Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 14 dari 14 ayat untuk tahan menghadapi AND book:11 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Raj 19:5) (full: SEORANG MALAIKAT MENYENTUH DIA. )

Nas : 1Raj 19:5

Allah menghadapi Elia yang patah semangat dengan sikap yang penuh pengertian dan perhatian (bd. Ibr 4:14-15).

  1. 1) Ia membiarkan Elia tidur (ayat 1Raj 19:5-6).
  2. 2) Ia memberi makanan kepada Elia (ayat 1Raj 19:5-7).
  3. 3) Ia mengunjungi Elia dengan sebuah penyataan yang mengagumkan tentang kuasa dan kehadiran-Nya (ayat 1Raj 19:11-13).
  4. 4) Ia memberikan penyataan dan petunjuk tambahan (ayat 1Raj 19:15-18).
  5. 5) Ia memberi kepada Elia seorang kawan yang sejiwa dan sehati (ayat 1Raj 19:16,19-21). Dengan kata lain, ketika anak-anak Tuhan menjadi putus asa di tempat mereka ditaruh oleh Allah, melalui Kristus mereka dapat memohon kepada Allah untuk memberikan kekuatan, kasih karunia, dan semangat, serta menjadikan mereka mampu untuk menghadapi situasi di situ

    (lih. Ibr 2:18; 3:6; 7:25).

(0.99) (1Raj 1:28) (sh: Ketaatan yang cerdik, indah, dan tidak egois (Selasa, 25 Januari 2000))
Ketaatan yang cerdik, indah, dan tidak egois

Daud sedang menghadapi kesulitan; bagai makan buah simalakama, dimakan ibu mati, tidak dimakan bapak mati. Manuver Adonia merupakan tindakan yang serius karena melibatkan banyak orang penting. Jika dihentikan secara gegabah akan menyebabkan perang saudara dan Daud sendiri pun akan mengalami kesulitan menghadapi Adonia (lihat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">1:6). Namun manuver Adonia harus dihentikan, apa pun yang terjadi kehendak Allah harus ditegakkan. Maka diperlukan suatu tindakan yang memberi dampak menggagalkan rencana Adonia tanpa efek sampingan yang negatif.

Daud di dalam ketaatannya mampu melihat celah yang dapat menghentikan manuver Adonia secara tuntas. Yaitu proses pengangkatan Adonia tidak mempunyai legitimasi yang kuat karena ia belum diurapi oleh seorang imam dan tidak dihadiri oleh nabi yang mewakili suara Allah, dalam prosesinya Adonia tidak menunggang keledai kebesaran Daud yang menandakan bahwa Daud merestui, dan rakyat pun belum mengelu-elukannya. Oleh karena itu Daud tidak sekadar mengumumkan pengangkatan Salomo, tetapi juga menobatkannya dengan prosesi yang lengkap. Hasilnya sangat efektif. Sekutu Adonia bubar dan ia sendiri ketakutan lalu minta pengampunan. Salomo dinobatkan sebagai raja, 'rival'-nya dikalahkan tanpa pertumpahan darah dan Daud terhindar dari kesulitan menghadapi Adonia. Dan yang lebih utama lagi, Daud tetap taat kepada TUHAN Allah Israel yang telah menyertainya. Ketaatan yang ia lakukan adalah ketaatan yang indah dan cerdik. Di samping itu ketaatan Daud adalah ketaatan yang tidak egois, karena ia tidak taat demi ketaatan pribadi. Sesungguhnya dengan kuasa yang masih dimiliki, ia dapat menghentikan Adonia tanpa memperdulikan efek sampingan yang negatif, asalkan ia tetap dapat taat. Namun hal ini tidak ia lakukan. Di dalam ketaatannya, ia masih memikirkan dampaknya bagi orang lain.

Renungkan: Ketaatan Kristen janganlah ketaatan demi ketaatan pribadi, yang tidak peduli apakah perasaan orang lain tersinggung atau stabilitas masyarakat terganggu; ini adalah ketaatan yang salah. Ketaatan Kristen haruslah ketaatan yang tetap dapat menjaga perasaan orang lain, menjaga kestabilitasan masyarakat, tidak merugikan orang lain, dan demi Allah yang hidup. Bila kita memiliki ketaatan sedemikian, maka segala dampak efek sampingan yang negatif dapat dihindarkan.

(0.98) (1Raj 11:14) (sh: Di luar nalar (Kamis, 17 Februari 2000))
Di luar nalar

Kebesaran, keagungan, dan kedamaian di dalam pemerintahan Salomo yang terkenal di seluruh bumi, tiba-tiba menjadi terusik oleh malapetaka dan ancaman yang tidak berkesudahan hingga akhir hidup Salomo. Ironisnya, penyebab malapetaka itu bukannya kekuatan besar namun 'hanyalah' tiga pribadi yang sesungguhnya 'tidak berarti' bagi Salomo. Siapakah Hadad?, siapakah Rezon? dan siapakah Yerobeam?, sehingga kekayaan, kekuatan, dan kepandaian Salomo yang dikagumi oleh semua raja di bumi menjadi lunglai, tumpul, dan lumpuh menghadapi mereka. Hedad dan Rezon hanyalah musuh "kecil" Daud yang sudah bertahun-tahun menghilang dan tidak mempunyai pengaruh dalam percaturan politik antar negara-negara dalam zaman itu. Yerobeam lebih lagi, ia hanyalah anak dari seorang pegawai istana Salomo, tanpa kedudukan dan kekuasaan yang berarti. Dengan kata lain ditinjau dari segi apa pun, mereka bukanlah tandingan Salomo.

Karena itu betapa terpukul dan terhinanya Salomo menghadapi kenyataan di luar perhitungan nalarnya. Bahkan dikatakan, hingga akhir hidupnya, Hadad dan Rezon tetap mendatangkan malapetaka bagi kerajaan Israel, dan Yerobeam merupakan ancaman terbesar bagi keluarga Salomo. Berdasarkan peristiwa ini dapat dilihat bahwa kesuksesan dan kegagalan Salomo dalam menjalankan roda pemerintahannya tidak tergantung sepenuhnya kepada materi dan kepandaiannya. Ada yang lebih menentukan yaitu Allah yang berdaulat dan berkuasa atas hidup seluruh manusia serta prioritas yang ia berikan dalam kehidupan kerohaniannya. Kedaulatan dan kekuasaan-Nya membangkitkan dan menjadikan Hadad, Rezon, dan Yerobeam menjadi musuh yang begitu berat bagi pemerintahan Salomo dan mendatangkan malapetaka bagi keluarga Salomo.

Kegagalan untuk tetap memberikan prioritas utama kepada Allah di dalam kehidupannya berakibat tidak hanya malapetaka, namun tujuan dan makna hidupnya sebagai raja Israel menjadi porak poranda.

Renungkan: Siapakah Anda? Apakah pekerjaan Anda saat ini? Dua faktor tersebut di atas juga sangat menentukan kehidupan Anda, khususnya makna dan tujuan hidup Anda. Sejauh manakah Anda merasakan bahwa kedua faktor itu memberikan pengaruh bagi setiap langkah dan rencana dalam kehidupan Anda? Ataukah justru Anda merasakan ada faktor lain yang lebih dominan selain dua faktor tersebut?

(0.98) (1Raj 17:7) (sh: Perhatian Allah di waktu perang (Rabu, 1 Maret 2000))
Perhatian Allah di waktu perang

Dalam suatu perang dapat dipastikan bahwa para penguasa tidak mungkin lagi memperhatikan dan memberikan perlindungan sepenuhnya terhadap masing-masing individu, karena masing-masing penguasa sibuk dengan rencana dan strateginya untuk memenangkan perang. Bahkan tidak sedikit individu-individu tersebut justru dijadikan perisai oleh para penguasa untuk kepentingannya sendiri. Contohnya Sadam Husein. Ia menggunakan rakyatnya sebagai perisai untuk melindungi kedudukannya. Namun tidak demikian dengan Allah ketika 'sedang dalam peperangan' menghadapi Iblis.

Perpecahan antara kerajaan Yehuda - Israel dan peperangan yang terjadi di antara kedua kerajaan tersebut hanyalah merupakan latar belakang bagi konflik yang sesungguhnya. Yaitu peperangan yang telah berlangsung sejak lama antara kerajaan Allah dan kerajaan Iblis. Pasal tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">17-22 memfokuskan kepada peperangan tersebut, dimana nabi Elia mewakili kerajaan Allah sedangkan raja Ahab mewakili kerajaan Iblis. Dalam keadaan yang sedemikian, Allah tidak terlalu sibuk atau egois dengan rencana dan strateginya, sehingga melupakan individu-individu yang terkena dampak dari peperangan tersebut.

Allah dengan kuasa-Nya telah menghentikan hujan selama beberapa tahun. Kekeringan pun melanda Israel bahkan sampai Sidon. Ketika sungai Kerit mulai kering, Allah mengirim Elia ke Sarfat. Di sana secara mukjizat Allah memelihara dan memenuhi kebutuhan pangan Elia melalui janda Sarfat dan anaknya. Bukan hanya Elia yang mendapatkan berkat, janda Sarfat pun merasakan pemeliharaan-Nya. Bahkan ketika anak laki-laki janda Sarfat itu mati, Allah melalui Elia membangkitkannya. Ini semua memperlihatkan bahwa di dalam "peperangan" melawan kerajaan kegelapan itu, di dalam bencana nasional dan internasional yang dahsyat karena penghakiman-Nya, Allah tetap memperhatikan dan memelihara individu-individu.

Renungkan: Seberapa pun gentingnya situasi dimana Gereja tenggelam dan seberapa sibuknya Gereja menghadapi dan mengatasi permasalahan yang dihadapi secara umum, Gereja tidak seharusnya melupakan atau mengabaikan individu-individu yang terkena dampak dari permasalahan atau situasi tersebut.

(0.98) (1Raj 20:22) (sh: Taat melakukan perintah Tuhan (Rabu, 25 Agustus 2004))
Taat melakukan perintah Tuhan

Apa yang kita pilih jika diperhadapkan antara dua pilihan: taat melakukan perintah Tuhan namun tidak memperoleh keuntungan atau memperoleh keuntungan tetapi melanggar perintah Tuhan? Ahab, raja Israel mengambil pilihan yang kedua.

Pegawai Benhadad, raja Aram, mengusulkan tiga strategi perang kepadanya untuk menghadapi Ahab, raja Israel. Ketiga strategi perang itu adalah: menyerang di tanah rata (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">23), menempatkan bupati sebagai komandan perang (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">24), dan mengerahkan tentara dalam jumlah besar (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">25). Tetapi, strategi itu tidak dapat mengalahkan Ahab karena Tuhan menolongnya (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">28-30).

Ketika Benhadad telah kalah dalam peperangan, pegawainya kembali mengusulkan strategi baru yaitu memohon belas kasih Ahab (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">31-32). Ahab mempercayai janji Benhadab, sehingga ia melanggar perintah Tuhan. Sebenarnya, Tuhan telah memberitahu Ahab melalui abdi-Nya bahwa Dialah yang menentukan segala sesuatu (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">28), tetapi Ahab tidak taat sehingga harus menanggung akibatnya (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">42). Penyebab Ahab tidak taat adalah: Pertama, Ahab tidak mencintai Tuhan. Kalau saja, ada cinta kepada Tuhan dalam diri Ahab, dia tidak akan tergiur untuk menukarkan ketaatannya kepada Tuhan dengan keuntungan dari Benhadad (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">34). Kedua, Ahab lebih memilih menghormati Benhadab sebagai saudara daripada menghormati Tuhan (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">32-33). Ini berarti Ahab lebih mengutamakan manusia dibandingkan Tuhan.

Cinta dan hormat kepada Tuhan menyebabkan kita taat melakukan perintah Tuhan. Sikap taat ini dapat diwujudkan dengan melakukan perintah Tuhan tersebut dalam kegiatan setiap hari. Misalnya: ketika mengalami suatu peristiwa yang menyedihkan, carilah perintah Tuhan untuk menghadapi peristiwa itu; ketika bermasalah dengan seseorang yang menyebalkan, carilah perintah Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita dengan orang tersebut.

Renungkan: Memilih untuk taat melakukan perintah Tuhan terasa sulit, jika kita melupakan bahwa Tuhan adalah sumber berkat dan Tuhanlah yang menentukan segala sesuatu.

(0.97) (1Raj 2:13) (sh: Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan (Kamis, 27 Januari 2000))
Singkirkan perasaan, emosi, dan rasa sungkan

Keterlibatan orang yang kita kasihi atau orang yang pernah berjasa dan mempunyai kedudukan penting di masyarakat, sering menghalangi kita untuk bersikap tegas menolak dan memberantas hal-hal yang tidak benar.

Dalam perikop ini Salomo hampir terjebak dalam situasi seperti di atas ketika menghadapi Adonia dan Abyatar. Adonia memakai segala cara dan akal untuk menduduki takhta Daud, walaupun ia tahu bahwa Salomo menjadi raja karena kehendak Allah. Ia mengetahui bahwa salah satu penyebab kegagalan manuvernya adalah peran serta Batsyeba, istri yang paling dikasihi oleh Daud. Karena itu ia berpikir tentunya Salomo merasa berhutang budi kepada ibunya dan akan mengabulkan permintaannya seperti yang dilakukan oleh Daud. Namun hasilnya adalah Salomo dengan tegas menolak permintaan ibunya., karena ia tahu bahwa Adonia ingin mendapatkan legitimasi/pengesahan untuk kedudukannya dengan cara memperistri Abisag. Menurut tradisi zaman itu, memperistri istri raja sama dengan menduduki takhta raja (2Sam. 6:21-23). Karena itulah Salomo dengan tegas menolak, bahkan membunuh Adonia. Sebab tidak hanya kedudukan Salomo terancam, Adonia pun sudah meremehkan kemurahan Salomo dan menentang kehendak Allah. Hal yang demikian bila dibiarkan akan menimbulkan masalah yang lebih besar karena ia adalah orang besar.

Demikian juga terhadap Abyatar, Salomo memecat dan mengusirnya, walaupun ia pernah berjasa terhadap Daud. Alasan Salomo adalah mencegah preseden/contoh yang buruk bagi kelanjutan perjalanan bangsa Israel. Sebagai seorang imam, pastilah ia mempunyai pengaruh yang besar bagi masyarakat. Siapa pun, jika menentang kehendak Allah dan membahayakan stabilitas masyarakat harus ditindak tegas. Salomo memberikan teladan yang indah. Ia bertindak tidak berdasarkan perasaan, emosi, atau rasa sungkan, karena ia mampu melihat dengan jelas dan obyektif setiap permasalahan dan menempatkannya pada proporsinya.

Renungkan: Dalam menghadapi situasi seperti Salomo, Kristen seringkali menjadi lemah, berkompromi., dan cenderung mengorbankan masyarakat luas daripada menindaktegas orang-orang tertentu yang jelas bersalah. Melihat segala sesuatu secara obyektif, meletakkan setiap permasalahan pada porsinya dan berani bertindak tegas adalah tiga hal utama yang perlu ditumbuhkembangkan dalam masyarakat kita.

(0.97) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir  pelayanan berakhir. (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir  pelayanan berakhir.

Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang    dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang    mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji.    Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang    menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan    Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua.    Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan    keberadaannya yang  terpojok (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">10, 14). Ia nampaknya belum    mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan    melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir    melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya    yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">15), mulailah ia    sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya    merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir    kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk    mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak    karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi    kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan    tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu    membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba-    tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih    diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa    kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri    ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu,    sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">4). Dalam keadaan    tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti    melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari    permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan    diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani    akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita    selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi    seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu    masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran    kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan    jalan keluar bagi krisis rohani kita.

(0.95) (1Raj 2:13) (sh: Ancaman dari dalam (Senin, 26 Juli 2004))
Ancaman dari dalam

Ancaman roboh bagi sebuah rumah tidak hanya dari faktor luar, seperti bencana alam. Ancaman yang tidak kalah bahayanya adalah ancaman dari dalam yang tidak disadari, misalnya rayap.

Adonia menghadap Batsyeba dan meminta agar Batsyeba memohonkan kepada Salomo agar Abisag diperbolehkan menjadi istrinya. Permintaan Adonia disampaikan oleh Batsyeba ke Salomo. Reaksi Salomo adalah menghukum Adonia dengan menyerahkannya kepada Benaya bin Yoyada agar Adonia di pancung hingga mati (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">22-25). Mengapa Salomo menghukum mati Adonia?

Permohonan Adonia agar Abisag menjadi istrinya sama saja mengklaim takhta kerajaan. Ini suatu ancaman yang sangat serius yang dapat menggoyahkan takhta Salomo. Berarti sudah dua kali Adonia berupaya mengkudeta raja. Tidak hanya itu, Salomo juga melihat ancaman yang datang dari musuh-musuh yang ingin menggoyahkan takhtanya. Sehingga ia menghukum mati Yoab yang memihak kepada Adonia (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">28-34), Simei yang melanggar perintahnya (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">46) serta mengangkat imam Zadok menggantikan imam Abyatar (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">35). Salomo menegakkan keadilan untuk mencapai kedamaian dengan menyelesaikan pemberontakan di dalam kerajaannya. Dengan bertindak demikian Salomo juga memperbaiki beberapa kegagalan Daud (lihat renungan kemarin).

Seperti halnya Salomo menghadapi ancaman dari dalam yang membahayakan kestabilan kerajaan Israel yang dipimpinnya, demikian juga ancaman yang ingin menghancurkan relasi kita dengan Tuhan tidak saja dari luar, tapi juga dari dalam diri kita sendiri. Misalnya, berbagai kelemahan pribadi, keinginan jahat dan perasaan negatif (iri hati, sombong, dengki) itu semua adalah ancaman dari dalam yang menghancurkan relasi kita dengan Tuhan.

Renungkan: Serangan iblis terhadap kita tidak selalu dari luar diri kita sendiri, tapi iblis dapat menggunakan hal yang hanya diketahui oleh Allah dan kita. Oleh karena itu waspadalah terhadap ancaman dari dalam diri kita.

(0.95) (1Raj 8:22) (sh: Rumah doa (Rabu, 4 Agustus 2004))
Rumah doa

Doa Salomo yang panjang ini berkisar pada pengakuan bahwa Allah tidak bisa dikurung di sebuah rumah buatan manusia, dan permohonan agar rumah itu boleh menjadi rumah kemurahan Allah dinyatakan dan doa-doa umat dijawab Allah. Dengan kata lain, Salomo menyadari bahwa hanya jika Allah berkenan menjadikan rumah itu tempat perjumpaan umat dengan-Nya, barulah Bait Allah dapat berfungsi demikian.

Perhatikan bagaimana Salomo menyapa Allah: "Tuhan Allah Israel" (Yahweh Allah Israel). Dengan berulangkali menyebut Allah demikian, Salomo menegaskan bahwa keberadaan Israel bersumber dan tergantung pada perjanjian Allah. Salomo juga mengacu pada janji Allah kepada Daud untuk mengarahkan perhatian-Nya kepada rumah itu dan kepada doa-doa umat di dalamnya (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">29-30). Semua ungkapan ini menegaskan kesadaran bahwa pusat ibadah umat terletak bukan pada adanya Bait Allah tetapi pada perjanjian Allah dan pada bagaimana umat memelihara sikap dan hubungan yang benar dengan Allah. Prinsip ini lebih kuat lagi berlaku dalam Perjanjian Baru. Anugerah Allah dalam Yesus Kristus membangkitkan, bukan meniadakan tanggung jawab kita untuk memelihara persekutuan yang hidup dan nyata dengan Allah.

Doa-doa apa saja yang boleh dipanjatkan umat Tuhan? Doa permohonan agar keadilan dan pengampunan Allah dinyatakan bagi mereka yang mengakui dosa mereka (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">31-34); permohonan akan berkat Allah atas kesuburan tanah dan iklim yang baik (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">35-40); permohonan akan berkat untuk orang asing yang mencari Allah (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">41-43); permohonan akan perlindungan Allah dalam menghadapi musuh di medan peperangan (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">44-45); permohonan akan pengampunan dosa dan pemulihan setelah menerima penghukuman Allah (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">45-51). Segala macam kebutuhan dan persoalan hidup boleh dipanjatkan kepada Allah, sebab Allah di surga mendengarkan doa-doa umat.

Renungkan: Gereja seharusnya menjadi rumah doa umat Allah, agar setiap umat Allah boleh menyerahkan hidupnya dalam persandaran penuh kepada Dia.

(0.95) (1Raj 15:1) (sh: Setia tetapi kurang bijak (Senin, 16 Agustus 2004))
Setia tetapi kurang bijak

Anak Tuhan dipanggil untuk hidup setia kepada Tuhan. Akan tetapi, tidak cukup hanya setia. Anak Tuhan juga perlu memiliki kebijaksanaan ilahi agar kesetiaannya membuahkan hasil pelayanan yang lebih baik.

Asa (raja Yehuda) berbeda dari ayahnya, Abiam. Abiam adalah raja yang jahat. Abiam tidak setia kepada Tuhan dan hidup dalam dosa. Sedangkan Asa melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Asa adalah raja yang setia kepada Tuhan. Ia menyingkirkan penyembahan berhala dan ritualnya yang menjijikkan. Ia bahkan menyingkirkan neneknya dari istana, supaya ia tidak mempengaruhi Asa dan umat Israel untuk menyembah dewi Asyera.

Namun, Asa tidak menghancurkan bukit-bukit pengorbanan. Padahal bukit-bukit pengorbanan itu berperan dalam ibadah yang mencampuradukkan penyembahan dewa-dewi dengan TUHAN. Mungkin saja Asa mengira bahwa ibadah kepada TUHAN boleh dilakukan dengan gaya atau pola ibadah dewa-dewi lain. Tindakan tidak bijaksana ini menyebabkan Yehuda tidak murni menyembah Tuhan.

Ketidakbijaksanaan Asa yang lain tampak dalam menghadapi musuhnya, Baesa (raja Israel). Asa tidak berserah kepada Tuhan, melainkan mencari pertolongan kepada Benhadad, raja Aram. Jadi ketidakbijaksanaan Asa meliputi dua hal yakni ibadah kepada Tuhan yang dicampuradukkan dengan ritual kafir dan strategi perang yang mengharapkan pertolongan manusia daripada pertolongan Tuhan. Akibat dari sikap tidak bijaksana Asa adalah kehidupan rohaninya menjadi merosot dan tidak peka terhadap firman Tuhan (ayat 2Taw. 16).

Ternyata setia saja tidak cukup. Bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan akan menolong kesetiaan kita menjadi lengkap. Sebaliknya ketidakbijaksanaan malah membuat kesetiaan menjadi tidak utuh.

Doaku: Tuhan, tolong berikan hikmat kepadaku agar aku bukan hanya setia tetapi juga bijaksana menaati kehendak-Mu, sehingga kesetiaanku tidak luntur.

(0.95) (1Raj 15:9) (sh: Komitmen bulat mereformasi sejarah (Jumat, 25 Februari 2000))
Komitmen bulat mereformasi sejarah

Raja ketiga dalam garis kerajaan Yehuda adalah keturunan kelima dari kerajaan Israel. Ia bertolakbelakang dari para pendahulunya. Asa, namanya berarti 'penyembuh', mendobrak "berhalaisme" yang telah dianut tiga generasi pendahulunya selama lebih dari seperempat abad. Seperti Daud, Asa berpaut kepada Tuhan sepenuh hati dan melakukan apa yang benar: pelacuran bakti disingkirkan, merobohkan, membakar patung-patung dewa. Sampai neneknya dipecat dari kedudukan sebagai ibu suri kerajaan, karena masih membuat patung Asyera yang keji. Asa memberikan persembahan-persembahan kudus ke Rumah Tuhan dan Rumah Tuhan dibenahi setelah 20 tahun terbengkalai.

Namun sayangnya reformasi yang dilakukan hanya setengah- setengah. Menurut catatan sejarah, pada tahun ke lima belas masa pemerintahannya, seluruh tatanan ibadah, pemerintahan, dan Rumah Tuhan sudah selesai direnovasi. Seluruh kerajaan kembali beribadah kepada Tuhan dan kerajaan Yehuda makin kuat. Meski peperangan terus terjadi sepanjang masa pemerintahan Asa. Tatkala Asa merasa makin terdesak oleh kerajaan Israel, apalagi raja Aram bersengkokol dengan Israel, membuat Asa merasa gentar. Meski secara fisik reformasi berhasil tetapi iman Asa kepada Tuhan tidak sungguh-sungguh. Asa gagal. Memang ia melakukan apa yang baik di mata Tuhan tetapi ia tidak bergantung penuh kepada Tuhan. Saat dalam ketakutan dan kesulitan ia tidak mencari Tuhan. Justru ia berupaya mencari Benhadad, raja Aram, untuk mengadakan kolusi dengan Benhadad dan memberi segala emas dan perak yang ada di Rumah Tuhan.

Renungkan: Jangan setengah-setengah berkomitmen kepada Allah. Allah menghargai iman dan ketergantungan kita kepada Dia. Di saat- saat yang krisis, mata kita tak melihat pengharapan, ketakutan mencekam kita, bukan kepada manusia kita datang meminta tolong, apalagi dengan cara suap. Kita harus datang kepada Allah, mencari jalan sesuai dengan petunjuk firman-Nya dan mempercayai Allah yang tidak pernah tertidur menjagai kita. Saat ini bila Anda sedang menghadapi masa krisis seperti Asa, jangan mengulang kesalahannya. Percayakan sepenuhnya kepada Allah dan Ia pasti memberikan jalan keluar dan memberikan kemampuan untuk mengatasi semua permasalahan dan kesulitan Anda.

(0.94) (1Raj 18:1) (sh: Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala. (Kamis, 2 Maret 2000))
Obaja alat Tuhan di tengah-tengah serigala.

Seorang Kristen yang bekerja di suatu lembaga dimana nilai-nilai    'religius' dan nilai-nilai moralnya tidak dijunjung tinggi, akan    menghadapi dilema yang sulit, yaitu ikut arus atau melawan arus?    Bila tidak ikut arus, maka konsekuensi pribadi secara langsung    dan segera seperti kehilangan pendapatan, pekerjaan, dikucilkan,    bahkan dibunuh, akan terjadi. Itulah sebabnya banyak Kristen    yang akhirnya ikut arus atau menarik diri dari masyarakat. Kedua    sikap ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara iman Kristen.    Seharusnya Kristen tetap melawan arus dan tetap berusaha untuk    menggarami lingkungannya.

Obaja hidup di suatu masyarakat dimana raja dan rakyatnya    menyembah berhala.  Tidak hanya itu, para nabi Allah dibunuh    oleh Izebel, sang permaisuri. Ahab sendiri hanya mementingkan    kekuatan militernya yang tampak dari tindakannya mencari rumput    bagi kuda dan bagal (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">5). Bahkan dalam situasi kelaparan yang    demikian parah, Ahab tidak merasa perlu mencari Allah. Malahan    ia mencari rumput sendiri bagi kekuatan militernya. Dengan kata    lain mata rohani Ahab sudah menjadi buta. Bencana alam yang    begitu hebat (ayat tahan+menghadapi+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">2) tidak menyadarkan dia. Berbeda dengan Obaja    yang tetap takut akan Tuhan dalam situasi seperti ini, berarti    ia tidak ikut menyembah berhala. Ia tidak hanya menyelamatkan    100 nabi dari pembunuhan namun juga menyembunyikan dan memberi    mereka makan dan minum setiap hari.  Itu merupakan suatu    tindakan yang berbahaya. Obaja adalah seorang yang berani    melawan arus dan ia pun berhasil dalam kariernya dengan menjadi    kepala istana.

Orang seperti Obaja inilah yang dipakai Allah sebagai alat-Nya.    Tidak hanya sebagai penyelamat 100 nabi, namun juga sebagai    perantara antara Elia dan Ahab. Coba bayangkan, jika tidak ada    orang seperti Obaja, bagaimana Elia dapat meminta Ahab untuk    menemuinya. Seandainya Elia langsung ke istana, ia pasti dibunuh    oleh Izebel. Seandainya Elia menemui orang lain yang tidak takut    akan Tuhan, maka ia pun pasti dibunuh oleh orang tersebut dengan    tujuan mendapatkan pujian dari Ahab dan Izebel.

Renungkan: Negara kita memerlukan "Obaja-obaja" yang mempunyai    kemampuan intelektual, beriman teguh, dan berani  melawan arus.    Orang-orang yang demikian diperlukan agar bangsa kita mempunyai    kesempatan untuk kembali kepada Allah.

(0.94) (1Raj 18:20) (sh: Ada saat diam, ada saat bertindak. (Jumat, 3 Maret 2000))
Ada saat diam, ada saat bertindak.

Untuk menentukan kapan kita harus diam dan kapan harus bertindak dalam menghadapi suatu    masalah bukanlah tindakan yang gampang. Sebagai contoh, beberapa    waktu lalu ketika banyak gereja dibakar dan dirusak massa,    apakah Kristen harus diam atau harus bertindak? Pertimbangan apa    sajakah yang diperlukan untuk menentukan tindakannya, sehingga    berdampak positif bagi masyarakat Kristen secara khusus dan    masyarakat Indonesia secara umum.

Elia di bawah pimpinan Allah sudah memberikan contoh yang patut    diteladani. Ada saat dimana ia harus diam, pasif, bahkan    bersembunyi. Namun ada saatnya pula ia aktif, keluar untuk    menemui dan menantang Ahab beserta nabi-nabi Baalnya. Di dalam    perikop ini  jelas tergambar bagaimana Elia secara aktif    menantang seluruh rakyat Israel, nabi-nabi Baal, dan Ahab untuk    bertanding melawan dia. Apa pertimbangan Elia sehingga ia harus    melakukan tindakan yang sangat membahayakan keselamatan jiwanya    dan tentunya akan membawa kehancuran iman terhadap YAHWEH jika    Elia dibunuh?

Pertimbangan pertama: Elia melihat bahwa Ahab secara sadar dan    'tulus' beriman kepada Baal, berarti ia secara sepenuh hati    sudah berpaling dari Allah. Hal ini terbukti dengan kesediaannya    untuk memanggil dan  mengumpulkan nabi-nabi Baal dan seluruh    rakyat Israel ke gunung Karmel. Ahab tidak mungkin disadarkan    dengan bencana alam sehebat apa pun karena hati dan matanya    sudah tertutup. Karena itulah Elia harus bertindak agar Israel    tidak berlarut-larut menjadi korban hukuman Allah. Pertimbangan    kedua: rakyat Israel telah terlibat dalam kompromi yang    membahayakan. Mereka menyembah Allah namun secara bersamaan juga    menyembah Baal. Kompromi ini akhirnya membawa Israel berpaling    dari Allah. Israel akan menuju kehancuran iman, moral, dan    akhlak.

Tujuan dari tindakan Elia tidak lain dan tidak bukan    hanyalah untuk membawa bangsa Israel kembali kepada Allah yang    benar. Untuk itulah Elia berani mengambil risiko yang besar    sekalipun. Umat Kristen di Indonesia dapat meneladani apa yang    Elia lakukan.

Renungkan: Jika perlakuan yang kita terima sudah membahayakan    keteguhan iman umat Allah, maka Kristen harus berani  bersuara,    agar umat Tuhan di bumi Indonesia dapat terus berdiri kokoh.

(0.94) (1Raj 19:1) (sh: Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter (Rabu, 8 Maret 2000))
Krisis rohani lebih mengerikan daripada krisis moneter

Apakah Izebel lebih hebat dari nabi-nabi Baal? Itu mungkin pertanyaan yang timbul dalam pikiran kita ketika membaca kisah ini. Betapa tidak, Elia yang dalam kisah sebelumnya secara luar biasa dan mengagumkan, menantang dan mengalahkan nabi-nabi Baal yang berjumlah 450. Bila mengamati pernyataan ancaman Izebel, ketakutan Elia sangat tidak masuk akal. Izebel mengatakan bahwa 'para allah akan menghukumnya'. Bukankah Baal sudah tidak berkutik lagi? Lalu apa makna ancaman Izebel? Dengan kata lain sebetulnya ancaman Izebel adalah kosong belaka.

Keadaan ini memperlihatkan bahwa Elia tidak hanya ketakutan, tetapi juga kehilangan kemampuan berpikir secara nalar dan geografis untuk menganalisa pernyataan Izebel. Walaupun ia sudah sampai ke Bersyeba (wilayah Yehuda yang jauh dari Yizreel), ia masih merasa perlu masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya. Ketakutannya terus mempengaruhi dan menguasainya hingga ia putus asa dan ingin mati.

Ketakutan dan keputusasaan Elia menunjukkan bahwa ia mengalami krisis rohani yang sangat berat dan hebat, sehingga pengenalan dan imannya kepada Allah sebagai sumber dan pusat dari segala sesuatu, sirna begitu saja. Krisis rohani membuat dia terputus dengan Sumber segala kehidupan. Karena itu tidak heran jika kemudian ia ingin mati saja.Mengapa Elia sampai kepada krisis yang demikian parah? Mulai dari ancaman Izebel hingga Elia ingin mati, tidak dikatakan bahwa firman Allah datang atasnya atau kuasa Allah berlaku atas Elia seperti pasal-pasal sebelumnya. Ini berarti Elia sudah melalaikan persekutuan pribadinya dengan Allah. Akibatnya fokus pikirannya ketika menghadapi ancaman itu bukanlah Allah namun ancaman itu. Ancaman itu dilihatnya semakin lama semakin besar dan tak terpecahkan. Elia mendapatkan 'sedikit' kekuatan ketika Allah menghampiri dan 'melayani'nya.

Renungkan: Mungkin Anda pernah atau sedang mengalami krisis rohani karena berbagai pergumulan dan tantangan yang terjadi. Namun jangan lupa satu hal, dalam menjalani kehidupan ini, janganlah sekali-kali kita memutuskan tali persekutuan kita dengan Allah walau apa pun yang terjadi, agar mata dan pikiran kita selalu terfokus kepada-Nya dan bukan kepada ancaman.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA