Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 32 ayat untuk seperti orang itu AND book:25 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Rat 4:14) (ende)

Kedua ajat ini sukar untuk diartikan dan diterdjemahkan.

(0.86) (Rat 4:15) (ende: mundur...dst.)

Seruan untuk memberitahukan, bahwa orang nadjis (misalnja karena sakit kusta) mendekat. Bila pemimpin-pemimpin itu mau melarikan diri, maka mereka tidak diterima lagi oleh orang-orang lain.

(0.85) (Rat 3:37) (ende)

Segala apa jang terdjadi, baik dan buruk (=segala sesuatu), achirnja datang daripada Jahwe. Maka itu orang tidak boleh mengeluh, melainkan haruslah ia menaklukkan diri kepada penjelenggaraan Tuhan sadja.

(0.83) (Rat 3:6) (jerusalem: di dalam gelap) Yang dimaksud ialah dunia orang mati, bdk Maz 6:6+. Bahasa kiasan itu berarti: kemalangan benar, bahaya maut. Selanjutnya, Rat 3:7 digambarkan penjara yang juga mengibaratkan kemalangan, bdk Ayu 19:8.
(0.82) (Rat 3:1) (full: AKULAH ORANG. )

Nas : Rat 3:1

Dalam pasal Rat 3:1-66 bangsa Israel yang menderita itu digambarkan sebagai manusia yang ada di bawah hukuman Allah, tetapi masih memiliki harapan akan dipulihkan. Orang semacam itu menerima kebenaran bahwa kasih dan pertolongan Allah akan datang kepada mereka yang bertobat dan tetap menantikan Tuhan (ayat Rat 3:22-27).

(0.81) (Rat 1:1) (full: )

Penulis : Yeremia

Tema : Kesusahan yang Sekarang dan Harapan Masa Depan

Tanggal Penulisan: 586 - 585 SM

Latar Belakang

Judul kitab ini diambil dari judul tambahannya dalam naskah PL terjemahan Yunani dan Latin -- "Ratapan Yeremia." PL Ibrani memasukkan kitab ini sebagai salah satu di antara lima kitab gulungan (bersama Rut, Ester, Pengkhotbah dan Kidung Agung) dari bagian ketiga Alkitab Ibrani, yaitu bagian _Hagiographa_ ("Tulisan-tulisan Kudus"); masing-masing dari kelima kitab ini secara tradisional dibacakan pada saat tertentu dalam tahun liturgi Yahudi. Ratapan ini ditetapkan untuk dibaca pada hari kesembilan dari bulan Ab (sekitar pertengahan Juli), bilamana orang Yahudi memperingati penghancuran kota Yerusalem. Versi Septuaginta menempatkan Ratapan langsung setelah kitab Yeremia, tempatnya dalam kebanyakan Alkitab masa kini.

Sudah lama para pakar Yahudi dan Kristen menyetujui bahwa Yeremia adalah penulis kitab ini. Di antara berbagai bukti yang mendukung kesimpulan ini terdapat yang berikut:

  1. (1) Dari 2Taw 35:25 kita mengetahui bahwa Yeremia biasa menggubah syair ratapan; apalagi, kitab nubuat Yeremia sering kali menyebut bagaimana ia meratapi kebinasaan Yerusalem yang akan datang. (lih. Yer 7:29; Yer 8:21; Yer 9:1,10,20).
  2. (2) Gambaran yang hidup dalam kitab Ratapan tentang peristiwa malapetaka itu memberikan kesan bahwa ini dikisahkan oleh seorang saksi mata; Yeremia adalah satu-satunya penulis kitab PL yang diketahui telah menyaksikan langsung musibah Yerusalem pada tahun 586 SM.
  3. (3) Terdapat beberapa persamaan tema dan gaya bahasa di antara kitab Yeremia dengan kitab ini. Misalnya, kedua kitab ini menghubungkan penderitaan Yehuda dan kebinasaan Yerusalem karena dosa dan pemberontakan yang terus-menerus terhadap Allah. Dalam kedua kitab ini Yeremia menyebut umat Allah sebagai "anak dara" -Nya (Yer 14:17; Yer 18:13; Rat 1:15; Rat 2:13). Fakta-fakta ini, bersama dengan kesamaan di antara kedua kitab ini dalam gaya penulisan syairnya, menunjuk kepada penulis yang sama.

Ketandusan Yerusalem digambarkan demikian jelas dan hidup dalam Ratapan sehingga menunjukkan bahwa peristiwa itu baru saja dialami penulisnya. Yeremia sendiri berusia 50-an ketika kota itu jatuh; dia mengalami sepenuhnya traumanya dan dipaksa ke Mesir pada tahun 585 SM (lih Yer 41:1--44:30), di mana dia wafat (mungkin sebagai orang syahid) dalam dasawarsa kemudian. Jadi, kitab ini mungkin sekali ditulis segera setelah pembinasaan Yerusalem (586-585 SM).

Tujuan

Yeremia menulis serangkaian lima ratapan untuk mengungkapkan kesedihan yang sangat dan penderitaan emosionalnya atas kerusakan Yerusalem yang tragis, termasuk

  1. (1) keruntuhan yang memalukan dari kerajaan dan keturunan Daud,
  2. (2) pembinasaan sama sekali dari tembok-tembok kota, Bait Suci, istana raja dan kota pada umumnya, dan
  3. (3) pembuangan yang menyedihkan ke Babel dari kebanyakan orang yang tidak dibunuh. "Yeremia duduk sambil menangis dan meratap dengan ratapan ini

atas Yerusalem," bunyi sebuah super skripsi pada kitab ini dalam versi Septuaginta dan Vulgata Latin. Dalam kitab ini, kesedihan sang nabi menyembur keluar bagaikan kesedihan seorang peratap pada saat penguburan kerabat dekat yang mati secara tragis. Semua ratapan ini mengakui bahwa tragedi tersebut merupakan hukuman Allah atas Yehuda karena pemberontakan berabad-abad para pemimpin dan penduduknya terhadap Dia; kini hari perhitungan telah tiba dan hari itu amat dahsyat. Dalam Ratapan, Yeremia bukan hanya mengakui bahwa Allah benar dan adil dalam segala jalan-Nya, tetapi juga bahwa Dia itu murah hati dan berbelas kasihan kepada mereka yang berharap kepada-Nya (Rat 3:22-23,32). Jadi, Kitab Ratapan memungkinkan umat itu memiliki pengharapan di tengah-tengah keputusasaan mereka dan memandang lebih jauh dari hukuman pada saat itu, kepada saat Allah akan memulihkan umat-Nya kelak.

Survai

Kitab ini merupakan serangkaian lima ratapan, tiap ratapan itu dalam sendirinya lengkap. Ratapan pertama (pasal 1; Rat 1:1-22) menggambarkan kerusakan Yerusalem dan ratapan sang nabi atas kota itu ketika ia berseru kepada Allah dalam penderitaan jiwanya; kadang-kadang ratapannya melambangkan ratapan Yerusalem (Rat 1:12-22). Dalam ratapan kedua (pasal 2; Rat 2:1-22), Yeremia melukiskan penyebab kerusakan ini sebagai murka Allah atas umat pemberontak yang menolak untuk bertobat. Musuh Yehuda menjadi sarana penghukuman Allah. Syair berikutnya (pasal 3; Rat 3:1-66) mendesak bangsa itu untuk ingat kembali bahwa Allah sungguh-sungguh pemurah dan setia, dan bahwa Dia itu baik kepada mereka yang mengandalkan diri-Nya. Yang keempat (pasal 4; Rat 4:1-22) mengulang kembali tema ketiga syair sebelumnya. Di dalam syair yang terakhir (pasal 5; Rat 5:1-22), setelah pengakuan dosa dan kebutuhan Yehuda untuk pengampunan, Yeremia berdoa kepada Allah untuk mengembalikan umat itu kepada perkenan-Nya lagi.

Kelima ratapan di dalam kitab ini, yang sama dengan jumlah pasalnya, masing-masing terdiri atas 22 ayat (kecuali pasal 3; Rat 3:1-66 yang memiliki 22 kali 3, yaitu 66 ayat); nomor 22 adalah jumlah huruf dalam abjad bahasa Ibrani. Empat syair pertama merupakan akrostik abjad, yaitu setiap ayat (atau dalam pasal 3; Rat 3:1-66 setiap perangkat dari tiga ayat) dimulai dengan huruf Ibrani yang berbeda dari _Alef_ hingga _Taw_. Susunan menurut abjad ini, di samping mempermudah penghafalan, juga melaksanakan mencapai dua hal.

  1. (1) Susunan ini menyampaikan gagasan bahwa ratapan-ratapan ini lengkap, meliputi segala sesuatu dari A hingga Z (Ibr- _Alef_ hingga _Taw_).
  2. (2) Dengan menyusun semua ratapan sedemikian, sang nabi dibatasi untuk terus-menerus meratap dan menangis; semua ratapan ada akhirnya, sebagaimana halnya suatu saat pembuangan akan berakhir dan Yerusalem akan dibangun kembali.

Ciri-ciri Khas

Lima ciri utama menandai kitab Ratapan.

  1. (1) Sekalipun di dalam Mazmur dan kitab para nabi ada ratapan pribadi dan ratapan umum, hanya kitab ini di Alkitab yang semata-mata terdiri atas syair-syair duka.
  2. (2) Susunan kesusastraan kitab ini sama sekali syair; dengan empat dari kelima syair itu bersifat akrostik (lihat alinea terakhir bagian "Survai"). Sesuai dengan susunan syair kitab ini, syair kelima juga terdiri atas 22 ayat.
  3. (3) Sedangkan 2Raj 25:1-30 dan Yer 52:1-34 melukiskan peristiwa sejarah pembinasaan Yerusalem, hanya kitab ini yang dengan hidup menggambarkan emosi dan perasaan orang-orang yang benar-benar mengalami musibah tersebut.
  4. (4) Pada inti kitab ini terdapat salah satu pernyataan paling kuat tentang kesetiaan dan keselamatan dari Allah di dalam Alkitab (Rat 3:21-26). Walaupun kitab Ratapan dimulai dengan sebuah ratapan (Rat 1:1-2), secara tepat kitab itu berakhir dengan nada pertobatan dan harapan untuk pemulihan (Rat 5:16-22).
  5. (5) Tidak ada kutipan dari kitab ini dalam PB selain beberapa ibarat (bd. Rat 1:15 dengan Wahy 14:19; Rat 2:1 dengan Mat 5:35; Rat 3:30 dengan Mat 5:39; Rat 3:45 dengan 1Kor 4:13).

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Sekalipun Ratapan tidak dikutip sama sekali dalam PB, kitab ini memiliki relevansi langsung bagi mereka yang percaya pada Kristus. Seperti halnya Rom 1:18--3:20, kelima pasal ini meminta orang percaya untuk merenungkan kehebatan dosa dan kepastian hukuman ilahi. Pada saat yang sama, kitab itu mengingatkan bahwa oleh karena belas kasihan dan kemurahan Tuhan, keselamatan tersedia bagi orang-orang yang bertobat dari dosa mereka dan berbalik kepada-Nya. Selanjutnya, air mata sang nabi mengingatkan kita tentang air mata Yesus Kristus, yang menangisi dosa-dosa Yerusalem karena mengetahui kebinasaannya yang akan datang oleh tentara Romawi (Mat 23:37-38; Luk 13:34-35; Luk 19:41-44).

(0.81) (Rat 1:1) (ende)

RATAPAN

PENDAHULUAN

Untuk kitab sutji, jang terdjemahannja kami sadjikan ini, dipilih nama "Lagu2 Ratap", sebagai terdjemahan nama Latin "Lamentationes" dan nama Junani "Threnoi". Dalam Kitab sutji Hibrani kitab itu tidak mempunjai nama sendiri dan disebut dengan kata permulaan teksnja, jaitu "ekah"(Aduh), seperti djuga kelima kitab Musa dinamakan menurut kata permulaannja. Namun demikianlah orang2 Jahudipun mengenal nama jang lain, jakni "Qinot", jang artinja djuga "Lagu Ratap". Tetapi nama ini kiranja dari waktu belakangan.

Namun "Lagu Ratap" itu dipilih karena dan sesuai sepenuhnja dengan isi kelima lagu, jang dikumpulkan dalam kitab tersebut. Sebab memang adalah "Lagu2 dukatjita", paling tidak dalam garis besarnja. Dewasa ini orangmembedakan 'lagu2 perkabungan' dan "lagu2 ratap". Dalam lagu perkabungan dilagukan kematian seseorang dan lagu2 matjam ini termasuk dalam upatjara penguburan. Didalamnja kebadjikan2 orang jang mati dipudji dan disesalkan kepergianja, jang dipandang sebagai achir jang definitif. Didalamnja tidak diutjapkan doa dan tidak terdengar harapan akan hidup lain yang lebih baik. Karena itu lagu2 perkabungan itu sedikit sekali atau se-kali2 tidak bertjorak keigamaan. Mula2 dimasudkan untuk orang2 tertentu, tetapi kemudian lagu2 perkabungan itu dialihkan kepada keruntuhan sesuatu bangsa atau kota, jang dengan sendirinja lalu diperorangkan. Kitab Sutji memelihara beberapa lagu perkabungan dari Israil djaman kuno (II Sjem. 1,18-17;3,33-34;JS 23,1-14;Jr 22,18). Nabi2 kadang menggunakan djenis kesusasteraan ini sebagai sindiran terhadap bangsa2 asing (Amos 5,2; Js. 14,4- 21; Jr.23,1-2; Jehesk. 26,15-16). Lagu2 ratap, entah perseorangan entah kolektif, mempunja tjorak lain. Didalam dilagukan malapetaka pribadi atau kolektif (sakit, kekalahan dalam perang dan sebagainja), dan lagu2 tersebut merupakan suatu doa kepada Allah didalam kesesakan. Dalam doa tersebut dikemukakan segala alasan, untuk mendesak Tuhan kepada belaskasihan dan pertolongan. Djadi, lagu2 tersebut mempunjai tjorak keigamaan jang lebih kuat daripada lagu2 perkabungan. Malapetaka, jang menimpa diri si penjanji (atau masjarakat), dilukiskan sedikit banjak setjara pandjang dengan rumus2 jang lazim. Karena itu sering sulitlah menentukan, dalam kesesakan mana si penjanji berada. Kitab Sutji, chususnja kitab mazmur, memelihara sedjumlah lagu2 ratap jang individuil dan kolektif. Dalam kitab "Lagu2 Ratap", kedua sastera itu bertjampur-aduk. Djelaslah, bahwa 1.2.4 adalah lagu perkabungan jangsesungguhnja tentang kehantjuran Jerusjalem, tetapi toh bertjampur dengan motif lagu ratap dan bertjorak keigamaan. Lagu 3 dan 5 lebih mirip lagu ratap, jang kolektif dalam 5 dan individuil dalam 3, walaupun dalam lagu 3 pun objeknja adalah suatu kolektivitas.

Kelima lagu kitab itu dituang dalam bentuk jang chas. Sebab semuanja lebih kurang mengambil abdjad Hibrani sebagai dasar, walaupun masing2 agak lain bentuknja. Lagu 1-4 adalah apa jang disebut acrosticon. Artinja sandjak itu dibuat menurut abdjad begitu rupa, sehingga tiap2 bagian dimulai dengan huruf berikutnja dalam abdjad. Lagu pertama dan kedua bersesuai dalam hal ini, bahwasanja tiap2 bait terdiri atas tiga baris, dimulai dengan huruf berikutnja dari abdjad, tetapi baris kedua dan ketiga dalam tiap2 bait dimulai dengan huruf apapun. Perbedaan ketjil antara kedua lagu itu ialah bahwa urutan huruf abdjad tidaklah sama, jakni 'ain-pe dan pe-'ain. Lagu keempat sama susunannja dengan lagu kedua, tetapi dalam lagu keempat tiap2 huruf abdjad hanja mendapat dua baris. Dalam lagu ketiga alfabetisme didjalankan palingdjauh. Sebab dalam lagu ketiga bukan hanja tiap2 bait sadja dimulai dengan huruf berikutnja, tetapi tiap2 baitpun mengulang huruf jang sama sampai tiga kali sebagai permulaan tiap2 baris. Dalam Kitab Sutji, chususnja dalam kitab mazmur (9.10.25.34.37.111.112.119.145), tetapi djuga dalam kitab2 lainnja (Ams. 31,20- 31; Nah. 1,2-8) terdapatlah ber-ulang2 bentuk puitis itu. Bentuk tersebut barangkali terdjadi sebagai suatu alat untuk ingatan, tetapi akibatnja sandjak2 itu sedikit banjak memberikan kesan di-buat dan si penjair sering kehilangan kebebasannja, hal mana membuat djalan pikirannja kaku dan kurang lantjar. Namun demikian ber-lebih2anlah mengatakan, bahwa acrostison itu adalah gedjala kemerosotan. Jang kelima dari Lagu2 Ratap adalah jang paling lemah dalam bentuk abdjadnja. Dari acrosticon hanja tinggal ini, bahwa sandjak itu terdiri atas sedjumlah baris jang sama banjaknja dengan huruf abdjad Hibrani

Dalam Kitab Sutji Hibrani Lagu2 ratap tertera dalam apa jang disebut "megillot", atau lima gulungan; jaitu tulisan2 ketjil (Rut, Ester, Pengch. Md.Ag.,Lg.Rt),jang dibatjakan pada perajaan2 tertentu didalam synagoga. Lagu2 Ratap diuntukkan hari puasa, guna memperingati djatuhnja Jerusjalem, tanggal 9 Ab (Agustus). Alasan liturgis itu agaknja alasan satu2nja jang sesungguhnja,jang menentukan tempatnja sekarang didalam kanon. Daripadanja tidak dapat ditarik kesimpulan satupun berkenaan dengan kitab itu sendiri. Dalam terdjemahan Junani dan Latin oleh karenanja djuga mendapat tempat jang berlainan sama sekali, jaitu dipertalikan dengan kitab Jeremia. Perbedaan jang tak begitu penting ialah, bahwa dalam terdjemahan Junani kitab itu terpisah dari kitab Jeremia oleh kitab Baruch, sednagkan dalam terdjemahan Latin tempatnja segera sesudah kitab Jeremia dan diikuti kitab Baruch tetapi gandingan antara Lagu2 Ratap dan Jeremia adalah begitu eratnja. sehingga pengarang2 Kristen Kuno sering mengutipnja dengan nama Jeremia sebagai sebagian dari kitabnja. Ada puloa saksi2 lama, jang mengatakan, bahwa kitab itu pada orang2 Jahudi mula2 termasuk pula dalam kitab Jeremia atau se-tidak2nja sangat erat gandingannja dengannja. Tempatnja jangsekarang didalam Kitab Sutji Hibrani agaknja bukan jang paling kuno.

Lama orang menerima begitu sadja, bahwa Jeremia adalah pengarang kitab itu. Baru dalam abad ke 18 orang mulai menjangsikannja, kesangsian itu achirnja mendjadi umum. Dalam naskah2 terdjemahan Junani kitab itu dengan tegas disebut dengan nama Jeremia, sebagaimana djuga halnja dalam naskah2 terdjemahan Latin. namun demikian, djudul kitab tersebut, walaupun dari djaman kuno dansuatu terdjemahan dari bahasa Hibrani, tidak aseli djuga dalam terdjemahan Junani. Terdjemahan2 Kuno lainnja tidak mengenal djudul itu dan djuga dalam teks Latin Vulgata tidaklah terdapat dalam sebuah naskah dari djaman kuno. Pengarang2 kuno umumnja mengikuti tradisi tersebut. Tetapi tradisi itu agaknja melulu berdasarkan suatu tafsir Jahudi mengenai IITwr. 35,25, dalam mana disebutkan, bahwa Jeremia mengarang sebuah lagu ratap pada waktu gugurnja josjijahu dalam pertempuran di Megido. Orang mempertalikan Lag.Rt.4,20 denganitu dan demikian timbullah anggapan, bahwa Lagu2 Ratap ditulis oleh nabi Jeremia. Dasar anggapan tersebut adalah sangat sempit dan pastilah tidak tjukup untuk membuktikan,bahwa Jeremia sungguh pengarang kitab itu. Anggapan itu memang dapat dipahami Sebab Lagu2 ratap adalah sedjalan seluruhnja dengan nubuat2 Jeremia; dan apabila orng mesti mentjari nama untuk kumpulan ta-bernama dari lagu2 sematjam itu, maka nama Jeremia adalah serasi. Tetapi betapapun djua mudah dimengerti, namun dengan itu bukti belumlah diberikan, dan oleh karenanja djuga tidak sedikitlah keberatan, jangdikemukakan terhadap tradisi jang ber-abad2 lamanja itu. Ditundjukkanlah, bahwa Kitab Sutji Hibrani tidak mengatakan kitab itu dari Jeremia asalnja, hal mana tentunja akan terdjadji apabila ahli2 Jahudi, jang telah memberikan urutannja jang sekarang mengetahui barang sedikit tentang hal itu. Tetapi argumen itu tidak membuktikan banjak. Sebab djika menurut aselinja Lagu2 ratap itu adalah sematjam lampiran pada kitab Jeremia dan baru kemudian terpisah daripadanja karena alasan2 praktis, maka kiranja akan dipahami pula, bahwa ahli2 itu tidak memandang ahli2 itu tidak memandang perlu untuk menjebutkan dengan tegas, bahwa lagu2 itu dari Jeremia asalnja. Mereka dapat memandang hal itu sudah dikenal umum. Selandjutnja dikemukakan pula bahasa, jang digunakan dalam kitab itu. bahasanja betul memperlihatkan suatu kemiripan dengan bahasa Jeremia, tetapi sebaliknja djuga perbedaan jangmenjook dengan bahasa nabi tersebut, diiringi dengan suatu kesamaan dengan bahasa Jeheskiel, dan menggunakan bagian kedua Jesaja. Tambahan pula ada kesamaan dengan kitab2 lainnja dari Kitab Sutji (3,6: Mzm 143,2-3,15: Ijob 9,19;3,17:Mam 88,15,3,37:Mzm 33,9; 1,10: Ul 23,3). Dikemukakan pula pertentangan dalam hal gagasan antara Jeremia dan Lg.Rt.(4,20, jang menjebutkan Sedekia tidaklah sesuai dengan pandangan Jeremia tentang radja tersebut.Jr.22,13-38'37,17-18;dan 4,17 sukarlah ditjotjokkan dengan Jer. 37,7- 8;2,9 pun tidak tjotjok dengan Jr. 42,4-5; lagi 5,7 tidak sesuai dengan Jr.31,29). Karena alasan2 itumaka kebanjakan ahli dewasa ini berpendapat bahwa bukan Jeremialah pengarang kitab itu tetapi orang lain. namun ada djuga beberapa ahli, jang mengukuhi pendapat, bahwa soal itu belum terputuskan, dan malah sadja terbuka kemungkinan, bahwa Jeremia adalah pengarangnja, walaupun hal itu tidak dapat dibuktikan.

Djika bukan jeremia pengarang kitab itu, siapakah gerangan pengarangnja? Ada ahli, jang mengatakan lagu2 itu dikarang oleh pelbagai pengarang jang anonim. Kata mereka, kesemunja itu dsatukan karena lagu2 itu memperbintangkan tjema jang sama, bukan karena sama pengarangnja. Argumen2 jang dikemukakan, tidak begitu mejakinkan. Karena itu ahli lain berpegang teguh pada satu pengarang. Argumen2 jangdikemukaan oleh para pendukung pendapat tersebut pada hemat kami lebih kuat daripada argumen2 dari pendapat pertama, jang mengira harus menerima panjair tersendiri untuk tiap2 lagu. Hanja mengenai lagu 1 dan lagu 5 kiranja harus diterima, bahwa itu ditulis oleh pengarang lain. Adapun sebabnja maka lagu pertama dipisahkan dari lagu2 lainnja terutama ialah bahwa dalam lagu pertama digunakan urutan lain mengenai huruf Hibrani. Lagu kelima berlainan tjorakknja dengan jang lain2 begitu rupa, sehingga sukarlah berasal dari penjair jang sama. Sebab lagu kelima lebih merupakan suatu doa liturgis daripada lagu ratap.

Oleh karena semu lagu itu dan tjaranja tehme itu diperbintjangkan, haruslah semuanja itu terdjadi sebelum achir pembuangan, sebelum th. 538. Sebab lagu2 itu mengenai kehantjuran Jerusjalem dankebinasaan baitullah; dan didalam kitab itu tidak terdapat tanda satupun, bahwa hal itu sudah lama lampau. Selandjutnja orangpun sependapat, bahwa lagu2 itu dikarang tidak lama sesudah kedjadian2 itu, djadi tidak lama sesudah 587. Hanja untuk lagu pertama oleh beberapa ahli diadakan keketjualian, sedjauh mereka berpendapat, bahwa lagu tersebut ditjiptakan sebelum perebutan Jerusjalem dalam tahun 587. Dalam lagu tersebut betul disebutkan tentang pembuangan,tapi tidak tentang kehantjuran Jerusjalem. Karena itu kata mereka lagu itu ditulis setelah deportasi setjara besar2an jang pertama dalam tahun 598 dan sebelum 587. Djuga lagu ketiga oleh beberapa ahli hendak ditanggalkan pada tahun jang lain jaitu kemudian daripada lagu 2,4 dan 5. Lagu tersebut kata mereka sangat samar2 dan umum tjoraknja, sehingga agaknja tidak mengingat kedjadian2 konkrit. Lagipula sangat tergantung dari beberapa mazmur (3,9:Mzm 142,3;3,17.55.56: Mzm 88,7.10.15'3,37: Mzm 33,9. Lagu itu baru kemudian ditambahkan kepada kumpulan lagu2 ratap jangsudah ada (lih. keterangan 3,1).

Sukarlah menentukan dimana lagu2 itu dikarang. Beberapa ahli mengira di Babel, sedangkan ahli2 lain mentjari tempat-tinggal si penjair di Mesir (Jeremia). Tetapi lebih mungkinlah tanah asal-usulnja ialah Palestina, jaitu di Jerusjalem sendiri. Sebab disitulah ibadah tetap dilangsungkan ditempat baitullah jang hantjur itu (Jr 41,5). Agaknja di Jerusjalem segera dikenal pula suatu perajaan chusu sebagai peringatan kepada djatuhnja Kota dan hantjurnja baitulah (Zak.7,3;8,17). Lagu ratap serasi sekali dengan liturgi sematjam itu, sehingga Jerusjalem paling besar kemungkinannja sebagai tempat asal-usul lagu2 itu.

Isi keigamaan Lagu2 Ratap memberikan nilainja jang chas dan tetap kepada kitab itu. Tidak dapat tidak njanjian2 jang monoton itu mengingatkan kepada bentjana jang terbesar, jang pernah menimpa umat Allah jang lama. Pemandangan jang menjuedihkan itu dilukiskan dengan pandjang lebar dan kadang2 sampai perkara ketjil jang mengerikan. Tetapi lagu2 itu tidak hanja sampai kesia sadja. Keruntuhan tersebut bukanlah pekerdjaan takdir jang tak dapat dielakkan, jang setjara buta menjerbukan diri kepada bangsa itu. Latarbelakang drama jang mengerikan itu ialah dosa, ketidak-setiaan umat kepada Allahnja (1,5.14.18;3,42;4,6;5,16). Dosa itulah jang dihukum oleh keadilan Allah, karena Allah kan "tidak dengan ichlas hati merendahkan dan merundung" (3,33). Bentjana tersebut adalah suatu pemaklum, baik dari dosa maupun dari keadilan Allah. Ia telah menaruh sedjarah akan kegunaan sifat tersebut. Bukannja salah seorang jang besar, melainkan Allah sendiri memimpin balatentara, jang membasmi Jerusjalem (1,5.12.15;2,1-8.17.22;,3,2-16.38;4,11.16;5,16.21). Bukan pula sesuatu individu sadjalah, jang membangkitkan murka Allah dengan dosanja, melainkan adalah seluruh bangsa, jang berbuat dosa(3,34-36;5,7.16). Namun demikian, malapetaka itu tidaklah dimaksudkan se-mata2 sebagai hukuman, tetapi djuga sebagai djalan untuk bertobat (3,23.40.41;5,22); dan pertobatan itu sendiri adalah suatu kurnia dari Allah jang baik (3,25), milik-pusaka Israil jang tetap (3,24). Karena itu, asal sadja ada keinsjafan telah berbuat dosa dan ada sesal, maka selalu ada harapan pada Allah jang rahim, baik dan mahakuasa. Lahu2 Ratap bukanlah tjontoh bagi keputus-asaan existensialistis, melainkan tjontoh kepertjajaan jang penuh harapan danpengharapan jang pertjaja akanhari depan (3,26-31).

Djika dibatja setjara demikianlah, maka lagu2 ratap itu tetap mempunjai artinja, djuga didalam Perdjadjian Baru. Didalam literatur Katolik lagu2 itu digunakan dalam Pekan Sutji, pada perajaan peringatan wafat Penebus. Inilah bentjana jang terbesar didalam sedjarah dunia; dan memang ada alasan untuk melambungkan lagu dukatjita karena manifestasi jang terhebat dari dosa dan pengadilan. Tetapi karena Allah jang mengadili, maka didalam bentjana terdapatlah bibit kebangkitan dan kehidupan, pendekatan antara Allah dan manusia. Dan djustru karena itulah lagu2 ratap dengan kepertjajaannja penuh harapan itu serasi sekali dengan upatjara2 peringatan akan wafatnja Penebus, jang membawa kehidupan kita. MempelaiNja (Geredja) dapat menjanjikan lagu2 sedih itu sebagai pernjataan tjintakasihnja, tetapi djuga sebagai -permakluman dosa dan pengadilan , jang djuga dikenal oleh mempelai tersebut; namun suatu pengadilan jang merupakan djalan kekebangkitan, ke Paska. djuga mempelai Kristus harus melalui derita sebagai hukuman jang adil, untuk dapat bersukatjita dalam Kehidupan itu.

(0.81) (Rat 2:14) (full: TIDAK MENYATAKAN KESALAHANMU. )

Nas : Rat 2:14

Salah satu ciri seorang nabi palsu ialah bahwa perkataan dan penglihatannya tidak menyingkapkan dosa yang dilakukan bangsa itu

(lihat art. NABI DI DALAM PERJANJIAN LAMA).

Orang-orang dalam gereja yang tidak menegur dosa, dan dengan demikian menyalurkan karya Roh Kudus yang menginsyafkan (Yoh 16:8-11), membuktikan bahwa mereka adalah pendeta palsu; sebaliknya, orang yang hidup kudus dan dengan sungguh-sungguh mengecam keduniawian dan dosa di antara jemaat sebagaimana yang dilakukan Kristus (lih. pasal Wahy 2:1-3:22), membuktikan bahwa mereka adalah hamba yang setia kepada Tuhan.

(0.80) (Rat 2:11) (full: MATAKU KUSAM DENGAN AIR MATA. )

Nas : Rat 2:11

Yeremia menangis karena kesedihan dan penderitaan tragis yang terjadi oleh sebab umat itu menolak Allah mereka. Yesus Kristus sendiri menangisi bangsa Israel yang sebentar lagi akan menderita hukuman dahsyat karena menolak keselamatan Allah (Luk 19:41-44), dan rasul Paulus mengungkapkan kesedihan mendalam dan keprihatinan terus-menerus atas sesama orang Yahudi yang tidak menerima Kristus (Rom 9:1-3; 10:1). Kita yang sudah mengalami penebusan dan hidup di dalam Kristus seharusnya merasa hancur hati karena penderitaan dahsyat yang dialami orang yang diperbudak dosa dan Iblis. Kita seharusnya sedih karena kemerosotan moral di dalam masyarakat, karena mengetahui siksaan dan penderitaan tragis yang akan menjadi akibatnya.

(0.67) (Rat 1:7) (full: TAK ADA PENOLONG BAGINYA. )

Nas : Rat 1:7

Mereka yang mengikuti jalannya sendiri dan mengabaikan Roh Kudus yang menginsyafkan hati mereka mungkin menemukan pada saat keperluan mereka bahwa tidak ada yang menolong mereka. Seorang dapat mencapai tingkat pemberontakan terhadap Allah ketika Ia akan menentukan malapetaka dan bukan berkat untuk mereka; akibat mengerikan seperti itu hanya dapat dielakkan dengan memelihara takut yang kudus akan Allah dan hukuman-Nya.

(0.54) (Rat 3:65) (ende)

Ketegaran hati itu merupakan hukuman jang pertama. Itulah lalu mengakibatkan hukuman jang lebih berat, kebinasaan (66).

(0.54) (Rat 1:12) (jerusalem: Acuh tak acuh) Terjemahan ini tidak pasti. Dalam terjemahan Latin kata-kata itu tidak ada.
(0.54) (Rat 2:3) (jerusalem: tanduk Israel) Mengenai lambang itu bdk Maz 18:3; 75:5+.
(0.54) (Rat 1:21) (ende)

Ajat ini mengutjapkan rasa balas dendam Jerusjalem (penjair) terhadap musuh. Ia berdoa agar mereka dihukum semestinja. Meskipun hukuman. Ia berdoa agar mereka dihukum semestinja. Meskipun hukuman jang ditimpakan musuh itu pada Jerusjalem adil sama sekali dan Jerusjalem mengakui kesalahannja, tetapi musuh itu toh mengedangkan tangannja kepada umat Jahwe dan karena itu djuga kepada Jahwe sendiri. Itulah jang mendjadi dasar doa rasa dendam itu. Dalam kitab mazmur terdapat banjak doa sematjam itu dan dalam lagu2 ratapanpun muntjul berulang kali (Rat 3:64-66; 4:21-22).

(0.53) (Rat 1:5) (ende: seteru2)

ialah bangsa2 tetangga Israil, jang tetap bermusuh dengannja (Moab, Edom, 'Amon) dan jang tidak ditimpa oleh tjelaka itu. Bahwa seteru2nja "selamat" menandaskan keadaan malang Jerusjalem.

(0.53) (Rat 2:20) (ende)

Jerusjalem mengakat doanja. Keadaan malang (waktu pengepungan) digambarkan: wanita makan anak-anaknja sendiri karena lapar. Keadaan itu harus mendjadi desakan bagi Jahwe untuk menolong.

(0.53) (Rat 3:21) (ende)

Si penderita (pengarang) dapat menanggung deritanja, karena berharap pada Allah serta belaskasihanNja. Dalam ajat-ajat jang berikut pokok itu diuraikan dengan lebih landjut.

(0.53) (Rat 4:17) (ende)

Ajat ini menjindir pengharapan Jerusjalem, bahwa akan ditolong Mesir. harapan itu sia-sia belaka. Seharusnja mereka pertjaja pada Jahwe sadja.

(0.53) (Rat 2:18) (full: CUCURKANLAH AIR MATA. )

Nas : Rat 2:18

Yeremia memanggil bangsa itu untuk berdoa, menangis, dan bertobat, dengan harapan bahwa Allah akan mendengar seruan doa syafaat kaum sisa itu (bd. ayat Rat 2:19).

(0.53) (Rat 4:1) (full: PUDAR EMAS ITU! )

Nas : Rat 4:1-12

Yeremia membandingkan kemuliaan Yerusalem sebelum pengepungan dengan kerusakan sekarang bangsa itu yang terjadi karena akibat hukuman Allah.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA