Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 49 ayat untuk waktu ia masih hidup AND book:[40 TO 66] AND book:60 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Ptr 1:22) (sh: Mempertahankan hidup kudus (Jumat, 15 Oktober 2004))
Mempertahankan hidup kudus

Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuhan memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya setiap hari. Sutinah diubahkan Tuhan dalam kebiasaan jelek mengumpat dan merajuk. Ia tidak lagi berbohong dan memfitnah. Hidupnya berubah menjadi kudus!

Hidup kudus adalah anugerah Tuhan. Hidup kudus merupakan akibat perubahan status dari orang belum percaya menjadi anak Tuhan dan menjadi dasar hidup orang percaya. Orang percaya ialah orang yang sudah dilahirkan baru dengan benih kekal, yaitu firman Tuhan yang menguduskannya (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">1:23). Namun, kekudusan ini bisa dinodai dengan perbuatan dosa yang sewaktu-waktu dilakukan! Setelah seseorang menjadi anak Tuhan, ia masih bisa jatuh ke dalam dosa karena tidak taat atau tidak waspada. Itu sebabnya, Petrus menasihati umat Tuhan agar mereka lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan akan mencegah kita untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan, kepuasan, dan egosentrisme. Kasih Tuhan seharusnya mendorong kita untuk dengan tegas membuang segala dosa yang menyakiti hati Tuhan maupun sesama (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">2:1). Sumber kekuatan untuk dapat tetap hidup kudus adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya, tidak berubah dan sekaligus menjadi sumber yang tidak habis-habisnya mengisi kehidupan orang-orang percaya (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">24-25).

Menjadikan firman Tuhan sebagai "minuman rohani" seperti bayi yang membutuhkan susu adalah cara untuk tetap memelihara kemurnian iman dan menumbuhkan kekuatan rohani kita (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">2:2). Dengan cara demikian, kita mampu menghadapi segala kejahatan, tipu muslihat, kedengkian dan fitnah (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">1). Anak Tuhan yang telah mengecap kebaikan Tuhan pasti memiliki dorongan kuat untuk terus menikmati dan melakukan firman Tuhan sepanjang hidupnya (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">3).

Ingat: Jika kasih Yesus dan firman kebenaran Tuhan sungguh mendiami hati kita, kita akan bertumbuh menyerupai Yesus.

(0.93) (1Ptr 1:13) (sh: Hidup kudus demi Tuhan (Kamis, 14 Oktober 2004))
Hidup kudus demi Tuhan

Ada orang-orang tertentu yang hidup kudus demi mengejar keselamatan. Arti keselamatan baginya adalah kelepasan dari belenggu kedagingan. Itulah sebabnya, ia berupaya menahan diri dari berbagai hawa nafsu kedagingan (misalnya: seks bebas, kerakusan, dll.), bahkan bisa secara ekstrim mengekang dirinya dari hal-hal yang wajar (misalnya: pernikahan, makanan sehat, dll.). Tujuan ia melakukan tindakan pengekangan diri itu adalah untuk mendapatkan kelepasan dari belenggu kedagingan itu sehingga ia akan memperoleh keselamatan. Bagaimana dengan kita? Apakah tujuan orang Kristen hidup kudus? Apakah untuk mengejar hal yang sama?

Orang Kristen hidup kudus bukan untuk mendapatkan keselamatan! Keselamatan adalah anugerah Tuhan. Tuhan memberikan keselamatan kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya. Maka, Petrus menasihatkan umat Tuhan dalam suratnya ini agar mereka hidup kudus dengan menyadari status mereka yang telah memperoleh keselamatan sebagai umat dari Tuhan yang kudus (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">15-16). Umat Tuhan hidup kudus karena mereka telah ditebus dari cara hidup masa lampau yang sia-sia, yaitu hidup dalam penyembahan berhala sebagaimana dulu nenek moyang mereka melakukannya (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">18). Mereka sadar harga tebusan itu melampaui nilai perak atau emas, yaitu darah anak domba Allah, Yesus Kristus sendiri (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">19). Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari belenggu kedagingan dan hidup penuh kesia-siaan yang hanya akan membawa mereka kepada kebinasaan.

Jadi, tujuan orang Kristen hidup kudus karena ia tidak mau menyia-nyiakan penebusan Kristus yang sudah dianugerahkan kepadanya. Kita sudah dibebaskan dari belenggu perbudakan dosa, mengapa sekarang kita mau menyerahkan diri lagi kepada perhambaan dosa itu? Kalau kita masih hidup sembarangan dalam dosa maka sama saja dengan kita menghina dan menyangkali karya Kristus di kayu salib.

Camkanlah: Hidup kudus bukan pilihan bagi orang Kristen. Hidup kudus adalah cara hidup orang-orang Kristen yang telah mengalami anugerah penebusan Kristus.

(0.86) (1Ptr 3:18) (sh: Menang dalam penderitaan (Kamis, 21 Oktober 2004))
Menang dalam penderitaan

Konteks bagian sulit ini adalah menjadikan hidup Tuhan Yesus teladan dan sumber ketahanan orang Kristen ketika harus menderita karena kebenaran. Konteks ini perlu kita jadikan tempat beranjak untuk mengerti ayat-ayat sulit yang diapitnya.

Penderitaan dan kematian Kristus tidak saja merupakan sumber bagi keselamatan kita, tetapi juga menjadi teladan yang harus kita tiru. Ia rela menderita bahkan berkorban bagi orang-orang yang tidak benar, meski diri-Nya benar adanya. Tubuh-Nya dapat dibunuh, tetapi roh-Nya tidak (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">18). Itu sebab, Ia bangkit, naik ke surga dan dari sana memerintah segala sesuatu (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">22). Kesediaan Kristus untuk menderita dan kemenangan-Nya ini menjadi motif dan kekuatan bagi orang kristen yang menderita. Berarti apa yang ingin ditekankan Petrus dari Kristus ialah teladan, kemenangan dan dampak positif kematian-Nya.

Bagian ini tidak mengajarkan bahwa sesudah kematian orang masih berkesempatan untuk bertobat dan diselamatkan. Petrus ingin menegaskan bahwa bahkan pada saat kematian-Nya, Kristus menang sebab roh-Nya tidak mati, tetapi bebas dan mewartakan kemenangan-Nya. Tentang arti bagian sulit ini, ada empat pendapat. Pertama, roh-roh terpenjara itu adalah anak-anak Allah dan mereka yang jatuh ke dalam dosa. Kedua, proklamasi yang Kristus lakukan mirip tugas Nuh yang mengajarkan orang-orang zamannya untuk bertobat. Ketiga, roh-roh tersebut adalah orang-orang pilihan Allah yang belum sempat mendengar Injil. Keempat, roh-roh tersebut adalah orang-orang Yahudi yang terpenjara oleh Taurat dan menanti-nantikan Mesias. Entah tafsiran mana yang tepat, yang pasti tidak ada kekuatan apa pun dapat menghentikan kemenangan dalam dan menurut Kristus. Dengan mengacu kepada Tuhan Yesus, Petrus ingin mengorbankan harapan di dalam mereka yang sedang menderita karena Dia. Ia menang dalam kematian-Nya, mereka pun demikian.

Renungkan: Kematian-Nya menghapuskan kuasa dosa. Kebangkitan-Nya mengalahkan kuasa maut. Karena itu, bagi orang Kristen, menderita demi kebenaran adalah jalan menuju kemenangan.

(0.78) (1Ptr 1:1) (jerusalem: pendatang) Bumi adalah milik Allah (Maz 24:1), sehingga manusia hidup di situ sebagai seorang pendatang (Ima 25:23) yang hanya "lewat" oleh karena harus meninggalkannya waktu meninggal (Maz 39:13 dst; Maz 119:19; 1Ta 29:10-15). Setelah kebangkitan orang mati dipercaya (2Ma 7:9,11,14,23,29; Dan 12:2-3) gagasan "pendatang" disempurnakan: tanah air manusia ada di sorga (Fili 3:20; Kol 3:1-4; Ibr 11:8-16; 13:14) dan sebagai orang asing ia hidup di dunia "dalam pembuangan" (paroike=paroki, 1Pe 1:17; 2Ko 5:1-8) di tengah-tengah orang bukan Kristen yang kebejatannya perlu dijauhi (1Pe 2:11; 4:2-4) sama seperti orang-orang Yahudi hidup dalam "perantauan"
(0.78) (1Ptr 3:19) (jerusalem) Ayat ini barangkali menyinggung turunnya Kristus ke dalam dunia orang mati (Yunani: Hades), bdk Mat 16:18+, pada waktu yang berlangsung antara wafatNya dan kebangkitanNya, Mat 12:40; Kis 2:24,31; Rom 10:7; Efe 4:9; Ibr 13:20; "dalam roh" Yesus turun ke sana, bdk Luk 23:46, atau kiranya dengan lebih tepat "menurut Roh". Rom 1:4+, sedangkan "dagingNya" mati di salib, Rom 8:3 dst. Roh-roh yang di dalam penjara "yang kepadanya Yesus" memberitakan Injil (harafiah: memberitakan: yakni keselamatan), ialah menurut sementara ahli roh-roh jahat yang terbelenggu (seperti dikatakan dalam buku apokrip Henokh). Ada sementara ahli yang memperbaiki teks 1Petrus, sehingga bukan Kristus melainkan Henokh memberitakan kabarnya. Dengan memberitakan kabarNya Kristus menaklukkan roh-roh itu kepada diriNya sebagai Tuhan (Kirios), 1Pe 3:22; bdk Efe 1:21 dst; Fili 2:8-10, sementara penaklukan terakhir masih dinantikan, 1Ko 15:24 dst. Sementara ahli lain berpendapat bahwa "roh-roh" itu ialah roh-roh orang mati, yang waktu air bah dihukum, tetapi berkat kesabaran Allah toh dipanggil untuk hidup, bdk 1Pe 4:6. Dalam Mat 27:52 dst terdapat suatu pikiran yang serupa tentang "orang-orang kudus" yang dibebaskan oleh Kristus pada waktu antara wafatNya dan kebangkitanNya, "orang-orang" itu ialah orang-orang benar yang menantikan Kristus, bdk Ibr 11:39 dst; Ibr 12:23, untuk bersama denganNya masuk ke dalam "Kota Suci" di akhir zaman. Turunnya Kristus ke dalam dunia orang mati itu termasuk ke dalam syahadat para rasul.
(0.75) (1Ptr 3:19) (ende: Dalam rohnja....)

Tubuhnja mati, tetapi djiwa Kristus tetap hidup. Dan dalam keadaan hidup itu, Ia pergi mewartakan kabar-gembira kepada mereka jang belum menikmati hasil penebusan.

(0.73) (1Ptr 3:10) (ende: Siapa....)

Barangsiapa ingin hidup bahagia didunia ini, ia hendaknja bukan sadja mendjauhkan diri dari kedjahatan, tetapi djuga harus melakukan pekerdjaan-pekerdjaan jang baik.

(0.72) (1Ptr 4:6) (full: JUGA KEPADA ORANG-ORANG MATI. )

Nas : 1Pet 4:6

Istilah ini dapat ditafsirkan secara paling baik sebagai menunjuk kepada orang-orang yang mendengarkan Injil ketika masih hidup, tetapi kini mereka sudah mati. Mereka mendengar Injil dan menjadi percaya, dan sekalipun mereka sudah wafat (yaitu, "dihakimi secara badani"), mereka kini hidup bersama Allah. Ayat ini dapat disadur sehingga berbunyi, "Injil diberitakan kepada mereka yang percaya dan kemudian wafat, supaya mereka memperoleh hidup kekal bersama Allah."

(0.71) (1Ptr 2:11) (sh: Hidup yang diubahkan (Minggu, 17 Oktober 2004))
Hidup yang diubahkan

Sekeluarnya dari penjara hidup Rudi berubah. Ia tidak lagi merokok, bermalas-malasan, dan berjudi. Dulu Rudi ditakuti sebagai pengacau di kampungnya. Kini ia bekerja di kantor kelurahan sebagai pesuruh. Beberapa teman lama mengajak Rudi kembali kepada hidupnya yang dulu, namun ia justru membawa mereka satu per satu kepada Tuhan.

Hidup baru seperti Rudi tidak mudah. Namun, itulah panggilan kita. Petrus menasihati umat Tuhan agar hidup mereka menjadi kesaksian dari hidup yang diubahkan Tuhan. Hanya dengan hidup yang diubahkan maka dunia dapat melihat, mengenal Tuhan dan diselamatkan (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">11-12). Petrus memakai istilah pendatang dan perantau untuk menunjukkan bahwa anak Tuhan harus memandang dirinya sebagai orang asing yang menumpang di dunia ini sehingga tidak perlu mengikuti gaya, pola dan cara hidup orang dunia yang berdosa (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">10).

Hidup yang diubahkan juga harus dinyatakan dengan cara menghormati lembaga manusia yang didirikan untuk mengatur kehidupan masyarakat. Kita pun harus menjadi teladan dalam berbuat baik secara pribadi maupun pelayanan sosial yang berdampak luas bagi masyarakat. Selain itu, kita juga perlu terlibat berbagai kegiatan kemasyarakatan di rumah, sekolah, kampus, tempat kerja, dan di mana pun. Hidup yang diubahkan Tuhan harus menjadi ciri khas kekristenan yang menjadi berkat bagi masyarakat di sekitar kita (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">15).

Tekadku: Menjadi berkat melalui kehidupan pribadi maupun tindakan nyata bagi masyarakat sekelilingku.

(0.70) (1Ptr 3:8) (sh: Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan (Kamis, 15 Juli 1999))
Hidup Kristen bukan teori, tetapi tindakan

Dari waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">2:11, Petrus menuliskan serentetan nasihat bagi Kristen untuk hidup di tengah masyarakat, di tempat kerja, dan dalam keluarga. Sekali lagi ia menandaskan kepada "kamu semua" untuk memiliki ciri-ciri hidup Kristen yang akan diberkati dan menjadi berkat bagi sesama. Oleh sebab itu dalam hubungan antar sesama saudara seiman maupun bukan Kristen harus mewujudkan sikap yang menandakan bahwa ia adalah murid Kristus. Meski sebagai perantau, orang di sekitar kita harus bisa merasakan berkat yang telah kita terima dari Tuhan dan menikmati hidup bersama dalam keharmonisan dan kekeluargaan. Inilah Kristen yang bukan hanya berteori, tetapi bertindak.

Lakukan yang baik. Kutipan Petrus dari Mazmur 34 diawali dengan kata "sebab" menunjukkan bahwa kutipan tersebut sebagai dasar dan alasan dari nasihat-nasihatnya di ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" vsf="TB" ver="">8 dan 9. Siapa yang mencintai hidup harus melakukan apa yang baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan. Tuhan mengganjar sesuai dengan apa yang kita lakukan.

Renungkan: Apa yang kita katakan dan kita perbuat terhadap sesama, seharusnya mencerminkan hidup kita sebagai orang benar yang mencintai hidup. Apabila hubungan sesama diwarnai konflik, dan kepahitan, mintalah ampun kepada Tuhan, dan saling mengampuni!

(0.70) (1Ptr 2:1) (sh: Buanglah penghambat kasih persaudaraan (Sabtu, 10 Juli 1999))
Buanglah penghambat kasih persaudaraan

Kasih persaudaraan dapat terwujud bila segala penyakit yang menghambat dibuang, yakni: segala kejahatan, tipu muslihat, kemunafikan, kedengkian, dan fitnah. Harus diakui bahwa tidaklah mudah membuang penyakit rohani ini. Terlebih sering kecenderungan manusiawi yang mewarnai pikiran, perkataan dan sikap kita terhadap sesama saudara seiman, sehingga mengakibatkan perselisihan, perdebatan, kepura-puraan, ambisi pribadi, dusta, iri, dengki, dan masih banyak bentuk lain. Menyadari adanya penghambat ini, marilah kita bersama memulai dari diri sendiri untuk membuangnya sehingga kasih persaudaraan akan mengalir dari diri kita dan dirasakan oleh saudara seiman atau sesama kita

Hidup dalam firman. Proses mengikisnya penyakit yang menghambat kasih persaudaraan harus diimbangi dengan bertumbuhnya ketaatan akan firman Tuhan, sehingga kasih Kristus akan mengalir melalui hidup kita yang semakin bersih dan jernih. Seorang yang hidup dalam firman adalah seorang yang tidak hanya rindu menambah pengetahuan Alkitab tetapi rindu melakukannya, sehingga hidupnya semakin berkenan kepada Tuhan. Bila setiap jemaat hidup dalam firman, maka kasih persaudaraan itu akan sungguh mewarnai persekutuan, ibadah, dan seluruh aspek kehidupan jemaat.

(0.69) (1Ptr 5:8) (sh: Anugerah Allah dalam penderitaan (Selasa, 26 Oktober 2004))
Anugerah Allah dalam penderitaan

Seseorang yang sedang menderita biasanya merasa bahwa ia sendirian, menganggap tidak ada seorang pun yang dapat menolongnya. Ia menjauhkan diri dari persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Kondisi seperti ini sangatlah berbahaya bagi hidup orang percaya karena ia merupakan "makanan empuk" bagi Iblis.

Ketika kita sedang mengalami penderitaan, itulah saatnya kita harus lebih waspada dan siaga terhadap serangan Iblis. Karena Iblis akan menyerang kita ibarat singa sedang mengincar dan siap menerkam serta memangsa kita ketika kita lengah (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">8). Bisa terbayangkan betapa bahayanya kondisi ini. Bila kondisi kita seperti demikian, maka hidup kita dapat diumpamakan seperti dalam sebuah pertandingan tinju yaitu kita atau Iblis yang kalah (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">9). Iblis menginginkan orang percaya yang sedang menderita menyangkali Tuhan, meragukan janji firman-Nya, dan tidak lagi menaati perintah Tuhan. Firman ini menegaskan bahwa peperangan rohani boleh dahsyat, iman boleh menerima serangan sengit, tetapi tidak ada alasan bagi kita untuk kalah. Kita dapat kuat dalam iman karena yang kita hadapi juga dihadapi oleh semua orang beriman (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">9b, bdk. 1Kor. 10:13). Kita boleh lemah, tetapi iman tidak boleh lemah, sebab iman tidak bertumpu pada sumber-sumber kodrati, tetapi pada Allah dalam Yesus Kristus (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">10-11,12b).

Petrus bukan sekadar menasihati kita untuk menjadikan anugerah Tuhan sebagai perisai tatkala penderitaan menghadang, tetapi ia juga menerapkannya. Hal ini dibuktikannya saat ia mati sebagai martir karena imannya tak tergoyahkan kepada Tuhan (menurut cerita tradisi di kalangan orang percaya zaman gereja mula-mula ia disalibkan dalam posisi tubuh terbalik). Sudahkah Anda menang atas penderitaan dengan iman yang tak goyah? Banyak kesaksian mengokohkan ajaran firman bahwa justru penderitaan bukan melemahkan, tetapi menguatkan dan memurnikan iman. Itu sebabnya Tuhan mengizinkan hal ini dalam pengalaman hidup anak-anak-Nya.

Renungkan: Tidak ada zona damai dan aman dalam dunia ini, kecuali dalam lindungan anugerah Tuhan.

(0.69) (1Ptr 4:1) (sh: Penderitaan memperdalam kerohanian (Jumat, 22 Oktober 2004))
Penderitaan memperdalam kerohanian

Ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">1 mudah disalahfahami, seolah Petrus mengajarkan bahwa penderitaan melepaskan orang dari dosa, atau bahwa tubuh adalah letak kedudukan dosa. Jika kita pernah berpandangan demikian, sadarilah bahwa ajaran itu tidak alkitabiah. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh jahat adanya dan bahwa keselamatan harus dengan jalan menyiksa tubuh. Oleh karena itu, orang Kristen tidak perlu memegang anggapan negatif tentang tubuh, materi atau unsur dunia lainnya.

Setelah di bagian sebelumnya ini ia menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan orang beriman, kini ia menjelaskan apa arti penderitaan dalam hidup rohani orang beriman. Jika seseorang telah berani menanggung penderitaan badani karena kebenaran, berarti orang itu sedang membayar harga demi keinginannya untuk hidup kudus. Dengan kata lain, Petrus kini mendorong orang-orang percaya untuk berjuang demi kekudusan sampai ke resiko menanggung penderitaan badani (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">2). Ketika seseorang masuk ke dalam anugerah Tuhan, orang itu harus meninggalkan masa lalu hidup berdosanya, apa pun resiko yang harus dipikul (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">3,4). Nah, bila kita telah memiliki sikap sedemikian, kekuatan daya tarik dosa sudah teramat lemah atas kita!

Ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">6 sulit dipahami sebab mirip dengan ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">3:19,20, tetapi berbeda maksud. Di ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">5, Petrus sudah menyinggung soal orang hidup dan orang mati, semua akan dihakimi Tuhan. Di ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">6 ini Petrus menyebut tentang orang-orang yang (karena imannya) dihakimi dan dihukum mati. Seperti halnya Kristus, orang beriman tersebut dapat dimatikan tubuhnya, tetapi tidak rohnya. Maksud Petrus, penilaian terakhir kualitas hidup orang tidak dapat diukur secara badani atau duniawi, tetapi harus dari prinsip kebenaran Tuhan dalam firman-Nya. Selain itu, ia kini menggemakan ajaran Yesus bahwa kita tidak perlu takut orang membunuh tubuh kita, sebab mereka tidak dapat mencelakan roh kita.

Untuk dilakukan: Manusia dapat membunuh tubuh kita, tetapi tak ada kekuatan sebesar apa pun dapat merebut iman kita atau memisahkan kita dari kasih Tuhan.

(0.69) (1Ptr 3:13) (sh: Menderita karena melakukan kebenaran (Jumat, 16 Juli 1999))
Menderita karena melakukan kebenaran

Pada umumnya orang tidak berbuat jahat kepada orang yang berlaku baik dan benar kepadanya. Tetapi tidak selalu demikian. Bisa terjadi sebaliknya. Perbuatan baik yang kita lakukan dibalas dengan perbuatan jahat sampai kita menderita. Petrus menegaskan, bila hal seperti ini kita alami, kita harus tetap melakukan yang benar. Penderitaan meski membuat fisik kita sakit, tetap akan membuat kita berbahagia; karena kita sedang melakukan kehendak Allah.

Memandang kepada Kristus. Petrus menekankan, apabila kita mengalami penderitaan karena kebenaran, kita harus memandang kepada Yesus Kristus. Ia sangat menderita karena dosa kita. Ia menderita meski Ia benar. Ia diperlakukan tidak adil meski Ia berlaku adil. Karena itu, kesediaan menderita ini pun seharusnya menjadi karakteristik Kristen. Dengan meneladani Kristus, kita lebih siap meninggalkan cara hidup lama yang dikuasai hawa nafsu dan siap menanggung derita karena berbuat baik. Pula kita siap berlaku benar meski kita harus menderita.

Menguduskan Kristus di dalam hati sebagai Tuhan, adalah nasihat Petrus agar kita memiliki komitmen yang sungguh kepada Kristus. Siap sedia kapan pun dan di mana pun mempertanggungjawabkan iman kita di hadapan siapa saja.

(0.68) (1Ptr 3:1) (sh: Jadilah teladan, bukan korban atau tiran (Selasa, 19 Oktober 2004))
Jadilah teladan, bukan korban atau tiran

Nasihat Petrus dalam nas ini tidak asing bagi kita pada masa kini. Ia memberikan sebuah nasihat kepada para istri dan suami. Perintah ini terkesan sesuai dengan kondisi mereka, meski tetap ada prinsip penting untuk zaman ini juga. Menurut hukum Romawi, budak, anak-anak, dan istri harus tunduk kepada pria yang menjadi kepala keluarga (sebagai majikan, ayah, suami). Para budak harus tunduk sampai dibebaskan; anak-anak tunduk sampai dewasa; para istri harus tunduk seumur hidup mereka. Lalu, bagaimana pasangan Kristen menerapkan perintah Petrus ini? Bagaimana seharusnya perbedaan sikap pasangan Kristen dengan pasangan lainnya yang tidak mengenal Tuhan? Pertama, Petrus menyatakan dengan jelas bahwa sikap "tunduk" istri di sini bukanlah suatu sikap yang pasif ataupun suatu mentalitas seorang "korban", melainkan suatu tindakan aktif karena menyatakan kesalehan dan kemurnian hidup sesuai ajaran Tuhan (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">1-2). Kedua, dorongan atau kekuatan untuk melaksanakannya bukan berasal dari luar (termasuk hukum Romawi) melainkan dari kuasa Roh Kudus yang telah mengubah hidup mereka dan "melahirkan" pembaruan sikap terhadap pasangan (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">3-4).

Petrus menutup bagian ini dengan teladan dari Sara, istri Abraham (Kej. 12:5) yang begitu setia dan tunduk kepada suaminya ketika mereka keluar dari tanah kelahirannya menuju tanah yang dijanjikan Tuhan. Sikap Sara ini terjadi karena ia "menaruh pengharapannya kepada Allah" (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">5). Hanya dengan cara itulah Sara mampu untuk berbuat baik, bukan karena desakan suami. Demikian juga sebaliknya, Petrus tetap mengingatkan bagaimana seharusnya suami Kristen bersikap terhadap istrinya, sebab hal ini menentukan tanggapan Tuhan terhadap doa suami (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">7). Dengan demikian, suami pun harus menjadi teladan bagi istrinya, bukan memanfaatkan kekuasaannya untuk menekan, menjajah dan menghancurkan istri. Jangan menjadi suami yang tiran.

Sudahkah kita menjadi teladan dalam hidup keluarga sebagai istri yang tunduk ataupun sebagai suami yang mengasihi istri?

Renungkan: Yesus mengasihi kita. Mari lakukan hal yang sama.

(0.67) (1Ptr 2:18) (sh: Penderitaan akibat penundukan diri (Selasa, 13 Juli 1999))
Penderitaan akibat penundukan diri

Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta. Sikap tunduk yang Rasul Petrus tekankan di sini adalah sikap tidak melawan, tidak menentang, tetapi juga tidak menjalankan perintah bila berlawanan dengan kehendak Allah. Tentu sikap ini akan mendatangkan risiko, apalagi bagi para hamba yang menghadapi tuan yang bengis. Bagi Petrus bila jemaat harus menderita karena ketaatan kepada Allah, justru itu adalah kasih karunia. Kasih karunia memang tidak selalu mewujud dalam kenikmatan hidup. Dalam penderitaan pun, bila itu dialami karena sadar sedang melakukan kehendak Allah, itu pun kasih karunia.

Kristus teladan Kristen. Mengikuti jejak Kristus, itulah panggilan Kristen selama merantau di dunia. Yesus Kristus adalah teladan, tidak hanya dalam kerelaan-Nya untuk menderita, tetapi juga dalam "penundukan" diri-Nya kepada penguasa dunia yang berlaku sewenang-wenang atas diri-Nya, katena ia tunduk pada kehendak Allah.

Kristus, Gembala, dan Pemelihara jiwa. Penderitaan yang Kristus alami adalah untuk menggenapkan kehendak Allah, yakni memikul dosa manusia. Ia tidak hanya menyelamatkan, tetapi juga menolong jemaat-Nya ketika mengalami penderitaan.

Renungkan: Kristus adalah Panutan kita dalam ketaatan "penundukan" diri. Teladanilah Dia.

(0.67) (1Ptr 2:4) (sh: Pribadi kudus jemaat kudus (Minggu, 11 Juli 1999))
Pribadi kudus jemaat kudus

Dalam perikop ini, umat Kristen digambarkan sebagai batu hidup. Panggilan Kristen bukanlah ajakan untuk menjadi pengikut, tetapi peserta. Kita harus berhenti menonton dan masuk dalam karya dan rencana Allah. Sedemikian penting peran serta kita, sehingga disebut "batu yang hidup bagi pembangunan suatu rumah rohani". Hal penting lainnya yaitu bahwa pembangunan suatu rumah rohani hanya dapat dibangun oleh jemaat yang kudus secara komunitas dan pribadi.

Allah, Arsitek Agung. Orang percaya yang kudus secara pribadi dan juga jemaat yang kudus dibangun oleh Allah. Allah adalah Arsiteknya. Ia tahu persis batu mana yang disusun pada bagian atas, samping, tengah, dan bawah. Setiap orang percaya akan diletakkan pada bagian yang tepat dalam rencana dan karya Allah, sesuai dengan panggilan dan talenta masing-masing. Proses pembangunan itu tidak mudah, karena menuntut kesediaan menyangkal diri. Ada batu yang sebelum diletakkan harus diperhalus, dipotong lebih dahulu. Demikian pula proses Allah dalam menempatkan setiap individu Kristen dalam rencana-Nya. Mulai dengan perendahan dan penderitaan, berakhir dengan kemuliaan dan kesempurnaan.

Peran gereja masa kini. Sentuhan tangan Allah menciptakan suatu komunitas (kumpulan) umat yang rajani, bangsa yang kudus dan kepunyaan Allah. Gereja terdiri dari orang-orang berbagai suku, bangsa, tingkat pendidikan, sosial dan ekonomi adalah wujud agung karya Allah. Ke satuan umat dalam kepelbagaian ini merupakan keunikan yang harus dijaga dan dikembangkan keindahannya. Apa yang harus gereja lakukan? Panggilan Gereja adalah melayani, bahkan Gereja sendiri adalah pelayanan! Gereja adalah tangan-tangan Kristus untuk mencari, menjangkau dan melayani Tuhan. Tetap setia pada tugas panggilan adalah cara yang tepat apabila Gereja ingin menjaga karya agung Allah.

Doa: Ya Tuhan Yesus, ingatkanlah gereja-Mu untuk selalu setia pada tugas panggilan pelayanan yang telah Engkau embankan.

(0.67) (1Ptr 5:1) (sh: Tugas penatua gereja (Senin, 25 Oktober 2004))
Tugas penatua gereja

Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai berbagai fasilitas yang menarik dan menjanjikan keuntungan materi. Namun, apakah rebutan ini berlaku bagi jabatan penatua di gereja? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jawabannya ya bila sang penatua salah mengartikan makna jabatan penatua itu. Sebaliknya tidak bila ia memahami arti jabatan penatua. Oleh karena itu, mari kita mempelajari tulisan Petrus dalam nas ini.

Jabatan sebagai penatua berarti ia melakukan pengawasan dalam kegiatan gereja, memberikan perintah untuk kepentingan jemaat dan menjadi teladan bagi jemaat dalam hidup kudus. Gereja mula-mula menggangap jabatan penatua adalah posisi yang agung, sehingga mereka memberikan penghargaan kepada penatua yang dianggap bijaksana dan dilanjutkan oleh beberapa gereja pada masa kini. Dengan demikian, seorang penatua memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Tuhan dan jemaat, dan diharapkan menjadi contoh yang baik. Petrus memberikan nasihat tentang dua ciri khas penatua yang bijaksana (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">1), sbb.: Pertama, mereka menyadari bahwa yang "digembalakan" adalah "domba-domba" milik Tuhan dan bukan milik mereka sendiri sehingga mereka melakukan tugasnya dengan sukarela dan bukan karena terpaksa (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">2b). Kedua, mereka harus memfokuskan diri kepada apa yang bisa mereka berikan kepada jemaat dan bukan mencari keuntungan diri sendiri (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">3). Itulah sebabnya, penatua harus menjadi teladan bagi para pemimpin Kristen lainnya, menunjukkan wewenang yang didasarkan atas pelayanan kepada Tuhan dan bukan karena keinginan untuk berkuasa. Penghargaan penatua dalam kesetiaan pelayanannya ini dinyatakan kelak oleh Yesus Kristus (ayat waktu+ia+masih+hidup+AND+book%3A%5B40+TO+66%5D+AND+book%3A60&tab=notes" ver="">4).

Jika Tuhan dan jemaat memercayakan jabatan kepemimpinan di gereja bagi Anda, itu berarti kesempatan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dan orang percaya.

Renungkan: Jadilah pemimpin yang menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.

(0.67) (1Ptr 3:1) (sh: Keluarga Kristen (Rabu, 14 Juli 1999))
Keluarga Kristen

Hubungan timbal balik dalam menghormati dan melayani bagi pasangan suami-istri akan membangun keharmonisan dan kekokohan. Meski dalam karakter dan peran berbeda, kehidupan suami istri tetap dalam kesejajaran. Satu terhadap yang lain tidak ada yang meremehkan, melainkan memberikan penghargaan sebagaimana mestinya sesuai status masing-masing.

Istri Kristen. Wanita di segala abad cenderung merawat tubuh dan mempercantik penampilan dengan berbagai cara dan asesoris, agar tampil prima. Bila hanya memperhatikan penampilan, wanita akan kehilangan yang utama dalam hidupnya, yakni manusia batiniah yang menghormati Allah. Manusia batiniahlah yang akan menampilkan wanita sebagai istri yang berperilaku murni, saleh, lemah lembut, dan tunduk kepada suami. Keberadaan istri yang mendandani manusia batiniahnya akan lebih berharga di mata Allah dan di hadapan suami. Ia bukan hanya membuat keluarga harmonis, tetapi juga dapat memenangkan suami yang belum mengenal Allah.

Suami Kristen. Petrus menekankan bahwa suami harus menghormati istri yang lemah secara fisik dan hidup bijaksana terhadap sesama pewaris kasih karunia.

Renungkan: Keharmonisan hubungan batin dan lahir terjadi apabila keluarga mengutamakan kehendak Allah.

(0.59) (1Ptr 4:7) (sh: Waktunya sudah dekat (Sabtu, 17 Juli 1999))
Waktunya sudah dekat

Waktu berjalan terus dan akan mengakhiri hidup manusia secara pribadi maupun dunia saat Yesus Kristus datang kembali. Apa yang harus Kristen lakukan dalam waktu yang singkat ini? Petrus menasihatkan, agar jemaat dan para pemimpin jemaat mengisi waktu yang ada menurut kehendak Allah.

Isi dengan pelayanan dan perhatian. Pelayanan yang dilakukan Kristen bukan asal ada kemauan, asal ada kesempatan, tetapi dengan seluruh potensi, yang dikaruniakan kepada masing-masing berdasar pada kasih. Dengan demikian, baik jemaat maupun pemimpin jemaat dapat saling memberikan pelayanan dengan baik. Kasih karunia yang telah Allah berikan dalam jemaat pun dapat dipakai dengan penuh tanggung jawab.

Tantangan Kristen. Kristen yang mengikuti jejak Yesus tak akan luput dari serangan dunia ini. Serangan kepada iman Kristen harus diterima dengan sukacita dan tidak malu; sebagai penguji kemurnian iman kepada Kristus. Penindasan terhadap iman Kristen tidak seharusnya menyebabkan kehancuran; justru semakin menguatkan komitmennya kepada Tuhan. Mengisi waktu dengan bijak, melayani dengan dedikasi dan kasih, tegar menghadapi tantangan iman, adalah nasihat yang perlu Kristen hayati dan turuti.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA