Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 8 dari 8 ayat untuk tulangnya (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.75) (Mzm 109:18) (jerusalem: minyak) Minyak biasanya melambangkan kesejahteraan dan berkat, bdk Maz 92:11+, tetapi di sini mengibaratkan kutuk dan malapetaka
(0.31) (Kej 50:25) (full: MEMBAWA TULANG-TULANGKU DARI SINI. )

Nas : Kej 50:25

Iman Yusuf yang bertahan adalah dalam janji Allah bahwa Kanaan akan menjadi tanah air umatnya (Kej 13:12-15; 26:3; 28:13). Oleh karena itu ia meminta agar tulang-tulangnya dibawa ke tanah yang dijanjikan itu. Empat ratus tahun kemudian, ketika orang Israel meninggalkan Mesir untuk pergi ke Kanaan mereka membawa tulang-tulang Yusuf (Kel 13:19; Yos 24:32; bd. Ibr 11:22). Demikian pula, semua orang percaya tahu bahwa masa depan mereka tidak terdapat di dunia ini, tetapi di tempat yang lain, tanah air sorgawi, di mana mereka akan tinggal selama-lamanya dengan Allah dan menikmati kehadiran dan berkat-berkat-Nya untuk selama-lamanya (Ibr 11:8-16; Wahy 21:1-4).

(0.25) (Mat 8:28) (sh: Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan. (Senin, 12 Januari 1998))
Jesus membebaskan manusia dari kuasa Setan.

Setan-setan tahu dan mengenal, Yesus adalah Anak Allah. Mereka takut jika ditindak sebelum waktunya, lalu memohon, agar diusir masuk pada kawanan babi.Yesus mengabulkan, karena Dia berkuasa, baik atas manusia, hewan maupun setan. Namun, kini pada zaman iptek yang canggih ini terjadi keanehan. Orang-orang pintar, beragama dan berilmu takluk dan taat kepada setan-setan; dan melakukan perintah-perintahnya, bahkan beribadah, memuja dan menyembahnya. Bagaimanakah usaha orang percaya, untuk memperkenalkan Yesus dan membebaskan mereka dari pemujaan yang membelenggu jiwa mereka?

Yesus lebih mengetahui kebutuhan kita. Tuhan Yesus memuji para sahabat yang membawa seorang lumpuh kepada-Nya, untuk disembuhkan. Yesus melihat kebutuhan terdalam dari si lumpuh, yakni kesembuhan jiwa yang lumpuh, karena dosa yang membelenggu, yang membuat tulang-tulangnya lesu dan sumsumnya menjadi kering (Mzm. 32:34). Pengampunan dosa membebaskan dan memulihkan jasmaninya, sehingga jiwanya menjadi sehat. Marilah kita belajar tidak menyimpan dosa. Segeralah datang kepada Yesus dan bertobat.

Doa: Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau lebih mencintai kami daripada kami mencintai diri kami sendiri. Amin.

(0.22) (Mzm 6:1) (sh: Beriman dalam pergumulan (Sabtu, 15 Februari 2003))
Beriman dalam pergumulan

Frasa bahasa Inggris berikut meringkaskan pandangan umum tentang bagaimana beriman di tengah pergumulan yang berat: "to keep a stiff upper lip". Arti bebasnya, menjaga bagian atas bibir tetap kaku pada saat apa pun, karena bibir bagian atas kita selalu bergerak dan berubah bentuk, bila sang empunya bibir atas sedang ada dalam keadaan emosional, senang atau sedih. Pendeknya, jika dalam pergumulan, tetaplah tegar, kendalikan diri, dan jangan salahkan Allah.

Pemazmur gagal total untuk melakukan itu. Jangankan menjaga bibir atasnya tetap kaku, ranjangnya pun digenangi oleh air matanya (ayat 7b). Tulang-tulangnya gemetar (ayat 4) dan matanya sembab (ayat 8). Ia mengeluh merana (ayat 3a,7a) dan bertanya, "berapa lama lagi?" (ayat 4b). Setelah itu semua, baru kemudian pemazmur menyambungnya dengan pernyataan keyakinan bahwa Allah akan menolong dan membelanya (ayat 9-11).

Mazmur ini memberikan wawasan yang sehat tentang bagaimana beriman dalam pergumulan. Darinya kita menyimpulkan suatu sikap iman terhadap pergumulan yang seimbang. Pengalaman iman kita mengizinkan kita untuk berduka, meratap, dan bahkan mengeluh. Bahkan, seperti teladan pemazmur, semua ratap dan keluhan itu ditujukan langsung kepada Allah. Ini bukan kekurang-ajaran, bukan pula ketidakpercayaan, tetapi hak dari seorang anak untuk mengeluh kepada Bapanya. Ini juga berarti memberikan kesempatan bagi Allah untuk menjawab keluhan kita dan menolong kita. Kita belajar bahwa dasar yang teguh bagi Kristen untuk menghadapi pergumulan bukanlah iman terhadap konsep, tetapi kepada Allah yang hidup, yang mendengarkan dan menjawab doa-doa kita.

Renungkan: Doa bukanlah topeng religius untuk menutupi kelemahan kita dengan tindakan rohani, tetapi ekspresi atas hubungan yang akrab dengan Allah dalam kejujuran dan penyerahan diri.

(0.22) (Mzm 42:1) (sh: Merindukan Allah (Minggu, 12 Agustus 2001))
Merindukan Allah

Pernahkah Anda merasakan kegalauan rasa rindu yang tak terbendung ketika terpisah dari orang-orang yang Anda cintai? Hasrat seperti inilah yang dirasakan pemazmur.

Pemazmur merindukan Tuhan dengan hasrat yang sedemikian besar, tak tertahankan lagi dan harus segera mendapat pemenuhannya (ayat 1- 3). Ia haus, gundah gulana, tertekan, dan gelisah ketika menyadari keberadaan dirinya yang telah jauh dari Allah (ayat 3, 5, 6, 7, 12). Ia memenuhi hari-harinya dengan air mata karena celaan lawannya yang menikam tulang-tulangnya: "Di manakah Allahmu?" (ayat 4, 11). Ia sedemikian takut terpisah dari Allah sehingga berseru: "Mengapa Engkau melupakan aku? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh?" (ayat 10). Kerinduannya yang sedemikian dalam ini tidak terobati oleh album kenangan yang dipenuhi dengan memori indah. Ingatannya tentang sorak-sorai, nyanyian syukur, dan perayaan yang pernah dinikmatinya di rumah Allah, maupun kenangan manis yang menjadi sejarah tidaklah memuaskan hasratnya, tetapi sebaliknya justru membawanya semakin tenggelam dalam ketakutan, keputusasaan, dan kegelisahan hati (ayat 5-6, 7-8). Harapan satu-satunya, yang memungkinkannya untuk kembali bersyukur hanyalah ditemukan di dalam Tuhan.

Getaran rasa rindu yang sedemikian besar terhadap Tuhan seringkali tidak kita miliki. Hal ini dapat terjadi karena kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita yang terdalam, tidak lain adalah Allah yang hidup, sumber kehidupan kita (ayat 3, 9). Dialah sumber pertolongan yang melindungi dan memerintahkan kasih setia-Nya (ayat 6, 9, 12).

Renungkan: Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa.

Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta

II Raja-raja 4:42-44

Efesus 4:1-6, 11-16

Yohanes 6:1-15

Mazmur 145

Lagu: Kidung Jemaat 402

Pa 6 Mazmur 40

Mazmur ini merupakan cerminan hati Daud tentang hasratnya yang sedemikian kuat kepada Tuhan. Hasrat ini terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan keyakinan dan harapannya yang tidak pudar melintasi berbagai problematika kehidupan. Hasrat ini bukanlah dibangun di atas harapan yang semu ataupun keyakinan yang tidak beralasan, melainkan dibangun di atas dasar kasih setia Tuhan yang dapat dipercaya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Pada ayat 2-6 Daud memuji Tuhan atas apa yang sudah Tuhan kerjakan baginya. Bagaimanakah Daud menggambarkan pertolongan Tuhan kepadanya (ayat 2b-4a)? Apakah hubungan antara karya Tuhan ini dengan hasratnya kepada Tuhan (ayat 2a)? Dampak apakah yang dihasilkan oleh pertolongan Tuhan tersebut (ayat 4b)? Bagaimanakah hal ini mempengaruhi cara pandang Daud tentang Tuhan dan orang yang berbahagia (ayat 5, 6)?

2. Mengapakah Daud memohon agar Tuhan tidak menahan rakhmat-Nya melainkan segera menolongnya (ayat 12, 14)? Kesadaran tentang faktor-faktor eksternal (ayat 13a) dan internal (ayat 13b) apakah yang mendorongnya berdoa seperti ini? Apakah hasratnya kepada Tuhan menjadi luntur dalam situasi seperti ini (ayat 14b)?

3. Apakah yang menjadi harapan Daud bagi musuh-musuhnya (ayat 15) dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan daripada-Nya (ayat 17)? Apakah dasar bagi harapan-harapannya?

4. Apakah dampak dari pertolongan Allah yang pernah dialaminya (ayat 2-11) terhadap pergumulan yang sedang dihadapinya (ayat 12- 14)? Bagaimana hal itu juga berpengaruh terhadap harapannya untuk masa yang akan datang (ayat 15-17)?

5. Bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita dapat menemukan keyakinan pada masa kesesakan dan harapan untuk masa yang akan datang? Apakah dasar bagi keyakinan kita akan pertolongan Tuhan?

6. Di tengah-tengah pergumulan kita sehari-hari, apakah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya untuk masa kini dan masa yang akan datang, sama seperti pada masa yang lampau? Hal-hal apakah yang menghambat proses ini?

(0.19) (Mzm 35:1) (sh: Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan (Jumat, 3 Agustus 2001))
Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan

Mazmur ini menyingkapkan kepada kita kemenangan Daud atas pergumulan yang penuh dengan kecemasan di tengah pertempuran (ayat 2-10), tuduhan palsu dalam persidangan (ayat 11-18), dan permusuhan tanpa alasan dari orang-orang yang ada di sekitarnya (ayat 19-28). Kengerian perang, fitnahan, kebencian, dan penghinaan meliputi dirinya. Ia dikejar dan dijebak oleh orang- orang yang ingin mencabut nyawanya (ayat 3, 4, 7), difitnah oleh orang-orang yang dekat dengannya sebagai balasan atas kebaikannya (ayat 11-16), ditipu dan diolok-olok oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya (ayat 19, 20). Ia terkucil, ada di bawah tekanan, kecemasan, bahaya, dan kekecewaan yang sedemikian berat dan mendalam.

Namun imannya terus melaju menerobos tumpukan kegelisahan yang membebaninya. Ia tidak tenggelam dalam keputusasaan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan serta menemukan kekuatan dalam doa, yang memampukannya bertahan dan bertumbuh semakin mengenal Tuhan. Ia menutup setiap bagian ratapannya dengan pujian, sorak-sorai, kegirangan, dan nyanyian syukur (ayat 9-10, 18, 28). Ia melantunkan pujian di tengah jemaah yang besar (ayat 18) dan memenuhi hari-harinya dengan pujian kepada Tuhan dan keadilan-Nya (ayat 28). Tulang-tulangnya tidak menjadi kering karena kecemasan, sebaliknya bertutur memberitakan kebesaran Allah: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?" (ayat 10).

Apakah yang membuat Daud memiliki kekuatan seperti ini? Ia menemukan kekuatan di dalam doa yang dipanjatkan dengan keyakinan dan pemahaman yang tepat tentang Tuhan. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya dengan keyakinan kepada Tuhan Sang Pahlawan Perang dan Hakim yang adil, yang berperang, memberikan kemenangan dan pembebasan baginya (ayat 1-3, 22-24).

Renungkan: Pengenalan yang benar akan Tuhan merupakan pembimbing bagi kita untuk menghayati peran serta-Nya di tengah berbagai pergumulan yang kita hadapi. Pencurahan isi hati yang berlandaskan pengenalan ini akan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewati berbagai tekanan kecemasan.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA