Teks -- Kejadian 2:12 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Kej 2:8-15
Matthew Henry: Kej 2:8-15 - Taman Eden Taman Eden (Kejadian 2:8-15)
Di dalam ayat-ayat ini kita melihat perbekalan yang disediakan bagi kesejahteraan keduanya. Dia yang membentuk manusia...
Taman Eden (Kejadian 2:8-15)
- Di dalam ayat-ayat ini kita melihat perbekalan yang disediakan bagi kesejahteraan keduanya. Dia yang membentuk manusia itu ingin membuatnya senang, asal saja manusia dapat mempertahankan keadaan itu dan tahu bahwa ia sungguh beruntung. Bagian dari diri manusia yang berkaitan dengan dunia perasaan dibuat bahagia sebab ia ditempatkan di taman firdaus Allah. Sedangkan bagian dari dirinya yang berkaitan dengan dunia roh juga diperlengkapi dengan baik, sebab ia dibawa masuk ke dalam kovenan dengan Allah. Ya Tuhan, siapakah manusia hingga ia dimuliakan seperti itu, manusia yang adalah ulat! Di sini kita melihat,
- I. Gambaran tentang taman Eden, yang dimaksudkan sebagai tempat tinggal dan daerah kekuasaan Tuhan yang agung ini, istana sang raja. Di dalam sejarah ini, penulis yang diilhami Allah ini pertama-tama menulis bagi orang Yahudi terlebih dahulu. Dengan tujuan mengarahkan tulisannya kepada jemaat yang masih seperti bayi, ia melukiskan berbagai hal melalui penampilan luarnya yang bisa dimengerti. Melalui pengungkapan terang ilahi lebih lanjut, kita dibawa ke dalam pemahaman rahasia-rahasia yang ada di balik tulisannya itu. Hal-hal rohani diumpamakan sebagai makanan keras yang belum sanggup mereka cerna, jadi ia menulis kepada mereka seperti kepada manusia duniawi (1Kor. 3:1). Oleh karena itu, ia tidak begitu menekankan perihal kebahagiaan pikiran Adam jika dibandingkan dengan keadaan luarnya. Zaman Musa, termasuk juga hukum Musa, lebih banyak berisi pola-pola hal sorgawi daripada hal-hal sorgawi itu sendiri (Ibr. 9:23). Amatilah,
- 1. Tempat yang ditentukan sebagai kediaman Adam adalah sebuah taman. Bukan sebuah rumah terbuat dari gading ataupun istana berlapis emas, melainkan sebuah taman yang diperlengkapi dan dihiasi dengan alam, bukan dengan seni. Betapa kecilnya alasan manusia untuk menyombongkan gedung-gedung megah dan mewah, apabila ia tidak membutuhkan kebahagiaan manusia dalam keadaan tanpa dosa! Sama seperti pakaian mulai digunakan bersamaan dengan datangnya dosa, demikian pula halnya dengan rumah. Langit merupakan atap tempat tinggal Adam, dan belum pernah terjadi atap diberi langit-langit dan dilukis secermat itu. Bumi menjadi lantainya, dan belum pernah ada lantai yang dihias seindah itu. Bayang-bayang pepohonan menjadi tempat istirahatnya. Di bawahnya terdapat ruang-ruang makan, kamar-kamar tidur, dan belum pernah ada kamar yang memiliki tirai-tirai sebagus ini. Bahkan istana Salomo yang megah itu pun tidak dihiasi seperti itu. Semakin kita bisa menyesuaikan diri dengan hal-hal sederhana, dan semakin sedikit kita memuaskan diri dengan kesenangan-kesenangan semu yang telah diciptakan untuk memuaskan kesombongan dan kemewahan manusia, semakin dekat kita mencapai keadaan tanpa dosa. Alam puas dengan yang sedikit saja dan itulah yang paling alami. Bersyukur dengan keadaan kurang, dan tidak berhasrat lebih bila tidak ada apa-apa.
- 2. Penyusunan dan kelengkapan taman ini merupakan hasil karya langsung hikmat serta kuasa Allah. TUHAN Allah menanami taman ini. Artinya, Ia telah menanaminya, yakni pada hari ketiga, ketika buah-buahan dihasilkan dari tanah. Kita boleh percaya bahwa taman ini pastilah tempat paling sempurna dan menyenangkan di bawah langit, ketika Allah yang mahamencukupi itu merancangnya sendiri untuk memberikan kebahagiaan kepada makhluk ciptaan-Nya yang terkasih, yakni manusia tanpa dosa itu. Selain itu, juga sebagai pelambang dan bayangan akan kebahagiaan yang akan dialami sisa umat terpilih dalam kemuliaan. Tidak ada kesenangan yang bisa sesuai ataupun memuaskan bagi jiwa, kecuali yang telah disediakan dan ditentukan Allah untuk tujuan itu. Tidak ada taman firdaus sejati, kecuali yang ditanami oleh Allah. Cahaya api kita sendiri dan bunga api yang kita nyalakan sendiri akan segera padam sehingga kita berada dalam kegelapan (Yes. 50:11). Ketika itu seluruh bumi bagaikan taman firdaus jika dibandingkan dengan keadaannya setelah manusia jatuh dalam dosa dan sejak air bah melandanya. Taman-taman terindah di dunia ini bagaikan padang belantara jika dibandingkan dengan seluruh permukaan tanah saat itu sebelum dikutuk karena manusia. Namun, semua keindahan itu belumlah cukup. Allah telah menanami taman itu untuk Adam. Orang-orang pilihan Allah akan menerima perkenan istimewa yang akan ditunjukkan kepada mereka.
- 3. Suasana di dalam taman ini sangatlah manis. Letaknya di Eden, yang berarti sukacita dan kenikmatan. Saya rasa di sini taman itu ditunjukkan letaknya dengan cukup banyak tanda serta batas pada masa Musa menuliskannya, guna menunjukkan tempatnya kepada orang-orang yang mengenal daerah itu. Namun, sekarang ini orang-orang yang ingin tahu sepertinya tidak dapat memuaskan diri perihal letak tempat itu. Biarlah yang menjadi kepedulian kita hanyalah untuk memastikan mendapat tempat di taman firdaus sorgawi, sehingga kita tidak perlu membingungkan diri dengan mencari-cari letak taman firdaus duniawi itu. Yang pasti, di mana pun letaknya, taman itu lengkap dengan semua sarana yang diinginkan, dan (tidak seperti rumah ataupun taman mana pun di bumi) tidak terdapat satu pun hal yang menyusahkan di situ. Suasana di taman ini sangat indah dan penuh sukacita serta kemuliaan yang melingkupi seluruh bumi. Tidak diragukan lagi bahwa bumi ketika itu berada di tahap kesempurnaan tertinggi.
- 4. Pepohonan yang ditanam di taman ini.
- (1) Di taman ini terdapat pohon-pohon terbaik dan terpilih yang serasi dengan tanahnya. Taman yang indah ini dihiasi dengan pepohonan yang masing-masing memiliki tinggi, kerindangan, dan warnanya sendiri. Baik dedaunan maupun bunga-bunganya sangat indah dan memesona mata. Taman ini dilengkapi dan diperkaya dengan pohon-pohon yang menghasilkan buah-buahan yang enak dan berguna bagi tubuh, serta cocok sekali untuk dimakan. Sebagai Bapa yang lembut, Allah tidak saja memikirkan manfaat bagi Adam, tetapi bagi kesenangannya juga. Karena tanpa dosa, akan ada kesenangan, bahkan kesenangan sejati yang mengatasi segalanya. Allah berkenan pada kesejahteraan para hamba-Nya dan ingin agar mereka merasa nyaman. Salah mereka sendiri apabila mereka merasa tidak nyaman. Apabila pemeliharaan Allah menempatkan kita di suatu taman seperti Eden yang sarat dengan kesenangan, sudah sepatutnya kita menjadi hamba kepada TUHAN Allah dengan sukacita dan gembira hati, dalam kelimpahan segala hal baik yang diberikan-Nya kepada kita. Namun,
- (2) Di dalam taman itu juga terdapat dua pohon istimewa yang khas. Di bumi tidak lagi terdapat pohon-pohon seperti itu.
- [1] Di situ terdapat pohon kehidupan di tengah-tengah taman itu, yang tidak begitu mengingatkan Adam kepada sumber dan pencipta kehidupannya atau mungkin juga sarana alami untuk memelihara ataupun memperpanjang hidup. Namun, pohon ini terutama dimaksudkan untuk menjadi tanda serta meterai bagi Adam, yang meyakinkannya perihal kelangsungan hidup dan kebahagiaan, bahkan menuju kekekalan serta kebahagiaan abadi, melalui anugerah dan perkenan Penciptanya. Syaratnya, ia harus berusaha keras mempertahankan ketaatan dan keadaan tanpa dosa ini. Dari pohon ini ia boleh memakan buahnya dan tetap hidup. Sekarang ini Kristus-lah pohon kehidupan (Why. 2:7; 22:2), dan roti hidup kita (Yoh. 6:48, 53).
- [2] Di taman itu, juga terdapat pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Pohon itu dinamai begitu, bukan karena mengandung kebajikan yang bisa diperoleh darinya atau untuk meningkatkan pengetahuan yang berfaedah (apabila memang demikian, ia pasti tidak akan dilarang memakan buahnya). Namun, pertama, karena terdapat pewahyuan jelas yang khusus tentang kehendak Allah berkaitan dengan pohon ini, sehingga dengan demikian Adam bisa mengenal budi pekerti yang baik dan yang buruk. Apakah hal yang baik itu? Sungguh baik untuk tidak makan dari pohon ini. Apakah hal yang jahat itu? Sungguh jahat untuk makan dari pohon ini. Perbedaan di antara semua budi pekerti baik dan buruk tertulis di dalam hati manusia secara alami. Tetapi budi pekerti yang dihasilkan dari hukum yang pasti ini, tertulis di pohon ini. Kedua, karena pada kejadian itu, terbukti bahwa buah itu memberi Adam suatu pengetahuan yang berdasarkan pengalaman, bahwa ia kehilangan hal yang baik oleh ketidaktaatannya dan berbuat jahat karena telah merasakan buah itu. Sama seperti kovenan itu tidak saja berkata bahwa siapa yang percaya akan diselamatkan tetapi juga yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16:16), begitu pula halnya dengan kovenan mengenai keadaan tanpa dosa tidak saja mengatakan “Lakukan ini maka engkau akan hidup,” yang dimeteraikan dan ditegaskan melalui pohon kehidupan, tetapi juga, “Langgarlah maka engkau akan mati,” yang ditegaskan kepada Adam melalui pohon yang lain itu: “Sentuhlah buah pohon itu dan tanggung sendiri akibatnya.” Dengan demikian, melalui kedua pohon itu Allah memperlihatkan yang baik dan yang jahat, berkat dan kutuk (Ul. 30:19). Kedua pohon ini bagaikan dua sakramen.
- 5. Sungai-sungai yang mengairi taman ini (ay. 10-14). Keempat sungai ini (atau satu sungai yang bercabang menjadi empat anak sungai) sangat berperan dalam suasana nyaman dan kesuburan taman ini. Negeri Sodom disebut sebagai lembah yang banyak airnya, seperti taman TUHAN (13:10). Perhatikanlah, semua yang ditanam Allah akan dipelihara-Nya dengan tetap mengairinya. Pohon-pohon kebenaran ditanam di tepi sungai (Mzm. 1:3). Di taman firdaus sorgawi terdapat sebuah sungai yang pasti melebihi sungai-sungai ini. Karena sungai itu adalah aliran air kehidupan yang bukan berasal dari taman Eden seperti sungai ini, melainkan mengalir dari takhta Allah dan takhta Anak Domba (Why. 22:1), seperti dalam kota Allah, yang disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai (Mzm. 46:5). Tigris dan Efrat adalah nama sungai-sungai di Babilon, yang bisa juga kita baca di ayat lain. Di tepi kedua sungai inilah orang-orang Yahudi yang ditawan duduk sambil menangis, apabila mereka mengingat Sion (Mzm. 137:1). Namun, menurut saya, mereka mempunyai alasan yang jauh lebih kuat untuk menangis (begitu pula kita) ketika mengingat taman Eden. Taman firdaus Adam sudah berubah menjadi penjara mereka. Alangkah dahsyatnya kerusakan yang terjadi akibat dosa. Dikatakan bahwa di tanah Hawila (ay. 12), emas dari negeri itu baik, dan di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. Tentunya hal ini disebutkan supaya kekayaan tanah Hawila yang dibangga-banggakan itu tampak tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan kemuliaan tanah di taman Eden. Hawila memang memiliki emas, rempah-rempah, dan batu-batu mulia, tetapi di taman Eden terdapat sesuatu yang teramat lebih baik, yaitu pohon kehidupan dan persekutuan dengan Allah. Kita juga bisa mengatakan hal yang sama perihal orang Afrika dan Indian: “Mereka memiliki emas, tetapi kita memiliki Injil. Emas dari negeri mereka memang baik, tetapi kekayaan kita jauh lebih berharga.”
- II. Penempatan manusia di taman firdaus yang menyenangkan itu (ay. 15). Amatilah,
- 1. Bagaimana Allah menyerahkan taman itu kepadanya: TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden (ay. 8, 15). Perhatikanlah di sini,
- (1) Manusia dibentuk di luar taman firdaus itu, sebab sesudah Allah membentuk dia, Ia menempatkannya di dalam taman itu. Manusia terbuat dari tanah liat biasa, bukan dari debu taman firdaus. Sebelum ditempatkan di dalam taman Eden, ia tinggal di luarnya, supaya bisa melihat bahwa semua kenyamanan di taman firdaus itu diperolehnya berkat anugerah Allah yang cuma-cuma. Ia tidak bisa menuntut hak sewa atas taman itu karena ia tidak dilahirkan di tempat itu. Ia juga tidak memiliki apa pun selain yang diterimanya dari Allah. Dengan demikian ia sama sekali tidak bisa membanggakan apa pun.
- (2) Allah yang sama yang telah menjadi pencipta keberadaannya itu adalah juga pencipta kebahagiaannya. Tangan yang membuatnya menjadi makhluk hidup telah menanam pohon itu untuknya, dan menempatkan dia di dekatnya. Hanya Dia yang membentuk kitalah yang mampu membuat kita bahagia. Dia yang adalah pembentuk tubuh kita dan Bapa bagi roh kita, Dia, dan hanya Dia saja, yang mampu menyediakan kebahagiaan tertinggi bagi tubuh dan roh kita.
- (3) Akan sangat baik bagi keadaan apa pun apabila kita telah melihat dengan jelas bagaimana Allah berjalan di depan kita dan menempatkan kita di dalam keadaan yang membahagiakan itu. Jika kita tidak memaksa mendapatkan pemeliharaan-Nya tetapi mengikutinya saja, dan menerima petunjuk arah yang diberikan kepada kita, kita boleh berharap menemukan taman firdaus yang dengan jalan lain tidak akan dapat kita harapkan. Bacalah Mazmur 47:5.
- 2. Bagaimana Allah menentukan usaha dan pekerjaan manusia itu. Allah menempatkan Adam di situ, bukan seperti menempatkan Lewiatan di dalam air supaya bisa bermain di situ, melainkan supaya menghiasi taman itu dan mengurusnya. Firdaus itu sendiri bukanlah tempat supaya ia bisa bebas dari pekerjaan. Perhatikanlah di sini,
- (1) Tidak seorang pun dari kita yang dihadirkan di dunia ini untuk bermalas-malasan. Dia yang menciptakan kita lengkap dengan jiwa dan tubuh, telah memberi kita sesuatu untuk dikerjakan. Dan Dia yang memberi kita bumi ini untuk ditempati telah menyediakan sesuatu bagi kita untuk dikerjakan. Jika keturunan bangsawan, harta berlimpah, daerah kekuasaan yang luas, ketulusan sempurna, kecondongan untuk bersaat teduh, atau keluarga kecil mampu memberi manusia izin untuk bersenang-senang, Adam tidak akan diberi tugas untuk bekerja. Namun, Dia yang telah menjadikan kita juga telah memberi kita tugas untuk melayani Dia dan angkatan kita, serta mengerjakan keselamatan kita. Jika kita melalaikan tugas, kita tidak layak menerima keberadaan kita serta pemeliharaan-Nya.
- (2) Pekerjaan dunia akan berhasil dengan baik apabila dikerjakan dengan ketulusan dan hidup bersekutu dengan Allah. Sementara berada di dunia ini, anak-anak Tuhan serta pewaris sorga mempunyai sesuatu untuk dikerjakan dengan bumi ini, yang patut menerima waktu dan pikiran mereka ini. Jika mereka melakukannya sambil mengingat Allah, mereka juga beribadah kepada-Nya, sama seperti ketika mereka sedang berlutut.
- (3) Panggilan seorang petani merupakan panggilan terhormat yang berlaku sejak zaman dahulu, yang dibutuhkan bahkan di taman firdaus. Taman Eden yang meskipun tidak perlu dibersihkan dari gulma atau rumput liar (sebab ketika itu tanaman berduri belum menjadi gangguan), tetap saja harus ditata dan dipelihara. Alam, bahkan dalam keadaan paling awal sekalipun, menyisakan ruang untuk meningkatkan keterampilan dan ketekunan. Ini adalah panggilan yang pantas dalam keadaan tanpa dosa, untuk membuat perbekalan bagi kehidupan dan bukan untuk hawa nafsu, serta memberi manusia kesempatan untuk mengagumi Sang Pencipta sambil mengakui pemeliharaan-Nya. Sementara tangannya sibuk mengurus pepohonan, hatinya bisa tetap bersama Allah.
- (4) Terdapat sukacita sejati dalam panggilan untuk melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepada kita. Tugas Adam sama sekali bukan menjadi beban melainkan justru menambah kesenangan di taman firdaus. Ia tidak akan bahagia seandainya bermalas-malasan. Hukum ini masih berlaku: Orang yang tidak mau bekerja, tidak berhak untuk makan (2Tes. 3:10; Ams. 27:23).
- III. Perintah yang diberikan Allah kepada manusia dalam keadaan tanpa dosa, dan kovenan yang melibatkan dirinya. Sampai di sini kita telah melihat Allah sebagai Pencipta manusia yang dahsyat dan juga sebagai Pelindungnya yang dermawan. Sekarang Ia tampil sebagai Penguasa dan Pemberi hukum. Allah menempatkan dia di taman Eden, tidak untuk hidup sesuka hatinya, tetapi untuk dipimpin. Sama seperti kita tidak diperkenankan untuk bermalas-malasan di dunia ini, kita juga tidak diperbolehkan bersikap keras kepala dan berbuat sesuka hati. Waktu Allah memberi hak kepada manusia untuk menguasai makhluk-makhluk lain, Ia memberitahukan kepadanya bahwa ia masih berada di bawah kendali Penciptanya.
SH: Kej 2:4-17 - Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja (Sabtu, 1 Februari 2003) Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja
Seperti kemarin, perbandingan antara wawasan dari narasi
penciptaan di kitab Kejadian dengan...
Bukan budak, tetapi juga tidak untuk bermanja-manja
Seperti kemarin, perbandingan antara wawasan dari narasi penciptaan di kitab Kejadian dengan wawasan-wawasan dunia menunjukkan keunikan dan keagungan Allah. Kisah-kisah penciptaan agama-agama politeistis purba menempatkan manusia sebagai diciptakan karena kebetulan, atau paling beruntung sengaja diciptakan untuk menjadi babu dari para dewa-dewi. Wawasan dunia modern masa kini menempatkan manusia sebagai sang Ubermensch, manusia super yang eksis demi kebahagiaan dan memanjakan dirnya sendiri tanpa perlu bertanggung jawab kepada otoritas luar lain selain dirinya sendiri.
Dalam nas ini, nyata bagaimana Allah menciptakan manusia bukan untuk menjadi budak-Nya tanpa kemampuan menikmati hidup, tetapi bukan juga untuk bermanja-manja. Memang taman di Eden itu sangat indah. Ada empat sungai yang mengelilingi taman itu; aliran sungai yang juga menjadi lambang kehidupan yang berkelanjutan di tempat tersebut. Allah juga menumbuhkan berbagai pohon yang buahnya menarik, jelas tidak hanya untuk dimakan manusia, tetapi untuk dinikmati oleh mereka. Tetapi, manusia itu ditempatkan di sana bukan untuk menjalani program pensiun dini Ilahi. Allah memberikan dua tanggung jawab spesifik kepada manusia: pertama, mengusahakan dan memelihara taman Eden yang diciptakan Allah itu (ayat 15, 8). Kedua, diserahi kepercayaan untuk tidak melanggar larangan memakan pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Kedua tanggung jawab ini tidak bersifat menindas, tetapi juga tidak memanjakan dan memberikan kemungkinan bagi pendewasaan manusia. Sayang manusia gagal untuk melakukannya.
Renungkan: Hidup hanya akan terasa lebih hidup bila disertai dengan arah hidup dan kesadaran akan tanggung jawab yang jelas. Arah hidup yang sejati itu hanya dapat ditemukan di dalam anugerah keselamatan Allah melalui Anak-Nya Yesus Kristus.
SH: Kej 2:4-17 - Pribadi yang diciptakan (Kamis, 3 April 2008) Pribadi yang diciptakan
Kisah penciptaan kedua ini mengambil pendekatan yang berbeda. Kisah
penciptaan ini memperlihatkan fokus Allah pada manusia...
Pribadi yang diciptakan
Kisah penciptaan kedua ini mengambil pendekatan yang berbeda. Kisah penciptaan ini memperlihatkan fokus Allah pada manusia. Nama Allah yang dipakai sekarang menjadi TUHAN Allah, yaitu Yahweh Elohim. Nama Yahweh digunakan dalam kitab Kejadian dalam konteks relasi Allah dengan manusia, dan nantinya secara khusus dengan umat pilihan-Nya.
Dalam kisah penciptaan yang pertama, Allah berfirman maka segala sesuatu menjadi ada. Dalam pasal kedua ini, kegiatan Allah dalam penciptaan yang disoroti. Kita melihat manusia sebagai karya tangan Allah. Allah sendiri yang membentuk manusia dari debu tanah, lalu dihembuskan napas kehidupan (ayat 4-7). Allah kemudian membangun bagi manusia taman Eden, suatu tempat kehidupan yang asri dan harmonis (ayat 8-14). Dan nanti, dalam perikop sesudah ini (ayat 18-25), kita memperhatikan kegiatan Allah membentuk wanita, sebagai pasangan serasi manusia.
Manusia menjadi pusat perhatian Allah. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk paradoks. Manusia adalah pribadi yang diciptakan. Ia adalah makhluk yang tergantung sepenuhnya kepada Sang Pencipta. Namun dalam kapasitas sebagai gambar Allah, manusia adalah pribadi yang memiliki kebebasan untuk memilih, baik untuk tunduk pada Allah atau melepaskan diri dari Dia. Tentu saja dengan konsekuensi tertentu. Manusia diberi pilihan untuk taat pada tugas yang diberikan Allah yaitu mengelola taman Eden (ayat 15) dan untuk menahan diri dari apa yang sudah ditetapkan Allah agar tidak dilakukan manusia (ayat 16-17).
Godaan terbesar manusia adalah menolak bergantung pada Sang Pencipta, dan berusaha hidup dengan kekuatan dan kebijakannya sendiri. Hasilnya fatal karena meninggalkan Allah berarti melepaskan diri dari sumber hidup. Kita yang sudah ditebus oleh darah Yesus dan menjadi milik Allah lagi, harus menjalankan hidup dengan memberikan kesaksian pada dunia ini bahwa kita adalah milik Allah.
SH: Kej 2:8-25 - Harmoni dalam ciptaan (Rabu, 5 Januari 2011) Harmoni dalam ciptaan
Urutan penciptaan alam semesta memperlihatkan betapa tingginya hikmat Allah. Sebelum menciptakan benda-benda langit, terlebih d...
Harmoni dalam ciptaan
Urutan penciptaan alam semesta memperlihatkan betapa tingginya hikmat Allah. Sebelum menciptakan benda-benda langit, terlebih dahulu Allah menciptakan terang dan gelap. Sebelum menciptakan burung-burung dan ikan-ikan, Allah terlebih dahulu menciptakan cakrawala dan laut. Dan Ia menyediakan tanah daratan sebelum menciptakan hewan darat dan manusia.
Allah menciptakan wadah tempat mereka hidup terlebih dahulu. Eden adalah taman, tempat Allah menumbuhkan berbagai tanaman. Di antara berbagai tumbuhan di Eden, Allah menempatkan dua pohon: pohon kehidupan dan pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (9). Eden adalah tempat yang dibuat Allah untuk menjadi habitat yang cocok bagi Adam. Di situlah Adam akan bekerja, mengusahakan dan memelihara taman itu (15). Jelas kita baca bahwa kerja bukanlah kutukan bagi manusia akibat jatuh ke dalam dosa. Kerja adalah mandat Allah.
Selanjutnya, untuk pertama kali Allah melihat bahwa ada sesuatu yang tidak baik, yaitu kesendirian manusia. Allah melihat bahwa Adam memerlukan penolong yang setara dengan dia. Penolong di sini bukanlah suatu posisi yang bersifat inferior sebab Allah melihat posisi penolong sebagai posisi untuk melayani, dan melayani adalah sesuatu yang penting dalam pandangan Allah (bdk. Mat. 20:25-28). Mengapa Allah memakai rusuk Adam untuk menciptakan Hawa? Karena meski ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, sesungguhnya mereka berasal dari substansi yang sama. Dalam kesatuan itu, prioritas laki-laki akan berubah, dari keluarganya kepada istrinya. Bukan lagi sebagai anak bagi ayah ibunya, tetapi sebagai pemimpin bagi istrinya. Dan kesatuan antara sang pemimpin dan sang penolong juga bertujuan agar alam ini terpelihara dan dimanfaatkan dengan baik untuk kepentingan manusia juga. Betapa indah harmoni yang Tuhan ciptakan. Apakah keindahan harmoni itu tampak juga dalam kehidupan keluarga Anda? Kiranya Tuhan, yang adalah Kepala di dalam keluarga, menggenapkan maksud-Nya dalam kehidupan keluarga Anda.
SH: Kej 2:8-25 - Makhluk Pekerja (Sabtu, 21 April 2018) Makhluk Pekerja
Dalam bacaan ini, kita menemukan cerita penciptaan yang berbeda dari Kejadian 1. Di sini, manusia diciptakan pertama kali (Kej 2:7). ...
Makhluk Pekerja
Dalam bacaan ini, kita menemukan cerita penciptaan yang berbeda dari Kejadian 1. Di sini, manusia diciptakan pertama kali (Kej 2:7). Setelah itu, Tuhan menciptakan taman di Eden (8). Gambaran yang diberikan tentang Eden adalah taman yang indah dan subur (10-14). Di taman itulah manusia bekerja (15). Pekerjaan manusia adalah merawat taman dan memberi nama pada binatang. Melihat keberadaan manusia, Tuhan menciptakan perempuan sebagai mitra kerja dalam berkarya (20).
Ada banyak orang yang menyebut Tuhan adalah Pekerja Agung (bdk. Yoh 5:17). Karena Tuhan adalah Pekerja, maka Ia juga mengajak manusia untuk bekerja. Di Taman Eden, manusia pertama diberi kesempatan untuk bekerja mengusahakan dan memelihara taman itu (15). Apa yang dilakukan ini adalah pekerjaan terkait dengan pertanian. Selain itu, manusia juga bekerja di bidang peternakan, yang ditandai dengan pemberian nama kepada ciptaan Tuhan lainnya (19). Di tengah kesibukan kerja yang dilakukan, Tuhan menyadari bahwa manusia tidak bisa melakukan segala hal seorang diri. Karena itu, Ia memberikan seorang penolong yang sepadan (20). Penolong berarti mitra, bukan pembantu! Mitra menunjukkan pada status kesejajaran. Bahkan dalam Alkitab, kata "penolong" disematkan untuk Tuhan (lih. Mzm 46:1). Hal itu berarti laki-laki dan perempuan adalah makhluk yang setara dan saling melengkapi. Dengan kehadiran seorang penolong, kerja dan potensi manusia diharapkan menjadi optimal dalam mengusahakan, mengembangkan, dan memelihara ciptaan Tuhan.
Dalam iman Kristen, bekerja bukanlah akibat dosa dan sekadar pemenuhan kebutuhan hidup. Bekerja merupakan tindakan memuliakan Tuhan. Karena itu, seorang yang beriman dan hidup takut akan Allah akan bekerja dengan tekun, baik, jujur, dan bertanggung jawab. Semangat kerja semacam ini akan menghasilkan orang-orang yang mampu mendayagunakan potensinya secara optimal dan menghindari korupsi. Inilah etos kerja yang diharapkan Tuhan. [ASP]
SH: Kej 2:8-25 - Pernikahan yang Dikehendaki Allah (Sabtu, 20 April 2024) Pernikahan yang Dikehendaki Allah
Pernikahan bukan sekadar ikatan komitmen, melainkan inisiatif Allah bagi manusia sejak masa penciptaan.
Allah tahu...
Pernikahan yang Dikehendaki Allah
Pernikahan bukan sekadar ikatan komitmen, melainkan inisiatif Allah bagi manusia sejak masa penciptaan.
Allah tahu bahwa Adam membutuhkan seorang penolong yang sepadan (18). Allah melihat betapa Adam membutuhkannya setelah Adam berinteraksi dengan berbagai ciptaan yang dibawa oleh-Nya (19-20). Maka, Allah menciptakan seorang yang sepadan dengannya, seorang perempuan yang dinamai Hawa.
Allah menciptakan perempuan berbeda dari ciptaan lainnya sebab dia dibuat dari bagian tubuh Adam (21-22).
Dengan kata lain, mereka sesungguhnya adalah satu kesatuan. Ada bagian yang hilang dari Adam yang hanya dapat ditemukan dalam diri Hawa. Mereka adalah satu daging yang tidak terpisahkan.
Lalu, Alkitab mengatakan bahwa keduanya telanjang, tetapi mereka tidak merasa malu (25). Hal ini menunjukkan adanya keterbukaan di antara mereka; tidak ada yang perlu ditutupi atau disembunyikan, masing-masing menjadi apa adanya dan tetap saling mengasihi sebagaimana seharusnya.
Inilah yang semestinya terjadi dalam pernikahan Kristen. Ketika seorang laki-laki dan seorang perempuan bersatu dalam pernikahan yang kudus, mereka pun menjadi satu. Kesatuan ini bukan hanya terjadi secara fisik, tetapi juga secara spiritual. Masing-masing menjadi apa adanya, saling menerima dan saling mengasihi.
Namun, sayangnya, sejak jatuh ke dalam dosa, pernikahan juga kehilangan esensinya. Keterbukaan menjadi sesuatu yang dihindari, entah karena takut direndahkan, ditolak, atau dihakimi. Akibatnya, suami dan istri saling mencurigai, menyalahkan, dan membenci. Tidak ada lagi keintiman dan keutuhan sehingga mereka kehilangan sukacita yang Tuhan sediakan di dalam pernikahan.
Pernikahan seperti apa yang sedang atau akan Anda jalani? Mari kita kembali pada esensi pernikahan yang Tuhan kehendaki. Belajarlah untuk terbuka, saling menerima dan membangun, sehingga pernikahan yang sedang atau akan Anda bangun dapat memuliakan Tuhan serta membawa sukacita ilahi bagi semua yang melihatnya. [STG]
Baca Gali Alkitab 8
Tuhan membuat taman di Eden dan menempatkan manusia di dalamnya. Pada akhir proses penciptaan, Tuhan melihat semuanya "sungguh sangat baik" (Kej. 1:31). Hanya saja, setelah melihat kesendirian Adam di tengah-tengah taman itu, Allah mengatakan: "Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja" (18). Karena itu, Allah menjadikan baginya seorang penolong yang sepadan.
Inilah awal mula perjalanan manusia sebagai sepasang suami dan istri. Allah yang berinisiatif sejak semula mempertemukan dan menyatukan keduanya dengan berkat-Nya.
Apa saja yang Anda baca?
1. Bagaimana Allah mendesain taman di Eden agar taman itu menjadi tempat yang baik bagi manusia? (8-14)
2. Apa tujuan Tuhan menempatkan manusia di taman itu? (15)
3. Apa yang diperbolehkan dan dilarang untuk dimakan oleh manusia dari taman itu? (16-17)
4. Apa yang Allah katakan dan lakukan ketika Ia melihat Adam hanya seorang diri? (18-20)
5. Apa yang Allah lakukan supaya Adam memiliki penolong yang sepadan? (21-22)
6. Apa respons Adam setelah melihat Hawa, dan bagaimana keduanya hidup? (23-25)
Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?
1. Seperti apa pribadi yang dapat disebut sebagai penolong yang sepadan?
2. Apa perintah Allah yang harus kita pegang untuk membangun keluarga Kristen di tengah-tengah dunia ini?
Apa respons Anda?
1. Apa yang seharusnya Anda lakukan ketika Anda mencari pasangan hidup? Apa saja kriteria yang benar dan bagaimana Anda akan menemukannya?
Pokok Doa:
Bersyukur atas pasangan hidup yang telah (akan) Tuhan berikan untuk menemani perjalanan hidup Anda.
Utley -> Kej 2:10-14
Utley: Kej 2:10-14 - --NASKAH NASB (UPDATED): Kej 2:10-1410 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cab...
NASKAH NASB (UPDATED): Kej 2:10-14
10 Ada suatu sungai mengalir dari Eden untuk membasahi taman itu, dan dari situ sungai itu terbagi menjadi empat cabang. 11 Yang pertama, namanya Pison, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Hawila, tempat emas ada. 12 Dan emas dari negeri itu baik; di sana ada damar bedolah dan batu krisopras. 13 Nama sungai yang kedua ialah Gihon, yakni yang mengalir mengelilingi seluruh tanah Kush. 14 Nama sungai yang ketiga ialah Tigris, yakni yang mengalir di sebelah timur Asyur. Dan sungai yang keempat ialah Efrat.
Kej 2:10 "sungai" Ini adalah "cabang-cabang aliran" (BDB 625).
Kej 2:11 "Pison" Secara hurufiah ini adalah "memancar" (BDB 810). Ini mungkin menunjuk pada suatu jalan air atau kanal kuno di Mesopotamia selatan yang disebut "Pisanu."
□ "mengalir mengelilingi" Ini secara hurufiah berarti "melingkar melalui" (BDB 685, KB 738, Qal ACTIVE PARTICIPLE).
□ "Hawila" Secara hurufiah ini berarti "padang pasir" (BDB 296). Ini bukan yang berlokasi di Mesir namun berkaitan dengan Kush dalam Kej 10:7. Istilah ini digunakan lagi di dalam Kej 10:29 bagi suatu padang pasir di Arabia.
Kej 2:12 "damar bedolah" Ini kemungkinan merupakan getah pohon yang wangi (BDB 95). Arti dari kata ini dan kata berikutnya tidak pasti. Beberapa orang mengusulkan bahwa ini seharusnya diterjemahkan sebagai "mutiara- mutiara" (lih. terjemahan Helen Spurrell dan James Moffatt).
□ "krisopras" Seluruh istilah kuno untuk permata sangat tidak pasti (BDB 995). Batuan ini adalah satu dari dua belas batu pada pelindung dada Imam Besar (lih. Kel 28:9). Permata-permata Eden digunakan sebagai penggambaran dalam Yeh 28:13.
Kej 2:13 "Gihon" Secara hurrufah ini berarti "gelembung" (BDB 161). Ini mungkin menunjuk pada suatu jalan air atau kanal di Mesopotamia selatan yang disebut "Guhana."
□ "Kush" Istilah ini digunakan dalam tiga cara dalam PL: (1) di sini Yeh 10:6 dst. untuk menunjuk pada orang-orang Kassite di sebelah timur dari Lembah Tigris; (2) Hab 3:8; 2Taw 14:9 dst.; Kej 16:8; 21:16 untuk menunjuk pada Arabia utara; dan (3) biasanya digunakan untuk menunjuk pada Etiopia atau Nubia di Afrika Utara (BDB 468).
Kej 2:14 "Tigris" Ini secara hurufiah adalah "Hiddekel" (BDB 293).
- NASB, NKJV, NRSV, TEV "Assyria"
- NJB "Asyur"
- JPSOA, NIV "Asyur"
Istilah ini (BDB 78) dapat menunjuk pada (1) suatu orang (contoh. Bil 24:22,24; Hos 12:2; 14:4) atau (3) suatu tanah (lih. Kej 2:14; 10:11; Hos 5:13; 7:11; 8:9; 9:3; 10:6). Dalam konteks ini #2 lah yang paling cocok
"Efrat" Secara hurufiah ini adalah "perath." Ini juga sering disebut "Si Sungai" (lih. Kej 15:18; 1Raj 4:21,24).
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Kejadian (Pendahuluan Kitab) Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian La...
Penulis : Musa
Tema : Permulaan
Tanggal Penulisan: + 1445 -- 1405 SM
Latar Belakang
Kejadian cocok sebagai kitab Perjanjian Lama yang pertama dan sebagai pendahuluan yang hakiki dari seluruh Alkitab. Judul kitab ini di dalam bahasa Ibrani diambil dari kata pertamanya, _bereshith_ ("pada mulanya"). Nama "Kejadian" merupakan terjemahan judul Ibrani itu ke bahasa Yunani dan berarti "asal mula, sumber, penciptaan atau awal dari sesuatu." Kejadian merupakan "kitab permulaan."
Penulisnya tidak disebutkan dalam kitab ini. Akan tetapi, kesaksian lain dalam Alkitab menunjukkan bahwa Musa merupakan penulis seluruh Pentateukh (yaitu, kelima kitab PL pertama) dan oleh karenanya juga Kejadian (mis. 1Raj 2:3; 2Raj 14:6; Ezr 6:18; Neh 13:1; Dan 9:11-13; Mal 4:4; Mr 12:26; Luk 16:29,31; Yoh 7:19-23; Kis 26:22; 1Kor 9:9; 2Kor 3:15). Demikian pula para penulis Yahudi kuno dan para bapa gereja semuanya menyatakan bahwa Musa menjadi penulis/penyusun Kejadian. Karena seluruh sejarah dalam Kejadian terjadi sebelum kehidupan Musa, peranannya dalam menulis Kejadian adalah menyusun, di bawah pengilhaman Roh Kudus, semua catatan lisan dan tulisan yang ada sejak Adam hingga wafatnya Yusuf yang sekarang menjadi isi Kejadian. Yang mungkin merupakan petunjuk dipakainya catatan-catatan sejarah oleh Musa ketika menulis Kejadian ialah bahwa terdapat 11 kali pemakaian "Demikianlah riwayat" atau "Iniliah keturunan" (Ibr. 'elleh toledoth' ) yang dapat diterjemahkan "inilah sejarah oleh" (lih. Kej 2:4; Kej 5:1; Kej 6:9; Kej 10:1; Kej 11:10,27; Kej 25:12,19; Kej 36:1,9; Kej 37:2).
Kejadian mencatat penciptaan, permulaan sejarah manusia, dan asal mula umat Ibrani dan perjanjian Allah dengan mereka melalui Abraham dan leluhur lainnya dengan tepat. Ketepatan sejarahnya selaku Alkitab yang terilham dipastikan dalam PB oleh Tuhan Yesus (Mat 19:4-6; Mat 24:37-39; Luk 11:51; Luk 17:26-32; Yoh 7:21-23; Yoh 8:56-58) dan para rasul (Rom 4:1-25; 1Kor 15:21-22,45-47; 2Kor 11:3; Gal 3:8; Gal 4:22-24,28; 1Tim 2:13-14; Ibr 11:4-22; 2Pet 3:4-6; Yud 1:7,11). Sejarah Kejadian masih diperkuat oleh berbagai penemuan purbakala pada zaman modern. Musa dipersiapkan secara luar biasa melalui pendidikan (Kis 7:22) dan oleh Allah untuk menulis kitab pertama yang unik dalam Alkitab.
Tujuan
Kejadian menyediakan suatu landasan hakiki bagi Pentateukh dan semua penyataan Alkitabiah selanjutnya. Kejadian memelihara satu-satunya catatan yang dapat dipercaya mengenai awal alam semesta, umat manusia, perkawinan, dosa, kota-kota, bahasa-bahasa, bangsa-bangsa, Israel dan sejarah penebusan. Kejadian ditulis sesuai dengan tujuan Allah untuk memberikan umat perjanjian-Nya suatu pemahaman mendasar tentang diri-Nya, ciptaan, umat manusia, kejatuhan, kematian, penghakiman, perjanjian, dan janji penebusan melalui keturunan Abraham.
Survai
Kejadian dengan sendirinya terbagi atas dua bagian utama.
- (1) Pasal 1-11 (Kej 1:1--11:32) memberi suatu pandangan luas mengenai permulaan manusia dari Adam hingga Abraham dan berpusat pada lima peristiwa yang sangat penting.
- (a) Penciptaan: Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk Adam dan Hawa yang ditempatkan-Nya di taman Eden (pasal 1-2; Kej 1:1--2:25).
- (b) Kejatuhan: Melalui pelanggaran mereka, Adam dan Hawa memasukkan kutukan dosa dan kematian ke dalam sejarah manusia (pasal 3; Kej 3:1-24).
- (c) Kain dan Habel: Tragedi ini menggerakkan dua arus utama dalam sejarah: peradaban humanistik dan kaum sisa yang tertebus (pasal 4-5; Kej 4:1--5:32).
- (d) Air bah: Dunia purbakala telah demikian jahat pada waktu angkatan Nuh sehingga Allah memusnahkannya dengan suatu banjir universal, hanya menyelamatkan Nuh yang benar dan keluarganya sebagai sisa (pasal 6-10; Kej 6:1--10:32).
- (e) Menara Babel: Ketika dunia pasca-air bah bersatu dalam penyembahan berhala dan pemberontakan, Allah membubarkan persatuan mereka dengan mengacaukan bahasa dan kebudayaan serta dengan menyebarkan umat manusia ke seluruh penjuru dunia (pasal 11; Kej 11:1-32).
- (2) Pasal 12-50 (Kej 12:1--50:26) mencatat permulaan umat Ibrani dan memusatkan perhatian kepada kesinambungan tujuan penebusan Allah melalui empat bapa leluhur besar -- Abraham, Ishak, Yakub, dan Yusuf. Panggilan Allah kepada Abraham (pasal 12; Kej 12:1-20) dan perlakuan-Nya terhadap Abraham dan keturunannya dalam kaitan dengan perjanjian-Nya merupakan awal yang sangat penting dari pelaksanaan maksud Allah tentang seorang Penebus dan penebusan dalam sejarah. Kitab Kejadian berakhir dengan kematian Yusuf dan perbudakan yang akan datang di Mesir.
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Kejadian.
- (1) Kejadian adalah kitab pertama yang ditulis (mungkin kecuali Ayub), dan mencatat permulaan sejarah manusia, dosa, bangsa Ibrani, dan penebusan.
- (2) Sejarah dalam Kejadian meliputi jangka waktu yang lebih lama dari seluruh sisa Alkitab, dimulai dengan pasangan manusia pertama, berkembang hingga sejarah dunia pra-air bah, dan kemudian menyempit lagi pada sejarah bangsa Ibrani sebagai arus penebusan yang dirunut sepanjang sisa PL.
- (3) Kejadian menyatakan bahwa alam semesta dan hidup di bumi ini adalah jelas karya Allah dan bukan suatu proses lepas dari alam. Lima puluh kali dalam pasal 1-2 (Kej 1:1--2:25) Allah menjadi subyek dari kata kerja yang menunjukkan apa yang dilakukan-Nya selaku Pencipta.
- (4) Kejadian mengisahkan berbagai peristiwa perdana -- pernikahan pertama, keluarga pertama, kelahiran pertama, dosa pertama, pembunuhan pertama, tokoh poligami pertama, alat-alat musik pertama, janji penebusan pertama, dan sebagainya.
- (5) Perjanjian Allah dengan Abraham, yang dimulai dengan panggilannya (Kej 12:1-3), diresmikan dalam pasal 15 (Kej 15:1-21) dan disahkan dalam pasal 17 (Kej 17:1-27), merupakan inti dari seluruh Alkitab.
- (6) Hanya Kejadian menerangkan asal mula kedua belas suku Israel.
- (7) Kejadian menyatakan bagaimana keturunan Abraham akhirnya tinggal di Mesir (selama 430 tahun) dan demikian menyiapkan untuk keluaran, peristiwa penebusan yang utama dalam PL.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Kejadian menyatakan sejarah nubuat penebusan dan seorang Penebus yang akan datang melalui benih wanita (Kej 3:15), melalui keturunan Set (Kej 4:25-26), melalui keturunan Sem (Kej 9:26-27), dan melalui keturunan Abraham (Kej 12:3). PB menerapkan Kej 12:3 langsung pada persediaan Allah untuk penebusan di dalam Yesus Kristus (Gal 3:16,29). Banyak tokoh dan peristiwa dari Kejadian disebut dalam PB berkaitan dengan iman dan kebenaran (mis. Rom 4:1; Ibr 11:1-22), penghakiman oleh Allah (mis. Luk 17:26-29,32; 2Pet 3:6; Yud 1:7,11), dan pribadi Kristus (mis. Mat 1:1; Yoh 8:58; Ibr 7:1).
Full Life: Kejadian (Garis Besar) Garis Besar
I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26)
A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Ke...
Garis Besar
- I. Permulaan Sejarah Manusia
(Kej 1:1-11:26) - A. Asal Mula Alam Semesta dan Kehidupan
(Kej 1:1-2:25) - 1. Ringkasan Seluruh Penciptaan
(Kej 1:1-2:4) - 2. Kisah Penciptaan Adam dan Hawa yang Lebih Lengkap
(Kej 2:5-25) - B. Asal Mula Dosa
(Kej 3:1-24) - 1. Pencobaan dan Kejatuhan
(Kej 3:1-6) - 2. Dampak-Dampak Kejatuhan
(Kej 3:7-24) - C. Asal Mula Peradaban
(Kej 4:1-5:32) - 1. Kain: Kebudayaan Kafir
(Kej 4:1-24) - 2. Set: Kaum Sisa yang Benar
(Kej 4:25-26) - 3. Sejarah Silsilah Bapa Leluhur Pra-Air Bah
(Kej 5:1-32) - D. Air Bah: Hukuman Allah Atas Peradaban Purba
(Kej 6:1-8:19) - 1. Kebejatan Universal
(Kej 6:1-8,11-12) - 2. Nuh: Persiapan untuk Menyelamatkan Kaum Sisa yang Benar
(Kej 6:9-22) - 3. Beberapa Pengarahan Terakhir dan Air Bah
(Kej 7:1-8:19) - E. Permulaan Baru bagi Manusia
(Kej 8:20-11:26) - 1. Keturunan Nuh
(Kej 8:20-10:32; dan khususnya Sem, Kej 11:10-26) - 2. Menara Babel
(Kej 11:1-9) - 3. Hubungan Keluarga Antara Sem dengan Abraham
(Kej 11:10-26) - II. Permulaan Bangsa Ibrani
(Kej 11:27-50:26) - A. Abraham
(Kej 11:27-25:18) - 1. Latar Belakang Keluarga Abram
(Kej 11:27-32) - 2. Panggilan dan Perjalanan Iman Abram
(Kej 12:1-14:24) - 3. Perjanjian Allah yang Resmi dengan Abram
(Kej 15:1-21) - 4. Hagar dan Ismael
(Kej 16:1-16) - 5. Perjanjian dengan Abraham Dimeterai dengan Nama Baru dan Sunat
(Kej 17:1-27) - 6. Janji Abraham dan Tragedi Lot
(Kej 18:1-19:38) - 7. Abraham dan Abimelekh
(Kej 20:1-18) - 8. Abraham dan Ishak, Anak Perjanjian
(Kej 21:1-24:67) - 9. Keturunan Abraham
(Kej 25:1-18) - B. Ishak
(Kej 25:19-28:9) - 1. Kelahiran Esau dan Yakub
(Kej 25:19-26) - 2. Esau Menjual Hak Kesulungannya
(Kej 25:27-34) - 3. Ishak, Ribka, dan Abimelekh II
(Kej 26:1-17) - 4. Sengketa Mengenai Sumber Air dan Perpindahan ke Bersyeba
(Kej 26:18-33) - 5. Ishak Memberkati Anak-Anaknya
(Kej 26:34-28:9) - C. Yakub
(Kej 28:10-37:2) - 1. Mimpi dan Perjalanan Yakub
(Kej 28:10-22) - 2. Yakub dengan Laban di Haran
(Kej 29:1-31:55) - 3. Yakub dan Esau Berdamai Kembali
(Kej 32:1-33:17) - 4. Yakub Kembali ke Tanah Perjanjian
(Kej 33:18-35:20) - 5. Keturunan Yakub dan Esau
(Kej 35:21-37:2) - D. Yusuf
(Kej 37:2-50:26) - 1. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Kanaan
(Kej 37:2-36) - 2. Yehuda dan Tamar
(Kej 38:1-30) - 3. Ujian dan Kenaikan Pangkat Yusuf di Mesir
(Kej 39:1-41:57) - 4. Yusuf dan Saudara-Saudaranya di Mesir
(Kej 42:1-45:28) - 5. Ayah dan Saudara-Saudara Yusuf Pindah ke Mesir
(Kej 46:1-47:26) - 6. Hari-Hari dan Nubuat-Nubuat Terakhir Yusuf dan Kematiannya
(Kej 47:27-50:14) - 7. Ringkasan Yusuf
(Kej 50:15-26)
Matthew Henry: Kejadian (Pendahuluan Kitab)
Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab...
- Di hadapan kita sekarang ada Kitab Suci, atau buku, sebab itulah arti kitab. Kita menyebutnya Alkitab, untuk menunjukkan keunggulannya. Sebab kitab ini adalah kitab terbaik yang pernah ditulis dan yang tiada bandingannya, kitab segala kitab, yang bersinar seperti matahari dalam cakrawala pembelajaran. Buku-buku lain yang berharga dan berguna, seperti halnya bulan dan bintang, meminjam cahaya mereka darinya. Kita menyebutnya Kitab Suci, sebab kitab itu ditulis oleh orang-orang suci, dan digubah oleh Roh Kudus. Kitab itu secara sempurna bebas dari segala kesalahan dan niat jahat. Tujuannya yang nyata-nyata bisa disaksikan oleh pikiran adalah memajukan kekudusan di tengah-tengah manusia. Perkara-perkara besar dari hukum dan Injil Allah di sini dituliskan untuk kita, agar semua perkara itu bisa diringkas dalam kepastian yang lebih besar, agar bisa menyebar lebih luas, bertahan lebih lama, dan bisa diteruskan ke tempat-tempat yang jauh dan masa-masa ke depan dengan lebih murni dan utuh daripada yang mungkin dilakukan melalui laporan mulut dan tradisi. Karena itu, sangat besarlah pertanggungjawaban kita jika sampai perkara-perkara yang perlu untuk damai sejahtera kita ini, setelah diserahkan kepada kita dalam hitam di atas putih seperti itu, kita abaikan begitu saja sebagai perkara yang aneh dan asing (Hos. 8:12). Naskah-naskah atau tulisan-tulisan dari beberapa penulis yang terilhami, mulai dari Musa sampai Rasul Yohanes, digabung bersama-sama dalam Alkitab yang terberkati ini. Di dalam tulisan-tulisan ini cahaya ilahi bersinar secara perlahan-lahan, seperti cahaya pagi, sampai seluruh kumpulan suci ini menjadi lengkap seperti sekarang ini. Syukur kepada Allah, sekarang kita memilikinya di tangan kita, dan tulisan-tulisan itu membuat hari benar-benar cerah, sebagaimana yang kita harapkan terjadi di sisi seberang sorga ini. Setiap bagiannya adalah baik, tetapi semua bagian secara keseluruhan amatlah baik. Inilah pelita yang bercahaya di tempat yang gelap itu (2Ptr. 1:19), dan tanpa Alkitab, dunia ini menjadi tempat yang gelap.
- Di hadapan kita ada bagian dari Alkitab yang kita sebut Perjanjian Lama, yang berisi berbagai perbuatan dan segala kenangan tentang jemaat Allah mulai dari penciptaan sampai mendekatnya kedatangan Kristus dalam rupa daging, yang kira-kira empat ribu tahun lamanya. Kebenaran-kebenaran yang diwahyukan pada waktu itu, hukum-hukum yang ditetapkan pada waktu itu, ibadah-ibadah yang dijalankan pada waktu itu, nubuatan-nubuatan yang diberikan pada waktu itu, dan peristiwa-peristiwa yang menyangkut jemaat khusus itu, pengetahuan tentang semuanya ini disimpan bagi kita sejauh itu dipandang sesuai oleh Allah. Kitab ini disebut perjanjian, atau wasiat (diatheke), sebab kitab itu merupakan pernyataan tetap akan kehendak Allah berkenaan dengan manusia dalam bentuk persetujuan, dan akan berlaku apabila si pemberi wasiat sudah mati, Anak Domba yang telah disembelih sejak dunia dijadikan (Why. 13:8). Kitab ini disebut Perjanjian Lama, dalam hubungannya dengan Perjanjian Baru, yang tidak membatalkan dan menggantikannya, tetapi memahkotai dan menyempurnakannya, dengan mendatangkan pengharapan yang lebih baik itu, yang diperlambangkan dan dinubuatkan di dalamnya. Perjanjian Lama masih tetap mulia, walaupun Perjanjian Baru jauh melampauinya dalam kemuliaan (2Kor. 3:9).
- Di hadapan kita ada bagian dari Perjanjian Lama itu yang kita sebut Pentateukh, atau kelima kitab Musa, hamba Tuhan yang mengungguli semua nabi lain itu, dan yang memperlambangkan Sang Nabi Besar itu. Kitab-kitab Perjanjian Lama ini dibagi oleh Juruselamat kita ke dalam hukum, kitab-kitab para nabi, dan mazmur, atau hagiograf (tulisan-tulisan – pen.), dan kelima kitab ini adalah hukum. Sebab, kelima-limanya tidak saja berisi hukum-hukum yang diberikan kepada Israel, dalam empat kitab terakhir, tetapi juga hukum-hukum yang diberikan kepada Adam, kepada Nuh, dan kepada Abraham, dalam kitab pertama. Kelima kitab ini, sejauh yang kita ketahui, adalah kitab-kitab pertama yang pernah ditulis. Sebab, tidak disebutkan sedikit pun tentang tulisan lain dalam seluruh Kitab Kejadian, tidak pula sampai Allah menyuruh Musa untuk menulis (Kel. 17:14). Dan sebagian orang berpendapat bahwa Musa sendiri tidak pernah belajar menulis sampai Allah menunjukkan kepadanya salinan tulisan-Nya dalam Sepuluh Perintah Allah pada loh-loh batu. Bagaimanapun juga, kita yakin bahwa kelima kitab ini adalah tulisan-tulisan paling kuno yang masih ada sekarang, dan oleh sebab itu yang paling baik dalam memberi kita penjelasan yang memuaskan tentang perkara-perkara yang paling kuno.
- Di hadapan kita ada kitab yang pertama dan terpanjang dari kelima kitab itu, yang kita sebut Kejadian, yang ditulis, menurut sebagian orang, ketika Musa berada di Midian, untuk mengajar dan menghibur saudara-saudaranya yang menderita di Mesir. Tetapi saya lebih berpendapat bahwa ia menulisnya di padang gurun, setelah ia berada di gunung bersama Allah, di mana, ada kemungkinan, ia menerima pengajaran-pengajaran secara penuh dan khusus untuk menuliskannya. Dan, sama seperti Musa membentuk Kemah Suci, demikian pula ia membentuk bangunan yang lebih unggul dan lebih bertahan lama untuk kitab ini, persis seperti rancangan yang ditunjukkan kepadanya di gunung. Rancangan yang diperolehnya di gunung itu lebih baik dalam memastikan kebenaran segala perkara yang termuat di sini daripada yang bisa dipastikan di dalam tradisi-tradisi lain yang kemungkinan diteruskan dari Adam ke Metusalah, dari Metusalah ke Sem, dari Sem ke Abraham, dan seterusnya sampai kepada keluarga Yakub. Kejadian atau Genesis adalah nama yang dipinjam dari bahasa Yunani. Kata itu berarti asal-usul, atau silsilah. Tepatlah kitab ini disebut demikian, sebab kitab ini adalah sejarah asal-usul, mengenai penciptaan dunia, masuknya dosa dan maut ke dalamnya, penemuan-penemuan berbagai keterampilan, munculnya bangsa-bangsa, dan terutama penanaman jemaat Allah, dan keadaannya pada masa-masa awal. Kitab ini juga merupakan sejarah keturunan, yakni keturunan Adam, Nuh, Abraham, dan seterusnya. Ini silsilah tanpa akhir, tetapi berguna. Permulaan Perjanjian Baru juga disebut Kejadian (Mat. 1:1), Biblos geneseos, kitab kejadian, atau silsilah, dari Yesus Kristus. Terpujilah Allah untuk kitab Perjanjian Baru itu, yang menunjukkan kepada kita obat penyembuh, sementara kitab Perjanjian Lama ini membuka luka kita. Tuhan, bukakanlah mata kami, agar kami dapat melihat perkara-perkara yang ajaib baik dari Taurat-Mu maupun dari Injil-Mu!