Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 121 - 140 dari 150 ayat untuk penolakan (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Mrk 9:2) (sh: Anda berharga di mata Allah (Jumat, 21 Maret 2003))
Anda berharga di mata Allah

Teks hari ini mengajak kita melihat bahwa Yesus dan tiga orang murid-Nya naik ke sebuah gunung dan di sana Yesus dimuliakan, Ia mengalami transfigurasi -- sebuah perubahan penampakan. Yesus tampil sebagai Yang Mulia, dengan cahaya yang selalu menyertai ide tentang kebesaran dan keagungan Allah. Dengan peristiwa ini, tergenapilah apa yang disampaikan dalam 9:1, bahwa ada orang- orang yang akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa.

Mengiringi Yesus, tampillah Elia dan Musa. Kedua nabi ini muncul lagi dengan maksud-maksud yang jelas. Musa adalah wakil dari perjanjian yang lama yang akan segera digenapi dengan kematian Kristus. Elia adalah yang akan memulihkan segala sesuatu (ayat 12). Maka, kehadiran Musa dan Elia menunjukkan bahwa penderitaan Kristus sudah dekat dan perwujudan rencana Allah bagi manusia akan makin jelas. Petrus kembali menunjukkan bahwa ia tidak memahami kemesiasan Kristus (ayat 5-6). Ia melihat kemesiasan hanya sebagai sesuatu yang mulia, bukan kemuliaan yang akan dicapai melalui penderitaan. Bagian ini menunjukkan ketragisan - - di dalam posisinya yang paling dekat dengan kebenaran, Petrus kehilangan kebenaran karena silau oleh kemuliaan. Ia ingin menjadi berharga.

Datanglah awan kemuliaan Tuhan dan suara yang menyatakan ke-Anakan Yesus kembali terdengar, mengingatkan kita akan saat pembaptisan Yesus. Jelaslah bahwa otoritas Yesus diteguhkan di sini, namun juga keberhargaan-Nya. Ia adalah Anak Allah, entah apa pun perkataan dan penolakan orang. Ke-Anakan ini juga memunculkan tanggung jawab untuk taat mutlak terhadap kehendak Allah. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menderita (ayat 11-13), Yesus akan menderita -- namun menuju kemuliaan.

Renungkan: Anda berharga meskipun orang lain dan Anda sendiri tidak merasa demikian. Anda berharga karena Anda adalah anak Allah (Yoh. 1:14).

(0.29) (Luk 4:31) (sh: Kuasa firman (Kamis, 8 Januari 2004))
Kuasa firman

Khotbah yang bisa menjadi berkat dan memberikan dampak pertobatan dalam hidup para pendengarnya adalah khotbah yang dipenuhi oleh kuasa Roh Tuhan. Hamba Tuhan yang diurapi Roh Tuhan pun akan menyampaikan khotbah yang penuh kuasa.

Setelah peristiwa penolakan-Nya di Nazaret, Yesus menuju kota Kapernaum dan berkhotbah di sana. Semua orang yang mendengar-Nya menjadi kagum karena perkataan Yesus yang berkuasa (ayat 32). Kuasa perkataan Yesus bukan hanya dalam pengajaran yang benar dan berotoritas, tetapi juga mewujud dalam otoritas terhadap kuasa-kuasa gelap.

Ada hal menarik di sini, yaitu bahwa roh jahat hadir dalam rumah ibadat itu untuk mendengarkan Yesus berkhotbah. Bahkan roh jahat itu mengenali Yesus sebagai “yang kudus dari Allah”. Oleh karenanya, ia sangat ketakutan dan tidak berdaya ketika dihardik oleh Yesus. Roh jahat itu segera keluar dari tubuh orang yang dirasuknya dengan tidak menyakitinya sedikitpun (ayat 34-35).

Setiap orang Kristen yang diurapi oleh Roh Kudus, yang mempelajari firman Tuhan dengan baik dan benar, akan diperlengkapi dengan kuasa Roh untuk memberitakan firman. Tidak hanya itu, kuasa dan otoritas yang menyertai pemberitaan firman itu selain mengubah setiap orang yang mendengar, juga akan menempelak kuasa-kuasa gelap yang mencoba melawan Allah dan hamba yang diurapi-Nya.

Oleh karena itu, setiap orang Kristen seharusnyalah memperlengkapi diri agar layak dipakai Tuhan. Lalu dengan rendah hati memohon urapan Tuhan agar pelayanan kita memberitakan firman Tuhan menjadi berkuasa dan berotoritas. Akibatnya akan banyak orang yang mendengarkan firman Tuhan dan diubahkan hidupnya.

Renungkan: Apakah pelayanan Anda disertai dengan kuasa dan otoritas Firman? Apa tanda-tanda yang menyertai pelayanan Anda?

(0.29) (Luk 14:15) (sh: Kemunafikan menghalangi berkat (Kamis, 4 Maret 2004))
Kemunafikan menghalangi berkat

Melalui pendekatan kisah Lukas pada perikop ini, kita mendapatkan gambaran tentang ciri-ciri orang munafik. Di antaranya adalah mereka cepat puas diri. Selalu menganggap bahwa diri mereka cukup baik sehingga tidak pernah atau mau berpikir untuk mengevaluasi diri dan prioritas-prioritasnya dan menganggap bahwa setiap keputusan yang mereka ambil selalu tepat.

Di rumah orang Farisi yang mengundang Yesus, seorang tamu berseru, "Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah." Namun, segera Yesus menjawab dengan perumpamaan, yang intinya adalah tidak semua orang yang diundang akan dapat menikmati jamuan makan itu (ayat 16-23). Apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan perumpamaan ini? Pada masa itu bila seseorang mengadakan perjamuan besar dan mengundang tamu-tamu, maka pada hari H-nya tamu-tamu yang bersedia hadir akan dijemput oleh pelayan-pelayan dari tuan yang punya hajatan. Namun, ada tamu-tamu yang semula bersedia hadir ternyata membatalkan keinginan mereka untuk hadir karena ada keperluan lain yang mendesak yang dianggap lebih penting (ayat 18-20).

Melalui perumpamaan ini tersirat bahwa Yesus mengecam mereka yang pada saat-saat terakhir menolak untuk hadir. Sikap inilah yang Yesus maksudkan sebagai sifat munafik. Mereka puas karena diri mereka dianggap penting oleh orang lain sehingga diundang, tetapi mereka tidak mampu memberikan prioritas lebih lanjut atas kehormatan itu. Mereka memilih melakukan sesuatu bukan untuk kepentingan orang lain, tetapi untuk kepentingan diri sendiri, tanpa memperhitungkan akibat penolakan mereka bagi si pengundang.

Camkanlah!: Jika kita menganggap bahwa kita adalah milik Tuhan namun dalam kehidupan ternyata kita tidak memprioritaskan Tuhan, kita pun munafik!

(0.29) (Kis 3:11) (sh: Bukan "barang" baru (Jumat, 13 Juni 2003))
Bukan "barang" baru

Yesus Kristus sebenarnya bukanlah hal baru bagi orang-orang Yahudi di Yerusalem. Ketika orang banyak heran melihat mukjizat yang dilakukan Petrus, ia menyatakan bahwa hanya kepercayaan kepada Nama Yesus yang telah menyebabkan mukjizat itu terjadi. Bukan karena kuasa dari dirinya sendiri (ayat 12,16-17). Karena itu Petrus menegaskan fakta-fakta berikut. Pertama, Yesus adalah Sang Hamba (ayat 13,26), Sang Mesias (ayat 14,18. "Yang Kudus dan Benar" adalah sebutan lain untuk Mesias, bdk. Mzm. 16:10, Yes. 53:11 dll.), dan kedua, sang nabi (ayat 22-23) yang diutus Allah sendiri sesuai dengan nubuat Musa dan para nabi, pertama- tama kepada Israel (ayat 20,26). Tetapi Israel, bangsa-Nya sendiri, justru menolak dan menyalibkan-Nya (ayat 14). Namun, Yesus dibangkitkan dari kematian (ayat 15) dan tinggal di surga sampai waktu-Nya tiba (ayat 21). Terakhir, Petrus menyerukan kepada bangsanya, yang sebelumnya menolak Yesus karena ketidaktahuan mereka (ayat 17), agar mau bertobat, memberi diri dipimpin Yesus, dan berbalik dari kejahatan mereka (ayat 19- 20,26).

Kepada siapakah kesempatan pertobatan masih terbuka dan ditawarkan? Kecuali hujatan terhadap Roh Kudus (Luk. 12:10), tawaran pertobatan terbuka kepada semua orang, bahkan orang-orang Yahudi yang pernah menolak dan membunuh Tuhan Yesus sendiri! Bertobat berarti berbalik dari sikap penolakan dan tindakan kejahatan mereka semula dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan Mesias. Seruan pertobatan dan percaya bukan hal baru, karena pintu pertobatan telah Allah sediakan sejak dulu, dan terutama kini melalui Yesus Kristus. Ketiadaan pertobatan sejati pada seseorang, yaitu berbalik dari kehidupan lama dan percaya kepada Kristus, berarti penghukuman (ayat 23).

Renungkan: Bertobat berarti berbalik dari kehidupan lama dan beriman bahwa Kristus adalah Juruselamat dan Pemimpin kepada hidup sejati.

(0.29) (Kis 7:17) (sh: Cara dan waktu Tuhan (Selasa, 24 Juni 2003))
Cara dan waktu Tuhan

Dalam pembelaannya di hadapan Imam Besar, Stefanus mengisahkan kembali perjalanan hidup bangsanya yang harus melewati penderitaan di tangan Firaun. Tujuannya memaparkan fakta ini bukanlah untuk menarik simpati para pendakwanya; tetapi semata- mata menegaskan bahwa Tuhan terus menerus mengunjungi bangsanya. Tuhan memelihara Israel, sebab darinyalah akan bertunas penyelamat dunia, yakni Yesus Kristus. Inilah arah pembelaan Stefanus dan inilah arah yang tidak dikehendaki para imam.

Stefanus menyaksikan kembali apa yang diperbuat Allah bagi nenek moyang Israel, Musa ketika berusia 40 tahun. Keprihatinannya terhadap kehidupan bangsanya membuat ia pada akhirnya bertindak membela kaumnya yang tertindas. Musa berani meskipun untuk itu ia harus meninggalkan Mesir, ditolak oleh bangsanya sendiri, dan hidup sebagai pendatang di Midian. Namun, terlepas dari tindakan Musa yang berani bukanlah bagian dari rencana Tuhan untuk menjadikannya pahlawan saat itu, dan penolakan manusia terhadap Musa, Allah tidak mengubah rencana-Nya untuk mengutus Musa ke tengah-tengah bangsa-Nya (ayat 30-34).

Melalui kehidupan Musa kita belajar tentang beberapa hal: pertama, bahwa Tuhan memiliki cara-Nya sendiri untuk menempa seseorang menjadi alat-Nya. Kedua, bahwa Tuhan tidak menyatakan rencana- Nya secara sembunyi-sembunyi. Musa memanfaatkan kesempatan yang terbuka baginya namun tersembunyi dari pandangan orang (Kej. 2:12). Waktu Tuhan adalah masa di mana pada akhirnya Musa menganggap bahwa tidak ada lagi kesempatan baginya untuk menyelamatkan bangsanya.

Apa pun kesulitan yang kita hadapi bertindaklah bijaksana. Janganlah gunakan cara kita jika itu tidak berkenan pada-Nya.

Renungkan: Andalkan kekuatan Tuhan bukan kekuatan otot kita dalam pergumulan hidup.

(0.29) (Kis 7:30) (sh: Melepaskan takhta (Rabu, 25 Juni 2003))
Melepaskan takhta

Jika berbicara soal utang, mungkin bangsa Israel berutang paling besar kepada Musa. Tidak ada seorang nabi pun yang pernah mendampingi dan memimpin Israel di padang gurun selama 40 tahun. Bukan waktu yang singkat dan bukan tugas yang mudah. Namun, pada masa hidupnya, Musa tidak menerima penghargaan atas jerih payahnya, ia malah sering menerima ancaman dan celaan dari umatnya. Bukannya kepatuhan, melainkan penolakan yang acapkali diterimanya. Bangsa Israel tidak merasa berutang, baik kepada Musa maupun kepada Tuhan yang telah membebaskan mereka dari penindasan Mesir.

Dari mulut Musalah keluar nubuat tentang kedatangan Mesias, "Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan" (Ul. 18:15). Namun, perkataan nabi Tuhan ini seperti angin lalu di telinga orang Israel. Alih-alih mendengarkan nubuat Musa untuk masa yang akan datang, mendengarkan perkataan Musa untuk masa itu saja sudah sulit. Kecenderungan mereka adalah menolak Allah dan kesenangan mereka ialah menyembah dewa-dewa lain.

Mengapakah sukar bagi mereka, mungkin juga bagi kita untuk mematuhi Allah? Kuncinya terletak pada kata "menyembah" yang berarti menundukkan diri di bawah kuasa dan kehendak obyek yang kita sembah. Menyembah mengandung makna mengosongkan diri dan menyerahkan hak atas diri kepada obyek yang kita sembah sehingga pada akhirnya kita berubah menjadi obyek dan Ia menjadi subyek. Kita sering tergoda untuk lebih percaya pada pertimbangan sendiri. Tuhan meminta kita untuk mempercayai-Nya dan menyerahkan takhta hidup kita kembali kepada-Nya. Di sinilah penyembahan menemukan makna sejatinya.

Renungkan: Percaya dan patuh tetap merupakan resep yang tidak pernah usang untuk hidup bahagia dalam Kristus.

(0.29) (Kis 7:44) (sh: Hati yang keras (Kamis, 26 Juni 2003))
Hati yang keras

Menjelang akhir pembelaannya, Stefanus menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus. Begitu keras sehingga mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga menutup telinga sehingga tidak dapat mendengar kabar yang Tuhan ingin sampaikan. Mereka sudah mengeraskan hati sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus.

Peristiwa penolakan ini mengingatkan kita pada kisah John Sung, seorang misionaris yang pernah mengeraskan hati menentang suara Roh Kudus. Kisah ini bermula ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya namun John Sung bergumul untuk menolak dan mengeraskan hati. Pergumulan batiniah yang hebat itu, mengganggu kestabilan jiwanya. Selama 7 bulan ia mendekam di rumah sakit jiwa untuk memperoleh ketenangan kembali dan disaat itulah ia belajar untuk taat dan menerima panggilan Tuhan. Tuhan berkenan memakai John Sung menyebarkan Injil hampir di seluruh Asia, termasuk di Indonesia.

Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus dan kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu kita gubris. Dampak langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Dampak langsung yang lebih menyedihkan adalah, pertama, kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Kedua, kita tidak menerima berkat itu sendiri. Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam satu tim dengan-Nya.

Renungkan: Jangan keraskan hati menolak panggilan Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.29) (Kol 2:20) (sh: Pemujaan diri sendiri (Selasa, 10 Juli 2001))
Pemujaan diri sendiri

Para penganut gaya hidup asketis berpandangan bahwa tubuh ini jahat, maka untuk menyucikannya perlu penyangkalan diri terhadap hawa nafsu, penolakan terhadap selera makan, dan menekan seminimal mungkin segala keinginan termasuk keinginan yang berkaitan dengan seks. Sepintas nampaknya gaya hidup ini sangat bijaksana, namun sesungguhnya mereka sedang melakukan ibadah yang berpusat pada pemujaan diri sendiri. Ibadah semacam ini mengarah kepada kesombongan rohani karena menilai diri lebih suci daripada yang lain.

Paulus mendorong jemaat Kolose untuk meninggalkan kehidupan asketis, karena kekristenan bukan resep hidup atau daftar peraturan menuju kesempurnaan dan kesucian hidup, tetapi relasi hidup dengan Kristus (ayat 20). Kristen bukan berjuang sendiri melawan dan meminimalkan hawa nafsu, tetapi mengendalikan seluruh keberadaan tubuh bersama Kristus, sehingga perubahan yang dialami bukan paksaan diri melainkan secara alami mengalami pembentukan Roh Kudus yang bekerja di dalam ketaatannya kepada kehendak-Nya. Peraturan yang ditetapkan (ayat 21) adalah buatan manusia belaka yang dibuat seolah-olah merupakan ibadah kepada Tuhan, namun sesungguhnya bertujuan memuaskan diri sendiri (ayat 22-23). Pengendalian diri semacam ini justru akan menyebabkan kemunduran rohani, karena lebih mementingkan legalitas daripada loyalitas.

Bagaimanakah hidup yang merupakan ibadah sejati kepada Tuhan? Fokuskan hidup kepada Kristus, gantikan posisi “aku” dalam takhta kehidupan dengan Kristus (ayat 1-4), maka bukan lagi perkara dunia dan segala kenikmatan semunya yang menjadi tujuan akhir hidup kita, melainkan bagaimana hidup mempertuhankan Kristus setiap hari. Perubahan hidup ini memang tidak otomatis tetapi penggantian posisi “aku” kepada Kristus harus radikal, dengan demikian fokus hidup kita menjadi jelas dan kita mengarahkan hidup kita secara pasti.

Renungkan: Tanpa sadar mungkin kita menyajikan ibadah yang berpusat pada diri sendiri, sehingga posisi Kristus terabaikan. Pujian dan pengakuan tentang Dia yang manis terucap di bibir seringkali bukan lahir dari kehidupan ibadah yang berpusatkan Kristus. Bagaimana kebenaran firman-Nya menuntun kita mengambil sikap konkrit? Adakah sesuatu yang perlu diubah dalam sikap hidup ibadah kita?

(0.29) (Yak 1:1) (sh: Arti “bersukacita” yang sesungguhnya (Sabtu, 2 Juni 2001))
Arti “bersukacita” yang sesungguhnya

Benarkah himbauan: “Tetaplah bersukacita ketika Anda terpaksa kehilangan pekerjaan tetap akibat penolakan Anda melakukan KKN dalam perusahaan”, merupakan aplikasi yang tepat dari pernyataan Yakobus (2)? Tidak sepenuhnya benar, bila hanya sebatas pengertian bahwa Kristen harus meminimalkan dukacita yang dialaminya dan bersikap seolah-olah tidak pernah merasakan sedih, pedih, merintih, dan menangis. Benarkah bahwa Kristen tidak boleh berdukacita akibat pencobaan yang dialaminya? Apakah harus bersikap naif terhadap dukacita yang dialaminya?

Tidak benar demikian! Dalam menghadapi pencobaan dan pergumulan yang berat, Kristen harus hidup dalam dunia realita. Namun tidak terhanyut dalam perasaan yang menekan, gagal, dan suasana perkabungan. Mengapa demikian? Karena ada satu keyakinan bahwa pencobaan yang dialaminya diizinkan Tuhan untuk menguji imannya dan mendewasakan kehidupan rohaninya (3-4). Kristen mengalami proses pergumulan dari dukacita menjadi sukacita yang bukan bergantung pada situasi yang telah berubah menjadi menyenangkan, tetapi semata bergantung kepada pengenalan akan Allah yang memiliki tujuan mulia dan mampu memberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan. Itulah sebabnya kata ‘berbahagia’ yang dipakai Yakobus bukan berdasarkan dukungan secara material tetapi kekayaan rohani, sehingga mampu menempatkan pencobaan sebagai batu uji iman (2-3). Progresif pengenalan seseorang akan Allah menolong dia menyikapi pencobaan dengan hikmat.

Bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki hikmat? Yakobus pun membahas dalam suratnya (5-8). Orang yang kekurangan hikmat hendaknya datang kepada sumber hikmat, Allah sendiri, yang tidak pernah kekurangan hikmat, atau terlalu pelit memberikannya kepada yang memintanya dengan iman.

Pencobaan tidak kenal status sosial, baik orang kaya ataupun orang miskin. Penggambaran status yang sama rendah dan fana seperti bunga rumput yang segera layu (9-11)

Renungkan: Pencobaan dan pergumulan apakah yang sedang Anda alami saat ini? Bagaimana Anda memandang dan menyikapinya, sangat bergantung pada persepsi Anda tentang pencobaan tersebut. Renungkan kata-kata Yakobus dalam suratnya ini!

(0.29) (1Yoh 1:5) (sh: Dosa merusak persekutuan (Jum’at, 28 November 2003))
Dosa merusak persekutuan

Persekutuan jemaat berarti juga persekutuan antarjemaat dan persekutuan dengan Allah. Persekutuan dengan Allah berarti persekutuan dalam Terang (ayat 5), oleh karena itu persekutuan manusia dengan Allah tidak mungkin terjadi dalam kegelapan. Dosa mengakibatkan rusaknya persekutuan dengan Allah dan dengan sesama. Yohanes memaparkan 3 hal yang merusak persekutuan manusia dengan Allah. Ketiganya dimulai dengan frasa ‘jika kita katakan’ (ayat 6,8,10). Pertama, hidup dalam kegelapan (ayat 6). Orang menyatakan dirinya memiliki persekutuan dengan Allah, namun hidup dalam dosa, orang demikian memisahkan iman dan perbuatan. Mereka berpendapat bahwa apa yang dipercaya tidak perlu dilakukan di dalam hidup sehari-hari. Kehidupan hari Minggu kelihatan saleh dalam ibadah, tetapi di luar ibadah, hidupnya bergelimang dalam dosa. Kedua, tidak berdosa (ayat 8). Orang menyatakan dirinya memiliki persekutuan dengan Allah, tetapi merasa tidak perlu mengaku dosa kepada Allah. Allah adalah Terang. Ketika kita menghampiri Terang, maka kegelapan diri kita akan disoroti. Allah tidak hanya menyingkapkan dosa-dosa kita, tetapi juga mengarahkan kita untuk melihat kuasa darah Yesus yang menyucikan segala dosa kita (ayat 7). Akibat serius jika kita menyatakan diri tidak berdosa adalah rusaknya persekutuan dengan sesama (ayat 7) dan persekutuan dengan Allah (ayat 10).Ketiga, tidak pernah berbuat dosa (ayat 10). Merasa bahwa semua perbuatan dosa dianggap bukan dosa. Penyangkalan dosa tidak hanya menipu diri sendiri, tetapi menjadikan Allah sebagai penipu. Allah tidak dapat bersekutu dengan dosa. Salib menjadi tempat di mana Allah menghukum dosa. Penolakan terhadap dosa sama artinya dengan menolak firman Allah yang menyatakan bahwa semua manusia berdosa dan perlu pengampunan dosa oleh darah Yesus.

Renungkan: Kapan kita terakhir sekali menyadari dosa dan mengaku dosa kepada Allah?

(0.29) (1Yoh 2:12) (sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003))
Cinta dunia atau cinta Allah?

Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara.

Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia:

[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat 16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;

[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan;

[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.

Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

(0.29) (Why 2:1) (sh: Kehilangan kasih mula-mula (Rabu, 23 Oktober 2002))
Kehilangan kasih mula-mula

Apabila ada suatu sidang jemaat yang sangat kokoh berpegang pada ajaran yang benar, tak kenal lelah melayani Tuhan, bahkan sampai harus menderita sengsara karena Tuha, itulah jemaat Efesus. Militansi mereka bagi Tuhan tak diragukan lagi. Kecintaan mereka pada kebenaran Injil tidak kenal kompromi. Bahkanmereka mengritik pengajar-pengajar palsu dan membongkar kesesatan mereka, baik dari segi pengajaran maupun moralitas (ayat 2,6). Sungguh, mereka menjalankan amanat rasuli untuk “menguji roh” (ayat 1Yoh. 4:2, bdk. 1Tes. 5:21) yang pada galibnya berakar dari ajaran Tuhan Yesus sendiri semasa kehidupan bumiah-Nya (Mat. 7:15-20). Tuhan sendiri memuji Jemaat Efesus: “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu ...” (Why. 2:2a).

Namun, Tuhan juga menegur keras jemaat Efesus karena ada kekurangan, yang menurut pandangan Tuhan, fatal “Engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula” (ayat 14). Keseriusan teguran ini diperkuat dengankomentar bahwa hal meninggalkan kasih yang semula merupakan kejatuhan yang sangat dalam, serta seruan bertobat yang dibarengi dengan nubuatan hukuman bagi penolakan untuk bertobat (ayat 5). Dia yang memiliki otoritas mutlak atas Gereja sekaligus sangat menaruh perhatian terhadapnya (ayat 1b) memang tidak main-main.

“Meninggalkan kasih mula-mula” atau “kasih menjadi dingin” (Mat. 24:12) bukan menunjuk pada lunturnya kasih kepada Tuhan. Mereka masih tekun melayani, mempertahankan kebenaran Injil. Bahkan menderita aniaya, sebagai rutinitas dan bukan kecintaan mereka kepada Tuhan. Juga, sering kali kecintaan kepada kebenaran, melunturkan kasih kepada sesama, dan memandangnya dari segi benar-salah semata. Suasana persekutuan yang pada mulanya begitu indah, kini berubah menjadi suasana dingan dan kaku, yang setiap saat bisa meletus dalam silang sengketa yang mengarah pada perpecahan.

Renungkan: Berpegang pada kebenaran dalam kasih (Ef. 4:15) memang tidak mudah. Kita cenderung memilih salah satu. Tapi Tuan menghendaki keduanya ada dalam diri kita dan nyata dalam Gereja.

(0.29) (Why 13:1) (sh: Binatang-binatang yang mengerikan (Jumat, 8 November 2002))
Binatang-binatang yang mengerikan

Dalam upaya memerangi umat Allah, sang naga menggunakan berbagai cara. Wahyu 13 menuturkan skenario besarnya, yakni dengan memperalat negara dan agama. Kelihatannya hal itu sangat kena- mengena dengan keadaan umat manusia pula.Di tengah kekacauan bangsa-bangsa (laut), keluarlah sosok binatang yang sangat kuat lagi mengerikan. Berkepala tujuh yang bertuliskan nama-nama hujat dengan tanduk sepuluh, bermahkota, dan bersosok mirip macan tutul, beruang, dan singa. Tak pelak lagi kekuasaan politik dan para penguasanyalah yang sedang digambarkan di sini. Di zaman Yohanes, ini menunjuk kepada Kekaisaran Romawi, terutama dengan raja-rajanya yang antikristen. Iblis berada di balik kekuasaan politik dan para penguasanya, sehingga mereka berani meninggikan diri di hadapan Allah (Domitianus menuntut diakui sebagai Tuhan dan disembah sebagai Allah), menuntut penyembahan rakyat, dan menganiaya para pengikut setia Kristus.

Bukan hanya itu, Iblis juga bekerja dalam lingkup yang kelihatan lebih halus, yakni wilayah rohani. Binatang ganjil keluar dari dalam bumi, dengan dua tanduk seperti anak domba dan berbicara laksana sang naga. Ia menjadi pelaksana kuasa binatang yang pertama dan dengan itu ia mengajak seluruh bumi dan semua penghuninya menyembah binatang yang pertama. Melalui pengaruhnya yang sangat luar biasa, ia menyebabkan hampir semua orang menerima tanda sang binatang pertama di dahi mereka. Orang-orang itu menyediakan diri menjadi pengikut dan penyembah kekuasaan politik bersifat tirani dan memusuhi Allah. Namun demikian, penglihatan yang seram ini diimbangi dengan ungkapan bahwa bilangan binatang itu enam ratus enam puluh enam adalah suatu kiasan tentang penolakan dan pemberontakan manusia kepada Allah yang sempurna dan kegagalan tuntutannya untuk menjadi sama dengan Allah.

Renungkan:
Negara maupun agama bisa berperan sebagai sarana anugerah umum demi mengekang penyebarluasan dosa tetapi juga bisa menjadi alat Iblis untuk melawan Kristus dan umat-Nya.

(0.25) (1Kor 3:1) (full: TIDAK DAPAT BERBICARA DENGAN KAMU SEPERTI DENGAN MANUSIA ROHANI. )

Nas : 1Kor 3:1

Satu persoalan besar dari jemaat di Korintus adalah usahanya untuk mengalami berkat Allah sementara tetap menolak untuk memisahkan dirinya dari cara-cara dunia yang jahat

(lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA).

  1. 1) Para gembala sidang dan pemimpin gereja di Korintus mengizinkan orang yang mengaku diselamatkan bergabung dengan jemaat tanpa meninggalkan perbuatan jahat mereka. Jemaat Korintus sedang membiarkan hal-hal berikut di dalam persekutuan mereka: perpecahan yang mementingkan diri (1Kor 11:18), filsafat dunia (1Kor 1:18-25; 1Kor 3:19), iri hati dan pertengkaran (1Kor 3:3), kesombongan (1Kor 3:21; 4:7), percabulan (1Kor 5:1), perkara-perkara hukum yang sepele (1Kor 6:1-8), kehadiran dalam pesta pora penyembahan berhala (pasal 1Kor 8:1-13; 10:1-33), dan penolakan pengajaran rasuli (1Kor 14:36-37). Karena jemaat di Korintus gagal untuk mengerti bahwa kebenaran rasuli, kasih, dan standar rohani itu mutlak perlu (1Kor 6:9-10:13), maka mereka menyalahgunakan karunia Roh (pasal 1Kor 12:1-31; 14:1-40) dan "Perjamuan Tuhan" (1Kor 11:20-34), dan memutarbalikkan berita Injil (1Kor 1:18-31).
  2. 2) Yesus sendiri mengingatkan bahwa jemaat manapun yang membiarkan kebiasaan dunia yang berdosa atau penyimpangan kebenaran alkitabiah memasuki persekutuannya

    (lihat cat. --> Wahy 2:20)

    [atau ref. Wahy 2:20]

    akan ditolak oleh Dia dan akan kehilangan tempatnya dalam kerajaan Allah (bd. Wahy 2:5,16; 3:15-16). Roh mengajak gereja semacam itu untuk bertobat dengan tulus (1Kor 5:2), memisahkan diri dari dunia (2Kor 6:16-18), dan "menyempurnakan kekudusan kita dalam takut akan Allah" (2Kor 7:1).
(0.25) (1Kor 5:1) (full: PERCABULAN DI ANTARA KAMU. )

Nas : 1Kor 5:1

Paulus menulis tentang sebuah laporan mengenai percabulan dalam jemaat Korintus dan penolakan para pemimpin untuk menangani si pelanggar (ayat 1Kor 5:1-8). Dia menyatakan bahwa jemaat, sebagai suatu umat kudus, tidak boleh mengizinkan atau membiarkan kebejatan di antara para anggotanya. Ia mengajukan tiga alasan mengapa jemaat harus mendisiplin anggota yang melanggar:

  1. 1) Demi kebaikan orang yang melanggar itu (ayat 1Kor 5:5). Pengucilan dapat menyadarkan mereka akan kedahsyatan dosa mereka dan kebutuhan untuk pengampunan dan pemulihan dirinya.
  2. 2) Demi kepentingan kesucian jemaat (ayat 1Kor 5:6-8). Membiarkan kejahatan dalam jemaat secara berangsur-angsur akan menurunkan standar moral dari semua.
  3. 3) Demi kebaikan bangsa-bangsa di dunia (bd. ayat 1Kor 5:1). Jemaat tidak dapat memenangkan orang kepada Kristus jika ia serupa dengan dunia ini (bd. Mat 5:13). Untuk bagian lain mengenai disiplin gereja dalam PB lih. Mat 5:22; 18:15-17; 2Tes 3:6; dan Wahy 2:19-23.
(0.25) (1Yoh 5:16) (full: HENDAKLAH IA BERDOA KEPADA ALLAH DAN DIA AKAN MEMBERIKAN HIDUP KEPADANYA. )

Nas : 1Yoh 5:16

Yohanes menunjuk kepada semacam doa yang sesuai dengan kehendak Allah sehingga kita yakin bahwa doa kita akan terjawab (bd. ayat 1Yoh 5:14-15), yaitu doa bagi orang percaya yang lemah rohaninya yang memerlukan dukungan doa umat Allah untuk memberikan hidup dan kasih karunia kepada mereka. Syarat-syarat bagi doa semacam itu adalah sebagai berikut:

  1. 1) Orang yang membutuhkan doa itu haruslah seorang saudara seiman yaitu orang percaya yang telah berbuat dosa dengan tidak sengaja dan dosa itu tidak meliputi suatu pemberontakan yang terencana terhadap kehendak Allah

    (lihat cat. --> Yoh 5:17 berikutnya).

    [atau ref. Yoh 5:17]

    Jadi, mereka belum melakukan dosa sehingga menghasilkan kematian rohani (bd. Rom 8:13); mereka masih memiliki kehidupan rohani tetapi lemah. Mereka sudah bertobat dan ingin bebas dari segala sesuatu yang tidak disenangi oleh Allah, namun memerlukan pertolongan dalam mengalahkan kuasa Iblis dan dosa.
  2. 2) Bagi orang semacam itu gereja harus berdoa agar Allah berkenan memberikan "hidup". "Hidup" di sini berarti pemulihan kekuatan rohani dan kasih karunia Allah

    (lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA),

    yang terancam oleh dosa (bd. Rom 8:6; 2Kor 3:6; 1Pet 3:7). Allah berjanji untuk menjawab doa itu.
  3. 3) Bagi orang yang pernah percaya dan telah melakukan dosa "yang mendatangkan maut" (yaitu kematian rohani), gereja tidak dapat berdoa dengan keyakinan bahwa Allah akan memberikan hidup dan kasih karunia lagi. Jenis dosa ini meliputi pelanggaran terencana yang disebabkan oleh suatu penolakan yang sengaja untuk tidak taat kepada-Nya

    (lihat art. PERBUATAN-PERBUATAN DOSA DAN BUAH ROH).

    Orang yang sudah mati rohani ini hanya dapat diberikan hidup, jika ia bertobat dan berbalik kepada Allah

    (lihat cat. --> Rom 8:13).

    [atau ref. Rom 8:13]

    Kita harus berdoa supaya Allah akan mengatur kehidupan mereka sedemikian hingga ada kesempatan untuk sekali lagi menerima keselamatan Allah di dalam Kristus.
(0.25) (Mzm 81:1) (sh: Pertobatan telinga (Rabu, 31 Oktober 2001))
Pertobatan telinga

Mendengar merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman yang kita miliki dimulai dari mendengar firman Allah (Rm. 10:17). Demikian pula, iman itu dapat disesatkan ataupun dibimbing ke jalan yang benar melalui apa yang kita dengar. Pentingnya mendengar dan dampak dari mendengar inilah yang menjadi penekanan Mazmur 81 ini.

Mazmur ini merupakan seruan bagi bangsa Israel untuk mendengar. Karena mendengar adalah dasar bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan mereka (ayat 6b-11). Sejarah perjanjian antara Allah dengan mereka diawali dengan perintah untuk mendengar (Ul. 6:4), tetapi di sepanjang sejarah Israel secara berulang-ulang terjadi penolakan untuk mendengar (ayat 12). Bagi bangsa Israel, menolak untuk mendengarkan Tuhan adalah sama dengan menolak kuasa Tuhan, dan itu berarti menolak keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka (ayat 13-17).

Mazmur ini merupakan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan bagi mereka, sehingga Ia terus-menerus memanggil mereka untuk mendengar (ayat 9, 12, 14). Ini merupakan seruan keprihatinan Tuhan yang sangat mendesak. Tuhan tidak ingin umat-Nya terus- menerus berada dalam kesesatan karena menolak untuk mendengarkan Tuhan, dengan menyediakan telinganya bagi suara-suara lain yang mengacaukan, membelenggu, dan menjebak mereka ke dalam perangkap perbudakan (ayat 12-13). Dia mengajak umat-Nya bergerak maju bersama-Nya menuju hidup yang baru (ayat 14-17). Yang diperlukan untuk pemulihan ini hanya suatu ketaatan untuk mendengar.

Hidup baru buah pertobatan telinga ini akan berdampak pada pembaharuan sukacita umat-Nya untuk memuji (ayat 2-6a), perombakan komunitas yang rusak menjadi komunitas yang mempraktikkan keadilan dan terbebas dari tekanan (ayat 15-16), dan pemulihan kondisi ekonomi mereka sehingga tidak lagi mengalami kekurangan (ayat 17).

Renungkan: Pemulihan hidup diawali dengan pertobatan telinga. Sudahkah telinga Anda dipertajam oleh kebenaran sehingga dapat membedakan antara firman Tuhan dengan suara-suara lain yang menyesatkan? Bagaimanakah Anda berkomitmen pada kebenaran dan mempertajam telinga Anda bagi kebenaran?

(0.25) (Yer 7:29) (sh: Berhala yang kosong dan tak berdaya (Sabtu, 9 September 2000))
Berhala yang kosong dan tak berdaya

Bangsa Yehuda memilih berhala daripada Allah. Ini merupakan pelecehan terhadap kekudusan bait-Nya dan penolakan akan kedaulatan Allah. Mereka juga secara terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan dan membakar anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa Molekh. Pilihan itu membawa konsekuensi yang sangat dahsyat. Pertama, mereka kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa sebab mereka telah ditolak dan dibuang oleh Allah. Karena itu bangsa Yehuda diperintahkan untuk mencukur rambut dan membuangnya (29), yang melambangkan bahwa bangsa Yehuda sudah najis dan tidak lagi dikhususkan bagi Allah (Bil. 6:2-8 dan Hak. 16:15-22). Karena itu mereka mengangkat ratapan di bukit-bukit gundul tempat pemujaan berhala-berhala kafir memohon pertolongan para berhala. Kedua, mereka akan ditimpa kengerian yang luar biasa sebab apa yang mereka puja dan sanjung justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (32-33). Ketiga, kehidupan masyarakat menjadi tidak normal sebab tanda-tanda kehidupan yang normal seperti suara kegirangan, suara sukacita, dan suara pengantin laki-laki dan perempuan sudah lenyap (34). Keempat, penghinaan total yang sangat menyakitkan akan mendera mereka sebab tulang-belulang mereka yang sudah mati akan dikeluarkan dari kubur dan diserakkan di depan dewa-dewa yang dulu mereka sembah dan puja (8:1-2). Konsekuensi itu tidak terelakkan sebab berhala yang mereka sembah dan agungkan ternyata hanya kosong belaka, tidak mampu berbuat apa-apa bagi bangsa Yehuda, ketika tempat kudusnya dipakai sebagai pembuangan mayat, dan ketika tulang-belulang pengikutnya dibiarkan berserakan.

Berhala zaman sekarang mempunyai bentuk yang lebih menggiurkan dan menggoda seperti harta, karier, dan kekuasaan. Banyak Kristen mengorbankan anaknya demi uang dan karier. Praktik bisnis duniawi yang kotor dan penuh kelicikan dijalankan di gereja demi posisi dan harta. Namun harus diingat bahwa semua berhala itu kosong tak berdaya.

Renungkan: Dapatkah keluarga yang hancur berantakan diutuhkan kembali dengan uang berlimpah? Dapatkah rasa malu dan terhina karena ulah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian orang-tua disembunyikan di belakang kedudukan tinggi?

(0.25) (Yer 25:1) (sh: Terbatas dan tidak terbatas (Selasa, 10 Oktober 2000))
Terbatas dan tidak terbatas

Selama 23 tahun Yeremia memberitakan kepada bangsa Yehuda firman yang sama yaitu bertobatlah maka kamu akan tetap tinggal di tanah yang diberikan Tuhan Allah. Bahkan selain Yeremia, Allah pun mengutus hamba-hamba-Nya untuk memberitakan kepada mereka firman yang sama yaitu panggilan pertobatan (1-6). Allah tak pernah kehabisan cara untuk menegur, menyerukan, dan menyatakan hukuman agar umat-Nya bertobat, tetapi Allah membatasi waktunya. Selama jangka waktu itu, bangsa Yehuda terus menolak untuk taat kepada panggilan-Nya.

Karena pemberontakan dan penolakan mereka untuk bertobat, maka Allah akan menghukum mereka melalui tangan Nebukadnezar raja Babel. Mereka akan mengalami pembuangan dan menjadi tawanan bangsa lain (7-11). Apakah pembuangan ini akan berlangsung selama-lamanya? Tidak! Pembuangan ini hanya akan berlangsung selama 70 tahun.

Setelah masa 70 tahun berlalu, Allah akan melakukan pembalasan kepada raja Babel dan bangsanya serta negeri orang-orang Kasdim karena kesalahan mereka (12-14). Panggilan atau kesempatan pertobatan, penghukuman Allah, dan penghakiman Allah yang dipaparkan di atas selalu dihubungkan dengan faktor waktu. Allah memberikan kesempatan kepada bangsa Yehuda untuk bertobat selama paling sedikit 23 tahun. Artinya, walaupun 23 tahun adalah waktu yang cukup panjang, kesempatan yang diberikan Allah kepada umatNya untuk bertobat dari dosa-dosanya tetap terbatas. Namun di dalam waktu yang terbatas itu tiada henti-hentinya Allah akan menyerukan pertobatan dengan berbagai cara dan melalui banyak orang. Penghukuman Allah yang dimaksudkan untuk pendisiplinan umat Allah walaupun akan berlangsung selama 70 tahun, juga tetap bermakna terbatas atau tidak selama-lamanya. Adakah yang tidak terbatas? Ada! Penghakiman Allah berlaku tidak terbatas atas semua bangsa. Allah pasti menuntut pertanggungjawaban dari setiap manusia atas apa yang mereka lakukan.

Renungkan: Terbatasnya kesempatan dan pendisiplinan serta tidak terbatasnya penghakiman Allah, mencerminkan keadilan dan kasih Allah berjalan beriringan. Karena itu hanya persembahan hidup yang kudus dan tak bercacat yang layak kita berikan kepada-Nya. Pergunakanlah sebaik-baiknya kesempatan anugerah dan pendisiplinan Allah.



TIP #18: Centang "Hanya dalam TB" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab hanya dalam versi TB [SEMUA]
dibuat dalam 0.14 detik
dipersembahkan oleh YLSA