(1.00) | (Mat 23:1) |
(sh: Yesus membongkar kepalsuan (Jumat, 4 Maret 2005)) Yesus membongkar kepalsuan
Orang-orang Farisi itu bukan hanya tidak melakukan apa yang mereka ajarkan (ayat tutup+bahu+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4), mereka menjalankan segala kegiatan rohani bukan untuk Allah, melainkan untuk dipuji manusia (ayat tutup+bahu+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5-7). Di balik kegiatan rohani mereka terselubung keinginan untuk beroleh hormat dan pujian (ayat tutup+bahu+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">8). Sikap demikian merusak hakikat agama. Kerohanian dan kegiatan ibadah masih mereka lakukan, namun motivasinya adalah penyembahan diri sendiri. Seharusnya keagamaan yang sejati adalah hidup di hadapan Allah, entah dilihat manusia atau tidak. Hidup demikian menghasilkan penghormatan sejati kepada Allah. Orang demikian tidak akan menyesuaikan kerohanian dengan pendapat manusia. Pemimpin rohani tidak boleh menuntut disebut Rabi (ayat tutup+bahu+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">8) dan orang yang dipimpin harus menjauhi pemberian hormat berlebihan kepada pemimpin (ayat tutup+bahu+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">9). Pemimpin sejati harus belajar menjadi murid, rendah hati, serta tunduk ke bawah otoritas Allah sebagai kekuatan kepemimpinannya. Kultus individu tidak saja mengancam dunia politik, lebih lagi ia merupakan bahaya laten dalam kerohanian. Renungkan: Baik pemimpin maupun umat harus menjaga bahwa kehormatan adalah milik Tuhan dan pengaruh dalam kepemimpinan adalah karunia Allah yang harus dijalani dalam sikap hamba bukan sikap tuan. |