Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 4 dari 4 ayat untuk penyunatan (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kol 2:11) (jerusalem: penanggalan akan tubuh yang berdosa) Penyunatan jasmaniah hanya mengambil bagian kecil dari tubuh, sedangkan penyunatan rohani menanggalkan seluruh tubuh berdosa
(0.57) (Luk 1:56) (jerusalem: tiga bulan lamanya) Maria kiranya tinggal di rumah Elisabet sampai kelahiran dan penyunatan Yohanes. Lukas biasanya menyelesaikan salah satu pokok yang diceritakannya, sebelum pindah ke pokok yang berikutnya. Bdk Luk 1:64-67; Luk 3:19-20; Luk 8:37-38.
(0.25) (Yeh 31:1) (sh: Aku membuat dia sungguh-sungguh elok (Sabtu, 22 September 2001))
Aku membuat dia sungguh-sungguh elok

Bagian ini memakai metafora pohon aras yang tinggi untuk melukiskan Firaun. Kiasan ini memiliki 3 elemen. Pertama, tentang Firaun yang mewakili bangsa Mesir yang disebut Yehezkiel sebagai sebatang pohon aras yang rimbun (ayat penyunatan" ver="">2-9). Kedua, menggambarkan bencana tumbangnya pohon yang besar (ayat penyunatan" ver="">10-14). Ketiga, menggambarkan reaksi di pihak sisa bangsa-bangsa terhadap peristiwa ini.

Mesir diibaratkan sebagai pohon yang sungguh-sungguh elok dengan cabang-cabangnya yang sangat rapat. Bertumbuh di taman Eden, di taman Allah, sehingga segala pohon cemburu kepadanya (ayat 19). Namun karena kelebihannya ia menjadi sombong (ayat penyunatan" ver="">10). Dan Allah tidak pernah mentolerir kesombongan Mesir.

Dosa yang melanda Mesir adalah kesalahan yang umumnya terdapat pada diri pejabat, pembesar, dan para pemimpin. Kejatuhan Firaun ini merupakan peringatan bagi semua pemimpin: keluarga, lingkungan, gereja, masyarakat, bangsa, agar jangan melakukan kesalahan yang sama lagi (ayat penyunatan" ver="">14). Semua keangkuhan pada akhirnya akan bermuara di pantai penderitaan, karena akan dirongrong oleh pahit getirnya penindasan dosa yang telah mengikat (ayat penyunatan" ver="">11-12).

Dengan diberitahukannya Firaun untuk menempati level yang paling bawah di dunia orang mati, menandaskan bahwa ia menderita rasa malu yang tiada terhingga. Mengingat orang Mesir melakukan penyunatan dan memberi penghormatan yang amat besar terhadap seremoni pemakaman, maka tindakan Tuhan ini untuk memelekkan mata manusia yang hanya mementingkan penghormatan diri, tanpa mengindahkan Tuhan yang telah menciptakannya.

Ketika penghukuman datang, maka keindahan atau kecantikan setinggi apa pun tidak akan berati apa-apa. Tiada satu pesona diri yang dapat menebus murka Allah yang menyala-nyala terhadap kefasikan yang sudah mengental di dalam diri manusia. Dengan demikian paras yang elok di antara yang paling elok tidak akan berharga lagi.

Renungkan: Ketika kita dipakai Tuhan dan diperlengkapi dengan segala kelebihan dan kecakapan, janganlah biarkan kita menukar posisi yang seharusnya sebagai 'alat' menjadi sebagai 'tuan', sehingga menggeser Tuhan, Sang Pencipta kita.

(0.25) (Luk 1:57) (sh: Mulutku puji nama-Nya (Jumat, 26 Desember 2003))
Mulutku puji nama-Nya

Ingat lagu sekolah minggu: “Tanganku kerja buat Tuhan, mulutku, puji nama-Nya, kakiku berjalan cari jiwa, upahku besar di Surga”? Zakharia akhirnya memperoleh kembali suara yang telah dicekal Tuhan darinya. Maka iapun “berkata-kata dan memuji Allah.”

Ketika akhirnya Elisabet melahirkan, yang bersukacita bukan hanya keluarga tetapi juga tetangga, serta sanak saudara. Mereka semua turut menyatakan syukur, merayakannya dan ikut berpartisipasi di dalam upacara keagamaan yang menjadi kewajiban keluarga (penyunatan dan pemberian nama). Namun, kesukacitaan itu bukan semata untuk merayakan kelahiran putra Zakharia dan Elisabet saja, tetapi karena peristiwa itu membuktikan betapa besar rahmat Tuhan. Masalah muncul ketika mereka hendak memberi nama si bayi. Menurut tradisi yang berlaku saat itu, nama bayi laki-laki itu harus sama dengan nama ayahnya. Namun, kali ini Elisabet dan Zakharia tidak mengikuti tradisi. Zakharia menuliskan “Yohanes” sesuai pesan malaikat kepadanya, untuk menamakan bayi itu demikian. Ketika itu juga suara Zakharia dipulihkan kembali oleh Tuhan. Ia dilepaskan dari belenggu kebisuan.

Pengakuan Zakharia terhadap kepastian nama Yohanes bagi bayinya merupakan bentuk ketaatannya kepada Allah, sesuai dengan nubuat Gabriel (lih. penyunatan" ver="">1:20). Pengakuan Zakharia bahwa Allah berdaulat dan sikap menerima kehendak Allah itulah yang membukakan mulut dan membebaskan dirinya dari kebisuan beberapa saat. Kini Zakharia telah mempersiapkan hati dan mulutnya untuk menaikan puji-pujian.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda membisukan mulut Anda dari memuji Tuhan? Haruskah Anda menunggu perbuatan ajaib Tuhan lebih dahulu dinyatakan baru memuji Tuhan? Jangan-jangan yang diberikan Tuhan justru kebisuan-kebisuan akibat ketidakpercayaan Anda.



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA