Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
BIS -> Why 21:17
BIS: Why 21:17 - enam puluh meter enam puluh meter: secara harfiah: 144 hasta; mungkin angka ini mempunyai arti simbolis.
enam puluh meter: secara harfiah: 144 hasta; mungkin angka ini mempunyai arti simbolis.
Ref. Silang FULL -> Why 21:17
· ukuran manusia: Wahy 13:18
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
Hagelberg: Why 21:17 - -- 21:17 Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta,682 menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Menurut pasal 21:12, "...
21:17 Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta,682 menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Menurut pasal 21:12, "temboknya besar lagi tinggi". Mengingat bahwa Kota Yerusalem Baru begitu besar, mungkin saja ukuran seratus empat puluh empat hasta ini menunjuk pada lebar tembok bagian atas, dan bukan tinggi tembok tersebut. Mungkin yang pokok dalam ayat ini bukanlah rasio antara tembok dan kota, tetapi angka 144. Dengan angka ini kita kembali pada angka dua belas, yang merujuk kepada manusia. Ukuran Kota Yerusalem Baru menekankan unsur manusia, dan bukan unsur Allah.
2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
Hagelberg: Why 21:17 - -- 21:17 Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta,682 menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Menurut pasal 21:12, "...
21:17 Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta,682 menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat.
Menurut pasal 21:12, "temboknya besar lagi tinggi". Mengingat bahwa Kota Yerusalem Baru begitu besar, mungkin saja ukuran seratus empat puluh empat hasta ini menunjuk pada lebar tembok bagian atas, dan bukan tinggi tembok tersebut. Mungkin yang pokok dalam ayat ini bukanlah rasio antara tembok dan kota, tetapi angka 144. Dengan angka ini kita kembali pada angka dua belas, yang merujuk kepada manusia. Ukuran Kota Yerusalem Baru menekankan unsur manusia, dan bukan unsur Allah.
Hagelberg: Why 21:1--22:5 - -- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
Penglihatan yang terakhir ini terjadi sesudah Penghukuman Takhta Putih, dan juga sesudah Kerajaan S...
D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
Penglihatan yang terakhir ini terjadi sesudah Penghukuman Takhta Putih, dan juga sesudah Kerajaan Seribu Tahun. Bumi dan langit yang lama sudah tidak ada lagi. Peralihan ini, antara Kerajaan Seribu Tahun dan kerajaan yang kekal (dengan "langit yang baru dan bumi yang baru") juga diceritakan dalam 1 Korintus 15:24, yang berbunyi, "Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan, dan kekuatan." Dalam penglihatan ini Yerusalem yang baru dinyatakan sebagai pusat dari ciptaan baru.
Hagelberg: Why 4:1--22:21 - -- III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi s...
III. Bagian Ketiga: \"... apa yang akan terjadi sesudah ini...\" (4:1-22:21)
Dengan membandingkan Wahyu 1:19 ("Tuliskanlah... apa yang akan terjadi sesudah ini") dan 4:1 ("Naiklah kemari dan Aku akan menunjuk kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini") kita mengetahui bahwa pasal 4 merupakan permulaan dari bagian ketiga. Bagian ketiga ini akan menceritakan "apa yang akan/harus terjadi sesudah" hal-hal mengenai ketujuh jemaat. Apa yang dibahas dalam pasal 1-3 sudah terjadi. Ketujuh jemaat itu sudah tidak ada lagi, sedangkan apa yang digambarkan dalam pasal 4-22 belum terjadi.
Fungsi bagian ini:
Memang Tuhan Yesus sudah menjanjikan pahala yang indah dan hebat kepada yang setia, kepada "barangsiapa yang menang", kepada "yang menuruti apa yang tertulis di dalam" Kitab Wahyu. Dalam bagian ketiga ini dibuktikan bahwa janji-janji itu bukan omong kosong, tetapi Dia mampu menggenapi janji-Nya, karena Dia akan mengalahkan musuh-Nya dan mendirikan Kerajaan-Nya. Juga, mereka yang menganiaya anggota jemaat Kristus akan dikalahkan oleh Raja atas segala raja, sehingga mereka yang dianiaya akan dihibur dan didorong untuk setia di dalam penganiayaan.
Struktur bagian ini:
Struktur bagian ini dapat dibagi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut:
Visi Takhta sebagai Pendahuluan, 4:1-5:14
Masa Kesengsaraan, 6:1-20:3
Kerajaan Seribu Tahun, 20:4-15
Yerusalem yang Baru, 21:1-22:5
Penjelasan Akhir dari Penglihatan, 22:6-17
Bagian Penutup dari Kitab, 22:18-21
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Why 21:9-27
Matthew Henry: Why 21:9-27 - Penglihatan mengenai Yerusalem Baru Penglihatan mengenai Yerusalem Baru (21:9-27)
Sekarang kita tiba pada penglihatan itu sendiri.
I. Orang yang membuka penglihatan Rasul Y...
Penglihatan mengenai Yerusalem Baru (21:9-27)
- Sekarang kita tiba pada penglihatan itu sendiri.
- I. Orang yang membuka penglihatan Rasul Yohanes (ay. 9). Allah memiliki beragam pekerjaan dan tugas bagi malaikat-malaikat-Nya yang kudus. Mereka siap sedia melaksanakan setiap tugas yang mereka terima dari Allah.
- II. Tempat yang di atasnya Rasul Yohanes mendapat penglihatan yang penuh kemuliaan ini. Ia dibawa ke atas sebuah gunung. Orang-orang yang mau mendapat penglihatan yang jelas mengenai sorga harus mendekat semampu mereka ke sorga, ke gunung penglihatan.
- III. Apa yang dilihatnya (ay. 10). Jemaat Allah dalam keadaannya yang mulia, sempurna, penuh kemenangan.
- 1. Bagian luar kota itu, yakni temboknya dan pintu gerbangnya.
- (1) Tembok untuk keamanan. Sorga itu aman baik tempat maupun keadaannya. Tinggi temboknya (ay. 17), cukup sebagai hiasan dan untuk keamanan. Bahannya: bagaikan permata yaspis (ay. 11). Kota ini memiliki tembok yang tidak dapat ditembus serta juga sangat mulia. Bentuknya: di Yerusalem baru segala sesuatu sama murni dan sempurnanya. Ukuran dari temboknya (ay. 15-16). Di sini ada cukup ruangan untuk seluruh umat Allah, Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Dasar-dasar atau fondasi dari tembok itu (ay. 19). Fondasi-fondasi digambarkan menurut jumlah mereka, dua belas, menunjuk kepada kedua belas rasul (ay. 14). Bahan dari fondasi-fondasi ini, banyak macam dan mulia, dibuat dari dua belas jenis batu mulia.
- (2) Pintu gerbang untuk masuk. Sorga bukan tempat yang tidak dapat dimasuki. Ada izin masuk cuma-cuma bagi semua orang yang dikuduskan. Jumlah pintu gerbangnya, dua belas pintu gerbang, menurut jumlah kedua belas suku Israel. Semua orang Israel sejati diberi jalan masuk ke dalam Yerusalem baru. Para penjaganya, dua belas malaikat, untuk memperbolehkan dan menyambut beberapa suku Israel rohani. Tulisan pada pintu gerbang, nama kedua belas suku Israel, untuk menunjukkan bahwa mereka mempunyai hak atas pohon kehidupan dan untuk masuk ke dalam kota melalui pintu-pintu gerbang itu. Keadaan di pintu-pintu gerbang. Sebagaimana kota itu mempunyai empat persegi yang sama besarnya, yang menunjuk pada keempat penjuru dunia, demikian pula pada tiap persegi itu terdapat tiga pintu gerbang, yang menandakan bahwa ada jalan masuk cuma-cuma dari setiap penjuru dunia. Bahan-bahan dari pintu-pintu gerbang ini. Semuanya terbuat dari mutiara, setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara. Kristus adalah mutiara yang agung harganya, dan Dia adalah jalan kita menuju Allah. Tidak ada sesuatu apa pun di dunia ini yang cukup megah untuk menandingi kemuliaan sorga.
- 2. Bagian dalam dari Yerusalem baru (ay. 22-27). Hal pertama yang kita amati adalah jalanan kota itu (ay. 21). Para kudus di sorga berjalan di atas emas. Para kudus di sana ada dalam keadaan beristirahat, tetapi bukan sekadar istirahat yang diam begitu saja, tetapi dalam keadaan bergerak penuh keceriaan: Dan bangsa-bangsa akan berjalan di dalam cahayanya. Mereka berjalan dengan Kristus dalam baju lenan putih. Mereka bersekutu tidak hanya dengan Allah, tetapi juga satu sama lain.
- (1) Bait Suci Yerusalem baru, bukan bait dari benda, sebab Allah, Tuhan Yang Mahakuasa, adalah Bait Sucinya, demikian juga Anak Domba itu.
- (2) Cahaya dari kota ini (ay. 23). Cahaya matahari tidak diperlukan, sebab kemuliaan Allah meneranginya dan Anak Domba itu adalah lampunya. Tidak perlu matahari atau bulan, seperti kita di sini tidak perlu menyalakan lilin di siang hari terang.
- (3) Para penghuni kota ini. Jumlah mereka, yaitu seluruh bangsa-bangsa dari jiwa-jiwa yang diselamatkan. Semua orang banyak yang dimeterai di bumi diselamatkan di sorga. Martabat mereka, beberapa adalah raja-raja dan para pemimpin ketika di bumi. Allah akan memiliki beberapa dari segala derajat dan tingkatan manusia untuk memenuhi istana-istana sorgawi, tinggi dan rendah. Mereka terus-menerus masuk ke dalam kota ini: pintu-pintu gerbangnya tidak akan ditutup. Mereka yang dikuduskan selalu menemukan pintu-pintu gerbang terbuka.
- (4) Perlengkapan kota ini: kekayaan dan hormat bangsa-bangsa akan dibawa kepadanya. Apa saja yang unggul dan bernilai di dunia ini akan dinikmati di sana dalam jenis yang lebih diperhalus dan dalam derajat yang jauh lebih unggul.
- (5) Kemurnian sejati tanpa campuran dari semua orang yang menjadi milik Yerusalem baru (ay. 27). Di sana tidak akan ada ketidakmurnian yang tersisa dalam diri para kudus. Sekarang di bumi ini mereka merasa sedih dengan kebejatan yang bercampur dengan segala kasih karunia yang mereka miliki, tetapi ketika mereka masuk ke dalam tempat kudus nanti, mereka dibasuh dalam bejana pembasuhan yang berisi darah Kristus, dan dipersembahkan kepada Bapa tanpa noda. Di sana orang-orang yang tidak murni tidak akan diakui di antara mereka. Di Yerusalem baru ada sebuah perhimpunan yang sepenuhnya murni. Bebas dari segala sesuatu yang duniawi. Tidak ada orang yang melakukan kekejian yang diperbolehkan masuk sorga. Bebas dari kemunafikan, dari segala kebohongan. Mereka tidak dapat menerobos masuk ke dalam Yerusalem baru.
SH: Why 21:5--22:5 - Kota yang mulia (Kamis, 21 November 2002) Kota yang mulia
Banyak orang Kristen yang ingin menjadikan dunia ini sebagai
"Kota Allah". Mereka berusaha mempengaruhi kebudayaan dan
poli...
Kota yang mulia
Banyak orang Kristen yang ingin menjadikan dunia ini sebagai "Kota Allah". Mereka berusaha mempengaruhi kebudayaan dan politik, membuat kehidupan dalam masyarakat menjadi lebih mulia. Itu adalah sesuatu yang baik. Namun, tidak boleh diabaikan pula bahwa gambaran tentang kota yang mulia dalam kitab Wahyu bukanlah sesuatu yang eksternal, namun internal. Kota yang mulia adalah orang-orang Kristen itu sendiri. Warisan-warisan agung keselamatan dan persekutuan dengan Allah (bdk. pasal 2-3: keamanan, tempat tinggal, kuasa, makanan, pakai-an, dan sebuah nama baru), hanya akan diberikan kepada mereka yang menjadi penakluk-penakluk ujian iman. Allah akan menjadi Bapa mereka (ayat 21:7). Sebaliknya, mereka yang berkompromi dengan dosa akan dilempar ke dalam penghukuman kekal.
Orang-orang yang menang bagaikan sebuah kota mulia yang turun dari
surga, selain gemilang dengan batu-batuan yang mahal (ayat
Kehadiran Allah dan Kristus akan menjadi sempurna dalam kota itu, dan Bait Allah secara jasmani tidak diperlukan (ayat 21:22-27). Di dalamnya kemuliaan Allah terpancar penuh dalam terang abadi. Semua umat pilihan Allah yang tercatat dalam buku kehidupan akan mempersembahkan diri mereka. Mereka akan disembuhkan, dipulihkan secara penuh (ayat 22:1-5). Kesempurnaan, kemuliaan, keindahan, kegemilangan akan menjadi bagian mereka selamanya.
Renungkan:
Seiring dengan mewujudkan kota Allah dalam dunia ini, Anda perlu
mengingat bahwa Anda pun harus hidup dalam kemuliaan.
Bertekunlah dalam kebenaran sampai kemuliaan abadi tiba!
SH: Why 21:9--22:5 - Yerusalem baru (Rabu, 20 Desember 2006) Yerusalem baru
Bila Babel melambangkan manusia-manusia yang terbelenggu dan dimurkai
Allah, maka Yerusalem baru adalah manusia umat yang sudah d...
Yerusalem baru
Bila Babel melambangkan manusia-manusia yang terbelenggu dan dimurkai Allah, maka Yerusalem baru adalah manusia umat yang sudah ditebus Kristus, milik Allah sendiri. Perikop terdahulu (21:1-8) menggambarkan lingkungan baru yang menjadi tempat umat Tuhan menikmati kekekalan, maka perikop ini menguraikan seperti apakah kehidupan umat Tuhan dalam langit dan bumi baru kelak.
Pertama, umat Tuhan penuh kemuliaan Allah (21:11-14). "Yerusalem", temboknya, pintu-pintu gerbangnya, bahkan batu-batu fondasinya memancarkan cahaya kemuliaan Allah yang tidak bisa dibandingkan dengan permata terindah sekalipun. Kedua, umat Tuhan penuh kekudusan Allah (15-21). Kota itu berbentuk kubus, sama seperti ruang maha kudus, tempat Allah bersemayam di bait Allah. Tempat yang dulu, hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar, kini menjadi tempat persekutuan Allah-umat. Ketiga, semua umat tebusan akan masuk dalam jaminan keamanan pemerintahan Allah seperti dilambangkan dengan pengukuran kota Allah (15).
Keempat, kehadiran Allah nyata pada umat-Nya seperti berhadapan muka dengan muka (22-27), melampaui kemegahan bait suci yang pernah didirikan oleh Salomo. Terang Allah sendiri menerangi dan menjamin penuh segenap milik-Nya (25; 22:5). Hanya mereka yang sudah disucikan Kristus yang bisa masuk di kota suci ini (21:27). Kelima, inilah kehidupan sejati dan kekal yang dilambangkan oleh sungai air kehidupan yang mengalir dalam kota suci ini sehingga menumbuhsuburkan pohon-pohon kehidupan dengan buah dan daun yang berkhasiat (22:1-2). Inilah Taman Eden yang baru (band. Kej. ps. 2). Semua ini bukan impian, namun telah dan boleh kita cicipi lewat berbagai kesempatan beribadah, bersaat teduh, serta melayani Tuhan dan sesama.
Renungkan: Kesetiaan kita dalam iman membukakan nikmat surgawi yang mendorong kita semakin rindu berjumpa Tuhan dan mengalami saat Ia datang menjemput kita.
SH: Why 21:9--22:5 - Yerusalem baru (Senin, 15 Desember 2014) Yerusalem baru
Di langit dan bumi yang baru, kota suci Allah hadir sebagai takhta Allah memerintah umat-Nya secara kekal (2). Perikop hari ini fokus ...
Yerusalem baru
Di langit dan bumi yang baru, kota suci Allah hadir sebagai takhta Allah memerintah umat-Nya secara kekal (2). Perikop hari ini fokus pada Yerusalem. Pada masa lampau, Yerusalem ialah kota yang Allah berkenan hadir di tengah umat-Nya, melalui bait Allah tempat ibadah-ibadah kudus dilaksanakan.
Pada masa lampau, Yerusalem dan bait Allah pernah disalah mengerti dan disalah gunakan. Yerusalem dan bait Allah saat itu menjadi berhala yang menjerat umat Tuhan, untuk merasa diri umat yang kudus, sementara perilaku mereka diwarnai dosa. Di mulut dan secara ritual mereka mengakui Allah sebagai Raja, tetapi perilaku mereka mengkhianati-Nya dengan menyembah ilah lain.
Akan tetapi, di bumi yang baru, Yerusalem baru ialah pusat pemerintahan Allah atas seluruh umat-Nya, tanpa memerlukan bait Allah. Bait Allah tidak diperlukan lagi karena setiap orang bisa menyembah Allah secara langsung, tidak perlu memakai sarana apapun atau perantara siapapun. Sang Anak Domba ada di sana. Dahulu, Dialah pengantara sejati kepada Allah Bapa. Sekarang, Dia bersama Bapa di takhta mulia menerima sembah sujud dari semua anak-Nya.
Dari gambaran kota yang begitu mulia, perhatian Yohanes diajak beralih pada gambaran taman Eden yang baru (22:1-5; bdk. Kejadian 2). Taman Eden yang lama, di mana manusia bekerja mengelolanya dan beribadah dan bersekutu kepada Allah dari waktu ke waktu, digantikan dengan taman Eden yang baru, di mana yang ada hanyalah ibadah (3) dan bersama memerintah sebagai raja (5).
Saat Yohanes diperlihatkan semua ini, tentu kerinduannya agar segera langit dan bumi yang lama berlalu, langit dan bumi yang baru, serta Yerusalem dan taman Eden yang baru datang. Kenyataannya, dua ribu tahun berlalu, kita masih di tengah langit dan bumi yang lama. Mengapa? Karena belas kasih Allah yang ingin tak seorang pun binasa. Marilah selama waktu masih ada, yang sudah sangat singkat ini, kita memberitakan kabar baik ini kepada lebih banyak orang!
SH: Why 21:9--22:5 - Yerusalem yang Baru (Sabtu, 22 Oktober 2022) Yerusalem yang Baru
Dalam perikop ini Yohanes memperlihatkan dengan sangat mendetail indahnya Kota Yerusalem yang baru. Namun, keindahan itu bukan me...
Yerusalem yang Baru
Dalam perikop ini Yohanes memperlihatkan dengan sangat mendetail indahnya Kota Yerusalem yang baru. Namun, keindahan itu bukan melulu karena fisiknya-seluruhnya terbuat dari emas murni-melainkan karena kota itu penuh dengan kemuliaan Allah. Dengan kata lain, kemuliaan Allah itulah yang menjadikan kota itu indah.
Kota yang berbentuk bujur sangkar itu sangat besar. Panjang sisinya 12.000 stadia (21:16). Angka itu bisa jadi bermakna simbolik, melambangkan 12 suku Israel. Namun, ukurannya memang luar biasa untuk sebuah kota, yakni 2.400 km panjang sisinya, atau 2, 5 kali panjang Pulau Jawa.
Tembok kota itu 144 hasta. Lagi-lagi simbolik karena 144 adalah 12x12. Tidak jelas bagian mana yang diukur. Kemungkinan besar tebal temboknya. Itu berarti sekitar 66 meter. Hingga hari ini tak ada tembok kota setebal 66 meter. Penglihatan itu agaknya hendak memperlihatkan bahwa Yerusalem yang baru itu sangat terlindungi. Sekali lagi, karena Allah yang melindunginya.
Menarik disimak, Yohanes memperlihatkan beberapa hal yang hilang jika dibandingkan Yerusalem yang lama. Pertama, tak ada Bait Suci di dalam kota itu. Hal itu memang tidak perlu karena Allah Bapa dan Anak Domba adalah Bait Sucinya. Kedua, tidak ada matahari karena kemuliaan Allah menyinari kota itu dan sinarnya cukup untuk segala bangsa. Kota itu hanya berisi orang-orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba.
Kita bisa menyebut Yerusalem yang baru sebagai Kota Taman. Bisa jadi kita teringat Kisah Penciptaan ketika Allah menempatkan manusia pertama dalam Taman Eden. Di Yerusalem yang baru mengalir sungai kehidupan. Pohon-pohon kehidupan yang ada menjamin setiap penghuni kota itu tak akan kelaparan selamanya.
Sejatinya, menjadi warga kota itu merupakan anugerah. Hal itu hanya diperuntukkan bagi setiap orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba, yang telah diselamatkan oleh darah-Nya sendiri dan tetap memelihara imannya. Semoga kita dilayakkan Allah untuk menjadi penghuni Yerusalem baru! [YMI]
Baca Gali Alkitab 8
Di bumi yang baru, Yerusalem yang baru ialah pusat pemerintahan Allah atas seluruh umat-Nya. Bait Allah tidak diperlukan lagi karena setiap orang bisa menyembah Allah secara langsung, tidak perlu memakai sarana apa pun atau perantara siapa pun. Kehadiran Allah dan Kristus akan menjadi sempurna di dalam kota itu. Di dalamnya kemuliaan Allah terpancar penuh dalam terang abadi.
Semua umat pilihan Allah yang tercatat dalam buku kehidupan akan mempersembahkan diri mereka. Mereka akan disembuhkan, dipulihkan secara penuh. Kesempurnaan, kemuliaan, keindahan, dan kegemilangan akan menjadi bagian mereka selamanya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Siapakah yang datang kepada Yohanes dan apa yang dikatakannya? (21:9)
2. Apa sajakah yang diperlihatkan oleh malaikat Tuhan kepada Yohanes? (21:10-27)
3. Hal apa lagi yang diperlihatkan oleh malaikat Tuhan kepada Yohanes? (22:1-5)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Seperti apakah kota di mana Allah memerintah sepenuhnya?
2. Apa saja perbedaan antara Yerusalem yang lama dan Yerusalem yang baru?
3. Apa yang menguatkan kita untuk mempertahankan iman kepada Allah di bumi sekarang ini?
Apa respons Anda?
1. Sudahkah Anda melihat kemuliaan Allah yang dipancarkan bagi Anda? Ceritakanlah pengalaman dan ungkapan syukur Anda!
2. Selagi kita hidup di dunia ini, apa yang dapat Anda lakukan untuk memperlihatkan kemegahan Yerusalem yang baru kepada orang-orang di sekitar Anda?
Pokok Doa:
Doakanlah pribadi-pribadi yang jatuh dan kehilangan arah. Kiranya Tuhan menjamah mereka.
SH: Why 21:1-27 - Baca Gali Alkitab 7 (Sabtu, 13 Desember 2014) Baca Gali Alkitab 7
Apa saja yang Anda baca?
1. Apa yang Yohanes lihat di ayat 1-5?
2. Undangan apa yang diberikan (6-7)?
3. Peringatan apa yang d...
Baca Gali Alkitab 7
1. Apa yang Yohanes lihat di ayat 1-5?
2. Undangan apa yang diberikan (6-7)?
3. Peringatan apa yang disertakan (8)?
4. Bagaimanakah keadaan Yerusalem baru itu (9-10, 11-14, 15-17, 18-21)?
5. Mengapa tidak ada Bait Suci di Yerusalem yang baru itu (22-26)?
6. Siapakah yang tidak akan mendapat akses untuk masuk ke Yerusalem baru itu (27)?
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Apakah signifikansi nama “Alfa dan Omega” di dalam Yerusalem yang baru ini?
2. Bandingkan penglihatan Yohanes ini dengan penglihatan Yehezkiel di pasal 40-48. Berdasarkan hal itu, apa fungsi Bait Allah di kota Yerusalem yang lama?
3. Menurut Anda, seperti apakah kehidupan tanpa rasa sedih dan kematian karena kehadiran Allah yang terus menerus?
Apa respons Anda?
1. Bayangkan Anda sedang berada dalam pesta perkawinan dengan Kristus. Dalam bayangan itu, apakah Anda menjadi pengantin perempuan yang berbahagia ataukah Anda hanya menjadi penerima tamu?
2. Bagaimana perasaan Anda saat mengetahui bahwa kota kudus itu adalah tempat yang dipersiapkan Tuhan Yesus untuk menjadi tempat tinggal Anda kelak?
Pokok Doa:
Agar pengharapan kehidupan kekal kelak membangkitkan semangat orang percaya untuk teguh dalam iman.
Utley -> Why 21:15-21
Utley: Why 21:15-21 - --NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 21:15-2115 Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta ...
NASKAH NASB (UPDATED): Wahy 21:15-21
15 Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya. 16 Kota itu bentuknya empat persegi, panjangnya sama dengan lebarnya. Dan ia mengukur kota itu dengan tongkat itu: dua belas ribu stadia; panjangnya dan lebarnya dan tingginya sama. 17 Lalu ia mengukur temboknya: seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang adalah juga ukuran malaikat. 18 Tembok itu terbuat dari permata yaspis; dan kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni. 19 Dan dasar-dasar tembok kota itu dihiasi dengan segala jenis permata. Dasar yang pertama batu yaspis, dasar yang kedua batu nilam, dasar yang ketiga batu mirah, dasar yang keempat batu zamrud, 20 dasar yang kelima batu unam, dasar yang keenam batu sardis, dasar yang ketujuh batu ratna cempaka, yang kedelapan batu beril, yang kesembilan batu krisolit, yang kesepuluh batu krisopras, yang kesebelas batu lazuardi dan yang kedua belas batu kecubung. 21 Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening.
Wahy 21:15 "Dan ia, yang berkata-kata dengan aku, mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu" Mengukur digunakan sebelumnya untuk menunjukkan perlindungan Tuhan dan pemeliharaan (lih.Wahy 11:1-2; Yer 31:38-40; Za 2:1-5). Nubuat akhir zaman di Yeh 40 juga melibatkan pengukuran.
□ "seribu lima ratus mil" Secara harfiah ini adalah "dua belas ribu stadia-144 hasta." Merupakan kelipatan dari dua belas, tidak mengacu pada sebuah kota literal, tetapi pengukuran sempurna menunjukkan bahwa Allah memberikan atmosfir yang unik untuk tetap bersukacita dan bersekutu antara diriNya dan umatNya (lih. Yoh 14:2-3) dalam simbol kubus sempurna seperti di PL "Mahakudus."
Wahy 21:18-20 "Tembok itu terbuat dari" Rangkaian batu dapat diidentifikasi dengan
- 1. batu pada efod dari Imam Besar (lih. Kel 28:17-20); namun urutan dan nama berbeda. Cara ini tidak biasa karena nama-nama batu kuno berubah dari satu negara ke Negara lain dan dari abad ke abad.
- 2. kota berhias permata dari Yes 54:11-17
- 3. kemegahan raja Tirus (atau Setan) disampaikan dalam perhiasan kerajaan (atau surga) di Yeh 28:12-13
- 4. Zodiac, tetapi disajikan dalam urutan terbalik (Philo dan Josephus)
Wahy 21:21 "Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara" ini adalah simbolik. Kembali ke tradisi rabinik dari Talmud, "Sanhedrin" 100a, yang menyatakan bahwa gerbang kota akhir zaman akan terbuat dari batu tunggal setinggi 45 meter.
□ "dan jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening" Ini adalah simbolik. Kita harus menyadari bahwa kota Allah tidak hanya kemewahan manusia, tetapi melambangkan kemurnian tak ternilai dari kehadiran Allah.
TFTWMS -> Why 21:9-21
TFTWMS: Why 21:9-21 - Rumah Jiwa RUMAH JIWA(WAHYU 21:9-21)
Rumah—betapa satu kata yang indah! Seseorang pernah mengatakan bahwa "rumah adalah di mana hati [kita] berada."...
RUMAH JIWA(WAHYU 21:9-21)
Rumah—betapa satu kata yang indah! Seseorang pernah mengatakan bahwa "rumah adalah di mana hati [kita] berada." Oliver Wendell Holmes berkata rumah adalah "di mana kita mencintai," tempat itu "kaki kita mungkin saja melangkah jauh, tapi hati kita tidak."1John Howard Payne menulis, "'Bahkan di tengah-tengah pelbagai kesenangan dan istana yang mungkin kita jelajahi, katakanlah rumah [kita] itu begitu sederhana, [namun] tidak ada tempat seperti rumah [kita]."2
Meskipun rumah duniawi kita indah, banyak dari kita masih merindukan rumah di atas. Kita ingin mengalami apa yang Paulus sebut sebagai "menetap bersama Tuhan" (2 Korintus 5:8; NASB)—untuk berada di tempat yang Salomo katakan sebagai "rumah yang kekal" (Pengkhotbah 12:4), yang James Rowe sebut "Rumah Jiwa":
Jika untuk hadiah yang sudah kita perjuangkan, Setelah berakhir kerja keras kita, Istirahat untuk jiwa kita akan diberikan, Di negeri yang baka.
Rumah jiwa, rumah yang indah, Di sana kita akan beristirahat, tak pernah menjelajah; Bebas dari semua kecemasan, bahagia dan sumringah, Yesus ada di sana, Ia adalah terang! …3
Tujuan pelajaran ini adalah untuk menyebutkan ciri-ciri "rumah jiwa," seperti yang ditemukan di dalam Wahyu 21:09 sampai 22:5. Seraya kita melakukannya, kita paham bahwa bahasa simbolik digunakan. Bagaimanakah Anda menjelaskan igloo Eskimo kepada penduduk asli Papua? Bagaimanakah Anda menggambarkan danau Toba kepada suku pengembara di padang pasir?4Bagaimanakah Anda menggambarkan kota Jakarta kepada seorang anak kecil yang belum pernah melihat bangunan apapun yang lebih tinggi dari satu lantai? Dalam setiap kasus, gambaran Anda akan didasarkan pada apa yang telah mereka alami dalam kehidupan—dan, dalam setiap kasus, gambaran Anda akan jauh dari kenyataannya. Hal yang sama terjadi ketika Yohanes berusaha menggambarkan sorga.
Beberapa tahun yang lalu, seorang bayi perempuan yang cantik lahir bagi satu pasangan Kristen. Setelah beberapa minggu, orangtuanya menyadari bahwa anak itu punya masalah dengan penglihatannya. Dokter mata mengatakan kepada mereka, "Putri Anda Mary hampir buta. Ia mungkin tidak akan pernah bisa melihat." Ia lalu menambahkan, "Tapi ketika nanti ia berusia dua belas tahun, ada kemungkinan operasi bisa memberi dia penglihatan yang mendekati normal."
Anda dapat membayangkan bagaimana perasaan orang tua Mary ketika mereka menunggu selama dua belas tahun. Ketika Mary akhirnya mencapai usia dua belas, mereka membuat perencanaan dengan ahli bedah mata terkemuka di Eropa untuk melakukan operasi mata. Operasi itu akan dilakukan di sebuah rumah sakit yang terletak di Pegunungan Alpen. Selama masa persiapan, Ibu Mary memeluk dia, dan, untuk mengalihkan perhatian pikirannya, ia berbicara tentang gunung-gunung megah yang mengelilingi mereka.
Setelah operasi, orang tua, ahli bedah, dan para perawat menanti dengan cemas. Akhirnya, tiba saatnya bagi perban di mata dilepas. Salah satu pemandangan pertama yang Mary lihat adalah puncak megah di luar jendela kamarnya. Dengan air mata mengalir di pipinya, ia bertanya, "Ibu, kenapa ibu tidak memberitahu saya bahwa dunia ini begitu indah?"
Ibu Mary memeluk dia dan berkata, "Mary, ibu sudah mencoba untuk memberitahumu, tapi ibu tidak bisa!"
Dengan cara yang sama, ketika anak-anak Allah yang tertebus pulang ke rumah yang mulia, kita akan berkata, "Saudara Yohanes, mengapa engkau tidak memberitahu kami bahwa tempat ini begitu indah?" Ia akan mengatakan kepada kita, "Anak-anakku, Aku sudah mencoba untuk memberitahu kalian di dalam … kitab Wahyu, tapi aku benar-benar tidak bisa."5
Ketika saya bergumul keras dengan pasal 20, saya berharap memiliki pikiran Salomo. Ketika saya menulis pasal 21 dan 22, saya berharap memiliki lidah Daud. Saya akan melakukan yang terbaik untuk membantu Anda memahami simbolisme pasal-pasal ini. Setelah saya melakukannya, kita akan dibuat bertanya-tanya betapa sungguh mengagumkan sorga itu nantinya!
Pelajaran ini akan membahas 21:9-21, dan pelajaran berikutnya akan meliput 21:22-22:5. Penekanan dalam sajian ini akan berupa betapa indahnya kota itu.
PEMANDANGAN YANG MENAKJUBKAN (Wahyu 21:9-11a)
Teks kita dimulai, "Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: 'Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan,6mempelai Anak Domba'" (ay. 9). Utusan yang dipilih untuk kesempatan ini agak mengejutkan: salah satu malaikat yang telah mencurahkan cawan murka. Cawan-cawan itu dikaitkan dengan dendam dan keputusasaan, namun pesan ini dikaitkan dengan kemenangan dan harapan. Malaikat ini mungkin dipilih sehingga kita bisa melihat perbedaan antara, Babel "besar" yang lama dan Yerusalem kudus yang baru.
Kota Kudus Yerusalem, Turun Dari Sorga Dari Allah. (21:10)
Dalam 17:1 salah satu malaikat dengan cawan murka memberitahu Yohanes, "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar." Sekarang, salah satu dari tujuh malaikat itu (mungkin malaikat yang sama) berkata, "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
Dulu sekali, Musa diizinkan berdiri di atas Gunung Pisgah untuk melihat Tanah yang Dijanjikan (Ulangan 3:27; 34:1). Dengan cara yang sama, malaikat itu membawa Yohanes "di dalam roh7… ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi8dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.9
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah" (ay. 10, 11a).
KOTA YANG CEMERLANG (Wahyu 21:11, 15, 16b, 18b, 21b)
Kota yang turun itu berkilauan seperti permata yang sangat berharga: "Cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal" (ay. 11b). Apa yang Yohanes lihat adalah "kemuliaan Allah" (ay. 11a). Dalam adegan takhta yang pertama, Allah digambarkan "bagaikan permata yaspis"(4:3). Di sini, kita melihat bahwa penciptaan itu mengambil ciri-ciri Sang Pencipta. Kota itu juga memiliki kecemerlangan "permata yaspis, jernih seperti kristal." Bayangkanlah sebuah intan yang gemerlapan, memancarkan warna pelangi.10
Malaikat itu "mempunyai suatu tongkat pengukur dari emas untuk mengukur kota itu serta pintu-pintu gerbangnya dan temboknya" (ay. 15).11Ukuran kota itu mengejutkan: "Ia mengukur kota itu dengan tongkat itu dan mendapatkan hasilnya 12.000 stadia panjangnya, dan lebarnya dan tingginya sama dengan panjangnya" (ay. 16b; NIV). Satu stadion (pengukuran Romawi) adalah sekitar 1,3 kilometer.12Jadi Alkitab NASB mengatakan bahwa ukuran kota itu sekitar "2.414 kilometer"13dalam setiap ukurannya: 2.414 kilometer lebarnya, 2.414 kilometer panjangnya, 2.414 kilometer tingginya!
Dua ribu empat ratus empat belas kilometer: Itu "adalah jarak antara Banda Aceh dan Merak, antara Medan dan Semarang, antara Padang dan Banyuwangi, antara Riau dan Bali"!14Dua ribu empat ratus empat belas kilometer kali dua ribu empat ratus empat belas kilometer: Yaitu "sebuah wilayah yang luasnya sebesar 8,4 kali luas negara bagian Texas dan lebih besar daripada Australia atau Eropa"!15Selain itu, tinggi kota ini adalah 2.414 kilometer. Bayangkanlah sebuah bangunan setinggi seratus lantai. (Hanya sedikit di dunia yang setinggi itu.) Mulailah memelarkan bangunan itu hingga menutupi Amerika Utara. Melarkanlah ke atas sampai tingginya seratus lima puluh lantai. Lalu kagumilah ini: Anda bisa menggantung sembilan puluh bangunan seukuran itu di langit setinggi 2.414 kilometer! Mengatakan bahwa kota ini tidak seperti yang pernah dilihat di bumi adalah peremehan!
Perbandingan ukuran yang fantastis yang diberikan di ayat 16b memberitahu kita dua fakta tentang kota itu. Pertama, kota itu sempurna, sebagaimana tercermin dalam penggunaan angka "dua belas," angka simbolis yang dominan di dalam bagian kitab Wahyu ini (21:12, 14, 21; 22:2). "Dua belas"—angka untuk ilahi ("tiga") dikali angka untuk penciptaan ("empat")—mengandung gagasan kelengkapan atau kesempurnaan.16Angka "dua belas ribu" hasil pembesaran menandakan kesempurnaan yang lengkap.17Kesempurnaan kota itu juga didramatisir oleh fakta bahwa kota itu berbentuk kubus;18orang zaman dulu menganggap kubus sebagai simbol kesempurnaan. Tempat Mahakudus di bait suci berbentuk kubus yang sempurna (lihat 1 Raja 6:20), dan Yerusalem baru telah disebut tempat "Mahakudus." yang tertinggi.
Kedua, perbandingan ukuran yang sangat besar menyiratkan bahwa penyediaan yang memadai telah dibuat bagi mereka yang benar-benar ingin pergi ke sorga (yang cukup mendambakannya sehingga membuat persiapan). Undangan itu dapat diperluas kepada semua orang: "Roh dan pengantin perempuan itu berkata: 'Marilah!' Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: 'Marilah!' Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!"(22:17).
Satu rincian lagi diberikan tentang kota itu secara keseluruhan: Ayat 18 berkata bahwa "kota itu sendiri dari emas tulen, bagaikan kaca murni" (ay. 18b), sedangkan ayat 21 menyatakan bahwa "jalan-jalan kota itu dari emas murni bagaikan kaca bening" (ay. 21b). Emas yang gemerlapan seperti berlian? Emas yang jernih seperti kaca? Bagan bangunan yang tidak berasal dari bumi ini adalah suatu pernyataan bahwa sorga adalah seberharga emas, semurni kristal yang terbaik.
TEMBOK PELINDUNG (Wahyu 21:12a, 14, 17, 18a, 19, 20)
Perhatian Yohanes selanjutnya beralih kepada tembok kota itu. Pada abad pertama, setiap kota besar memiliki tembok pelindung. Demikian pula, kota sorgawi itu "temboknya besar lagi tinggi" (ay. 12a).
Dengan mengambil tongkat pengukur emas, malaikat itu "mengukur temboknya dan ukurannya adalah seratus empat puluh empat hasta, menurut ukuran manusia, yang malaikat itu gunakan"19(ay. 17; NIV). Satu hasta adalah jarak dari siku seorang laki-laki hingga ujung jari tengahnya (sekitar empat puluh lima sentimeter). Dengan demikian Alkitab NASB mengatakan bahwa tembok itu "enam puluh enam meter."20 Enam puluh enam meter tingginya atau enam puluh enam meter tebalnya? Alkitab NIV menunjukkan bahwa tembok itu enam puluh enam meter tebalnya, namun kebanyakan penulis beranggapan bahwa yang dimaksudkan adalah tingginya. Yang mana saja tidaklah penting.21Yang penting adalah bahwa simbol kesempurnaan digunakan: dua belas dikali dua belas. Kota ini menikmati perlindungan yang sempurna.
Seperti kota itu sendiri (21:11), tembok itu terbuat dari permata yaspis (ay. 18a).22 Tembok itu berpendar dengan kecemerlangan sorgawi.
Fitur paling menakjubkan dari tembok itu adalah pondasinya. Tembok kota biasanya memiliki satu pondasi; tetapi tembok ini "mempunyai dua belas batu dasar" dan di atas dasar-dasar itu "tertulis kedua belas nama kedua belas rasul23Anak Domba itu"(ay. 14). Hal ini mengingatkan kita bahwa agama Kristen "dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru" (Efesus 2:20).
Selanjutnya, pondasi tembok biasanya berada di bawah permukaan tanah; tetapi batu-batu pondasi ini bisa terlihat, dan dasar-dasar tembok kota itu "dihiasi dengan segala jenis permata" (ay. 19a).24Cobalah membayangkan tampilan megah ini (ay. 19b, 20). Anda akan dibuat terpesona oleh yaspis hijau, nilam biru, mirah coklat susu, zamrud hijau terang, unam putih, sardis merah, ratna cempaka hijau kekuningan, beril lembayung, krisolit kuning, krisopras hijau keemasan, lazuardi biru, dan kecubung ungu, "batu impian." Betapa suatu penghargaan yang luar biasa bagi pondasi itu yang diletakkan oleh pengajaran dan teladan para rasul!
PINTU-PINTU GERBANG YANG MENAKJUBKAN (Wahyu 21:12 b, c, d, 13, 21a)
Yohanes juga menggambarkan pintu-pintu gerbang di tembok itu. Kota-kota pada zamannya biasa memiliki satu pintu gerbang, yang ditutup pada malam hari atau ketika kota itu sedang diserang. Tembok Yerusalem baru memiliki total "dua belas pintu gerbang" (ay. 12b): "Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat tiga pintu gerbang" (ay. 13). Tujuan memiliki dua belas pintu gerbang itu tidak untuk menyiratkan bahwa "ada banyak jalan menuju sorga"; Yesus menyatakan bahwa Ia adalah "[satu-satunya] jalan" (Yohanes 14:6; huruf miring oleh saya). Sebaliknya, angka "dua belas" itu kembali menunjukkan kesempurnaan: Peluang yang banyak sekali sudah disediakan untuk mereka yang bersedia mempersiapkan diri. Fakta bahwa pintu-pintu gerbang itu berada di sebelah timur, utara, selatan, dan barat mungkin menyiratkan daya tarik universal agama Kristen; manusia akan datang dari setiap belahan bumi (Matius 28:19; Kisah 1:8).25
Berdiri di dua belas pintu gerbang itu adalah "dua belas malaikat" (Wahyu 21:12c). Apakah mereka ditempatkan di sana untuk mencegah orang yang tidak layak masuk? Mungkin saja (21:27; 22:15). Di sisi lain, para malaikat itu disebut sebagai "roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang harus memperoleh keselamatan" (Ibrani 1:14). Para malaikat bersukacita ketika jiwa-jiwa diselamatkan (Lukas 15:7, 10), dan para malaikat membawa Lazarus ke pangkuan Abraham (Lukas 16:22). Oleh sebab itu, saya lebih suka menganggap para malaikat ini sebagai pesta penyambutan resmi dari Tuhan untuk mereka yang diberitahu, "Baik sekali perbuatanmu …. Masuklah …" (Matius 25:23)!
Tertulis pada pintu-pintu gerbang itu adalah nama-nama "kedua belas suku26
Israel" (Wahyu 21:12d).27Karena kitab Wahyu menggunakan "kedua belas suku" sebagai simbol Israel rohani (gereja, lihat 7:4-8),28dan karena tujuan khusus kitab Wahyu adalah menyemangati anggota gereja yang dikepung agar menyerah, maka istilah itu di sini mungkin mengacu kepada umat Kristen. Meski begitu, adalah mungkin bahwa kita harus memandang simbolisme ini sebagai penegasan bahwa orang-orang yang setia di sepanjang zaman akan berada di sorga. (Lihat Ibrani 11:39, 40.)
Aspek paling menakjubkan dari pintu-pintu gerbang itu adalah komposisinya: "Dan kedua belas pintu gerbang itu adalah dua belas mutiara: setiap pintu gerbang terdiri dari satu mutiara" (Wahyu 21:21a). Ini bukan pintu gerbang yang dilapisi dengan mutiara (seperti yang digambarkan dalam ungkapan "gerbang mutiara" yang sering digunakan); pintu-pintu gerbang itu adalah mutiara. Di antara pelbagai permata di dunia kuno mutiara adalah yang paling dicari.(Lihat Matius 13:46; 1 Timotius 2:9.) Dua puluh butir mutiara—seukuran ujung jari kecil Anda29—bernilai mahal. Jika seseorang memiliki beberapa butir mutiara seukuran itu, ia bisa pensiun seumur hidup. Jadi, bayangkanlah dua belas mutiara raksasa, cukup besar untuk berfungsi sebagai pintu-pintu gerbang sebuah kota!30
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjan...
Penulis : Yohanes
Tema : Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M
Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa. Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat (Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11; Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. _apocalypse_) berasal dari kata Yunani _apocalupsis_, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.
Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1 (Wahy 1:1-20).
- (1) "Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).
- (2) Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).
- (3) Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).
- (4) Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).
- (5) Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy 1:4,11).
Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar Romawi (81-96 M)
Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah". Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy 11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).
Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.
- (1) Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia. Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih mereka yang mula-mula.
- (2) Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman, ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai mati sekalipun.
- (3) Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.
Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu) dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).
Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.
Bagian utama kedua dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000 orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21) menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh, yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).
Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis. Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri atas
- (1) si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),
- (2) binatang laut (Wahy 13:1-10), dan
- (3) binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21), hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga, dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan (Wahy 19:1-10).
Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy 19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api" untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy 22:6-21).
Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini.
- (1) Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang digolongkan sebagai nubuat dan wahyu.
- (2) Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara teka-teki atau rahasia tertentu.
- (3) Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3; 3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000; 100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau kepenuhan.
- (4) Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke bumi.
- (5) Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan ketetapan-ketetapan sorgawi.
- (6) Kitab ini bersifat polemik yang
- (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan
- (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16).
- (7) Kitab ini juga dramatis yang membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas.
- (8) Kitab ini bersifat roh nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.
Penafsiran
Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran penafsiran yang besar.
- (1) Penafsiran _preterist_ (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.
- (2) Penafsiran _historicist_ (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman Yohanes sampai pada zaman akhir.
- (3) Penafsiran _idealist_ (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.
- (4) Penafsiran _futurist_ (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22 (Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab Wahyu dari sudut pandang futurist ini.
Full Life: Wahyu (Garis Besar) Garis Besar
Prolog
(Wahy 1:1-8)
I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22)
A. Penglihatan dar...
Garis Besar
- Prolog
(Wahy 1:1-8) - I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya
(Wahy 1:9-3:22) - A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian
(Wahy 1:9-20) - B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat
(Wahy 2:1-3:22) - II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah
(Wahy 4:1-11:19) - A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga
(Wahy 4:1-5:14) - 1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona
(Wahy 4:1-11) - 2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak
(Wahy 5:1-14) - B. Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai
dan Tujuh Sangkakala
(Wahy 6:1-11:19) - 1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama
(Wahy 6:1-17)
SELINGAN PERTAMA: Dua Kumpulan Orang Banyak
(Wahy 7:1-17) - 2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh
Sangkakala
(Wahy 8:1-6) - 3. Enam Sangkakala yang Pertama
(Wahy 8:7-9:21)
SELINGAN KEDUA: Gulungan Kitab Kecil
(Wahy 10:1-11)
Dua Orang Saksi
(Wahy 11:1-14) - 4. Sangkakala yang Ketujuh
(Wahy 11:15-19) - III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis
(Wahy 12:1-22:5) - A. Perspektif mengenai Konflik Itu
(Wahy 12:1-15:8) - 1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi
(Wahy 12:1-13:18) - a. Naga Besar
(Wahy 12:1-17) - b. Binatang Laut
(Wahy 13:1-10) - c. Binatang Bumi
(Wahy 13:11-18) - 2. Dari Pandangan Sorga
(Wahy 14:1-20)
SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan Tujuh Malapetaka
(Wahy 15:1-8) - B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu
(Wahy 16:1-19:10) - 1. Tujuh Cawan Murka Allah
(Wahy 16:1-21) - 2. Hukuman Atas Pelacur Besar
(Wahy 17:1-18) - 3. Jatuhnya Babel yang Besar
(Wahy 18:1-24) - 4. Sorak-Sorai di Sorga
(Wahy 19:1-10) - C. Puncak Konflik Itu
(Wahy 19:11-20:10) - 1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus
(Wahy 19:11-18) - 2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya
(Wahy 19:19-21) - 3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan
(Wahy 20:1-10) - D. Sesudah Konflik
(Wahy 20:11-22:5) - 1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar
(Wahy 20:11-15) - 2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar
(Wahy 20:14-15; 21:8) - 3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru
(Wahy 21:1-22:5) - Epilog
(Wahy 22:6-21)
Matthew Henry: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada u...
- Tidak semestinya mengurangi nama baik dan wewenang kitab ini bahwa ia sudah ditolak oleh orang-orang yang bobrok pikirannya. Jemaat Allah pada umumnya sudah menerima kitab ini, dan mendapatkan nasihat yang baik dan penghiburan yang besar di dalamnya. Kristus sendiri menubuatkan kehancuran Yerusalem. Dan, kira-kira pada saat kehancuran itu digenapi, Ia mempercayakan Kitab Wahyu ini kepada Rasul Yohanes untuk menyokong iman umat-Nya dan mengarahkan harapan mereka.
Jerusalem: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini...
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Kata "Wahyu" dalam judul Kitab ini menterjemahkan kata Yunani yang berbunyi "Apokalipsis". Kata ini berarti "penyingkapan" atau "wahyu". Maka setiap "apokalipsis" mengandaikan pewahyuan dari fihak Allah kepada manusia. Dalam pewahyuan itu disingkapkan hal-hal tersembunyi yang hanya diketahui oleh Allah saja. Hal-hal tersembunyi yang disingkapkan itu ialah terutama apa yang mengenai masa mendatang. Sukar sekali dengan jelas dan tepat membedakan jenis sastra yang disebut "apokalipsis" dengan jenis sastra yang disebut "nubuat". Memanglah apokalipsis l.k. merupakan lanjutan dari nubuat. Tapi nabi-nabi dahulu mendengar wahyu Allah dan menyampaikannya secara lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa lisan, sedangkan pengarang sebuah apokalipsis mendapat wahyunya berupa penglihatan yang lalu dicantumkannya ke dalam sebuah kitab. Tambahan pula bahwa penglihatan-penglihatan tidak bernilai sendiri, tetapi nilainya terletak dalam dirinya sebagai lambang; penglihatan- penglihatan itu melambangkan sesuatu yang lain. Segala sesuatu atau hampir segala sesuatu dalam sebuah apokalipsis merupakan lambang misalnya: angka, barang, anggota-anggota badan, tokoh-tokoh yang berperan dalam penglihatan itu. Dengan menulis apokalipsisnya si pengarang "menterjemahkan" ke dalam lambang itu gagasan-gagasan yang diilhamkan Allah; dan dalam menterjemahkan gagasan-gagasan itu pengarang menimbun-nimbun barang, warna-warni dan angka-angka yang semua berupa lambang, tanpa ambil pusing apakah keseluruhan yang dihasilkan tersusun rapi dan teratur baik. Maka untuk mengerti maksud pengarang, orang perlu ikut serta dalam cara kerjanya dan kembali menterjemahkan lambang-lambang itu ke dalam gagasan yang diketengahkan pengarang. Kalau orang tidak turut serta dalam cara kerja pengarang, maka maksudnya sering disalah-tafsirkan.
Dalam kedua abad yang mendahului tampilnya Kristus, apokalipsis-apokalipsis sangat laku di beberapa kalangan Yahudi (termasuk kaum Eseni di Qumran). Setelah sudah disiapkan oleh penglihatan-penglihatan kenabian pada nabi Yehezkiel atau nabi Zakharia, maka jenis sastra apokalipsis berkembang dalam karya nabi Daniel dan banyak karya lain yang menyusulnya sekitar awal tarikh Kristen. Dalam daftar kitab-kitab suci Perjanjian Baru hanya tercantum sebuah apokalipsis saja yang pengarangnya menamakan diri Yohanes, 1:9, yang waktu menggubah karyanya mengalami pembuangan di pualau Patmos oleh karena imannya akan Kristus. Ada sebuah tradisi yang sudah terdapat dalam karya Justinus dan pada akhir abad pertama tersebar-luas (seperti disaksikan Ireneus, Klemens dari Aleksandria, Tertulianus, Kanon Muratorius) dan yang menyamakan Yohanes pengarang Wahyu dengan Rasul Yohanes yang menulis Injil keempat. Hanya sampai abad kelima jemaat-jemaat di Siria, dan Kapadosia dan bahkan di Palestina rupanya tidak memasukkan Wahyu ke dalam daftar Kitab Suci. Dan ini menyatakan bahwa jemaat- jemaat itu tidak menganggap Kitab itu sebagai karya rasul Yohanes. Bahkan seorang imam di Roma yang bernama Kayus pada awal abad ketiga mengatakan bahwa Wahyu itu dikarang oleh seorang bida'ah yang bernama Kerintus. Tetapi Kayus berbuat demikian dengan maksud membela kepercayaan sejati terhadap serangan- serangan orang yang menggunakan Kitab itu sebagai dukungan ajaran palsunya. Tetapi benar juga bahwa Wahyu Yohanes dari satu fihak mempunyai kesamaan jelas dengan karangan-karangan Yohanes, sedangkan dari fihak lain ada perbedaan yang menyolok mata; perbedaan itu baik mengenai bahasa dan gaya bahasa maupun beberapa gagasan teologis (khususnya berhubungan dengan Parusia Kristus). Dan perbedaan itu sedemikian besar, sehingga karangan-karangan Yohanes dan Wahyu sukar dikembalikan secara langsung kepada pengarang yang sama. Namun demikian Wahyu berjiwa Yohanes, sehingga haruslah dituliskan oleh orang yang termasuk lingkungan rasul itu dan yang meresapkan ajarannya ke dalam hati. Bahwasannya Wahyu termasuk ke dalam Kitab Suci tak perlu di ragukan lagi. Mengenai waktu dituliskannya karya itu umum diterima bahwa digubah di zaman pemerintahan Kaisar Roma Domitianus, sekitar th. 95 Mas. Tetapi sementara ahli dengan alasan cukup kuat dengan condong menerima bahwa beberapa bagian Why ditulis dahulu, di zaman pemerintahan Kaisar Nero menjelang th. 70 Mas.
Entahlah dikarang dalam zaman pemerintahan Kaisar Domitianus atau Kaisar Nero, untuk memahami Why perlu sekali orang menempatkannya pada latar-belakang historisnya, yang menyebabkan Why ditulis. Zaman itu ialah zaman gangguan dan penganiayaan sengit terhadap jemaat Kristen yang masih muda. Sama seperti apokalipsis-apokalipsis yang mendahuluinya (khususnya Kitab Daniel) Why Yohanespun sebuah karangan yang mempunyai alasan khusus. Ia dimaksudkan untuk membina dan meneguhkan semangat orang-orang Kristen; kepercayaan mereka kiranya tergoncang akibat penganiayaan begitu hebat yang melanda jemaat Kristus yang pernah menegaskan: "Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia", Yoh 16:33. Hendak melaksanakan maksudnya itu Yohanes memungut ajaran-ajaran pokok nabi-nabi dahulu, khususnya ajaran mereka tenang "Hari Besar" Yahwe (bdk Am 5:18): kepada umat yang suci yang diperbudak dahulu oleh orang Asyur dan Babel, lalu oleh orang-orang Yunani, kepada umat yang terpencar-pencar dan hampir-hampir saja musnah seluruhnya, para nabi menubuatkan Hari penyelamatan yang sudah mendekat; pada hari itu Allah datang menyelamatkan umatNya dari genggaman para penindas, dengan tidak hanya membebaskan umatNya tetapi juga memberinya kekuasaan dan pemerintahan atas musuh-musuhnya yang pada gilirannya dihukum dan hampir-hampir dibinasakan. Waktu Yohanes menulis Why maka Gereja, umat terpilih yang baru, dilanda suatu penganiayaan yang berdarah, 13; 6:10-11; 16:6; 17:6; penganiayaan itu dilontarkan oleh pemerintah Roma (Binatang), tetapi dihasut oleh Iblis, 12; 13:2-4, yang merupakan Lawan kawakan Kristus serta umatNya. Dalam penglihatan pembukaan Why digambarkanlah kebesaran Allah yang bersemayam di sorga, Penguasa mutlak atas segala hal-ihwal manusia, 4; Ia menyerahkan kepada Anak Domba kitab yang memuat penetapan ilahi tentang pemusnahan para pengejar, 5; penglihatan selanjutnya menubuatkan suatu penyerbuan oleh sebuah bangsa biadab (Partia) disertai bencana tradisionil: perang, kelaparan, 6. Tetapi mereka yang percaya dan setia pada Allah akan luput, 7:1-8; bdk 14:1-5, sedangkan masih menantikan kemenangannya yang akan dinikmati di sorga, 7:9-17; bdk 15:1-5. Tetapi oleh karena menghendaki keselamatan orang berdosa maka Allah tidak segera membinasakan mereka; terlebih dahulu Ia mengirim sederetan bencana untuk memperingatkan mereka, sama seperti dahulu Ia berbuat terhadap Firaun dan orang Mesir, 8-9; bdk 16. Tetapi percuma saja. Karena ketegaran hati para pengejar yang fasik Allah membinasakan mereka, 17, apa lagi oleh karena mereka berusaha memfasikkan dunia dengan memaksa bangsa-bangsa menyembah Iblis (yang dimaksudkan ialah penyembahan kepada Kaisar-kaisar Roma yang didewakan); menyusullah sebuah lagu ratapan karena Babel (Roma) yang jatuh binasa, 18, dan nyanyian kemenangan yang dilambangkan di sorga, 19:1-10. Sebuah penglihatan baru kembali memperlihatkan kemusnahan Binatang (Roma yang menganiaya umat), yang ditimpakan oleh Kristus yang mulai, 19:11-21. Kemudian Gereja menikmati zaman kedamaian dan kesejahteraan, 20:1-6, yang diakhiri oleh sebuah serangan baru dari pihak Iblis, 20:7-10, sampai Musuh itu dibinasakan sama sekali, orang-orang mati bangkit dan penghakiman terlaksana, 20:11-15. Akhirnya Kerajaan Sorga ditegakkan untuk selama-lamanya dengan sukacita sempurna, oleh karena maut sendiri dilenyapkan, 2:1-8. Dengan melayangkan pandangan kembali pengarang melukiskan kesempurnaan Yerusalem baru selama memerintah di bumi, 21:9-22:15.
Demikianlah penafsiran Why yang historis dan makna utama dan pertamanya. Tetapi dengan demikian isi Kitab Why belum digali seluruhnya. Sebab di dalamnya juga termaktub nilai-nilai abadi yang selalu dan setiap waktu dapat mendukung kepercayaan kaum beriman. Sudah dalam Perjanjian Lama andalan umat yang suci ialah janji Allah bahwa selalu akan "ada pada umatNya", bdk Kel 25:8, dll; dan kehadiranNya itu berarti bahwa Ia melindungi umatNya terhadap segala musuh untuk mengerjakan keselamatan. Sekarang juga dan dengan cara jauh lebih sempurna Allah tetap pada umatNya yang baru yang bersatu dalam diri Anak Allah, ialah Imanuel (Allah menyertai kita, bdk Mat 1:23); dan Gereja dapat hidup terus berkat janji Kristus yang dibangkitkan ini: "Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman", Mat 28:20. Kalau demikian halnya, maka kaum beriman tak perlu takut atau khawatir. Kalaupun untuk sementara waktu harus menderita oleh karena nama Kristus, namun akhirnya mereka akan mengalahkan Iblis dan segala tipu- dayanya. Wahyu merupakan Madah Agung pengharapan Kristen, nyanyian kemenangan yang dilambungkan Gereja yang dianiaya.
Seperti sekarang ada, teks Yunani Why sukar sekali. Di dalamnya ada sejumlah bagian kembar; kesinambungan penglihatan-penglihatan kerap terputus-putus; ada bagian-bagian yang nampaknya di luar konteks aslinya. Gangguan-gangguan semcam itu dapat diterangkan dengan berbagai jalan: ada yang berkata bahwa dalam Why dihimpun macam-macam sumber yang berlain-lainan ada juga yang berkata bahwa urutan asli dalam beberapa bab kebetulan dikacau-balaukan, dll. Bible de Jerusalem mengusulkan hipotesa ini: Bagian utama Why yang berupa nubuat, 4-22, terdiri atas dua Apokalipsis yang aslinya berbeda-beda: dua-duanya ditulis oleh pengarang yang sama tetapi pada waktu yang lain; akhirnya kedua apokalipsis itu dipersatukan oleh seseorang yang lain. Kedua apokalipsis asli tersusun sbb:
Teks I Teks II Prakata : Gulungan kitab kecil yang 10:1-2a, 3-4 dimakanIblis melawan Gereja.................. 12:1-6, 13-17 12:7-12 Binatang melawan Gereja............... 13 Hari Besar Kemurkaan serta pendahulu- pendahulu diberitahukan............... 4-9; 10:1, 2b, 14-16 5-7; 11:14-18 Hari Besar Kemurkaan : Babel diperkenalkan................... 17:1-9, 15-18 17:10, 12-14 Jatuhnya Babel........................ 18:1-3 (bdk 14:8) Orang pilihan terluput 18:4-8 Lagu ratapan atas Babel...............
18:9-13, 15-19, 18:14, 22-23 21, 24 Nyanyian kemenangan................... 19:1-10 18:20 (bdk 16:5-7) Kerajaan Mesias....................... 20:1-6 Pertempuran di akhir zaman............ 20:7-10 19:11-21 Penghakiman terakhir.................. 20:13-15 20:11-12 Yerusalem di masa mendatang...........21:9-22:2 21:1-4; 22:3-5; dan 22:6-15 21:5-8 Tambahan: Kedua saksi................. 11:1-13,19
Mengenai surat kepada ketujuh jemaat, 1-3: meskipun dimaksudkan supaya dibaca bersama dengan kedua teks lain tsb, namun ketujuh surat itu kiranya aslinya juga berupa sebuah teks tersendiri.
Pembagian teks Why yang diusulkan di atas tidak diikuti dalam terjemahan Indonesia ini. Memang tidak harus diikuti atau diperhatikan para pembaca. Sekarang kitab Wahyu kepada Yohanes berupa sebuah kesatuan dan dapat dibaca secara terus menerus. Hati pembaca dapat merasa terpikat oleh lambang-lambang yang serba majemuk dan ganjil. Tetapi di dalamnya terungkaplah kepastian dan pengharapan yang khusus Kristen. Korban Anak Domba sudah memperoleh kemenangan yang terakhir. Kesusahan dan kemalangan apapun yang melandanya, Gereja Kristus tidak dapat meragukan kesetiaan Allah hingga saat Tuhan "segera" akan datang, 1:1; 2:20. Memanglah Kitab Wahyu adalah kitab Pengharapan Kristen dan lagu Kemenangan Gereja yang dianiaya.
Ende: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus
Kristus". Selandjutnja dit...
WAHJU JOANES
KATA PENGANTAR
Tjorak chas karangan ini
Dalam ajat pertama, mengenai isinja, karangan ini disebut "Wahju Jesus Kristus". Selandjutnja diterangkan bahwa wahju ini disampaikan dengan perantaraan seorang Malaekat kepada penulis jang menamakan diri Joanes. Penulis mendapat penglihatan-penglihatan dan Malaekat memberi pendjelasan mengenai arti dan maksudnja. Djudul jang sudah terdapat pada naskah-naskah jang tertua, dalam bahasa Junani, ialah "Apokalipsis Joanes". Kita biasa menterdjemahkannja dengan "Wahju Joanes" atau Wahju kepada Joanes.
Sebagai istilah, apokalipsis berarti pembukaan raliasia, tetapi dalam bahasa ilmu Kitab Kudus chususnja digunakan untuk pernjataan-pernjataan tentang masa achir zaman dan hidup diachirat. Dan itupun tjiri wahju Joanes djuga.
Karangan ini sangat mirip dengan tulisan-tulisan para nabi Perdjandjian Lama, terutama Ezechiel dan ketiga nabi terachir, Zakarias, Joel dan Daniel, jang nubuat-nubuatnja paling bersifat apokalipsis. Nabi-nabi Perdjandjian Lama itu diutus untuk menjampaik&n pesan-pesan Allah kepada umat Israel, guna menginsafkan mereka kalau tersesat dari perdjandjian, akan "Murka Allah" jang mengantjam, tetapi lebih lagi akan kerahinian Allah, kalau mereka bertobat. Sedemikian itu Joanes pun disuruh bemubuat, guna memperingatkan umat-umatnja akan kekurangan-kekurangan dan penjelewengan mereka, dan menginsafkan mereka akan bahaja-bahaja jang mengantjam, jaitu akan pengadjaran terhadap agama jang sedang dialami dan tentu akan merighebat, supaja mereka tetap siap untuk menghadapinja dengan tabah hati dan teguh imannja, penuh kepertjajaan kepada Allah jang memelihara dan melindungi orang-orang jang setia kepadanja, dan mendjamin mereka kemenangan jang gemilang.
Bahasa nubuat-nubuat para nabi biasanja samar-samar. Joanes tidak luput. Malah ia sengadja meniru dan mengambil-alih bahasa nabi-nabi lama itu dan chususnja mereka jang tulisannja sangat bergaja apokalipsis itu. Hal itu agak wadjar, sebab ia mendapat penglihatan-penglihatan jang sering-sering sama dengan penglihatan-penglihatan mereka. Tetapi, kalau bahasa penuh chajalan mereka, mengenai keadaan zaman mereka sendiri sudah sulit untuk ditafsirkan, apalagi kalau gambaran-gambaran dan ungkapan-ungkapan mereka digunakan untuk menampung gagasan-gagasan dan kenjataan-kenjataan Perdjandjian Baru.
Pendek kata: wahju Joanes itu tidak mudah untuk dimengerti. Meskipun enak djuga untuk dibatja sebab chajalan jang aneh-aneh penuh rahasia, namun bertubi- tubi tersandung pada kesulitan penafsir dalam perintjian-perintjiannja. Kalau kita hendak mengerti segala perintjian, perlu kita membalas dengan teliti dan sampai mendalam tulisan-tulisan para nabi jang mendjadi tjontoh bagi Joanes. Tetapi tidak usah djuga kita mengerti tiap-tiap gambar dan ungkapan, sebab maksudnja jang sebenarnja ialah memberi kesan-kesan sadja, untuk ditangkap dengan daja intuisi, dan demikian merangsang hati sanubari dan kemauan. Kami akan menjadjikan sekedar pendjelasan dalam tjatatan-tjatatan pada kaki halaman- halaman, tetapi dapat sedikit sadja, sebab ruangan edisi ini sangat terbatas. Maksudnja sadja mendjadi petundjuk djalan, untuk sendiri mentjari suatu pendjelasan jang agak dapat masuk akal. Biarpun banjak perintjian tetap tinggal teka-teki bagi kita, namun gagasan umum karangan ini tjukup tegas, untuk mentjapai tudjuannja jang utama, ialah memperkuat kepertjajaan kepada penielenggaraan Allah dalam segala kesukaran pada djalan penjelamatan.
Siapa sebenarnja Joanes penulis itu
Satu setengah abad lamanja tak ada kesangsian, bahwa penulis Joanes itu ialah Rasul Joanes. Pada pertengahan abad ketiga barulah Diornsius, uskup Aleksandria, mengemukakan pendapatnja bahwa tak mungkin Rasul Joanes pengarang "Wahju" ini, sebab tjara berpikir dan gaja bahasanja terlalu berbeda dengan tjara berpikir dan gaja bahasa Indjil keempat dan surat-surat Rasul itu.
Lain dari itu ada pula jang menjangkal Rasul Joanes adalah pengarangnja, sebab didalam buku ini terdapat utjapan-utjapan dan dalil-dalil jang salah ditafsirkan dan disalahgunakan untuk mengandjurkan adjaran-adjaran palsu mazhab- mazhab tertentu.
Sedjak masa itu kesangsian bahwa Rasul Joanes betul pengarang Wahju ini dikemukakan berulang kali.
Dan memang perbedaan tjara berpikir dan berbahasa antara Indjil keempat dan wahju ini sangat menjolok. Namun dapat dirasakan sebagai wadjar djuga, sebab isi dan suasana kedua karangan itu berlainan sekali. Dalam Indjil keempat Joanes memberitakan dan menjaksikan pengadjaran-pengadjaran dan perbuatan-perbuatan Jesus jang merupakan kenjataan-kenjataan, jang bersuasana tjerah dan tenang. Dan tentu sadja Joanes berusaha sedapat-dapatnja memberitakan menurut tjara berpikir dan dengan gaja bahasa Jesus sendiri. Lain halnja dengan karangan Wahju ini. Joanes mendapat penglihatan-penglihatan jang bukan kenjataan-kenjataan djelas, melainkan lambang-lambang penuh chajalan dan bersuasana gaib dan gandjil. Tentu wadjar sekali ia menjesuaikan bahasanja dengan suasana itu. Tambah lagi, bahwa penglihatan-penglihatan jang diberikan kepadanja, mirip sekali dengan penglihatan-penglihatan nabi-nabi jang ia kenal, sehingga dengan sendirinja timbul unsur-unsur bahasa dan tjara pengungkapan mereka dalam ingatannja. Selain itu pula, kalau dikatakan bahwa bahasa Wahju Joanes adalah bahasa Ibrani dengan perkataan Junani, bukankah tjiri-tjiri itu sedikit banjak terdapat pada Indjil keempat djuga? Dewasa ini kebanjakkan para ahli mengemukakan, bahwa tak ada alasan-alasan tjukup untuk mengingkari tradisi lama, bahwa Rasul Joanes betul- betul pengarang "Apokalipsis" ini.
Alasan dan latar-belakang karangan ini
Pada masa Wahju ini ditulis, masih hidup terang dalam ingatan segala umat, luasnja dan kedjamnja pengedjaran Nero terhadap umat di Roma. Pengedjaran Nero itu dilandjutkan oleh kaisar-kaisar jang berikut, dan mendjalar kesegala pelosok kekaisaran, biarpun tidak selalu dan disegala tempat dengan sama hebatnja. Baru- baru mulai berketjamuk dipropinsi Asia, (dibawah pemerintahan kaisar Domitianus (81-96). Dia lebih keras dari pendahulunja menuntut dari tiap-tiap orang penjembahan terhadap dirinja, sebagai "dominus ac deus", artinja sebagai "Tuhan dan Allah", dengan upatjara keagamaan. Siapa tidak turut harus dihukum. Penulis Wahju ini telah dibuang kepulau Patmos, dan ada jang telah mati martir (2:15) . Ada gedjala-gedjala tjukup untuk meramalkan, bahwa pengedjaran itu akan meluas dan menghebat. Djustru itupun jang dinjatakan kepada Joanes, supa)a ia menulisnja dalam buku ini guna mempersiapkan umat-umat untuk menghadapinja.
Atjara pokok karangan ini
Gagasan utama untuk mentjapai tudjuan tersebut, ialah menginsjafkan dan mejakinkan umat-umat akan penjelenggaraan mahaberdaulat Allah, jang dapat membiarkan kedjahatan meradjalela didunia, tetapi tahu membatasinja dan melindungi terhadapnja orang-orang jang setia kepada Allah, malah menggunakan tindakan-tindakan jang djahat serta akibat-akibatnja untuk melaksanakan rentjana penjelamatannja. Gagasan itu tidak dibitjarakan, melainkan ditundiukkan kebenarannja dengan lambang-lambang jang mengesankan. Dalam penglihatan- penglihatan digambarkan bagaimana segala kedjahatan dikendalikan oleh Allah dan mendapat balasan pada waktunja. Kedjahatan, jang chusus dimaksudkan dalam buku ini, ialah pemberontakan dan penjerangan terus-menerus dari dunia kafir terhadap Keradjaan Allah seperti menjatakan diri dalam penghambatan dan pengedjaran umat- umat Kristus. Kedjahatan dilukiskan sebagai berpokok dan berpribadi dalam "naga" sebagai lambang sjaitan. Para penguasa dunia (pemerintahan kafir) dibudjuk olehnja sampai djadi kakitangannja. Ditundjukkan bagaimana mereka semua, satu demi satu, disiksakan dan dikalahkan oleh Allah, sampai nusnah. Dan achirnja sjaitan itu sendiri ditangkap dan ditjampakkan kedalam "Iautan api untuk selama- lamanja".
Dan sebagai kebalikkan dari nasib orang djahat jang ngeri itu dilukiskan tersebar dalam seluruh buku kebahagiaan dan kedjajaan mereka jang ditindas dan tetap setia kepada Allah dalam segala kesusahan.
Sudah didunia orang-orang jang setia kepada Allah tetap dipelihara dan
dilindungi oleh Allah, supaja malapetaka-malapetaka jang kena dunia karena murka
Allah atas kedjahatannja, djangan menimpa atau merugikan mereka. Batjalah,
Hagelberg: Wahyu (Pendahuluan Kitab) PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini...
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Walaupun kitab ini seringkali ditafsirkan dengan pendekatan yang bermacam-macam, sangat diharapkan agar pembahasan berikut ini akan membawa berkat yang besar, karena di dalam setiap pembahasan Kitab Wahyu seyogyanya ditafsirkan untuk diterapkan di dalam kehidupan umat Allah. Memang, dalam kitab ini ada banyak hal yang sulit dimengerti. Tetapi yang menggelisahkan hati kita bukanlah apa yang tidak kita mengerti, melainkan justru apa yang dimengerti namun tidak diterapkan dalam kehidupan pribadi dan dalam jemaat Kristus.
Penulis Kitab Wahyu
Kitab Wahyu 1:1, 1:4, 1:9, dan 22:8 menyatakan tanpa penjelasan bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh "Yohanes". Oleh karena tidak ada keterangan tentang seorang Yohanes yang lain, maka menurut penulis, Yohanes yang dimaksudkan adalah Rasul Yohanes.1
Justinus Martyr menulis dalam Dialog dengan Trypho (tahun 135) bahwa Rasul Yohanes adalah penulis Kitab Wahyu. Pernyataan itu dapat diterima kebenarannya, karena selama beberapa tahun Justinus tinggal di Efesus.2 Eusebius, Irenius,3 Clement, Origen, Tertullianus dan Hippolytus juga mendukung pengertian ini, yaitu bahwa Rasul Yohanes sendiri penulis Kitab Wahyu.
Pada pertengahan abad ketiga Dionysius, uskup Aleksandria, berkata bahwa Rasul Yohanes tidak mungkin menulis Kitab Wahyu karena kosa kata dan tata bahasa Kitab Wahyu berbeda dengan kosa kata dan tata bahasa Injil Yohanes dan Surat-surat Yohanes. Menurut dia, bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes adalah bahasa Yunani yang halus dan indah, tetapi bahasa Yunani yang dipakai dalam Kitab Wahyu tidak baku, malah ada "idiom yang tidak beradab".4
Memang betul, bahasa yang dipakai dalam Injil Yohanes dan ketiga Surat Yohanes jauh berbeda dibandingkan bahasa yang dipakai dalam Kitab Wahyu.5 Peraturan tata bahasa yang baku seringkali dilanggar dalam Kitab Wahyu, tetapi "pelanggaran" tersebut tidak sembarangan. Pelangaran peraturan tata bahasa yang ada dalam Kitab Wahyu menguatkan kesan dan suasana yang diciptakan oleh si penulis, sesuai dengan tujuan nas yang bersang-kutan.6
Pada zaman Rasul Paulus, penulis surat seringkali dibantu seorang ahli tulis. Kebiasaan ini nyata dalam 1 Korintus 16:21, di mana Rasul Paulus menulis, "Dengan tanganku sendiri aku menulis ini: Salam dari Paulus."7 Perincian kerjasama antara penulis surat dan jurutulis sulit dipastikan. Pimpinan perusahaan dapat menyuruh sekretarisnya menyusun surat undangan untuk rapat minggu depan, dan perumusan isi surat tersebut dapat diserahkan sepenuhnya kepada sekretaris, lalu dia tinggal menandatangani surat itu, atau dia dapat juga mendikte isi surat kata per kata. Demikian juga dengan ahli tulis pada zaman Rasul Yohanes. Ladd8 mengemukakan kemungkinan bahwa Injil Yohanes ditulis oleh Yohanes dengan ditolong oleh sekretaris yang adalah muridnya sendiri, dan Kitab Wahyu ditulis tanpa sekretaris. Dengan demikian, Kitab Wahyu mencerminkan bahasa Yunani yang biasa digunakan Yohanes, seorang Yahudi. Kesimpulan ini dikuatkan dengan pengamatan bahwa di Pulau Patmos kemungkinan besar tidak ada sekretaris untuk membantu Rasul Yohanes!
Argumentasi Dionysius dan sarjana-sarjana lain yang menolak Rasul Yohanes sebagai penulis Kitab Wahyu tidak masuk akal. Bahasa Yunani yang seperti apa ditulis oleh seseorang yang baru "tersungkur di depan kaki-Nya sama seperti orang mati"! Pasti kalau orang menulis tentang topik atau hal yang begitu luar biasa, kosa kata dan tata bahasa yang dia pakai juga luar biasa.
Berdasarkan argumen di atas, jelaslah bahwa Kitab Wahyu ditulis oleh Rasul Yohanes.
Tahun Penulisan
Menurut sarjana zaman ini, Kitab Wahyu ditulis pada masa kerajaan Kaisar Domitianus di Roma (tahun 81-96), atau pada akhir kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68). Oleh karena faktor-faktor yang berikut ini, maka jauh lebih besar kemungkinan kitab ini ditulis pada kerajaan Kaisar Domitianus:
1. Irenius mengatakan bahwa Wahyu ditulis pada akhir Kerajaan Domitianus.
2. Sudah ada pengalaman yang matang dari ketujuh jemaat itu. Jika hal itu terjadi pada masa kerajaan Nero, belum ada waktu untuk memungkinkan terjadinya kemerosotan jemaat Tiatira, Sardis, dan Laodikia, ataupun ketekunan jemaat Efesus, Smirna, dan Filadelfia yang diceritakan dalam pasal 2-3.
3. Kota atau jemaat di Laodikia menganggap dirinya kaya (Wahyu 3:17), tetapi pada masa kerajaan Nero kota itu terkena gempa bumi (tahun 60 atau 61), sehingga pada saat itu mereka tidak lagi menganggap dirinya kaya.
4. Adanya penganiayaan (1:9; 2:10, 13; 3:10) cocok dengan zaman Domitianus. Setelah musibah kebakaran Kota Roma, Nero mengambinghitamkan orang Kristen di Kota Roma, dan mereka dianiaya secara kejam. Penganiayaan tersebut bukanlah yang diceritakan dalam Kitab Wahyu, karena penganiayaan tersebut hanya terjadi di Kota Roma, sedangkan yang disebutkan dalam Kitab Wahyu juga terjadi di Asia Kecil. Pada zaman kerajaan Kaisar Domitianus penyembahan kepada Kaisar sudah menjadi kewajiban yang membawa hukuman maut. Orang Kristen yang tidak siap menyembah Kaisar Domitianus dianiaya di setiap tempat.9
Data-data di atas menjadi bukti yang kuat bahwa Kitab Wahyu ditulis kira-kira tahun 95.
Penerima Kitab Wahyu
Secara khusus, kitab ini ditulis untuk tujuh jemaat tertentu di tujuh kota di "Asia Kecil", yaitu Propinsi Asia yang terletak di bagian barat negara Turki (Wahyu 1:11). Jarak antara tujuh kota itu sekitar 50-80 kilometer. Setiap tujuh kota tersebut mempunyai kantor pos besar untuk wilayah Propinsi Asia bagian barat-tengah.10 Secara umum, sebagai bagian dari Alkitab, kitab ini juga ditulis untuk setiap orang Kristen (Wahyu 2:7, 17, 29, dsb).
Tujuan Utama
Kitab Wahyu ditulis dan dikirim kepada orang-orang Kristen dari ketujuh jemaat (dan kepada kita) untuk mendorong, menegur, dan membesarkan hati mereka (dan hati kita). Hal ini diungkapkan secara jelas melalui teguran-teguran Tuhan Yesus dan janji kemenangan-Nya yang akan mengalahkan segala kejahatan yang mengancam mereka. Selain itu, kitab ini juga ditulis untuk menantang supaya mereka bertobat atau supaya mereka berdiri tegak, sesuai dengan keadaan mereka masing-masing. Dengan demikian, jika mereka menaati apa yang tertulis dalam kitab ini, mereka akan turut bersukacita karena Tuhan Yesus dan kemenangan-Nya (Wahyu 1:3; 2:7, 11, 17, dan 15-28). Dalam pasal 2 dan 3, tantangan dan pengobaran semangat sangat nyata. Penglihatan-penglihatan tentang kedatangan kedua dari Tuhan Yesus menjelaskan bahwa kemenangan-Nya akan membawa kehancuran kepada "yang diam di bumi" dan membawa pahala kepada mereka yang setia. Jadi, penglihatan itu secara tidak langsung mendukung tantangan dan dorongan tersebut. Kristus Raja akan kembali dengan kemenangan, dan akan memberikan hadiah kepada mereka yang menang terhadap godaan dan pencobaan sebagaimana Dia pun menang. Dengan demikian, maksud kitab ini sangat praktis dan perlu diterapkan.
Kitab Wahyu tidak diberikan kepada kita sebagai bahan spekulasi/perkiraan, misalnya "Mengapa gulungan kitab kecil itu dimakan Yohanes?" "Tanggal berapa nanti Tuhan akan datang?" Yang menjadi tekanan penting dalam kitab ini adalah penerapan yang benar, dan bukan pikiran yang sia-sia.
Latar Belakang
1. Keadaan Sosial
Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya mengingatkan Babel yang diceritakan dalam Wahyu 18:11-14. Dalam Kekaisaran Romawi pada waktu Kitab Wahyu ditulis, ada yang kaya raya dan ada yang miskin sekali. Tingkat sosial-ekonomi menengah tidak ada. Jadi, ada jurang yang sangat dalam antara yang kaya dan yang miskin.
2. Keadaan Pemerintahan
Kerajaan Kaisar Nero (tahun 54-68) ditandai dengan kebakaran Kota Roma dan penganiayaan orang Kristen setelah kebakaran tersebut. Pagi-pagi sekali pada tanggal 19 Juli 64 ada api di Circus Maximus (tempat perlombaan kereta pertempuran). Selama lima hari api memakan Kota Roma. Menurut beberapa saksi mata ada orang yang membesarkan api itu dengan sengaja, dan orang yang berusaha untuk memadamkannya dihalangi orang lain. Menurut kabar angin, api itu dinyalakan atas perintah Kaisar Nero, karena dia mau membangun kembali Kota Roma sesuai dengan impiannya. Nero menuduh orang Kristen dan menghukum orang-orang Kristen dengan sangat kejam. Ada yang disalibkan, ada yang dijahit dalam kulit binatang, kemudian diburu dan dimakan anjing yang lapar, ada yang dilumuri dengan ter dan dinyalakan sebagai obor. Menurut tradisi yang cukup kuat, Rasul Paulus dan Petrus juga mati syahid dalam penganiayaan yang dilakukan oleh Nero.11
Nero meninggal pada tanggal 9 Juni tahun 68. Selama satu tahun, yaitu antara kematian Nero dan kedatangan Vespasian, ada perang saudara di Roma, di mana empat kaisar naik takhta Kekaisaran Romawi. Dengan kedatangan Kaisar Vespasian, masa kekacauan politis tersebut diakhiri. Dengan demikian, wangsa Flavianus didirikan.
Menurut pengertian tahun penulisan yang diuraikan di atas, Kitab Wahyu ditulis pada akhir wangsa Flavianus, yang terdiri dari Kaisar Vespasian, (tahun 69-79), lalu Kaisar Titus (79-81) dan Kaisar Domitianus (81-96). Wilayah Kekaisaran Romawi sangat luas. Pada dinasti Flavianus, Kekaisaran Romawi mencapai kepulauan Inggris dan daerah Jerman. Sistem pemerintahannya totaliter, kaisar berkuasa mutlak.12 Pada waktu kitab ini ditulis, menyembah Kaisar Domitianus sudah diwajibkan sebagai tanda kesetiaan politis.
3. Keadaan Agama
a. Orang Yahudi: Oleh karena Bait Allah di Yerusalem dihancurkan pada tahun 70 oleh pasukan Jenderal Titus, maka orang Israel tersebar sebagai pendatang, dan pada umumnya mereka dibenci. Pungutan pajak yang berat, khusus bagi orang Yahudi, diadakan oleh Raja Vespasian.
b. Orang Roma: Orang Roma menyembah banyak dewa-dewi, termasuk Raja Domitianus sendiri!
c. Orang Kristen: Pada tahun 95 agama Kristen sudah dianggap berbeda dengan agama Yahudi. Agama Kristen dianggap ateis, karena orang Kristen tidak mau terlibat dalam agama Roma, dan tidak menyembah dewa-dewi Roma. Beberapa orang Kristen dan beberapa jemaat dianiaya (Wahyu 1:9; 2:10, dan 13).
4. Keadaan Kesusastraan:
Banyak sastra yang sejenis dengan Kitab Wahyu disusun antara tahun 200 SM sampai tahun 100 M. Pada masa kini jenis sastra tersebut disebut "apokaliptik"13 atau "penyingkapan". Kitab Daniel dan Kitab Zakharia mirip jenis sastra ini. Jenis ini berasal dari bangsa Yahudi. Karangan apokaliptik memakai banyak lambang yang aneh bagi pembaca modern, tetapi lambang-lambang tersebut sudah biasa bagi para pembaca pada zaman Yohanes. Pada umumnya, apokaliptik dikarang seolah-olah merupakan wahyu dari Allah melalui malaikat kepada seorang tokoh sejarah Israel, di mana Allah berjanji untuk meniadakan kesusahan dan menghancurkan segala kejahatan.14 Perlu dicatat juga, bahwa Kitab Wahyu dikategorikan sebagai sastra apokaliptik yang luar biasa, oleh karena empat faktor yang berikut:
a. Pada umumnya, ada penerangan yang panjang atau "pidato" yang panjang dari malaikat, tetapi dalam Kitab Wahyu tidak ada.
b. Biasanya karangan apokaliptik ditulis seolah-olah oleh tokoh sejarah Israel seperti Musa atau Abraham, tetapi Yohanes sendiri menulis Kitab Wahyu.
c. Pasal dua dan pasal tiga, yaitu ketujuh surat kepada ketujuh jemaat, sangat unik sekali. Pada umumnya dalam sastra apokaliptik pertanggungjawaban sama sekali tidak disebutkan, tidak seperti Kitab Wahyu 2 dan 3.
d. Dalam apokaliptik yang lain, zaman ini dianggap tanpa arti dan sia-sia saja, sedangkan dalam Kitab Wahyu perilaku umat Allah zaman ini, amat penting di hadapan Tuhan.15
Kitab Wahyu memiliki beberapa ciri khas dari golongan sastra surat, apokaliptik, dan nubuatan.16 Selain sarana komunikasi antara pribadi, bentuk surat sudah membudaya sebagai sarana bimbingan dari filosof dan ahli ilmu pengetahuan.17 Khas sastra surat terlihat dalam pasal 1:4. Salah satu aspek dari pengamatan ini adalah bahwa Kitab Wahyu ditujukan kepada si penerima, yaitu ketujuh jemaat di Asia Kecil.18 Hal ini menjadi penting dalam pembahasan penafsiran Kitab Wahyu, karena keadaan mereka di Asia Kecil harus dipertimbangkan dalam setiap tafsiran.
Kitab Wahyu juga memiliki khas sastra apokaliptik. Dalam karangan-karangan apokaliptik, sejarah Israel, ataupun sejarah manusia, dipamerkan untuk menyatakan bahwa walaupun kejahatan akan merusak, tetapi tujuan dan maksud Yang Mahakuasa akan diteruskan dan dikembangkan sampai puncak kemenangan yang mulia.19
Selain khas sastra surat dan apokaliptik, Kitab Wahyu juga memiliki khas nubuatan. Dalam pasal 1:3 dia berkata, Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini dan menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya.... Ciri khas nubuatan, yang menuntut iman dan ketaatan dari para pendengar (ataupun para pembaca) jelas tampak dalam ketujuh surat, yang dapat dibandingkan dengan tujuh pesan dalam Amos pasal 1-2.20
Penafsiran
Sebelum Kitab Wahyu dipelajari, sebaiknya hal penafsiran dipikirkan secara matang, karena rumitnya Kitab Wahyu dan adanya banyak lambang, baik yang dijelaskan (1:20) maupun yang tidak dijelaskan (3:12), menyulitkan penafsirannya.
Pendekatan pada penafsiran Kitab Wahyu dapat digolongkan menjadi empat. Yang pertama disebut "Pandangan Preterist". Menurut mereka, seluruh Kitab Wahyu hanya menceritakan keadaan umat Allah pada zaman Kekaisaran Romawi saja. Segala tafsiran dari penafsir Preterist dikaitkan dengan jemaat Kristus dan lingkungan mereka pada zaman itu. Menurut mereka, nubuatan-nubuatan yang besar dalam Kitab Wahyu telah digenapi dengan jatuhnya Yerusalem pada tahun 70. Kebanyakan penafsir modern memakai pendekatan "Preterist". Kemenangan total yang diceritakan dalam pasal 18-22 sulit ditafsirkan oleh para penafsir yang mempergunakan pendekatan ini, karena tidak ada kemenangan yang seperti itu pada zaman Kekaisaran Romawi.
Golongan yang kedua disebut "Pandangan Historis". Menurut mereka, Kitab Wahyu merupakan nubuatan yang menguraikan sejarah Eropa Barat sampai kedatangan Tuhan Yesus pada hari kiamat. Banyak yang memakai pendekatan yang disebut "Historis", tetapi tafsiran mereka tidak menyatu.
Golongan yang ketiga disebut "Pandangan Futuris". Menurut pendekatan ini, pasal 1-3 menceritakan mengenai zaman penulis, dan pasal 4-22 merupakan nubuatan mengenai akhir zaman. Morris21 dan Mounce22 mengritik pandangan ini karena, menurut mereka, dengan pandangan ini pasal 4-22 tidak mempunyai arti bagi kita, kecuali kita terlibat langsung, sehingga Tuhan Yesus datang dalam masa kehidupan kita. Tetapi sebenarnya kritikan mereka tidak mempunyai dasar yang kuat. Berita mengenai kedatangan Tuhan Yesus tetap relevan pada setiap generasi umat Allah karena berita tersebut menghibur umat Allah yang setia, dan menakutkan orang Kristen yang tidak setia. Sama seperti orang tidak mengadakan pesta kebun kalau prakiraan cuaca berkata "hujan lebat", demikian juga kita tidak hidup untuk diri kita sendiri kalau Firman Allah berkata, "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Pendekatan "Futuris" adalah pendekatan yang dipakai dalam bahasan ini.23
Golongan yang keempat disebut "Pandangan Idealis". Menurut mereka, Kitab Wahyu tidak menceritakan kelakuan atau peristiwa, melainkan hanya menguraikan prinsip-prinsip yang bersifat teologis. Kitab Wahyu mereka tafsirkan untuk menyatakan prinsip-prinsip yang dipakai Allah sepanjang masa.
Morris dan Mounce menghargai keempat pendekatan tersebut di atas. Menurut mereka, setiap pendekatan mempunyai kekuatan dan kelemahan, dan kita harus belajar dari hasil penafsiran keempat golongan. Golongan "Preterist" dan "Historis" mengingatkan kita bahwa Kitab Wahyu mempunyai akar dalam sejarah dan bahwa latar belakang para pembaca mula-mula amat penting dalam proses penafsiran Kitab Wahyu. Dari golongan "Futuris" kita mengingat bahwa kegenapan utama dari pasal 4-22 harus terjadi pada akhir zaman. Dari golongan "Idealis" kita mengingat bahwa prinsip-prinsip yang dinyatakan dalam Kitab Wahyu sungguh berlaku sepanjang sejarah manusia. Penulis setuju dengan sikap Morris dan Mounce, tetapi akhirnya memihak golongan "Futuris" sebagai patokan yang menjaga kesatuan struktur Kitab Wahyu.
Para penafsir Kitab Wahyu yang awal, seperti Justinus Martyr, Irenius, dan Hippolytus, menulis bahwa Kitab Wahyu menubuatkan Kerajaan Seribu Tahun yang harfiah. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, ada kebangkitan umum, penghukuman, dan pembaharuan surga dan bumi.24 Tafsiran mereka sesuai dengan tafsiran yang ada dalam bahasan ini.
Di wilayah Aleksandria, bapa-bapa gereja, termasuk Origen (tahun 185-254), mengembangkan metode penafsiran yang disebut "spiritual" atau alegoris. Metode penafsiran ini, tidak memperhatikan kebenaran harfiah, melainkan segalanya dipandang sebagai pembicaraan figuratif (kiasan) atau selalu merohanikan sesuatu. Agustinus meneruskan perkembangan alegoris, sehingga bagi dia arti harfiah sudah tidak diperhatikan. Selama seribu tahun metode alegoris merupakan pendekatan yang biasa. Pendekatan ini terkait erat dengan golongan yang keempat yang disebut "Pandangan Idealis".
Pada abad kedua belas Joachim, seorang Katolik di Floris, Italia, menolak tafsiran alegoris yang berpandangan bahwa zaman ini adalah Kerajaan Seribu Tahun yang disebutkan dalam Wahyu 20. Menurut dia, Kerajaan Seribu Tahun belum mulai.
Nicolas dari Lyra, seorang teolog di Paris yang meninggal pada tahun 1340, memakai "Pandangan Historis" yang telah dijelaskan sebelumnya, sebagai pendekatan untuk menafsirkan Kitab Wahyu.
Pada akhir abad keenam belas, seorang Yesuit di Spanyol yang bernama Alcasar mengikuti paham "Preterist". Menurut Alcasar, pasal 20-22 merupakan nubuatan mengenai kemenangan yang dinikmati oleh jemaat Kristus zaman ini, suatu kemenangan yang dimulai pada kerajaan Kaisar Konstantin.
Walaupun dalam Kitab Wahyu ada banyak simbol, tetapi itu tidak berarti setiap nas harus ditafsirkan dengan tafsiran kiasan ataupun alegoris. Pendekatan penafsiran harfiah tampaknya seperti menyingkirkan lambang-lambang; tetapi pada dasarnya pendekatan penafsiran harfiah itu mencakup juga arti kiasan yang dinyatakan melalui lambang-lambang. Jadi, dalam hal ini penulis menerima pandangan harfiah. Apa yang dapat diartikan secara harfiah, haruslah diartikan secara harfiah. Sebaliknya, apa yang tidak masuk akal sebagai kata-kata harfiah, haruslah dianggap kiasan, dan diartikan sebagai kiasan (misalnya, "tujuh bintang" yang Ia pegang di tangan kanan-Nya tidak mungkin ditafsirkan sebagai bintang harfiah.)
Dalam bahasan ini penulis selalu berusaha untuk berpegang pada empat prinsip penafsiran berikut:
1. Penafsiran berdasarkan konteks serta struktur.
2. Penafsiran dengan mempertimbangkan latar belakang si penulis dan para pembaca mula-mula.
3. Penafsiran yang cenderung menerima arti biasa, yaitu arti harfiah, kecuali ada alasan kuat yang menuntut arti kiasan.
4. Penafsiran secara menyeluruh (komprehensif), yaitu penafsiran dengan mempertimbangkan seluruh ajaran Alkitab.
Penafsiran Angka dan Pengulangan
Para pengarang dan filsuf zaman Rasul Yohanes, sangat tertarik dengan angka dan makna angka. Kepentingan angka-angka tertentu dalam segala bidang dibahas panjang lebar dalam karangan zaman tersebut. Pythagoras dianggap tokoh utama dalam ajaran tersebut. Dia lahir kira-kira tahun 570 SM, dan hidup di Italia selatan. Pengikut-pengikut Pythagoras menganggap angka 1, 2, 4, dan 10 sebagai angka yang paling penting.
Pada akhir abad keempat SM angka tujuh mulai dianggap penting, mungkin karena pengaruh dari Babel. Pada waktu yang sama, pengaruh pengikut Pythagoras berkurang, tetapi karangannya tetap dibaca pada abad ketiga dan kedua SM.25
Pada abad kedua SM seorang Yahudi yang bernama Aristobulus mengajar di Aleksandria, Mesir. Menurut dia, angka tujuh sangat penting. Oleh karena dia orang Yahudi, maka diduga bahwa dia dipengaruhi oleh pentingnya angka tujuh dalam Perjanjian Lama.
Philo, seorang filsuf Yahudi yang juga tinggal di Aleksandria, menganggap bahwa angka tujuh sebagai angka yang paling menarik. Dia lahir kira-kita tahun 25 SM.26
Menurut Collins, pakar-pakar sastra apokaliptik berpikir bahwa angka-angka tertentu dipakai dalam sastra apokaliptik untuk memberi kesan bahwa zaman dan semesta alam teratur, dan tidak kacau. Lebih lanjut, Collins menjelaskan bahwa angka-angka jauh lebih penting dalam Kitab Wahyu daripada kebanyakan apokaliptik yang lain. Juga, dalam sastra apokaliptik yang lain, yaitu apokaliptik yang di luar Alkitab, ada "seri tujuh" tetapi tidak dihitung secara tersurat, seperti "seri tujuh segel", "tujuh sangkakala", dan "tujuh cawan", yang dihitung satu per satu dalam Kitab Wahyu.27
Secara umum, dapat dikatakan bahwa adanya peristiwa-peristiwa besar yang berjumlah tujuh, memberi penghiburan kepada para pembaca mula-mula, karena membawa kesan bahwa zaman ini yang rupanya begitu kacau, sebenarnya akan berakhir dengan cara yang direncanakan dan diatur oleh Tuhan sendiri, yang "ditandai" oleh-Nya dengan "seri-seri tujuh", dan bahwa bentuk tempat kediaman orang-orang suci yang setia, yaitu Yerusalem Baru, diatur dan dibentuk sesuai dengan kehendak Tuhan, lengkap dengan "tandatangan-Nya", yaitu angka dua belas. Collins28 berkata, "Tidak ada yang acak-acakan. Segala sesuatu terukur dan terhitung. Ada rencana ilahi. Segala sesuatu ada di dalam kuasa Allah, dan hasilnya menjadi sangat baik bagi setiap orang yang setia pada kehendak Allah sebagaimana diilhamkan di dalam Kitab Wahyu."
Pembahasan makna angka di atas bersifat umum dan pasti. Pembahasan yang spesifik, mengenai makna angka-angka tertentu, lebih rumit. Collins29 sendiri berkata, "Sangat sulit untuk memastikan mengapa angka-angka tertentu begitu sering dipakai...."
Dalam bahasa sumber, angka dua dipakai 10 kali. Empat kali di antaranya dipakai menunjuk kepada kesaksian, yaitu dalam pasal 11:3, 4 (dua kali), dan 10.
Dalam bahasa sumber, angka tiga dipakai sebelas kali, tetapi menurut Bauckham,30 pemakaian angka tiga tidak mempunyai makna yang jelas.
Angka empat dipakai 19 kali dengan pembagian sebagai berikut:
"Empat makhluk" disebut 10 kali (dalam 4:6, 8; 5:6, 8, 14; 6:1, 6; 7:11; 14:3; 15:7 dan 19:4). Dalam pasal 9:13 "keempat tanduk mezbah emas yang di hadapan Allah" disebutkan. Selain yang tersebut di atas, angka empat berkaitan dengan ciptaan Allah dan malaikat yang diberi kuasa atas semesta alam: 7:1, 2; 9:14, 15; dan 20:8. Jadi, dapat dikatakan bahwa unsur semesta alam menonjol dalam pemakaian angka empat, apalagi kalau kita mengingat bahwa empat makhluk itu mempunyai rupa binatang (atau manusia) yang ada dalam semesta alam, yaitu singa, anak lembu, manusia, dan "burung nasar yang sedang terbang".31
Angka tujuh dipakai 55 kali dalam Kitab Wahyu. Ada tujuh jemaat/kaki dian emas, disebutkan tujuh kali dalam pasal 1, dan sekali dalam pasal 2:1. (Jemaat dan kaki dian emas dihitung bersama-sama berdasarkan pasal 1:20.) Ada tujuh Roh/obor/tanduk/mata,32 disebutkan tujuh kali (pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6). Tujuh malaikat selalu disebutkan berkaitan dengan tujuh sangkakala atau tujuh cawan. (Tujuh malaikat tidak dikemukakan berhubungan dengan ketujuh segel, yang dibuka oleh Tuhan Yesus sendiri.) Ada tujuh guruh yang memperdengarkan suaranya, tetapi apa yang dikatakan oleh ketujuh guruh itu disegelkan dan tidak ditulis. Tujuh guruh tersebut disebut tiga kali. Kata "celaka"33 (atau "celakalah") dipakai 14 (yaitu 7x2) kali.
Nama "Yesus" (yang sering terkait pada kesaksian)34 dipakai 14 kali. Demikian juga, Roh Kudus disebut 14 kali. {Kata roh/Roh35 dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu: satu kali (11:11) tentang napas Allah, satu kali tentang napas yang diberikan kepada patung (13:15), tiga kali tentang roh jahat (16:13, 14; dan 18:2), satu kali tentang roh manusia (22:6), empat kali tentang ketujuh Roh Allah (1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6), dan 14 kali mengenai Roh Allah.}
Ungkapan "Aku datang"36 dipakai oleh Tuhan Yesus tujuh kali dalam Kitab Wahyu.37
Bauckham38 mengamati bahwa istilah "Anak Domba" dipakai menunjuk kepada Tuhan Yesus 28 kali dalam bahasa sumber.39 Istilah tersebut dipakai tujuh kali dalam anak kalimat yang mengaitkan Anak Domba dan Allah, dengan pola yang sama dengan apa yang terlihat dalam pasal 5:13, yang berkata "...Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba..." atau pasal 14:4, "...korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu...." Mengingat bahwa angka empat mengacu pada semesta alam (yang dimenangkan melalui pengorbanan Anak Domba Allah), maka tepatlah bahwa Tuhan Yesus disebut "Anak Domba" 4x7 kali dalam Kitab Wahyu.
Kepentingan angka empat dan tujuh juga terlihat dalam ketujuh anak kalimat di mana empat istilah suku, bahasa, kaum, dan bangsa diulangi. Pengulangan tersebut diuraikan dalam pembahasan pasal 5:9.
Selain itu, kepentingan angka empat dan tujuh terlihat dalam ketujuh Roh, yang disebut empat kali, yaitu dalam pasal 1:4; 3:1; 4:5; dan 5:6. Jika angka tujuh mengacu pada kelengkapan, dan angka empat mengacu pada semesta alam atau dunia, maka Roh Allah adalah kelengkapan yang kita perlukan untuk menjangkau seluruh dunia.
Ternyata angka tujuh juga dipakai mengenai hal-hal yang jahat. Dalam pasal 12:3 naga mempunyai tujuh kepala dan tujuh mahkota, dan dalam pasal 13:1 Anti-Kristus mempunyai tujuh kepala (juga dalam 17:3, 7, dan 9). Dalam pasal 17:10 dan 11 tujuh kepala melambangkan tujuh raja, sekutu Anti-Kristus.
Kata-kata yang berikut ini diulangi tujuh kali: jurang maut,40 layak,41 memerintah sebagai raja (menjadi raja),42 penuh,43 sabit,44 zinah/percabulan,45 dan sebutan "Tuhan Allah yang Mahakuasa"46. Kata bintang47 diulangi 14 kali.
Dari segi makna tentang angka tujuh dalam Firman Tuhan, Collins48 tidak setuju adanya kaitan antara pemakaian angka tujuh dan pekan yang terdiri dari tujuh hari dalam hukum Taurat. Dia berpikir bahwa adanya tujuh planit menjadi alasannya di mana angka tujuh menonjol dalam Kitab Wahyu, dan rasi bintang (Zodiak) adalah sumber kepentingan angka dua belas, tetapi sikap Collins dalam hal ini terlalu membesarkan faktor di luar Alkitab, dan terlalu meremehkan latar belakang yang terlihat dalam Perjanjian Lama, di mana istilah dua belas (atau kedua belas atau seperdua belas) dipakai kira-kira 135 kali, dan istilah tujuh (atau ketujuh atau sepertujuh) dipakai kira-kira 436 kali!49
Dalam Perjanjian Lama ada suatu kesan yang cukup meyakinkan bahwa angka tujuh, baik sebagai angka yang ditetapkan oleh manusia (Kejadian 21:28-30 dsb.) maupun oleh Allah (Kejadian 4:15; 7:2-4; dsb.) sering mengacu pada "kelengkapan". Menurut Philo, angka tujuh "membawa kesempurnaan".50
Angka sepuluh atau kesepuluh dipakai sepuluh kali dalam Kitab Wahyu. Angka sepersepuluh dipakai sekali. Ada kesusahan selama sepuluh hari dalam pasal 2:10. Dalam pasal 21:20 batu yang kesepuluh adalah krisopras. Selain itu angka sepuluh/kesepuluh dipakai untuk menceritakan jumlah tanduk, mahkota dan raja, yang semuanya melawan Tuhan Allah dan umat-Nya. Berdasarkan pengamatan tersebut, rupanya angka sepuluh mengacu pada kejahatan atau penderitaan.
Kata-kata yang berikut diulangi sepuluh kali: benar,51 bilangan (jumlah),52 guruh,53 dan patung.54
Angka dua belas atau kedua belas dipakai 24 kali dalam Kitab Wahyu. Angka dua belas hanya dipakai berhubungan dengan umat Israel (pasal 7:5-8, 12 kali; dan pasal 12:1) dan Yerusalem Baru (pasal 21:12-22:2). Dalam visi yang terakhir, yaitu pasal 21:9-22:5, angka dua belas atau kedua belas, dipakai sebelas kali, dan angka tiga dipakai empat kali. Jika angka tiga yang disebut empat kali disamakan dengan dua belas, maka dalam visi terakhir itu angka atau gagasan dua belas muncul dua belas kali. Dalam visi tersebut, istilah "Anak Domba" dan istilah "Allah" dipakai tujuh kali! Tidak mungkin jumlah tersebut terjadi secara kebetulan.
Sebutan-sebutan "Tuhan Allah", "Kristus", dan "Roh Allah" dipakai dengan jumlah yang "baik", misalnya empat, tujuh, dan dua belas. Tetapi sebutan-sebutan Iblis dan Anti-Kristus dipakai dengan jumlah yang tampaknya acak-acakan, tanpa jumlah yang "baik"; misalnya kata "naga"55 dipakai 13 kali, kata Yunani yang sering diterjemahkan "Iblis"56 dipakai delapan kali, satu kata lagi yang juga diterjemahkan "Iblis"57 dipakai lima kali. Menurut Bauckham58 ada kesan bahwa angka yang "berarti" dihindari dalam kaitan dengan tokoh-tokoh yang jahat. Angka yang baik hanya dipakai untuk hal yang jahat jika mereka menirukan yang kudus, seperti misalnya dalam pasal 16:13; 12:3;13:1; dan 17:3.
Bauckham59 menjelaskan bahwa ada dua macam pengulangan dalam Kitab Wahyu, yang berbeda. Pengulangan yang pertama terdiri atas frase-frase tertentu, misalnya frase "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di....", dan "Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat...." Frase ini diulangi tujuh kali dengan bentuk yang sama persis. Pengulangan seperti itu dipakai untuk menandai pembagian dalam struktur Kitab Wahyu. Dengan demikian, pengulangan frase "supaya ditunjukkan-Nya kepada hamba-hamba-Nya apa yang harus terjadi dengan tiba-tiba" (pasal 1:1) dalam pasal 22:6 (yang sama persis dalam bahasa sumber) menandai bahwa apa yang dimulai dalam pasal 1:1 akan berakhir dalam pasal 22.
Selain pengulangan seperti yang disebutkan di atas, ada juga pengulangan yang kedua, yaitu pengulangan di mana ada sedikit perbedaan. Pengulangan ini seringkali terjadi dalam Kitab Wahyu. Pasangan frase yang diulangi dengan perbedaan kecil menjadi seperti acuan silang yang mengaitkan satu nas dengan nas yang lain, misalnya untuk menegaskan kontras. Bandingkanlah pasal 4:8, yang berkata, "Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang" dengan pasal 14:11, yang berkata, "Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya." Bandingkanlah juga pasal 14:11 dengan 19:3, atau pasal 14:10-11 dengan 20:10.60
Sebagai kata terakhir, perlu dikatakan bahwa pembahasan makna angka dan pengulangan dalam Kitab Wahyu masih kurang mantap, dan harus diselidiki lebih lanjut dan lebih dalam. Sungguh diharapkan supaya segala pembahasan dalam bidang ini didasari pada pengamatan yang akurat serta prinsip penafsiran yang konsekuen.
Kitab Wahyu dan Kanon Alkitab
Allah yang berfirman kepada umat-Nya, juga menjaga supaya hanya kitab-kitab yang Dia ilhamkan saja yang akhirnya dikumpulkan menjadi Alkitab. Proses itu disebut pembentukan Kanon. Dengan pertolongan Allah yang Mahakuasa, umat Allah mengakui surat-surat tertentu, dan karangan-karangan tertentu, sebagai ilham dari Allah. Proses pengakuan Kanon terjadi lebih cepat dengan kitab-kitab tertentu, dan lebih lamban dengan kitab-kitab yang lain.
Ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak rela menerima Kitab Wahyu sebagai Firman Allah pada zaman bapa-bapa gereja. Mounce61 menegaskan, bahwa ada tokoh Kristen yang melawan Montanisme karena ajaran mereka sering bersikap fanatis (mereka mengajar antara lain bahwa Kerajaan Seribu Tahun sudah dekat dan bahwa Yerusalem Baru akan turun atas Kota Pepuza). Mereka yang melawan Montanisme siap menolak Kitab Wahyu, hanya karena Montanus suka mengutip dari Kitab Wahyu untuk mendukung ajarannya yang mereka anggap ekstrem. Walaupun ada kelompok-kelompok tertentu yang tidak menyukai Kitab Wahyu, Allah tidak minta izin dari kita untuk memasukkan Kitab Wahyu dalam Alkitab kita, dan Alkitab bukan merupakan kafetaria rohani di mana kita hanya mengambil makanan yang sesuai dengan selera kita masing-masing!
Ayat Kunci
Wahyu 1:3, yang berbunyi, "Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat", merupakan ayat kunci bagi seluruh Kitab Wahyu. Kebahagiaan itu akan menjadi milik setiap orang yang menaati isi Kitab Wahyu, dan bentuk kebahagiaan itu berupa bermacam-macam pahala. Pahala/hadiah itu dijelaskan antara lain di dalam beberapa ayat berikut ini: Wahyu 2:7, 17, 26-28; 3:5, 11-12, 21; dan 6:11.
Risalah/Perkembangan Pemikiran Kitab Wahyu
Pengertian terhadap struktur seluruh Kitab Wahyu mempermudah pengertian terhadap rincian-rinciannya. Sudah disebutkan di atas bahwa Wahyu 1:3 merupakan ayat kunci: "Berbahagialah ia yang... menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat." Jika kita ingin mengalami kebahagiaan itu, maka kita harus "menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya". Tetapi ini perlu dipikirkan, karena hanya perintah saja yang dapat dituruti. Di dalam Kitab Wahyu perintah-perintah terdapat hanya di dalam pasal dua dan pasal tiga saja. Dalam pasal empat sampai dengan pasal 22 tidak ada perintah. Menurut Barclay,62 Luther sendiri seolah-olah marah waktu dia membaca Wahyu 1:3, dan dia mengeluh, karena dalam ayat itu ada janji bagi mereka yang menaati kitab ini, tetapi dia merasa Kitab Wahyu mustahil ditaati, karena mustahil dimengerti! Memang ada banyak sekali dalam kitab ini yang tidak akan kita mengerti sebelum digenapi, tetapi yang tidak dimengerti tidak menjadi masalah bagi kita. Yang harus menjadi "masalah" bagi kita adalah pasal dua dan tiga, di mana ada banyak perintah ditulis yang memang sangat mudah dimengerti, namun kadang-kadang sangat sulit ditaati!
Wahyu 1:19 merupakan kunci dari pembagian atau struktur Kitab Wahyu. Ayat tersebut merupakan perintah Tuhan Yesus kepada Yohanes supaya dia menulis kitab ini. "Karena itu tuliskanlah apa yang telah kau lihat, apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi sesudah ini." Menurut terjemahan ini (yang bersifat harfiah) Kitab Wahyu terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Apa yang telah kaulihat (pasal 1).
2. Apa yang terjadi sekarang (pasal 2-3).
3. Apa yang akan terjadi sesudah ini (pasal 4-22).
Susunan/garis besar ini didukung oleh Wahyu 4:1, yang berbunyi, "...Naiklah kemari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini." Kata-kata tersebut hampir sama dengan Wahyu 1:19, sehingga jelaslah bahwa pada ayat ini (Wahyu 4:1) Yohanes menginjak ke bagian yang berikutnya.
Inti dari bagian yang pertama (pasal satu) adalah penglihatan Yohanes tentang pribadi Tuhan Yesus. Penglihatan ini merupakan dasar Kitab Wahyu, dan fungsinya adalah untuk mengingatkan para pembaca akan sifat Tuhan Yesus. Untuk hidup bagi Tuhan Yesus kita harus tahu, siapakah Dia. Kita harus mengerti mengenai sikap-Nya terhadap apa yang kita alami.
Bagian yang kedua terdiri dari tujuh pesan/surat kepada ketujuh jemaat. Ketujuh surat itu menuntut penerapan dari penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, dan menjanjikan hadiah kepada yang menuruti tuntutan itu.
Bagian yang ketiga menjelaskan bagaimana caranya Tuhan Yesus akan kembali ke bumi ini dan mengalahkan "yang diam di bumi". Fungsi dari bagian ini adalah untuk membesarkan hati para pembaca, bahwa "Tuhan Yesus akan menang!" Kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya akan membuktikan kebenaran sifat-sifat-Nya seperti yang dijelaskan dalam pasal 1 (khususnya penglihatan tentang Tuhan Yesus). Maka kemenangan-Nya akan memberi kesempatan untuk membagikan hadiah-hadiah yang dijanjikan itu di dalam bagian yang kedua (yaitu ketujuh surat).
Ringkasan:
Bagian pertama: pasal 1. Menyatakan, siapakah Tuhan Yesus.
Bagian kedua: pasal 2-3. Tujuh surat yang menuntut penerapan dan menjanjikan hadiah.
Bagian ketiga: pasal 4-22. Kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus, yang akan mengalahkan setiap musuh, dan membagikan hadiah.
Hubungan antarbagian:
Bagian pertama, penglihatan tentang pribadi Tuhan Yesus, merupakan dasar Kitab Wahyu. Dengan demikian, selayaknya sifat Tuhan Yesus merupakan dasar segala kegiatan dan pikiran kita. Selayaknya Yesus Kristus menjadi pusat keberadaan kita.
Bagian kedua didasari bagian pertama. Setiap surat dimulai dengan suatu fakta tentang Tuhan Yesus, yang sudah disebutkan di dalam penglihatan tentang diri-Nya. Tetapi bagian kedua, yaitu ketujuh surat, juga berhubungan erat dengan bagian ketiga, yang menceritakan kedatangan dan kemenangan Tuhan Yesus.
Bagian ketiga belum terjadi, tetapi sangat penting juga. Walaupun sulit hidup bagi Kristus, dan sulit menaati ketujuh surat-Nya, ketaatan sangat bermanfaat karena Ia akan kembali dengan kemenangan, hadiah, dan sukacita bagi yang menaati. Bagian ketiga ini menceritakan kedatangan-Nya dan kemenangan-Nya.
Hagelberg: Wahyu (Garis Besar) GARIS BESAR
wahyu
I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
A. Pembukaan Kitab (1:1-8)
...
GARIS BESAR
wahyu
- I. Bagian Pertama: "...apa yang telah kaulihat..." (1:1-20)
- II. Bagian Kedua: "...apa yang terjadi sekarang....." (2:1-3:22)
- A. Surat kepada Jemaat di Efesus (2:1-7)
- B. Surat kepada Jemaat di Smirna (2:8-11)
- C. Surat kepada Jemaat di Pergamus (2:12-17)
- D. Surat kepada Jemaat di Tiatira (2:18-29)
- E. Surat kepada Jemaat di Sardis (3:1-6)
- F. Surat kepada Jemaat di Filadelfia (3:7-13)
- G. Surat kepada Jemaat di Laodikia (3:14-22) Catatan: di setiap surat kepada ketujuh jemaat tersebut, berisi:
- 1. Alamat surat
- 2. Sifat Kristus
- 3. Pujian untuk Jemaat
- 4. Kritikan
- 5. Tuntutan
- 6. Ancaman
- 7. Janji
- III. Bagian Ketiga: "... apa yang akan terjadi sesudah ini..." (4-22)
- A. Visi Ruangan Takhta Sebagai Pendahuluan (4:1-5:14)
- 1. Peralihan (4:1-2)
- 2. Takhta dan sekelilingnya (4:3-11)
- 3. Gulungan Kitab dan Anak Domba (5:1-7)
- 4. Pujian kepada Dia yang mengambil gulungan kitab (5:8-14)
- B. Masa Kesengsaraan (6:1-20:3)
- 1. Ketujuh Segel (6:1-8:6)
- a. Segel Pertama (6:1-2)
- b. Segel Kedua (6:3-4)
- c. Segel Ketiga (6:5-6)
- d. Segel Keempat (6:7-8)
- e. Segel Kelima (6:9-11)
- f. Segel Keenam (6:12-17) Tambahan Pertama: 144.000 Orang Disegel (7:1-8) Tambahan Kedua: Orang banyak... yang keluar dari kesusahan besar (7:9-17)
- g. Segel Ketujuh (8:1-6)
- 2. Ketujuh Sangkakala (8:7-11:19)
- a. Keempat Sangkakala Pertama (8:7-12)
- b. Ketiga Sangkakala Terakhir (8:13-11:19)
- i. Sangkakala Kelima (8:13-9:12)
- ii. Sangkakala Keenam (9:13-21) Tambahan Ketiga: Gulungan Kitab (10:1-11) Tambahan Keempat: Dua Saksi (11:1-14)
- iii. Sangkakala Ketujuh (11:15-19) Tambahan Kelima: Seorang Perempuan, Anaknya, dan Naga (12:1-17) Tambahan Keenam: Binatang Pertama (13:1-10) Tambahan Ketujuh: Binatang Kedua (13:11-18) Tambahan Kedelapan: 144.000 Orang (14:1-5) Tambahan Kesembilan: Tiga Malaikat (14:6-13) Tambahan Kesepuluh: Tuaian Gandum di Bumi (14:14-16) Tambahan Kesebelas: Tuaian Buah Anggur di Bumi (14:17-20)
- 3. Ketujuh Cawan (15:1-16:21)
- 4. Babel Dikiaskan sebagai Pelacur (17:1-18)
- 5. Kota Babel Dimusnahkan (18:1-24)
- a. Pemusnahan Babel Diberitakan (18:1-8)
- b. Tanggapan Dunia (18:9-19)
- c. Babel Tidak akan Pulih (18:20-24)
- 6. Sukacita di Surga (19:1-10)
- 7. Dia Kembali (19:11-16)
- 8. Dia Mengalahkan Binatang itu serta Tentaranya (19:17-21)
- 9. Iblis Dikalahkan (20:1-3)
- C. Kerajaan Seribu Tahun (20:4-15)
- 1. Orang-orang yang Memerintah dengan Tuhan Yesus selama Seribu Tahun (20:4-6)
- 2. Pemberontakan Terakhir (20:7-10)
- 3. Penghakiman di Takhta Putih (20:11-15)
- D. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (21:1-22:5)
- 1. Pendahuluan: Yerusalem Baru (21:1-8)
- 2. Benteng dan Pintu Gerbang Yerusalem Baru (21:9-21)
- 3. Kemuliaan Yerusalem Baru (21:22-27)
- 4. Sungai Kehidupan dan Hamba Anak Domba di Yerusalem Baru (22:1-5)
- E. Penjelasan Akhir dari Penglihatan (22:6-17)
- F. Bagian Penutup dari Kitab (22:18-21)
Hagelberg: Wahyu DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 199...
DAFTAR PUSTAKA
wahyu
Daftar Kepustakaan
Bauckham, Richard, The Climax of Prophecy: Studies on the Book of Revelation, T & T Clark, Edinburgh, 1993.
Barclay, William, Letters to the Seven Churches, Abingdon Press, New York, 1957.
Barclay, William, The Revelation of John, vol. 1, The Westminster Press, Philadelphia, edisi perbaikan, 1976.
Beasley-Murray, G. R., Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1978.
Bruce, F. F., New Testament History, Doubleday & Co., Garden City, 1969.
Collins, Adela Yarbro, "Numerical Symbolism in Jewish and Early Christian Apocalyptic Literature", Aufstieg und Niedergang der romischen Welt, W. Haase, red., vol. 2/21/1, de Gruyter, New York/Berlin, 1984, hlm. 1221-1287.
Cranfield, C.E.B., A Critical and Exegetical Commentary on The Epistle to the Romans, The International Critical Commentary, T. & T. Clark Limited, Edinburgh, 1975.
Glickman, Craig, bahan kuliah, "Eschatology", di Dallas Theological Seminary, 1981.
Ladd, George Eldon, A Commentary on the Revelation of John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1972.
Lyall, Francis, Slaves, Citizens, Sons, Zondervan Publishing House, Grand Rapids, 1984.
Morris, Leon, The Revelation of Saint John, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1969.
Mounce, Robert H., The Book of Revelation, William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids, 1977.
Newell, William R., Revelation: a Complete Commentary, World Bible Publishers, Inc., Iowa Falls, Iowa, 1935.
Ryrie, Charles Caldwell, Revelation, Moody Press, Chicago, 1968.
Stalker, James, "The Son of Man", dalam The International Standard Bible Encyclopedia, vol. V, hlm. 2828-2830, 1929.
Stanley, Charles, Eternal Security: Can You Be Sure?, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1990.
Toussaint, Stanley, bahan kuliah, "The Revelation of John", di Dallas Theological Seminary, 1983.
Walvoord, John F., The Revelation of Jesus Christ, Moody Press, Chicago, 1966.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 21:9-21)
Apakah kita harus memahami secara harfiah pelbagai gambaran di dalam teks kita ini? Dalam menyangkal kelompok literalis, C...
KESIMPULAN (Wahyu 21:9-21)
Apakah kita harus memahami secara harfiah pelbagai gambaran di dalam teks kita ini? Dalam menyangkal kelompok literalis, Charles Spurgeon menghitung ukuran tiram yang dibutuhkan untuk menghasilkan mutiara yang cukup besar untuk membentuk sebuah pintu gerbang kota. Kemudian ia berspekulasi tentang laut yang diperlukan untuk menumbuhkan tiram seperti itu.31Pelbagai gambaran itu dimaksudkan untuk membuat kita terpana—untuk membuat kita terkesiap, menggeleng-gelengkan kepala, dan berkata, "Jika sorga bahkan lebih indah daripada ini, betapa mengagumkan sorga itu pastinya!"32
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Apakah yang Anda pikirkan ketika Anda mendengar kata "rumah"? Apakah yang Anda pikirkan ketika Anda mendengar kata "sorga"?
- 2. Mengapakah bahasa simbolik digunakan untuk menggambarkan sorga? Apakah ini berarti bahwa sorga adalah lebih atau kurang indah daripada gambaran itu?
- 3. Apakah makna simbolik dari angka "dua belas"? Berapa kalikah angka "dua belas" ditemukan di dalam teks yang dipelajari di dalam pelajaran ini? Kombinasi berbeda apa sajakah yang digunakan dari angka "dua belas"? (Periksalah terjemahan yang tidak mengubah pengukuran Yunani kepada pengukuran modern.)
- 4. Hal apakah yang penting tentang fakta bahwa kota sorgawi memiliki ukuran panjang, lebar, dan tinggi yang sama?
- 5. Apakah Anda pikir ada makna khusus dalam mutiara-mutiara yang digunakan sebagai pintu gerbang?
- 6. Lihatlah sepintas lebih dulu rincian tentang sorga yang diberikan dalam 21:22-22:5. Kualitas apakah dari sorga yang paling berharga bagi Anda?
- 7. Bagaimanakah Anda bisa mempersiapkan diri untuk pergi ke sorga?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Berikut ini adalah beberapa judul alternatif untuk pelajaran ini dan yang berikutnya: "Memandang Sorga Dari Puncak Gunung"; "Kota Kekal"; "Firdaus Diperoleh Lagi"; "Menuju Ke Rumah"; "Saya Ingin Pulang!"
Jika diinginkan, pelajaran ini dan yang berikutnya dapat dipelajari sebagai satu pelajaran: Sorga adalah rumah bagi jiwa yang (1) gemilang dalam keindahan (21:9-21), (2) memancarkan kemuliaan (21:22-27), dan (3) penuh dengan kasih (22:1-5).
Saya pernah memiliki beberapa pelajaran lain tentang sorga yang sudah diterbitkan: "How To Enjoy Heaven," dalam buku "The Day Christ Came (Again)" and Other Sermons, dan "The Night I Went to Heaven," diterbitkan dalam bentuk traktat oleh Haun Publishing Company.
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Dikutip dari Herbert V. Prochnow, A Dictionary of Wit, Wisdom, & Satire (New York: Popular Library, 1964), 129.
2 "Home...
Catatan Akhir:
- 1 Dikutip dari Herbert V. Prochnow, A Dictionary of Wit, Wisdom, & Satire (New York: Popular Library, 1964), 129.
- 2 "Home, Sweet Home," dari opera Clari, the Maid of Milan (1823). Dikutip dari John Bartlett, Bartlett's Familiar Quotations, 16th ed., gen. ed. Justin Kaplan (Boston: Little, Brown and Co., 1992), 405.
- 3 James Rowe, "Home of the Soul," Songs of Faith and Praise, ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1994).
- 4 Dua pertanyaan yang pertama ini disadur dari Jimmy Jividen, "Homesick for Heaven," Abilene Christian University Lectures (1980): 54.
- 5 Kisah Mary ini disadur dari W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 150.
- 6 Gereja adalah pengantin perempuan Anak Domba (lihat Efesus 5:22-32). Kita pernah menyarankan bahwa istilah "pengantin perempuan" dalam 21:2, 9 mengacu kepada gereja yang dimuliakan di sorga. (Lihat catatan tentang 21:2 dalam pelajaran "Segala Sesuatu Baru.") Sekali lagi, sulit untuk membedakan antara umat (gereja) dan tempat (sorga): Malaikat itu memberitahu Yohanes bahwa ia akan menunjukkan kepada dia pengantin perempuan itu (ay. 9), tetapi yang ia tunjukkan kepada dia adalah kota (ay. 10).
- 7 Hal ini tidak selalu menunjukkan bahwa Yohanes dibawa bersama tubuh jasmaninya, tapi bahwa jiwanya berada di bawah kendali Roh. Lihat catatan tentang 1:10 pada pelajaran "Seorang Seperti Anak Manusia," dalam "Wahyu, 2." Lihat juga catatan kaki 5 dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya," dalam "Wahyu, 3."
- 8 Bandingkanlah peristiwa ini dengan yang dijelaskan di dalam Yehezkiel 40:2. Yohanes dibawa ke padang gurun untuk melihat Babel besar, tetapi ia di bawa ke gunung untuk melihat Yerusalem baru.
- 9 Ini bukan kota kedua yang turun, atau kota yang sama yang turun untuk kedua kalinya, tetapi kejadian yang sama yang dibicarakan di dalam 21:2. Kitab Wahyu sering berbicara tentang peristiwa yang sama lebih dari sekali (bandingkan 14:8 dan 18:2; lihat 9:20 dan 16:9). Mengenai makna yang memungkinkan bagi "turun dari sorga, dari Allah," lihat komentar tentang 21:2 dalam pelajaran "Segala Sesuatu Baru."
- 10 Lihat catatan tentang batu yaspis dalam pelajaran "Menempatkan Segalanya Pada Tempatnya," dalam "Wahyu, 3."
- 11 Lihat Yehezkiel 40:3. Sebelumnya, Yohanes pernah diberi sebatang tongkat untuk mengukur Bait Allah (11:1). Pengukuran itu dilakukan dengan sebuah tongkat pengukur dan untuk tujuan perlindungan. (Lihat catatan tentang 11:1 dalam pelajaran "Apakah Kita Memenuhi Syarat," dalam "Wahyu, 5".) Dalam pasal 21 pengukuran dilakukan dengan alat pengukur dari emas, untuk tujuan mengesankan kemegahan sorga kepada kita.
- 12 Lihat catatan tentang stadion dan stadia dalam pelajaran "Saatnya Menuai!" dalam "Wahyu, 7."
- 13 Alkitab NASB mencoba untuk membuat teks itu lebih bisa dimengerti dengan mengubah pengukuran Romawi menjadi mil. Sayangnya, hal ini meruntuhkan simbolisme angka. Tidak ada makna simbolik untuk bilangan "seribu lima ratus," tapi ada makna simbolik untuk bilangan "dua belas ribu" (seperti yang akan kita lihat nanti dalam pelajaran ini).
- 14 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 244. Gantilah dengan nama-nama kota yang berjarak sekitar 2.414 kilometer antara satu dengan lainnya yang familiar bagi para pendengar Anda.
- 15 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 494. Sekali lagi, gunakanlah perbandingan yang dapat dipahami oleh para pendengar Anda.
- 16 Lihat catatan tentang arti simbolik angka "dua belas" dan pelbagai kelipatannya dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1."
- 17 Angka "dua belas ribu" hasil dari mengalikan dua belas dikali seribu, dan "seribu" adalah sepuluh dikali sepuluh dikali sepuluh. ("Sepuluh" itu sendiri adalah simbol kelengkapan; tinjaulah kembali catatan tentang "sepuluh" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1".)
- 18 Bentuk piramida juga akan memenuhi tuntutan teks itu. Gambaran tentang kubus, bagaimanapun, tampaknya lebih cocok dengan konteksnya. Karena kubus tidak menyerupai sebuah kota, saya meminta Brian Watts untuk menggambar bentuk sebuah kota yang secara kasar sama tinggi, lebar dan panjangnya. Saya harap Anda akan memaafkan kekurangan upaya artistik kami yang tidak dapat dihindari.
- 19 Ungkapan "menurut pengukuran manusia, yang malaikat itu gunakan" adalah penjelasan yang masuk akal atas kata "menurut pengukuran manusia, yang adalah juga pengukuran malaikat," seperti yang ditemukan di Alkitab NASB. Intinya adalah bahwa malaikat itu tidak menggunakan sistem pengukuran sorgawi tertentu yang tidak dikenal baik oleh para pembaca Yohanes.
- 20 Sekali lagi, Alkitab NASB mengaburkan simbolisme angka yang digunakan.
- 21 Tidak ada satu pun kemungkinan yang layak secara arsitektur, tapi ini tidak penting karena angka-angka itu bersifat simbolik. Untuk tujuan penggambaran, saya meminta Brian Watts untuk mengambil pengukuran itu sebagai tinggi tembok itu.
- 22 Bandingkanlah uraian ini dengan uraian di Yesaya 54:11, 12.
- 23 Beberapa orang tanpa alasan khawatir "apakah Paulus termasuk [bilangan itu] atau tidak." "Dua belas rasul" menunjukkan semua rasul dan itu sesuai dengan penggunaan utama angka simbolik "dua belas" dalam bagian kitab Wahyu ini.
- 24 Para komentator terpesona oleh daftar batu permata ini, dan banyak yang menganggap daftar itu sebagai teka -teki yang harus dipecahkan. Beberapa orang menunjukkan bahwa delapan dari batu-batu itu adalah sama seperti yang ditemukan di dada Imam Besar (Keluaran 28:15-21). Yang lainnya mengusulkan pemelintiran tertentu pada penggunaan batu-batu permata yang penuh takhayul pada zaman itu. Karena tidak ada keseragaman pada zaman itu mengenai nama batu-batu berharga itu, kita tidak bisa yakin batu-batu apakah yang dimaksudkan oleh pelbagai istilah yang digunakan di ayat 19 dan 20. Mungkin lebih baik membayangkan dampak total dari tampilan itu daripada mencari makna tertentu yang "lebih dalam." Daftar yang menyusul mungkin 100 persen akurat atau mungkin juga tidak akurat mengenai warna-warnanya, tetapi itu menggambarkan susunan yang sangat menakjubkan!
- 25 Penyantuman empat arah angin sering menunjukkan keseluruhan umat manusia. (Lihat catatan tentang makna simbolik angka "empat" dalam pelajaran "Di Sinilah Keberadaan Naga-Naga Itu!" dalam "Wahyu, 1".)
- 26 Sebagaimana tidak ada untungnya dalam mendebatkan apakah pelbagai acuan kepada dua belas rasul itu mencakup Paulus atau tidak, juga tidak ada untungnya dalam mendebatkan apakah suku Lewi itu suku yang ketiga belas atau bukan. Ungkapan "kedua belas suku" berarti semua orang Israel.
- 27 Lihat gambaran tentang pitu gerbang di dalam Yehezkiel 48:30-35.
- 28 Lihat catatan tentang 7:4-8 dalam pelajaran "Ketenangan Di Tengah Badai," dalam "Wahyu, 4."
- 29 Di Amerika, saya akan mengatakan, "seukuran kelereng." Anda bisa menggunakan sebuah batu bulat (sekitar seukuran ujung jari kecil Anda) sebagai alat bantu peraga.
- 30 Banyak penulis menggambarkan mutiara sebagai satu-satunya batu permata yang diproduksi oleh penderitaan. (Sebutir pasir masuk ke dalam cangkang tiram, dan tiram itu melapisi permukaan tubuhnya yang kasar karena butiran pasir itu dengan maksud untuk mengurangi rasa sakit.) Mereka menarik persamaan bahwa untuk masuk ke dalam sorga selalu melibatkan penderitaan: penderitaan Yesus, dan sering penderitaan dari orang -orang yang mengikuti langkah-Nya. Apakah ilustrasi ini mempunyai dasar Alkitab atau tidak, ilustrasi itu menggugah pemikiran.
- 31 Disadur dari H. L. Ellison, 1 Peter-Revelation, Scripture Union Bible Study Books Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1969), 88.
- 32 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin mendorong para pendengar untuk mempersiapkan diri mereka untuk rumah sorgawi ini. Untuk ide-ide tentang cara melakukan hal ini, lihatlah catatan kaki 26 dalam pelajaran "Merindukan Sorga."
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
WAHYU 16:13, 14, 1 6-21
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kem...
Pertempuran Yang Tak Pernah & Tak Akan Pernah Ada
Meriam bertendum, bom meledak, udara dipenuhi dengan bau mesiu dan kematian, bala tentara yang sangat besar, menyerang dan menyerang balik, awalnya satu pihak menang dan kemudian pihak yang lain—itulah cara banyak orang membayangkan "pertempuran Armagedon." Saya pernah dituduh memiliki imajinasi yang berlebihan, tapi saya tidak punya imajinasi sama sekali dibandingkan dengan mereka yang menggambarkan "pertempuran" ini.
Konsep "pertempuran Armagedon" sangat populer dan membuat begitu banyak hati manusia berdebar-debar, saya hampir menyesali apa yang saya harus katakan sekarang—tapi saya harus mengatakannya: Tidak ada pertempuran Armagedon. Berdasarkan definisi apa saja atas kata "pertempuran" yang umumnya diterima, tidak akan ada pertempuran Armagedon secara harfiah. Bahkan di dalam penglihatan yang ditemukan di dalam Wahyu 16, tidak ada pertempuran Armagedon yang terjadi. Saya tahu ini mengecewakan, tapi tetaplah bersama saya. Saya masih harus membuktikan pernyataan saya. Saya juga harus menjelaskan apa yang Tuhan benar-benar ajarkan di Wahyu 16:13-16. (Ia memiliki tujuan yang lebih penting daripada memprediksi tembak-tembakan global antara "orang baik" dan "orang jahat.")
Kitab Wahyu menyinggung pertempuran yang sedang dibahas ini sebanyak tiga kali: di 16:14, 19:19, dan 20:8.1Dalam bahasa Inggris, berbagai istilah digunakan di dalam nas-nas itu, tetapi dalam bahasa Yunani, ungkapan yang sama digunakan di semua tiga ayat itu: ton polemon, yang secara harfiah berarti "pertempuran" (atau "peperangan").2Penggunaan kata sandang pasti3menunjukkan hanya ada satu pertempuran—dilihat dari tiga aspek yang berbeda. Saya minta Brian Watts untuk menggambar adegan dasar yang akan digunakan untuk mengilustrasikan masing-maing tiga nas itu. Kemudian saya meminta dia untuk meragamkan rinciannya agar sesuai dengan penglihatan tertentu yang sedang dipelajari. Ini mungkin bukan pendekatan terbaik untuk memproduksi karya seni, tapi saya harap pendekatan itu memperkuat kebenaran bahwa kitab Wahyu berbicara tentang satu "pertempuran" saja yang menentukan.
Kisah sepenuhnya "pertempuran" itu ditemukan di pasal 19, jadi saya biasanya akan menunggu sampai pasal itu untuk membahasnya secara rinci. Namun begitu, karena manusia telah melekatkan kata "Armagedon" kepada "pertempuran" (tidak akan diragukan lagi hal itu akan dikenal sebagai "pertempuran Armagedon" selama dunia ini masih ada), kita harus meluangkan waktu untuk hal itu pada titik ini dalam pelajaran kita.
Tetaplah bersama saya sambil kita melakukan perjalanan melalui 16:13-16. Kita akhirnya akan tiba di "gunung Megido": Armagedon.
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Arm...
KESIMPULAN (Wahyu 16:13, 14, 1 6-21)
Jika Anda adalah anak Allah yang setia, Anda tidak perlu khawatir tentang apa yang disebut "pertempuran Armagedon." Tuhan akan membereskan pertempuran itu.
Di sisi lain, ada perjuangan yang Anda harus peduli tentangnya "perjuangan … melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12).43Ini adalah peperangan, bukan tentang "tembakan dan peledak tapi tentang jiwa dan roh."44
Ini adalah perang "yang terjadi di atas medan perang hati manusia."45(Lihat Roma 7:21.) Ini adalah pertempuran yang terjadi setiap hari ketika kita memilih siapa yang akan kita layani (Yosua 24:15). Namun begitu, ini adalah pertempuran yang kita bisa menangkan dengan Allah di pihak kita:46"Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita" (1 Korintus 15:57)!
PERTANYAAN UNTUK ULASAN & DISKUSI
- 1. Berapa banyakkah kisah "pertempuran" yang ditemukan di dalam kitab Wahyu? Berapa banyakkah "pertempuran" seperti itu di gambarkan di dalam kitab itu?
- 2. Mengapakah Anda berpikir tiga roh jahat itu dibicarakan sebagai "menyerupai katak"? (Apakah Anda menyukai katak?)
- 3. Para katak itu mengumpulkan bangsa-bangsa bersama-sama untuk "perang" (yaitu, pertempuran), tapi pertempuran milik siapakah itu? Dengan syarat-syarat siapakah pertempuran itu akan dilakukan?
- 4. Mengapakah beberapa terjemahan menulis "Armagedon" dan yang lainnya" "Har-Magedon"?
- 5. Apa kemungkinan arti "Har-Magedon"?
- 6. Dapatkah Anda menemukan tempat di dunia ini bernama "gunung Megido"?
- 7. Dikenal sebagai apakah Megido itu? Mengapa Anda pikir istilah "gunung Megido" digunakan untuk mengidentifikasi tempat di mana pasukan Iblis berkumpul?
- 8. Setelah para tentara berkumpul, apa yang terjadi? Apakah pasal 16 menceritakan tentang pertempuran yang benar-benar terjadi? Apakah pasal 19 atau pasal 20 menceritakan hal itu?
- 9. Apakah Alkitab punya apa saja untuk dikatakan tentang pertempuran fisik antara pasukan manusia yang harus bertempur di Palestina utara di masa depan?
- 10. Pertempuran apakah yang harus menjadi kepedulian kita?
CATATAN UNTUK GURU & PENGKHOTBAH
Sebuah judul alternatif untuk pelajaran ini adalah "Bukan-Pertempuran Armagedon" atau "Armagedon!" saja. Jika Anda ingin berkhotbah dengan penerapan yang lebih pribadi, Anda bisa berbicara tentang "Pertempuran Yang Tidak Perlu Anda Risaukan—dan Pertempuran Yang Anda Harus Risaukan." Luangkanlah waktu pada paruh pertama pelajaran itu untuk apa yang disebut "pertempuran Armagedon" dan paruh keduanya untuk pertempuran di hati individu. West47dan Baldinger48menulis materi yang sangat baik tentang pertempuran di dalam hati manusia.
SALAH MENEMPATKAN TEKANAN
"Bergalon-galon minyak terbakar habis di tengah malam oleh para siswa yang [belajar] penuh semangat untuk mencoba mengungkap teka-teki '666,' atau untuk menjelaskan … 'Armagedon' atau 'Milenium' … Bukan karena terkenalnya hal-hal ini dalam penglihatan Santo Yohanes, tetapi karena terkenalnya mereka di … literatur saat ini, mereka layak mendapatkan perhatian khusus dalam setiap kajian Apocalypse."
Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts Albert H. Baldinger
TFTWMS: Wahyu (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah ...
Catatan Akhir:
- 1 Mereka yang menggunakan pendekatan sejarah-berlanjut umumnya menafsirkan ketiga pertempuran ini sebagai tiga pertempuran terpisah yang telah terjadi dalam sejarah. Karena sekarang ini tidak banyak yang menganut pandangan ini, saya tidak akan meluangkan waktu untuk membahas hal itu dalam pelajaran ini. Untuk diskusi tentang pelbagai kelemahan pendekatan sejarah-berlanjut, lihat halaman 31-33 dalam "Wahyu, 1."
- 2 Kitab Wahyu mengandung banyak acuan lain tentang "memerangi," namun tidak satu pun dari nas-nas itu dalam teks Yunaninya bicara tentang "pertempuran."
- 3 Kata ton dalam frase ton polemon setara dengan kata "itu" dalam bahasa Indonesia.
- 4 "Pemain figuran" mengacu kepada mereka yang hanya memiliki peranan kecil dalam sebuah drama (mereka hanya punya "sedikit" hal untuk dikatakan dan/atau dilakukan). Naga, binatang, nabi palsu, katak-katak, raja, dan tentara itu mengira mereka punya peranan besar, tapi hanya Tuhan yang punya peran utama.
- 5 Baik naga dan binatang itu memiliki tujuh kepala, namun masing-masing disebut sebagai memiliki satu "mulut" (tunggal). Kita kembali diingatkan bahwa kita sedang melihat sebuah penglihatan, bukan sesuatu yang benar secara harfiah.
- 6 Kata "keluar" ditambahkan oleh para penerjemah. Beberapa penulis berpendapat bahwa katak-katak itu dimuntahkan.
- 7 Yohanes tidak mengatakan bahwa roh-roh najis itu adalah katak, tetapi mereka menyerupai katak. Diasumsikan bahwa, dalam penglihatan itu, mereka mirip katak (sehingga ilustrasi kita menunjukkan tiga katak), tapi itu mungkin tidak benar sama sekali. Apa yang ada di dalam pikiran Yohanes mungkin karakteristik roh-roh lain tertentu yang mengingatkan dia kepada katak.
- 8 Katak tidak secara khusus disebut di dalam Imamat 11; tetapi jika katak dianggap sebagai makhluk darat, binatang ini haram karena tidak memiliki kuku belah dan tidak memamah biak. Jika ia dianggap sebagai makhluk air, binatang ini haram karena tidak memiliki sirip dan sisik.
- 9 Para komentator lainnya hanya menekankan sifat menjijikkan dari katak; bahkan hari ini, katak secara universal dianggap makhluk yang menjijikkan. Beberapa penulis mencatat bahwa katak secara khusus tepat untuk bertindak sebagai wakil binatang laut dan binatang darat karena mereka adalah amfibi (bisa hidup di darat dan di air).
- 10 West Point adalah sebuah fasilitas yang melatih para pejabat untuk tentara Amerika. Gantilah dengan fasilitas serupa yang terdapat di negara Anda sendiri.
- 11 Kermit adalah boneka katak yang terkenal di Amerika Serikat, bagian dari program hiburan pendidikan anak-anak yang disebut "The Muppet Show." Gantilah istilah katak dengan istilah yang familiar bagi pendengar Anda.
- 12 Ya, saya tahu bahwa katak memiliki fungsi yang dimaksudkan Allah bagi mereka dan bahwa mereka punya peranan mereka di dunia milik Allah. Saya juga tahu bahwa kaki katak dimakan oleh manusia, bahwa katak adalah bagian dari rantai makanan di alam, bahwa racun yang berguna diambil dari katak tertentu, dan bahwa katak digunakan dalam penelitian. Saya sudah terlalu banyak menuliskan hal ini.
- 13 Karena demon adalah roh, pernah dikatakan bahwa terjemahan yang lebih pas adalah "roh-roh jahat." Terjemahan Phillips (J. B. Phillips, The New Testament in Modern English) menulis "roh-roh diabolical."
- 14 Lihat komentar tentang 13:13-15 dalam pelajaran "Penipu Ulung," dalam "Wahyu, 7."
- 15 Pasal 17 menekankan pengaruh yang Roma miliki atas penguasa-penguasa lain di dunia (17:02, 12, 13).
- 16 D. T. Niles, As Seeing the Invisible: A Study of the Book of Revelation (New York: Harper & Brothers, 1961), 85.
- 17 Leon Morris, Revelation, rev. ed., The Tyndale New Testament Commentaries (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1987), 192-93. (Emphasis his.)
- 18 Jim McGuiggan, The Book of Revelation (Lubbock, Tex.: International Biblical Resources, 1976), 242.
- 19 Jika Anda menggunakan pelajaran ini sebagai khotbah tanpa mendahuluinya dengan pelajaran sebelumnya, Anda mungkin ingin mengomentari ayat 15, yang saya bahas secara singkat dalam pelajaran sebelumnya. Ayat itu juga menekankan bahwa pertempuran yang direncanakan ditakdirkan gagal.
- 20 Tanda untuk "napas lembut" bentuknya seperti apostrofi; tanda untuk "napas berat" bentuknya seperti apostrofi terbalik.
- 21 Satu masalah mengenai ejaan dan arti kata "Armagedon" adalah bahwa kata itu tidak muncul di tempat lain di dalam Kitab Suci dan hanya muncul sekali ini di dalam kitab Wahyu.
- 22 Arti sebenarnya "Megido" masih diperdebatkan. Beberapa orang beranggapan artinya adalah "tempat tentara" atau "tempat pembantaian."
- 23 John D. Davis, A Dictionary of the Bible, 4th rev. ed. (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1956), 489.
- 24 Sejarawan tanpa nama dikutip dalam Albert H. Baldinger, Preaching From Revelation: Timely Messages for Troubled Hearts (Grand Rapids, Mich.: Zondervan Publishing House, 1960), 91. Banyak pertempuran penting telah terjadi di Megido selain yang disebutkan di dalam Alkitab (termasuk yang melibatkan Napoleon Bonaparte), tetapi pertempuran itu tidak disinggung karena tampaknya tidak berhubungan dengan nas itu.
- 25 Henry B. Swete, The Apocalypse of St. John (Cambridge: MacMillan Co., 1908; reprint, Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., n.d.), 209.
- 26 Baldinger, 90.
- 27 Homer Hailey, Revelation: An Introduction and Commentary (Grand Rapids, Mich.: Baker Book House, 1979), 336.
- 28 Kota Megido meminjamkan namanya untuk wilayah dataran terdekat dengannya.
- 29 George Eldon Ladd, A Commentary on the Revelation of John (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1972), 216.
- 30 Robert Mounce, The Book of Revelation, The New International Commentary on the New Testament Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1977), 301.
- 31 Morris, 193.
- 32 G. R. Beasley-Murray, The Book of Revelation, The New Century Bible Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1974), 245.
- 33 M. Robert Mulholland Jr., Holy Living in an Unholy World: Revelation, The Francis Asbury Press Commentary Series (Grand Rapids, Mich.: Francis Asbury Press, Zondervan Publishing House, 1990), 271.
- 34 Lihat catatan tentang "perbedaan" dalam pelajaran "Menyalahkan Allah Atas Masalah Kita."
- 35 Burton Coffman, Commentary on Revelation (Austin, Tex.: Firm Foundation Publishing House, 1979), 376.
- 36 James M. Efird, Revelation for Today (Nashville: Abingdon Press, 1989), 101.
- 37 Karena kitab Wahyu menggunakan istilah "peperangan," mungkin pendengar Anda akan bingung mendengar Anda mengatakan "tidak ada peperangan." Intinya adalah bahwa kekuatan jahat berkumpul dengan tujuan melancarkan "perang," tapi perang itu tidak pernah terjadi. Saya ingat kejadian waktu taman kanak-kanak ketika dua bocah laki-laki bersiap untuk berkelahi, tapi seorang guru turun tangan dan menghentikan mereka. Jadi sebenarnya tidak ada perkelahian yang terjadi.
- 38 Hailey, 336-37.
- 39 Coffman, 376.
- 40 Ray Summers, Worthy Is the Lamb (Nashville: Broadman Press, 1951), 189.
- 41 Rubel Shelly, The Lamb and His Enemies: Understanding the Book of Revelation (Nashville: 20th Century Christian Foundation, 1983), 98.
- 42 Pasal 16 juga memberikan kita jaminan bahwa musuh-musuh kita akan dikalahkan oleh Tuhan.
- 43 Beberapa penulis mengacukan peperangan rohani di mana setiap orang terlibat sebagai "Armagedon." Tujuan mereka adalah (1) untuk menunjukkan bahwa Armagedon bukanlah pertempuran yang terjadi di suatu tempat di Palestina; (2) untuk menekankan bahwa pertempuran yang penting adalah bersifat rohani, bukan fisik; (3) untuk membuat penerapan pribadi. Namun demikian, mengacukan pergumulan kita sebagai "Armagedon" membingungkan masalah itu, dan saya memilih untuk tidak melakukannya. Beberapa orang membatasi istilah mereka dan menggunakan frase seperti "Armagedon pribadi Anda" dan "Armagedon mini." Anda perlu menggunakan penilaian Anda sendiri dalam hal ini
- 44 Owen L. Crouch, Expository Preaching and Teaching: Revelation (Joplin, Mo.: College Press Publishing Co., 1985), 287.
- 45 W. B. West Jr., Revelation Through First-Century Glasses, ed. Bob Prichard (Nashville: Gospel Advocate Co., 1997), 110.
- 46 Jika pelajaran ini digunakan sebagai khotbah, Anda tentu ingin memberitahu para pendengar Anda cara untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah, sehingga Ia dapat membantu mereka memperoleh kemenangan.
- 47 West, 110-13.
- 48 Baldinger, 92-94.
Pengarang: David Roper
Hak Cipta © 2013 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) GEREJA: PENGANTIN PEREMPUAN KRISTUS
Mungkin tidak ada gambaran gereja yang bisa membangkitkan daya tarik dan emosi yang sedemikian rupa di dalam pik...
GEREJA: PENGANTIN PEREMPUAN KRISTUS
Mungkin tidak ada gambaran gereja yang bisa membangkitkan daya tarik dan emosi yang sedemikian rupa di dalam pikiran kita sebagaimana yang ditimbulkan oleh kata "pengantin perempuan." Gambaran itu mungkin menduduki posisi sebagai gambaran paling indah dari seluruh gambaran Perjanjian Baru untuk umat Allah. Bagaimanakah gambaran pengantin perempuan berlaku ke atas gereja?
Sebagai pengantin perempuan Kristus, gereja akan menikmati masa depan yang sama yang Kristus akan nikmati. Para anggotanya yang setia akan pergi ke mana Kristus pergi, menerima apa yang Kristus terima, dan tinggal bersama Kristus dalam kekekalan.
Gambaran gereja sebagai "pengantin perempuan" ditemukan di dalam Wahyu 21 dan 22. Yohanes memakai kata itu untuk memadukan sifat gereja dan tujuannya. Pertama ia melihat "Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya" (Wahyu 21:2). Belakangan, Yohanes diberitahu oleh seorang malaikat, "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, pengantin Anak Domba" (Wahyu 21:9b). Ia kemudian dibawa dalam Roh menuju gunung yang besar dan tinggi dan diperlihatkan "kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah . . ." (Wahyu 21:10, 11). Kitab Wahyu diakhiri dengan undangan Roh dan pengantin perempuan: "Roh dan pengantin perempuan itu berkata:
`Marilah!' Dan barangsiapa yang mendengarnya, hendaklah ia berkata: `Marilah!' Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" (Wahyu 22:17).
Menurut Roh, gereja haruslah dilihat sebagai tunangan Kristus dalam kedudukan duniawinya dan sebagai isteri Kristus dalam kedudukan sorgawinya. Hal ini cocok dengan dorongan Paulus mengenai kesetiaan di 2 Korintus 11:2: "Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus."
Perkawinan yang sesungguhnya merupakan penggenapan pertunangan ini. Yohanes menggambarkan penglihatan tentang Yerusalem yang baru, kota kudus, ketika kota itu turun dari sorga sebagai seorang pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya; dan ia menafsirkan penglihatan ini seraya gereja yang beranjak dari pertunangan menuju perkawinan. Gambaran itu mencampur sifat gereja yang disimbolkan dengan istilah "pengantin perempuan," dengan masa depan gereja, yang digambarkan dengan kota sorgawi yang turun sebagai isteri Anak Domba Allah.
Yesus telah berjanji untuk menyelamatkan tubuh-Nya-gereja-Nya (Efesus 5:23)- dan bukan lembaga lain. Masa depan gereja-Nya digambarkan dalam Kitab Wahyu dengan pelbagai istilah penggenapan atas sebuah janji yang dijanjikan sebelumnya dan sebagai kemenangan atas Si Jahat. Sekiranya Anda mau mencari kota kekal itu, Kitab Suci akan membimbing Anda mencari kota itu melalui kesetiaan kepada Kristus dalam gereja-Nya.
Kecantikan, kemurnian, dan loyalitas yang tahan lama tercakup semuanya di dalam kata "pengantin perempuan." Memang mudah untuk melihat mengapa Roh Kudus memilih gambaran ini untuk mengungkapkan sifat gereja. Gambaran itu mengingatkan kita kepada pelbagai keuntungan dan cita-cita yang kita miliki sebagai orang Kristen, kewajiban dan kesempatan kita. Gambaran itu membanjiri pikiran kita dengan kedudukan gereja yang yang menarik, mulia, di sisi Kristus.
Undangan Kristus bagi Anda untuk memasuki gereja-Nya dan hidup sebagai pengantin perempuan-Nya melebihi segala kekayaan duniawi, kesenangan, dan kemuliaan. Ia mengundang Anda untuk masuk ke dalam hubungan kekal dengan Yesus yang akan dengan royalnya menyediakan kebutuhan Anda di dunia ini dan di kekekalan yang saat ini di luar kemampuan kita untuk memahaminya.
"Jawab Petrus kepada mereka: `Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.…'"
"Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka ["gereja"; KJV] dengan orang yang diselamatkan" (Kisah 2:38-47).
Disadur dari God's Design for "the Church"
Eddie Cloer
BIS: Wahyu (Pendahuluan Kitab) WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan
dianiaya karena percaya kepada Yesus Krist
WAHYU KEPADA YOHANES
PENGANTAR
Wahyu Kepada Yohanes ini ditulis pada masa orang-orang Kristen ditekan dan dianiaya karena percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan. Maksud utama penulisnya ialah untuk memberi harapan serta semangat kepada para pembacanya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada waktu dianiaya dan ditekan.
Isi buku ini sebagian besar terdiri dari beberapa rangkaian wahyu dan penglihatan yang dikemukakan dengan memakai bahasa perlambang yang dapat difahami artinya oleh orang-orang Kristen zaman itu, tetapi sulit dimengerti oleh orang-orang lain. Pokok pikiran yang dikemukakan dalam buku ini diulang-ulangi dalam bermacam-macam cara melalui berbagai-bagai rangkaian penglihatan. Meskipun terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai tafsiran yang terperinci tentang isi buku ini, namun inti sari pokok pikirannya jelas, yaitu bahwa melalui Kristus, Allah akhirnya akan mengalahkan semua musuh-Nya, termasuk Iblis. Dan apabila kemenangan itu sudah tercapai, Allah akan memberikan surga yang baru dan bumi yang baru sebagai hadiah kepada umat-Nya yang setia.
Isi
- Pendahuluan
Wahyu 1:1-8 - Penglihatan permulaan dan surat-surat kepada ketujuh jemaat
Wahyu 1:9-3:22 - Gulungan buku dan tujuh segel
Wahyu 4:1-8:1 - Tujuh trompet
Wahyu 8:2-11:19 - Naga dan dua ekor binatang
Wahyu 12:1-13:18 - Berbagai-bagai penglihatan
Wahyu 14:1-15:8 - Tujuh wadah amarah Allah
Wahyu 16:1-21 - Hancurnya Babel, kalahnya binatang, nabi palsu dan Iblis
Wahyu 17:1-20:10 - Hukuman terakhir
Wahyu 20:11-15 - Langit baru, bumi baru, Yerusalem baru
Wahyu 21:1-22:5 - Penutup
Wahyu 22:6-21
Ajaran: Wahyu (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu,
sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pend
Tujuan
Supaya orang-orang Kristen mengerti ajaran-ajaran yang ada dalam Kitab Wahyu, sehingga mereka melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Yohanes.
Tahun : Sekitar tahun 95-96 sesudah Masehi.
Penerima : Ketujuh jemaat di Asia Kecil (tetapi juga semua jemaat Yesus Kristus di seluruh dunia).
Isi Kitab: Kitab Wahyu ini terdiri dari 22 pasal. Di dalam Kitab ini, kita dapat melihat dengan jelas apa yang diwahyukan Allah kepadanya tentang apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi kemudian atas seluruh umat manusia.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Wahyu
Pasal 1 (Wahy 1:9-12).
Pengajaran tentang apa yang telah dilihat oleh Rasul Yohanes Bagian ini menceritakan tentang rahasia ketujuh bintang dan ketujuh kaki dian emas. (Wahy 1:17-20).
Pasal 2-3 (Wahy 2:1-3:22).
Pengajaran tentang apa yang terjadi sekarang
Bagian ini berisi pesan kepada ketujuh jemaat. Ketujuh jemaat ini menggambarkan keadaan jemaat Kristen di seluruh dunia.
Pasal 4-22 (Wahy 4:1-22:21).
Pengajaran tentang apa yang terjadi di masa depan
Bagian ini berisikan tentang masa depan yang terjadi di dunia, yaitu siksaan besar bagi isi dunia. Setelah malapetaka itu terjadi, Yesus Kristus datang untuk mendirikan Kerajaan Seribu Tahun, dan sesudahnya Iblis dan pengikutnya dihancurkan akhirnya, dunia dan langit ini akan dijadikan baru. Puncak dari isi Kitab Wahyu ini adalah berita dan janji tentang kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali.
Pendalaman
- Kalau kenyataan akhir dunia ini sudah jelas, yaitu kedatangan kedua kali dari Yesus Kristus ke dunia ini, dengan membawa kemenangan, maka apakah yang akan saudara lakukan dalam penderitaan hidup sebagai orang Kristen? Setia? Ataukah mundur?
- Kalau orang-orang kudus akan diberkati saudara yang ada di dalam kekudusan dan kemenangan Kristuslah yang diberkati. Saudara sekarang berada di pihak yang mana?
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab Wahyu?
- Apakah hasil dari mempelajari Kitab Wahyu?
- Bagaimanakah keadaan ketujuh jemaat itu?
- Apakah janji Tuhan Yesus akan kedatangan-Nya?
- Apakah yang akan dialami oleh orang percaya setelah dunia in diperbaharui?
Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui di
Apa yang akan terjadi pada masa depan
PENULIS.
Penulisnya disebut sebagai 'Yohanes' sebanyak empat kali (1:1, 4, 9; 22:8), tetapi ia tidak mengakui dirinya sebagai rasul Yohanes, dan beberapa orang mengemukakan bahwa penulisnya adalah Yohanes yang lain, sebab:
1. Bahasa Yunani yang dipakai dalam Wahyu sangat tidak biasa, tidak seperti bahasa Yunani yang dipakai dalam Injil Yohanes.
2. Dalam Injil, Yohanes tidak pernah menuliskan namanya.
3. Ciri-ciri tema dari Injil Yohanes, yaitu kasih dan kebenaran, hampir tidak muncul dalam Wahyu. Tetapi, keberatan-keberatan ini mudah dijawab. Bahasa Yunani yang dipakai sengaja tidak seperti biasanya -- bukan bahasa Yunani yang jelek -- karena menuliskan nubuatan. Kedua, Injil pada dasarnya adalah biografi dari Yesus, dan Yohanes tidak ingin memasukkan dirinya ke dalam tulisan itu. Tetapi, Wahyu merupakan penyataan yang diberikan kepada seseorang, tentu nama orang itu memberikan keabsahan pada wahyu itu. Ketiga, kita tidak mungkin mengharapkan kasih menjadi tema kunci dari suatu kitab yang berbicara mengenai penghakiman!
PENERIMANYA.
Kitab ini berisi tujuh surat kepada tujuh jemaat (lebih tegasnya kepada 'para malaikat' mereka) di Asia. Terdapat banyak jemaat di Asia, tetapi hanya tujuh yang dipilih, pertama karena angka tujuh menyatakan kesempurnaan atau keutuhan; tujuh melukiskan seluruh jemaat dalam sepanjang sejarah, dan kedua, sebab ke tujuh jemaat tersebut melambangkan seluruh ragam jemaat jemaat sepanjang zaman, mulai dari jemaat di Smirna, yang tidak ada hal buruk disebutkan, sampai jemaat di Laodikia, yang tidak ada satu hal baik pun disebutkan.
WAKTU PENULISAN.
Kitab ini ditulis pada saat yang bersamaan dengan memuncaknya penganiayaan atas jemaat-jemaat. Kristen sudah mengalami aniaya, tetapi sekarang mereka harus mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian. Penganiayaan pertama yang terbesar terjadi di bawah pemerintahan Kaisar Nero dan seolah-olah tercermin dalam kitab itu -- mungkin dengan angka '666' yang misterius itu (13:18). Ada penganiayaan kedua yang lebih kejam, yaitu di bawah Kaisar Domitian yang berlangsung dari tahun 91-95 M. dan banyak orang berpendapat bahwa Yohanes menulis kitab ini pada masa tersebut.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Kitab ini mewakili tulisan Yahudi yang khusus. Kitab ini berisi wahyu; suatu penyingkapan, suatu penyataan, tetapi ditulis dalam bentuk yang gamblang dan puitis. Sukar untuk memahami tulisan ini, tetapi kitab ini sangat penting untuk dipelajari oleh Kristen jika ia ingin mempelajari sejarah dengan benar.
Pesan
1. Menafsirkan kitab Wahyu.Kitab ini berisi banyak simbol di antaranya yang paling menonjol adalah angka
tujuh:
o Tujuh gereja. Wah 1:4
o Tujuh roh. Wah 1:4
o Tujuh kaki dian. Wah 1:12
o Tujuh bintang. Wah 1:16
o Tujuh meterai. Wah 5:1
o Tujuh tanduk. Wah 5:6
o Tujuh malaikat. Wah 8:2
o Tujuh sangkakala. Wah 8:2
o Tujuh guruh. Wah 10:3
o Tujuh kepala. Wah 12:3
o Tujuh malapetaka. Wah 15:1
o Tujuh cawan emas. Wah 15:7
o Tujuh raja. Wah 17:10
Selain itu, masih mungkin kita temukan hal-hal yang berhubungan dengan angka
tujuh dalam kitab ini, yang tidak dijelaskan secara khusus. Angka tujuh berarti
keutuhan, kesempurnaan. Angka itu merupakan angka Allah, seperti juga halnya
dengan angka enam adalah angka manusia.
Kitab ini harus dimengerti sebagai kitab yang membangkitkan semangat pada
saatsaat penganiayaan. Bahkan kitab ini menandaskan bahwa keberadaan Nero dalam
sejarah adalah bagian dari rencana Allah.
Dan, kitab ini menekankan tentang penghakiman: pada puncaknya Allah akan
menuntut perliitungan. Pembohong, penipu, orang-orang yang amoral seakan-akan
terlepas dari penghukuman. Dan, kita sering kali menjadi tidak sabar' Berapa
lamakah?'(Wah 6:10). Hari penghakiman mereka sudahditetapkan.
2. Empat pola penafsiran.
o Wahyu sebagai sejarah menafsirkan Wahyu seolah-olah ditujukan kepada Kristen
penerimanya di abad pertama. Petunjuk-petunjuk sejarah hanya untuk orang dan
peristiwa-peristiwa saat itu. Semua rahasia tentang Wahyu dimengerti oleh para
pembaca pertamanya tetapi kita tidak perlu berharap untuk melihat kesesuaian
wahyu tersebut secara rind dengan zaman kita sekarang.
o Wahyu sebagai nubuatan menafsirkan Wahyu sebagai kitab yang membeberkan garis
besar jangka panjang jalannya sejarah, dimulai dari abad pertama dan melaju
dengan pasti sampai pada masa kini terus sampai pada akhir zaman.
o Wahyu sebagai pemaparan masa depan. Sama sekali tidak memandangnya sebagai
kitab yang menyinggung sejarah tetapi semata membicarakan akhir zaman.
o Wahyu berlsikan lambang-lambang. Wahyu dipandang sebagai sesuatu yang penuh
dengan lambang-lambang yang masing-masing harus ditafsirkan tersendiri dan
tidak mempunyai hubungan dengan sejarah dunia. Mungkin tak satu pun dari
pandangan- pandangan di atas yang memuaskan. Pandangan sejarah membuat Wahyu
hanya sedikit berguna bagi kita, dan pandangan masa depan membuat kitab ini
hanya cocok untuk Kristen yang hidup pada akhir zaman.
Tetapi nubuat-nubuat sering mempunyai dua pokok acuan, yaitu: kejadian yang
segera akan terjadi dan yang masih jauh. Nubuatan Yesaya yang terkenal tentang
seorang anak (Yes 7:14) menunjuk kepada seorang wanita muda pada zaman Yesaya
dan kepada Maria, ibu Tuhan Yesus. Nubuatan-nubuatan ini juga menunjuk ke
pemerintahan Domitian maupun ke kejadian-kejadian di akhir zaman.
3. Angka misterius 666 (Wah 13:10).
Teka-teki ini tergantung pada fakta bahwa baik bahasa Ibrani maupun Yunani,
huruf-huruf abjad juga dipakai untuk bilangan. Oleh karena itu, tiap-tiap kata
mempunyai nilai bilangan dan setiap angka bisa merupakan suatu kode untuk kata
tertentu. Kaisar Nero, jika ditulis dalam bahasa Ibrani, berjumlah 666. Titus
merupakan pemecahan lain, dan kali ini dalam bahasa Yunani, dan kata ini
menunjuk kepada kaisar ketiga yang bernama Titus Domitian.
Penerapan
Berita dalam Wahyu sederhana: semua sejarah adalah 'Sejarah-Nya', sudah ditulis dan akan berakhir dengan penghakiman untuk seluruh dunia. Dan dalam terang pengetahuan ini Kristen harus mendapatkan penghiburan, terutama di saat-saat penganiayaan.
Tema-tema Kunci
1. Babel.
Kejatuhan Babel di gambarkan secara rinci dalam pasal 18, 19. Pakailah konkordansi untuk mempelajari ajaran Alkitab tentang Babel. Mulailah dari Kejadian 11, perhatikan bahwa Babel adalah Babilonia. Terutama perhatikan nubuatan Yesaya mengenai Babilonia. Dalam Wah 18:1-24 tunjukkanlah tujuh ratapan untuk Babel, mulai dengan ratapan malaikat dalam ayat 1-3.
2. Malapetaka.
Bandingkan ketujuh malapetaka dalam pasal 16 dengan sepuluh malapetaka dalam Keluaran 7-11. Perhatikan bagaimana bagian Wahyu ini sengaja dihubungkan dengan kejadian dalam Keluaran (lihat Wah 15:2-4). Mengapa penglihatan mengenai penghakiman dihubungkan dengan Keluaran yang biasanya dianggap sebagai peristiwa penyelamatan?
3. Dua orang saksi.
Ada pasal yang membuat kita penasaran (Wah 11:1-13), yang menggambarkan dua orang saksi yang juga disebut sebagai dua orang nabi, walaupun nama mereka tidak pernah disebut. Beberapa penafsir menafsirkan bahwa dua saksi ini adalah dua jemaat; yang lain lebih cenderung untuk menafsirkan mereka sebagai nabi Perjanjian Lama yang kembali ke bumi. Musa dan Elia dianggap sebagai kedua saksi itu. Mengapa mereka berdua? Apa penjelasan lebih lanjut tentang hal ini yang dikemukakan dalam Zakharia 4?
4. Pohon kehidupan.
Alkitab dimulai dengan sebuah taman (Kej 2:8) dan berakhir dengan sebuah taman (Why 22). Bandingkan dan tunjukkan perbedaannya antara dua pasal pertama dengan dua pasal terakhir Alkitab.
5. Tuhan Yesus Kristus.
Pelajarilah seluruh kitab dan buatlah sebuah daftar dari nama-nama dan julukan bagi Yesus. Alfa dan Omega (huruf pertama dan ter akhir dalam abjad Yunani), keturunan Daud dan lain-lain. Khususnya perhatikan gelar utama: Anak Domba (28 kali). Apa arti penting dari gelar ini (lihat juga Yoh 1:29-37); Ibr 9:1-28; 1 Kor. 5:7; 1 Ptr. 1:18, 19)? Tetapi perhatikan cara indah kitab ini menggambarkan kemuliaan Yesus, ditutup dengan sebuah petunjuk sederhana kepada Tuhan (kemuliaan-Nya) Yesus (kerendahanhati-Nya). Amin.
Datanglah Tuhan Yesus!
Garis Besar Intisari: Wahyu (Pendahuluan Kitab) [1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3Pengantar
Wah 1:4-8Salam
Wah 1:9-20Penglihatan yang pertama
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:
[1] PENDAHULUAN Wah 1:1-20
Wah 1:1-3 | Pengantar |
Wah 1:4-8 | Salam |
Wah 1:9-20 | Penglihatan yang pertama |
[2] TUJUH SURAT KEPADA TUJUH JEMAAT Wah 2:1-3:22
[3] PENGLIHATAN TENTANG SURGA Wah 4:1-11
[4] TUJUH METERAI Wah 5:1-8 :5
Wah 5:1-14 | Pendahuluan: kitab dan singa |
Wah 6:1-17 | Enam meterai dibuka |
Wah 7:1-17 | Pemeteraian simbolis orang-orang kudus |
Wah 8:1-5 | Meterai ketujuh dibuka |
[5] TUJUH SANGKAKALA Wah 8:6-11:19
Wah 8:6-9:21 | Enam sangkakala berbunyi |
Wah 10:1-11:14 | Tujuh guruh dan dua saksi |
Wah 11:15-19 | Sangkakala ketujuh |
[6] TUJUH TANDA Wah 12:1-14:20
Wah 12:1-6 | Perempuan yang berselubungkan matahari |
Wah 12:7-12 | Setan diusir |
Wah 12:13-17 | Peperangan antara Setan dan Sang Putra |
Wah 13:1-10 | Binatang yang keluar dari laut |
Wah 13:11-18 | Binatang yang keluar dari bumi |
Wah 14:1-5 | Penglihatan tentang Anak Domba |
Wah 14:6-20 | Penglihatan tentang panen |
[7] TUJUH CAWAN Wah 15:1-16:21
Wah 15:1-8 | Tujuh malaikat |
Wah 16:1-21 | Tujuh cawan dan tujuh malapetaka |
[8] PEMERINTAHAN DAN KEHANCURAN ANTI KRISTUS Wah 17:1-20:15
Wah 17:1-18 | Penghakiman atas pelacur |
Wah 18:1-19:5 | Jatuhnya Babel |
Wah 19:6-10 | Pernikahan Anak Domba |
Wah 19:11-20:15 | Kemenangan Allah |
[9] KOTA ALLAH Wah 21:1-22:5
Wah 21:1-4 | Pernyataan tentang kota itu |
Wah 21:5-8 | Kemurnian kota itu |
Wah 21:9-27 | Kesempurnaan kota itu |
Wah 22:1-5 | Air kehidupan |
[10] PENUTUP Wah 22:6-21
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi