Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 141 ayat untuk waktu itu AND book:20 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ams 20:17) (sh: Harta + hati yang kotor = bom waktu (Jumat, 11 Agustus 2000))
Harta + hati yang kotor = bom waktu

Siapa yang tidak ingin kaya? Siapa tidak setuju bahwa menjadi orang kaya itu enak? Seorang pernah berkata bahwa dengan menjadi kaya paling tidak menyelesaikan satu masalah hidup.

Yang menjadi masalah adalah jika orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan dalam waktu singkat (23). Kekayaan itu memang akan memberikan kebahagiaan namun bukan untuk waktu yang lama (17). Ironisnya, cepat atau lambat tapi pasti dalam kurun waktu ketika ia masih hidup, kekayaan itu kemudian akan berubah menjadi sesuatu yang mengganggu, menyakitkan, membahayakan, bahkan menghancurkan sang pemilik sehingga orang yang memilikinya nampaknya harus membuangnya jika `giginya' tidak mau hancur berantakan (17). Anda tentunya dapat melihat contohnya di negara kita bukan? Seseorang yang dalam waktu yang tidak lama dapat mengumpulkan kekayaan dalam jumlah yang sangat fantastis, pastilah menggunakan cara-cara yang tidak halal entah secara halus atau terang-terangan. Namun harta itu justru menjadi pintu bagi masuknya kecaman, caci-maki, hujatan, dan kutukan dari orang-orang yang mengenalnya baik tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, terhormat atau rakyat jelata (21). Betapa sengsaranya mempunyai kekayaan yang didapat dengan cara menista Allah (23).

Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa harta itu di dalam dirinya sendiri tidak menyediakan kenikmatan yang didambakan manusia. Kenikmatan hanya dapat diperoleh jika manusia yang mempunyai harta itu mempunyai catatan hati yang bersih, hati yang penuh kasih, dan setia (28). Dan Allah menjamin bahwa anak-anak-Nya dapat menjadi orang kaya yang dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan dari kekayaannya, karena pelita Tuhan ada dalam diri manusia. Pelita inilah yang akan menerangi hatinya, dan menunjukkan jalan yang benar untuk memperoleh harta yang sejati (27).

Renungkan: Judul uraian hari ini memang sengaja menggunakan rumusan matematika. Sebab apa yang dipaparkan oleh Amsal kita hari ini bersifat pasti seperti sifat dari ilmu matematika. Banyak contoh di dalam masyarakat kita. Akankah Anda berniat menambahkan jumlah yang sudah banyak itu?

(0.94) (Ams 8:1) (sh: Wejangan hikmat (Minggu, 1 Agustus 1999))
Wejangan hikmat

Kembali kita diperhadapkan pada wejangan hikmat, suatu nasihat dan peringatan Tuhan. Pada ayat waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">1-3 dijelaskan bahwa hikmat yang berseru-seru di segala tempat dan waktu itu ditujukan kepada semua orang. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Tuhan senantiasa menyampaikan nasihat dan perintah-Nya untuk kebaikan umat manusia. Bagian ini senada dengan ucapan Yohanes Pembaptis tatkala ia berseru-seru dalam rangka mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Sesungguhnya hikmat itu tak jauh dari manusia, karena ada di sekitar manusia. Hikmat telah tersedia dan diberikan kepada manusia. Seorang yang menyadari kebutuhannya akan hikmat, akan mencari dan mendapatkan. Setelah didapatnya, maka hikmat itu adalah sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya, yang tak dapat disamakan dengan apa pun juga.

Nilai suatu hikmat. Kalau kita meneliti wejangan hikmat seperti yang diungkapkan dalam bacaan hari ini, tentu kita sepakat mengatakan betapa berharganya hikmat itu. Dalam ayat waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">11 dikatakan bahwa nilai hikmat lebih besar daripada permata, bahkan semua yang menjadi keinginan manusia pun tidak dapat dibandingkan dengan nilai hikmat itu. Hikmat tidak dapat dibeli dengan uang karena terlalu berharga. Permata dan emas pilihan yang di mata manusia sangat berharga dan terlalu tinggi daya belinya, tetap bukan tandingan hikmat. Hikmat tidak akan dimiliki orang yang mengandalkan kekayaan, kekuasaan, kepandaian, atau kedudukannya; tetapi menjadi milik orang yang hidup takut akan Tuhan, yaitu: yang membenci kejahatan, membenci kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat. Orang yang menghargai hikmat akan hidup dalam pimpinan hikmat-Nya, sehingga hidupnya menjadi berharga di mata Allah dan manusia.

Renungkan: Sepanjang hidup Anda, sudahkah Anda merasa bahwa hidup ini sangat berharga? Di mata dunia ataukah di mata Allah? Bagaimana Anda meresponi wejangan hikmat hari ini?

Doa: Ya, Tuhan, kuasailah diriku dengan hikmat Ilahi-Mu.

(0.93) (Ams 1:1) (sh: Perbedaan pengetahuan dan hikmat (Sabtu, 15 November 2003))
Perbedaan pengetahuan dan hikmat

Pengetahuan diidentikkan dengan informasi yang tepat, sedangkan hikmat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat. Di kitab Amsal, Raja Salomo tidak membedakan keduanya; istilah pengetahuan dan hikmat dipakai silih berganti untuk mewakili makna yang sama yakni bijaksana. Hikmat berawal dari kemampuan untuk melihat dan mendengarkan. Pada waktu Salomo diangkat menjadi raja, ia berdoa, “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham …” (ayat 1Raj. 3:9). Kata “paham” di sini berasal dari akar kata “mendengar”, tetapi bukan asal mendengar, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Orang yang bodoh—tidak berhikmat—tidak bersedia mendengarkan siapa pun termasuk Tuhan. Orang yang tidak mendengarkan Tuhan, Sang Sumber hikmat, adalah orang yang tidak takut kepada Tuhan. Ada orang yang kaya namun bodoh dan ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi bodoh; ternyata, kaya dan cerdas tidak sama dengan bijaksana. Hikmat tidak diperoleh lewat kekayaan atau kecerdasan; hikmat didapatkan dari takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang dipimpin oleh Tuhan; setiap langkah yang diambilnya merupakan hasil tuntunan Tuhan dan Tuhan tidak akan membiarkannya tersesat.Orang yang bijak adalah orang yang “tahu diri”—ia menyadari keterbatasannya; itu sebabnya ia bersedia menerima didikan baik dari Tuhan maupun sesamanya. Sebaliknya, orang bodoh adalah orang yang “tidak tahu diri”—ia tidak menyadari keterbatasannya dan menganggap diri mengetahui segalanya.

Renungkan: Dalam mengambil keputusan, jangan cepat-cepat berkata, ya atau tidak. Jawablah dengan, tunggu!—menunggu kehendak dan pimpinan Tuhan. Inilah awal dari hikmat.

(0.93) (Ams 25:1) (sh: Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran (Selasa, 31 Oktober 2000))
Tokoh bukan karena kekuatan tetapi karena kebenaran

Kokohnya sebuah kerajaan bergantung pada raja yang memerintah. Bila raja memerintah dengan menyalahgunakan kekuatan semata demi kejayaannya, maka pada suatu waktu rakyatnya akan memberontak, dan tergulinglah kejayaannya. Bila raja memerintah semata untuk menyenangkan hati rakyat, maka suatu waktu ia akan mengalami kesulitan besar menghadapi berbagai kemauan rakyat yang tidak sama. Kedua sikap ini berakibat kegagalan dan kehancuran. Jika demikian, bagaimana caranya seorang raja memerintah dengan baik?

Penulis Amsal mengatakan bahwa kemuliaan raja bukan terletak pada kekuatan dan kejayaan secara materi, tetapi bagaimana ia mengokohkan takhtanya di atas kebenaran. Ia menyelidiki segala sesuatu dengan cermat, apakah ada ketidakbenaran, ketidakadilan, penyimpangan hukum, rencana-rencana jahat yang tersembunyi, pelecehan hak dan kewajiban, dll. Berdasarkan penyelidikan yang cermat, ia tidak mengambil tindakan gegabah. Segala ketidakbenaran dan penyimpangan akan ditindak dengan tegas, sehingga kebenaran dan keadilan kembali ditegakkan. Ia pun tak segan-segan menyingkirkan para provokator dan pelaku kejahatan, agar kejahatan tidak merajalela di dalam kerajaannya. Ia berani memecat para pejabat kerajaan bila mereka ternyata telah menyalahgunakan kekuasannya, sekalipun mereka pernah berjasa bagi raja atau kerajaannya. Ia tak pandang bulu dalam mempertahankan kebenaran dan keadilan. Demikianlah kerajaannya tetap kokoh di atas kebenaran.

Karena itu di hadapan seorang raja atau pembesar, janganlah berlagak penting sehingga menempatkan diri sesuai penilaian diri. Bagaimana pun penilaian orang lain terhadap diri kita tidak selalu sama dengan kita menilai diri sendiri, bisa lebih positif tetapi bisa

juga lebih negatif. Betapa malunya kita bila telah menempatkan diri lebih dari penilaian orang lain, sehingga kita merasa direndahkan. Oleh karena itu, lebih baik kita mawas diri agar tidak dipermalukan, dan biarlah orang lain yang memberi tempat terbaik sesuai dengan penilaian mereka.

Renungkan: Janganlah berhenti berdoa bagi para pemimpin bangsa kita agar mereka berani dan rela menegakkan kebenaran dan keadilan. Karena pemerintahan yang kokoh dipimpin oleh pemimpin yang berani dan rela menegakkan kebenaran tanpa pandang bulu.

(0.93) (Ams 1:8) (sh: Jalan pintas (Minggu, 16 November 2003))
Jalan pintas

“Jalan pintas” seringkali menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin cepat memperoleh hasil atas usahanya. Misalnya, kaya dalam waktu singkat, menjadi juara dengan usaha minimal, cantik dengan perombakan sekejap, dan lain sebagainya. Jalan pintas tidak selalu merupakan jalan dosa; namun mentalitas jalan pintas berpotensi besar membawa orang ke jalan dosa. Loba atau tamak adalah salah satu buah mentalitas jalan pintas. Orang yang loba mudah terpeleset jatuh ke lubang dosa. Ia menghalalkan segala cara demi hasil yang memuaskan. Ia tidak segan mengorbankan kepentingan bahkan nyawa orang lain guna mencapai tujuannya (ayat waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">11-14).Firman Tuhan mengajarkan bahwa sebenarnya orang yang menempuh jalan pintas sedang “menghadang darahnya sendiri dan mengintai nyawanya sendiri.” (ayat waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">18) Artinya, orang ini tengah berjalan menuju kematian. Ia lupa bahwa Tuhan melihat dan mencatat perbuatannya. Suatu hari kelak, Tuhan akan membuat perhitungan dengannya. Kalaupun sekarang Tuhan belum bertindak, itu dikarenakan Tuhan sabar dan sedang memberinya kesempatan untuk bertobat. Hitler adalah orang yang tamak akan kekuasaan, ingin menguasai seluruh dunia dalam genggaman tangannya. Akan tetapi bagaimana akhir hidup Hitler? Bunuh diri dan semua hasil usahanya lepas dari genggaman tangannya. Orang yang bijak adalah orang yang menerima porsi yang Tuhan tentukan baginya.

Renungkan: Jika jalan pintas terbuka, bertanyalah kepada Tuhan, “Apakah ini jalan-Mu”? Jika bukan, tinggalkanlah jalan itu.

(0.93) (Ams 8:22) (jerusalem: TUHAN telah menciptakan aku) Hikmat-kebijaksanaan diperorangkan. Dalam Ams 14:1 pempribadian semacam hanya sarana kesusasteraan belaka. Tetapi semenjak masa pembuangan gagasan itu berkembang. Waktu itu syirik bukan lagi suatu ancaman bagi tauhid Yahudi. Dalam Ayu 28 dan Bar 3:9-4:4 hikmat-kebijaksanaan nampak sebagai sesuatu yang sangat bernilai, tetapi lain dari Allah dan di luar manusia. Sebaliknya, dalam Ams 1:20-33,3:16-19 dan bab 8-9 ini hikmat nampak sebagai pribadi. Dalam bab 8 hikmat itu sendiri membuka rahasia asal-usulnya (diciptakan sebelum segala makhluk, Ams 7:22-23): ia berperan dalam menciptakan alam semesta, Ams 8:27-30, dan sebagai pembimbing mengantar manusia kepada Tuhan, Ams 8:31,35-36. Yesus bin Sirakh masih mengembangkan ajaran itu lebih lanjut, Sir 1:1-10 masih berdekatan dengan pikiran Ayu 28. Tetapi Sir 4:11-19; 14:20-15:10 dan terutama Sir 24:1-29 (bdk Sir 24:1) melanjutkan pikiran yang tercantum dalam Ams 8. Sehubungan dengan semua nas yang memperorangkan hikmat-kebijaksanaan, perlu dicatat bahwa agak sukar menentukan di mana pempribadian itu hanya sarana kesusasteraan untuk mengungkapkan gagasan keagamaan yang tradisionil, dan di mana ada pikiran dan pewahyuan baru. Akhirnya Wis 7:22-8:1 menyebut hikmat-kebijaksanaan sebagai "pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa" dan keterangan ini berkesan bahwa hikmat-kebijaksanaan dibicarakan dapat dimengerti begitu rupa sehingga hikmat tampil sebagai sifat Allah dan juga sebagai pribadi ilahi. Ajaran mengenai hikmat yang tercantum dalam Perjanjian Lama itu diambil alih dalam Perjanjian Baru, lalu diperkembangkan lebih jauh lagi dengan menghubungkannya dengan Yesus Kristus. Yesus diperkenalkan sebagai hikmat-kebijaksanaan Allah, Mat 11:19; Luk 11:49; bdk Mat 23:34-36; 1Ko 1:24-30. Karena Dia itu hikmat, maka Kristus berperan dalam menciptakan dan mempertahankan alam semesta, Kol 1:16-17, dan dalam mengantar umat Israel ke luar dari perbudakan, 1Ko 10:4; bdk Wis 10:17. Prakata injil Yoh 1:1+, memberi Firman Allah semua sifat dan ciri yang ada pada hikmat-kebijaksanaan yang menciptakan. Seluruh injil Yohanes selanjutnya menyoroti Kristus sebagai hikmat-kebijaksanaan Allah, bdk Yoh 6:35+. Begitu tradisi Kristus mulai dengan Yustinus dapat berkata bahwa hikmat-kebijaksanaan yang tampil dalam Perjanjian Lama sebenarnya tidak lain kecuali Kristus. Melalui jalan akomodasi liturgi mengetrapkan Ams 8:22 dst pada Maria sebagai pembantu dalam karya penebusan seperti hikmat-kebijaksanaan menjadi pembantu dalam karya penciptaan
(0.92) (Ams 12:1) (sh: Garis pemisah yang jelas (Kamis, 27 Juli 2000))
Garis pemisah yang jelas

Satu topik yang banyak diberikan perhatian oleh raja Salomo adalah orang benar. Orang benar merancangkan keadilan (5) bukan kejahatan. Sebab orang benar sungguh peduli kepada keadilan (waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">18:5). Di samping itu orang benar sangat peduli kepada mereka yang membutuhkan uluran tangannya karena itu orang benar selalu bermurah hati kepada siapa saja tanpa terkecuali (10). Mereka juga benci kepada dusta dan ketidakjujuran (waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">13:5). Oleh sebab itu apa pun yang dilakukannya selalu mengandung kebenaran bukan kekejian atau pun kejahatan (waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="">11:3; 15:19). Bahkan perkataannya pun berguna bagi hidup orang lain (6).

Namun manusia zaman sekarang sinis terhadap orang benar. Firman Tuhan jelas menentang keyakinan itu. Orang benar akan tetap merasa aman dan tak tergoyahkan sementara rekannya akan rubuh ketika goncangan-goncangan melanda manusia (3). Masa kejayaan dan keberadaan orang fasik tidak akan langgeng, namun kejayaan dan keberadaan orang benar malah sebaliknya (7). Jika melakukan usaha, orang benar akan berhasil walaupun mungkin harus membutuhkan waktu yang lama (12). Sedangkan orang fasik yang nampaknya berhasil mencapai kesuksesan secara singkat namun tidak akan langgeng (7, 12). Walaupun tidak kebal terhadap kesukaran tetapi akhirnya orang benar akan keluar dari kemelut yang menyelimutinya (13).

Garis pemisah antara orang benar dan orang fasik sangat jelas walaupun masyarakat sekarang berusaha untuk mengaburkannya. Mereka menyebut tindakan penggelapan atau pemakaian uang negara dengan `salah prosedur'. Mereka mempersiapkan, merencanakan, dan melakukan tindakan kekerasan di bawah payung `demokrasi' dan perlindungan hak asasi manusia. Tindakan kejahatan dan korupsi yang jelas-jelas melanggar norma-norma dan nilai-nilai etis masyarakat, dibenarkan karena dilakukan sesuai dengan undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan presiden yang sudah disahkan oleh lembaga tertinggi negara. Namun Allah tidak dapat didustai dan diperdayai dengan cara apa pun.

Renungkan: Siapa pun kita yang memilih untuk menjadi orang benar yakinlah bahwa berkat sedang dan akan dilimpahkan kepada kita. Sedangkan siapa pun yang menolak kebenaran akan menerima apa yang patut mereka terima.

(0.92) (Ams 3:11) (sh: Peringatan Tuhan (Sabtu, 24 Juli 1999))
Peringatan Tuhan

Seperti seorang ayah yang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, demikian pulalah Allah Bapa kita. Sekali waktu bila kita lupa apa yang harus kita lakukan dan karena itu kita mengalami sesuatu yang mungkin merupakan peringatan dari Tuhan, segeralah putar haluan! Sadar dan beralihlah kembali pada jalan-Nya! Hal ini menunjukkan bahwa Allah masih mengasihi dan memperhatikan kita. Tetapi bila kita tetap tidak menyadari hal ini, sangatlah mungkin kita telah melupakan jalan-Nya hingga akhirnya kita tidak lagi mempunyai pengertian akan yang benar dan yang salah.

Kebijaksanaan dan pengertian. Sikap bijaksana dan penuh pengertian dalam mengambil keputusan sangatlah perlu diperhatikan. Kita menyadari bahwa kita hidup di tengah lingkungan yang senantiasa membawa kita pada arus yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Jaminan penyerahan dan perlindungan Tuhanlah, yang menjadi dasar bagi kita untuk melawan arus dunia dan tetap berjalan dalam jalan-Nya. Berdoalah dan mintalah selalu petunjuk Allah Bapa. Allahlah sumber kebijaksanaan, pengertian dan pengetahuan. Kita tidak akan terpengaruh oleh sekeliling kita, bila kita berpegang pada Allah Bapa.

Doa: Ya Bapa, berilah selalu terang-Mu untuk menuntun hidupku. Berilah pengertian dan kearifan dalam tiap langkahku.

(0.91) (Ams 19:18) (sh: Harus berani sebelum terlambat (Rabu, 9 Agustus 2000))
Harus berani sebelum terlambat

Sebagai orang-tua, mendisiplin anak adalah kewajiban yang tidak gampang. Karena emosi dan perasaan memberikan pengaruh yang besar. Ada orang-tua yang karena terlalu sayang kepada anaknya, mereka cenderung menuruti semua kemauan anaknya. Namun ada juga orang-tua yang karena terlalu kesal dan jengkel terhadap ulah anaknya yang sangat bandel hingga timbul rasa benci terhadap anaknya.

Ada 3 tindakan wajib yang harus dijalankan oleh orang-tua agar sang anak tumbuh menjadi seorang yang bijak di masa depannya, yaitu nasihat, didikan, dan hajaran (18, 20). Ketiga hal itu harus dilakukan oleh orang-tua selagi masih ada harapan dan kesempatan. Sebab orang-tua hanya memiliki hari ini bukan kemarin atau esok hari. Orang-tua juga tidak mungkin melahirkan anaknya kembali. Amsal memaparkan keadaan terlambat yang akan terjadi jika orang-tua tidak berani melakukan 3 tindakan wajib di atas. Pertama, anak-anak akan tumbuh menjadi manusia malas. Amsal menggambarkannya sebagai orang yang pilih kelaparan daripada melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri (24). Kedua, anak-anak akan tumbuh menjadi manusia yang tidak bisa hidup menurut norma-norma masyarakat yang berlaku sebab ia mempunyai norma-norma dan nilai-nilai sendiri (26). Bagaimana masa depan anak-anak kita jika mereka tumbuh dan berkembang dengan 2 keadaan terlambat tadi. Lalu bagaimana masa depan bangsa dan negara kita? Namun jangan karena ketakutan dan demi harga diri si orang-tua sendiri, maka mereka mengharapkan suatu perubahan yang drastis dari sang anak. Mereka cepat sekali marah (19), jika sang anak tidak segera menampakkan perbaikan sikap dan tingkah laku. Sehingga mereka akhirnya memutuskan hukuman yang tidak lagi bertujuan untuk masa depannya namun untuk `menghancurkan' anaknya sendiri (18). Ingatlah bahwa anak juga perlu waktu untuk mempelajari sikap dan tindakan orang tua terhadapnya, disamping belajar untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri (25).

Renungkan: Sebagai orang-tua Kristen ada tugas yang paling utama yang harus dilakukan yaitu membimbing dan memimpin anak menuju kepada hidup. Karena itu 3 tindakan wajib orang-tua harus mempunyai tujuan agar anak-anak takut akan Tuhan (23).

(0.82) (Ams 16:26) (ende)

Maksudnja: kelaparan itu mengadjak orang untuk bekerdja.

(0.80) (Ams 9:2) (ende: mentjampur anggur)

Sebelum diminum anggur itu ditjampur dengan air.

(0.80) (Ams 24:28) (jerusalem: tanpa sebab) Menurut terjemahan Yunani ungkapan itu berarti: saksi dusta.
(0.80) (Ams 17:8) (ende)

Sebagaimana, menurut anggapan rakjat, tjintamani itu selalu berhasil, sedemikianpun uang suap itu mahakuasa menurut anggapan orang, jang menggunakannja.

(0.78) (Ams 1:1) (ende)

AMSAL SULAIMAN

PENDAHULUAN

Bagian2 tertua dari kesusasteraan Kebidjaksanaan Hibrani dengan djelasnja terdapat dalam kitab jang berdjudul "Amsal Sulaiman". Didalamnja kita dapati permulaan tertulis dari arus jang mengalir sampai ke-abad2 belakangan sebelum Perdjadjian Baru, jaitu sampai ke kebidjaksanaan Putera Sirah dan kitab Kebidjaksanaan. Arus ini terdapat atas sedjumlah besar "orang2 kebidjaksanaan" anonim, jang mentjatat pengalaman2 serta renungan2nja untuk murid2nja dan angkatan jang akan datang. Mereka merupakan suatu golongan tersendiri didalam rakjat Israil, jangberlainan sekali dengan penulis sedjarah, apalagi dengan para nabi. Orang2 jang berwatak sedang ini dan, kendati bertakwa benar, tetapi tjukup menaruh perhatian jang praktis dan duniawi, sangat boleh djadi harus ditjari dikalangan isi istana, dimana mereka bertindak selaku pendidik para pegawai administrasi dan politik dan mungkin djuga memegang sendiri djabatan administrasi dan politik. Tidak djaranglah kalangan ini bertentangan dengan lingkungan nabi2 jang djauh lebih bersemangat dan lebih radikal.

Adapun arti kata Hibrani untuk "amsal" sukar dibentangkan dengan beberapa patah kata sadja. Kata ini melingkupi suatu rentetan jang ber-matjam2 artinja. Kadang2 berarti "peribahasa rakjat", ungkapan tadjam atau teka-teki dan sindiran. Perumpamaan, parabel dan kiasan dinamakan begitu pula, bahkan djuga uraian danpidato jangagak pandjang. Suatu djenis chusus ialah apa jang disebut "pepatah bilangan", jang djuga lambat-laun disempurnakan. Semua "amsal" ini dapat bertahan ber-abad2 lamanja dan djuga berkembang labih landjut. Rupanja merupakan bentuk jang djitu untuk menarik perhatian dan untuk menghafalkan adjaran jang tertjantum didalamnja. Semua bentuk itu terdapat pula dalam kitab Amsal.

Sebab kitab ini bukan hasil karya satu orang pengarang dan bukan pula dari satu generasi "orang2 bidjaksana". Sungguhpun kitab ini berdjudul "Amsal2 Sulaiman", namun ini se-kali2 tidak berarti, bahwa semua kumpulan bersumberkan "Bapak Kebidjaksanaan" itu, meski setjara tak-langsung sekalipun. Dua bagian, jang dapat dibedakan dengan djelas dandjuga merupakan bagian2 jang terbesar dari kitab ini (10-22,16 dan 25-29), berdjudul pula "Amsal2 Sulaiman" (10,1 dan 25,1). Ini bagian2 jang tertua dari kitab tadi, dan amsal2 didalamnjapun nampaklah primitif sekali bentuknja, baik mengenai isi maupun tjoraknja, umumnja pepatah jang terdiri dua baris, jang berdjadjaran tanpa banjak gandingannja satu sama lain. Kebanjakan djuga bersifat populer dan praktis. Bahwasanja sebagian dari antaranja berasal dari Sulaiman, tidaklah mustahil, tetapi ada banjak djuga jang anonim sama sekali dan ditjatat dari mulut rakjat. Tentang kumpulan kedua dinjatakan dengan djelasnja, bahwa itu disusun oleh pegawai2 radja Hizkia, djadi beberapa abad sesudah Sulaiman.

Kemudian kedua kumpulan itu ditambah dengan lampiran2 jang berlainan pengarang atau penghimpunannja. Kumpulan pertama ditambah dengan "Perkataan para bidjaksana" (22,17-24,22) dan "Inipun dari para bidjaksana" (24,23-34). Tidak mungkin lagi menentukan lebih landjut, siapa2 "orang2 bidjaksana Israil". Amsal2 jang dikumpulkan dalam bagian ini menundjukkan tjorak jang lebih beraneka-ragam dan lebih madju. Kumpulan kedua "Amsal2 Sulaiman" diikuti tiga kumpulan pendek. Jang pertama berdjudul "Perkataa2" ahur bin Jake dari Massa" (30,1-14), orang jang tidak dikenal lebih landjut, seorang anggota suku Arab, dan boleh djadi seorang tokoh chajali belaka. Lampiran lain ialah nasihat2 kepada Lemuel, seorang putera-mahkota, oleh ibunja (31,1-9). Antara ke-dua2nja tadi ada suatu kumpulan anonim pepatah2 bilangan (30,15-33). Seluruh kitab dikuntji dengan pudjian atas isteri jang berbudi (31,10-31), jang bentuk kesusasteraannja sungguh berlainan dengan kumpulan2 jang terdahulu dan sudah pestilah disusun belakangan.

Kitab ini dimulai dengan suatu kata pendahuluan jang pandjang-lebar (1-9). Selain 6,1-19 - jang lebih menjerupai bagian2 lain kitab dan terdiri atas rentetan amsal2 5terdiri,-maka bagian pertama ini merupakan suatu keseluruhan jang besar dan teratur. Adapun isinja memudjikan (1,1-19;2,1-5,23;6,20-71,27) dan melukiskan (1,20-33;8,1-9,6) Kebidjaksanaan. Tjorak bagian ini sungguh berlainan dengan bagian2 lain kitab ini sangat mirip dengan kebidjaksanaan Putera Sirah dan Kitab Kebidjaksanaan. Djelaslah, bahwa bagian ini disusun paling achir dan sudah sangat diperngaruhi nabi2. Baian tadi ditambahkan kepada kumpulan beraneka-ragam amsal sudah ada. Kira2 sadja boleh di katakan, bahwa kitab seperti kita kenal sekarang ini, seluruhnja selesai sekitar tahun 500 sebelum Masehi. Djadi, adalah hasil kebidjaksanaan Israil selama ber-abad2.

Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, dapatlah dibagi sbb: I Memudjikan Kebidjaksanaan (1-9) II Amsal2 Sulaiman (10-22,16) III Amsal2 para Bidjaksana (22,17-24,22) IV Lagi Amsal2 para Bidjaksana (24,23-34) V Kumpulan kedua Amsal2 Sulaiman (25-29) VI Amsal2 Agur (30,1-14) VII Pepatah2 bilangan (30,15-33) VIII Amsal2 untuk Lemuel (31,1-9) IX Pudjian atas Isteri berbudi (31,10-31).

Didalam terdjemahan Junani urutan bagian2 tadi agak berlainan, hal mana menundjukkan pula, bahwa kitab ini disusun setjara ber-anggur2 dan baru lama kemudian mendapat bentuknja jangdefinitif. Urutan dalam terdjemahan JUnani adalah sbb: I,II,III,VI,VII,VIII,V,IX.

Didjalam dahulu kala tidak hanja Israil sadja jang mempunjai madrasah2 ilmu kebidjaksanaan. Lama sebelumnja di Mesir sudah ada metodes pendidikan sematjam itu, dan tidak sedikitlah dari kumpulan amsal2 Mesir sampai kepada kita. Ilmu kebidjaksanaan Mesir merembas pula ke-negeri2 tetangga. Orang2 Jahudi sering mengadakan perhubungan dengan Mesir dan oleh karenanja tidak mustahil, malahan mungkin sekali, orang2 bidjaksana di Israil tidak sama sekali terpelas dari orang2 bidjaksana Mesir serta negeri2 tetangga. Tetapi ini tidak berarti, bahwa mereka bergantung setjara langsung daripadanja. Soalnja lebih mengenai suasana umum serta metode dan pengaruh satu sama lain, tetapi dengan tidak kita ketahui, bagaimana persisnja djalan proses itu. Agur jang bidjaksana dan ibu Lemuel pastilah bukan orang Israil, melainkan teranglah orang kufur dari djurusan Mesir. Amsal Agur mengingatkan kita kepada buku kebidjaksanaan tertentu dari Mesir.

Kalau umat Serani membatja kitab Amsal ini, maka tak dapatlah kita menghilangkan kesan, bahwasanja selain pasal waktu+itu+AND+book%3A20&tab=notes" ver="ende">1-9, kesemuanja itu bojak dan biasa sadja isinja. Kebanjakan amsal itu mengadjarkan kebidjaksanaan insani jang biasa dan umum sadja, dan lagi dengan senangnja mengutarakan ber-matjam2 kepitjikan manusia serta tjatjat2, tanpa dibubuhi dengan penilaian susilanja. Pada umumnja amsal itu tidak besarlah nilai keigamaannja. Segala sesuatunja agar rendah dan biasa. Kesan itu untuk sebagian besar dapat dibenarkan. Tetapi djanganlah kita lupakan, bahwa dalam kitab ini kita berkenalan dengan permulaan dari perkembangan keigamaan dan kesusilaan Israil dan bahwa kita berharap dengan kalangan orang bidjaksana, jang belum mendapat udjian api para nabi, djadi manusia dri kehidupan praktis, jang berhaluan duniawi dan jang tahu memandang keseluruhan dari tempat jang agak tinggi. Mereka adalah pendidik, jang terutama bermaksud membimbing orang djadi warga dan pegawai jang baik, bahkan djadi radja jang baik. Dari itu mereka menitik beratkan keutamaan2 kodrat dan kebadjikan warga masjarakat, jang mendjamin kedudukan jang lajak dalam masjarakat bagi murid2nja.

Tetapi sebaliknja, ada djuga banjak amsal jang bernada keigamaan. Ada orang baik dan orang djahat, ada keutamaan dan ketjelaan, sekadar manusia berbuat sesuai tidaknja dengan kebidjaksanaan, jang achirnja berasal dari Allah. Allah melihat dan mendengar segala sesuatu, dan tak seorangpun dapat lolos dari kebidjaksanaanNja serta kemahakuasaanNja, sebab Ia adalah Pentjipta dan Penguasa segala sesuatu. Allah inilah jang mengadjar dan menghukum setjara adil dan sekadar perbuatan2. Gandjaran itu berupa berkah serta kebahagiaan didunia, lebih2 banjak anak dan umur pandjang, sedangkan hukuman itu berwudjud hidup jang miskin dan tjelaka dan lekas mati, tanpa meninggalkan keturunan. Djika rangka jang agak sederhana ini dikenakan pada manusia, boleh djadi dapat memuaskan untuk sementara, tetapi didalam abad2 kemudian menimbulkan reaksi jang hebat dan kritik, seperti jang kita dapati dalam kitab Ijob dan Kitab si Pengchotbah.

Pikiran jang, dipandang setjara umum, mendjadi dasar semua amsal, jang beraneka ragam tjoraknja dan sangat berlainan maksudnja itu, dibentangkan sedikit banjak setjara teologis dalam kesembilan pasal permulaan tadi. Ialah pikiran perihal "Kebidjaksanaan". Para penjusun amsal jang terdahulu belum pernah memikirkan dengan sungguh2 perihal dasar terachir adjaran mereka. Itu terserah kepada masa kemudian, ketika pasal2 permulaan itu tersusun sebagai kata pendahuluan dan pertanggungdjawab atas pepatah2 jang banjak djumlahnja dari leluhur itu. Adapun kebidjaksanaan itu suatu pengertian jang samar2 dan melingkupi banjak hal. Bisa berarti ketjakapan dan seni, teristimewanja seni untuk hidup, untuk berbahagia dan berhasil baik dengan mengukuhi aturan2 tertentu dan dengan menghindari segala keterlaluan. Kebidjaksanaan adalah terutama seni untuk hidup mursid, dan kemursidan ditentukan oleh "ketakutan akan Allah", jang mengharuskan orang memenuhi hukumNja, walaupun dimasa dahulu kala Taurat Musa belum tampil dengan djelasnja seperti dimasa kemudian. lalu kebidjaksanaan disamakan dengan hukum Allah ini. Madju selangkah lagi, maka kebidjaksanaan mendjadi sifat Allah sendiri, jang dapat dianugerahkanNja kepada manusia, jang oleh karenanja djadi mursid, lants kebidjaksanaan. Kebidjaksanaan sebagai sifat Allah achirnja diperorangkan (1,20-33;8,1-9,6). Ia datang dari Allah dan ada pada Allah dan djuga pada manusia. Ia adalah penasihat Allah jang kekal dan arsitekNja dalam mentjiptakan dunia, membimbing para penguasa dalam memerintah rakjat mereka dan membawa manusia kekehidupan. Renungan2 perihal kebidjaksanaan sebagai penengah antara sifat Allah dan pribadi Ilahi merupakan persiapan akan pewahjuan "Sabda Allah" dan Roh Kudus, seperti jang kita dapati dalam Perdjandjian Baru. Sama beraneka-ragamnja seperti pengertian "kebidjaksanaan" ialah pengertian "kebodohan", jang dapat berarti ketololan maupun kefasikan dan djuga dapat diperorangkan. Kebodohan itu mendjadi kebalikan dari kebidjaksanaan Ilahi dan mendjadi sebab musababnja dosa dan tjatjat.

Pada achirnja kitab ini terdapat ichtisar pembagian jang kami adakan.

(0.78) (Ams 13:1) (ende)

Maksudnja: seorang bapa menjiksa anaknja berkat kebidjaksanaannja.

Sebab itu anak bidjak menerimanja. Tapi bila anak itu bodoh, lalu siksaan itu tiada gunanja. Djadi untuk kedua-duanja dibutuhkan kebidjaksanaan. Bapa bidjak tiada tjukup untuk pendidikan! Anakpun harus bidjaksana.

(0.78) (Ams 8:23) (jerusalem: aku dibentuk) Kata Ibrani (nasak) dengan arti itu dipakai dalam Maz 2:6. Ada penterjemahan yang mengalihbahasakan kata itu dengan: mencurahkan, menuangkan (seperti logam dituang). Ada juga yang memperbaiki kata Ibrani itu (nasak menjadi sakak) dan menterjemahkannya: disimpan, dicadangkan.
(0.78) (Ams 2:17) (ende: Perdjandjian Allah)

ialah perkawinan, jang dianggap sebagai sesuatu jang sutji dan tetap, seperti perdjandjian dengan Tuhan. Sebab itu perkawinan itu dilindungi Allah.

(0.78) (Ams 25:23) (ende)

Angin itu tiada diketahui tempat asalnja, dan demikianpun orang tak tahu darimana berasallah umpat itu. Namun ke-dua2nja menghasilkan akibatnja.

(0.77) (Ams 2:5) (ende)

Kebidjaksanaan itu bukan suatu ilmu-pengetahuan, melainkan agama dan takwa sedjati.

(0.77) (Ams 8:30) (ende)

Sebagaimana kebidjaksanaan sendiri adalah kesenangan Pentjipta, demikianlah manusia itu mendjadi kesenangan kebidjaksanaan.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA