Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 345 ayat untuk yaitu untuk AND book:[40 TO 66] AND book:42 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Luk 1:22) (jerusalem: tidak dapat berkata-kata) Yaitu untuk mengucapkan berkat yang biasa.
(0.87) (Luk 19:45) (sh: Otoritas Mesias (Minggu, 21 Maret 2004))
Otoritas Mesias

Otoritas Mesias. Pernyataan Kemesiasan Yesus berlanjut sampai ke Bait Allah. Di sini kita melihat bagaimana otoritas Yesus didemonstrasikan dengan mengembalikan tatanan penggunaan bait Allah, yaitu untuk beribadah kepada Allah (doa) dan untuk mengajarkan firman Allah.

Pada masa itu, Bait Allah bukan hanya menjadi pusat ibadah orang Yahudi, tetapi juga pertemuan-pertemuan sosial lainnya, termasuk berdagang bahan-bahan keperluan sehari-hari juga bahan-bahan keperluan ibadah. Persoalannya bukan sekadar masalah jual beli saja, melainkan segala bentuk pemerasan dan tipu daya yang semata-mata untuk menguntungkan para pedagang yang berkolusi dengan para imam. Itulah yang menjadikan Yesus berkepentingan untuk membersihkan Bait Allah dan mengembalikan fungsi semulanya yaitu untuk berdoa (ayat 45-46).

Kebenaran Allah dieksposisi bagi umat supaya jelas kehendak Tuhan dalam hidup mereka. Itulah yang Yesus lakukan. Otoritas firman-Nya begitu jelas, menarik hati dan perhatian rakyat yang hadir.

Tindakan provokatif Yesus jelas untuk menunjukkan kepada kita siapakah sebenarnya pemegang otoritas sejati atas ibadah Israel, Yesus atau para imam dan ahli Taurat. Yesus mengklaim bahwa Dialah yang paling berhak atas otoritas sejati atas ibadah umat. Tindakan ini menyulut tindakan lebih agresif dari pihak lawan. Kematian Yesus sudah ditandai oleh mereka.

Camkanlah: Ada waktunya pengakuan iman yang konfrontatif perlu untuk menegaskan kita di pihak siapa. Siapkah Anda bila saatnya tiba?

(0.87) (Luk 12:38) (full: BERBAHAGIALAH MEREKA. )

Nas : Luk 12:38

Suatu berkat khusus, yaitu kehadiran dan perhatian Kristus, disediakan bagi mereka yang dengan kesiagaan dan kesetiaan sepenuhnya "menanti-nantikan" (ayat Luk 12:36) dan "berjaga-jaga" (ayat Luk 12:37) untuk kedatangan Tuhan kembali selama masa antara kenaikan-Nya ke sorga dan kedatangan-Nya yang kedua kali.

(0.87) (Luk 2:26) (jerusalem: Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan) Terjemahan ini dengan tepat menguraikan ungkapan Yunani (ton khriston kiriou), bdk Kel 30:22; orang yang diurapi Tuhan ialah orang yang disucikan untuk menunaikan tugas penyelamatan; misalnya raja Israel, yang dipilih oleh Yahwe. Akhirnya ungkapan itu khususnya mengenai Mesias yang akan menegakkan Kerajaan Allah.
(0.85) (Luk 6:1) (sh: Sabat untuk manusia (Kamis, 15 Januari 2004))
Sabat untuk manusia

Sabat untuk manusia. Banyak orang yang sangat terikat kepada tahayul. Salah satunya mengenai hari. Misal, pada hari tertentu, seseorang tidak boleh mengenakan pakaian warna tertentu, berbahaya. Kalau dilanggar bisa terkena bencana.

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat juga terikat kepada aturan Sabat. Mereka percaya bahwa aturan Sabat adalah segala-galanya. Keyakinan ini didasarkan pada peraturan Taurat di Perjanjian Lama yang mengatur kehidupan umat Israel dimana Sabat dijadikan hari peristirahatan dan hari ibadah mereka kepada Allah. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pemimpin-pemimpin agama Yahudi ini menjadikan hari Sabat sekadar peraturan yang harus ditaati tanpa tujuan dan makna yang jelas.

Yesus tidak menentang peraturan hari Sabat. Namun, Yesus menegaskan bahwa hari Sabat itu diberikan Allah kepada manusia untuk kebutuhan manusia yaitu kebutuhan untuk beristirahat, untuk beribadah, dan untuk bersekutu dengan Allah. Itulah inti hari Sabat. Itu sebabnya, ketika para murid lapar pada hari Sabat, mereka menggisar gandum supaya bisa memakan bulir-bulirnya (ayat yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1). Mereka tidak melanggar hari Sabat karena yang mereka lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka saat itu. Contoh masa lampaunya adalah Daud dan pengikutnya yang makan dari roti sajian. Itu juga sebabnya mengapa Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat, karena Sabat untuk manusia, dan di situ ada manusia yang memerlukan pertolongan (ayat 9-10).

Dasar lain adalah ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’ (ayat yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">5). Jadi, bukan peraturan itu sendiri yang mengikat mati, tetapi Tuhan yang menciptakan Sabatlah yang menjadi patokannya. Oleh sebab Tuhan sang empunya Sabat berbuat baik pada hari Sabat, maka ‘karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat’ (Mat. 12:12b).

Renungkan: Semua hari Tuhan ciptakan untuk kebaikan kita. Hari Minggu Tuhan ciptakan agar kita memuliakan dan menikmati Dia!

(0.85) (Luk 20:1) (sh: Awas! Penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja (Senin, 10 April 2000))
Awas! Penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja

Awas! Penyalahgunaan kekuasaan dalam Gereja. Tindakan pengusiran para pedagang dari rumah ibadah yang dilakukan oleh Yesus membuka aib para imam kepala, ahli Taurat, serta para pemuka bangsa Israel. Selama ini merekalah yang berkuasa atas seluruh aktifitas dan penggunaan bait Allah. Karena itulah dalam usahanya untuk memberikan serangan balasan, mereka mengajukan pertanyaan: "Siapa yang memberimu kuasa untuk melakukan semua itu?" (yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20:2) Menurut pandangan mereka Yesus tidak mempunyai kekuasaan yang resmi. Jika Ia mengakui, maka mudah bagi mereka untuk menangkap Yesus.

Pertanyaan mereka itu mengungkapkan konsep kekuasan mereka yang salah, yaitu mereka lebih menghargai kekuasaan lembaga. Pertanyaan yang ditujukan kepada Yesus seharusnya adalah: "Apakah tindakan penyucian bait Allah secara moral dan rohani benar?; dan "Apakah tindakan-Nya berdasarkan firman-Nya?" (yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19:46; Yes. 56:7) Yesus menjawab mereka dengan sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan baptisan Yohanes. Karena tidak mau memberikan jawaban yang sebenarnya, mereka mengatakan tidak tahu (ayat 5-7). Sekarang jika benar mereka tidak mempunyai kemampuan secara moral dan rohani untuk memutuskan perkara yang sangat penting (baptisan Yohanes), berarti mereka tidak mempunyai kualifikasi untuk memimpin. Namun ketidaktahuan mereka hanyalah pura-pura, dan ini berarti mereka mengingkari secara sengaja tugas suci sebagai pemuka agama yang resmi. Pertimbangan mereka hanyalah untuk mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya. Agama hanya dijadikan kendaraan politik.

Yesus meresponi kepura-puraan mereka dengan sebuah perumpamaan (ayat 9-19). Inti perumpamaan Yesus mengingatkan masyarakat Yahudi bahwa pemimpin mereka mulai melakukan penyalahgunaan kekuasaannya, dengan mengatakan bahwa penggarap yang diberikan wewenang untuk mengolah tanah justru sepakat untuk menyalahgunakan kekuasaannya demi mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi dengan membunuh anak pemilik kebun anggur sendiri.

Renungkan: Wewenang yang kita miliki baik di dalam gereja maupun dalam lembaga lain haruslah memberikan kita kebebasan untuk menyatakan kebenaran berdasarkan firman-Nya. Jika tidak, maka telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

(0.85) (Luk 10:1) (sh: Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil (Sabtu, 14 Februari 2004))
Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil

Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil. Banyak orang beranggapan bahwa tugas memberitakan kabar baik adalah tugas segolongan orang yang “ahli”. Dalam pengertian bahwa orang-orang tersebut sudah diperlengkapi dengan berbagai pengetahuan dan dididik secara khusus. Buktinya para murid Yesus, yang sebagian besar tidak terpelajar diutus Tuhan untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.

Tindakan Yesus ini memberikan suatu pelajaran penting buat kita yaitu bahwa: pertama, pelayanan tidak dibatasi hanya untuk kalangan para ahli seperti para pendeta saja, majelis saja, atau segelintir orang saja. Tiap orang yang menjadi pengikut-Nya dipanggil-Nya untuk menjadi utusan-Nya (ayat 1). Kedua, prinsip ini juga membuka mata warga gereja, khususnya para pejabat gereja yaitu bahwa dalam gereja Tuhan tidak boleh ada pembagian golongan antara awam dan pejabat Gereja. Semua warga gereja yang sungguh beriman adalah umat Allah yang adalah warga Kerajaan Allah. Kita semua berkehormatan untuk ikut serta mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia ini.

Berita penting lainnya yang diangkat dalam perikop ini selain pemberita Injil adalah berita yang harus disebarluaskan kepada orang lain, yaitu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tugas para pemberita Injil adalah menganjurkan agar orang menerima kasih karunia Allah, beriman kepada Kristus, bertobat, dan diselamatkan. Suatu tugas yang berat dan amat mulia diemban oleh setiap pemberita Injil, setiap orang yang beriman kepada Kristus. Kita semua harus langsung terjun ke dalam arena peperangan rohani. Tetapi kita tidak perlu takut sebab sejak semula Tuhan mengingatkan kita untuk bergantung kepada-Nya saja, bukan kepada hal-hal yang biasa manusia andalkan.

Renungkan: Diterima atau ditolak adalah hal biasa. Yang penting setia mewartakan kebenaran dan sedia menerima konsekuensinya.

(0.85) (Luk 4:18) (full: ROH ... ADA PADAKU. )

Nas : Luk 4:18

Lihat art. YESUS DAN ROH KUDUS.

(0.85) (Luk 16:1) (sh: Penggunaan uang dalam Kekristenan (Sabtu, 1 April 2000))
Penggunaan uang dalam Kekristenan

Penggunaan uang dalam Kekristenan. Cara yang dipakai oleh sang bendahara dalam perumpamaan ini bukanlah cara yang benar. Namun demikian kita bisa meneladani kejelian dan kecerdikannya dalam merencanakan masa depan. Ia menyadari bahwa dia akan segera meninggalkan jabatannya dan tentunya akan kehilangan otoritas di dalam mengelola harta tuannya. Karena itu ia menggunakan kesempatan yang masih ada, untuk menjalin persahabatan dengan menggunakan harta tuan-nya. Tujuannya jelas, supaya ia nantinya mendapat balasan dengan diberi tumpangan.

Apa yang diutarakan dalam perumpamaan ini menggambarkan posisi kita sebagai Kristen dalam hubungannya dengan harta. Tak satu pun harta yang ada pada kita dalam hidup ini adalah milik kita. Kita hanyalah dipercayai untuk mengelolanya. Suatu saat kita akan meninggal-kan semuanya. Karena itu ketika kita masih mempunyai wewenang atas Mamon yang tidak jujur, kita harus menggunakannya untuk membangun persahabatan yang bernilai kekal. Karena itulah penggunaan uang bagi Kristen bukanlah hal yang sepele. Meskipun bila dibandingkan dengan kekayaan sorgawi, nilainya sangat kecil, namun cara kita menggunakan yang sangat kecil ini dapat menunjukkan apakah kita orang yang setia atau tidak (ayat 10-12). Apakah kita adalah hamba yang layak dipercaya untuk mengelola harta titipan "Tuan" kita?

Dalam hal penggunaan harta itu, apakah kita menggunakannya untuk melayani Allah ataukah harta itu akan mempergunakan kita untuk melayaninya? Janganlah kita seperti orang-orang Farisi yang tidak hanya menjadi hamba uang, namun juga kehidupan perkawinannya diwarnai dengan kawin cerai (ayat yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">14, 18). Walau demikian mereka masih menganggap apa yang diajarkan Yesus terlalu kaku sehingga mereka mencemoohnya. Mereka menilai tindakan mereka berdasarkan standar mereka sendiri., sedangkan Yesus menilainya berdasarkan standar Allah yaitu hukum Ilahi yang ideal dan bukan sekadar legalisme atau tradisi.

Renungkan: Manakah yang akan Anda lakukan: menggunakan uang untuk pekerjaan Tuhan seperti membeli Alkitab bagi suku-suku terasing di pedalaman atau menggunakannya untuk kenikmatan pribadi seperti makanan, pakaian, bepergian, dlsb.? Kita perlu menyoroti cara penggunaan uang dengan standar Allah bukan dengan standar kita.

(0.84) (Luk 1:39) (sh: Perspektif dua perempuan pilihan Allah (Kamis, 25 Desember 2003))
Perspektif dua perempuan pilihan Allah

Perspektif dua perempuan pilihan Allah. Dua atau lebih perempuan berkumpul, gosip, atau kabar burung pasti menjadi topik hangat dalam kumpulan itu. Demikian penilaian sinis sebagian orang. Seharusnya penilaian ini tidak tercetus ketika perempuan-perempuan Kristen berkumpul. Justru mereka harus menepis anggapan tersebut dengan menunjukkan bahwa di mana mereka berkumpul, kemuliaan Allah terpancar dalam percakapan mereka.

Maria mengunjungi Elisabet kemungkinan untuk dua hal: (ayat 1). Maria ingin mengungkapkan kebahagiaan dan rasa kasihnya karena sepupunya Elisabet juga mengalami kasih karunia Allah, mengandung anak yang Allah persiapkan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias; (ayat 2). Untuk berbagi pergumulan, karena anugerah Allah atas dirinya. Dua perempuan itu bukan bertemu untuk memperbincangkan hal-hal negatif. Mereka berbagi sukacita dan pergumulan. Seharusnyalah perempuan-perempuan Kristen masa kini, belajar tentang perspektif dari Elisabet dan Maria, dua perempuan pilihan Allah.

Elisabet dan Maria adalah dua perempuan Allah yang bersyukur karena dipilih dan dipercayakan Allah untuk mengandung utusan-utusan Allah: Yohanes sebagai yang mempersiapkan jalan bagi Mesias, dan Yesus adalah Mesias yang akan menyelamatkan seluruh umat manusia. Tidak ada perasaan saling iri, dengki di antara mereka, justru mereka berbahagia karena menerima anugerah yang luar biasa yaitu dipakai Allah untuk melaksanakan rencana-Nya.

Hal menarik yang kita dipelajari dari Maria adalah bahwa kemuliaan yang ia peroleh adalah bentuk perhatian Allah kepada kaum yang lemah dan miskin. Bahkan perhatian-Nya juga meluas kepada seluruh umat Israel yang selama ini hidup dalam penindasan. Dari Maria kita belajar meluaskan wawasan, dan melihat berkat Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri.

Renungkan: Apakah sikap yang tepat terhadap orang yang diberkati Tuhan dan juga terhadap diri sendiri yang juga diberkati?

(0.84) (Luk 6:12) (sh: Kuasa untuk pelayanan (Jumat, 12 Januari 2007))
Kuasa untuk pelayanan

Judul: Kuasa untuk pelayanan Doa adalah salah satu tema utama Injil Lukas. Yesus naik ke "bukit" untuk berdoa kepada Allah semalam suntuk (12), sebagai persiapan untuk memilih kedua belas rasul (13-16) dan untuk pelayanan selanjutnya, baik dalam pengajaran maupun penyembuhan orang sakit (18-19).

Kedua belas rasul dipilih dari antara sekian banyak murid yang mengikut Yesus (13). Mereka disebut "rasul," sebutan yang diberikan kepada orang yang diserahi tanggung jawab sebagai utusan dan saksi (bdk. Kis. 1:21-25). Mereka dipersiapkan untuk melanjutkan pekerjaan Yesus di dunia dan menjadi pemimpin umat Allah yang baru, menggantikan kepemimpinan para pemuka agama Yahudi yang tidak mengakui karya penebusan Allah di dalam Yesus. Pemilihan para rasul dilakukan di atas "bukit," suatu lokasi yang di dalam literatur Yahudi sering dikaitkan dengan penampakan Allah dan pemberian wahyu Ilahi. Itu berarti, mereka dipilih atas kehendak Allah, yang Ia nyatakan kepada Yesus melalui doa (bdk. yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">3:21-22; 5:16-17). Sesudah memilih kedua belas rasul, Yesus turun dari bukit bersama mereka (17a). Melalui doa, Yesus diurapi dengan kuasa untuk pelayanan-Nya, baik dalam mengajar maupun menyembuhkan orang-orang dari segala lapisan masyarakat (17b-19). Kata yang sama, "menyembuhkan," untuk penyakit fisik (18a) dipakai juga untuk pembebasan dari gangguan roh jahat (18b).

Bagi Lukas, kesehatan bukan hanya meliputi unsur fisik atau medis saja, tetapi juga unsur sosial dan spiritual. Orang yang sakit fisik atau dirasuk roh jahat bisa mendapat penderitaan lain, yaitu disingkirkan masyarakat. Kesembuhan mereka berarti pulihnya kembali status dan fungsi sosial mereka dalam keluarga dan masyarakat. Maka di dalam kuat kuasa Roh Allah, Yesus mematahkan kuasa iblis, musuh utama dari karya penebusan dan pemulihan Allah, seperti ditandaskan Lukas di ay. yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19: "dan semua orang itu disembuhkan-Nya."

Renungkan: Pelayanan yang disertai kuat kuasa Allah tidak terlepas dari ketekunan dalam doa.

(0.84) (Luk 16:19) (sh: Hati yang beku (Rabu, 10 Maret 2004))
Hati yang beku

Hati yang beku. Masalah orang kaya di dalam perumpamaan ini adalah hati yang beku, sama sekali tidak peka akan kebutuhan orang di sekelilingnya. Hati beku itu hanya mungkin dimiliki oleh orang yang seluruh hidupnya dikuasai oleh diri sendiri dan kesenangannya, yaitu hidup mementingkan diri sendiri.

Orang kaya ini hidup berkelimpahan (ayat 19). Sementara berpesta pora tidak sedikit pun ia peduli akan seorang pengemis yang hadir setiap hari di dekat pintu rumahnya. Pengemis yang begitu tidak memiliki apa-apa bahkan untuk makan saja menantikan remah atau sisa dari meja orang kaya tersebut. Bahkan pengemis itu dinajiskan oleh anjing-anjing yang menjilat boroknya. Yang lebih mengerikan lagi dari si orang kaya itu, adalah sebenarnya ia mengenal nama si pengemis itu, Lazarus (ayat 24). Berarti ketidakpedulian orang kaya itu bukan karena ia tidak pernah melihat atau bertemu dengan Lazarus melainkan karena ia mengeraskan hati untuk tidak mempedulikannya.

Kesempatan di dunia ini ada batasnya, demikian juga dengan penderitaannya. Lazarus mati dan diangkat malaikat untuk menikmati apa yang tidak pernah dinikmatinya sebelumnya di dunia ini, yaitu kasih dan perhatian, kepedulian terhadap nasibnya. Orang kaya itu mati juga dan sekarang dalam keadaan menderita luar biasa. Sekarang orang kaya itu merasakan bagaimana penderitaan yang dialami Lazarus dahulu, bahkan saya percaya lebih lagi daripada yang dirasakan Lazarus. Sekarang orang kaya itu merasakan betapa sengsaranya tidak dipedulikan Allah! Bukan untuk sementara, tetapi untuk selamanya. Tidak ada yang dapat mencairkan kebekuan hati, kalau itu adalah pilihan yang disengaja! Tidak juga kalau mukjizat kebangkitan orang mati terjadi di depan mata (ayat 31).

Camkanlah: Hanya hati yang masih mau mendengar suara Tuhan akan mampu mendengar jeritan orang lain. Jangan sampai hatimu beku!

(0.84) (Luk 2:1) (sh: Tiga alasan untuk meremehkan Natal (Rabu, 25 Desember 2002))
Tiga alasan untuk meremehkan Natal

Tiga alasan untuk meremehkan Natal.
Pertama, Tempat Kejadian Perkara (TKP) Natal adalah daerah pinggiran. Jauh dari tempat Kaisar Agustus memerintah; jauh dari tempat kediaman sang wali negeri di Siria, bahkan bukan juga Ibukota Yudea, Yerusalem. Jauh dari pentas utama sejarah dunia, regional, maupun nasional. Hanya kota kecil yang bernama Betlehem—kebetulan kampung halaman raja Daud (ayat 4). Kedua, para tokoh utamanya punya latar belakang yang (demi sopan santun) "mencurigakan". Yusuf dan Maria baru bertunangan, tetapi Maria sudah mengandung (ayat 5). Lagipula, orang yang cukup terhormat rasanya masih akan mendapatkan tempat menginap yang cukup layak, apapun situasinya (ayat yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">7b). Ketiga, cara terjadinya Natal. Peristiwa Natal itu mengambil setting, dari berbagai tempat lain yang mungkin, dalam sebuah kandang. Belum lagi melihat tindakan Maria kepada Sang Bayi Natal yang, jujur saja, tidak mungkin dijadikan tindakan pascapersalinan teladan (ayat 7). Inilah kesimpulan yang seharusnya timbul setelah kita membaca nas ini—jika kita melepaskan sejenak gambaran Natal yang kita punyai selama ini, melalui hasil bentukan berbagai lukisan, renungan, drama, film, dll., tentang Natal yang romantis, menggugah, sekaligus agung megah. Mungkin kesan ini pula yang timbul pada saat Teofilus—yang kemungkinan punya kedudukan cukup terhormat—membaca bagian ini. Namun, melalui pembacaan seperti, justru kita (dan para Teofilus di antara kita) lebih mudah untuk menangkap berita Natal dalam cara yang dimaksudkan oleh Lukas. Melalui keremeh-temehan seperti ini, rencana keselamatan Allah yang dahyat, yang telah dijanjikan dengan dahsyat dalam PL, telah diwujudkan. Melaluinya, nyata bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diremehkan, dan berhak menerima pujian dan syukur kita yang terdalam.

Renungkan:
Sama seperti Yesus Kristus yang datang dalam kerendahan—juga dalam kehinaan—demikian juga kita dipanggil untuk bersukacita dalam perendahan diri di hadapan Tuhan. Jagalah agar jangan sukacita Natal Anda justru menjadi pertunjukkan keangkuhan di hadapan orang lain!

(0.84) (Luk 2:8) (sh: Yang terendah untuk yang termulia (Minggu, 26 Desember 1999))
Yang terendah untuk yang termulia

Yang terendah untuk yang termulia Mengapa Lukas perlu menuliskan kejadian yang tercatat dalam perikop ini? Jawabannya terletak pada kata kunci di daerah itu (1). Kelahiran Yesus terjadi di tempat yang terpencil dan jauh dari keramaian orang. Untuk lebih memperkuat fakta itu dan meningkatkan kredibilitasnya (nama baik), maka berita itu perlu diteruskan kepada orang-orang yang berada dekat daerah itu dan masih "terjaga" secara penuh (tidak tidur atau baru bangun dari tidur). Orang-orang yang memenuhi kriteria tersebut adalah para gembala, yang ketika itu sedang menjaga kawanan ternak di daerah itu. Mereka yang merupakan sekelompok orang yang dianggap paling rendah dalam tatanan sosial pada waktu itu telah dipilih Allah untuk menjadi saksi atas peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Jadi, dengan demikian siapa pun kita, Allah dapat memakai-Nya untuk maksud mulia-Nya.

Respons yang lebih baik. Lukas menggambarkan kontradiksi yang indah antara respons kebanyakan orang dan Maria terhadap berita Injil. Lukas dengan indah menggunakan kata untuk mengkontraskan hal tersebut. Orang banyak memberikan respons yang spontan dan terheran-heran, sedangkan Maria merenungkannya. Banyak di antara kita sering mengungkapkan secara emosional dan spontan dalam meresponi suatu berita kesukaan. Namun biasanya ungkapan emosional itu akan cepat sirna karena tidak diikuti dengan perenungan. Keadaan ini akan mengurangi minat kita memahami karya besar Allah. Sudah semestinyalah minat tersebut berakar seperti yang diperlihatkan oleh Maria yaitu pengkontemplasian (perenungan) atas apa yang sudah Allah lakukan dan apa artinya bagi manusia.

Renungkan: Mengimani apa yang sudah Allah lakukan dalam kehidupan umat manusia secara umum dan dalam kehidupan kita secara khusus tidak dapat diimani hanya dengan mengutamakan perasaan. Menghayati dan memahami karya Allah yang Maha Besar melibatkan seluruh keberadaan kita: pikiran, pengetahuan, perbuatan, dan perkataan. Hidup yang mulia bukan karena kemampuan kita, tetapi karya Allah.

(0.84) (Luk 18:18) (sh: Sombong vs rendah hati (Selasa, 16 Maret 2004))
Sombong vs rendah hati

Sombong vs rendah hati. Orang yang sombong biasanya mengukur kesuksesan diri sendiri dengan ukuran yang dipakai oleh dunia ini. Misalnya, dia merasa bahwa dirinya sukses di dunia ini karena memiliki kekayaan, atau kuasa, atau kepintaran yang melebihi rekan sekerjanya, atau orang lain. Tidak jarang orang sombong berusaha menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan akan kesuksesannya.

Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: "apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal" (ayat 18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: "Saya sudah melakukan semuanya" (ayat 21). Cara mengajukan pertanyaan pun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik.

Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (ayat 22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya.

Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (ayat 30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses.

Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan.

(0.84) (Luk 14:28) (full: HARGA KEMURIDAN. )

Nas : Luk 14:28-33

Yesus mengajarkan bahwa barangsiapa ingin mengikuti Dia dan menjadi murid-Nya harus memutuskan lebih dahulu apakah ia telah siap untuk membayar harganya. Harga kemuridan yang sejati adalah mengorbankan semua hubungan dan harta milik, yaitu segala sesuatu yang kita miliki: barang materiel, keluarga, kehidupan, cita-cita, rencana dan kepentingan kita sendiri (ayat Luk 14:33). Ini tidak berarti bahwa kita harus membuang semua yang kita miliki, tetapi segala yang kita miliki harus diserahkan untuk melayani Kristus dan berada di bawah tuntunan-Nya (lih. Mr 13:24; Mat 7:14; bd. Yoh 16:33; 2Tim 3:12).

(0.84) (Luk 18:7) (full: ORANG-ORANG PILIHAN-NYA YANG SIANG MALAM BERSERU. )

Nas : Luk 18:7

Orang pilihan Allah yang sejati (yaitu, mereka yang bertekun di dalam iman dan kesucian) tidak akan berhenti berseru kepada Allah untuk kedatangan Kristus kembali untuk membinasakan kuasa Iblis dan sistem dunia yang jahat yang ada sekarang. Mereka akan bertekun di dalam doa agar "Ia akan segera membenarkan mereka" (ayat Luk 18:8), dan agar Kristus memerintah dalam kebenaran, karena menyadari bahwa hanya kedatangan Kristuslah yang merupakan pengharapan satu-satunya bagi dunia ini (bd. Yoh 14:2; 1Tes 5:2-3; 2Tes 2:8; Wahy 19:11-21).

(0.84) (Luk 11:34) (full: MATAMU ADALAH PELITA TUBUHMU. )

Nas : Luk 11:34

Mata adalah alat tubuh untuk menerima terang. Jika mata itu sehat, maka seseorang dapat sepenuhnya menerima dan menggunakan terang. Jika mata itu cacat, maka kegelapan akan meliputinya dan orang itu tidak dapat melihat untuk berjalan atau bekerja.

  1. 1) Demikian pula, ketika mata rohani orang, yaitu ketika sikap, motivasi, dan keinginan mereka diarahkan kepada kehendak Allah, maka terang Firman-Nya masuk ke dalam hati mereka untuk menghasilkan berkat, buah, dan keselamatan (Gal 5:22-23). Tetapi jika keinginan mereka tidak difokuskan pada perkara Allah, maka penyataan dan kebenaran Allah tidak akan memiliki dampak.
  2. 2) Kita harus menyelidiki kehidupan kita untuk memastikan bahwa mata rohani kita sedemikian rupa sehingga Injil dapat benar-benar menguduskan kita dan membaharui kehidupan batin kita. Apakah kita menanggapi pengajaran dan pembacaan Alkitab dengan roh yang semakin mengasihi Allah, Kristus, dan Firman itu ataukah, walaupun kita menerima berita Injil dan ajaran Alkitab, adakah kematian merajalela di dalam jiwa kita dan apakah kita dibelenggu dosa? Jika keadaan yang terakhir itu yang menguasai diri kita, maka mata rohani kita masih jahat dan seluruh tubuh kita penuh dengan kegelapan. Kita harus mengaku dosa kita, bertobat dan memisahkan diri dari segala kompromi yang memimpin kita kepada kegelapan.
(0.84) (Luk 9:1) (sh: Siapa yang sungguh berkuasa? (Selasa, 23 Januari 2007))
Siapa yang sungguh berkuasa?

Judul: Siapa yang sungguh berkuasa? Sangkaan pribadi tidak selalu sinambung dengan realitas. Ketika kita menyangka diri kuat dan orang lain lemah, tidak jarang kenyataan membuktikan sebaliknya. Ironi kehidupan ini menyeruak ketika kita merenungkan nas ini.

Di satu sisi, Yesus yang kita temui sepanjang pasal yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1-8 jelas-jelas menunjukkan kuasa-Nya dalam berbagai wujud dan kesempatan. Kini, Ia pun memberikan kuasa kepada para murid untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang sakit (1-2). Bahwa mereka sebenarnya tidak berdaya ditandaskan Tuhan bahwa mereka harus mengandalkan keramahan penduduk kota yang mereka kunjungi dan tidak boleh membawa bekal (juga yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">10:4; tetapi lihat yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">22:36-37). Namun para murid menyandang otoritas Kristus sehingga menolak mereka berarti menolak Kerajaan Allah. Maka kedua belas murid yang sempat kurang beriman itu (bdk. yaitu+untuk+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">8:25) kini menjadi orang-orang yang berkuasa. Mereka bukan bangsawan, tetapi dipakai Allah untuk mewartakan Kerajaan-Nya. Sungguh suatu penghargaan yang besar!

Di pihak lain, Herodes adalah seorang raja, yang bahkan berkuasa untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Akan tetapi, kabar yang ia dengar tentang Yesus justru membuatnya gelisah dan makin penasaran ingin bertemu Yesus. Demikianlah kontras antara mereka yang menyambut Tuhan dan menyediakan diri dipakai oleh-Nya dengan orang-orang yang melawan kehendak dan karya-Nya. Kelihatannya mereka kuat, tetapi `kuasa' tidak lebih seperti perhiasan, hanya simbol bagi kesemuan kuasa mereka.

Fakta ini harus jadi penghiburan sekaligus cambuk bagi kita, orang-orang yang Tuhan utus untuk memberitakan kabar baik-Nya di Indonesia ini. Hanya jika kita setia kepada firman dan Sang Pengutus, kita akan terus menerus menerima kuasa untuk berkarya tanpa perlu takut-takut.

Renungkan: Sebagai utusan-utusan-Nya, kita menerima kuasa Tuhan, tidak seperti para penguasa dunia, sehebat apapun mereka. Karena itu beritakanlah Kabar Baik itu!

(0.84) (Luk 1:75) (full: KEKUDUSAN DAN KEBENARAN. )

Nas : Luk 1:75

Tujuan utama penebusan kita adalah pembebasan dari kerajaan Iblis (Kis 26:18) supaya melayani Allah "dalam kekudusan dan kebenaran di hadapan-Nya seumur hidup kita" (bd. Ef 1:4). Setiap anak Tuhan harus berusaha untuk mencapai suatu kehidupan yang kudus dan benar di dalam dunia yang jahat ini. Kehidupan yang kudus ini ada "di hadapan-Nya", yaitu di hadirat Allah.



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA