berhala dikendalikan, melalui pengaruh Ehud yang terus berlanjut cukup lama pada masa ini. Lama juga tanah itu beristirahat, delapan puluh tahun. Namun, apalah artinya waktu selama itu dibandingkan dengan peristirahatan kekal orang-orang kudus di Kanaan sorgawi?
SH: Hak 3:7-31 - Tidak jera (Minggu, 5 Oktober 1997) Tidak jera
Berulang kali bangsa Israel melakukan hal yang sama. Perbuatan itu jahat, sebab mereka melupakan Tuhan Allah mereka yang hidup, lalu berib...
Tidak jera
Berulang kali bangsa Israel melakukan hal yang sama. Perbuatan itu jahat, sebab mereka melupakan Tuhan Allah mereka yang hidup, lalu beribadah kepada berhala-berhala bangsa kafir (ayat 7). Allah pasti murka. Ia membangkitkan berbagai kesengsaraan atas mereka. Delapan tahun ditindas bangsa Aram-Mesopotamia. Delapan belas tahun ditindas oleh bangsa Moab. Itulah akibat dari menyembah berhala. Namun dalam kemurahan-Nya yang tak terukur Allah memberikan bagi mereka, Otniel, Ehud, Samgar untuk melepaskan mereka dari tindasan bangsa-bangsa kafir tersebut. Sayangnya, kesengsaraan sedemikian berat dan kasih setia sedemikian besar, tidak membuat orang Israel bertobat. Mereka tidak maju lebih dekat kepada Tuhan. Mereka hanya berputar-putar membuang waktu dan menyia-nyiakan hidup.
Ketergantungan kepada pemimpin. Selama hakim yang dibangkitkan Tuhan masih hidup, negeri dalam keadaan aman. Tetapi apabila hakim itu meninggal, bencana kembali menimpa mereka. Mengapa demikian? Karena mereka berbuat jahat lagi. Ketaatan mereka kepada Allah, jelas semu saja. Mereka sangat bergantung pada manusia, mereka tidak mengikut dan menaati Allah dari hati mereka sendiri. Mereka butuh pengaruh dari seorang manusia yang kelihatan. Jelaslah keimanan mereka tidak murni. Memang harus diakui betapa besar arti pemimpin dan betapa penting peran yang dijalankannya. Tuhan dapat berbuat banyak hal besar melalui pemimpin yang baik. Namun betapa pun pentingnya arti seorang pemimpin, ketergantungan dan kesetiaan kita tanpa pamrih hanya boleh diarahkan kepada Satu Pemimpin saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Renungkan: Serahkanlah hati sepenuhnya kepada-Nya, maka semua godaan dan kecenderungan untuk bergantung pada manusia akan teratasi.
Doa: Terima kasih Tuhan Yesus,Kau telah mengutus Roh Kudus untuk menolong kami setiap saat.
SH: Hak 3:12-31 - Otoritas Tuhan (Sabtu, 19 April 2008) Otoritas Tuhan
Tuhan tidak membiarkan umat-Nya bermain-main dengan dosa.
Sepeninggal Otniel, Israel kembali "melakukan apa yang jahat di
ma...
Otoritas Tuhan
Tuhan tidak membiarkan umat-Nya bermain-main dengan dosa. Sepeninggal Otniel, Israel kembali "melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (ayat 12a). Tidak diceritakan apa kejahatan Israel, tetapi jelas sesuatu yang serius karena komentar itu diulang lagi (ayat 12c). Oleh karena itu Tuhan harus menghukum mereka.
Dengan sengaja penulis Hakim-Hakim memakai kata "... Eglon, raja Moab diberi TUHAN kuasa atas orang Israel, ..." (ayat 12b). Ini berarti hak menghukum ada pada Tuhan, sedangkan Moab yang bersekutu dengan Amon dan Amalek hanya merupakan alat Allah. Tindakan kejam yang berlebihan, yang menyimpang dari izin Tuhan tentu akan menuai hukuman juga. Itu rupanya yang terjadi.
Maka melalui Ehud (ayat 15), Tuhan menyatakan kedaulatan-Nya untuk membebaskan Israel dari penindasan Moab, sekaligus menghukum Eglon. Apakah tindakan Ehud yang memperdaya Eglon hingga tewas di ujung pedangnya adalah tindakan yang sesuai dengan perintah Allah? Dengan kata lain, apakah Ehud bertindak 'licik' ataukah 'cerdik'? Beberapa penafsir menyatakan bahwa yang dilakukan Ehud adalah sah karena situasinya adalah peperangan. Bahwa para musuh tidak menyadari kalau Ehud bertangan kidal (ayat 15b) bukanlah kesalahan Ehud. Justru itulah senjata rahasianya. Bahwa Ehud menyatakan pesan rahasia buat Eglon (ayat 19) bukanlah kebohongan melainkan kenyataan berita penghukuman Allah. Tindakan Ehud yang kreatif dibenarkan karena kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab dan tugas manusia.
Tuhan memakai berbagai cara dan orang untuk menyatakan kedaulatan-Nya. Berbagai bencana baik yang berskala lokal, nasional bahkan internasional, seperti perubahan iklim karena pemanasan global mungkin tanda peringatan bagi umat manusia yang merusak alam milik-Nya. Mungkin Tuhan 'memakai' teroris berkedok agama untuk menyadarkan kepongahan dan kebebalan gereja.
SH: Hak 3:12-31 - Dipilih dan dipakai Tuhan (Rabu, 21 Agustus 2013) Dipilih dan dipakai Tuhan
Kemerosotan bangsa Israel dilukiskan dengan gambaran sebagai bangsa yang melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (12). Murka...
Dipilih dan dipakai Tuhan
Kemerosotan bangsa Israel dilukiskan dengan gambaran sebagai bangsa yang melakukan apa yang jahat di mata Tuhan (12). Murka Tuhan atas Israel nyata dengan bersekutunya musuh-musuh Israel, yaitu Moab, Amon, dan Amalek, yang diprakarsai oleh Eglon, raja Moab. Kemudian mereka berhasil menduduki kota pohon korma (13) atau yang dikenal juga dengan Yerikho (Ul. 34:3).
Tentu hal itu membuat bangsa Israel terpuruk dan juga spiritual. Kota Yerikho yang dulu pernah mereka taklukkan (Yos. 6), saat itu dikuasai oleh bangsa yang tidak mengenal Allah. Suatu kondisi yang kemudian mendorong mereka berseru kepada Allah (15). Kembali Allah mengutus orang pilihan-Nya, yaitu Ehud, yang disebutkan sebagai orang yang kidal. Dengan suatu strategi yang jitu, Ehud berhasil membunuh Eglon, raja Moab (16-22). Selanjutnya, dia mengajak orang Israel untuk mengalahkan Moab (28-29), hingga negeri itu aman selama delapan puluh tahun (30).
Setelah Ehud, bangkitlah Samgar dan mengalahkan Filistin hanya dengan mengandalkan tongkat penghalau lembu (31), yang jelas-jelas bukan merupakan perlengkapan yang istimewa, dan bukan juga dapat dijadikan sebuah senjata yang spektakuler. Namun senjata itu dipakai Tuhan dengan begitu luar biasa.
Alkitab tidak mengemukakan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Ehud dan Samgar. Mereka hanyalah orang-orang biasa yang dipakai Tuhan secara luar biasa, bagi kemuliaan-Nya. Namun yang bisa kita lihat dari kedua orang itu adalah kesediaan mereka dipakai Tuhan dengan apa yang ada pada mereka.
Tuhan memilih berbagai jenis orang dengan berbagai latar belakang dan keadaan, untuk melakukan karya-karya-Nya di dunia ini. Dan mereka yang dipakai adalah mereka yang berkomitmen untuk melangkah dengan iman dan dengan kekuatan yang berasal dari Roh Tuhan. Maka jika Anda merasa bahwa Tuhan menetapkan Anda untuk melakukan sesuatu bagi Dia, jangan tolak dan jangan tunda. Mintalah Roh-Nya memampukan Anda untuk melayani atau berkarya bagi kemuliaan nama-Nya.
SH: Hak 3:12-31 - Karya-Nya dalam Kelemahanku (Minggu, 19 Juli 2020) Karya-Nya dalam Kelemahanku
Nicholas James Vujicic lahir dengan kondisi tanpa lengan dan kaki karena Sindrom Tetra-Amelia. Awalnya, ia sulit menerima...
Karya-Nya dalam Kelemahanku
Nicholas James Vujicic lahir dengan kondisi tanpa lengan dan kaki karena Sindrom Tetra-Amelia. Awalnya, ia sulit menerima keadaannya karena berbeda dari manusia pada umumnya. Namun, ketika bertemu Kristus, ia memiliki semangat hidup yang baru. Sampai akhirnya, ia menjadi salah seorang motivator rohani yang luar biasa dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Menjadi kidal juga dianggap sebagai sebuah kelemahan atau cacat pada saat kelahiran Ehud. Memang, Alkitab tidak mendetail menceritakan bagaimana Ehud menjalani kehidupannya dengan kelemahannya itu. Namun, Alkitab mencatat bagaimana Tuhan memilih dan memakainya sebagai penyelamat Israel.
Pada saat umat Israel merasakan tekanan dan penderitaan yang berat, mereka berseru kepada Tuhan untuk memohon pertolongan-Nya (15). Lalu, Tuhan menjawab mereka melalui Ehud, sang pengantar upeti Israel kepada Moab. Lewat profesi tersebut, ia memiliki peluang untuk menyelamatkan Israel.
Kelemahan fisik atau kelemahan yang lain adalah sesuatu yang mungkin sulit kita terima. Dalam menyikapi hal ini, teladan Ehud layak kita contoh. Ia merespons panggilan Tuhan dengan segenap kemampuannya.
Demikian juga hendaknya kita bersikap ketika Tuhan ingin memakai kita sebagai alat-Nya. Sekalipun kita memiliki banyak kelemahan, bukan berarti Tuhan tidak dapat memakai kita untuk kemuliaan-Nya. Sebaliknya, jika kita dengan rendah hati menerima tugas panggilan-Nya, Ia akan memperlengkapi kita. Ia juga akan memberi kita kemampuan dan keberanian agar maksud dan tujuan-Nya tergenapi.
Oleh sebab itu, kita jangan menyerah pada kelemahan yang ada. Sebaliknya, mari kita tetap melakukan yang terbaik untuk Tuhan dan sesama. Dengan demikian, kita dan orang lain pun akan melihat dan merasakan karya-Nya bekerja secara nyata. Dengan begitu, Allah akan dimuliakan.
Mari kita belajar bersyukur untuk setiap kelebihan dan kelemahan yang ada pada kita. Semuanya ada untuk kemuliaan Tuhan. Kita tidak boleh berhenti untuk menjadi lebih baik. [STG]
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kit...
Penulis : Tidak Diketahui
Tema : Kemurtadan dan Pembebasan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 1050 -- 1000 SM
Latar Belakang
Kitab Hakim-Hakim menjadi mata rantai utama sejarah di antara zaman Yosua dengan zaman raja-raja Israel. Periode para hakim mulai dari sekitar tahun 1375 sampai 1050 SM, ketika Israel masih merupakan perserikatan suku-suku. Kitab ini memperoleh namanya dari berbagai tokoh yang secara berkala dibangkitkan Allah untuk memimpin dan membebaskan orang Israel setelah mereka mundur dan ditindas oleh bangsa-bangsa tetangga. Para hakim (berjumlah 13 dalam kitab ini) datang dari berbagai suku dan berfungsi sebagai panglima perang dan pemimpin masyarakat; banyak yang pengaruhnya terbatas pada sukunya sendiri, sedangkan beberapa orang memimpin seluruh bangsa Israel. Samuel, yang pada umumnya dipandang sebagai hakim terakhir dan nabi yang pertama tidak termasuk dalam kitab ini.
Penulis kitab ini tidak jelas. Kitab ini sendiri menunjukkan kerangka waktu berikut mengenai saat penulisannya:
- (1) penulisannya terjadi setelah tabut perjanjian dipindahkan dari Silo pada masa Eli dan Samuel (Hak 18:31; Hak 20:27; bd. 1Sam 4:3-11);
- (2) penulis yang sering menyebut masa hakim-hakim sebagai "zaman itu tidak ada raja" (Hak 17:6; Hak 18:1; Hak 19:1; Hak 21:25) memberi kesan bahwa kerajaan Israel sudah berdiri ketika kitab ini ditulis;
- (3) Yerusalem belum direbut dari suku Yebus (Hak 1:21; bd. 2Sam 5:7). Ketiga petunjuk ini menunjukkan bahwa kitab ini diselesaikan sesaat sesudah Raja Saul naik takhta (sekitar 1050 SM), tetapi sebelum Raja Daud menaklukkan Yerusalem (sekitar 1000 SM). Talmud Yahudi mengaitkan asal-usul kitab ini dengan Samuel.
Yang pasti ialah: kitab ini mencatat dan menilai masa para hakim dari segi perjanjian (mis. Hak 2:1-5). Musa sudah menubuatkan bahwa penindasan oleh bangsa-bangsa asing akan menimpa bangsa Israel sebagai salah satu kutukan Allah jikalau mereka menyimpang dari perjanjian (Ul 28:25,33,48). Kitab Hakim-Hakim menggarisbawahi kenyataan nubuat tersebut dalam sejarah.
Tujuan
Dari segi sejarah, Hakim-Hakim memberikan catatan utama sejarah Israel di tanah perjanjian sejak kematian Yosua hingga masa Samuel. Dari segi teologi, kitab ini mengungkapkan kemerosotan rohani dan moral dari suku-suku Israel setelah menetap di negeri itu, serta menunjukkan dengan jelas dampak-dampak yang merugikan yang senantiasa terjadi apabila Israel melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan mulai mengikuti berhala dan kebejatan.
Survai
Hakim-Hakim terbagi atas tiga bagian utama.
- (1) Bagian pertama (Hak 1:1--3:6) mencatat kegagalan Israel untuk menyelesaikan sepenuhnya penaklukan negeri itu dan kemerosotan mereka setelah kematian Yosua.
- (2) Bagian kedua (Hak 3:7--16:31) merupakan bagian utama kitab ini. Bagian ini mencatat enam contoh dari pengalaman Israel yang terulang pada masa hakim-hakim yang mencakup siklus kemurtadan, penindasan oleh bangsa asing, perbudakan, berseru kepada Allah di tengah kesusahan, dan pembebasan oleh Allah melalui para pemimpin yang diurapi Roh-Nya. Di antara ke-13 hakim itu (semua tercakup dalam bagian kitab ini), yang paling dikenal adalah Debora dan Barak (sebagai suatu regu), Gideon, Yefta, dan Simson (bd. Ibr 11:32).
- (3) Bagian ketiga (Hak 17:1--21:25) menutup dengan kisah-kisah yang hidup dari zaman hakim-hakim yang menggambarkan betapa dalamnya kerusakan moral dan sosial yang diakibatkan kemurtadan rohani Israel. Kitab ini mengingatkan kita bahwa satu-satunya pelajaran yang kita tarik dari sejarah ialah bahwa kita tidak belajar dari sejarah.
Ciri-ciri Khas
Enam ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Kitab ini mencatat aneka peristiwa dari sejarah Israel yang bergolak di antara penaklukan Palestina dan permulaan zaman kerajaan.
- (2) Kitab ini menggarisbawahi tiga kebenaran yang sederhana namun mendalam:
- (a) menjadi umat Allah berarti bahwa Allah harus menjadi Raja dan Tuhan umat-Nya;
- (b) dosa selalu menghancurkan umat Allah; dan
- (c) ketika umat Allah merendahkan diri mereka, berdoa, dan berbalik dari cara hidup mereka yang jahat, Dia akan mendengar dari sorga dan memulihkan negeri mereka (bd. 2Taw 7:14).
- (3) Kitab ini menekankan bahwa setiap kali Israel kehilangan identitas sebagai umat perjanjian di bawah pemerintahan Allah, mereka berulang-ulang terjerumus ke dalam lingkaran kekacauan rohani, moral, dan sosial dengan akibat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" ; bd. Hak 17:6).
- (4) Kitab ini menyatakan beberapa pola yang berulang kali terjadi dalam sejarah umat Allah di bawah kedua perjanjian:
- (a) jika umat Allah tidak mempersembahkan seluruh hati mereka kepada-Nya dalam kasih yang taat dan kewaspadaan rohani yang tekun, hati mereka menjadi keras dan tidak peka terhadap Allah, mengarah kepada kemunduran dan akhirnya kemurtadan;
- (b) Allah panjang sabar dan manakala umat-Nya berseru dalam pertobatan, Ia bermurah hati untuk memulihkan mereka dengan membangkitkan orang-orang yang diurapi dan dikuasai Roh Kudus untuk membebaskan mereka dari hukuman dosa yang menindas; dan
- (c) para pemimpin yang diurapi yang dipakai Allah untuk membebaskan umat-Nya sering kali menjadi rusak sendiri karena kekurangan yang mendasar dalam kerendahan hati, watak, atau kebenaran.
- (5) Keenam siklus utama dalam kitab ini yang meliputi kemurtadan, penindasan, penderitaan, dan pembebasan semua bermula dengan cara yang sama; "orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan" (mis. Hak 2:11; Hak 3:7).
- (6) Kitab ini menyatakan bahwa Allah memakai bangsa-bangsa asing yang lebih jahat daripada umat-Nya sendiri untuk menghukum umat-Nya itu karena dosa-dosa mereka dan menuntun mereka kepada pertobatan dan kebangunan rohani. Hanya campur tangan Allah inilah yang melindungi bangsa Israel sehingga tidak ditelan seluruhnya oleh penyembahan berhala di sekitar mereka.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kitab Hakim-Hakim menyatakan suatu prinsip ilahi yang abadi: ketika Allah memakai orang dengan luar biasa dalam pelayanan-Nya, Roh Tuhan turun ke atasnya (Hak 3:10; bd. Hak 6:34; Hak 11:29; Hak 14:6,19; Hak 15:14). Pada permulaan pelayanan Yesus, Roh Kudus turun keatas-Nya ketika Ia dibaptis (Mat 3:16; Luk 3:21-22). Sebelum naik kepada Bapa, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk menantikan karunia yang dijanjikan Bapa -- yaitu, Roh Kudus (Kis 1:4-5); alasan yang diberikan-Nya ialah bahwa mereka akan menerima kuasa ketika Roh Kudus turun atas mereka (Kis 1:8; bd. Hak 4:33). Di bawah kedua perjanjian, cara Allah untuk mengalahkan musuh dan memajukan kerajaan-Nya ialah dengan memakai daya, kekuatan, dan kuasa Roh Kudus yang bekerja melalui bejana-bejana manusiawi yang berserah dan taat kepada-Nya.
Full Life: Hakim-hakim (Garis Besar) Garis Besar
I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6)
A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
...
Garis Besar
- I. Ketidaktaatan dan Kemurtadan Israel Diperkenalkan
(Hak 1:1-3:6) - A. Israel Gagal Membersihkan Kanaan
(Hak 1:1-2:5) - B. Israel Mengalami Kemerosotan
(Hak 2:6-3:6) - II. Sejarah Penindasan Israel dan Pembebasan oleh Hakim-Hakim
(Hak 3:7-16:31) - A. Penindasan Aram-Mesopotamia/Pembebasan oleh Otniel
(Hak 3:7-11) - B. Penindasan oleh Moab/Pembebasan oleh Ehud
(Hak 3:12-30) - C. Penindasan oleh Filistin/Pembebasan oleh Samgar
(Hak 3:31) - D. Penindasan oleh Kanaan/Pembebasan oleh Debora-Barak
(Hak 4:1-5:31) - E. Penindasan oleh Midian/Pembebasan oleh Gideon
(Hak 6:1-8:35) - F. Masa-masa Sulit di Bawah Abimelekh, Tola, dan Yair
(Hak 9:1-10:5) - G. Penindasan oleh Amon/Pembebasan oleh Yefta
(Hak 10:6-12:7) - H. Hakim-Hakim Kecil: Ebzan, Elon, dan Abdon
(Hak 12:8-15) - I. Penindasan oleh Filistin/Kehidupan Simson
(Hak 13:1-16:31) - 1. Kelahiran dan Panggilan Simson
(Hak 13:1-25) - 2. Pernikahan Simson dengan Orang Tidak Beriman
(Hak 14:1-20) - 3. Perbuatan-Perbuatan Gagah Simson
(Hak 15:1-20) - 4. Kejatuhan dan Pemulihan Simson
(Hak 16:1-31) - III.Berbagai Ilustrasi Kekacauan Rohani, Moral, dan Sosial di Israel
(Hak 17:1-21:25) - A. Penyembahan Berhala
(Hak 17:1-18:31) - 1. Contoh Penyembahan Berhala Pribadi
(Hak 17:1-13) - 2. Contoh Penyembahan Berhala Kesukuan
(Hak 18:1-31) - B. Kebejatan
(Hak 19:1-30) - 1. Contoh Kebejatan Pribadi
(Hak 19:1-9) - 2. Contoh Kebejatan Kesukuan
(Hak 19:10-30) - C. Sengketa Antara Suku
(Hak 20:1-21:25)
Matthew Henry: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih dipe...
- Kitab ini dalam bahasa Ibrani disebut Syefer Syoftim, yaitu Kitab Hakim-hakim, yang dalam Alkitab terjemahan bahasa Aram dan bahasa Arab lebih diperinci dan disebut sebagai Kitab Hakim-hakim dari Anak-anak Israel. Oleh karena penghakiman-penghakiman atas bangsa itu bersifat khusus, maka demikian pula dengan hakim-hakimnya, yang tugas jabatannya jauh berbeda dari tugas jabatan para hakim bangsa-bangsa lain. Septuaginta hanya memberinya judul Kritai, yang artinya Hakim-hakim. Kitab ini berisi sejarah kewargaan Israel, pada masa pemerintahan hakim-hakim mulai dari Otniel hingga Eli, sebanyak yang dipandang Allah patut untuk diteruskan kepada kita. Menurut perhitungan Dr. Lightfoot, di dalamnya termuat riwayat selama 299 tahun. Mulai dari Otniel dari suku Yehuda yang menjadi hakim selama empat puluh tahun. Lalu Ehud dari suku Benyamin selama delapan puluh tahun. Barak dari suku Naftali selama empat puluh tahun. Gideon dari suku Manasye selama empat puluh tahun. Abimelekh putra Gideon selama tiga tahun. Tola dari suku Isakhar selama dua puluh tiga tahun. Yair dari suku Manasye selama dua puluh dua tahun. Yefta dari suku Manasye selama enam tahun. Ebzan dari suku Yehuda selama tujuh tahun. Elon dari suku Zebulon selama sepuluh tahun. Abdon dari suku Efraim selama delapan tahun, hingga Samson dari suku Dan selama dua puluh tahun. Jadi, seluruhnya berjumlah 299 tahun. Mengenai tahun-tahun perhambaan Israel, mengingat Eglon dikatakan menindas mereka selama delapan belas tahun dan Yabin selama dua puluh tahun, dan begitu pula dengan beberapa raja lain, tahun-tahun perhambaan mereka itu terhitung dalam sebagian tahun kepemimpinan para hakim atau sebagian tahun yang lain. Hakim-hakim itu tampak berasal dari delapan suku yang berbeda-beda. Demikianlah kehormatan itu tersebar, sampai pada akhirnya berpusat pada Yehuda. Eli dan Samuel, dua hakim yang tidak tercantum di dalam kitab ini, berasal dari suku Lewi. Tampaknya tidak ada hakim yang berasal dari suku Ruben, Simeon, Gad, atau Asyer. Riwayat hakim-hakim ini secara berurutan dikisahkan di dalam kitab ini sampai akhir pasal 16. Kemudian dalam lima pasal terakhir, kita mendapati penjelasan tentang sejumlah peristiwa tertentu yang patut diingat, yang terjadi, seperti halnya kisah Rut (Rut 1:1), pada zaman para hakim memerintah, tetapi tidak pasti pada zaman hakim yang mana. Namun demikian, peristiwa-peristiwa tersebut dikumpulkan bersama-sama pada akhir kitab ini, agar jalannya sejarah itu secara umum tidak terputus. Nah, mengenai keadaan seluruh rakyat Israel pada masa itu,
- I. Mereka dalam kitab ini tidak terlihat mempunyai tabiat yang seagung atau sebaik seperti yang mungkin diharapkan orang untuk bangsa yang istimewa seperti itu, yang diperintah oleh hukum-hukum yang baik seperti itu dan diperkaya oleh janji-janji yang luhur seperti itu. Kita mendapati mereka menjadi bobrok secara menyedihkan, dan ditindas secara mengenaskan oleh bangsa-bangsa di sekitar mereka. Dan dalam seluruh kitab ini, entah itu dalam peperangan atau pemerintahan, sama sekali tidak dijumpai tindakan mereka yang menonjol yang sepadan dengan masuknya mereka secara gilang-gemilang ke Kanaan. Apa tanggapan kita mengenai hal ini? Allah dengan ini hendak menunjukkan kepada kita ketidaksempurnaan yang patut disesalkan dari semua orang dan segala sesuatu yang ada di bawah matahari, supaya kita dapat menantikan dengan penuh pengharapan kekudusan dan kebahagiaan yang utuh di dunia yang lain, dan bukan di dunia ini. Namun demikian,
- II. Kita dapat berharap bahwa, walaupun penulis kitab ini sebagian besar berbicara panjang lebar tentang tindakan-tindakan bangsa Israel yang menyulut murka Allah dan kesusahan-kesusahan mereka, namun wajah agama tetap terpelihara di negeri itu. Dan, meskipun ada beberapa di antara mereka yang terseret ke dalam penyembahan berhala, namun ibadah di Kemah Suci menurut hukum Musa tetap terjaga, dan ada banyak orang yang mengikutinya. Para penulis sejarah tidak banyak mencatat tentang jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari dalam suatu bangsa, sebab mereka menerimanya begitu saja, tetapi hanya menuliskan tentang peperangan dan kekacauan yang terjadi. Tetapi pembaca harus memberi perhatian pada jalannya keadilan dan perdagangan sehari-hari itu, untuk mengimbangi hitamnya peperangan dan kekacauan tersebut.
- III. Tampak bahwa pada masa ini tiap suku memiliki pemerintahannya masing-masing, dan bertindak sendiri-sendiri tanpa ada satu pemimpin atau badan pemerintahan bersama, sehingga timbul banyak perbedaan di antara mereka sendiri, dan membuat mereka sulit untuk menjadi atau berbuat sesuatu yang luar biasa.
- IV. Pemerintahan para hakim tidak berlangsung secara terus-menerus, melainkan hanya sekali-sekali. Ketika dikatakan bahwa setelah kemenangan Ehud amanlah tanah itu delapan puluh tahun lamanya, dan setelah kemenangan Barak empat puluh tahun lamanya, tidak jelas apakah keduanya hidup, apalagi memerintah, selama tahun-tahun tersebut. Tetapi mereka dan para hakim yang lain telah dibangkitkan dan digerakkan oleh Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan tertentu bagi rakyat Israel ketika ada kebutuhan untuk itu, yakni untuk membalaskan dendam Israel kepada musuhnya dan membersihkan Israel dari penyembahan berhala. Inilah dua perkara yang terutama dimaksudkan ketika dikatakan bahwa mereka memerintah sebagai hakim atas Israel. Namun demikian Deborah, sebagai seorang nabiah, sudah didatangi oleh segenap orang Israel yang hendak berhakim kepadanya, sebelum ada kebutuhan bagi keterlibatannya dalam perang (4:4).
- V. Selama masa pemerintahan para hakim, Allah menjadi raja Israel secara lebih istimewa. Demikianlah yang dikatakan Samuel kepada bangsa Israel ketika mereka menetapkan hati untuk menanggalkan bentuk pemerintahan ini (1Sam. 12:12). Allah hendak menguji apakah hukum dan ketetapan-ketetapan-Nya sendiri akan membuat bangsa Israel tetap hidup menurut aturan, dan terbukti bahwa ketika tidak ada raja di antara orang Israel, setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri. Oleh karena itu, mendekati penghujung masa ini, Allah membuat pemerintahan hakim-hakim lebih berkesinambungan dan mencakup segala sesuatu daripada waktu pertama kali, dan pada akhirnya memberi mereka Daud, seorang raja yang berkenan di hati-Nya. Pada masa pemerintahan Daud, dan tidak sebelumnya, Israel mulai berkembang pesat. Kenyataan ini harus membuat kita sangat bersyukur atas kehadiran para pemimpin, baik itu pemimpin tertinggi maupun bawahannya, karena mereka adalah hamba Allah untuk kebaikan kita. Empat dari hakim-hakim Israel dimasukkan ke dalam daftar orang-orang beriman (Ibr. 11:32), yaitu Gideon, Barak, Simson, dan Yefta. Cendekiawan Uskup Patrick berpendapat bahwa nabi Samuel adalah penulis kitab ini.
Ende: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam
kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedj...
HAKIM-HAKIM
PENDAHULUAN
Kitab “Hakim2” mendapat namanja dari tokoh2 jang memainkan peranan utama dalam kisah jang dikumpulkan dalam kitab ini.sedjak dulu kala kata Hibrani jang menjatakan nama mereka itu, diterdjemahkan dengan kata ”hakim2”; tetapi sebutan ini tidak seluruhnja sesuai dengan fungsi jang mereka djalankan. Selain tokoh nabiah Debora (4, 4-5), “hakim2” itu tidak mempunjai tugas resmi dalam hal peradilan. Mereka adalah terutama pedjuang dan pahlawan perang dan disebut pula dengan istilah “penjelamat” (2, 16; 3, 9. 15), hal mana sesungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan , jang dimainkan mereka. Didalam sungguhnja lebih bersesuaian dengan peranan, jang dimainkan mereka. Didalam keadaan2 darurat mereka itu dipanggil langsung oleh Allah dan diilhami serta dibimbing oleh roh dan kekuatanNja, untuk menjelamatkan Israil atau sebagian dari penindas2. Tokoh Sjimsjon jang agak gandjil itu tampilseorang diri benar2 dan sama sekali tidakdapat dinamakan pemimpin rakjatdalam arti manapun djua. Namun demikian, iapun adalah seorang “hakim” (16, 31).dari seluruh kitab itu djelaslah kiranja, bahwa tokoh2 tersebut tidak disebut “hakim” dalam arti kata jang lazim. Mereka itu terutama adalah utusan Jahwe jang berkarunia, untuk bertindak atas namaNja. Dalam banjak hal mereka sama dengan para nabi. Tetapi kalau nabi2 itu diutus untuk berbitjara atas nama Jahwe, maka “hakim2” itu diutus untuk bertindak atas namaNja. Karunia atau charisma inilah jang merupakan tjiri chasnja. Si perebut kekuasaan, Abimelek tidak disebut “hakim”, tetapi “penguasa” (9, 22). Sebaliknja, beberapa tokoh dari antara mereka itu (Gide’on, Jeftah), memperlihatkan suatu ketjondongan jang amat kuat, untuk beralih dari panggilan charismatisnja kesuatu kekuasaan jang stabil, hal mana dengan sendirinja mengandung suatu peradilan jang teratur. Tetapi unsur ini rupa2nja tidak tertjantum dalam djabatan “hakim” menurut logat kitab Hakim2. Namun demikian, “hakim” sebagai utusan Jahwe memberikan keadilan kepada umatNja, dengan membebaskannja dari penindasan, hal mana berarti “hukuman” bagi para penindas. Perhubungan2 hukum antara umat dan Jahwe serta antara Israil dan musuh2nja, jang diperkosa itu dipulihkan oleh mereka dan dalam arti demikian pengertian “hakim”tidaksamasekali asing pada fungsi charismatis mereka. Boleh djadi dengan alasan itu terpilihlah kata itu bagi mereka.
“Hakim2” itu tampil didjaman antara kematian Josjua’sampai ke Sjemuel. Tetapi tokoh Sjemuel (I Sjem.. 7, 15-17) dan djuga “Eli (I Sjem. 4, 18) termasuk djaman itu dipandang dari sudut historis dan theologis. Djuga tokoh Sjemuel pada permulaan tampilnja (I Sjem. 11, 5-11) masih kelihatan banjak persesuaiannja dengan hakim2 itu. Dalam diri Sjaul hasratakan keradjaan,jangdahulu sudah ada, mendapat perwudjudannja jang tetap, sehingga dengan itupun sesungguhnja djaman hakim2 itu berachir setjara definitif. Bagian pertamakitab Sjemuel (p. 1-12) bolehlah dari segi kesusasteraan dipandang sebagai kelandjutan langsung dari kitab Hakim2. Makanja ada ahli jang berpendapat, bahwa pasal2 permulaan Sjemuel itu memang tadinja termasuk dalam kitab Hakim2 dan baru kemudian dilepaskan daripadanja. Namun tiada bukti2 luaran bagi anggapan itu, bahwasanja kedua kitab itu dahulu pernah merupakan satu keseluruhan.
Dalam menentukan lebih landjut djaman Hakim2 setjara chronologis, sedjauh itu disebutkan dalam kitab tersebut, orang terbentur pada kesulitan2 jang tidak ketjil. Ini bergandingan pula dengan kesulitan2 sematjam itu berkenaan dengan kitab Josjua’. Kelihatannja sadja kitab itu sendiri memberikan petundjuk2 jang amat teliti, sehingga rupa2nja sangat mudahlah menentukan lamanja waktu itu dengan tepat. Djika semua keterangan dikumpulkan (3, 8. 11. 14. 30; 4, 3; 5, 31; 6, 1; 8, 28; 9, 2; 10, 2. 3. 8; 12, 7. 9. 11. 14; 13, 1; 15, 20; 16, 21) maka sampailah kedjumlah 410 tahun, hal mana dibenarkan pula oleh 11, 26. Tetapi apabila hal ini dibandingkan dengan keterangan2 lain, timbullah keberatan2 jang tak teratasi. Meurut I Rdj. 6, 1 antara keluarnja Israil dari Mesir dan pembangunan baitullah oleh Sulaiman ada djarak waktu 480 tahun. Sudah temasuk didamnja waktu empatpuluh tahun digurun – pada dirinja angka ini agak di-buat2, - djaman Josjua’, para Hakim, ‘Eli, Sjemuel, Sjaul, Dawud dan keempat tahun permulaan pemerintahan Sulaiman. Djadi tidak mungkinlah djumlah 410 tahun itu bagi djaman para Hakim. Orang boleh mentjoba petjahkan soal ini dengan menempatkan beberapa Hakim pada waktu jang sama, - hal mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana mungkin djuga, - dengan menundjuk akan di-buat2nja angka2 itu, dalam mana angka empatpuluh (_satu angkatan), sebagian atau lipatnja, memainkan peranan jang menjolok. Tetapi melalui djalan ini orang masih belum smpai kehasil jang memuaskan. Hampir semua ahli oleh karenanja melepskan sama sekali keterangan2 kitab Hakim2, untuk lalu membuat perhitungan mereka dengan menggunakan keterangan2 lain. Dengan kemungkinan jang tjukup besar dapatlah diterima, bahwa keluarnja Israil dari Mesir terdjadi sekitar tahun 1259. Naiknja Dawud diatas tachta dapat ditanggalkan sekitar th. 1012. Djika itu dikurangi dengan empatpuluh tahun digurun, djaman Josjua’ dan Djaman ‘Eli, Sjemuel dan Sjaul, maka djaman para Hakim berlangsung dari sekitar th. 1200 sampai l.k. th. 1040, djadi 160 – 180 tahun lamanja.
Untuk melukiskan lebih landjut djaman sedjarah Israil tersebut maka diluar kitab Hakim2 itu sendiri hanja tersedialah keterangan sedikit sadja. Namun keterangan jang sedikit itu tjukuplah untuk membuat kembali suatu gambaran global jang agak teliti. Didjaman itu ditada keradjaan2 besar jang berkuasa, sehingga dalam kitab Hakim2 mereka tidak memainkan peranan sedikitpun. Israil datang dari gurun, dimana suku2 itu hidup dan susunannja sama seperti semua suku bedawi. Pada waktu tampilnja Mohammad belum banjak perubahannja dalam hal itu. Dari segi ekonomis penghidupan digurun itu sangat miskin. Palestina, jang pada hakikatnja bukannja salah satu tanah jang tersubur, bagi suku2 itu tampaknja seperti tanah susu dan madu. Adapun susunan kemasjarakatan suku2 digurun terdiri atas beberapa tingkatan dan taraf. Intipati keseluruhan dan sebetulnja satu2nja kesatuan jang kuat ialah keluarga. Keluarga terdiri atas bapak dengan isteri2 mereka. Melihat keturunan2nja sampai ke angkatan jang keepat adalah idam2an jang sangat diharapkan. Bapak keluarga adalah sungguh penguasa satu2nja jang mutlak dan kepala jang menentukan se-gala2nja. Beberapa keluarga sedemikian itu dari asal jang sama merupakan marga, jang terikat satu sama lain agak erat karena kesadaran akan asal jang sama itu. Achirnja beberapa marga karena asal jang sama merupakan suku inilah sebenarnja kestuan tertinggi, jang dikenal kalangan bedawi. Tidak djaranglah, marga2 jang sebetulnja asing, dimasukkan dalam suku lain, tetapi dalam hal itu asal jang sama lalau di-angan2kan. Proses inipun tidak djarang terdjadi pula di israil. Dengan pelbagai suku israil itu terdjadilah kenjataan jang aneh, bahwasanja mereka itu merupakan kesatuan jang lebih tinggi, bukannja berdasarkan asal-usul, melainkan agama. Mereka dipersatukan satu sama lain karena iman jang sama akan Allah jang Esa, Jahwe, dengan ibadah umum jang bersesuaian dengan itu dan tempat sutji pusat, jang sungguhpun bukan satu2nja tapi toh jang utama adanja. Digurun tempat itu ialah Kadesj. Iman jang satu dan penghajatannja itu tidak pernah membiarkan rasa persatuan fundamentil melenjap dari tengah2 Israil.
Suku2 primitif itu merembes ke Palestina didjaman Josjua’ dan djuga sesudahnja; hal mana lambat-laun mengakibatkan perombakan umum. Mereka menduduki sebagian negerr itu, baik dengan djalan damai maupun dengan djalan kekerasan, chususnja daerah2 pegunungan. Kota2 dan dataran2 untuk sebagian terbesar sementara tiu masih berada ditangan peduduk aseli. Pendahuluan pertama kitab Hakim2 menjadjikan gambaran jang agak boleh dipertjajai dari perembesan itu. Bangsa2 Kena’an, jang ada hubungan damainja dengan suku2 Israil, memiliki kebudajaan jang lebih tinggi tarafnja, hal mana njata sudah dari pemakaian besi. Mereka bukan bangsa2 pengembara, melainkan penduduk jang menetap sebagai petani, jang pusat kemasjarakatannja ialah kota dengan kebudajaan jang lebih tinggi dan kemakmuran jang agak besar. Agama mereka polytheistis, jang bersesuaian dengan penghidupan mereka sebagai petani. Dewa2 dan dewi2 mereka adalah dewa2 kesuburan, jang harus menanggung kesuburan tanah, manusia dan ternak. Pemudjaan dewa-dewi itu sangat bertjorak indriawi dan erotis. Tiap2 pusat ekonomis dan kemasjarakatan mempunjai Ba’alnja (Tuhan) sendiri dan Asjtarte (‘Asjtoret), djodohnja. Terhadap dewa2 dan dewi2 jang konkrit dengan pemudjaan jang mewah dan tjarut itu sangat menjoloklah Allah Israil, jang sungguhpun kuasa tapi toh agak abstrak dan amat susila, dan jang lebih sesuai dengan hidup keras digurun jang kersang daripada dengan hidup jang indah-sedap ditanah pertanian dan kemewahan kebudajaan-kota.
Israil harus mengikat perang lawan situasi tiu. Dari segi militer dan kebudajaan, mereka djauh terbelakang. Djarang sekali mereka berhasil menduduki kota2 dan menetap disitu. Dan djika mereka mula2 berhasil, tidak djarang mereka tak lama kemudian dipukul mundur oleh penduduk aseli. Namun demikian, dimanapun djuga ada kesempatan, suku2 Israil itu menetap disitu setelah beberapa lama mengembara. Hal itu per-tama2 membawa akibat ini, bahwasanja persatuan antara suku jang toh sudah rumit itu diperlemah lagi dan didjaman para Hakim tidak djarang berubah mendjadi persaingan, perengketaan dan peperangan antara mereka sendiri. Karena kurang kukuhnja persatuan itu, maka tidak djaranglah penduduk aseli berhasil menaklukkan salah satu suku Israil, sedangkan suku2 dari urun dapat meluaskan pendjarahannja, dengan tak banjak perlawanan, sampai ke-daerah2 jang diduduki Israil. Kesulitan2 terbesar datang dari pihak Felesjet. Orang2 Felesjet menetap di-pantai2 Kena’an, kira2 waktu Israil merembes dari timur. Dari sana mereka merembes kepedalaman dan dengan sendirinja berbentrok dengan suku2 Israil. Dalam djaman para Hakim jang belakangan orang2 Felesjet jang lebih unggul dalam bidang militer menaklukkan sebagian besar wilajah Israil. Riwajan Sjimson dan Sjemuel memberikan buktinja jang djelas. Karena kenjataan, bahwasanja Israil berubah dari suku 2 pengembara mendjadi petani2 tetap, haruslah djuga terdjadi perubahan total dalam hal susunan masjarakatnja. Tentu sadja hal ini terdjadi dalam prosed lambat-laun, tetapi proses ini toh mendapatkan suatu kemadjuan jang mentjelakakan. Israil melihat susunan jang disesuaikan dari penduduk aseli. Pusat persatuan bukannja marga, melainkan kota, tempat ber-bagai2 marga tinggal ber-sama2. Karena hubungan Israil dengan penduduk negeri lebih bertjorak damai daripada perang, maka terdjadi djuga pertjampuran antara Israil dan orang2 Kena’an, lebih2 di-kota2. Kisah Abimelek dalam kitab Hakim2 adalah gambaran jang djelas dari perubahan susunan itu. Abimelek bukanlah seorang Sjeik atas suatu marga atau suku, melainkan radja suatu kota, dimana orang2 Israil tinggal bersama dengan orang2 Kena’an.
Akan tetapi dalam bidang keigamaanlah Israil hanja dapat bertahan dengan banjak susah-pajah dan memelihara hidupnja sendiri. Agama dan ibadah bangsa2, dengan mana mereka berhubungan itu, mempunjai pengaruh jang tak terelakkan atas suku2 primitf itu. Betul mereka tak akan melepaskan Allah mereka sendiri: Jahwe tetap adalah Allah segala suku Israil. Tetapi Ba’al2 serta ‘Asjtoret2 setempat, jang telah memberkati umat mereka sendiri, tidak boleh dimurkakan, karena suku2 pengembara jang mendjadi penetap itu harus memperolah penghidupannja dari tanah jang sama djua. Budjukan, utnuk mengharapkan kesuburan dari dewa2 itu, terlalu besar. Maka menurut kenjataannja sampailah sebagian Israil pergi meudja Ba’al2 dan ‘Asjtoret2 disamping dan bersama dengan Allah mreka. Mereka mangambil-alih ibadah penduduk aseli dan malahan menirunja dalam ibadah mereka sendiri kepada jahwe. Di-mana2 timbullah pertjampur-adukan keigamaan, jang hendak memperdamaikan Ba’al dengan Jahwe. Betul, Jahwe adalah jang terbesar dari antara dewa2, jang dimintai pertolongan didalam keadaan darurat, tetapi bagi keperluan2 hidup sesehari Ba’al dan ‘Asjtoret lebih pentinglah adanja. Masih lama Jahwe harus berdjuang lawan Ba’al, sebelum Ba’al dikalahkan setjara definitif.
Ditengah syncretisme jang umum itu tidak pernahlah Jahwe kehilangan pemudja2 sedjatiNja. Mereka itu memelihara tetap berkobarnja njala-api agama jang murni, sekalipun itu sering kali tertimbun abu. Tiap2 kali keadaan darurat sampai kepuntjaknja, maka tampillah dari kalangan mereka itu orang2 jang menjelamatkan baik agama maupun bangsa dari keruntuhan. Dari tengah2 mereka itu dipanggillah para Hakim, jang selain pahlawan perang djuga senantiasa raksasa2 dalam iman jang utuh kepada Jahwe adanja. Tetapi pemudja2 Jahwe jang sedjati, seperti Gide’on, Jeftah dan Sjimson-pun tidak selalu tahu menark kesimpulan2 susila dari iman mereka.
Sebab keruntuhan keigamaan dibarengi dengan anarki susila jang tidak kurang ketjilnja. Dalam hal inipun djaman para Hakim dalam sedjarah Israil itu merupakan “abad besi” pula. Walaupun senantiasa ada suatu djarak antara iman keigamaan dan penghajatan susilanja. Namun tidak pernahlah di Israil djarak tadi sebesar dan kurang diinsjafi seperti didjaman itu. Tambahan kedua pada kitab Hakim2, jang melukiskan kebedjatan susila Gibe’on, jang dilindungi satu suku tertentu, sungguhpun suatu keterlaluan, namun menunjdjukkan suatu gedjala bagi keseluruhannja. Para Hakim sendiri bukanlah selalu tjontoh kesusilaan, hal mana bagi kita mungkin mendjadi batu sandungan. Djika sudah demikian halnja dengan pembesar2, maka dapatlah sedikit banjak dibajangkan, bagaimana keadaannja dengan rakjat djelata. Gambaran total djaman para Hakim adalah gambaran keprimitifan, kebiadaban, keliaran dan anarki jang besar, dalam mana ikatan suku2pun hanja sangat lemah adanja. Kendati demikian, arus-bawah jang kuat dari iman akan Jahwe tetap ada dan didjaman itupun tidak sampai lenjap. Dalam saat2 berkarunia arus itu sampai kepermukaan, untuk membuat Israil ttetap jakin akan kewadjiban2 susilanja maupun atas keastuan fundamentilnja dalam Allah jang kudus, Jahwe.
Dari djaman tersebut kitab Hakim2 memelihara sedjumlah petilan bgi angkatan kemudian, jakni kisah jang pandjang atau pendek sekitar keenam tokoh, jang oleh karenanja lazim disebut “Hakim2 besar”, jaitu ‘Otniel, adik Josjua’, Ehud, Barak (Debora_, Gide’on, Jeftah dan Sjimsjon. Di-tengah2nja tersisiplah tjatatan2 jang santat singkat tentang enam tokoh lainnja, “Hakim2 ketjil”, jaitu Sjamgar, Tola’ Jair, Ibsan Elon dan Abdon, hal mana sesungguhnja tidak begitu djelas, apa mereka itu menurut sedjarah termasuk dalam djaman itu. Kisah pandjang-lebar tentang Abimelek adalah kelandjutan dan sematjam timbalan terhadap kisah Gide’on. Adapun Hakim2 besar itu tidak boleh dipandang begitu sadja sebagai pahwalan2 bangsa, sebab njaris dapat dikatakan adanja suatu “bangsa”, tetapi Israil lebih merupakan suatu kumpulan suku2. Djadi, mereka itu lebih tepat dikatakan pahwalan2 suku atau marga, jang perbuatan2 kedjajaannja di-sandjung2. Lepas dari bingkai jang merangkum tokoh2 itu dalam kitab Hakim2, maka njatalah mereka itu hanja sematjam pahlawan setempat sadja. Tiba2 mereka itu tampil kedepan ditengah suku ini atau itu lawan bahaja2 jang mengantjam dari luar atau penindasan dari pihak penduduk Kena’ an. Mereka menjerukan perang pembebasan, jang kemudian mereka selesaikan dengan hasil jang gemilang. Kadang2 beberapa suku lainnja, jang menghadapi bahaja atau penindasan jang sama, menggabungkan diri dengannja. Ehud adalah pahlawan suku Binjamin; ‘Otniel melakukan tugas itu bagi beberapa marga Juda dibagian selatan negeri itu. Debora dan Barak memimpn pemberontakan suku Efraim, jang diikuti suku2 Naftali, Zebulun, Isakar, Binjamin dan Menasje, sedangkan suku2 Rubed, Gad dan Asjer tetap lepas tangan. Gide’on adalah pahlawan marga Abi’ezer dari suku Menasje, jang berhasil mengikut- sertakan suku2 Asjer, Zebulun, dan Naftali dalam perang pembebasar. Isakar mempunjai pahlawannja dalam diri Tola’, sedang Menasje dapat membaggakan Jair. Gilead (Gad) diseberang timur Jarden me-mudji2 Jeftah dan suk Dan menurunkan raksasa Sjimsjon jang terpentjil, jang meluaskan petulangan2nja sampai kewilajah Juda. Efraim mempunjai tokoh sekundernja dalam diri ‘Abdon disamping Debora dan Barak. Suku Juda sama sekali tidak diketemukan dalam kitab Hakim2, tetapi kitab Sjemuel akan mengisahkan pahlawan, jakni Dawud, jang akan mengetjilkan semua tokoh lainnja.
Kisah jang pandjang atau pendek itu merupakan bagian pokok kitab tersebut (5, 6- 16, 31). Itu didahului fua pendahuluan (1, 1-2, 5; 2, 6-3, 5) dan keseluruhannja dikuntji dengan dua tambahan jang satu tentang tempat sutji suku Dan (17) dan jang lain mengisahkan keruntuhan suku Binjamin sebagai hukuman atas kedurdjanaan kota Gibe’a (19-21). Di-tengah2 terdapat pula suatu penahuluan (10) jang mendahlui kisah2 tentang Jeftah dan Sjimsjon. Tiap2 kisah hakim selandjutnja ditempatkan dalam rangka jang serupa, jang perumusannja hanja merupakan ulangan singkat dari gagasan, jang dirumuskan dengan pandjang-lebar dalam pendahuluan adjaran jang kedua (3, 7.11; 4, 12.30; 4, 1-3.23.24; 5, 51c; 6, 1-2.7-10; 10, 6- 15; 12, 7; 13, 1; 15, 200; 16, 31b). dari itu njatalah, bahwa kisah2 tersebut gunanja untuk mendjelaskan gagasan jang dirumuskan dalam pendahuluan.
Dari ichtisar ini djelaslah sudah, bahwa kitab Hakim2 tersusun dari ber-bagai2 unsur, jang terang berbeda satu sama lain. Kisah itu diambil dari sumber2 jang lebih kuno dan baru diolah mendjadi suatu kesatuan oleh penjuun dan lagi seakan2 dibubuhi dennga beberapa tjatatan. Kisah2 itu diluar dan sebelum tersusunnja kitab tersebut sudah ada tersendiri. Kisah2 itu sudah beredar didalam tradisi suku masing2, dan ketika achirnja dimasukkan dalam kitab, maka kisah2 itu hampir2 tidak dioleh lebih landjut, tapi diambil begitu sadja sebagaimana adanja. Pastilah kisah2 itu sudah lama ada didalam tradisi lisan se-mata2, sebelum kemudian dituliskan. Tetapi sangat boleh djadi kisah2 itu bukan baru dalam kitab Hakim2 itu terdapat bentuk tulisannja. Hanja tentang tjatatan2 ketjil mengenai hakim2 ketjil bolehlah kiranja diterima, bahwa itu dirumuskan oleh penjusun kitab itu, tetapi toh berdasarkan tradisi2 jang samar2. Djuga pendahuluan pertama jang bertjorak historis itu, se-tidak2nja mengenai isinja, berasal dari tradisi. Tetapi haruslah diterima, bahwa kisah2 itu sendiri terdjadi tak lama semudah peristiwa2 jang dikisahkan itu sendiri an segera mendapat bentuknja jang kurang lebih tetap. Dapat djuga dikirakan, bahwa didalam tradisi lisan itu pelbagai kisah tentang orang jang sama dan tentang peristiwa jng sama ditjampuradukkan.
Asal kuno kisah2 jang tidak dapat disangkal ini merupakan djaminan pula bagi nilah sedjarahnja. Kalaupun dalam tradisi itu ditambahkan beberapa unsur, -pun pula unsur2 jang lebih bertjorak fokloristis, namun intipati dan perintjian2 umum kisah itu bersesuaian dengan kenjataan. Disini kita tidak bersua dengan dongengan, legenda atau mythos, melainkan dengan peristiwa2 dari masa kono Israil. Betul, kisah2 tu terlalu fragmentaris tjoraknja, untuk dapat menggambarkan kembali djaman para hakim dengan segala hal-ihwalnja jang ketjil2 tetapi bagan2 it mempunjai dasar jang sungguh2.
Pada umumnja disetudjui, bahwa kitab Hakim2 dalam bentuknja jang sekarang tidak terdjadi dan tidak tersusun sekali djadi. Kitab itu boleh dikata berkembang setjara ber-angsur2. dengan itu tidaklah dimaksudkan, bahwa kisah2 itu tadinja sudah ada sendiri2, melainkan bahwa pengumpulannja berdjalan dalam beberapa tingkatan. Tetapi dalam menentukan lebih landjut tingkatan masing2, timbullah pendapat jang ber-lain2an antara para ahli. Ada ahli, jang berpangkal pada tradisi lisan sampai kelima tingkatan. Tingatan2 itu tidak selalu redaksi jang ber-turut2, tetapi djuga kumpulan2 jang sedjadjar djalannja dan kemudian dilebur djadi suatu kesatuan. Lebih umum ialah pendapat bahwasanja tjukup dua redaksi sadja, untuk sampai kebentuknja jang sekarang. Redaksi pertapa agaknja memuat kisah2 dari 5, 12-9, 57 bersama dengan pendahuluan jang bertjorak historis, 1, 1-2, 5. redaksi kedua, jang lebih bersifat theologis, telah menambahkan jang lain2 kepada redaksi pertama itu dan memperkaja bahan2 jang sudah ada dengan keterangan2 baru. Dari pengumpul belakangan ini berasallah pendahuluan kedua (2, 6-3, 6) dan kedua tambahan (17-18; 19-21). Menurut beberapa ahli kedua tambahan itu merupakan gantinja I Sjem. 1-12, jang katanja mula2 termasuk dalam kitab Hakim2. Tetapi rupanja tiada tjukup alasan, untuk menerima hubungan dengan I Sjem itu. Selandjutnja dapat dikirakan djuga adanja imbuhan2 ketjil dikemudian hari, jang tidak dapat merubah sedikitpun pada keseluruhannja.
Djuga soal, bila kitab itu mendapat bentuknja jang definitif, djawabja sangat ber-beda2. sebagaimana halnja dengna kitab Jasjua’, demikian kitab Hakim2 oleh banjak ahli di-hubung2-kan dnegan Pentateuch (kelima kitab Musa), sedangkan dewasa ini lebih banjak ahli meng-hubung2kannja dnegan kitab Ulangtutur. Soal ini sudah dibitjarakan berkenaan dengan kitab Josjua’, dan apa jang dikatakan disana dapatlah diulang disini. Lebih baiklah kiranja dilepaskan sadja dari karja2 lainnja. Untuk menanggalkan kibtab itu melalui djalan lain. Tak seorangpun menjangkal, bahwa kitab Hakim2pun didukung oleh gagasan2 keigamaan jang sama seperti Ulangtutur, tetapi hal ini tidak berarti dengan mutlaknja, bahwasanja kitab tersebut bergantung dari padanja mengenai waktu terdjadinja. Dari sebab itu lebih baiklah penentuan waktu itu didasarkan atas keterangan2 dari kitab itu sendiri. Dari 18, 30-31 agaknja dapat disimpulan, bahwa si redaktor menjusun karjanja sesudah tahun 733 atau 722, keitik keradjaan utara Israil diangkut kepembuangan oleh Asyria. Tetapi tidak sedikitlah ahli jang menganggap ajat2 tersebut sebagai imbuhan belakangan, sendangkan ahli2 lainnja mau memperbaiki teks itu, sehingga bukan penduduk negeri itu melainkan peti Jahwelah jang diangkut ketempat lain, hal mana di-hubung2kan dengan penghantjuran tempat sutji di Silo didjaman Sjemuel oleh orang2 Felesjet. Rumus jang di-ulang2 sadja dalam bagian2 terachir: “tiada radja di Israil” (17, 6; 18, 15; 19, 1; 21, 25) sebagai pendjelasan adanja kebedjatan susila, mengandaikan pengetahuan tentang keradjaan di Israil, malahan sebagai faktor tatatertib dan kesedjahteraan. Tetapi keradjaan belakangan dalam hal itu ternjatalah bukan suatu berkah, karena ketika itu terutama dikeradjaan utara tidak djaranglah keradjaan itu mendjadi sebab musababnja keruntuhan keigamaan dan susila. Redaktor terachir, jang membuat tjatatan2 itu, mestilah hidup pada awal keradjaan, jang mengachiri kekatjauan djaman para hakim. Djadi didjman Sjaul atau Dawud, sekitar th. 1050-950. bahwasanja dalam kitab itu ada ketjondongan2 anti-radja (Gibe’on, Abimelek) dapatlah diterangkan dari sumber2 jang digunakan, dan djustru pda awal keradjaan ketjondongan2 serupa itu masih lama berpengaruh. Pun kenjataan, bahwasanja kisah2 itu dilandjutkan dengan djiwa jang sama dalam kitab Sjemuel dapatlah dipandang sebagai suatu pembenaran penanggalan tersebut diatas. Bagaimanapun djua, pendapat jang hendak menanggalkan kitab itu (dalam redaksinja jang pertama) sesudah terdjadinja Ulangtutur sekitar tahun 632 atau (dalam redaksinja jang kedua) sedudah waktu pembugann tidak mempunjai alasan tjukup, untuk diterima sebgai pasti. Untuk memebrikan penanggalan kemudian, dikemukakan pula ktjaman terhadap tempat sutji di Dan, salah satu tempat sutji dikeradjaan utara, kritik mana terselip dalam pasal 17-18. Tetapi tjelaan tersebut sudah tjukup didjelaskan dnegna kenjataan, bahwa tempat sutji tersebut didirikan oleh orang2 jang sama sekali tak berwenang dan setjara se-wenang2 dan tanpa petundjuk satupun dari pihak Jahwe. Djuga didjaman kuno sekali tjara serupa itu tidak dapat dibenarkan oleh kalangan2 agama, dan kisah itu pada dirinja menerangkan keruntukhan besar dalam bidang keigamaan didjaman para hakim. Dalam seluruh kitab itu tidak terdapat petundjuk2 adanja perpisahan atanra Juda dan keradjaan-utara, tetapi Israil malahan dipandang sebagai suatu kesatuan. Dan hal ini njatalah dapat dimengerti didjaman sebelum perpisahan. Betul dapatlah diterima, bahwa belakanganpun masih ada perubahan dan imbuhan ketjil2an, karena tiada kitab satupun dari Perdjandjian Lama dipandangn sebgai sesuatu, jang tidak boleh diubah lagi. Sikap tersebut baru dari waktu djauh belakangan.
Pada hakikatnja sukarlah, jah malahan tidak mungkinlah menjebut nama2 para penjusun kitab Hakim2. Dikalangan Jahudi dan djuga dikalangan Kristern lamalah Sjemuel dianggap sebagai pengarangnja dan itupun oleh beberapa ahli masih dianggap mungkin. Tetapi achirnja kesemuanja itu hanja bersandarikan perkiraan sadja dan tetap sukar dibuktikan. Maka itu lebih baiklah tidak menebut nama2 sadja. Satu2nja, jang dapat diketahui dari kitab itu sendiri. Ialah bahwasanja para penjususnnja adalah orang2 jang berkeigamaan, jang hidup dari gagasan2 jang djuga tampak dalam kitab Ulangtutur. Si atau para penjusun haruslah ditjari dikalangan Levita dan imam. Lebih dari itu tidak dapat.
Gagasan-pokok keigamaan, untuk mana seluruh kitab itu telah ditulis, ialah keadilan Allah jang berbelaskasihan. Semua kisah dimaksudkan, untuk memperlihatkan dalam bentuk jang konkrit, bahwa betapapun djua tidak-setianja umat kepada Jahwe, Allah toh tidak pernah melupakan umatNja. Segala kedjadian ditudjukanNja, untuk memperingatkan umat akan kesetiaan, agar dnegna itu terdjamnlah kebahagiaan dan kesedjahteraan. Bahkan terus adanja bangsa2 kafir di Kena’an adalah suatu tanda kerelaan Jahwe. Rangka jang berulang kembali dari kitab itu ialah sbb.: Umat meninggalkan Jahwe, bukannja per-tama2 karena tingkah-laku susilanja, melainkan lebih2 karena ketidak-setiaan keigamaan, jang berupa pemudjaan serta kepertjajaan pada berhala2 negeri itu. Ketidak-setiaan ini dihukum Jahwe dengna penindasan oleh pihak musuh. Tetapi hkukman itu tidak dimaksudkan untuk menolak umat, melainkan lebih untuk menginssjafkan umat agar berbalik kepada Jahwe. Apabila umat berpaling dari berhala dan berbali k kepada Jahwe, maka Jahwe segera mengutus seorang penjelaman. Si penjelamat tidak mengambil inisiatif, melainkan dipanggil oelh Allah, untuk memenuhi tugas penjelamatan atas namaNja. Bahwasanja Jahwe jang bertindak, sangatlah djelas digambarkan oelh riwajat Gide’on, jang harus mengurangi lasjkarnja sampai djumlah jang se-ketjil2nja (7, 1-8), jang maksudnja dirumuskan dengan tegas (7, 2). Kebebasan dan kesedjahteraan berlangsung selama mat tetap setia. Apabla umat kemudian tidak setia lagi, maka proses jang sama berulang kembali. Tetapi dalam kitab Hakim2 samasekali tidak dinjatakan, bahwa ketidak-setiaan, jang ber-ulang2 itu akan memuntjak djadi penolakan definitif,sebagaimana jang dinjatakan dlam kitab Radja2. Sebaliknja; kendati ketidaktetapan umat, kepertjajaan akan Jahwe dan harapan akan kerelaannNja, adalah faktor jang tetap: kerelaan Allah adalah lebih besar daripada kedurhakaan umat. Kepertjajaan ini adalah kekuatan jang menjelamatkan dan diperorangkan dalam tokoh2 para hakim. Mereka tidak ragu2 mengikuti panggilan Jahwe, karena mereka tahu, bahwa Jahwe adalah berbelaskasihan dan selalu akan mengampuni kedjahtan umat jang bersesal dan akan melepaskannja dari penindasan .itupun jang dipudji oleh surat kepada orang2 Hibrani pada tokoh2 tersebut. (Hbr. 11, 32). Dan inilah artinja jang tetap dari sedjarah para hakim, bahwasanja kepertjajan akan Allah serta kerelaanNja mendatangkan penjelamatan dalam diri Hakim jang terbesar. Penjelamat definitif dari segala penindasan dan bahkan dari akarnja, dosa, ialah: Jesus Kristus. Tetapi sedjarah para hakim adalah djuga suatu peringatan jang tetap akan sesal dan tobat, sjarat bagi penebusan dan penjelamatan.
TFTWMS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) TERIMALAH PENDERITAAN SEBAGAI PENDISIPLINAN
APAKAH MAKSUDNYA?
(HAKIM-HAKIM 3)
Dalam Hakim-Hakim 3, penulis mulai membahas pelbagai kisah khusus yang...
TERIMALAH PENDERITAAN SEBAGAI PENDISIPLINAN
APAKAH MAKSUDNYA?
(HAKIM-HAKIM 3)
Dalam Hakim-Hakim 3, penulis mulai membahas pelbagai kisah khusus yang terdapat dalam garis besar kemerosotan moral yang diungkapkan dalam pasal 2. Semuanya berawal dengan diterimanya budaya Kanaan oleh Israel, kawin-campur mereka dengan orang-orang di tempat itu, dan pengabdian mereka terhadap ilah-ilah bangsa penyembah berhala (3:6).
OTNIEL
Ketika Israel melupakan Allah mereka dan melayani Baal dan Asyera, maka Allah murka kepada mereka dan menyerahkan mereka ke dalam tangan raja Aram Kusyan-Risyataim. Seperti kebanyakan konflik di dalam Hakim-Hakim, konflik ini tidak melibatkan seluruh bangsa Israel.
Sebaliknya, konflik itu lebih merupakan suatu perang perbatasan dengan kepentingan atau keterlibatan yang hanya bersifat regional. Aram Kusyan-Risyataim merupakan sebuah negara-kota di sebelah barat laut Mesopotamia yang sedang berusaha memperluas kekuasaannya atas para tetangganya di sebelah selatan. Orang-orang Israel itu takluk di bawah mereka selama delapan tahun sebelum akhirnya Tuhan mengutus hakim pertama untuk Israel, seorang pemimpin yang bernama Otniel!
Otniel, seorang anggota keluarga Kaleb, menjadi hakim ketika "Roh TUHAN menghinggapi dia" (3:10). Dalam kasus ini, makna utama "hakim" adalah seorang pemimpin militer yang misinya mengusir ke luar para penindas Israel. Setelah Otniel mengalahkan raja Aram, negeri itu mengenyam kedamaian selama empat puluh tahun.
EHUD
Israel, sejalan dengan sifat manusia, tidak bisa menenggang kedamaian yang berlangsung lama sebelum akhirnya mereka melupakan Allah lagi, tergelincir kembali ke dalam cara hidup jahat negeri itu dan membuat Tuhan marah kembali (3:12). Kali ini Allah membiarkan mereka dikuasai orang Moab, suatu bangsa yang terletak di sisi timur Laut Mati. Eglon, Raja Moab, bersama dengan bani Amon dan bani Amalek menyerang Israel dan merebut Yerikho, Kota Palem. Dari pos terdepan itu ia bisa menindas bangsa Israel selama delapan belas tahun. Sekali lagi, Israel berseru kepada Tuhan minta dibebaskan, dan Tuhan membangkitkan hakim lain untuk membebaskan mereka. Kali ini adalah Ehud, seorang dari suku Benyamin yang bertangan kidal yang secara diam-diam menyelipkan pedang bermata dua yang ia ikatkan pada pangkal paha kanannya. Ehud dipilih untuk menyampaikan upeti Israel kepada Eglon, dan ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengusir bangsa Moab.
Cerita dalam Alkitab dua kali mengatakan bahwa Raja Eglon itu sangat gendut atau penuh lemak (3:17, 22), yang dalam konteks ini merupakan lebih dari sekedar rincian yang tanpa maksud. Ketika beberapa orang melihat lemak, mereka membayangkan diet, biji-bijian berserat, olahraga, dan pengendalian diri. Ketika Ehud memperhatikan lemak pada tubuh Eglon, ia melihat sesuatu yang berbeda. Yang ia bayangkan kemungkinan besar lebih menyerupai sesuatu yang suka dikatakan oleh nenek saya yang berusia 98 tahun ketika saya mengunjungi dia. Ketika saya memasuki pintu rumahnya, nenek selalu menyalami saya dengan senyumnya yang cerah dan pelukan hangat yang pernah bisa Anda rasakan. Lalu dengan jarak tertentu ia memegangi saya sambil mengamat-amati tubuh saya dan hampir selalu berkata, "Bruce, kamu semakin gemuk seperti babi!" Nah, saya tidak akan menerima perkataan itu dari sembarang orang, tetapi tidak apa-apa jika dari Nenek saya. Saya tahu apa yang ia maksudkan, "Kamu tampak sehat. Kamu pasti banyak makan dan istirahat, dan kamu tidak terlihat baru saja sakit." Bagi dia, lemak merupakan tanda kemakmuran.
Gagasan lemak itu jugalah yang saya temui beberapa tahun yang lalu ketika keluarga saya tinggal di Kenya, Afrika Timur. Suatu hari saya menanyakan anak muda tentang seseorang yang ia kenal, dan ia menggambarkan orang itu sebagai "gadis yang berat." Sambil bertanya-tanya apakah hal itu menarik pandangannya atau tidak, saya bertanya lagi apakah makna "lemak" itu bagi dia. Ia menjawab, "Oh itu artinya orang tuanya memiliki banyak uang." Lagi, lemak merupakan tanda kesejahteraan. Melalui mata seperti itulah Ehud memandang Eglon. Lemak Eglon sangat menjijikkan, sebab di dalam lemak itu Ehud melihat kemelaratan Israel. Anak-anak di tempat dia tinggal kelaparan karena memberi makan raja Moab yang kelebihan lemak itu. Selama delapan belas tahun ia berpesta-pora atas biaya Israel, dan Ehud memutuskan sudah cukup!
Ehud menyerahkan upeti itu kepada Eglon di Yerikho, sebagaimana yang orang lain lakukan selama delapan belas tahun. Lalu ia pergi. Begitu para pembantunya sedang dalam perjalanan pulang, Ehud kembali ke Yerikho, dan berkata kepada Raja Eglon, "Ada pesan rahasia yang kubawa untuk tuanku, ya raja" (3:19). Terpesona oleh hal itu, Eglon lalu menyuruh semua pengikutnya ke luar ruangan. "Ada firman Allah yang kubawa untuk tuanku," lanjut Ehud. Raja yang penasaran itu bangkit dari takhtanya. Dengan tangan kirinya Ehud secara cekatan menghunus pedang yang ia sembunyikan; dan sebelum raja itu sempat menyadari adanya pengkhianatan, Ehud menikamkan keseluruhan pedang sepanjang 45 sentimeter itu ke perut raja yang penuh timbunan lemak. Teks itu dengan hidupnya menggambarkan bagaimana "hulunya beserta mata pedang itu masuk. Lemak menutupi mata pedang itu" (3:22). Karena raja sudah menyuruh ke luar para pelayannya, maka Ehud bisa melarikan diri. Dengan mengunci pintu ruangan atas, ia berhasil melarikan diri beberapa kilometer sebelum mayat Eglon itu ditemukan. Karena mengira tuan mereka "sedang buang air," para penjaga itu tidak berani masuk ke dalam ruangannya untuk waktu yang lama sekali. Penantian mereka itu memberi Ehud waktu untuk melarikan diri ke bukit kota Efraim. Begitu sampai di sana ia meniup sangkakala, panggilan dari para hakim untuk bertempur, dan menghimpun pasukan untuk merubah kemenangan kecil itu menjadi kemengan yang jauh lebih besar. Dengan kepempinan bangsa Moab yang sedang kacau-balau menyusul pembunuhan raja mereka, orang Israel berhasil menguasai tempat-tempat penyeberangan di sungai Yordan, sehingga memotong jalan mundur bangsa Moab. Pada hari itu mereka membunuh sepuluh ribu pahlawan terbaik bangsa Moab. Israel terbebaskan, dan "amanlah tanah itu, delapan puluh tahun lamanya" (3:30).
SAMGAR
Pembebas ketiga yang disebut dalam pasal 3 adalah Samgar. Ia menyelamatkan Israel dari ancaman bangsa Filistin, masyarakat pantai yang terus-menerus mengganggu perbatasan barat-daya Israel. Orang-orang ini, yang nantinya menjadi tokoh utama di dalam kisah Simson dan Daud, adalah penyiksa dan penggoda Israel. Samgar hanya dikenal lewat tindakan heroiknya yang membunuh enam ratus orang Filistin dengan menggunakan tongkat penghalau lembu yang ujungnya dari metal. Kejadian itu sekedar dinyatakan "Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel" (3:31).
PELATIHAN DAN PILIHAN
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya pertama kali sedang merencanakan untuk mengkhotbahkan seluruh isi kitab Hakim-Hakim, beberapa teman menanyakan saya pertanyan sederhana "Mengapa?" Mengapa menceritakan semua kisah berlumuran darah yang berisi intrik, pembunuhan, dan kehancuran? Mengapa berurusan dengan tokoh-tokoh jahat yang terus-menerus muncul di dalam teks itu? Mengapa meluangkan waktu untuk menceritakan pelbagai episode pertumpahan darah bangsa Israel kuno di zaman moderen gereja Amerika? Apakah makna semuanya itu? Pelbagai pertanyaan itu, setidaknya di dalam pasal ini, adalah mudah dijawab, sebab teks itu sendiri dengan jelas menyediakan penjelasannya!
Di awal pasal 3 kita diberikan dua alasan untuk kisah-kisah berikutnya. Yang pertama adalah bahwa Allah perlu "mengajar perang keturunan Israel" (3:2; NIV). Tanah Terjanji itu adalah tempat yang berbahaya, dan bangsa Israel memiliki sedikit pengalaman untuk menyiapkan diri mereka menghadapi masa depan. Sebelum era Musa, mereka itu adalah budak, dan bahkan sekarang juga pengalaman militer mereka sangat kurang. Beberapa pertempuran di bawah Otniel, Ehud, dan Samgar adalah untuk meyiapkan mereka menghadapi pelbagai pertempuran yang lebih besar di masa depan. Pelatihan Allah atas Israel mengingatkan saya akan komentar Max Lucado tentang cara Allah melatih kita: "Ia mungkin saja memimpin kita melalui badai di usia tiga puluh sehingga kita bisa bertahan menghadapi angin topan di usia enam puluh."1
Alasan kedua yang diberikan untuk pelbagai kisah dalam pasal 3 adalah bawah Allah sedang menguji kesetiaan Israel "untuk mengetahui, apakah mereka mendengarkan perintah yang diberikan TUHAN" (3:4). Allah bukan hanya memberikan ciptaan-Nya pilihan moral yang bebas, tetapi ia juga menyediakan suatu dunia dimana Ia bukanlah satu-satunya pilihan yang bisa dipilih. Ada kisah lama yang bercerita tentang Adam dan Hawa di dalam taman Eden. Kelihatannya, selama berhari-hari Hawa tidak mendengar ucapan "Aku cinta kamu" dari Adam; akhirnya, ia bertanya, "Adam, apakah engkau mencintaiku?" Tidak ada jawaban. Hawa bertanya lagi, "Adam, apakah engkau mencintaiku?" Masih tidak ada jawaban. Akhirnya, hampir sedikit berteriak, Hawa bertanya dengan tegas, "Adam, apakah engkau mencintaiku?" Adam berpaling dan bertanya dengan nada sinis terdengar dalam suaranya, "Ya, memangnya siapa lagi?" Adam boleh jadi tidak memiliki banyak pilihan, tetapi Israel punya pilihan. Allah ingin melihat apakah mereka akan memilih Dia atau ilah-ilah negeri itu.
KEPEDULIAN YANG LEBIH BESAR
Dua alasan yang diberikan dalam teks ini untuk pergumulan Israel membuka mata kita terhadap sesuatu yang sangat sulit terlihat di dalam kehidupan kita, khususnya di zaman kini. Dalam usia yang terobsesi dengan kenyamanan, kita nyaris tidak punya toleransi untuk penderitaan. Kitab Hakim-Hakim membantu mengingatkan kita bahwa Allah punya kepedulian yang lebih besar daripada membebaskan kita dari penderitaan. Bagi kebanyakan orang hal itu mungkin terdengar seperti ajaran bidat, tetapi Kitab Suci mengajarkan bahwa hal itu mutlak benar. Allah punya kepedulian yang lebih besar daripada membebaskan kita dari penderitaan; kepedulian Allah yang paling besar adalah keselamatan umat-Nya.
Apakah Allah peduli terhadap penderitaan kita? Sudah pasti! Apakah Ia bisa merasakan penderitaan kita? Anda bisa memastikan hal itu! Dimanakah Ia sewaktu kita dalam penderitaan? Ia itu dekat, mengetahui setiap luka dan ikut menangisi setiap air mata. Akankah Ia membebaskan kita dari penderitaan kita? Kadang-kadang. Kadang-kadang Ia akan membebaskan kita dari penderitaan kita, dan kadang-kadang Ia bahkan akan membebaskan kita melalui penderitaan kita!
Apakah jadinya jika Allah tidak mendisiplinkan Israel dengan cara mengirimkan para penindas ketika Israel membelakangi Tuhan? Akankah mereka pernah kembali lagi? Kemungkinan besar tidak. Di dalam diri mereka kita mulai melihat mengapa Allah punya kepedulian yang lebih besar daripada membebaskan kita dari penderitaan; kepeduliaan Allah yang paling besar adalah keselamatan umat-Nya.
DISIPLIN ALLAH
Penulis Ibrani di dalam Perjanjian Baru mengembangkan gagasan yang sama. Dalam pasal 11, "Tempat-Terkenal Untuk Iman," ia menulis, "Dan apakah lagi yang harus aku sebut? Sebab aku akan kekurangan waktu, apabila aku hendak menceriterakan tentang Gideon, Barak, Simson, Yefta, .…" (Ibrani 11:32). Itu merupakan daftar para hakim! Dengan memakai mereka sebagai model iman, ia menulis tentang perlunya bertahan melewati penderitaan seperti yang dicontohkan oleh Yesus ketika Ia menghampiri salib (Ibrani 12:2). Lalu, setelah mengutip Amsal 3:11, 12, penulis Ibrani menulis satu paragraf yang dengan baiknya bisa berfungsi sebagai catatan kaki untuk pasal ketiga kitab Hakim-Hakim:
"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukankamusepertianak.Dimanakahterdapatanak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya:…Dia menghajarkitauntukkebaikankita,supayakitaberolehbagian dalamkekudusan-Nya.Memangtiap-tiapganjaranpadawaktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya." Ibrani 12:7-11
Penulis Ibrani tidak sedang berusaha menjelaskan semua bentuk penderitaan dan kesengsaraan. Namun begitu, di sini dinyatakan kebenaran bahwa Allah punya kepedulian yang lebih besar daripada membebaskan kita dari penderitaan; kepeduliaan Allah yang paling besar adalah keselamatan umat-Nya.
Bagaimanakah kita bisa memahami aspek hubungan kita dengan Allah ini? Upaya apa saja untuk menggambarkan kebenaran ini akan menjadi sangat sederhana dan sayangnya tidak akan memadai, tetapi mungkin hal itu merupakan sesuatu seperti pengalaman seorang anak kecil yang dibawa ke ruang dokter untuk imunisasi. Saya mengalami hal ini setidaknya dengan salah satu anak perempuan kami (sebelum saya belajar menemukan pelbagai alasan kreatif untuk tidak menyaksikan suntikan yang mengerikan itu). Kejadian itu merupakan drama yang menyedihkan hati. Anak itu dibawa ke ruang dokter, dan semuanya masih berjalan baik. Tanpa mengantisipasi apapun juga, anak perempuan kami itu tersenyum dan tertawa tanpa rasa takut sama sekali. Jururawat memanggil nama anak itu, dan orang tuanya membawa dia ke ruang periksa. Di situ masih belum ada kekuatiran pada diri anak itu; bapak dan ibu ada di situ, dan dimana-mana semuanya masih berjalan baik. Dokter masuk, memeriksa anak itu, memerintahkan imunisasi, dan meninggalkan ruangan. (Ketika waktu untuk menyuntik tiba, kebanyakan dokter adalah pengecut, seperti halnya kaum bapak!) Jururawat itu menyeka kaki kecil-gemuk anak itu dengan alkohol; anak perempuan itu masih belum menunjukkan rasa takut. Saat obat disedot alat suntik, dan kaki itu dipegangi; anak itu masih tersenyum. Lalu, saat yang menentukan tiba. Jarum suntik itu ditusukkan ke dalam daging yang lembut, dan senyuman anak itu berubah menjadi keterkejutan, keterkejutan menjadi rasa sakit, dan rasa sakit menjadi jeritan yang menakutkan setiap orang di ruang tunggu itu. Setelah itu, anak itu bukanlah satu-satunya orang yang wajahnya berlinang air mata. Sang ayah, ibu, dan jururawat itu semuanya ikut menangis dalam rasa simpati terhadap penderitaan anak kecil itu. Saya tidak tahu apa yang terpikir oleh anak-anak kecil pada saat itu, namun saya tahu apa yang saya baca dalam mata anak perempuan saya yang penuh air mata. Saya melihat tatapan permohonan, "Mengapakah ayah mengkhinatiku? Betapa teganya ayah melukaiku seperti ini?" Bagi orang tua, bagian yang paling menyakitkan dari keseluruhan pengalaman itu adalah bahwa tidak ada kata-kata untuk menjelaskan mengapa mereka sudah melakukan hal itu. Anak kecil itu belum bisa memahami bahwa tindakan itu sebenarnya merupakan tindakan kasih yang dilakukan untuk melindungi dia dari penderitaan yang lebih besar yang disebabkan penyakit difteri, batuk keras terus-menerus, tetanus, hepatitis, atau radang selaput otak.
Mungkin sepuluh atau lima belas tahun lagi mereka akan mengerti, tetapi tidak pada hari penyuntikan itu! Saya bertanya-tanya apakah Bapa sorgawi yang melihat adegan kecil itu tidak bergumam kecil, "Kini kamu tahu bagaimana perasaan-Ku mengenai hal-hal yang melukaimu, anak-Ku." Tidak ada bahasa manusia yang memadai untuk mengomunikasikan pelbagai maksud-Nya. dan pemahaman secara penuh harus menunggu beberapa waktu nanti.
Jadi, penderitaan bisa memiliki beragam makna. Kadang-kadang penderitaan adalah jahat; kadang-kadang penderitaan adalah tragis; kadang-kadang penderitaan adalah fatal. Namun begitu, kadang-kadang penderitaan adalah pendisiplinan penuh kasih dari Allah kita, yang—dengan linangan air mata dalam mata-Nya—menusukkan jarum suntik ke dalam jiwa kita, dengan kesadaran bahwa meskipun kita sekarang ini tidak memahami, suatu hari nanti kita akan mengerti bahwa tindakan itu dilakukan untuk keselamatan kita! Dengan percaya penuh akan hal ini, kita bisa berkata dengan rasul yang mengalami begitu banyak penderitaan di dalam hidupnya, "Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita" (Roma 8:18).
TFTWMS: Hakim-hakim (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Max Lucado, On The Anvil (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1985), 50.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada ...
Catatan Akhir:
- 1 Max Lucado, On The Anvil (Wheaton, Ill.: Tyndale House Publishers, 1985), 50.
Pengarang: Bruce McClarty
Hak Cipta © 2011 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel
sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah za
HAKIM-HAKIM
PENGANTAR
Buku Hakim-hakim berisi kisah-kisah dari suatu zaman dalam sejarah Israel sebelum bangsa itu menjadi suatu kerajaan. Itulah zaman antara pendudukan Kanaan dan berdirinya kerajaan Israel. Kisah-kisah tersebut adalah mengenai hal-hal yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan bangsa. Mereka lazimnya disebut hakim, tetapi kebanyakan dari mereka sebenarnya adalah pemimpin-pemimpin militer, dan bukan hakim menurut arti yang biasa. Salah seorang dari para pahlawan itu, yang sangat terkenal, ialah Simson. Kisahnya terdapat dalam Pasal 13-16 (Hak 13:1-16:31).
Ajaran utama dari buku ini ialah bahwa hanya dengan setia kepada Tuhan, umat Israel dapat bertahan terus; tetapi bila mereka meninggalkan Tuhan, mereka selalu mendapat kesukaran besar. Namun dalam masa yang demikian pun Allah selalu bersedia menolong umat-Nya apabila mereka bertobat dari dosa-dosa mereka dan beribadat kepada Allah.
Isi
- Peristiwa-peristiwa yang terjadi sampai pada kematian Yosua
Hak 1:1-2:10 - Pemimpin-pemimpin Israel
Hak 2:11-16:31 - Berbagai-bagai peristiwa
Hak 17:1-21:25
Ajaran: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan
kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup d
Tujuan
Supaya dengan melihat isi kitab Hakim-hakim setiap anggota jemaat mengerti akan kebesaran kasih Allah dalam mengampuni umat-Nya, yang hidup dalam perbuatan dosa. Dan sekaligus melihat keadilan Allah dalam menghukum perbuatan-perbuatan dosa.
Pendahuluan
Penulis : Penulis kitab Hakim-hakim tidak disebutkan dengan jelas, tetapi ada kemungkinan penulisnya adalah Samuel.
Isi Kitab: Kitab Hakim-hakim terdiri dari 21 pasal. Kitab Hakim-hakim menceritakan keadaan umat Allah yang hidup dengan menuruti kemauannya sendiri dan memperlihatkan keadaan umat-Nya yang melupakan Dia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Hakim-hakim
Pasal 1-3 (Hak 1:1-3:4).
Keadaan bangsa Israel sesudah kematian Yosua Dalam bagian pertama ini terlihat suatu putaran yang terjadi dalam kehidupan bangsa ini. Mereka berbuat dosa sehingga Tuhan memberikan hukuman. Di dalam penderitaan mereka berteriak minta tolong, maka Tuhan menjawab doa mereka dengan mengutus hakim-hakim untuk memimpin dan melindungi mereka. Tetapi setelah hakim itu mati, mereka berbuat jahat lagi. Oleh karena itu Tuhan memberi hukuman lagi supaya mereka harus tetap menurut jalan yang dikehendaki oleh Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 2:6-14. Mengapakah bangsa Israel dihukum oleh Allah? Dan apakah hukumannya?
- Bacalah pasal Hak 2:16-19. Apakah maksud Tuhan dengan memberikan hakim-hakim pada umat-Nya? Dan bagaimanakah perbuatan umat Allah ini setelah Haki tersebut mati?
Pasal 3-16 (Hak 3:5-16:31).
Riwayat Hakim-hakim dan pekerjaannya
Hakim-hakim yang diutus oleh Tuhan berjumlah 12 orang. Ada 6 hakim besar yaitu yang menghasilkan banyak kemenangan. Mereka itu adalah Otniel, Ehud, Debora, Gideon, Jefta dan Simson. Ada juga 6 hakim kecil yang menghasilkan kemenangan tapi tidak banyak yang tertulis mengenai mereka. Mereka itu adalah Samgar, Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 6:14. Melalui panggilan Gideon ini, apakah pekerjaan yan ditugaskan oleh Allah kepada Hakim-hakim?
- Apakah persoalan yang menjadi dasar bangsa Israe menderita? (Hak 8:33-34).
Pasal 17-21 (Hak 17:1-21:25).
Dua contoh kehidupan umat Allah, dalam perbuatan yang bejat
Bagian ini menjelaskan tentang: pertama, perbuatan Mikha dengan patungannya, yang mengakibatkan bangsa Israel menyembah berhala.
Dan kedua, dosa perzinahan yang sangat keji dari suku Benyamin, yang mengakibatkan terjadi perang saudara di antara bangsa Israel.
Pendalaman
- Bacalah pasal Hak 18:24,31. Berilah pendapat saudara terhadap perkataan pemili patung dalam pasal Hak 18:24.
- Bacalah pasal Hak 20:1-11. Apakah perbuatan dosa itu? Dan apakah akibatnya?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Hakim-hakim mengajarkan kegagalan umat Allah dalam mentaati perjanjiannya kepada Allah dan akibat yang harus mereka alami dari ketidaktaatan itu.
Walaupun Allah melihat umat-Nya gagal dalam berjalan mengikut Dia karena ketidaktaatan, tetapi Dia tetap mengasihi umat-Nya dengan memberi penyelamatan untuk berdiri dari kejatuhannya.
Penderitaan kadang kala merupakan cara Allah mengajar umat-Nya yang tidak mau taat kepada-Nya.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Hakim-hakim?
- Apakah isi kitab Hakim-hakim?
- Siapakah nama Hakim-hakim umat Allah?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dari mempelajari kita Hakim-hakim?
Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIMHakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Is
Lingkaran Dosa
HAKIM-HAKIM
Hakim-hakim merupakan kitab yang penting karena memberikan gambaran mengenai hubungan antara Yosua, yang memimpin bangsa Israel masuk ke Kanaan, dengan Saul, Daud dan raja-raja Israel lainnya. Selama masa hakim-hakim, Israel lambat laun belajar untuk menjadi suatu bangsa dan bukan lagi sebagai dua belas suku yang berdiri sendiri-sendiri.
PENULISNYA
Kita tidak tahu siapa penulis kitab itu. Mungkin juga dikumpulkan dari catatan-catatan pada masa itu dan lama sesudahnya baru diterbitkan. Tiga kali dinyatakan dalam kitab itu bahwa "pada masa itu Israel tidak mempunya raja" (Hak 17:6; 18:1; 21:25), hal ini mengisyaratkan bahwa kitab itu diterbitkan beberapa waktu sesudah kerajaan dibentuk.
SIAPA HAKIM-HAKIM ITU?
Judul kitab itu agak membingungkan, karena kedua belas "hakim-hakim" itu tidak semata-mata mengurusi masalah hukum; mereka adalah para pangeran yang diilhami oleh Roh Kudus untuk memberikan semacam kepemimpinan karismatis pada saat-saat diperlukan. Ada dua belas hakim, dan yang menarik ialah bahwa Yefta menyebut Allah sebagai "Tuhan, Hakim" (Hak 11:27), memakai panggilan yang sama seperti yang diberikan kepada para hakim. Mereka menyadari bahwa mereka dipimpin oleh kuasa ilahi dan bukan semata-mata pilihan manusia.
LINGKARAN DOSA
Kitab ini terdiri dari pendahuluan (Hak 1:1-2:5) dan lampiran (Hak 17:1-21:25), dan sisanya berisi kisah dari kedua belas hakim dan enam masa penindasan. Lingkaran peristiwa yang terjadi:
1. Rakyat hidup sejahtera. Tidak ada keperluan khusus dengan Allah. Oleh karena itu, Allah ditinggalkan dan ilah-ilah dari negara tetangga yang kafir mengambil alih kedudukan Allah.
2. Penindasan. Allah meninggalkan mereka menurut kemauan mereka sendiri. Allah membiarkan mereka mengurus diri mereka sendiri! Moab dan Amon, bangsa Filistin dan orang Midian semuanya berbalik menyerang Israel.
3. Pertobatan. Israel mengakui kesalahan mereka dan berbalik kepada Allah, memohon pengampunan. Setiap kali Allah selalu bersedia mengampuni dan memulihkan mereka.
4. Pembebasan. Seorang hakim muncul untuk membebaskan umat Allah. Setiap kali jelas bahwa Allahlah yang menyelamatkan melalui hakim itu.
5. Rakyat kembali hidup sejahtera... lingkaran dosa berulang kembali.
Pesan
Lingkaran dosa digambarkan dalam Hak 6:1-8:35
1. Tujuh tahun di bawah penindasan.
Perhatikan bagaimana kondisi bangsa Israel yang merosot tajam, hidup bagaikan orang gua di gunung-gunung sebelum mereka bersedia memohon pertolongan Allah. Hak 6:1-6
2. Tugas tanpa pamrih
Para hakim mendapatkan kemuliaan sebagai penyelamat dan menerima pernyataan terima kasih dari umat Allah. Nabi yang tak bernama ini mendapat tugas tidak enak untuk menyampaikan pesan Allah tentang penghakiman. Tetapi, ia melakukan apa yang diperintahkan Allah kepadanya. Hak 6:7-10
3. Tuhan menampakkan diri kepada Gideon
Apabila Allah menyelamatkan, hal itu harus dianggap sebagai penyelamatan Allah, bukan manusia (lihat Ula 7:6-11), dan oleh karenanya Allah memilih seorang yang tidak terkenal, Gideon, seorang yang dapat dipakai-Nya, yang tidak akan memegahkan dirinya. Hak 6:11-24
4. Suatu keputusan yang amat penting
Gideon masih harus menyatakan siapa dirinya. Dia harus membuat langkah yang pantang surut: ia menantang Baal dan berpihak kepada Allah. Perhatikan bagaimana pembelaan ayahnya ketika penduduk kota akan menghukum Gideon karena telah menghancurkan altar Baal: "Jika Baal itu allah, biarlah ia berjuang membela dirinya sendiri, setelah mezbahnya dirobohkan orang!". Tetapi, ia tidak dapat melakukannya karena ia bukan Allah. Hak 6:25-32
5. Peletakan guntingan bulu domba
Tetapi, dapat dimengerti jika Gideon mempunyai keraguan. Lihatlah betapa sabar Allah terhadapnya, dan dorongan semangat yang diperlukan Gideon. Hak 6:33-40
6. Orang Midian dikalahkan
Prajurit mereka seperti belalang banyaknya (Hak 7:12). Gideon hanya mempunyai 32.000 tentara. Jumlah ini cukup besar bagi pasukan Israel. Dikurangi hingga menjadi 10.000 ketika orang-orang yang takut pulang. Dikurangi lagi sampai mencapai 300 ketika mereka yang tidak waspada dikirim pulang. Tetapi, 300 tentara disertai Allah sudah cukup. Hak 7:1-25
7. Gideon menghadapi lebih banyak masalah
Suku Efraim ingin diikutsertakan dalam kemenangan (meskipun mereka mungkin tidak terlalu bersemangat sebelum pertempuran dimulai). Catatlah bagaimana Gideon mengendalikan reaksinya terhadap provokasi langsung itu. Dan, orang Sukot tidak membantu Gideon. Mereka ingin memastikan hasil peperangan sebelum memihak kepada salah satu pasukan. Oleh karena itu, Gideon berjuang tanpa mereka. Tetapi, mereka kehilangan kesukaan berada di pihak yang menang. Hak 8:1-21
8. Gideon menjadi masalah
Tragedi: kemenangan telah memalingkan kepalanya. Ataukah emas yang telah memalingkan kepalanya; emas yang merebut kedudukan Allah? Hak 8:22-27
9. Kematian Gideon.
Rakyat kembali menyembah Baal. Hak 8:28-35
Penerapan
1. Kelemahan manusia yang tidak ditopang
Kitab Hakim-hakim meliputi suatu periode selama kurang lebih 400 tahun. Dalam jangka waktu yang relatif singkat ini dua belas orang penyelamat harus dicari untuk menyelamatkan bangsa Israel dari akibat perbuatan mereka. Mereka bukannya tidak tahu fakta sejarah. Mereka seharusnya tahu apa yang selalu terjadi apabila mereka meninggalkan Allah. Namun demikian, berkali-kali mereka menjalani rute yang sama, yaitu rute pemberontakan. "Yang kita pelajari dari sejarah ialah bahwa kita tidak pernah belajar apa pun dari sejarah". Secara rohani, hal ini rupanya benar. Manusia tanpa Allah tidak berdaya. Orang Kristen tanpa Roh Allah tidak dapat menguasai keadaan. Kitab Hakim-hakim memberikan kepada kita suatu pelajaran yang tidak dapat disangkal, yang menunjukkan betapa kita memerlukan seorang Penyelamat.
2. Anugerah Allah yang tidak layak kita terima.
Pelajaran penting kedua yang kita dapat dari Hakim-hakim ialah bahwa Allah selalu dan dengan tanpa syarat siap untuk mengampuni dan menyelamatkan orang bertobat (Yes 65:1-3). Tetapi, pelajaran kedua ini juga merupakan peringatan kepada kita bahwa kita diharapkan untuk menunjukkan kemurahan yang sama kepada sesama. Lebih dari itu jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak dapat berharap untuk diampuni (Mat 6:15).
3. Para pemimpin perlu bersikap rendah hati
Pelajaran penting ketiga dari Hakim-hakim ialah bahwa Allahlah yang menghakimi dan menyelamatkan, bukan manusia. Mudah bagi para pemimpin untuk menganggap bahwa Allah memerlukan mereka, atau gereja memerlukan mereka; dan bahwa mereka sangat dibutuhkan. Perhatikan bagaimana Allah memilih Gideon, orang yang paling tidak diindahkan dalam keluarganya dan yang paling tidak dianggap dalam sukunya. Allah ditambah dengan orang tidak terkenal berarti kuasa!
Tema-tema Kunci
1. Bahaya sinkretisme
Sinkretisme berarti mencampurbaurkan segala sesuatu; yang baik dan yang jahat. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah dengan yang manusiawi. Ketika bangsa Israel memasuki Kanaan, mereka menemukan banyak agama yang dapat mereka pilih. Tampaknya dewa-dewa orang Kanaan dapat membantu mereka untuk bertani dengan baik dan bertempur dalam peperangan. Tetapi, tata ibadah mereka sungguh-sungguh melanggar kesusilaan. Orang Kanaan tetap tinggal di situ dan bekerja pada orang Israel (Hak 1:28, 30, 33, 35). Tetapi, agama orang Kanaan lambat laun memperlemah bangsa Israel, dan merampas mereka dari Allah. Perhatikan kata-kata Tuhan Yesus: "Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon" (Mat 6:24). Pelajari pengajaran Alkitab mengenai penyelewengan (misalnya: 1Ko 5; 2Ko 6:14-18; 1Yo 2:15-17).
2. Keputusan yang amat penting.
Orang Kristen diubahkan dari suatu cara hidup yang lama kepada cara hidup yang lain. Sering kali perubahan ini menyebabkan krisis. Kita tahu bahwa setelah diubahkan tidak ada jalan untuk berbalik. Ini dapat berarti melakukan sesuatu yang baru, misalnya pergi ke gereja. Mungkin juga hal itu berarti membagi-bagikan harta. Bagi Gideon ini berarti meruntuhkan sebuah patung dewa. Tidak mungkin hanya mencoba-coba menjadi Kristen untuk melihat apakah sesuai dengan keinginan kita. Seperti halnya Gideon yang membatalkan niatnya untuk mengundurkan diri lalu menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, demikian juga halnya dengan kita ketika kita datang kepada Kristus. Pelajari beberapa keputusan penting yang ada dalam Alkitab. Perhatikan para tukang sihir yang membakar buku-buku sihir mereka (Kis 19:19); Rut yang tinggal bersama ibu mertuanya (Rut 1:1-18); dan Rahab yang memutuskan untuk memberikan perlindungan kepada mata-mata Yosua (Yos 2:1-21); Yos 6:22-25). Keputusan penting apa saja yang dapat Anda pikirkan bagi orang yang menjadi Kristen dewasa ini?
3. Pertobatan
Pertobatan merupakan satu-satunya syarat bagi pembebasan bangsa Israel. Tetapi, apakah sebenarnya pertobatan? Gunakanlah konkordansi untuk mempelajari tema yang sangat penting di dalam Alkitab ini. Berikut ini beberapa ayat untuk memulai telaah Anda: Mat 21:28-32; Luk 15:3-7, 17-20; 2Sa 12:7-17; Maz 51; 1-10; Kis 8:20-22; 2Ko 7:9-11.
Garis Besar Intisari: Hakim-hakim (Pendahuluan Kitab) [1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21Yehuda dan Simeon merintis jalan
Hak 1:22-25Yusuf mengikuti jejak mereka
Hak 1:26-36Keberhasilan yang
[1] PENDUDUKAN KANAAN Hak 1:1-2:5
Hak 1:1-21 | Yehuda dan Simeon merintis jalan |
Hak 1:22-25 | Yusuf mengikuti jejak mereka |
Hak 1:26-36 | Keberhasilan yang terbatas: akibat kompromi |
Hak 2:1-5 | Hari depan yang terbatas: respons Tuhan terhadap kompromi |
[2] PEMERINTAHAN KEDUA BELAS HAKIM Hak 2:6-16:31
Hak 2:6-9 | Penjelasan: kematian Yosua |
Hak 2:10-23 | Lingkaran dosa dijelaskan |
Hak 3:1-6 | Lingkungan yang tidak ramah akibat kompromi |
Hak 3:7-11 | Hakim pertama, Otniel |
Hak 3:12-14 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 3:15-25 | Hakim kedua, Ehud |
Hak 3:26-30 | Keadaan damai selama delapan puluh tahun |
Hak 3:31 | Hakim ketiga, Samgar |
Hak 4:1-3 | Berada dalam penindasan selama dua puluh tahun |
Hak 4:4, 5 | Hakim keempat, Debora |
Hak 4:6-10 | Barak di bawah perintahnya |
Hak 4:11-24 | Sisera, komandan tentara Kanaan dibunuh oleh seorang wanita |
Hak 5:1-31 | Sebuah duet |
Hak 6:1-6 | Berada dalam penindasan selama tujuh tahun |
Hak 6:7-24 | Hakim kelima, Gideon |
Hak 6:25-32 | Tantangan kepada Baal |
Hak 6:33-40 | Peletakan guntingan bulu domba |
Hak 7:1-25 | Orang Midian dikalahkan |
Hak 8:1-21 | Masalah yang dihadapi Gideon bertambah |
Hak 8:22-27 | Gideon menjadi masalah |
Hak 8:28-35 | Kematian Gideon |
Hak 9:1-57 | Anak laki-laki Gideon mengambil alih pimpinan |
Hak 10:1-2 | Hakim keenam, Tola |
Hak 10:3-5 | Hakim ketujuh, Yair |
Hak 10:16-18 | Berada dalam penindasan selama delapan belas tahun |
Hak 11:1-33 | Hakim ke delapan Yefta |
Hak 11:34-40 | Akibat yang luar biasa dari sumpah yang diucapkan dengan tergesa-gesa |
Hak 12:1-7 | Keluhan suku Efraim |
Hak 12:8-15 | Tiga hakim kecil: Ebzan, Elon dan Abdon |
Hak 13:1-25 | Hakim kedua belas, Simson |
Hak 14:1-20 | Perkawinannya, dan suatu tipu muslihat |
Hak 15:1-20 | Pembalasan Simson |
Hak 16:1-22 | Simson dan Delila |
Hak 16:23-31 | Kematian Simson |
[3] BUNGAI RAMPAI SEJARAH Hak 17:1-21:25
Hak 17:1-18:31 | Mikha dan suku Dan |
Hak 19:1-21:25 | Perang saudara |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi