Teks -- 1 Petrus 2:24 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Full Life -> 1Ptr 2:24
Full Life: 1Ptr 2:24 - MEMIKUL DOSA KITA.
Nas : 1Pet 2:24
Kristus memikul dosa kita di kayu salib (bd. Yes 53:4,11-12),
menjadi pengganti kita dengan menanggung hukuman bagi dosa kita
(Yoh ...
Nas : 1Pet 2:24
Kristus memikul dosa kita di kayu salib (bd. Yes 53:4,11-12), menjadi pengganti kita dengan menanggung hukuman bagi dosa kita (Yoh 1:29; Ibr 9:28; 10:10;
lihat art. HARI PENDAMAIAN).
Tujuan dari kematian yang menggantikan ini adalah agar kita dapat dipisahkan sama sekali dari kesalahan, kuasa, dan pengaruh dosa. Melalui kematian-Nya Kristus melenyapkan kesalahan kita dan hukuman bagi dosa kita, membuka jalan hingga kita pantas untuk kembali kepada Allah (Rom 3:24-26) dan menerima kasih karunia untuk hidup benar di hadapan-Nya (Rom 6:2-3; 2Kor 5:15; Gal 2:20). Petrus menggunakan kata "sembuh" dalam hubungan dengan keselamatan dengan segala berkatnya (bd. Yes 53:5; Mat 8:16-17).
Ref. Silang FULL -> 1Ptr 2:24
Ref. Silang FULL: 1Ptr 2:24 - dosa kita // kayu salib // terhadap dosa // telah sembuh · dosa kita: Yes 53:4,11; Ibr 9:28
· kayu salib: Kis 5:30; Kis 5:30
· terhadap dosa: Rom 6:2; Rom 6:2
· telah sembuh: Ul ...
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> 1Ptr 2:13-25
Matthew Henry: 1Ptr 2:13-25 - Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tid...
Perihal Warga Negara; Sikap sebagai Hamba (2:13-25)
- Peraturan umum tentang perilaku orang Kristen adalah sebagai berikut. Dia harus jujur, yang tidak bisa terjadi apabila semua kewajiban yang berkaitan tidak dilaksanakan dengan setia. Di sini Rasul Petrus terutama menguraikannya dengan terperinci.
- I. Perihal warga negara. Orang Kristen tidak saja terkenal sebagai pembaharu di bidang agama, tetapi juga dianggap mengganggu keadaan. Oleh sebab itu, sangatlah penting bagi Rasul Petrus untuk menetapkan peraturan dan takaran ketaatan terhadap para pejabat pemerintah, di mana,
- 1. Kewajiban yang diminta adalah ketaatan atau tunduk, yang mencakup kesetiaan dan rasa hormat kepada mereka, kepatuhan pada hukum-hukum dan perintah-perintah mereka yang adil, dan sikap tunduk kepada hukuman yang sah.
- 2. Orang-orang atau pihak-pihak yang patut mendapat ketaatan dijelaskan,
- (1) Secara lebih umum: semua lembaga manusia. Pemerintahan jelas merupakan hak ilahi, namun bentuk pemerintahan tertentu, kekuasaan sang pejabat, serta orang-orang yang harus melaksanakan kekuasaan ini, berasal dari lembaga manusia, dan diatur menurut hukum dan undang-undang dasar masing-masing negara. Ini merupakan peraturan secara umum yang bersifat mengikat dalam semua bangsa, tidak peduli bentuk pemerintahan yang telah ditetapkan.
- (2) Secara khusus: kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, yang pertama dalam hal martabat dan paling utama dalam hal derajat. Raja adalah pribadi yang diangkat secara hukum, bukan seorang yang lalim: maupun kepada wali-wali, wakil-wakil, gubernur, atau kepala daerah yang diutus raja, yaitu yang diangkat olehnya untuk memerintah.
- 3. Alasan-alasan untuk menekankan kewajiban ini adalah,
- (1) Karena Allah, yang telah menetapkan pemerintah demi kebaikan umat manusia, serta yang telah menuntut ketaatan dan kepatuhan (Rm. 13), dan karena kehormatanNya berkaitan dengan perilaku warga negara kepada para penguasa mereka.
- (2) Demi tujuan dan kegunaan jabatan pejabat pemerintah, yaitu untuk menghukum para pelaku kejahatan dan memuji serta memberikan semangat kepada semua orang yang berbuat baik. Mereka telah ditunjuk demi kebaikan masyarakat. Jika tujuan ini tidak terpenuhi, maka kesalah an tidak terletak pada lembaga itu tetapi pada pelaksanaannya.
- [1] Agama yang benar merupakan penopang terbaik bagi pemerintahan sipil. Hal ini membutuhkan kepatuhan demi kepentingan Tuhan dan hati nurani.
- [2] Semua hukuman dan semua pejabat pemerintah di dunia tidak dapat mencegah adanya para pelaku kejahatan di dalam dunia ini.
- [3] Cara terbaik yang bisa diambil pejabat pemerintah adalah bersikap setia dalam melaksanakan tugasnya. Untuk bisa mengubah dunia, ia harus menjatuhkan hukuman dan ganjaran dengan baik.
- (3) Alasan lain mengapa orang Kristen harus tunduk kepada pejabat pemerintah yang jahat adalah karena inilah kehendak Allah, dan oleh karena itu merupakan kewajiban mereka juga. Selain itu, karena inilah cara untuk membungkam orang-orang yang suka memfitnah, dan kepicikan orang-orang bodoh (ay. 15). Ketahuilah bahwa,
- [1] Kehendak Allah di mata orang baik adalah alasan terkuat untuk melakukan kewajiban apa saja.
- [2] Kepatuhan kepada pejabat pemerintah merupakan salah satu kewajiban besar dari seorang Kristen: sebab inilah kehendak Allah.
- [3] Di dalam semua hubungan, orang Kristen harus berusaha keras untuk membawa diri sedemikian rupa hingga dapat membungkam kecaman-kecaman tidak masuk akal yang dilancarkan orang-orang yang picik dan bodoh.
- [4] Orang-orang yang berbicara menentang agama dan umat beragama, sebenarnya picik dan bodoh.
- (4) Rasul Petrus mengingatkan mereka perihal sifat rohani dari kebebasan Kristen. Orang-orang Yahudi, seperti yang disebut di dalam Kitab Ulangan 17:15, menyimpulkan bahwa mereka tidak boleh menaati siapa pun selain pemegang kekuasaan tertinggi yang diangkat dari tengah-tengah saudara-saudara mereka sendiri. Di lain pihak, orang-orang Yahudi yang sudah beralih ke agama Kristen berpikir bahwa mereka bebas dari ketentuan untuk tunduk kepada penguasa lain karena mereka memiliki hubungan dengan Kristus. Untuk mencegah kesalahan ini, Rasul Petrus berkata kepada orang-orang Kristen itu bahwa mereka memang merdeka, tetapi dari apa? Bukan dari kewajiban atau ketaatan kepada hukum Allah, yang menghendaki kepatuhan kepada pejabat pemerintah sipil. Secara rohani mereka memang merdeka dari belenggu dosa dan Iblis, serta dari hukum Taurat dengan upacara-upacaranya. Namun, mereka tidak boleh menggunakan kebebasan kristiani mereka sebagai selubung untuk menutup-nutupi kejahatan dalam bentuk apa saja, atau untuk menutupi kelalaian dalam menunaikan kewajiban terhadap Allah ataupun atasan mereka. Sebaliknya, mereka harus ingat bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah. Ketahuilah bahwa,
- [1] Semua hamba Kristus adalah orang-orang merdeka (Yoh. 8:36). Mereka merdeka dari kekuasaan Iblis, penghukuman hukum Taurat, murka Allah, ketidaknyamanan dalam menjalankan tugas, dan dari kengerian maut.
- [2] Hamba-hamba Yesus Kristus harus sangat berhati-hati agar tidak menyalahgunakan kebebasan Kristen mereka. Mereka tidak boleh memanfaatkannya sebagai selubung untuk menutupi kejahatan apa saja terhadap Allah atau ketidaktaatan terhadap atasan.
- 4. Rasul Petrus menutup pembicaraannya perihal kewajiban para bawahan atau warga negara dengan empat ajaran mengagumkan:
- (1) Hormatilah semua orang. Rasa hormat sebagaimana mestinya patut diberikan kepada semua orang. Kaum miskin tidak boleh dipandang rendah (Ams. 17:5). Orang fasik pun harus dihormati, bukan karena kefasikan mereka, melainkan karena kecakapan-kecakapan lain seperti misalnya kecerdasan, kebijaksanaan, keberanian, jabatannya yang tinggi, atau yang sudah lanjut usia. Abraham, Yakub, Samuel, para nabi, dan para rasul, tidak pernah segan-segan memberikan hormat yang seharusnya kepada orang-orang yang jahat sekalipun.
- (2) Kasihilah saudara-saudaramu. Semua orang Kristen terikat tali persaudaraan, disatukan dengan Kristus sebagai Kepala, sama-sama diatur dan memenuhi syarat, memiliki hubungan dekat dalam kepentingan yang sama, saling bersekutu, serta sedang menuju rumah yang sama. Oleh sebab itu mereka harus saling mengasihi dengan penuh kasih sayang yang istimewa.
- (3) Takutlah akan Allah dengan rasa hormat, kewajiban, dan kepatuhan tertinggi. Jika tidak ada rasa takut seperti ini, maka tidak satu pun dari ketiga kewajiban yang lain bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya.
- (4) Hormatilah raja dengan rasa hormat tertinggi yang khusus baginya melebihi orang lain.
- II. Para hamba juga mendapatkan ketetapan rasuli seperti halnya para bawahan atau warga negara, sebab mereka juga menyangka bahwa kebebasan kristiani membebaskan mereka dari majikan mereka yang tidak percaya dan kejam. Mengenai hal ini, Rasul Petrus berkata, Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah (ay. 18). Yang dimaksudkannya dengan hamba-hamba adalah mereka yang memang merupakan hamba atau pelayan, baik yang diupah maupun yang dibeli dengan uang, ditawan dalam perang, lahir di rumah majikan, atau mereka yang bekerja sebagai pekerja kontrak untuk beberapa waktu sesuai perjanjian, seperti orang magang. Amatilah,
- 1. Rasul Petrus menyuruh mereka agar tunduk, untuk mengerjakan tugas mereka dengan setia dan jujur, menjaga perilaku sebagaimana seharusnya orang yang berkedudukan lebih rendah, dengan penuh rasa hormat dan sepenuh hati, dan untuk tunduk dengan sabar dalam menanggung penderitaan dan ketidaknyamanan. Mereka patut tunduk kepada majikan mereka, yang berhak menerima layanan mereka. Bukan saja kepada yang baik dan peramah, seperti yang memperlakukan mereka dengan baik serta mengurangi sedikit saja dari hak mereka, tetapi juga kepada yang bengis dan jahat sekalipun, yang nyaris tidak bisa dibuat senang sama sekali dengan apa pun.
- (1) Para hamba harus berkelakuan baik kepada majikan mereka dengan sikap tunduk dan rasa takut jangan sampai menimbulkan kemarahan mereka.
- (2) Kelakuan berdosa di dalam suatu hubungan tidak membenarkan suatu pihak lain untuk berbuat dosa. Seorang hamba tetap harus mengerjakan tugasnya, meskipun sang majikan bersikap bermusuhan dan jahat.
- (3) Orang-orang yang baik bersikap penurut dan lembut kepada hamba-hamba dan bawahan mereka. Rasul Petrus memperlihatkan kasih dan perhatiannya kepada jiwa hamba-hambanya yang malang, sama seperti kepada orang-orang yang berkedudukan lebih tinggi. Dalam hal ini ia patut diteladani oleh semua hamba Tuhan yang lebih rendah jabatannya, dan mereka harus menerapkan semua nasihat mereka kepada orang-orang yang lebih rendah, bersahaja, dan muda, serta para pendengar dari golongan lebih miskin, termasuk kepada yang lain.
- 2. Setelah menyuruh mereka tunduk, Rasul Petrus merendahkan diri untuk memberi alasan mengenai hal itu.
- (1) Jika mereka tetap sabar di tengah kesukaran karena diperlakukan dengan tidak adil, dan tetap mengerjakan tugas mereka bagi majikan mereka yang tidak percaya dan tidak baik, maka perbuatan mereka ini sungguh berkenan kepada Allah, dan Ia akan memberikan pahala atas semua penderitaan yang mereka alami karena sadar akan kehendak-Nya. Namun, bila tetap bersabar ketika dihukum dengan adil, maka kesabaran itu tidak layak mendapatkan pujian sama sekali. Hanya berbuat baik dan karena itu harus menderita dengan sabar, maka itulah yang berkenan bagi Allah (ay. 19-20). Ketahuilah bahwa,
- [1] Tidak ada keadaan yang begitu memprihatinkan hingga seseorang tidak mampu hidup dengan tulus dan memuliakan Allah di dalamnya. Bahkan hamba yang paling hina pun dapat melakukannya.
- [2] Orang-orang yang paling tulus sering kali mengalami penderitaan-penderitaan yang paling hebat. Karena sadar akan kehendak Allah, mereka menanggung penderitaan yang tidak harus mereka tanggung. Mereka berbuat baik dan karena itu harus menderita. Orang-orang yang menderita seperti ini patut mendapat pujian.
- Mereka membawa kehormatan bagi Allah dan agama, serta mereka dikenan oleh Dia. Hal inilah yang merupakan dukungan dan kepuasan tertinggi bagi mereka.
- [3] Penderitaan yang memang pantas diterima harus ditanggung dengan sabar. Jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa, maka kamu harus dengan sabar menanggung penderitaan yang menimpamu. Penderitaan di dunia ini tidak selalu merupakan janji bagi kebahagiaan kita di masa depan. Jika anak-anak atau para hamba bersikap kasar dan tidak patuh sehingga menderita karenanya, hal ini tidak berkenan kepada Allah serta tidak mendapatkan pujian dari manusia.
- (2) Beberapa alasan lain diberikan untuk menguatkan hati hamba-hamba Kristen agar bersabar di bawah penderitaan yang tidak seharusnya dialami (ay. 21).
- [1] Karena panggilan dan pengakuan Kristen mereka: Sebab untuk itulah kamu dipanggil.
- [2] Menurut teladan Kristus, yang telah menderita untuk kamu, sehingga dengan demikian menjadi teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. Karena itu ketahuilah bahwa, pertama, orang-orang Kristen yang baik adalah orang-orang yang dipanggil untuk menderita, sehingga dengan demikian mereka harus sadar dan menantikannya. Menurut syarat-syarat Kekristenan, mereka harus menyangkal diri dan memikul salib. Mereka dipanggil atas perintah Kristus, melalui pemeliharaan Allah, dan persiapan kasih karunia ilahi. Selain itu, melalui karya Yesus Kristus, mereka harus menderita ketika terpanggil untuk itu. Kedua, Yesus Kristus telah menderita untuk kamu, atau untuk kita. Bukan Bapa yang menderita, melainkan Dia yang telah dikuduskan oleh Bapa, dan diutus ke dalam dunia untuk tujuan itu. Baik tubuh maupun jiwa Kristus-lah yang menderita, dan Dia menderita bagi kita, untuk menggantikan kita dan demi kebaikan kita (ay. 24). Ketiga, penderitaan Kristus sudah seharusnya menenteramkan kita di bawah penderitaan yang paling tidak adil dan kejam di dunia ini. Ia menderita atas kemauan sendiri, bukan bagi diri-Nya sendiri, melainkan bagi kita, de ngan sepenuh hati, dengan kesabaran sempurna, dari semua segi. Semua ini dijalani-Nya meskipun Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Karena itu, bukankah kita sebagai orang berdosa yang pantas menerima yang terburuk, sudah seharusnya tunduk di bawah penderitaan ringan dalam hidup ini, yang kelak akan mendatangkan keuntungan tak terkatakan bagi kita sendiri?
- 3. Teladan kepatuhan dan kesabaran Kristus dijelaskan dan diuraikan di sini: Kristus telah menderita,
- (1) Yang sebenarnya tidak harus ditanggung-Nya, dan tanpa alasan. Sebab Ia tidak berbuat dosa (ay. 22). Ia tidak berbuat kekerasan, ketidakadilan, atau kesalahan kepada siapa pun. Ia tidak melakukan kecurangan apa pun, dan tipu tidak ada dalam mulutnya (Yes. 53:9). Begitu pula halnya dengan perkataan dan tindakan-Nya, yang semuanya tulus, adil, dan benar.
- (2) Dengan sabar: Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki (ay. 23). Ketika mereka menghujatNya, mengolok-olok-Nya, dan melontarkan julukan-julukan kotor kepada-Nya, Ia tetap kelu dan tidak membuka mulutnya. Ketika mereka bertindak lebih lanjut dengan melukai Dia melalui pukulan, hantaman, dan memakaikan mahkota duri di kepala-Nya, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkan diri dan perkaranya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil, yang pada waktunya akan membukakan bahwa Ia tidak bersalah, serta membalas dendam atas musuh-musuh-Nya. Ketahuilah bahwa,
- [1] Penebus kita yang terpuji itu sepenuhnya suci, dan begitu bebas dari dosa, hingga tidak ada pencobaan ataupun hasutan macam apa pun, yang mampu memancing Dia untuk berbuat dosa sekecil apa pun, bahkan sepatah kata yang tidak pantas dari mulut-Nya.
- [2] Hasutan untuk berbuat dosa tidak bisa membenarkan orang untuk berbuat dosa. Kekasaran, kekejaman, dan ketidakadilan musuh tidak akan membenarkan orang-orang Kristen untuk mencaci maki dan membalas dendam. Alasan untuk berbuat dosa tidak akan pernah terlampau kuat, sebab kita senantiasa memiliki alasan-alasan lebih kuat untuk menghindarinya.
- [3] Penghukuman Allah akan dijalankan dengan adil atas setiap orang dan setiap perkara. Oleh karena itu kita sudah seharusnya berserah dengan sabar dan pasrah.
- 4. Supaya tidak ada yang menyimpulkan dari ayat 21-23 bahwa kematian Kristus dimaksudkan sekadar sebagai teladan tentang kesabaran di bawah penderitaan, di sini Rasul Petrus juga menyebutkan tujuan yang lebih agung berikut pengaruh kesabaran dan kematian-Nya: Ia sendiri, dan seterusnya. Perhatikanlah,
- (1) Pribadi yang menderita – Yesus Kristus: Ia sendiri, yaitu di dalam tubuh-Nya. Ungkapan Ia sendiri disampaikan dengan tegas dan memang penting, untuk menunjukkan bahwa Ia menggenapi semua nubuatan pada zaman dahulu, yang membedakan diri-Nya dari para imam Lewi (yang mempersembahkan darah makhluk lain, sedangkan Dia sendiri mengadakan penyucian dosa kita [Ibr. 1:3]), dan tidak mengikutsertakan orang lain dalam karya penebusan manusia. Kemudian ditambahkan perkataan di dalam tubuh- Nya. Tidak saja bahwa Ia menderita di dalam jiwa-Nya (Mat. 26:38), tetapi bahwa penderitaan di dalam jiwa itu berada jauh di dalam dan tersembunyi, sementara penderitaan jasmani dapat terlihat dan lebih nyata bagi hamba-hamba yang menderita ini, untuk siapa contoh ini diberikan.
- (2) Penderitaan yang dialami-Nya mengakibatkan bilur-bilur, luka-luka, dan kematian, yakni kematian di kayu salib, hukuman yang sangat merendahkan dan memalukan!
- (3) Alasan penderitaan-Nya: Ia memikul dosa kita, yang mengajarkan,
- [1] Bahwa Kristus dalam penderitaan-Nya, menanggung dosa-dosa kita, sebagai orang yang bersedia untuk menyingkirkan dosa-dosa itu dengan jalan mengorbankan diri-Nya sendiri (Yes. 53:6).
- [2] Bahwa Ia menanggung hukuman bagi mereka, sehingga dengan demikian memenuhi keadilan ilahi.
- [3] Bahwa dengan cara ini Ia mengangkat dosa-dosa kita dan menyingkirkannya dari kita. Sama seperti kambing korban yang menjadi perlambang dalam menanggung dosa umat Israel di atas kepalanya dan membawanya pergi (Im. 16:21-22), demikian juga Anak Domba Allah pertama-tema menanggung dosa-dosa kita dalam tubuh-Nya sendiri, dan dengan begitu menyingkirkan dosa-dosa dunia (Yoh. 1:29).
- (4) Buah-buah yang dihasilkan penderitaan Kristus adalah,
- [1] Pengudusan diri kita, berupa kematian dari dosa dan perbuatan mematikan dosa, serta kehidupan kudus yang baru penuh kebenaran. Untuk kedua hal ini kita memiliki contoh dan juga kekuatan serta kemampuan melalui kematian dan kebangkitan Kristus.
- [2] Pembenaran kita. Kristus disiksa dan disalibkan sebagai korban penebusan, dan oleh bilur-bilur-Nya kita telah sembuh. Ketahuilah bahwa, pertama, Yesus Kristus menanggung dosa-dosa seluruh umat-Nya dan menebus mereka melalui kematian-Nya di atas kayu salib. Kedua, tidak seorang pun dapat bergantung dengan selamat pada Kristus, yang telah menanggung dosanya dan menebus kesalahannya, kalau ia tidak mati terhadap dosa dan hidup dalam kebenaran.
- 5. Rasul Petrus menutup nasihatnya kepada hamba-hamba Kristen dengan mengingatkan mereka akan perbedaan antara keadaan mereka dahulu dan sekarang (ay. 25). Mereka dahulu sesat seperti domba, yang melambangkan,
- (1) Dosa manusia: ia tersesat. Itu merupakan tindakannya sendiri. Ia tidak digiring tetapi sesat atas kehendak sendiri.
- (2) Kesengsaraannya: ia tersesat dari padang rumput, dari sang gembala, dan dari kawanan domba, sehingga dengan demikian membuka diri terhadap bahaya yang tidak terkira banyaknya.
- (3) Pemulihan mereka melalui pertobatan: tetapi sekarang telah dikembalikan (KJV). Kata ini berbentuk pasif, dan menunjukkan bahwa kembalinya orang berdosa merupakan hasil dari kasih karunia ilahi. Mereka kembali dari semua kesalahan dan pengembaraan mereka kepada Kristus, gembala sejati dan penuh perhatian, yang mengasihi domba-domba-Nya dan menyerahkan nyawa-Nya bagi mereka. Ia adalah gembala, penilik, atau pengawas jiwa manusia. Ketahuilah bahwa,
- [1] Sebelum bertobat, orang-orang berdosa senantiasa tersesat. Kehidupan mereka merupakan rangkaian kesalahan yang terus berlanjut.
- [2] Yesus Kristus adalah gembala tertinggi dan penilik jiwa-jiwa yang senantiasa ada bersama kawanan domba-Nya serta menjaga mereka.
- [3] Orang-orang yang mengharapkan kasih dan pemeliharaan dari sang Gembala yang agung ini harus kembali kepada-Nya, harus mati terhadap dosa, dan hidup dalam kebenaran.
SH: 1Ptr 2:18-25 - Penderitaan akibat penundukan diri (Selasa, 13 Juli 1999) Penderitaan akibat penundukan diri
Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta.
Sikap tunduk yang Rasul Petrus tekankan di ...
Penderitaan akibat penundukan diri
Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta. Sikap tunduk yang Rasul Petrus tekankan di sini adalah sikap tidak melawan, tidak menentang, tetapi juga tidak menjalankan perintah bila berlawanan dengan kehendak Allah. Tentu sikap ini akan mendatangkan risiko, apalagi bagi para hamba yang menghadapi tuan yang bengis. Bagi Petrus bila jemaat harus menderita karena ketaatan kepada Allah, justru itu adalah kasih karunia. Kasih karunia memang tidak selalu mewujud dalam kenikmatan hidup. Dalam penderitaan pun, bila itu dialami karena sadar sedang melakukan kehendak Allah, itu pun kasih karunia.
Kristus teladan Kristen. Mengikuti jejak Kristus, itulah panggilan Kristen selama merantau di dunia. Yesus Kristus adalah teladan, tidak hanya dalam kerelaan-Nya untuk menderita, tetapi juga dalam "penundukan" diri-Nya kepada penguasa dunia yang berlaku sewenang-wenang atas diri-Nya, katena ia tunduk pada kehendak Allah.
Kristus, Gembala, dan Pemelihara jiwa. Penderitaan yang Kristus alami adalah untuk menggenapkan kehendak Allah, yakni memikul dosa manusia. Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga menolong jemaat-Nya ketika mengalami penderitaan.
Renungkan: Kristus adalah Panutan kita dalam ketaatan "penundukan" diri. Teladanilah Dia.
SH: 1Ptr 2:18-25 - Penderitaan Kristiani (Senin, 18 Oktober 2004) Penderitaan Kristiani
Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja
lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan
...
Penderitaan Kristiani
Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Ia juga mendapat tekanan dari karyawan lainnya bahkan pernah difitnah mencuri barang-barang milik perusahaan. Semua itu terjadi karena ia orang Kristen. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada di posisi Toni?
Dalam nas ini, pada waktu itu agama Kristen telah menyentuh semua lapisan masyarakat termasuk para budak. Sebagai budak hak mereka sering diabaikan dan "diperlakukan tidak manusiawi" oleh majikannya. Apalagi bila budaknya itu Kristen, majikan yang bukan Kristen sering memperlakukan budak Kristen dengan lebih kejam, seakan-akan menjadi Kristen itu adalah sebuah kesalahan. Bagaimana Petrus menasihati budak Kristen yang menderita karena imannya itu? Pertama, tetap tunduk dan taat walaupun majikannya itu seorang yang kejam (ayat 18). Dasarnya adalah menderita oleh karena kehendak Allah merupakan kasih karunia (ayat 19). Kedua, menyadari bahwa di dalam tekanan majikannya itu ia sedang meneladani penderitaan Kristus yang walaupun tidak berdosa namun diperlakukan tidak adil bahkan sampai dihukum mati (ayat 21-23). Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, karena Ia mau menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Seharusnya kita juga memiliki motivasi yang serupa, rela diperlakukan tidak adil oleh majikan supaya mereka boleh mengenal keselamatan dari Kristus.
Dalam kisah di atas Toni akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan itu. Namun, yang pasti Toni tidak dendam apalagi mengancam akan membalas perbuatan majikan atau teman-temannya. Toni juga mengundurkan diri bukan karena berbuat kesalahan sebagaimana yang difitnahkan kepadanya. Sehingga, beberapa karyawan yang simpati kepada Toni justru akhirnya menjadi Kristen oleh kesaksiannya.
Renungkan: Pribadi seorang Kristen sejati tidak dipengaruhi oleh situasi. Bahkan ketika ia diperlakukan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan berbuat kebajikan.
SH: 1Ptr 2:18-25 - Panggilan untuk menderita (Rabu, 23 November 2011) Panggilan untuk menderita
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal peribahasa yang mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Per...
Panggilan untuk menderita
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal peribahasa yang mengatakan "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari." Peribahasa ini memiliki pesan bahwa apabila guru melakukan kesalahan, maka murid pun akan melakukan kesalahan serupa bahkan lebih lagi. Pesan lainnya adalah pentingnya teladan hidup seorang guru. Teladan guru akan diserap dan diingat oleh para murid yang dia ajar.
Hal inilah yang dialami oleh Petrus. Petrus telah belajar arti penderitaan Tuhan Yesus Kristus. Ia sungguh mengerti bahwa penderitaan yang dialami oleh Tuhan Yesus adalah bagian dari rencana Allah yang kekal dan baik (bdk. Mat. 16:21-23; Luk. 24:25-27, 44-47). Petrus juga mengetahui bahwa tujuan akhir dari penderitaan Yesus Kristus adalah untuk menyelamatkan kita semua (Mat. 20:28; 26:28). Maka barang siapa yang memutuskan untuk menjadi pengikut Yesus Kristus, ia harus mempersiapkan dirinya untuk menderita. Kebenaran ini selaras dengan firman Tuhan di dalam Markus 8:34-35, "setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya." Petrus mempelajari semua kebenaran ini langsung dari Tuhan Yesus Kristus. Dan kebenaran yang sama diteruskan kepada kita.
Panggilan untuk berbuat baik dan menderita yang dibangun di atas kebenaran firman Tuhan masih terus digemakan hingga hari ini. Panggilan itu masih tetap berlaku bagi kita, pengikut Kristus, yang hidup di zaman ini. Panggilan ini berlaku bagi orang percaya agar tidak berdiam diri dalam zona nyaman dan menganggap zona nyaman itu sebagai tanda berkat Tuhan. Sebab itu perlu sekali bagi orang percaya untuk belajar kisah para rasul dan orang kudus tentang kerelaan memberitakan Injil, sekalipun harus berkurban nyawa. Sebagaimana Sang Guru telah memberikan teladan ketaatan yang sempurna, sudah sewajarnya bila kita, murid-murid-Nya, meneladani Dia. Bersediakah kita?
SH: 1Ptr 2:18-25 - Pandanglah Salib-Nya (Kamis, 19 April 2018) Pandanglah Salib-Nya
Pada tahun 155 M, hiduplah seorang Uskup di kota Smyrna yang bernama, Polycarpus. Dia ditangkap oleh pemerintah Romawi untuk dia...
Pandanglah Salib-Nya
Pada tahun 155 M, hiduplah seorang Uskup di kota Smyrna yang bernama, Polycarpus. Dia ditangkap oleh pemerintah Romawi untuk diadili. Saat diminta perwira Romawi untuk menyangkal imannya, dia menjawab, "Selama 86 tahun aku berbakti kepada Kristus dan selama itu belum pernah Dia mengecewakan aku. Bagaimana aku dapat mengutuki Raja yang menyelamatkan aku?" Sikap teguh dan kesetiaannya kepada Yesus mengakibatkan dirinya dibakar pada sebuah tiang gantungan.
Penderitaan tidak pernah lepas dari hidup manusia. Sebab manusia yang ada di dunia adalah berdosa. Namun, kita perlu membedakan antara penderitaan yang disebabkan karena kesalahan diri sendiri atau karena iman. Penderitaan karena kesalahan diri tentu tak patut dipuji, justru dijadikan sebagai cara untuk memperbaiki diri. Penderitaan karena iman dilihat sebagai ganjaran yang mesti kita terima. Meski sebagai sebuah kasih karunia dari Allah, terkadang harus diakui terasa berat untuk ditanggung.
Di sini penulis mengajak umat untuk tidak fokus pada luka dan penderitaannya, tetapi mau melihat Tuhan. Dia yang telah dicaci maki, difitnah, diludahi, dipukuli bahkan sampai dibunuh di kayu salib adalah kekuatan bagi orang percaya. Salib adalah lambang kutukan dan penghukuman. Setiap orang yang disalib dianggap sebagai orang yang dikutuk dari hukum pemerintah dan agama. Menariknya Yesus tidak tidak menggunakan kekuasaan-Nya untuk menghukumnya. Sebaliknya Dia menerimanya dengan keiklasan sebagai bagian hidup yang harus dijalani demi untuk penyelamatan manusia. Keteguhan hati untuk tetap setia, meski penuh penderitaan inilah yang harus dijadikan arah dan pandang umat percaya. Oleh bilur itu kita diselamatakan.
Saat ini banyak sekali orang yang tidak kuat dengan penderitaan hidup. Banyak yang meninggalkan Tuhan karena tidak kuat dengan tekanan, penderitaan, dan kesuskesan hidup. Saat kita menderita, marilah kita selalu memandang penderitaan Yesus yang jauh lebih besar. Mari memandang salib, yang menjadi kekuatan kita. [AHH]
Pengantar Kitab Kejadian
Kejadian, kitab pertama yang diletakkan dalam Alkitab, merupakan sebuah kitab yang menuliskan banyak peristiwa besar yang terjadi pada permulaan sejarah dunia ini. Sebut saja kisah penciptaan (psl. 1), kejatuhan manusia ke dalam dosa (psl. 3); peristiwa air bah (psl. 7), dlsb. Pemaparan berbagai peristiwa tersebut dipercaya dilakukan oleh Musa, di bawah pengilhaman Roh Kudus. Bukan hanya itu, Musa juga dipercaya sebagai penulis seluruh kitab Pentateukh (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan). Beberapa bagian Alkitab menyatakan kesaksian tentang hal itu, seperti 1Raj. 2:3; 2Raj. 14:6; Ezr. 6:18; Neh. 13:1; Dan. 9:11-13; Mal. 4:4; Mrk. 12:26; Luk. 16:29, 31; Yoh. 7:19-23; Kis. 26:22; 1Kor. 9:9; 2Kor. 3:15.
Dalam Kitab Kejadian, kita melihat awal sejarah keselamatan dan penebusan yang dilakukan Allah bagi manusia. Kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa bermula dari bujuk rayu ular di Taman Eden. Adam dan Hawa yang tergoda, jadi terbuka matanya, dan kemudian mendapati diri mereka telanjang. Lalu Allah memakaikan kulit hewan kepada mereka untuk menutupi ketelanjangan mereka. Peristiwa pengurbanan hewan sebagai akibat keberdosaan manusia pertama adalah salah satu dari beberapa tipologi pengurbanan Yesus di kayu salib yang terdapat dalam kitab Kejadian. Tipologi lain adalah bahtera Nuh atau domba yang tersangkut di semak belukar sebagai ganti Ishak yang tidak jadi dikurbankan Abraham.
Kitab Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitab. Kejadian memuat satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa, bangsa-bangsa, Israel, dan sejarah penebusan. Kitab Kejadian ditulis sesuai tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan penebusan manusia melalui keturunan Abraham.
Belajar kitab Kejadian seharusnya membuat kita tunduk kepada Allah, yang telah menciptakan kita dan dunia. Kemahakuasaan-Nya nyata, tetapi kasih-Nya atas angkatan demi angkatan juga tidak berkesudahan. Maka percaya dan taati Dia adalah satu-satunya pilihan.
Utley -> 1Ptr 2:18-25
Utley: 1Ptr 2:18-25 - --NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:18-2518 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, ...
NASKAH NASB (UPDATED): 1Pet 2:18-25
18 Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. 19 Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. 20 Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. 21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22 IA TIDAK BERBUAT DOSA, DAN TIPU TIDAK ADA DALAM MULUT-NYA. 23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
1Pet 2:18 "hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu" Ini adalah sebuah PRESENT MIDDLE PARTICIPLE yang dignakan sebagai suatu IMPERATIVE (lihat catatan dan Topik Khusus pada 1Pet 2:13). Para budak yang percaya menghormati tuan duniawi mereka karena mereka menghormati Allah! Hal ini bahkan menunjuk pada tuan-tuan yang tidak percaya yang bersikap tidak adil dan kejam atau tuan-tuan Kristen yang bertindak secara tidak sepantasnya. Dalam zaman kita penerapan dari peringatan ini akan berhubungan dengan pengusaha Kristen dan karyawan Kristen. Hal ini mirip dengan ajaran Paulus dalam Ef 6:5-9. Perhatikan # 3 pada Topik Khusus di bawah ini.
Ini adalah tempat yang baik untuk membahas aspek budaya dari penafsiran Alkitab. Jika Injil telah menantang (1) budaya patriarki Yunani-Romawi abad pertama atau (2) budaya budak-budaknya, maka Injil akan ditolak dan dihancurkan oleh masyarakat abad pertama. Dengan memberitakan Injil kedua hambatan ini akan jatuh pada waktunya! Alkitab harus selalu ditafsirkan dalam latar belakang kesejarahannya dan kemudian kebenarannya yang terinspirasi tersebut diterapkan pada zaman dan budaya kita dengan kekuatan dan dampak yang sama. Ini tidak berarti bahwa kita mencoba untuk mereproduksi budaya abad pertama sebagai kehendak Allah bagi setiap masyarakat di setiap zaman. Sasarannya adalah pemberitaan kebenaran kekal dari Injil yang berdampak pada individu dan akhirnya masyarakat itu sendiri.
- NASB "Karena ini akan mendapatkan kemurahan"
- NKJV "Karena ini patut dihargai"
- NRSV "Sebab adalah kasih karunia"
- TEV "Tuhan akan memberkati Anda karena hal ini"
- NJB "Kamu lihat, ada jasanya"
Ini menunjuk pada persetujuan Tuhan atas penyerahan bahkan di tengah-tengah penganiayaan, ketika penderitaan ini berkaitan dengan keyakinan Kristen kita dan kepercayaan dalam Kristus (lih. 1Pet 3:14,17; 4:13-14,16). "kemurahan" adalah istilah Yunani charis (kasih karunia) yang digunakan dalam arti non-teologis.
□ "jika" Ini adalah sebuah KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL, yang dianggap benar dari sudut pandang si penulis atau untuk tujuan sastranya. Budak Kristen menderita di bawah tuan yang kejam demi Kristus.
□ "sadar" Lihat catatan pada 1Pet 3:16.
1Pet 2:20 "dapatkah disebut pujian" Ini adalah istilah kehormatan yang berhubungan dengan reputasi seseorang (lih. Luk 6:32-34). Ini berasal dari KATA KERJA Yunani kaleō, yang berarti memanggil. Oleh karena itu, merujuk pada menyerukan pujian, kehormatan, atau kemuliaan pada seseorang.
□ "jika" Ada dua KALIMAT FIRST CLASS CONDITIONAL dalam ayat ini, yang dianggap benar. KALIMAT CONDITIONAL yang pertama digunakan dalam pengertian negatif dan yang kedua dalam pengertian yang positif. Allah berkenan ketika orang percaya menderita secara tidak adil, tetapi dengan sabar, karena menjadi orang percaya (lih. Luk 1:29; 3:24,27; 4:12-16, Mat 5:10-16).
1Pet 2:21 "Sebab untuk itulah kamu dipanggil" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE. Dalam konteks kalimat ini berarti bahwa orang percaya dipanggil untuk meniru kehidupan Yesus, yang membawa kemuliaan kepada Allah dan keselamatan bagi umat manusia. Ini adalah panggilan untuk tunduk atas nama semua orang percaya yang akan membawa kedewasaan rohani dan saksi Injil yang kuat.
Bahwa orang percaya dipanggil oleh Allah untuk menderita adalah pernyataan mengejutkan, terutama bagi budaya barat yang berpikir tentang keKristenan dalam kerangka (1) "apa untungnya bagi saya" atau (2) suatu Injil kesehatan, kekayaan, dan kemakmuran. Penganiayaan orang percaya adalah sebuah kemungkinan yang nyata dalam dunia yang sudah jatuh (lih. Kis 14:22, Rom 5:3-4; 8:17; Fili 1:29; 1Tes 3:3-4; 2Tim 3:12; Yak 1:2-4; 1Pet 3:14; 4:12-19).
□ "Kristuspun telah menderita" Penderitaan Mesias adalah kejutan kepada orang Yahudi yang mengharapkan Mesias militer yang menaklukkan. Ada petunjuk khusus dalam PL (lih. Kej 3:15; Mazm 22; Yes 53). Yesus sendiri menunjukkan kepada: (1) Rasul-Nya (lih. 16:21; 17:12,22-23, 20:18-19) dan (2) gereja mula-mula bagian dari nubuatan ini (lih. Luk 24:25-27).
Penderitaan dan kematian-Nya adalah suatu bagian integral dari khotbah kerasulan gereja mula-mula yang dalam Kisah Para Rasul disebut kerygma (lih. Kis 2:23; 3:13-14,18; 17:3; 26:23). Lihat Topik Khusus pada 1Pet 1:11.
Ada beberapa kebenaran teologis kunci yang berhubungan dengan penderitaan-Nya.
- 1. Kristus adalah teladan kita (ay. 1Pet 2:21)
- 2. Kristus memikul dosa kita di kayu salib (ay. 1Pet 2:24)
- 3. Karya Kristus menyebabkan kita mati terhadap dosa dan hidup untuk Allah (ay. 1Pet 2:24)
- 4. Kristus adalah Gembala dan Pelindung jiwa kita (ay. 1Pet 2:25)
Istilah "menderita" (epathen) ditemukan di MSS P72, A, B, dan C, tetapi MSS kuno lainnya, P81, א meiliki kata "mati" (apethanen). UBS4 memberikan bacaan pertama peringkat "A" (pasti), dengan asumsi bahwa "mati" telah dialihkan oleh penyalin dari 1Pet 3:18.
□ "teladan" PB memberikan tiga alasan mengapa Kristus datang:
- 1. Untuk menjadi penebusan perwakilan, pengganti. Dia, Anak Domba Allah (lih. Yoh 1:29) yang polos, tak bercacat (lih. 1Pet 2:22), mengorbankan DiriNya sendiri atas nama kita (lih. 1Pet 2:24).
- 2. Menjadi wahyu penuh dari Bapa (lih. Yoh 1:1-14; 14:8-9).
- 3. Untuk menjadi teladan bagi orang percaya (lih. 1Pet 2:21) untuk ditiru. Dia adalah orang Israel yang ideal, manusia sempurna, bentuk kemanusiaan yang seharusnya sudh dicapai, yang bisa dicapai, dan satu hari, akan dicapai.
1Pet 2:22 "IA TIDAK BERBUAT DOSA" Ini merupakan kutipan dari Yes 53:9. Konsep ini juga dinyatakan dalam Yoh 8:46; 14:30, Luk 23:41, 2Kor 5:21; Ibr 4:15; 7:26-27; 1Pet 1:19; 2:22; 3:18, 1Yoh 3:5. Dia bisa mati atas nama kita karena Ia tidak perlu mati karena dosa-Nya sendiri!
□ "DAN TIPU TIDAK ADA DALAM MULUT-NYA" Yesus adalah orang Israel yang ideal (lih. Yes 53:9 dan Zef 3:13).
1Pet 2:23 "Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki" Ada serangkaian tiga IMPERFECT ACTIVE INDICATIVES, yang berarti mengulangi tindakan di masa lalu. Yang pertama adalah singgungan kepada Yes 53:7. Yesus menggenapi nubuatan ini dalam pengadilan Nya dihadapan Kayafas, Imam Besar Hanas, Pilatus, dan Herodes.
□ "ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam" Ia memang berbicara, tetapi dalam rangka mengampuni semua pihak yang terlibat dalam kematian-Nya (lih. Luk 23:34).
□ "tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil" Mempercayakan adalah sikap yang normal dari kehidupan Yesus. Hal ini terlihat begitu kuat dalam Luk 22:42; 23:46.
1Pet 2:24 "Ia sendiri telah memikul dosa kita" Ini jelas dari Yes 53:4,11,12. Istilah "menanggung" digunakan untuk sebuah pengorbanan di Im 14:20 dan Yak 2:21. Ini adalah esensi dari penebusan perwakilan, penggantian (lih. Mr 10:45; Rom 5:6,8,10; 2Kor 5:21).
□ "di dalam tubuh-Nya di kayu salib" Meskipun tidak ada unsur Gnostik tertentu yang terhubung ke I Petrus (orang Kristen mula-mula/filsafat Yunani menegaskan bahwa Yesus bukanlah benar-benar manusia, lih Kol;. I Tim, I Yoh.). Naskah ini merupakan penegasan kuat dari kemanusiaan yang sejati dan kematian fisik Yesus dari Nazaret (lih. Kol 1:22).
Frasa "di kayu salib" mungkin memiliki hubungan ke Ul 21:23, di mana siapa pun yang tergantung pada tiang (misalnya, pohon) bukannya benar terkubur dikutuk oleh Tuhan. Menjelang zaman Yesus para rabi telah menafsirkan ini sebagai mencakup penyaliban Romawi. Yesus dituduh penghujatan yang menurut Hukum Musa, menuntut perajaman. Mengapa kemudian para pemimpin Yahudi menginginkan Ia disalibkan, yang membutuhkan persetujuan Romawi dan menajiskan secara seremonial untuk mereka sebelum Paskah? Beberapa orang mengatakan bahwa mereka melakukan ini karena orang Yahudi tidak memiliki kewenangan di bawah hukum Romawi untuk menempatkan seseorang untuk mati, tapi bagaimana Stefanus dalam Kis 7?
Saya pikir mereka ingin Yesus disalibkan untuk menunjukkan bahwa ini mesianis gadungan ini dikutuk oleh Tuhan! Tapi ini persis apa yang terjadi. Yesus menjadi kutuk bagi kita (lih. Gal 3:13). PL sendiri telah menjadi kutukan (lih. Kol 2:14). Ini menyatakan bahwa jiwa yang dosa harus mati (lih. 2Raj 14:6; Yeh 18:4,20). Tapi semua manusia telah berdosa (lih. Rom 3:9-18,23; Gal 3:22.). Oleh karena itu, semua layak untuk mati dan berada di bawah hukuman mati. Yesus Anak Domba Allah yang tanpa dosa (Yoh 1:29) menanggung dosa seluruh dunia yang jatuh ini (lih. Rom 5:12-21).
□ supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran Ini adalah sebuah klausa tujuan (hina). Ini adalah sasaran dari keKristenan (lih. Rom 6:20; Gal 2:20). Pemulihan gambar Allah pada manusia lah yang mengembalikan persekutuan yang intim dengan Allah.
□ "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE. Dalam Yes 53:4-6 ini berbicara tentang penyembuhan rohani kita, bukan penyembuhan fisik. Saya tidak menyangkal penyembuhan fisik sebagai tindakan berkelanjutan Allah yang penuh anugerah, tapi saya menyangkal bahwa hal itu adalah aspek yang dijanjikan dalam penebusan Kristus. Dalam PL dosa ditandai sebagai penyakit fisik (lih. Yes 1:5-6; Mazm 103:3). Ini adalah metafora untuk pengampunan dosa, bukan sebuah janji bahwa jika orang percaya memiliki cukup iman, Allah akan menyembuhkan setiap masalah fisik setiap orang percaya.
Untuk diskusi yang baik dari Yes 53:4 dan penggunaannya dalam Mat 8:17, F.F. Bruce Jawaban untuk Pertanyaan, hal 44-45, sangatlah membantu.
1Pet 2:25 "Sebab dahulu kamu sesat" Ini adalah singgungan kepada Yes 53:6. Ini adalah IMPERFECT PASSIVE PERIPHRASTIC, yang menunjuk pada tindakan berulang di masa lalu atau awal dari suatu tindakan. Apakah ini merujuk pada
- 1. Orang Yahudi PL (lih. Rom 3:9-18, yang merupakan serangkaian kutipan PL)
- 2. seluruh umat manusia
- 3. Orang percaya bukan Yahudi yang menyerah pada penganiayaan (yakni, mungkin menyangkal Yesus di pengadilan)
- 4. orang percaya, baik Yahudi maupun bukan Yahudi, yang kalah dalam pertempuran harian dengan sifat dosa
□ "tetapi sekarang kamu telah kembali" Ini adalah sebuah AORIST PASSIVE INDICATIVE yang menyiratkan suatu kembali secara tegas oleh lembaga Allah, Kristus, atau Roh (lih. TEV "kamu telah dibawa kembali"). Kebanyakan versi bahasa Inggris menerjemahkannya sebagai sebuah MIDDLE (lih. NASB, NRSV, NJB, NIV). Dalam PL kata "berbelok" atau "kembali" (shub) sering digunakan untuk umat Tuhan yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
□ "Gembala" Gelar ini digunakan Allah (lih. Mazm 23:1, Yeh 34) dan di sini untuk Yesus seperti dalam Yoh 10:1-18 dan Ibr 13:20. Ini berkonotasi lembut, bijaksana, kepedulian yang berkelanjutan. Gelar ini bahkan mungkin mencerminkan diskusi Petrus dengan Yesus dalam Yoh 21 (lih. 1Pet 5:1-3).
- NASB, NRSV,
- NJB "Penjaga"
- NKJV "Pengawas"
- TEV "Pemelihara"
Di sini istilah episkopos digunakan untuk Yesus, tetapi biasanya itu merujuk pada para pemimpin gereja lokal. Istilah diterjemahkan sebagai "uskup" atau "pengawas" dan memiliki suatu latar belakang kota/negara Yunani, sedangkan istilah sinonimnya "penatua" (presbuteros) memiliki latar belakang kesukuan Ibrani. Istilah-istilah ini biasanya digunakan secara sinonim untuk merujuk pada peran pendeta PB (lih. Kis 20:17,28; Tit 1:5,7).
Topik Teologia -> 1Ptr 2:24
Topik Teologia: 1Ptr 2:24 - -- Yesus Kristus
Penggenapan
Mat 27:50 Kis 8:30-35 1Ko 15:3 Gal 1:3 1Pe 2:23-24
Yesus Memiliki Tubuh Jasmaniah
...
- Yesus Kristus
- Penggenapan
- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
- Pemeliharaan Allah
- Pemeliharaan Allah Berlaku di Dalam Kehidupan Orang-orang Percaya
- Pemeliharaan-Nya Menyembuhkan Orang-orang Percaya
- Keselamatan
- Bebas dari Kuasa Dosa
- Kematian Yesus adalah Bersifat Menggantikan
TFTWMS -> 1Ptr 2:21-25
TFTWMS: 1Ptr 2:21-25 - Ketundukan Yesus Di Kayu Salib KETUNDUKAN YESUS DI KAYU SALIB (1 Petrus 2:21-25)
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah mening...
KETUNDUKAN YESUS DI KAYU SALIB (1 Petrus 2:21-25)
21 Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 22 Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. 23 Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. 24 Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. 25 Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.
Nasihat untuk para budak untuk tunduk kepada tuan mereka dan, bila perlu, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (2:18-20) mengarah kepada salah satu pernyataan yang paling menggugah dalam Perjanjian Baru tentang doktrin yang paling berharga dari semua doktrin Kristen, tebusan pengganti orang berdosa oleh Kristus (2:21-25). Meski Petrus tidak mengetengahkan teori tertentu tentang apa yang terjadi di kayu salib yang menghasilkan rekonsiliasi antara Allah dan manusia, ia membuat jelas hal ini bahwa dalam kematian Yesus dalam cara tertentu menang-gung dosa manusia.
Ayat 21. Beberapa kali dalam surat kiriman itu, Petrus mengingatkan para pembacanya tentang panggilan mereka. Dalam 2:9 mereka dipanggil dari kegelapan menuju terang, dalam 3: 9 mereka dipanggil untuk membalas kutukan dengan berkat, dalam 5:10 mereka dipanggil kepada kemuliaan yang kekal. Di sini untuk [maksud] itulah mereka dipanggil, maksud untuk melakukan apa yang benar dan, seperti Kristus, menderita dengan daya tahan kesabaran (2:20). Pada titik ini, budak hanya merupakan topik sekunder; kata-kata itu adalah untuk semua orang Kristen. Ketundukan di hadapan perlakuan yang tidak adil dapat ditoleransi ketika orang ingat bahwa Kristus sendiri menderita secara tidak adil. Budak tidak lebih tinggi daripada tuannya. Jika manusia telah diperlakukan Tuhan secara tidak adil, mereka kemungkinan besar akan memperlakukan para pengikut-Nya secara tidak adil (Matius 10:24, 25). Ayub pernah mengeluh bahwa Allah tidak dalam posisi untuk menilai orang karena Ia tidak pernah mengalami begaimana menjadi manusia (Ayub 10:4-6). Ketika Yesus menjadi manusia, Ia membungkam argumentasi itu.
Kristus bukan hanya menderita. Petrus mengatakan bahwa Ia menderita untuk kamu . Paulus mungkin akan sudah menulis, "Kristus telah mati untuk kamu" (Roma 5:6; 1 Korintus 15:3.), Seperti yang Petrus lakukan belakangan di dalam surat ini (3:18). Di antara hal-hal yang menarik orang percaya kepada Kristus dan memaksa dia untuk mengikuti teladan Kristus adalah ucapan syukur. Sementara umat manusia dinodai oleh dosa dan ditutupi dengan kebodohan, dalam rahmat-Nya Allah menggapai ciptaan-Nya dalam Yesus dari Nazaret. Salib itu atas nama umat manusia. Legitimasi pengakuan bahwa Yesus adalah teladan untuk Anda adalah bahwa Ia "menderita untuk kamu." Membicarakan kematian Yesus sebagai penderitaan-Nya adalah memperluas peristiwa salib secara lebih hidup melalui rentang waktu daripada sekedar menyatakan, "Ia mati untuk kamu." Petrus membuat jelas pengakuan yang Kristus miliki pada kehidupan para pengikut-Nya. Pengakuan itu diperkuat oleh ucapan syukur yang rasul itu harapkan untuk dibangkitkan.
Dalam segala hal Kristus adalah pola untuk kehidupan Kristen (Markus 8:34; Yohanes 13:15; Filipi 2:5; 1 Tesalonika 1:6; Ibrani 12:2; 1 Yohanes 2:6). Di antara hal-hal lain, penderitaan-Nya adalah "teladan" sebab (1) Ia menderita karena melakukan apa yang benar, dan (2) Ia menanggungnya dengan sabar. Penderitaan tidak pernah menyenangkan, tapi karena Tuhan menderita, umat-Nya dipanggil untuk berbagi bagian-Nya. Ia adalah teladan bagi umat-Nya. Dalam pernyataan yang menakjubkan, Paulus menulis, "Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus …" (Kolose 1:24). Rasul Petrus percaya bahwa penderitaan adalah konsekuensi yang telah diantisipasi dan diperlukan karena memiliki Kristus sebagai Tuhan.
Petrus tidak kurang tegas ketika ia mengatakan bahwa Kristus meninggalkan teladan bagi orang-orang percaya untuk mengikuti jejak-Nya. Petrus menggunakan kata berwarna-warni yang diterjemahkan "teladan" (uJpogrammo/ß, hupogrammos), hanya ditemukan di sini di dalam Perjanjian Baru. Kata itu menyiratkan seorang anak dengan pensil yang menelusuri kembali huruf-hurufnya, dengan susah payah dan kaku. Apa yang anak itu hasilkan adalah hupogrammos, atau pola pelacakan. Pengertian bahwa penderitaan melekat dalam kehidupan Kristen bahkan menjadi semakin lebih tegas dalam beberapa dasawarsa setelah surat Petrus itu ditulis. Kurang dari setengah abad setelah Petrus menulis suratnya itu, Ignatius dari Antiokhia mendesak, "Mari kita menjadi peniru Tuhan, dan mencari siapa yang mungkin menanggung kesalahan yang lebih banyak, menjadi lebih miskin, lebih hina."17
Ayat 22. Petrus tampaknya merasa tidak perlu memberitahu para pembacanya bahwa ia sedang mengutip nabi itu, meski kata-kata yang tidak berbuat dosa berasal dari Yesaya 53:9. Yesaya 53 sangat penting bagi pemahaman orang Kristen tentang janji-janji yang Allah telah buat untuk Israel tentang kedatangan seorang Juruselamat. Sida-sida Etiopia baru saja membaca dari Yesaya 53 (Kisah 8:32, 33) ketika Filipus bergabung dengan dia di atas kereta, "dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya" (Kisah 8:35). Mungkin pasal ini sudah begitu baiknya mendarah daging di dalam kesadaran orang Kristen sehingga tidak perlu mengutip acuannya. Perjanjian Baru bukan hanya mengetengahkan Yesus sebagai pola bagi kehidupan Kristen, itu juga menegaskan bahwa kehidupan-Nya tanpa salah, tanpa dosa (Yohanes 8:29; 2 Korintus 5:21; Ibrani 4:15; 1 Yohanes 3: 5). Sebagaimana Ia itu tanpa dosa, Yesus meminta tidak kurang daripada kesempurnaan dari murid-murid-Nya (Matius 5:48). Di hadapan ketidaksempurnaan, bahkan dalam diri orang-orang yang paling baik, Yesus "telah menderita untuk kamu" (2:21). Dalam Perjanjian Baru "dosa" bukanlah kata yang digunakan sambil tertawa geli dan senyum. Dosa tidak menghormati Allah dan membawa hukuman atas orang berdosa.
Kutipan dari Yesaya menarik perhatian khusus terhadap ketidakberdosaan Yesus dalam hal bicara. Sebelumnya, rasul itu telah meminta para pembacanya untuk mem- buang kebencian dan tipu daya (2:1). Sekarang, ia mengatakan bahwa pada diri Yesus tidak ada tipu … dalam mulut-Nya. Baik dalam 2:1 dan di sini kata Yunani yang sama diterjemahkan "Tipu daya." Hanya dengan mengutip kata-kata dari Yesaya ini, Petrus memberikan perhatian kepada perkataan sebagai indikasi hati. Yakobus cukup berani untuk mengatakan, "Barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya" (Yakobus 3:2). Yesus berkata, "Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum" (Matius 12:37).
Ayat 23. Petrus melanjutkan, Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki. Kata-kata ini bukanlah kutipan langsung, tetapi Petrus melanjutkan pokok pikirannya dengan menariknya dari Yesaya: "Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya" (Yes. 53:7). Perkataan nabi itu tidak hanya menegaskan ketidakberdosaan Yesus, perkataan itu juga membicarakan kelembutan-Nya dan iman-Nya. Perjanjian Baru menggunakan Mazmur 22 dan Mazmur 69 untuk memperkuat perkataan Yesaya. Kristus itu harus menjadi Juruselamat yang menderita. (Lihat Markus 15:34 untuk Mazmur 22 dan Markus 15:23 untuk Mazmur 69). Ketika orang membalas kutukan dengan kutukan dan kebencian dengan kebencian, ia tidak mengikuti teladan Kristus dan menghancurkan dirinya sendiri. "Mencaci" adalah melontarkan pelecehan secara lisan. Musuh-musuh Yesus secara khusus sangat keras dalam hal mencaci selama siksaan penyaliban. Catatan Matius sangat jelas: "Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: 'Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?'" (Matius 26:67, 68). Petrus menggunakan ingatannya sendiri. Ia pernah berdiri di dekat situ sewaktu Yesus sedang disalibkan. Ia telah melihat paku yang ditusukkan ke tangan-Nya dan mendengar pelbagai ejekan yang ditujukan kepada Tuhan. Memang bukan kabar burung ketika Petrus menegaskan bahwa Yesus tidak melakukan pembalasan terhadap musuh-musuh-Nya.
Pada waktu ini, jelas terlihat bahwa Petrus telah meninggalkan pelbagai nasihat khusus kepada kaum budak. Ayat ini menyapa semua pembaca Kristen yang rasul Petrus surati. Ia sudah memulai dengan mendesak kaum budak untuk tunduk kepada tuan mereka. Ia bukannya tidak tahu tentang kemungkinan bahwa budak-budak itu kemungkinan diperlakukan semena-mena. Pada titik ini, masalah penderitaan telah membawa dia jauh dari masalah itu. Bukan hanya kaum budak tapi juga semua orang percaya, ketika mereka menderita, harus melihat kepada teladan penderitaan Tuhan. Mereka tidak boleh membalas gigi ganti gigi meski pembalasan adalah salah satu hukum tertua dari masyarakat yang beradab.
Ada keadilan yang melekat dalam talionis lex, hukum pembalasan, yang dinyatakan dalam hukum Musa seperti ini: "Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak" (Kel 21:23-25). Itulah yang Taurat katakan, namun Yesus tidak membalas; begitu juga seharusnya para pengikut-Nya. Orang mungkin punya atau tidak punya kekuatan untuk melakukan pembalasan. Bukan itu masalahnya. Secara khusus, orang percaya tidak boleh membalas cacian. Mungkin ada kesempatan untuk membalas cacian, dan mungkin ada keadilan tertentu di dalamnya. Bagaimanapun, orang Kristen tidak boleh melakukannya. Mereka mengikuti teladan Yesus. Ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil.
Alih-alih balas dendam, teladan Yesus menunjukkan kepercayaan. Rasul itu tidak sedang meminta para pembacanya untuk meninggalkan keadilan. Sebaliknya, ia memerintahkan mereka untuk menyerahkan keadilan kepada Allah. Biarkan Dia yang menjadi hakim. Mereka harus menjadi seperti Yesus, yang "menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil." Bagi beberapa politisi aturannya adalah "Jangan marah, balas dendam saja." Raja Daud memiliki beberapa contoh ketika ia tergoda untuk "membalas dendam." Ketika Saul sedang terbaring di tanah tanpa penjagaan di hadapannya dan hujaman tombak secepat kilat akan sudah menjadi pembalasan yang adil, Daud berkata, "Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN …" (1 Samuel 24:6). Daud mempercayai Tuhan menghakimi dengan adil. Jaminan dari Petrus adalah bahwa Allah akan berlaku adil; adalah Dia "yang menghakimi dengan adil." Mereka yang memfitnah orang yang tidak bersalah, yang mengabaikan orang miskin, yang meng-ambil keuntungan dari orang yang tak berdaya, memiliki hakim. Bagian orang Kristen adalah percaya bahwa Allah akan menghakimi dengan adil. "Sebab kita semua harus menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini, baik ataupun jahat" (2 Korintus 5:10).
Ayat 24. Pokok pikiran rasul Petrus beralih dari penderitaan Kristus sebagai teladan yang harus diikuti, kepada pentingnya penderitaan-Nya yang tanpa dosa bagi penebusan umat manusia. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib. Perkataan Yesaya itu dekat dengan permukaan: "Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita" (Yesaya 53:5). Tebusan pengganti orang berdosa adalah salah satu doktrin iman Kristen yang paling dihargai. Petrus mengetengahkannya lagi di 3:18. Kristus menderita secara pasif sebagai bayaran untuk dosa, menanggung dosa umat manusia; tapi misteri penebusan dosa mencakup lebih banyak lagi daripada penderitaan pasif. Yesus, secara aktif, menye-rahkan diri-Nya kepada Allah. Keadilan Allah menuntut dosa diperhitungkan. Hanya Allah yang tahu secara persis bagaimana keadilan Allah dipenuhi ketika Yesus hidup dan mati tanpa dosa. Kita menegaskan apa yang Allah telah nyatakan, yaitu, dosa adalah praktik universal manusia (Roma 3:23), dan dosa yang tidak diampuni menim-bulkan pemisahan kekal dari Allah (Roma 6:23). Yesus menyembuhkan dosa umat pilihan Allah oleh bilur-bilur-Nya.
Alkitab NASB melakukan ketidakadilan kepada para pembacanya ketika menerjemahkan kata Yunani xu/lon (xulon) sebagai "salib." Dalam bahasa Inggris ada sejumlah kata untuk pohon dan bahan-bahan yang dihasilkan dari pohon. Masing-masing memiliki nuansanya sendiri. Kata-kata seperti "kayu," "pohon," "papan," "kayu olahan," "papan olahan," "hutan," dan "kayu gelondongan" memiliki hubungan tetapi artinya berbeda. Seperti bahasa Inggris, bahasa Yunani memiliki sejumlah kata dengan makna yang serupa, tetapi tidak persis sama. Kata Yunani untuk pohon hidup adalah de/ndron (dendron). Kata yang tepat untuk "salib" adalah stauro/ß (stauros). Perjanjian Baru biasanya menggunakan stauro/ß ketika subyeknya adalah penyaliban Tuhan. Petrus tidak memilih keduanya. Kata yang diterjemahkan "salib" dalam ayat ini arti sebenar-nya adalah "kayu" atau "pohon." Kadang-kadang kata itu mengacu kepada pentungan yang terbuat dari kayu (Matius 26:47), tetapi lebih dari satu kali dalam Perjanjian Baru salib di mana Yesus mati disebut "pohon" (xulon; Kisah 5:30; 10:39; 13:29).
Pilihan Petrus atas kata itu tentunya bukan tidak disengaja. Dengan kata itu ia membuat pernyataan penting. Meski kata itu bisa berarti pentungan, kata itu juga bisa berarti tombak atau patok kayu. Dalam hukum Musa, ketika seseorang melakukan dosa publik yang berat, ia dihukum mati. Untuk menyatakan betapa besarnya kejahatan orang itu, tombak kayu yang runcing bisa ditikamkan ke dalam tubuhnya dan mayatnya dipajang di depan umum (Ulangan 21:22, 23). Orang yang dipajang seperti itu adalah terkutuk. Yosua 10:26, 27 menjelaskan bahwa tombak itu bukan penyebab kematian; orang mati itu digantungkan di pohon itu untuk menyatakan bahwa ia terkutuk oleh sebab siapa ia dulunya dan apa yang ia telah lakukan.
Paulus secara jelas mengaitkan hukum dalam Ulangan 21:22, 23 dan kematian Yesus di kayu salib: "Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: 'Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!'" (Galatia 3:13). Kata yang NASB terjemahkan "salib" dalam 1 Petrus 2:24 adalah kata yang sama yang diterjemahkan "pohon" dalam Galatia 3:13. Petrus memilih kata "pohon" untuk alasan yang sama yang Paulus miliki. Itu adalah pengingat bahwa Yesus dihina, ditolak, dikutuk oleh Allah, ketika Ia tergantung di kayu salib. Ketika umat Kristen mula-mula mendengar salib disebut "pohon," hal itu memberikan gambaran bagi mereka tentang makna salib. Yesus, Anak Allah yang kekasih dan tidak berdosa, telah menanggung kutukan yang secara adil layak diterima oleh dosa manusia ketika Ia tergantung di kayu salib. Bahwa Ia dikutuk berarti mereka bisa menikmati kemerdekaan dari dosa dan harapan untuk kehidupan.
Sepanjang surat ini Petrus tetap dekat dengan bahasa baptisan. Kesamaan antara kata-kata ayat ini dan Roma 6:2-4 adalah luar biasa. Paulus bertanya, "Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?" (Roma 6:2); Petrus menulis supaya kita … mati terhadap dosa. Paulus menyatakan bahwa hasil dari baptisan Kristen adalah "supaya, … kita akan hidup dalam hidup yang baru" (Roma 6:4). Petrus menulis "supaya kita, … hidup untuk kebenaran. Orang percaya mati terhadap dosa ketika ia dikuburkan bersama Kristus dalam baptisan. Buku-buku komentari umumnya melihat kesamaan antara Roma 6:2-4 dan nas dalam 1 Petrus ini; sungguh menakjubkan betapa sering pembahasan mereka itu tidak akan mengarah kepada baptisan. Kata yang diterjemahkan "supaya kita mati" dalam 1 Petrus adalah participle aorist dari kata kerja aÓpogi÷nomai (apoginomai), kata yang lebih lemah daripada yang Paulus gunakan. Ini adalah satu-satunya kemunculan kata itu dalam Perjanjian Baru, tetapi kata itu menyiratkan "membuang" atau "tidak ada hubungannya." Terjemahan "supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran" adalah sejalan dengan kata-kata Petrus. Bahasa baptisan adalah jelas. Di hadapan para pembacanya Petrus tidak pernah gagal untuk menjaga dimensi moral dan etika karena telah memeluk Yesus sebagai Tuhan. Ketika mereka telah dibaptis ke dalam Kristus mereka telah selamanya menempatkan dosa di belakang mereka. Hidup di dalam Kristus menuntut kebenaran.
Ayat 25. Sepanjang 2:21-25, Yesaya 53 tidak pernah jauh di latar belakang. Namun, dalam kata-kata terakhir 2:24, "Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh," dan dalam kata-kata pertama ayat ini Yesaya secara jelas sedang bicara: "Dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri" (53:5, 6). Sebab dahulu kamu [terus-menerus] sesat seperti domba memiliki bobot peneguhan doktrin yang sama yang dibuat oleh Paulus. Ia menulis, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah" (Roma 3:23). Terjemahan "terus-menerus sesat" menangkap bentuk present tense partisip Yunani.18Yesus menanggung dosa-dosa manusia. Manusia, pada sisi mereka, selalu menyimpang dari Allah, sesat dalam pemberontakan dan dosa.
Ketika rasul Petrus mengatakan, tetapi sekarang kamu telah kembali, Ia meminta para pembacanya untuk mengingat saat perubahan hidup mereka. Kata yang diterjemahkan "kembali" (eΔpistre÷fw, epistrephō) adalah kata yang sama yang Petrus pernah gunakan bertahun-tahun sebelumnya di Yerusalem selama minggu-minggu setelah kenaikan Tuhan. Ia dan Yohanes baru saja menyembuhkan orang lumpuh di pelataran luar bait suci di Yerusalem. Ketika orang banyak berkumpul di serambi Salomo ia berkhotbah kepada mereka, mendesak mereka untuk "sadarlah dan bertobatlah, supaya dosa [mereka] dihapuskan" (Kisah 3:19). Kata yang diterjemahkan "sadarlah" dalam Kisah 3:19 adalah kata yang sama yang diterjemahkan "kembali" dalam ayat ini. Ketika orang-orang Kristen menjadi lemah imannya dan kehilangan arah, akan sangat berguna bagi mereka untuk merenungkan kasih dan ucapan syukur yang pernah memenuhi hati mereka ketika mereka mengenakan Tuhan dalam baptisan. Ketika menyapa orang-orang Kristen yang putus asa dan bimbang, penulis Ibrani berkata, "Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat" (Ibrani 10:32). Para pembaca Petrus, juga, sedang menanggung "perjuangan yang berat" karena mereka telah memeluk Kristus. Kamu "sesat seperti domba" tulis rasul itu, "tetapi sekarang kamu telah kembali."
Gambaran tentang domba muncul terus-menerus dan melekat di dalam halaman-halaman Alkitab. Domba cenderung bersikap jinak dan tak berdaya, butuh panduan dan pelindung. Seperti domba, orang cenderung merasa tidak berdaya dalam menghadapi kecelakaan, penyakit, dan kematian. Meski mereka kadang-kadang menunjukkan kesombongan dan kemandirian yang buruk, namun perenungan mengarah kepada kerendahan hati dan ketaatan. Orang-orang Kristen berlatar belakang non-Yahudi yang Petrus sapa mungkin tidak punya pengalaman pribadi yang sama dalam hal penggembalaan yang akan sudah menjadi hal umum di Israel, tetapi dari awal para mualaf non-Yahudi telah belajar bahasa Israel. Perjanjian Lama adalah kitab Kristen. Para pembaca Petrus tentu akan sudah tersenyum saat membaca, "Sebab dahulu kamu [terus-menerus] sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali."
Belakangan Petrus akan memanggil para penatua di gereja itu "para gembala" dan "para penilik" (5:1-3). Kontinuitas dalam kata-kata dalam terjemahan bahasa Inggris dan Indonesia tidak sejelas dalam bahasa Yunani. Kata yang diterjemahkan "gembala" di 5:2 adalah bentuk kata kerja dari kata Gembala (poimh÷n, poimen ) yang di sini digunakan untuk Yesus. Kata "mau memerintah" adalah bentuk kata kerja dari kata Penilik (eΔpi÷skopoß, episkopos; NASB) dalam ayat ini. Istilah "Penilik" juga diterjemahkan "Uskip" (KJV) dan "Pengawas" (NIV). Dalam beberapa hal fungsi para penatua dalam gereja adalah sama dengan fungsi Yesus sebagai kepala gereja universal. Ketika orang-orang Kristen menderita mereka menemukan keberanian di dalam kepastian bahwa Pribadi yang mengawasi dan membimbing mereka, "Gembala dan Penilik" mereka, akan memimpin mereka melalui semua itu. Sesungguhnya, penderitaan mereka mempercepat hari ketika "Gembala Agung" akan muncul (4:17-19; 5:4).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari...
Penulis : Petrus
Tema : Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M
Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus (1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan Silas (Yun. _Silvanus_) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam Kisah Para Rasul.
Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11). Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma, pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon, kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus (1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia. Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).
Tujuan
Petrus menulis surat pengharapan yang penuh dengan sukacita ini untuk memberikan kepada orang percaya pandangan yang ilahi dan abadi bagi kehidupan di bumi dan untuk memberikan bimbingan praktis kepada mereka yang mulai mengalami penderitaan yang berat sebagai orang Kristen di dalam masyarakat kafir. Petrus khawatir kalau-kalau orang percaya membangkitkan ketidaksenangan pemerintah dan menasihatkan mereka untuk mengikuti teladan Yesus dalam menderita dengan tidak bersalah, benar, dan luhur.
Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya
- (1) bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
- (2) bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet 1:6-9);
- (3) bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-12); dan
- (4) bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2) merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet 2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).
Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11). Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran, maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman, kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.
Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.
- (1) Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan mereka dengan Yesus Kristus.
- (2) Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB (1Pet 3:9--5:11).
- (3) Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).
- (4) Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet 2:5,9-10).
- (5) Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh" (1Pet 3:19-20).
Full Life: 1 Petrus (Garis Besar) Garis Besar
Salam Kristen
(1Pet 1:1-2)
I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10)
A. Keselamatan oleh...
Garis Besar
- Salam Kristen
(1Pet 1:1-2) - I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah
(1Pet 1:3-2:10) - A. Keselamatan oleh Iman
(1Pet 1:3-12) - B. Kekudusan Karena Ketaatan
(1Pet 1:13-2:10) - II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya
(1Pet 2:11-3:12) - A. Tanggung Jawab Umum
(1Pet 2:11-17) - B. Tanggung Jawab Rumah Tangga
(1Pet 2:18-3:7) - 1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya
(1Pet 2:18-25) - 2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya
(1Pet 3:1-6) - 3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya
(1Pet 3:7) - C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya
dengan Sesamanya
(1Pet 3:8-12) - III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan
(1Pet 3:13-5:11) - A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan
(1Pet 3:13-4:11) - 1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil
(1Pet 3:13-17) - 2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa
(1Pet 3:18-4:6) - 3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman
(1Pet 4:7-11) - B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 4:12-19) - 1. Karena Menguji Realitas Iman Kita
(1Pet 4:12) - 2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus
(1Pet 4:13,14-16) - 3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya
(1Pet 4:13,17-19) - C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan
(1Pet 5:1-11) - 1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba
(1Pet 5:1-4) - 2. Kepada Orang yang Lebih Muda
(1Pet 5:5-11) - Penutup
(1Pet 5:12-14)
Matthew Henry: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tab...
- Dua surat rasuli yang kita dapati terdaftar dalam kanon Kitab Suci ini ditulis oleh Petrus, rasul Yesus Kristus yang paling terkemuka, dan yang tabiatnya bersinar terang seperti digambarkan dalam keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Namun, dalam gambaran para pemimpin gereja dan penulis tertentu, Petrus terlihat seperti orang yang luar biasa angkuh dan penuh ambisi. Berdasarkan Kitab Suci, sudah pasti bahwa Simon Petrus adalah salah seorang yang pertama-tama dipanggil Tuhan kita untuk menjadi murid dan pengikut-Nya. Bahwa ia adalah orang yang dikaruniai dengan kebaikan-kebaikan luhur, dari alam maupun anugerah, orang yang mempunyai andil besar dan cepat dalam mengeluarkan perkataan, cepat memahami dan berani melaksanakan apa saja yang dia ketahui sebagai kewajibannya. Ketika Juruselamat kita memanggil rasul-rasul-Nya, dan memberi mereka mandat, Ia pertama-tama menyebut Petrus. Dan melalui perlakuan-Nya terhadap Petrus, Ia tampak membedakan Petrus sebagai rasul istimewa di antara kedua belas rasul. Banyak contoh kasih sayang Tuhan kita kepadanya, baik selama Dia hidup maupun setelah kebangkitan-Nya, yang tercatat dalam Kitab Suci. Tetapi ada banyak hal yang secara meyakinkan ditegaskan tentang orang kudus ini jelas-jelas salah: Seperti, bahwa ia memiliki keutamaan dan kekuasaan yang lebih unggul daripada semua rasul lain, bahwa ia lebih tinggi daripada mereka, bahwa ia adalah pangeran, raja, dan penguasa mereka yang berdaulat, dan bahwa ia mempunyai kewenangan hukum atas seluruh kumpulan para rasul itu. Terlebih lagi, bahwa ia satu-satunya gembala untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, satu-satunya wakil Kristus di bumi – bahwa selama lebih dari dua puluh tahun ia menjadi uskup Roma – dan bahwa semua ini merupakan perintah dan ketetapan Tuhan kita. Sementara Kristus tidak pernah memberinya keutamaan semacam ini, tetapi jelas-jelas melarangnya, dan justru memberikan perintah-perintah yang sebaliknya. Rasul-rasul lain tidak pernah menyetujui pengakuan-pengakuan seperti itu. Rasul Paulus menyatakan dirinya sedikit pun tidak kurang dari pada rasul-rasul yang tak ada taranya itu (2Kor. 11:5 dan 12:11). Tidak terkecuali dalam hal ini keunggulan martabat Petrus, sebab Paulus sendiri berani mempersalahkan dia, dan berterang-terang menentangnya (Gal. 2:11). Petrus sendiri tidak pernah menganggap hal-hal yang seperti itu, tetapi dengan bersahaja menyebut dirinya sebagai rasul Yesus Kristus. Dan ketika menulis kepada para penatua jemaat, dengan rendah hati ia menempatkan dirinya dalam kedudukan yang sama dengan mereka: Aku menasihatkan para penatua di antara kamu, aku sebagai teman penatua (5:1). Maksud dari surat rasuli yang pertama dari Petrus ini adalah,
- I. Untuk menjelaskan secara lebih lengkap ajaran-ajaran Kekristenan kepada orang-orang Yahudi yang baru bertobat ini.
- II. Untuk membimbing dan mengajak mereka supaya berperilaku kudus, dalam menjalankan dengan setia semua kewajiban pribadi mereka masing-masing. Dengan demikian, mereka sendiri akan tetap hidup dalam damai sejahtera dan mampu menjawab segala fitnah dan celaan dari musuh-musuh mereka.
- III. Untuk mempersiapkan mereka menghadapi penderitaan. Hal ini tampak menjadi niat utama sang Rasul, sebab ia mengatakan sesuatu tentang hal ini dalam setiap pasal. Dan, melalui berbagai macam alasan, ia betul-betul mendorong mereka supaya bersabar dan bertekun dalam iman, agar segala penganiayaan dan malapetaka yang menimpa mereka tidak sampai membuat mereka murtad dari Kristus dan Injil. Sungguh menakjubkan bahwa kita tidak menemukan satu kata pun yang menyerupai semangat dan keangkuhan seorang penguasa dalam kedua surat ini.
Jerusalem: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan...
SURAT-SURAT KATOLIK PENGANTAR
Di dalam Perjanjian Baru tercantum tujuh surat yang bukan karangan Rasul Paulus. Agak segera ketujuh surat ini dijadikan suatu kelompok tersendiri meskipun asal- usulnya berbeda sekali. Ada sepucuk surat yang dikatakan karangan Yakobus, lagi karangan Yudas, dua pucuk surat karangan Petrus dan tiga karangan Yohanes. Judulnya "katolik" kiranya berasal dari kenyataan bahwa kebanyakan surat itu tidak tertuju kepada jemaat atau orang tertentu melainkan kepada orang-orang Kristen pada umumnya (katolik).
Surat Yakobus hanya lama kelamaan diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci. Agaknya di Mesir Yak tidak pernah diragukan sebagai Kitab Suci. Yak dikutip oleh Origenes sebagai karangan suci. Tetapi pada awal abad keempat Eusebius dari Kaisarea (Palestina) mengatakan bahwa Yak masih ditolak oleh sementara orang. Jemaat-jemaat yang berbahasa Siria baru dalam abad keempat memasukkan Yak ke dalam daftar kitab-kitab sucinya. Di Afrika utara Tertulianus dan Kiprianus ternyata tidak mengenal Yak. Daftar kitab-kitab suci yang disebut "Kanon Mommsen" (disusun sekitar th 360) belum memuat Yak. Di Roma Kanon Muratori (dikatakan susunan Hippolitus sekitar th. 200) juga tidak memuatnya. Sangat tidak pasti apakah Klemens dari Roma dan pengarang buku yang berjudul "Pastor Harmae" (lihat di bawah) mengutip Yak. Jadi baru pada akhir abad keempat surat Yakobus umum diterima sebagai Kitab Suci oleh jemaat-jemaat di Timur dan di Barat.
Mana kala surat Yakobus oleh jemaat-jemaat diterima sebagai Kitab Suci, maka pada umumnya pengarangnya disebut "Yakobus, yaitu saudara Tuhan", Mat 13:55 dsj; bdk 12:46+, yang berperan besar dalam jemaat purba di Yerusalem, Kis 12:17+; 15:13-21; 21:18-26; 1Kor 15:7; Gal 1:19; 2:9, 12. Peranannya itu diakhiri dengan kemartiran oleh tangan orang Yahudi sekitar th. 62 (Yosefus, Hagesippus). Yakobus "saudara Tuhan" itu jelas orang lain dari Yakobus anak Zebedeus, Mat 10:2 dsj, yang dalam th. 44 dibunuh oleh raja Herodes, Kis 12:2, tetapi boleh jadi ia sama dengan Yakobus lain, yaitu anak Alfeus, Mat 10:3 dsj. Sejak awal mula hingga dewasa ini kesamaan itu diperdebatkan, meskipun dewasa ini kebanyakan ahli membedakan kedua tokoh itu. Apa yang dikatakan paulus dalam Gal 1:19 diartikan dengan cara yang berbeda-beda juga. Tetapi masalah yang sesungguhnya terletak di tempat lain dan ditingkat lebih mendalam. Adakah Yak sungguh karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan"? Ada berbagai keberatan yang dapat dikemukakan terhadap pendapat itu. Jika Yak benar- benar dikarang oleh tokoh yang penting itu, bagaimana gerangan mungkin bahwa surat itu begitu lambat diterima oleh Gereja sebagai Kitab Suci dan, sebaliknya, begitu lama diragukan dan bahkan ditolak? Selebihnya, Yak langsung ditulis ke dalam bahasa Yunani yang bagus dan lancar, dengan perbendaharaan kata dan seni berpidato (diatribe) yang mengherankan, seandainya Yak ditulis oleh seorang yang berasal dari Galilea. Sudah barang tentu mungkin Yakobus menggunakan seorang murid yang berkebudayaan Yuanani. Tetapi hipotesa dan dugaan itu sukar dibuktikan. Akhirnya dan khususnya: Yak sangat serupa dengan beberapa karangan yang disusun pada akhir abad pertama atau pada awal abad kedua, teristimewanya dengan surat Klemens dari Roma dan buku yang berjudul "Pastor Harmae". Kerap kali dikatakan bahwa karangan-karangan itu menggunakan Yak. Tetapi dewasa ini semakin banyak sekali ahli berpendapat, bahwa kesamaan antara Yak dan karangan- karangan tersebut yang ternyata ada, disebabkan oleh sumber-sumber bersama yang dipakai. Kecuali itu Yak dan karangan-karangan lain itu mesti menghadapi masalah-masalah yang sejenis. Maka dari itu banyak ahli berkeyakinan bahwa Yak ditulis pada akhir abad pertama atau bahkan pada awal abad kedua. Memang ajaran Yak tentang Kristus memberi kesan ketuaan. Tetapi hal itu tidak membuktikan bahwa Yak ditulis pada awal mula agama Kristen. Sebab mungkin juga bahwa Yak berasal dari kalangan orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang menjadi penerus pikiran-pikiran Yakobus, sedangkan menutup dirinya bagi perkembangan lebih lanjut dalam teologi Kristen semula.
Jika orang terus mau mempertahankan bahwa Yak benar-benar karangan "Yakobus yaitu saudara Tuhan", maka harus dikatakan bahwa Yak ditulis sebelum th. 62. Sebab dalam tahun itu Yakobus mati. Lalu dua hipotesa dapat dikemukakan, sesuai dengan pendirian orang dalam masalah hubungan antara Yak dan Gal-Roma dalam soal "pembenaran oleh iman" (lihat di bawah ini). Sementara ahli yakin bahwa Yak menentang Paulus, tegasnya mereka yang menyalah-artikan ajaran Paulus. Kalau demikian, Yakobus menulis suratnya menjelang ajalnya. Ahli-ahli lain, yang jumlahnya semakin berkurang berpendapat bahwa Paulus mau menentang pikiran Yak. Kalau demikian, Yak ditulis menjelang th 45-50. Dengan jalan itu juga dapat diterangkan mengapa ajaran Yak tentang Kristus nampaknya tua sekali. Tetapi mengingat apa yang dikatakan di muka kurang mungkin Yak sudah ditulis sekitar th. 45.
Bagaimanapun juga asal-usul Yak tulisan itu tertuju kepada "Keduabelas Suku di perantauan", 1:1, kiranya tidak lain artinya dari orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tersebar di dunia Yunani-Romawi, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Palestina, misalnya Siria atau Mesir. Bahwasannya orang-orang yang dituju oleh surat ini adalah orang keturunan Yahudi disarankan oleh bagian pokok surat sendiri. Pengarang terus menggunakan Kitab Suci (Perjanjian Lama) begitu rupa sehingga jelas mengandaikan bahwa para pembaca baik-baik mengenal Kitab Suci itu, apa lagi oleh karena pengarang tidak mendasar pemikirannya pada kutipan jelas dari Perjanjian Lama (seperti misalnya Paulus atau pengarang Ibr), tetapi lebih-lebih menaruh Kitab Suci sebagai latar belakang pikirannya. Pengarang Yak terutama dijiwai oleh sastera Hikmat-kebijaksanaan dan dari padanya mengambil pelbagai pengajaran mengenai akhlak pembaca.
Tetapi pengarang juga secara luas bergantung pada pengajaran Injil, sehingga suratnya jelas bukan sebuah karangan Yahudi, sebagaimana dikatakan oleh sementara ahli. Sebaliknya dalam Yak orang terus menemukan pikiran dan ungkapan sebagaimana disukai Yesus sendiri. Tetapi dalam hal inipun pengarang tidak langsung mengutip tradisi tertulis. Sebaliknya ia terutama memanfaatkan tradisi lisan. Pendek kata: pengarang Yak ialah seorang berhikmat Kristen keturunan Yahudi yang secara baru memikirkan kembali pepatah-pepatah dari hikmat Yahudi berdasarkan penyempurnaan yang diberikan Yesus kepada hikmat Yahudi itu.
Karangan Yak ini kurang sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dalam surat-surat. Sebaliknya karangan itu lebih-lebih berupa khotbah, sebuah contoh pengajaran yang lazim pada jemaat-jemaat Kristen keturunan Yahudi di zaman itu. Disajikan sederetan ajakan praktis yang secara agak bebas dan lepas susul-menyusul; kadang-kadang pepatah-pepatah itu dikelompokkan berdasarkan pokok sama yang diuraikan; kadang-kadang juga dikelompokkan hanya berdasarkan kata yang sama yang terdapat dalam beberapa pepatah. Ada nasihat-nasihat mengenai kelakuan orang di tengah percobaan, 1:1-12; 5:7-11, mengenai asal-usul percobaan godaan, 1:13-18, tentang pengekangan lidah, 1:26; 3:1-12, tentang pentingnya hikmat, saling mengerti dan belas-kasihan, 2:8, 13; 3:13-4:2; 4:11 dst, dan mengenai kekuatan dosa, 1:5-8; 4:2 dst; 5:13-18, dll. Adapun sakramen pengurapan orang sakit ia dapat disimpulkan dari 5:14 dst (Konsili Trente).
Adapun dua pokok utama yang sangat menonjol dalam paranese yang disajikan Yak. Yang satu memuji orang miskin dan dengan keras menegur orang kaya, 1:9-11; 1:27 -2:9; 4:13-5:6; perhatian untuk orang miskin yang diutamakan oleh Allah berurat-berakar dalam suatu tradisi alkitabiah dan terutama dalam Ucapan bahagia dari Injil, Mat 5:3+. Pokok yang lain menekankan pengalaman iman, sedang memberi peringatan tentang iman yang tidak berbuah, 1:22-27; 2:10-26. Mengenai pokok terakhir ini bahkan ada sebuah diskusi yang berupa polemik, 2:14-26. Banyak ahli beranggapan bahwa polemik itu terarah kepada Paulus. Memang harus diakui bahwa ada hubungan cukup jelas antara Yak dan Gal-Rom, terutama dalam penafsiran yang berbeda sekali atas nas Kitab Suci yang sama tentang Abraham. Dan tentu saja mungkin bahwa Yakobus mau menentang bukanlah kiranya Paulus sendiri tetapi sementara orang Kristen yang dari ajaran Paulus mengambil kesimpulan yang membahayakan.
Namun demikian dua hal perlu dipertahankan. Yang pertama ialah: di belakang pertentangan pada permukaan yang disebabkan oleh keadaan yang berbeda, Paulus dan Yakobus dalam hal pokok sependapat, bdk 2:14+. Yang kedua ialah: masalah "iman dan amal" yang secara wajar ditimbulkan oleh agama Yahudi mungkin sekali suatu pokok diskusi yang tradisionil. Paulus dan Yakobus masing-masing dengan caranya sendiri kiranya membahas masalah yang sama dengan tidak bergantung satu sama lain.
Yudas, yang menyebut dirinya "saudara Yakobus", ay 1, haruslah seorang "saudara Tuhan" juga Mat 13:55 dsj. Tidak ada alasan menyamakan Yudas ini dengan rasul yang mempunyai nama yang sama, Luk 6:16; Kis 1:13; bdk Yoh 14:22. Sebab Yudas pengarang surat membedakan dirinya dengan para rasul, ay 17. Tetapi tidak ada alasan juga menyangka bahwa Yudas hanya nama samaran. Hal semacam itu sukar dimengerti bahwa Yudas adalah seorang tokoh yang sama sekali tidak menyolok.
Surat Yud ini sejak th. 200 diterima oleh kebanyakan jemaat Kristen sebagai Kitab Suci. Dahulu memang ada orang yang meragukan surat ini karena mengutip buku-buku apokrip (Henokh, ay 7, 14 dst; Pengangkatan Musa ke sorga, ay 9). Tetapi kutipan semacam itu tak perlu mengkhawatirkan orang, sebab sekali-kali tidak berarti berarti bahwa pengarang berpendapat bahwa buku-buku yang di zaman itu laku sekali di kalangan Yahudi benar-benar Kitab Suci.
Maksud tujuan Yud tidak lain kecuali membuka kedok pengajar-pengajar palsu yang membahayakan kepercayaan Kristen. Ia mengancamkan kepada mereka hubungan ialah yang sama dengan hukuman yang dalam tradisi Yahudi menimpa orang fasik, ay 5-7. Apa yang dikatakan Yud tentang pengajar-pengajar itu kiranya juga terpengaruh oleh cerita-cerita tentang zaman dahulu, ay 11. Pada umumnya keterangan Yud tentang pengajar-pengajar palsu itu agak kabur, sehingga tidak dapat dibuktikan bahwa mereka menganut "gnosis" dari abad II. Kefasikan dan kemerosotan akhlak yang dituduhkan kepada mereka oleh Yud, terutama bahwa mereka menghujat Tuhan Kristus dan malaikat-malaikat, ay 4,8-10, mungkin muncul di kalangan Kristen sendiri dalam abad I terpengaruh oleh aliran-aliran yang mencampur-adukkan agama Kristen, agama Yahudi dan paham kafir, sebagaimana ditentang oleh Kol, surat- surat pastoral dan Why. Tetapi ada beberapa keterangan dalam surat Yudas yang menyarankan bahwa ditulis pada akhir abad I. Pewartaan Injil oleh para rasul dikatakan terjadi "dahulu", ay 17. Iman dipikirkan sebagai suatu ajaran yang disampaikan sekali untuk selama-lamanya, ay 3. Rupanya surat-surat Paulus dipakai oleh pengarang. Memanglah surat kedua Petrus menggunakan Yud, tetapi nanti akan dikatakan bahwa 2Ptr mungkin ditulis sesudah Petrus meninggal dunia. Maka boleh dikatakan bahwa Yud ditulis pada akhir zaman para rasul.
Ada dua surat katolik yang dari sendiri menyatakan bahwa ditulis oleh Petrus. Surat pertama yang dalam alamatnya memuat nama ketua rasul, 1:1, sejak awal mula diterima oleh Gereja tanpa keraguan atau pertentangan. Surat ini barangkali sudah digunakan oleh Klemens dari Roma dan pasti dipakai oleh Polikarpus. Sejak Ireneus, dengan tandas dikatakan bahwa surat itu karangan rasul Petrus. Petrus menulis surat ini di Roma (Babilon, 5:13). Di sana Petrus ada bersama Markus yang disebutnya sebagai "anaknya". Meskipun kita tidak tahu banyak tentang akhir hidup Petrus, namun sebuah tradisi yang cukup dipercaya mengatakan bahwa Petrus datang ke ibu kota, lalu mengalami kemartiran selama pemerintahan Kaisar Nero (th. 64 atau 67). Surat Ptr ini dialamatkan kepada orang-orang Kristen "di perantauan", 1:1 (terj: yang tersebar) dengan menyebut nama lima propinsi yang pada pokoknya merangkum seluruh Asia-Kecil. Apa yang dikatakan tentang hidup mereka dahulu, 1:14, 18; 2:9 dst; 4:3, menyarankan bahwa mereka dahulu kafir, meskipun tetap mungkin bahwa juga ada orang Kristen keturunan Yahudi di kalangan mereka. Itulah sebabnya maka Petrus menulis suratnya dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunaninya adalah sederhana tetapi tepat dan halus, sehingga nampak terlalu bermutu untuk dapat dipakai oleh seorang nelayan asal Galilea, tetapi kali ini kita mengenal nama murid-juru-tulis yang kiranya menolong darlam mengarang surat itu. Namanya ialah Silwanus, 5:12, yang umumnya disamakan dengan rekan Paulus yang bernama Silas, Kis 15:22+.
Maksud tujuan surat ini ialah mempertahankan iman pada mereka yang dituju dan dilanda banyak percobaan. Ada orang yang berpendapat bahwa apa yang dimaksudkan dengan pencobaan itu ialah penganiayaan dari pihak pemerintah, misalnya dari fihak Kaisar Domitianus atau bahkan Kaisar Trayanus. Kalau demikian maka surat itu ditulis setelah Petrus meninggal. Tetapi apa yang dikatakan surat itu sekali-kali tidak menyarankan bahwa ada penganiayaan dari pihak pemerintah, apa lagi dari pihak Dominitianus atau Trayanus. Apa yang dimaksudkan tidak lain kecuali gangguan-gangguan dari pihak lingkungan orang-orang Kristen itu, fitnah dan penghinaan dari pihak mereka yang merasa tersinggung oleh karena orang Kristen tidak mau ikut dalam adat istiadat dan kebejatan akhlak mereka, 2:12; 3:16; 4:4,12-16.
Terhadap keaslian 1Ptr (sebagai karangan Petrus) masih diketengahkan kesulitan lain. Kesulitan itu ialah: Rupanya 1 Ptr banyak menggunakan karangan-karangan Perjanjian Baru lain, khususnya Yak, Rom dan Efesus, sedangkan anehnya Injil hanya sedikit dipakai. Namun demikian 1Ptr sering meski secara halus meskipun menyinggung Injil. Seandainya Injil dengan lebih jelas dikutip kiranya orang berkata bahwa pengarang berbuat demikian justru dengan maksud supaya suratnya diangggap sebagai karangan Petrus. Adapun hubungan 1Ptr dengan Yak dan Paulus jangan dibesar-besarkan. Tidak ada satupun pokok utama dari surat-surat Paulus (ciri sementara hukum Taurat, Tubuh Kristus, dll) yang tampil dalam 1Ptr. Banyak pokok yang dikatakan berasal dari Paulus oleh karena terutama dibahas dalam surat-surat Paulus kiranya tidak lain dari pokok-pokok yang banyak dibahas dalam teologi Gereja Purba pada umumnya (kematian Kristus sebagai penebusan, iman dan baptisan, dll). Makin banyak ahli menerima bahwa di zaman itu ada rumusan- rumusan tertentu dalam pengajaran agama dan kumpulan-kumpulan ayat-ayat Kitab Suci dan semuanya itu mungkin dipakai oleh macam-macam karangan tanpa tergantung satu sama lain. Namun demikian ada beberapa bagian dalam 1Ptr yang dijiwai oleh Rom dan Ef. Tetapi hal itu dapat diterima walaupun tidak perlu menolak 1Ptr sebagai karangan Petrus: Petrus tidak mempunyai keunggulan di bidang teologi seperti Paulus; maka ia dapat menimba dari karangan-karangan Paulus, terutama kalau berbicara kepada kalangan orang Kristen yang meresapkan ajaran Paulus ke dalam hati. Jangan dilupakan pula bahwa juru tulis Petrus yaitu Silwanus, adalah murid Paulus juga. Perlu masih dicatat pula bahwa di samping kedekatan dengan Paulus, ada juga sementara ahli yang menemukan kesamaan antara 1Ptr dan karangan-karangan lain yang berasal dari lingkungan Petrus, yaitu injil kedua dan wejangan-wejangan Petrus yang termaktub dalam Kis.
Surat Petrus ini tentu saja mendahului kematiannya dalam th. 64 dan 67. Namun ada kemungkinan juga bahwa menurut petunjuk-petunjuk Petrus Silwanus menulis surat ini setelah Petrus meninggal dunia, lalu mengumumkannya dibawah kewibawaan Petrus. Dugaan semacam ini terutama masuk akal seandainya benar bahwa surat ini sebenarnya terdiri atas beberapa kepingan, antara lain sebuah homili yang diucapkan dalam rangka upacara baptisan. Tetapi ini hanya dugaan belaka yang tak mungkin dibuktikan.
Meskipun 1Ptr terutama berisikan nasihat-nasihat praktis, namun ajaran yang termaktub di dalamnya bermutu tinggi. Terdapat di dalamnya sebuah ikhtisar bagus dari teologi Kristen di zaman itu dan ikhtisar itu mengharukan hati justru dalam kesederhanaannya. Sebuah gagasan pokok ialah: dengan berani dan sabar orang Kristen mesti menanggung percobaan sesuai dengan teladan Kristus sendiri, 2:21- 25; 3:18; 4:1, sama seperti Kristus orang Kristen harus menderita dengan berkanjang dan merasa gembira kalau sengsaranya yang disebabkan iman dan kelakuannya yang suci, 2:19 dst; 3:14; 4:12-19; 5:9, mereka harus menentang yang jahat dengan kasih sambil mentaati pemerintah sipil, 2:13-17, dan dengan lembut dan rendah hati terhadap sekalian orang, 3:8-17; 4:7-11, 19. Ada bagian sulit dalam surat ini yang diartikan dengan berbagai cara, yakni 3:19 dst; bdk 4:6. Pemberitaan (Injil) oleh Kristus sementara ahli mengartikannya sebagai pemberitaan keselamatan atau hukuman, sedangkan "roh-roh" yang di dalam penjara, diartikan entah sebagai orang fasik yang mati di waktu air bah, entah sebagai malaikat-malaikat yang menurut tradisi alkitabiah dan apokaliptik berdosa. Tetapi bagaimanapun juga tindakan Tuhan itu ditempatkan di saat wafatNya. Dan karena itu nas menjadi dasar utama bagi ajaran tentang turunnya Kristus ke dunia orang mati (penantian kurang tepat).
Tidak dapat diragukan bahwa juga surat kedua memperkenalkan diri sebagai karangan Petrus. Rasul tidak hanya menyebut namanya dalam alamat surat, 1:1, tetapi iapun menyinggung nubuat Yesus tentang kematian Petrus, 1:14; ia mengatakan bahwa menyaksikan Yesus waktu dimuliakan di gunung, 1:16-18. Akhirnya masih menyinggung salah satu suratnya dahulu dan surat itu kiranya tidak lain kecuali 1Ptr.
Kalau untuk kedua kalinya menulis surat bagi orang yang sama, maka maksudnya rangkap dua: memperingatkan mereka terhadap pengajar-pengajar palsu, 2, dan meredakan kegelisahan mereka yang disebabkan ditundanya Parusia Tuhan, 3. Tentu saja mungkin saja bahwa pengajar-pengajar palsu semacam itu dan juga kegelisahan itu muncul di bagian terakhir hidup Petrus. Tetapi ada pertimbangan lain yang membuat orang ragu-ragu tentang keaslian 2Ptr dan menyarankan bahwa surat itu ditulis di zaman lain. Bahasa 2Ptr sangat berbeda dengan bahasa 1Ptr. Bab 2 seluruhnya hanya dengan bebas (meskipun jelas) mengulang surat Yudas. Rupanya sudah ada sebuah kumpulan surat-surat Paulus 3:15 dst. Kelompok para rasul ditempatkan di tingkat sama dengan kelompok para rasul, 3:2. Pertimbangan- pertimbangan itu membenarkan keraguan yang sejak awal mula ada mengenai 2Ptr. Dengan pasti surat ini baru dimulai dipakai oleh Gereja dalam abad III, dan waktu itu masih ada orang yang blak-blakan menolaknya, seperti dikatakan oleh Origenes, Eusebius dan Hieronimus. Pada giliriannya banyak ahli dewasa ini tidak mau menerima bahwa 2Ptr adalah karangan Petrus, dan kiranya mereka benar juga. Tetapi kalau seorang murid kemudian menggunakan kewibawaan Petrus, maka ia barangkali berhak berbuat demikian. Boleh jadi pengarang termasuk kalangan orang Kristen yang bergantung pada Petrus, atau ia mungkin menggunakan salah satu karangan dari tangan Petrus, yang disadur dan dilengkapi dengan pertolongan Yud. Kalau demikian pengarang tidak "menipu" sebab di zaman dahulu orang mempunyai pandangan lain dan kita mengenai "hak pengarang" dan boleh tidaknya menggunakan nama orang lain.
Bagi kepercayaan kita juga cukup kalau surat ini oleh Gereja umum diterima sebagai sebagian dari Kitab Suci dan karenanya menyampaikan warisan dari zaman para rasul. Maka ajaran 2Ptr terjamin kebenarannya. Dari ajaran itu boleh disebutkan: panggilan orang Kristen untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 1:4; ajaran mengenai Kitab Suci yang diinspirasikan, 1:20 dst; keyakinan mengenai Parusia Tuhan yang akan datang meskipun saatnya ditunda; Parusia itu akan terjadi setelah dunia musnah oleh api, dan dunia baru dijadikan di mana terdapat kebenaran, 3:3-13.
Kegiatan surat Yohanes dibahas dalam pengantar Injil keempat.
Ende: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah
penulis surat ini. Kesatu...
SURAT PERTAMA SANTU PETRUS
KATA PENGANTAR
Pengarang
Sedjak dari permulaan, Para Bapak Geredja sependapat bahwa St. Petruslah penulis surat ini. Kesatuan pendapat itu telah utuh, sampai ketika sardjana- sardjana Kitab Kudus dari djaman modern ini mengemukakan beberapa keberatan terhadapnja.
Isi surat ini sendirilah jang harus memberi putusan dan penjelesaian jang sebenarnja. Disamping setjara terang-terangan menundjukkan dirinja sebagai Petrus, "Rasul Kristus", pengarang sepintas lalu dalam bab 5:1 menjebut dirinja sebagai rekan-imam dan penjaksi kesengsaraan Kristus". Djuga Markus, jang oleh Papias disebut sebagai "djuru bahasa" Petrus di Roma, disangka ada bersama Petrus, tatkala dia menulis suratnja (5:13). Keaslian surat ini diperteguhkan lagi oleh beberapa perhubungannja dengan kehidupan dan pengadjaran Kristus .
Gaja bahasa Djunani, sekalipun kurang mutunja daripada gaja jang dipergunakan oleh St. Jakobus dalam suratnja, dahulu pernah dianggap sebagai suatu alasan untuk mengingkari Petrus sebagai pengarang surat ini. Namun sebagaimana halnja dengan Jakobus dan Judas, orang sama menjetudjui sekarang sistim pemakaian djurutulis, jang tentu djuga terdjadi pada masa Petrus.
Penulis terus terang mengatakan bahwa ia menulis "dengan perantaraan Silvanus" (5:12). Akibatnja ialah sekalipun isi pikiran itu timbul dari Petrus, tetapi bahasanja disusun oleh djurutulisnja.
Pembatja
Ajat pertama dari surat ini menundjukkan bahwa ia ditulis untuk orang serani di Asia Ketjil. Entah orang-orang serani itu terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi atau kafir, masih dipersoalkan. Karena alasan-alasan jang diberikan belum mentjapai persetudjuan penuh, maka rasanja dapat dikatakan bahwa tak ada kelompok orang serani tertentu jang dimaksudkan. Dengan pasti ialah bahwa bagian terbesar orang serani terdiri dari pentobat-pentobat Jahudi. Tetapi tatkala surat ini ditulis, Paulus dan rekan-rekannja telah menobatkan banjak orang kafir di Asia Ketjil. Kemungkinan jang terbesar ialah bahwa surat ini ditudjukan kepada Para miskin dan hamba sahaja di Asia Ketjil (2:18).
Waktu, kesempatan dan tempat dimana surat ini ditulis
Pada kesempatan mana Petrus menulis surat ini, tidak kita ketahui. Dari isi surat hanja dapat kita simpulkan bahwa Petrus bermaksud memberanikan orang serani dalam pertjobaan, dan menghidupkan iman jang mendapat serangan sekian banjak (4:12).
Bahwa surat ini ditulis di Roma, itu tentu pasti. Dengan menjebut nama Babylon (5:13), Petrus agaknja hendak mengawaskan kota Roma jang kafir itu, jang kedjajaannja menjamai kemakmuran djasmani Babylon purba. Karena Petrus meninggal di Roma pada djaman penganiajaan Nero, dan karena ketika itu penganiajaan belum lagi meletus, maka agaknja surat ini ditulis mendjelang achir tahun 64 ses. Kristus. Kepastian waktu surat ini menundjukkan bahwa kutipan-kutipan surat St. Paulus didalam surat St. Petrus itu mungkin.
Gajabahasa
Sekalipun surat ini, sebagaimana djuga surat St. Jakobus, pada dasarnja
berisikan adjakan moril, namun dalam beberapa hal ia bukan memuat adjaran moral.
la lebih menjerupai bentuk sebuah surat dengan suatu kata pendahuluan jang
pandjang (1:1-2), lalu menjusul suatu doa sjukur (1:3-5) jang lazim kedapatan
pada banjak surat dizaman itu, dan berachir dengan suatu utjapan selamat (
Adjaran
Karena surat ini pada dasarnja berisi suatu adjakan moril, maka djangan kita harapkan suatu pementasan kebenaran dogmatis jang teratur didalamnja. Tetapi, kita bisa menemukan djuga teologi jang kaja dan dalam disitu. Kebenaran teologis jang asasi ialah bahwa orang kristen diseluruh dunia ini bersatu (5:9); dahulunja mereka pendosa (2:24) jang tak tahu suatu apapun (1:14) tetapi kini mereka telah ditebus oleh darah kudus Kristus (1:18-19) dan dipilih untuk berbakti kepadanja (1:2).
Tjaranja mereka ditebus itu diterangkan sedjelas-djelasnja. Allah Bapa, jang maharahim (1:3) dan kudus (1:15-16), sudah merentjanakan penjelamatan mereka (1:2), bahkan sebelum dunia tertjipta (1:20). Nabi-nabi Perdjandjian Lama menginsjafi rentjana tersebut dan bernubuat pula tentang rentjana itu (1:10-12). Rentjana itu dipenuhi dalam sedjarah dengan kedatangan Kristus, jang biarpun tak bersalah (1:19; 2:22), tetapi menderita sengsara (2:21; 4:1), dan wafat disalib (2:24; 3:18). Hasil daripada sengsara dan wafat Kristus ialah penjilihan dosa manusia (1:18; 3:18).
Mati untuk dosa berarti lahir kembali kesuatu hidup baru jang telah diperoleh berkat kebangkitan Kristus (1:3), dan itu kita dapat dalam Sakramen Permandian (3:12), suatu Sakramen jang telah digambarkan lebih dahulu dalam peristiwa ai bah (3:20). Oleh ketaatan kepada Kristus (1:2), dan iman terhadap ebasiat penebusanNja (1:5,7-9), orang kristen ada harapan untuk memperoleh istirahat abadi disurga (1:5; 3:22).
Akan memperoleh gandjaran kekal, orang kristen hendaknja kudus (1:15),
melawan penggodaan setan (5:8-9), meninggalkan dosa-dosa dahulu (
Biarpun kehidupan sematjam itu kelihatan sukar, toh akan lebih mudah karena diteladani oleh Kristus sendiri (2:21; 3:17; 4:1), oleh semakin mendekatinja (2: 3-4), oleh kesadaran bahwa mereka mengambil bagian dalam penderitaannja (4:13), dan oleh memikirkan kedudukan mereka jang tinggi dimata Allah "batu-hidup", didalam rumah Allah (2:5), suatu bangsa jang terpilih, imamat radjawi, umat jang kudus (2:9).
Dengan tjara hidup demikian, orang kristen dapat hidup dengan penuh kepertjajaan kepada penjelenggaraan Allah (5:7), kepada pengadilan ilahi pada achir zaman, suatu peristiwa jang dirasa Petrus sudah dewat (4:5,7,17), dan akan berachir serta diberkati oleh penampakan mulia Jesus (1:7; 5:1,4).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Klaim Unik Untuk Yesus (1 Petrus 2:24, 25)
Tidak ada pesan yang universal bagi umat manusia kecuali pernah terjadi peristiwa yang benar-benar unik da...
Klaim Unik Untuk Yesus (1 Petrus 2:24, 25)
Tidak ada pesan yang universal bagi umat manusia kecuali pernah terjadi peristiwa yang benar-benar unik dalam sejarah manusia. Pengakuan Kristen adalah lebih daripada sekedar penegasan bahwa Yesus adalah guru paling bijaksana dari semua guru. Klaimnya adalah bahwa Ia adalah Anak Allah yang menjadi manusia. Hanya Dia yang sanggup mati bagi dosa-dosa kita (2:24, 25). Hanya Dia yang bangkit dari antara orang mati untuk memerintah di sebelah kanan Allah. Hanya Dia yang akan datang kembali. Agama Kristen bukanlah satu pilihan di antara hamparan kemungkinan agama. Tidak ada nama lain yang denganya manusia dapat diselamatkan (Kisah 4:12; Yohanes 14:6).
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan...
Jadilah Penurut; Hiduplah Dengan Saleh (1 Petrus 2:13-25)
Sulit untuk mengetahui gagasan yang mana yang memberi kita lebih banyak masalah: ketundukan atau otoritas. Josephus, sejarawan Yahudi akhir abad pertama, menggambarkan Vespasianus, yang sebentar lagi menjadi kaisar Romawi berikutnya, sebagai orang yang tahu bagaimana berada dalam kekuasaan dan bagaimana berada di bawah kekuasaan.19Memberikan arahan dan menerima arahan, berada dalam kekuasaan dan di bawah kekuasaan, berperan besar dalam kehidupan.
Petrus ingin para pembacanya mengetahui bahwa ketundukan adalah unsur penting kehidupan Kristen. Dalam gereja, orang-orang Kristen harus mempersembahkan ketundukan mereka pertama-tama kepada Kristus, lalu kepada para penatua yang mengawasi umat Allah. Dalam masyarakat, mereka harus tunduk kepada hukum negara mereka, bahkan jika ada sesuatu yang ditetapkan undang-undang itu dirasakan tidak adil karena mungkin tidak seperti yang diinginkan. Jika rumah tangga dan tempat kerja harus berfungsi dengan baik, maka harus ada penugasan tanggung jawab. Untuk berfungsi dengan baik, kelompok orang mana saja butuh kepemimpinan. Supaya kepemimpinan menjadi efektif, harus ada ketundukan. Ketundukan tidak butuh ketakutan di hadapan kekuasaan. Yang ia butuhkan adalah kerendahan hati untuk menghilangkan kesenangan pribadi bila diperlukan demi ketertiban dan kemajuan.
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika...
HUBUNGAN YANG BAIK AKAN MEMBUNGKAM PENGECAM KITA (1 Petrus 2:11-3:17)
COY ROPER
PENDAHULUAN
Anda pernah membaca kata-kata yang berbunyi, "Jika Terjadi Kebakaran, Pecahkan Kacanya." Pernahkah Anda bertanya-tanya apa yang orang Kristen harus lakukan "Jika Terjadi Penganiayaan"? Bagaimanakah seharusnya kita bertindak ketika orang lain menganiaya kita karena iman kita? Kita tidak memecahkan kaca. Tapi apakah yang kita lakukan?
Pertama Petrus ditulis, sebagian, untuk menjawab pertanyaan itu. Orang-orang yang Petrus surati sedang mengalami penganiayaan. Misalnya, kita menemukan nas yang mengesankan ini:
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu … Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, … Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau. Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, … (4:12-16).
Dalam 2:11-3:17, Petrus memberitahu saudara-saudara itu, "Jika hubunganmu adalah baik dengan orang-orang itu dan dunia di sekitarmu, maka para pengecammu akan terbungkam." Ia berkata, Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.… Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh (2:12, 15).
Pertama Petrus 3:16 mengatakan, "[Milikilah] hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu." Hidup benar, bertindak benar, dan memiliki hubungan yang benar akan membungkan para pengecam kita!
Bagaimanakah hal ini bisa terjadi? Umat Kristen di abad pertama dituduh melakukan pelbagai kejahatan yang mengerikan. Karena mereka tidak mau sujud kepada kaisar Romawi dan mengakui keilahiannya, maka mereka dianggap ateis. Karena mereka tidak mau bergaul dengan tetangga mereka dalam berbagai kegiatan sehari-hari, maka mereka dianggap anti-sosial. Karena mereka bicara tentang saling mengasihi, bahkan ketika mereka bicara satu sama lain sebagai "saudara" dan "saudari," mereka dianggap bersalah melakukan percabulan, bahkan inses. Karena mereka sering beribadah secara diam-diam pada malam hari di tempat-tempat rahasia untuk menghindari penganiayaan, maka diisukan bahwa mereka melakukan pesta pora seks. Karena mereka bicara tentang makan daging dan minum darah Yesus, maka mereka dikatakan melakukan kanibalisme. Apakah yang orang Kristen bisa lakukan terhadap jenis gosip dan fitnah ini? Petrus, pada dasarnya, mengatakan, "Jika kamu hidup benar, punya sikap benar terhadap orang lain, dan bertindak benar terhadap semua orang, maka orang tidak akan mempercayai pelbagai tuduhan yang dilontarkan terhadapmu." Hubungan yang benar akan "membungkamkan kepicikan orang -orang yang bodoh."
Kita tidak dianiaya dengan tingkatan yang sama sekarang ini, tapi kita juga bisa difitnah karena kita adalah orang Kristen. Jika kita tekun, kita mungkin disebut "Pemaksa Alkitab." Jika kita menaruh perhatian tentang pergi ke sorga, beberapa orang mungkin berkata bahwa kepala kita terlalu jauh di awan untuk bisa kita manfaatkan di dunia. Jika kita mengutamakan Kristus daripada orang lain, kita mungkin akan dituduh punya kebencian. Jika kita membela untuk atau menentang apa saja, pendirian kita itu sepertinya ditertawakan. Jika kita menolak untuk berpartisipasi dengan orang lain dalam apa yang mereka lakukan, kita dapat dituduh sebagai anti-sosial atau punya sikap "lebih suci daripada kamu." Apakah yang bisa kita lakukan terhadap kecaman seperti itu? Yang paling penting, kita bisa hidup benar.
Dalam bagian surat kiriman ini, Petrus sedang bicara tentang enam hubungan. Ia memberitahu orang Kristen bagaimana kita seharusnya bertindak dalam setiap hubungan itu.
ORANG KRISTEN DAN DUNIA (1 Petrus 2:11, 12)
Dalam lingkup dunia, hubungan kita adalah sebagai pendatang atau perantau, dan sikap kita harus ditandai dengan perilaku yang baik.
Ada dua hal yang disebutkan yang akan mengesankan dunia. Yang pertama, orang Kristen harus "menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa." Atau, seperti yang Yakobus katakan, orang Kristen harus menjaga dirinya supaya "tidak dicemarkan oleh dunia" (Yakobus 1:27). Terlepas dari bagaimana berdosanya orang-orang pagan itu, mereka akan terkesan dengan orang Kristen yang hidup dengan saleh.
Yang kedua, orang Kristen harus melakukan perbuatan baik. Jika mereka melakukannya, maka barulah dunia "dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah." (Lihat juga Matius 5:13-16.) Melakukan sebisanya perbuatan baik di manapun dan kapanpun akan mengesankan para tetangga kita dan membungkam para pengecam kita.
Mengapakah kita harus hidup seperti itu? Karena kita adalah "pendatang dan perantau." Oleh karena itu, kita berbeda. Kita tidak menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang-orang yang hidup di sekitar kita. Benarkah begitu? Mungkin saya harus katakan bahwa kita tidak seharusnya menganut nilai-nilai, prioritas, atau cara hidup orang dunia. Pikirkanlah hal ini: Jika menjadi orang Kristen adalah haram, dan Anda dituduh sebagai orang Kristen dan diadili untuk nyawa Anda, akankah ada cukup bukti untuk menyalahkan Anda?
ORANG KRISTEN DAN PEMERINTAH (1 Petrus 2:13-17)
Dalam lingkup pemerintahan, hubungan kita adalah sebagai warga negara, dan sikap kita harus ditandai dengan ketaatan dan dengan menghormati pejabat pemerintah.
Salah satu tuduhan yang selalu ditimpakan kepada umat Kristen abad pertama adalah bahwa mereka adalah pengkhianat terhadap pemerintah Romawi. Pada akhirnya, bukankah mereka itu menyembah "Raja Yesus"? Bukankah mereka itu menolak untuk menyembah Kaisar, dan bukankah hal itu mencap mereka sebagai pengkhianat? (Lihat Yohanes 19:12 dan Kisah 25:8.)
Bagaimanakah orang Kristen bisa menjawab fitnahan ini? Pertama, mereka harus mematuhi "setiap lembaga manusia," dari yang terbesar sampai yang terkecil. Kedua, mereka harus menghormati orang-orang yang patut dihormati—bahkan juga kaisar. "Menghormati" di sini akan mencakup pembayaran pajak. (Lihat Matius 22:15-21.) Ini juga akan mencakup penghormatan terhadap pejabat negara yang layak ia terima. Kita mungkin mengira bahwa karena Yesus adalah Raja kita maka kita tidak harus tunduk di hadapan orang lain. Petrus mengatakan bahwa sikap ini salah. "[Jangan] menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan," katanya. "[Sebaliknya, hormatilah] wali-wali yang diutusnya."
Jika kita harus mengatakan, "Tapi perintah itu hanya berlaku jika kita memiliki pejabat-pejabat atau pemerintah yang baik," maka kita harus ingat bahwa kaisar pada waktu itu mungkin adalah Nero—orang yang namanya telah menjadi identik dengan kebrutalan, pembunuhan, penganiayaan, kekerasan, dan kegilaan. Jika orang Kristen pada waktu itu harus menghormati orang seperti itu, tentunya sekarang ini kita harus mematuhi hukum-hukum dan menghormati para pejabat yang membuat dan menegakkan hukum-hukum itu (kecuali hukum-hukum yang akan menyebabkan kita tidak menaati Allah; Kisah 5:29).
ORANG KRISTEN DAN TUANNYA (1 Petrus 2:18-25)
Meski nas ini bicara secara khusus tentang hubungan budak-tuan, kita bisa menerapkannya dengan sangat baik kepada hubungan majikan-karyawan. Dalam dunia kerja, hubungan kita adalah seperti karyawan, dan sebagai karyawan perilaku kita harus ditandai dengan ketundukan.
Petrus mengatakan bahwa kita harus tunduk kepada tuan kita—artinya, kepada majikan atau atasan kita. Tapi bagaimanakah jika majikan atau tuan kita itu kejam dan semena-mena? Kita tetap, kata Petrus, tunduk , "bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis." Ini, saya yakin, bertentangan dengan alur pemikiran moderen. Kecenderungan kita adalah ingin pekerjaan ringan tapi gaji besar. Tapi itu sesuai dengan filosofi Kristen tentang memberi, yang lebih besar daripada menerima; tentang berusaha untuk menjadi seorang pelayan, daripada berusaha untuk dilayani; tentang lebih peduli mengenai tanggung jawab daripada hak. Orang Kristen harus menjadi karyawan yang baik, taat. (Lihat juga Efesus 6:5-9 dan Kolose 3:22-24)
Perhatikan juga, bahwa dalam konteks inilah Petrus menggunakan Kristus sebagai contoh tentang orang yang "dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam." Petrus berkata, dalam hal ini, "Kamu harus mengikuti jejak-Nya." Kita harus secara khusus meniru Kristus dalam hal bahwa ketika kita dianiaya oleh siapa pun, kita harus menerima penderitaan itu tanpa berbuat dosa dan menanggung perbuatan salah orang lain tanpa melakukan kesalahan. (Lihat juga Roma 12:14-21.)
ORANG KRISTEN DAN PASANGAN HIDUPNYA (1 Petrus 3:1-7)
Dengan demikian, dalam lingkup rumah tangga, kita adalah istri atau suami, dan sikap kita harus ditandai, jika kita istri, dengan ketundukan, dan, jika kita suami, dengan pengertian dan kehormatan.
Perhatikanlah bahwa ada tanggung jawab bersama. Tanggung jawab istri Kristen adalah tunduk kepada suaminya. Jika ia tunduk, ia bisa saja membawa suaminya kepada Kristus bahkan jika suaminya itu tidak mau mempelajari Alkitab dengan dia atau pergi untuk mendengarkan pengkhotbah. Itu tidak berarti, tentu saja, bahwa suami itu dapat diselamatkan tanpa mendengarkan Firman Allah dan mentaatinya. (Lihat 1:22.) Tapi itu berarti bahwa teladan baik sang istri bisa saja memalingkan dia kepada Allah dan Firman Allah ketika pengajaran langsung tidak bisa mempengaruhi dia.
Akan menjadi orang macam apakah istri yang tunduk ini? Ia akan dihormati dan "saleh" atau murni. Perhatian utamanya akan tidak pada tampilan lahiriah—"dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Sebaliknya, ia akan peduli pada manusia batiniah, dengan mengembangkan "roh yang lemah lembut dan tenang"—sebuah cara yang lembut dan sabar yang akan menghasilkan pelbagai tindakan penuh pertimbangan dan baik hati.
Suami Kristen juga punya tanggung jawab: hidup "penuh pengertian" dengan istrinya, menghormati dia, dan, itu tersirat, mengakui bahwa ia adalah teman pewaris bersama dia. Suami Kristen harus bijaksana dan memperhatikan istrinya. Di tempat lain, Perjanjian Baru mengajar dia untuk mengasihi istrinya seperti Kristus mengasihi gereja (Efesus 5:25). Pengertian, kehormatan, dan kasih yang suami itu curahkan kepada istrinya akan mencegah dia untuk menjadi tirani lalim di rumahnya sendiri. Meski istrinya harus mematuhi dia, ia tidak akan pernah meminta istrinya untuk mematuhi aturan yang sewenang-wenang yang dibuat demi kenyamanannya sendiri, tetapi akan selalu mempertimbangkan keinginan, kebutuhan, dan kemauan istrinya.
Suami harus melakukan ini supaya doanya—dan doa istrinya—tidak terhalang. Jika suami dan istri tidak memenuhi kewajiban bersama mereka di rumah, maka ketegangan dan pertikaian muncul dan suasana kerohanian, pertumbuhan rohani, dan doa yang terus-menerus mustahil terjadi. Untuk memungkinkan terjadinya doa di rumah, mari kita menjadi suami dan istri sebagaimana seharusnya.
ORANG KRISTEN DAN SAUDARA-SAUDARINYA (1 Petrus 3:8-12)
Di gereja hubungan kita adalah sebagai saudara dan saudari, dan sikap kita, kita dapat simpulkan, harus ditandai dengan kasih.
Petrus berkata bahwa terhadap satu sama lain kita harus menunjukkan kesatuan roh, simpati, kasih, hati yang lembut, pikiran yang rendah hati, dan penolakan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika ini adalah cara kita bertindak terhadap satu sama lain—jika kita menunjukkan bahwa kita adalah satu, jika kita ikut saling merasakan satu sama lain, jika kita saling mengasihi dengan penuh semangat, jika kita berhati lembut dan mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain, jika kita rendah hati, dan tidak ada orang yang mencoba untuk menempatkan dirinya di atas yang lain, jika kita selalu menolak godaan untuk "membalas dendam"—jika jenis hubungan seperti ini jelas terlihat di dalam gereja, maka orang akan tahu bahwa kita adalah murid -murid Kristus. (Lihat Yohanes 13:34, 35.) Mereka akan mengagumi kedekatan persaudaraan, dengan mengatakan, "Lihatlah, bagaimana mereka saling mengasihi!" Ketika mereka mendengar desas-desus fitnah tentang kita, mereka akan berkata, "Itu tidak benar, karena saya telah melihat praktik kasih mereka."
ORANG KRISTEN DAN PARA PENGANIAYANYA (1 Petrus 3:13-17)
Dalam lingkup konflik, kita dianggap sebagai musuh, dan tindakan kita harus ditandai dengan pertahanan yang mumpuni dan hati nurani yang murni.
Pada dasarnya, Petrus sedang mengatakan bahwa kita harus selalu berbuat benar dalam hubungan kita dengan orang-orang yang menganiaya atau mengejek kita. Secara khusus, ia memberikan saran ini untuk orang-orang Kristen yang sedang dianiaya: (1) Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan (3:9). Jangan pernah ingin membalas dendam; sebaliknya, carilah kebaikan untuk musuhmu. (Lihat juga Roma 12:20, 21 dan Matius 5:44.) (2) Jadilah "rajin berbuat baik" (3:13). Sibukkan dirimu dengan melakukan kebaikan maka musuh-musuhmu akan menemukan sedikit alasan untuk menganiaya kamu. (3) Sadarilah bahwa ada berkat dalam penderitaan. Petrus berkata, "sekalipun kamu harus menderita … kamu akan berbahagia" (3:14). Mungkin sulit bagi kita untuk melihat bagaimana hasil penganiayaan menimbulkan berkat, tapi itu benar. (Lihat juga Matius 5:10 Yakobus 1:2, 3.) (4) Jangan takut terhadap penganiayamu: "janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah gentar" (3:14). Yang paling buruk, penganiayamu itu hanya bisa membunuh tubuhmu; mereka tidak bisa membunuh jiwa. Ketika ia mati, orang Kristen menjadi lebih baik karena ia telah pergi bersama Kristus (Filipi 1:23). (5) "Kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan" (3:15). Takutlah akan Dia. Hormatilah Dia. Akuilah bahwa Kristus adalah Tuhan, Guru, dan Raja hidupmu. Jika demikian, maka Ia akan menjagamu; kamu tidak perlu takut terhadap musuh apa saja, dan kamu harus melakukan kehendak-Nya tidak peduli apa yang orang lain lakukan terhadap kamu. (6) Bersiaplah untuk mempertahankan iman: "Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" (3:15). Selain argumentasi yang kamu buat dengan hidupmu, kamu juga harus bersedia dan sanggup membuat argumentasi untuk iman itu dengan bibirmu. (7) "[Milikilah] hati nurani yang murni" (3:16). Bagaimanakah kamu bisa melakukan itu? Dengan memastikan bahwa perilakumu ditandai dengan "perilaku yang baik dalam Kristus" dan dengan memastikan bahwa kamu selalu "melakukan apa yang benar." Tidak ada yang lebih sulit daripada mencoba untuk membela kebenaran injil ketika kamu tidak hidup sesuai dengan kebenaran itu. Maka hidupmu akan menyangkal argumentasimu. Yang terpenting, kita harus selalu berusaha melakukan yang benar!
Jika kita melakukan semua ini di hadapan penganiayaan, para pengecam kita akan tidak mampu untuk mempertahankan tuduhan mereka terhadap kita.
KESIMPULAN
Seperti apakah hidup kita seharusnya sebagai orang Kristen? Bayangkanlah ruang sidang di mana kita sedang diadili. "Apakah kesalahannya?" Tanya hakim.
Para penuduh mengatakan bahwa kita adalah pembuat onar yang menyebabkan kematian, pembenci manusia, anti-sosial, mesum, jahat, dan egois.
"Baiklah," kata hakim, "hadirkan para saksi. "Lalu ia menanyai para saksi itu.
"Apakah orang-orang ini melanggar hukum?" "Tidak," jawab mereka, "mereka selalu taat hukum." "Apakah mereka tidak menghormati penguasa?"
"Tidak, mereka selalu memberi hormat kepada orang yang patut menerimanya." "Apakah mereka tetangga yang buruk?"
"Tidak; pada kenyataannya, mereka selalu membantu dan baik hati. " "Apakah mereka itu karyawan yang tidak taat?"
"Oh, tidak, mereka adalah para pekerja kami yang terbaik."
"Bagaimanakah perbuatan mereka terhadap satu sama lain?" "Tuan, jelas terlihat mereka selalu mengasihi satu sama lain." "Lalu mengapa mereka dituduh?" tanya hakim itu.
"Tidak bersalah!" Hubungan yang baik akan membungkam pengecam kita!
Pengarang: Coy Roper
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
TFTWMS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) 1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perja...
1 Petrus 2:11-25
Berperilaku Sebagai Umat Allah Yang Menderita (Bagian 1)
Setelah memberikan latar belakang kebangsaan yang banyak diambil dari Perjanjian Lama, serta pentingnya tanah perjanjian itu bagi Israel, maka agak mengejutkan ketika dalam 1 Petrus mendapatkan perasaan yang mengungkapkan keputusasaan dalam menemukan tanah air. Abraham adalah seorang pengembara di Kanaan. Orang Kristen hanya melewati tanah airnya. Petrus menyapa para pembacanya sebagai penduduk sementara di planet ini, tamu-tamu sementara di bulatan bumi ini.
TFTWMS: 1 Petrus (Garis Besar) Catatan Akhir:
1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.:...
Catatan Akhir:
- 1 I. N. Carman, "Here We Are but Straying Pilgrims," Songs of the Church, comp. and ed. Alton H. Howard (West Monroe, La.: Howard Publishing Co., 1977).
- 2 Charles H. H. Scobie, The Ways of Our God: An Approach to Biblical Theology (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 2003), 506.
- 3 Sebagai contoh, Paulus menulis, "Aku adalah orang Yahudi, dari Tarsus, warga dari kota yang terkenal" (Kisah 21:39).
- 4 J. Ramsey Michaels, 1 Peter, Word Biblical Commentary, vol. 49 (Waco, Tex.: Word Books, 1988), 114.
- 5 Kata "lawatan" (ejpi/skopoß,/ episkopē) berasal dari akar yang sama dengan kata yang diterjemahkan "pengawas" atau "bishop" (ejpi/skopoß, episkopos). Dalam 1 Timotius 3: 1, episkopē mengacu kepada jabatan pengawas dan dalam Kisah 1:20 kepada jabatan seorang rasul.
- 6 Pada 509 S. M., bangsa Romawi mengusir raja terakhir mereka, Tarquin Yang Bangga. Dengan begitu lahirlah republik Romawi. Lapisan masyarakat aristokrat Romawi meremehkan pemikiran bahwa raja-raja bisa lagi memerintah Roma. Pada periode Perjanjian Baru, Roma hidup dengan khayalan bahwa republik masih ada. Secara teori, kaisar hanyalah "warga negara pertama." Faktanya, kaisar mengendalikan bala tentara dan oleh karena itu memegang kekuasaan.
- 7 Lima nama daerah yang tercantum dalam 1:1 mewakili empat provinsi. (Lihat halaman 8-10 dalam edisi sebelumnya.)
- 8 Memang menarik bahwa Alkitab NASB menerjemahkan kata sifat maskulin pa¿ntaß (pantas) dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin, "semua orang." Kata sifatnya secara harfiah memang "semua orang" seperti yang Alkitab KJV tulis. Alkitab NRSV dan NIV telah berusaha untuk secara jenis kelamin menerapkan bahasa yang inklusif itu kepada berbagai kata-kata dan ungkapan yang cakupannya luas. Kata Yunani untuk "saudara" akan diterjemahkan "saudara-saudari," kata untuk "kaum laki-laki" akan diterjemahkan "orang," dll. "Semua orang" dalam ALkitab NASB menggambarkan bahwa bahkan terjemahan konservatif seperti itu tetap memikirkan cara bahasa Yunani dan Ibrani menggunakan bentuk maskulin untuk kedua jenis kelamin. Orang mungkin berpendapat bahwa bahasa Inggris dan Indonesia telah melakukan hal yang sama. Di masa lalu, "ia [laki-laki]" dalam bahasa Inggris, tergantung pada konteksnya, berarti "ia [laki-laki]" atau "ia [perempuan]," dan "kaum laki-laki" berarti "orang." Pertanyaannya adalah bukan apakah pernah dibenarkan untuk menerjemahkan bentuk maskulin Yunani dengan kalimat inklusif secara jenis kelamin. Bahkan Alkitab NASB dalam hal ini berpendapat bahwa hal itu dibenarkan. Pertanyaannya adalah seberapa jauh para penerjemah harus melangkah dalam mengakomodir modus ungkapan kuno terhadap permintaan bermuatan politis untuk netralitas jenis kelamin dalam budaya Barat.
- 9 "Mengaku" yang kita maksudkan lebih daripada sekedar pernyataan lisan belaka. Yang kita maksudkan adalah pengakuan dengan segala hal yang disiratkan: iman, kasih, kelahiran baru, ketaatan, dll.
- 10 Scobie, 847.
- 11 Meski secara teknis Petrus di sini menggunakan partisip ("menundukkan dirimu"; NASB), bukan keharusan seperti yang ia lakukan dalam 2:13 ("tunduklah"), konteksnya menunjukkan tidak ada perbedaan dalam artinya. Penggunaan pelbagai partisip oleh Petrus dengan kekuatan imperatif telah menjadi subyek banyak diskusi di kalangan sarjana.
- 12 Lihat Michaels, 138.
- 13 Lihat, misalnya, Wayne A. Grudem, The First Epistle of Peter: An Introduction and Commentary, Tyndale New Testament Commentaries, vol. 17 (Grand Rapids, Mich.: Wm. B. Eerdmans Publishing Co., 1988), 124.
- 14 Untuk kajian yenag terdokumentasi dengan baik, lihat Richard A. Horsley, "The Slave Systems of Classical Antiquity and Their Reluctant Recognition by Modern Scholars," Semeia 83/84 (1998): 19-66.
- 15 Lihat Ibrani 10:2 di mana frase yang paralel diterjemahkan "kesadaran akan dosa" (NASB). Lihat Walter Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature, 3d ed., rev. and ed. Frederick William Danker (Chicago: University of Chicago Press, 2000), 967.
- 16 J. N. D. Kelly, A Commentary on the Epistles of Peter and of Jude, Black's New Testament Commentaries (London: Adam & Charles Black, 1969), 117.
- 17 Ignatius Ephesians 10.3.
- 18 Kata Bahasa Inggris "planet" adalah serumpun dengan kata kerja Yunani plana/w (planaō), yang berarti "tersesat." Orang dahulu mengamati bahwa planet-planet mengembara atau tersesat di antara bintang-bintang yang tetap (lihat komentar tentang Yudas 13). Mereka sering mengaitkan planet dengan beragam dewa.
- 19 Josephus Wars 4.10.2.
Pengarang: Duane Warden
Hak Cipta © 2014 pada Truth for Today
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
BIS: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang
tersebar di seluruh bagian utara Asia Ke
SURAT PETRUS YANG PERTAMA
PENGANTAR
Surat Petrus Yang Pertama ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut "umat pilihan Allah". Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Kabar Baik tentang Yesus Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.
Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu, Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.
Isi
- Pendahuluan
1Pet 1:1-2 - Nasihat supaya mengingat bahwa Allah menyelamatkan manusia
1Pet 1:3-12 - Nasihat supaya hidup khusus untuk Allah
1Pet 1:13-2:10 - Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan
1Pet 2:11-4:19 - Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen
1Pet 5:1-11 - Penutup
1Pet 5:12-14
Ajaran: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam
menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Tujuan
Supaya dengan mengerti isi Kitab I Petrus, orang-orang Kristen dikuatkan dalam menghadapi penderitaan dan tetap berdiri teguh dalam imannya.
Pendahuluan
Penulis : Rasul Paulus.
Tahun : Sekitar tahun 63 Masehi.
Penerima : Orang-orang yang berlatar belakang bukan Yahudi (dan juga setiap orang percaya di seluruh dunia). Mereka tersebar dan sedang mengalami ujian dan penderitaan. Karena itu perlu dikuatkan.
Isi Kitab: I Petrus terbagi atas 5 pasal. Rasul Petrus mau menjelaskan kepada orang-orang Kristen yang sedang menderita, bahwa keselamatan kekal yang dimiliki itu menjadi sumber kekuatan dalam ketaatan. Ketaatan kepada Yesus Kristus adalah dasar yang kuat untuk dapat mengatasi penderitaan yang datang. Sedangkan penderitaan sebenarnya bagi orang Kristen adalah jalan untuk menghasilkan kematangan rohani. Tetapi perlu bagi jemaat yang sedang mengalami penderitaan ini, seorang pemimpin yang baik. Jika tidak maka jemaat akan menderita lebih hebat lagi.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab I Petrus
Pasal 1-2 (1Pet 1:1-2:10).
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa pengharapan akan keselamatan dan kemuliaan yang pasti, adalah sumber kekuatan yang mendorong orang Kristen untuk tetap taat kepada Yesus.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:9. _Tanyakan_: Apakah yang perlu diberitakan orang Kristen? (lihat ayat
9; 1Pet 2:9).
Pasal 2 (1Pet 2:11-12).
Cara mengatasi penderitaan yang tidak wajar
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai cara hidup sebagai hamba Allah dalam menghadapi atau mengatasi penderitaan, yaitu dengan hidup secara benar, dengan mengikuti teladan Tuhan Yesus di dalam penderitaan-Nya.
Pendalaman
Bacalah pasal 1Pet 2:20-23. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini?
Pasal 3-5 (1Pet 3:13-5:14).
Tanggapan yang baik dalam menghadapi pencobaan
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa tanggapan yang baik dalam menghadapi penderitaan akan menghasilkan kesaksian yang baik kepada orang lain dan akan membawa keselamatan kepada orang lain melalui pengenalannya akan Kristus.
Pendalaman
- Bacalah pasal 1Pet 4:7. _Tanyakan_: Apakah yang diperintahkan dalam ayat ini untu dilakukan?
- Bacalah pasal 1Pet 5:8-9. _Tanyakan_: Apakah yang harus dilakukan dalam menghadapi Iblis?
II. Kesimpulan
Kitab I Petrus mengajarkan kepada orang-orang Kristen bahwa mengalami penderitaan merupakan hal yang wajar, sebab melalui Penderitaan itu terbentuklah kedewasaan rohani.
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis Kitab I Petrus?
- Apakah pusat pengajaran Kitab I Petrus?
- Apakah yang dihasilkan dari pengalaman penderitaan?
- Mengapakah orang Kristen harus berjaga-jaga?
Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS? Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung kare
Surat kepada orang Kristen yang menderita
MENGAPA SURAT INI DITULIS?
Petrus menulis surat ini untuk memberi semangat kepada Kristen yang bingung karena sedang mengalami penganiayaan. Ia memberikan petunjuk praktis apa yang harus mereka lakukan sekalipun penderitaan itu sebenarnya tidak seharusnya mereka terima (1Pe 3:13-17) dan mendorong mereka untuk tetap teguh. Nasihat ini didasarkan pada kekayaan pengajaran sifat keselamatan dan teladan yang diberikan oleh Juruselamat mereka.
CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Beberapa orang berpendapat bahwa Petrus mengambil suatu naskah khotbah yang biasa dipakai untuk mempersiapkan calon-calon baptisan, kemudian isinya, disesuaikan dengan keinginannya sendiri, tetapi pandangan ini meragukan. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).
PEMBACA DAN SITUASI MEREKA.
1. Pembaca: Kita tidak tahu bagaimana gereja-gereja di empat propinsi Romawi yang terletak di Asia Kecil bagian utara yang menjadi penerima surat Petrus itu didirikan - mungkin oleh beberapa orang yang hadir pada Hari Pentakosta (Kis 2:9) atau melalui Petrus atau pelayanan penginjilan Paulus. Juga tidak dapat dipastikan apakah Petrus pernah mengunjungi mereka. Petrus menyebut mereka "pendatang yang tersebar' (1Pe 1:1) bukan karena mereka adalah orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal jauh dari kampung halaman, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka sebagai Kristen di dunia ini. Gereja-gereja tersebut beranggotakan Yahudi dan juga bukan Yahudi.
2. Situasi mereka: mereka dikuasai oleh pikiran tentang penderitaan. Penyiksaan sudah nyata di hadapan mereka (1Pe 1:6; 3:9-22; 4:12-19), seperti halnya bagi Kristen di seluruh dunia (1Pe 5:9). Penyiksaan setempat sudah mulai terjadi, dilatarbelakangi oleh emosi massa dan disebabkan munculnya garis kebijaksanaan baru yang keras dari pemerintah Romawi terhadap Kristen.
PENULIS DAN SITUASINYA.
Rasul Petrus mengatakan bahwa ia menulis dari Babilon (1Pe 5:13) yang merupakan nama sandi untuk Roma. Ia menulis sekitar tahun 64 M. pada saat penyiksaan biadab Kaisar Nero terhadap Kristen sedang merajalela. Petrus harus kehilangan nyawanya tak lama kemudian.
Pesan
1. Allah selalu menang.Petrus terus menerus menyatakan:
o Belas kasihan dan kasih karunia Allah. 1Pe 1:3, 21; 2:9-10; 3:4; 5:10, 12
o Kuasa keadilan Allah. 1Pe 1:17; 2:12; 3:22; 4:5, 17; 5:5, 6
o Kekudusan Allah. 1Pe 1:16
o Kehendak dan maksud Allah 1Pe 2:15; 3:17
o Karunia-karunia Allah. 1Pe 4:10-11
2. Pandanglah pada Yesus.
o Juruselamat yang menderita. 1Pe 1:18-21; 2:21-25
o Gembala yang Agung. 1Pe 2:25; 5:4
o Teladan untuk Kristen. 1Pe 2:21; 3:17-18; 4:13
3. Garis pemisahnya adalah ketaatan.
Manusia dibagi berdasarkan apakah mereka taat kepada Allah atau tidak. Kristen menaati:
o Yesus. 1Pe 1:14
o Kebenaran, firman Allah atau Injil. 1Pe 1:22; 3: 1; 4:17 Orang bukan Kristen tidak taat. 1Pe 3:1; 4:17
4. Menerima keadaan Anda.
Reaksi Kristen dalam menghadapi situasi sulit adalah menerima, bukan melawan. Petrus mengatakannya dalam berbagai cara:
o Serahkan kepada Allah. 1Pe 4:19; 5:6, 7
o Tunduk atau dengan kata lain, terimalah keadaan yang Allah izinkan, tanpa
protes. 1Pe 2:13, 18; 3:1; 5:5
o Jangan membalas dendam. 1Pe 3:9
5. Kebenaran tentang gereja.
Manusia memandang gereja sebagai kelompok minoritas lemah dan rendah. Tetapi
Petrus mengemukakan pentingnya gereja. 1Pe 2:9-10
Penerapan
1. Bagi semua Kristen.o Keselamatan itu milik Anda juga! 1Pe 1:3-9
o Biarkan pengharapan masa depan bentuk masa sekarang. 1Pe 1:13
o Hiduplah secara radikal. 1Pe 1:14; 4:2-5
o Teruslah bertumbuh. 1Pe 2:2
o Dunia ini bukan rumahmu. 1Pe 2:11
o Bagaimana harus bersikap dalam masyarakat. 1Pe 2:12-17; 3:9
o Bagaimana harus bersikap dalam gereja. 1Pe 3:8; 4:7-11; 5:1-9
2. Bagi Kristen yang dianiaya.
o Bertahan dan berdirilah teguh. 1Pe 5:9
o Penderitaan mengandung maksud. 1Pe 1:7
o Pastikan bahwa Anda menderita karena suatu alasan yang benar. 1Pe 2:19, 20;3:13-17; 4:15
o Bersiaplah jika penderitaan itu datang. 1Pe 3:15
o Pikirkan apa yang akan terjadi kemudian. 1Pe 1:3-5, 13; 4:13; 5:10
o Pusatkan pikiran Anda pada Yesus. 1Pe 2:21-25; 4:1
o Alangkah istimewa hak menjadi seperti Yesus. 1Pe 4:13
3. Bagi para pemimpin Kristen.
o Inilah cara memimpin. 1Pe 5:1-4
Tema-tema Kunci
Petrus selalu mengulang beberapa kata tertentu yang meringkaskan apa yang dipikirkannya. Carilah ayat-ayat referensi yang berhubungan dan buatlah ringkasan ajarannya. Berikut ini adalah kesepuluh kata-kata Petrus yang paling penting.
1. Pengharapan.
1Pe 1:3,13,21;3:15
2. Kasih karunia dan belas kasihan.
1Pe 1:2, 3, 10, 13; 2:10; 3:7; 4:10; 5:5, 10, 12
3. Keselamatan.
1Pe 1:5, 9, 10; 2:2
4. Kasih.
1Pe 1:8, 22; 2:17; 3:8, 10;4:8; 5:14
5. Sukacita.
1Pe 1 6, 8; 4:13
6. Penguasaan diri.
1Pe 1:1 3; 4:7; 5:8
7. Takut.
1Pe 1:17; 2:16, 17; 3:14
8. Kerendahan hati.
1Pe 3:8; 5:5, 6
9. Berharga.
1Pe 1 7, 19; 2:4, 6, 7; 3:4
10. Kemuliaan.
1Pe 1:7, 11, 21, 24; 4:11, 13, 14; 5:1, 4, 10
Untuk pemahaman selanjutnya:
o Buatlah daftar tentang semua gambara yang dapat Anda temukan tentangKristen, misalnya: pendatang dan perantau (1Pe 2:11).
o Buatlah daftar dari semua perintah Petrus kepada para pembacanya. Kebanyakan
perintah itu singkat misalnya: takut kepada kepada Allah (2:17). Anda harus
mendapatkan paling sedikir 30 perintah.
Garis Besar Intisari: 1 Petrus (Pendahuluan Kitab) [1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9Berkat-berkatnya masa kini
1Pe 1:10-12Penyelidik-penyelidik nu
[1] ALAMAT DAN SALAM 1Pe 1:1-2
[2] KESELAMATAN KRISTEN 1Pe 1:3-2:10
1Pe 1:3-9 | Berkat-berkatnya masa kini |
1Pe 1:10-12 | Penyelidik-penyelidik nubuatan tentangnya |
1Pe 1:13-17 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - kekudusan |
1Pe 1:18-21 | Dasar jaminannya - Kristus |
1Pe 1:22-2:3 | Konsekuensi-konsekuensi praktisnya - Kristus |
1Pe 2:4-10 | Sifat kebersamaannya |
[3] HUBUNGAN-HUBUNGAN KRISTEN 1Pe 2:11-3:12
1Pe 2:11-12 | Dalam masyarakat kafir |
1Pe 2:13-17 | Dalam kehidupan politik |
1Pe 2:18-25 | - Dalam pekerjaan |
1Pe 3:1-7 | - Dalam keluarga |
1Pe 3:8-12 | - Dalam situasi yang tidak adil |
[4] PENDERITAAN KRISTEN 1Pe 3:13-4:19
1Pe 3:13-17 | Bagaimana bereaksi: bahkan pada saat diperlakukan tidak adil |
1Pe 3:18-22 | Siapa yang diikuti: pada setiap saat |
1Pe 4:1-11 | Bagaimana harus bersikap: dengan mata tertuju pada masa depan |
1Pe 4:12-19 | Sukacita menderita bagi Kristus |
[5] MASYARAKAT KRISTEN 1Pe 5:1-14
1Pe 5:1-4 | Petunjuk-petunjuk bagi para pemimpin |
1Pe 5:5-11 | Petunjuk-petunjuk bagi setiap orang |
1Pe 5:12-14 | Salam penutup |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi