Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 325 ayat untuk tetapi kemudian AND book:[40 TO 66] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.32) (Kis 8:12) (full: MEREKA PERCAYA ... NAMA YESUS KRISTUS. )

Nas : Kis 8:12

Orang-orang Samaria memenuhi syarat-syarat keselamatan dengan sepenuhnya dan menjadi orang Kristen sebelum Roh Kudus datang atas mereka.

  1. 1) Mereka "percaya" dan "dibaptiskan". Dua fakta membuktikan dengan jelas bahwa iman orang Samaria adalah iman sejati yang menyelamatkan.
    1. (a) Baik Filipus (ayat Kis 8:12) maupun para rasul (ayat Kis 8:14) menilai iman mereka sah.
    2. (b) Di depan umum orang Samaria itu menyerahkan diri kepada Kristus dengan dibaptis dalam air. Alkitab menyatakan bahwa "siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan" (Mr 16:16). Demikianlah, mereka lahir baru dan didiami oleh Roh Kudus (Rom 8:9).
  2. 2) Roh Kudus yang mereka terima beberapa hari kemudian (ayat Kis 8:17) bukan untuk keselamatan. Sebaliknya, penerimaan Roh itu seperti yang dialami oleh para rasul pada hari Pentakosta, yaitu untuk memperlengkapi mereka dengan kuasa untuk pelayanan dan bersaksi (Kis 1:8; 2:4). Lukas memakai istilah "menerima Roh Kudus" terutama dalam arti memberi kuasa (Kis 1:8; 2:38; 8:17; 10:47; 19:2), dan bukan dalam arti kelahiran baru atau pembaharuan

    (lihat art. PEMBAHARUAN;

    lihat art. PEMBAHARUAN PARA MURID; dan

    lihat art. BAPTISAN DALAM ROH KUDUS).

  3. 3) Ada orang yang mengajar bahwa iman orang Samaria bukanlah iman yang menyelamatkan dan membaharui. Akan tetapi, tidak masuk akal untuk percaya bahwa Filipus, yang penuh dengan Roh Kudus dan hikmat (Kis 6:3-5), akan membaptiskan, menyembuhkan, serta mengusir setan-setan dari orang-orang yang imannya tidak sungguh-sungguh.
(0.32) (Ef 2:20) (full: DI ATAS DASAR PARA RASUL. )

Nas : Ef 2:20

Gereja hanya dapat menjadi gereja sejati apabila didirikan atas penyataan yang diilhamkan Kristus kepada para rasul.

  1. 1) Para rasul PB merupakan kelompok utusan, saksi, dan wakil yang asli dari Tuhan yang tersalib dan bangkit. Merekalah batu-batu dasar gereja, dan berita mereka terpelihara dalam kitab-kitab PB sebagai kesaksian yang asli dan mendasar terhadap Injil Kristus, serta berlaku sepanjang zaman.
  2. 2) Semua orang percaya dan gereja mengandalkan perkataan, amanat, dan iman para rasul pertama sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul dan tulisan-tulisan rasuli yang diilhamkan. Kekuasaan mereka tersimpan dalam PB, dan angkatan gereja selanjutnya wajib menaati penyataan rasuli dan bersaksi tentang kebenarannya. Injil yang diberikan kepada para rasul PB oleh Roh Kudus adalah sumber abadi dari hidup, kebenaran, dan pengarahan bagi gereja.
  3. 3) Semua orang percaya dan gereja merupakan orang percaya dan gereja yang sejati hanya selama melaksanakan yang berikut:
    1. (a) Mereka harus menyetujui dan dengan sungguh-sungguh berusaha untuk mengikuti ajaran dan penyataan asli para rasul mengenai Injil sebagaimana terdapat dalam PB (Kis 2:42). Menolak ajaran rasuli berarti menolak Tuhan (Yoh 16:13-15; 1Kor 14:36-38; Gal 1:9-11).
    2. (b) Mereka harus melanjutkan misi rasuli dengan memberitakan kembali amanat rasuli kepada dunia dan gereja serta setia dalam pemberitaan dan pengajaran dalam kuasa Roh Kudus (Kis 1:8; 2Tim 1:8-14; Tit 1:7-9).
    3. (c) Mereka bukan saja harus mempercayai amanat rasuli tetapi juga mempertahankan dan menjaganya terhadap semua usaha untuk memutarbalikkan atau merusaknya. Penyataan rasuli yang asli sebagaimana ditemukan dalam PB tidak pernah dapat diganti atau ditiadakan dengan penyataan, kesaksian, atau nubuat yang datang kemudian (Kis 20:27-31; 1Tim 6:20).
(0.32) (Mat 3:7) (jerusalem: orang Farisi) Mereka itu suatu kelompok orang Yahudi yang sangat rajin menepati hukum Taurat; tetapi mereka terlalu terikat pada tradisi lisan dari guru-guru mereka, sehingga terlalu memperhatikan hal-hal kecil yang dibanggakan dan juga sering berpura-pura saja. Kebebasan Yesus terhadap hukum Taurat dan pergaulanNya dengan orang berdosa tidak dapat menimbulkan perlawanan dari pihak orang Farisi. Injil-injil, khususnya Matius, kerap kali memperlihatkan perlawanan itu, bdk Mat 9:11 dsj; Mat 12:2 dsj,Mat 12:14 dsj, Mat 12:24; Mat 15:1 dsj; Mat 16:1 dsj; Mat 19:3 dsj; Mat 21:45; Mat 22:15 dsj, Mat 22:34,41; Mat 22:23dsj; Luk 5:21; Luk 6:7; Luk 15:2; Luk 16:14-15; Luk 18:10-11; Yoh 7:32; Yoh 8:13; Yoh 9:13-14; Yoh 11:47-48. Namun demikian Yesus juga bersahabat dengan beberapa orang Farisi, Luk 7:36+; Yoh 3:1+. Kemudian murid-murid Yesus kadang-kadang bersekutu dengan orang Farisi melawan orang Saduki, Kis 23:6-10. Semangat orang-orang Farisi tidak disangkal, Rom 10:2, bahkan ketulusan hati mereka ditonjolkan, Kis 5:34-39. Paulus bangga bahwa dahulu masuk kalangan orang Farisi, Kis 23;6; Kis 26:5; Fili 3:5
(0.32) (Mrk 1:1) (jerusalem)

Injil Karangan Markus

Rangka Mrk adalah paling tidak sistematik. Pembukaan injil merangkum pewartaan oleh Yohanes Pembaptis, baptisan Yesus dan pencobaanNya di padang gurun, Mrk 1:1-13; kemudian beberapa petunjuk tentang karya Yesus di Galilea, Mrk 1:14-7:23; menyusullah perjalanan Yesus bersama murid-muridNya ke daerah Tirus dan Sidon, ke Dekapolis, di kawasan Kaisarea Filipi, lalu Yesus kembali ke Galilea, Mrk 7:24 - 9:50. Akhirnya sebuah perjalanan lain melalui daerah Perea dan kota Yerikho menuju Yerusalem hendak menempuh sengsara dan kebangkitan, Mrk 10:1-16:8. Tanpa berkata tentang urutan kejadian-kejadian secara terperinci nampaklah rangka tersebut agak dibuat-buat. Sebab mungkin sekali, sebagaimana dibuktikan injil keempat, bahwa Yesus beberapa kali pergi ke Yerusalem sebelum Paskah-sengsara. Namun demikian garis-garis besar Mrk memperlihatkan suatu perkembangan yang perlu dipertahankan, baik karena nilai historisnya maupun karena makna teologisnya. Mula-mula Yesus disambut baik oleh rakyat yang semangatnya berkobar-kobar; lalu martabatNya sebagai Mesias yang sederhana dan rohani belaka mengecewakan harapan rakyat yang semangatnya menjadi kendor; Lalu Yesus meninggalkan daerah Galilea mencurahkan perhatian untuk mendidik sekelompok kecil murid-murid yang setia; tanpa syarat mereka akhirnya mengakui Yesus sejak pernyataan Petrus di Kaisarea Filipi; ini titik yang memutuskan; semenjak itu segala sesuatunya diarahkan ke Yerusalem; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem; akibat; akibat perlawanan yang semakin menjadi maka di Yerusalem terlaksanalah drama sengsara, yang akhirnya dimahkotai oleh tanggapan Allah yang menang, yakni kebangkitan.

Injil kedua ini terutama menaruh perhatiannya pada Yesus sebagai sebuah paradoks : oleh manusia Ia tidak diterima, bahkan ditolak, meskipun diutus oleh Allah dan oleh karena Allah, akhirnya menang juga. Mrk tidak begitu berminat terhadap pengajaran Yesus, sehingga hanya sedikit perkataan Yesus dimuatnya. Pokok utamanya ialah : pernyataan Mesias yang disalibkan. Dari satu pihak Mrk memperlihatkan Yesus sebagai Anak Alah yang diakui oleh Bapa sendiri, Mrk 1:11; 9:7, oleh setan-setan, Mrk 1:24; 3:11; 5:7, dan bahkan oleh manusia, Mrk 15:39; sebagai Mesias yang menghaki sebuah martabat ilahi, 14:62, dan melebihi malaikat, 13:32; yang menganggap diriNya berkuasa untuk mengampuni dosa, Mrk 2:10, sebagaimana dibuktikanNya dengan membuat mujizat, Mrk 1:31; 4:41 dll, mengusir roh-roh jahat, Mrk 1:27; 3:23; dll. Tetapi di lain pihak mengejek Yesus dan kesal hati terhadapNya, Mrk 5:40; 6:2 dst; permusuhan dari pihak pemimpin-pemimpin Yunani, Mrk 2:1-3:6; dll; bahkan murid-murid tidak sampai memahami Yesus, Mrk 4:13+; perlawanan yang membawa ke penghinaan salib. Justru batu sandungan itulah yang ingin dijelaskan oleh Mrk, tidak hanya dengan memperlawankannya dengan kemenangan terakhir dalam kebangkitan, tetapi juga dengan memperlihatkan bahwa haruslah terjadi demikian, menurut rencana rahasia Allah. Haruslah Kristus menderita untuk menebus manusia, Mrk 10:45; 14:24; demikianlah dinubuatkan oleh Alkitab, Mrk 9:12; 14:21, 49, dan Yesus sendiri juga menandaskan bahwa jalan perendahan dan sengsara harus ditempuh baik oleh Yesus sendiri, Mrk 8:31; 9:31; 10:33 dst, maupun oleh pengikut-pengikutNya, Mrk 8:34 dst; 9:35; 10:15, 24 dst, Mrk 39; 13:9-13. Hanya pengharapan Yahudi akan seorang Mesias pejuang dan pemenang kurang siap untuk menerima keterangan- keterangan semacam mengenai penderitaan dan penyangkalan diri. Itulah sebabnya maka Yesus untuk menghindarkan timbulnya semangat yang kurang tepat menyembunyikan mujizat-mujizatNya, Mrk 5:43; dll, dan diriNya sendiri Mrk 7:24; 9:30. Dari sebutan Mesias, Mrk 8:29 dst. yang terlalu berpautan dengan kemuliaan manusiawi. Yesus mengutamakan sebutan lebih sederhana dan lebih sama-sama, yaitu "Anak Manusia", 2:10, dll; bdk Mat 8:20+. Itulah yang disebutkan sebagai "rahasia Mesias", Mrk 1:34+. Memang benar juga "rahasia" itu dijadikan oleh Mrk sebagai pokok utama injilnya. Tetapi ini bukan buah daya khayalnya sendiri. Sebaliknya Markus telah menyelami kenyataan terdalam dalam jalan hidup Yesus yang penuh sengsara. Dan justru kenyataan itulah yang dibentangkan Mrk di hadapan kita dengan disinari cahaya iman yang secara depinitip diteguhkan oleh kemenangan Paskah.

(0.32) (Yoh 1:14) (jerusalem: manusia) Harafiah: daging. Dengan menggunakan istilah itu, lih. Rom 7:5+. Yohanes menekankan bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat manusia. Hal ini kerap kali ditonjolkan Yohanes. Kemudian orang berkata tentang "penjelmaan" (inkarnasi). Bdk 1Yo 4:2; 2Yo 7; demikianpun Paulus, Rom 1:3; Gal 4:4; Fili 2:7; Kol 1:19
(0.32) (Kis 7:38) (jerusalem: sidang jemaah) Kata Yunani "Ekklesia" ini menjadi Gereja dalam peristilahan kita, bdk Kis 5:11+; Mat 16:18+. Dalam Ula 4:10; bdk Kis 18:16; 4:10; 23:29, kata itu berarti: jemaat di gurun yang sedang berkumpul, bdk Kel 12:16; Ima 23:3; Bil 29:1. Gereja, ialah umat orang-orang kudus yang baru, Kis 9:13+, menjadi pewaris umat yang lama itu
(0.32) (Mat 1:1) (sh: Wanita di balik rencana keselamatan Allah (Jumat, 24 Desember 2004))
Wanita di balik rencana keselamatan Allah

Pada umumnya kedudukan seorang wanita dalam hak waris, hak belajar, hak bekerja, hak berpendapat, dll. dalam budaya dunia dianggap remeh. Akan tetapi, pandangan Allah terhadap wanita berbeda dengan dunia. Nas inilah buktinya.

Injil Matius dibuka dengan penulisan garis keturunan Yesus yang terdiri dari empat puluh dua keturunan dari Abraham sampai Daud; keturunan Daud yang terbuang ke Babel; generasi yang lahir dari pembuangan ke Babel (ayat 17). Yang menarik dari nas ini ialah dituliskannya tiga nama wanita yang memiliki riwayat hidup yang "cacat" Mengapa? Cerita tentang mereka kurang baik dan tidak terhormat. Ketiga wanita tersebut yakni: Tamar (ayat 3); Rahab (ayat 5a); Batsyeba, istri Uria (ayat 6). Pertama, sebenarnya Tamar adalah menantu dari Yehuda (Kej. 38:6, 8-11). Janji Yehuda untuk memberikan Syela menjadi suami bagi Tamar ternyata bohong (ayat 14). Jadi, Tamar menyamar sebagai "wanita nakal" untuk menggoda Yehuda dan melahirkan Peres dan Zerah. Kedua, Rahab adalah seorang "wanita nakal" Kanaan yang melindungi pasukan pengintai Israel saat mereka hendak melarikan diri dari kota Yerikho (Yos. 2). Penyebab Rahab menolong mereka karena ia memercayai Allah Israel (ayat 9-13). Ketiga, Batsyeba adalah istri Uria yang menjadi korban keinginan nafsu Raja Daud, ketika suaminya berperang membela Israel melawan Amon. Batsyeba melahirkan seorang anak yang meninggal tidak lama setelah ia lahir. Barulah kemudian Salomo lahir (ayat 2 Sam. 11).

Allah dalam kehendak-Nya dan kedaulatan-Nya memilih Tamar, Rahab, dan Batsyeba menjadi nenek moyang Yesus. Hal ini menunjukkan bahwa penggenapan keselamatan Allah melalui Yesus bagi manusia, tidak berdasarkan "bersih" tidaknya maupun terhormat tidaknya status seseorang di masyarakat. Keselamatan bagi hidup kita pun tidak didasarkan pada siapakah kita, bagaimanakah masa lalu kita, apa pekerjaan kita, dll.

Renungkan: Syarat menjadi bagian dari umat Allah bukan karena keberadaan kita melainkan hati dan iman yang tertuju kepada-Nya.

(0.32) (Mat 22:15) (sh: Tidak bercela (Selasa, 1 Maret 2005))
Tidak bercela


Permusuhan para pemuka agama terhadap Tuhan Yesus semakin menjadi-jadi. Mereka menggunakan segala cara untuk menghentikan Dia. Orang Farisi yang anti penjajah Romawi, kini berkomplot dengan orang Herodian sahabat Herodes, boneka kaisar. Mereka bersatu untuk menjebak Tuhan Yesus (ayat 15-16). Mereka ingin menggiring Yesus ke jalan buntu (ayat 15). Bila Yesus mengatakan tidak perlu membayar pajak, orang Herodian akan menuduh Yesus memberontak terhadap pemerintahan Romawi. Sebaliknya, bila Yesus setuju, Ia akan kehilangan popularitas di mata rakyat.

Yesus tidak langsung menjawab, tetapi balik bertanya (ayat 19-20). Pertanyaan itu memaksa mereka mengakui kenyataan tentang kekuasaan Kaisar, juga bahwa mereka sendiri tunduk kepadanya. Semua orang Israel waktu itu pastilah menggunakan mata uang itu untuk kegiatan hidup mereka sehari-hari. Pantaslah mereka membayar pajak kepada pemerintah Romawi. Tidak berhenti di situ, Yesus kemudian menyatakan bahwa ada kuasa lain yang semua manusia harus perhitungkan, yaitu kuasa Allah. Kuasa kaisar terbatas, maka ketundukan kepadanya pun terbatas; kuasa Allah mutlak, maka ketundukan kepada-Nya pun tanpa syarat (ayat 21b). Jawaban Tuhan Yesus ini mencengangkan semua lawannya (ayat 22). Ia mendesak mereka mengakui kekuasaan terbatas pemerintah sambil taat penuh kepada Allah.

Dalam hidup sehari-hari tidak jarang kita diperhadapkan dengan situasi pelik yang membuat kita serba salah. Beriman kepada Yesus memang berisiko tinggi. Dunia yang tidak tunduk kepada Allah penuh dengan lika-liku kebiasaan yang perlu disikapi dengan tepat. Hikmat dan integritas Tuhan Yesus mengalahkan segala kelicikan lawan-lawan-Nya. Teladanilah Yesus dan kalahkan mereka!

Renungkan: Hidup Kristen harusnya memiliki ciri hidup kualitas Yesus: berintegritas tinggi dan tak terkalahkan lawan sebab Yesus memerintah dan menjadi panutan dalam hidup orang Kristen.

(0.32) (Mat 26:69) (sh: Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya (Selasa, 10 April 2001))
Dusta pertama memimpin dusta-dusta lainnya

Aristoteles, seorang filsuf Yunani terkenal pernah mengatakan bahwa dusta pertama adalah pembuka jalan bagi dusta-dusta yang lain, yang semakin lama semakin meningkat kualitasnya. Itulah yang terjadi dalam diri Petrus. Ketika masyarakat mengenalinya, Petrus ditekan, dan dituntut untuk mengakui kedekatan dirinya dengan Yesus. Tetapi Petrus tidak siap menghadapi fakta itu, dan merasa lebih baik mengamankan diri dengan menyangkal Yesus serta bersikap seolah-olah tidak mengenal-Nya. Namun karena terus menghadapi pertanyaan yang sama, maka rangkaian dusta menyangkal Yesus itu semakin meningkat kualitasnya. Apa yang Petrus lakukan sungguh bertentangan dengan pengakuannya bahwa: "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup", yang menjadi dasar pengakuan iman Kristen di segala abad! Tidak hanya itu, tindakan menyangkal mengenal Yesus adalah perbuatan dosa yang sangat besar, karena itu berarti menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Dari peristiwa penyangkalan Petrus ini kita belajar tentang hal penting yaitu bahwa kegagalan mengendalikan diri untuk tetap berdiri pada fakta iman bahwa Yesus Kristus, Sang Mesias, Anak Allah yang hidup itu harus mengalami penderitaan menyebabkan kita tidak siap untuk menderita bersama Yesus. Akibatnya, kita memilih jalan yang, menurut kita, paling aman yaitu berdusta, menyangkali Dia karena takut kepada manusia. Sadarkah kita akan konsekuensi dari perbuatan ini?

Mengapa Petrus ketika menyadari kesalahannya segera berbalik kemudian menangis dan menyesali perbuatannya? Peringatan Yesus tentang akan adanya penyangkalan Petrus kembali terngiang seiring berkokoknya ayam. Hal ini mengingatkan dan menegurnya, sehingga ia malu, kecewa, dan sedih. Ia menyesal karena telah membalas cinta kasih Yesus dengan penyangkalan yang amat mengecewakan. Penyesalan yang lahir karena mengingat cinta kasih Yesus dan kedekatan hubungan kita dengan Yesus akan membawa kepada penyesalan dan pertobatan sejati.

Renungkan: Kristen senantiasa menghadapi situasi seperti Petrus, akankah kita menunjukkan jati diri kekristenan apa pun risiko yang kita hadapi? Ketika kita menyangkali Dia dan tidak mengakui jati diri kekristenan kita, bagaimana perasaan kita mengingat cinta kasih Yesus yang telah berkorban demi keselamatan kita?

(0.32) (Mrk 6:1) (sh: Gaya hidup kemuridan (Sabtu, 8 Maret 2003))
Gaya hidup kemuridan

Gaya hidup (lifestyle) menentukan arah hidup. Pola pikir yang terbalik ini telah merasuk di sekitar kita, terutama yang tinggal di kota besar. Indera kita dibombardir dengan pesan- pesan: inilah gaya hidup orang sukses, dengan mobil merek A, handphone cap B, tinggal di kompleks C, nasabah bank D, makan malam di E, berprestasi dalam bidang F dst. Arah hidup banyak orang akhirnya berbelok menjadi bagaimana memperoleh dan memelihara simbol-simbol tadi. Keputusan-keputusan hidup yang penting pun didasarkan, dan selalu merujuk kepada pemenuhan gaya hidup yang diidealisasikan.

Nas bacaan kita menunjukkan bagaimana hidup yang dijalani Yesus dan para murid-Nya sebagai pemberita. Yesus mengalami penolakan dari orang-orang sekampung-Nya (ayat 3) karena ketidak-percayaan mereka (ayat 6). Yesus menyimpulkan ini bagi murid-murid-Nya (termasuk kita) bahwa seorang pemberita harus siap mengalami penolakan, bahkan oleh orang-orang yang dekat dengannya (ayat 4). Inilah risiko, "salib", yang harus siap diterima para pengikut-Nya.

Tidak hanya yang bersifat insidentil, Yesus juga mengajarkan para murid untuk tidak membawa bekal apa-apa dalam perjalanan penginjilan mereka. Perintah ini bersifat kontekstual hanya untuk pengutusan waktu itu saja (sudut pandang Markus menyatakan para murid kemudian memiliki bekal makanan [6:38]). Yang penting adalah penekanan yang mendasari perintah Yesus. Tiadanya bekal yang dibawa menunjukkan kegentingan -- Injil perlu diberitakan sesegera mungkin -- dan kebergantungan penuh kepada Allah untuk mencukupi mereka. Bagaimana memenuhi panggilan dari Allah, itulah yang harus menjadi penentu gaya hidup tiap Kristen.

Renungkan: Gaya hidup Kristen bukanlah menurut kategori-kategori kaya atau miskin, rohani atau sekuler, tetapi gaya hidup akibat mengikut panggilan dan kehendak Allah, apapun konsekuensinya.

(0.32) (Luk 1:57) (sh: Mengapa bersukacita dan memuji? (Selasa, 24 Desember 2002))
Mengapa bersukacita dan memuji?

Bagi sanak keluarga Zakharia dan Elisabet, jelas karena kelahiran anak bagi pasangan tersebut yang menunjukkan rahmat Tuhan yang besar kepada mereka (ayat 57-58). Namun, alasan mereka tidak hanya itu. Zakharia dan Elisabet punya alasan yang lebih besar lagi. Alasan dari sukacita dan pujian itu lah yang telah menyebabkan mereka melakukan dan mengalami hal-hal yang membuat para sanak keluarganya heran (ayat 62), dan banyak orang geger (ayat 65). Alasan itu tampak jelas melalui himne yang dinyatakan oleh Zakharia. Himne Zakharia yang didasari oleh kuasa Roh Kudus, di samping berfungsi sebagai pujian kepada Tuhan (terutama 68-75, juga 78-79), juga merupakan nubuat tentang Yohanes Pembaptis (ayat 76-77). Himne ini menunjukkan karya penyelamatan Allah bagi Israel. Allah tidak pernah melupakan umat-Nya, dan telah menjanjikan kepada Abraham dan mereka yang bertahan kedamaian yang diisi dengan ibadah; kelepasan dari musuh tanpa rasa takut.

Saat untuk ini telah mendekat, ditandai dengan kelahiran anak Zakharia, Yohanes yang kemudian disebut Pembaptis. Karena itu, sumber sukacita Zakharia tidaklah hanya kelahiran anaknya, tetapi juga kedatangan Dia, yang jalan-Nya akan dipersiapkan oleh Yohanes. Kedatangan-Nya, dan karya penyelamatan yang dilakukan-Nya, sudah cukup untuk memicu pujian dan ucapan syukur dari Zakharia ini (ayat 64, 68). Bagian ini ditutup dengan catatan bagaimana Yohanes Pembaptis menjadi besar, dan tinggal di padang gurun sampai saatnya ia mulai melayani Israel. Dengan demikian, narasi Injil ini seakan-akan menahan nafas, menanti kemunculan sang Mesias, Juruselamat, yang tinggal beberapa saat lagi. Kedatangan Mesias adalah dasar lebih kuat lagi bagi sukacita sejati kita.

Renungkan:
Apa yang sedang Anda siapkan menjadi dasar kegembiraan pada hari Natal besok? Ada dua pilihan: semata karena Anda akan berlibur? Atau karena Anda akan merenungkan kembali kebenaran kabar baik Natal, lalu bergembira ria dan bersukacita bersama keluarga dan teman?

(0.32) (Luk 5:1) (sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004))
Dijala sebelum menjadi penjala

Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani.

Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5).

Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus.

Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya.

Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu.

(0.32) (Luk 8:26) (sh: Bebas dari belenggu setan (Rabu, 28 Januari 2004))
Bebas dari belenggu setan

Ada berbagai macam manifestasi orang dibelenggu setan, simak saja acara-acara misteri alam gaib televisi Anda. Ada yang berbicara dengan suara orang lain, ada yang sakit tanpa sebab medis, dan sederetan contoh lainnya. Tontonan semacam ini bukan hal baru yang terjadi di dunia modern ini. Setan sudah bekerja sejak manusia pertama jatuh dalam dosa. Dalam pelayanan Yesus bersama murid-murid-Nya di Gerasa pun, Yesus didatangi seorang laki-laki yang dirasuk setan (ayat 26-27). Apa yang dilakukan Yesus?

Pertama, Yesus menyelamatkan (ayat 27b-37). Yesus tidak akan membiarkan orang dalam kondisi dirasuk setan. Belas kasihan-Nya kepada orang yang dirasuk “Legion” nampak ketika Ia memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Setan jelas tahu bahwa Yesus Anak Allah yang Mahatinggi itu lebih berkuasa dari mereka, karena itu wajar bila setan-setan memohon agar jangan menyiksanya dan jangan memerintahnya masuk ke dalam jurang maut. Yesus memperkenankan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi, yang kemudian mati lemas karena terjun ke danau. Tentu saja peristiwa ini menyebabkan Gerasa gempar. Meski telah melihat keajaiban keselamatan pada orang yang dirasuk menjadi waras, banyak orang ketakutan dan Yesus pun melanjutkan perjalanan pelayanan-Nya.

Kedua, Yesus menyuruh bersaksi (ayat 38-39). Respons orang yang telah dibebaskan dari belenggu setan ditunjukkan dengan kesediaannya mengikut Yesus. Namun, Yesus memberi tanggung jawab yang lebih besar daripada sekadar menyertai-Nya. Orang itu disuruh-Nya menyaksikan perbuatan Allah bukan di tempat lain tetapi di tempat asalnya sendiri. Dengan mengemban tugas mulia, orang itu pun menjadi saksi perbuatan Yesus atas dirinya di seluruh kota Gerasa.

Renungkan: Keindahan hidup bebas dari belenggu setan hanya dapat dinikmati bila berjumpa dengan Yesus Kristus, Sang Juruselamat.

(0.32) (Luk 12:1) (sh: Yesus telah mengajarku demikian! (Selasa, 24 Februari 2004))
Yesus telah mengajarku demikian!

Sayangnya, Kristen masakini lebih menyukai pengakuan seperti “Yesus mewahyukan kepadaku” atau “Dia memberikan kepadaku firman ini [!]” dll. ketimbang kalimat di atas. Kata “ajar” rasanya terlalu rendah diri. Kita rupanya lebih suka menjadi rasul ketimbang menjadi murid!

Tujuan Lukas mencatat perkataan-perkataan Yesus bukanlah sekadar untuk mencatat “dulu Yesus mengatakan kepada para murid waktu itu,” titik. Lukas mencatat nas ini demi para murid, yaitu para pendengar langsung waktu itu (sekitar 70 orang, bdk. Luk. 10:17), juga kepada para murid di gereja mula-mula yang sezaman dengan Lukas, dan juga kepada para murid yang kemudian seperti kita di Indonesia ini sekarang. Kisah Para Rasul yang menjadi lanjutan Injil Lukas adalah ilustrasi hidup tentang apa yang Yesus sampaikan di dalam nas ini dan penerapannya oleh gereja mula-mula.

Apa yang Yesus ajarkan kepada kita dalam nas ini? Yesus mengajarkan agar para murid berani mengakui identitas dan ketaatan mutlak mereka kepada Yesus Kristus sebagai murid-murid-Nya di hadapan manusia, apapun konsekuensinya (ayat 8-9, 11-12). Tidak melakukannya berarti menjadi seperti sebagian orang Farisi; menjadi munafik (ayat 2) karena tidak mengakui jatidiri sebenarnya, apalagi bila tekanan sosial yang dahsyat cenderung menyeret Kristen kepada kompromi.

Karena itu, biarlah kata dan perbuatan kita sehari-hari menjadi pengakuan bahwa kita adalah murid Kristus, karena kita tahu bahwa yang layak ditakuti hanyalah Allah yang Mahakuasa (ayat 5-9), dan bahwa Roh Kudus terus menyertai kita (ayat 11-12).

Renungkan: Bukan dalam berapa stiker Kristiani yang tertempel di kaca belakang mobil atau pintu kamar Anda, tetapi melalui pilihan-pilihan etis sehari-hari dalam ketaatan yang menabrak nilai duniawi, Anda mengaku murid yang menyembah Yesus sebagai Tuhan.

(0.32) (Luk 19:28) (sh: Sambutan dan penolakan (Sabtu, 20 Maret 2004))
Sambutan dan penolakan

Akhirnya perjalanan Yesus hampir mencapai garis akhir. Ia sudah semakin dekat ke Yerusalem. Ia tidak hanya mengetahui apa yang akan terjadi di depan-Nya, tetapi juga mengetahui bahwa sebentar lagi misi yang diemban-Nya sebagai Mesias akan mencapai puncaknya.

Maka tiba waktu bagi Yesus untuk menyatakan Kemesiasan-Nya secara frontal. Sesuai dengan nubuat Zakharia (Zak. 9:9-10), Mesias sebagai raja akan masuk ke Yerusalem dengan mengendarai keledai muda. Pernyataan frontal ini diperlukan agar terbuka pula semua sikap yang selama ini mungkin tersembunyi, sehingga jelas siapa kawan, siapa lawan.

Sambutan gempita dari para murid dan pengikut Yesus yang begitu luar biasa menunjukkan bahwa masyarakat menerima kehadiran Mesias. Dengan mengutip Mazmur 118:26 yang biasa dikumandangkan pada perayaan Pondok Daun para murid menyambut 'Dia yang datang dalam nama Tuhan' menuju takhta kerajaan di Yerusalem (Luk. 19:38). Sambutan yang gegap gempita itu segera mendapatkan protes dari orang-orang Farisi. Namun, Yesus menolak protes mereka dan menegaskan bahwa batu akan bersorak bila suara manusia dibungkam (ayat 40)!

Jelaslah bagi kita kini: siapa kawan, siapa lawan! Orang Farisi dan kelompok yang selama ini menentang Yesus, yang sekaligus mewakili kelompok orang banyak (terbukti kelak merekalah yang menyalibkan Yesus), dan warga Yerusalem sendirilah yang akan bangkit menentang Yesus.

Untuk itulah Yesus meratapi Yerusalem (ayat 41-44). Oleh karena mereka menolak Mesias maka mereka akan mengalami penghukuman dahsyat. Yesus sekaligus menubuatkan penghancuran kota Yerusalem yang akan terjadi empat puluhan tahun kemudian.

Renungkan: Sekali waktu kelak, semua lutut akan bertelut, semua lidah akan mengaku, Yesus itu Tuhan.

(0.32) (Luk 23:13) (sh: Pengadilan rakyat (Kamis, 8 April 2004))
Pengadilan rakyat

Pilatus menyadari bahwa Yesus berasal dari Galilea. Kebetulan pada saat itu Herodes sedang berada di Yerusalem (ayat 7). Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes. Ini tindakan untuk lepas tangan. Namun tindakan ini sekaligus juga mendamaikan permusuhan Pilatus dan Herodes (ayat 12). Setelah diperiksa, Herodes mengirimkan Yesus kembali kepada Pilatus karena tidak ada bukti yang dapat menghukum Yesus (ayat 14-15).

Di hadapan massa Pilatus memutuskan untuk mencambuk Yesus dan kemudian melepaskan-Nya (ayat 16). Ia berharap tindakan demikian akan memuaskan hati pemimpin agama Yahudi dan rakyat, dan simpati mereka kepada Pilatus tidak luntur. Namun, massa kembali bereaksi ketika Pilatus menyatakan bahwa sama sekali tidak ada alasan untuk menghukum Yesus. Massa menyadari bahwa Pilatus hendak melepaskan Yesus. Suasana menjadi tidak terkendali (ayat 18). Massa memutuskan untuk menempuh jalur di luar hukum. Tindakan massa ini tidak membuat Pilatus mengubah paradigmanya bahwa Yesus tidak bersalah (ayat 20). Kembali massa berteriak menolak tawaran Pilatus (ayat 21). Untuk ketiga kalinya Pilatus menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengadili dan menghukum Yesus (ayat 22), tetapi tetap mendapatkan respons yang sama (ayat 23). Kali ini mereka lebih keras berteriak mendesak Pilatus. Akhirnya Pilatus menyerah. Pilatus menyerah kepada teriakan bukan kepada aturan hukum. Apa teriakan mereka? Salibkan Yesus dan bebaskan Barabas! Siapa Barabas? Lukas menjelaskan bahwa Barabas adalah seorang pembunuh. Atas dasar teriakan massa Barabas sang pembunuh dilepaskan sementara Yesus sang Sumber Hidup dibunuh. Hukum dan keadilan tidak berlaku. Teriakan massa menjadi hukum (ayat 25). Inilah pengadilan rakyat. Tidak ada hukum. Yang ada hanya teriakan.

Renungkan: Jalan yang kelihatannya tidak adil dan merupakan kekalahan bagi manusia ternyata merupakan jalan kemenangan bagi Allah.

(0.32) (Luk 24:36) (sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004))
Tugas pengikut Yesus

Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat 36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat 39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat 43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci.

Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat 47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat 48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan.

Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat 49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52).

Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain.

(0.32) (Yoh 1:19) (sh: Bersaksi tanpa kompromi (Rabu, 26 Desember 2001))
Bersaksi tanpa kompromi

Hari ini kita akan merenungkan berita dan akibat kesaksian Yohanes. Yohanes sering dikenal sebagai pembaptis. Namun, rasul Yohanes yang menuliskan Injil Yohanes menggambarkan Yohanes Pembaptis sebagai saksi. Yohanes bersaksi bahwa Yesus adalah Anak Allah (ayat 34). Lebih jauh, dapat dilihat isi kesaksian Yohanes. Pertama, ia bukanlah mesias yang ditunggu- tunggu umat Israel. Yohanes hanyalah merupakan suara yang menyaksikan Yesus Sang Mesias (ayat 20-23). Kedua, Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus (ayat 33). Yohanes membaptis untuk menyatakan Yesus kepada Israel (ayat 26, 31). Melalui baptisan yang dilakukannya, ia dapat memperkenalkan Yesus. Ketiga, Yesus adalah Anak domba Allah (ayat 29). Istilah Anak domba Allah dikaitkan dengan dosa dan dunia. Hal ini memberikan pengertian bahwa Kristus, sebagai kurban, berasal dari dan disediakan oleh Allah. Tujuan pengurbanan Kristus adalah untuk menghapus dosa manusia. Lingkup penebusan-Nya tidak terbatas kepada umat Israel saja, melainkan kepada seluruh suku yang ada di dunia. Sekali lagi, sentralitas Yesus dalam kesaksian Yohanes terlihat jelas.

Berita Yohanes berpusat pada Kristus. Ia diutus Allah. Apakah dengan demikian berita yang disampaikannya secara otomatis diterima manusia? Para imam, orang Lewi, dan orang Farisi datang ke Yohanes untuk meminta penjelasan dan penegasan (ayat 19, 24). Tidak diberitahukan apakah mereka kemudian percaya pada Yesus sebagai akibat kesaksian Yohanes. Tetapi, jelas hal ini tidak membuat Yohanes menjadi kendur semangatnya atau kecewa. Keesokan harinya, Yohanes kembali bersaksi tentang Yesus (ayat 29). Juga, tidak diberitahu kepada siapa Yohanes bersaksi dalam ayat 29-34. Bagaimana akibat kesaksiannya juga tidak dinyatakan. Apakah ini membuat Yohanes patah semangat dan kecewa? Kita akan melihatnya besok.

Renungkan: Jangan mengharapkan hasil yang luar biasa ketika bersaksi bagi Yesus. Tidak penting hasilnya. Yang lebih utama dan terutama adalah berita Injil yang disampaikan kepada semua umat manusia tetap berpusatkan Kristus. Bersaksilah tanpa kompromi, tanpa bergeser dari inti pemberitaan, meskipun orang lain menolaknya.

(0.32) (Yoh 1:35) (sh: Maju tak gentar, menyaksikan yang benar (Kamis, 27 Desember 2001))
Maju tak gentar, menyaksikan yang benar

Pada kesaksian sebelumnya, tidak ada yang menerima pemberitaan Yohanes. Apakah ia mundur dari tugas kesaksian? Tidak! Pada hari berikutnya, Yohanes kembali bersaksi (ayat 35-36). Ia mengulangi kesaksian yang sama, yakni Yesus adalah Anak Domba Allah. Yohanes terus bersaksi meski pada kesaksian-kesaksian sebelumnya tidak dijelaskan apakah ada yang percaya. Ternyata hasil bukanlah tujuannya. Meski tanpa hasil, Yohanes terus bersaksi. Ia tidak patah semangat atau putus asa. Tujuan hidupnya jelas. Ia adalah saksi bagi Kristus. Kesadaran inilah yang membuatnya tidak lekas patah semangat atau putus asa. Meskipun tidak ada yang percaya, Yohanes tetap merasa tidak perlu mengganti isi kesaksian yang berpusat pada Kristus.

Apakah di kemudian waktu ada yang menerima kesaksiannya? Setelah mengulang kesaksian, barulah kelihatan ada murid-murid Yohanes yang mulai tertarik. Dua orang muridnya segera meninggalkannya dan mengikuti Yesus. Yohanes tidak berkecil hati atau protes saat ia kehilangan murid-murid. Pertemuan murid-murid Yohanes dengan Yesus mengakibatkan mereka menjadi percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka yang percaya ini segera bersaksi dan Andreas membawa Petrus ke Yesus (ayat 41). Yesus menyatakan pada Petrus bahwa Ia mengenal masa lalu dan masa depan Petrus (ayat 42). Rantai kesaksian tidak terputus. Filipus yang bertemu Yesus segera bersaksi kepada Natanael (ayat 45) dan juga mengajaknya bertemu Yesus (ayat 47). Kepada Natanael, Yesus mengungkapkan kemahatahuan-Nya (ayat 47-48). Natanael yang bertemu Yesus segera menyembah- Nya (ayat 49). Kepada mereka yang percaya, Yesus menjanjikan bahwa pengenalan mereka akan bertumbuh semakin dalam (ayat 50-51).

Renungkan: Percaya pada Yesus dan menjadi saksi-Nya merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan. Percaya pada Yesus seharusnya secara alamiah menghasilkan kesaksian tentang Yesus. Tidak mungkin orang mengatakan percaya pada Yesus, tetapi tidak mau bersaksi tentang Yesus. Berdoalah agar Anda diberikan ketaatan untuk menjadi saksi Kristus!

(0.32) (Yoh 2:1) (sh: Bertumbuh dalam kemuliaan (Jumat, 28 Desember 2001))
Bertumbuh dalam kemuliaan

Jika kita berbicara tentang iman yang semakin dalam dan kuat, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Apakah hanya sebatas semakin banyaknya informasi yang kita serap dan kuasai? Hari ini kita akan merenungkan apa artinya iman yang semakin bertumbuh.

Jika pada peristiwa sebelumnya kesaksian disampaikan melalui perkataan, maka dalam teks hari ini kita melihat bahwa kesaksian juga disampaikan melalui perbuatan. Dalam sebuah pesta pernikahan di Kana, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 11). Yesus bersaksi melalui perbuatan, yakni dengan mengubah air menjadi anggur (ayat 9). Ia bersaksi kepada pelayan-pelayan dan juga orang-orang yang hadir dalam pesta perkawinan. Tetapi, tidak dinyatakan bahwa mereka, sebagai akibatnya, menjadi percaya pada Yesus dan kemudian melihat kemuliaan-Nya. Mereka gagal melihat kemuliaan Yesus.

Apakah artinya melihat kemuliaan Yesus? Jika kita mengingat janji Yesus seperti tertera dalam 1:50-51, maka dapat dikatakan bahwa melihat kemuliaan Yesus identik dengan mengalami hadirat Allah. Melihat surga terbuka dan melihat malaikat- malaikat Allah turun-naik kepada Yesus merupakan pernyataan kehadiran Allah. Pada peristiwa sebelumnya, dinyatakan bahwa murid-murid telah percaya pada Yesus (ayat 1:35-51). Mengapa dalam ayat 11 dikatakan murid-murid percaya pada Yesus? Peristiwa di Kana bukanlah awal kelahiran iman murid-murid pada Yesus. Peristiwa ini memperlihatkan pendalaman iman. Iman murid-murid bertumbuh semakin dalam melalui dan oleh peristiwa di Kana. Ini sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sebelumnya (ayat 1:50-51). Melihat kemuliaan Yesus menyebabkan iman murid-murid bertumbuh. Mereka yang percaya pada Yesus selanjutnya akan menikmati persekutuan bersama- Nya, mengalami hadirat Allah. Melihat kemuliaan Yesus berarti mengalami hadirat Allah. Inilah artinya iman yang bertumbuh.

Renungkan: Setiap manusia yang percaya pada Yesus akan melihat kemuliaan-Nya (ayat 1:14). Belajarlah peka melihat kemuliaan- Nya dalam hidup Anda. Ucapan syukur Anda bisa jadi merupakan tanda bahwa iman Anda bertumbuh.



TIP #30: Klik ikon pada popup untuk memperkecil ukuran huruf, ikon pada popup untuk memperbesar ukuran huruf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.24 detik
dipersembahkan oleh YLSA