Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 150 ayat untuk penolakan (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.33) (1Sam 13:1) (jerusalem) Bab 13-14 Seolah-olah akan menyajikan sejarah raja Saul. ada kata pendahuluan, 1Sa 13:1, dan ada kata penutup, 1Sa 14:47-52. Tetapi pada kenyataannya kedua bab ini hanya mengisahkan pembunuhan atas pasukan pendudukan (atau gubernur?) orang Filistin, balasan dari pihak orang Filistin dan pertempuran di Mikhmas yang hanya berlangsung satu hari saja. Bab 15-31 masih juga berbicara tentang masa pemerintahan raja Saul. Adapun bab 13 ini adalah majemuk juga. 1Sa 13:16-18 dan 1Sa 23 termasuk ke dalam ceritera kuno yang diteruskan dalam bab 14. 1Sa 13:7-15 berasal dari zaman kemudian. Selanjutnya penolakan Saul itu tidak tersinggung lagi. Rupanya ia mendahulukan isi bab 15.
(0.33) (Kej 7:1) (sh: Dimusnahkan untuk ditata kembali (Minggu, 9 Februari 2003))
Dimusnahkan untuk ditata kembali

Kisah air bah ini mengungkapkan tentang dua hal bertentangan dalam kehidupan manusia. Di satu sisi, Allah menciptakan manusia untuk menjadi partner atau rekan kerja yang setia pada perjanjian-Nya. Allah berharap bahwa dalam kerja sama itu tercipta keharmonisan hubungan antara Pencipta dan ciptaan. Namun, pada pihak manusia, manusia yang sebenarnya adalah ciptaan yang patut taat kepada Allah, menolak untuk bekerja sama. Manusia menolak Allah! Penolakan ini mendatangkan murka Allah.

Di tengah-tengah narasi kemurkaan Allah terhadap dunia ciptaan-Nya yang lepas kendali, terselip kisah tentang belas kasihan Allah kepada Nuh dan keluarganya. Allah mempersilakan mereka masuk ke dalam bahtera, karena saat itu tak ada satu lokasi pun yang selamat dari keganasan air bah. Nuh beserta keluarganya harus rela "terkurung" di dalam bahtera bertingkat tiga, pengap dan gelap, selama + 244 hari (ayat 12,24; 8:6,10,12). Dengan cara itu mereka selamat dari kebinasaan. Tindakan penyelamatan Allah terhadap sekelompok kecil manusia yang menyambut rencana-Nya ini juga merupakan prinsip keselamatan Allah seterusnya untuk manusia. Di dalam Kristus, kita selamat sebab Allah sendiri pelindung-Nya. Namun, suatu saat pintu keselamatan akan tertutup bagi mereka yang menolak penyelamatan yang Allah sediakan.

Renungkan: Hanya di dalam kematian Kristus kita terluput dari hukuman Allah yang menimpa dunia kini dan kelak.

(0.33) (1Sam 16:1) (sh: Pilihan Tuhan. (Kamis, 11 Desember 1997))
Pilihan Tuhan.

Saul ditolak Tuhan sebagai raja Israel karena pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya (pasal 1Sam. 15). Penolakan itu membuat Samuel sedih (ayat 1). Ia merasa bertanggung jawab atas kejatuhan Saul. Tuhan mengingatkan Samuel bahwa sebagai hamba Tuhan ia harus memperhatikan kehendak Tuhan bukan membela orang yang berontak terhadap Tuhan. Samuel diberi tugas baru, mencari pengganti Saul. Dengan jujur Samuel mengakui takut dibunuh oleh Saul (ayat 2). Bagian ini mengungkapkan kondisi Saul yang membahayakan orang lain, dan Samuel yang banyak memperhatikan segi lahir dibandingkan pertimbangan rohani.

Pasca Saul. Setelah Daud diurapi, Allah berkenan memakainya. Konsekuensinya Allah tidak lagi memakai Saul (ayat 14). Era Daud pun dimulai. Cara Tuhan unik. Ia menempatkan Daud di istana sebagai pemain kecapi raja (ayat 16-23). Pasti banyak hal yang dipelajari Daud akibat-akibat kejatuhan seperti yang disaksikannya pada Saul. Apa yang Tuhan ingin Daud pelajari saat itu?

Renungkan: Urapan Tuhan pada pemimpin bukan hanya menyertai yang bersangkutan tetapi juga kesejahteraan yang dipimpinnya.

Doa: Ya Tuhan, berikanlah hikmat, keadilan dan kejujuran bagi para pemimpin kami.

(0.33) (1Sam 29:1) (sh: Menelan kepahitan. (Selasa, 10 Februari 1998))
Menelan kepahitan.

Raja Akhis dapat diyakinkan tentang kesetiaan Daud. Tetapi bagaimana dengan para panglima Filistin? Maukah mereka percaya pada kesetiaan Daud? Tidak! Mereka kuatir kalau-kalau Daud akan berkhianat, dan di mata mereka Daud tetap orang Israel. Ternyata meyakinkan kesetiaan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Daud harus menelan kepahitan akibat ulahnya sendiri. Untuk meyakinkan kesetiaan kita, berbagai cara dapat kita tempuh. Tetapi untuk meyakinkan kesetiaan kita kepada Allah hanya dengan cara, menaati perintah-perintah-Nya.

Kepahitan pun ada gunanya. Sulit menerima fakta apabila kesetiaan kita diragukan. Daud harus dengan lapang dada menerima kenyataan ini. Namun di balik kepahitan ini, rupanya Tuhan mempunyai maksud lain, di luar pemikiran Daud. Penolakan orang Filistin merupakan cara Tuhan menyelamatkan Daud dari dosa mengkhianati bangsa dan keluarganya sendiri. Tuhan mampu mengubah yang pahit menjadi manis, yang lemah dibangkitkan, yang susah dibahagiakan.

Renungkan: Bahwa di balik pergumulan yang Anda alami, ada maksud Allah yang indah sedang dijalin.

Doa: Tuhan Yesus, kiranya pelajaran dari kejatuhan tokoh Perjanjian Lama ini membuat kami waspada selalu.

(0.33) (Ezr 4:1) (sh: Identitas umat pilihan (Sabtu, 4 Desember 1999))
Identitas umat pilihan

Mengizinkan orang Samaria yang setengah kafir untuk berpartisipasi dalam pembangunan kembali Bait Allah, tidak hanya mengingkari identitas mereka, tetapi juga keunikan Yehuda sebagai umat pilihan Allah. Kristen modern harus mengaku bahwa hanya Yesuslah Juruselamat dunia. Penolakan untuk berkompromi dapat menimbulkan berbagai tantangan; sekalipun demikian seorang Kristen modern haruslah tetap memiliki identitas sebagai umat pilihan dan sekali-kali tidak kompromi dengan pendapat bahwa semua jalan menuju ke sorga.

Oposisi yang terus-menerus. Berbagai dokumen memaparkan serangkaian percobaan yang dilakukan untuk menghalangi usaha orang-orang Yehuda dalam pembangunan kembali Bait Allah: ayat 1-5: usaha-usaha penghambat yang terjadi pada waktu pemerintahan Koresy (559-529 sM); ayat 6: hambatan-hambatan yang terjadi pada masa pemerintahan Ahasyweros (485-465 sM); ayat 7-23: terjadi pada masa pemerintahan Artahsasta (464-424 sM); dan ayat 24: terjadi pada masa pemerintahan Darius (522-486 sM). Jangan berharap bahwa menjalani kehidupan Kristen yang berkomitmen adalah pekerjaan mudah. Kita akan menjumpai berbagai perlawanan, namun demikian kita akan dapat mengalahkannya jika tetap setia.

(0.33) (Mat 4:1) (sh: Menaklukkan bukan melakukan. (Senin, 29 Desember 1997))
Menaklukkan bukan melakukan.

Kalau ditilik dan diperhatikan saksama, ada persamaan cara yang diterapkan Iblis dalam peristiwa Adam dan Hawa, dengan peristiwa pencobaan Yesus di padang gurun. Keduanya sama-sama dijanjikan kepuasan akan kebutuhan kedudukan, kuasa dan sanjungan. Namun perbedaannya, Adam dan Hawa tergiur oleh janjinya dan melakukannya. Sebaliknya, Yesus menentang keinginan Iblis bahkan menaklukkannya! Yesus mendemonstrasikan kuasa firman Allah, sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa kuasa firman Allah memberikan energi untuk menaklukkan keinginan Iblis!

Kelemahan manusia. Harta, takhta dan kuasa, tak lekang dimakan waktu, tak habis ditelan masa. Sekalipun, pengorbanan nyawa telah Yesus jalani, namun masih saja kita tergoda oleh rayuan Iblis. Demi kedudukan, kuasa dan kepuasan, kedaulatan firman Tuhan tak lagi diperhitungkan. Tak dapat dipungkiri bahwa firman Tuhan itu sumber kemenangan Yesus dan kita semua menghadapi pencobaan.

Renungkan: Cukup sekali Yesus mendemontrasikan penolakan puncak menaklukkan keinginan Iblis, di bukit Golgota.

Doa: Tuhan, Firman-Mu yang hidup semakin menyemangatiku untuk terus berusaha menaklukkan keinginan Iblis, Amin.

(0.33) (Luk 1:26) (sh: Maria dipersiapkan (Rabu, 22 Desember 1999))
Maria dipersiapkan

Oleh kasih karunia Allah, Maria akan mengalami kenyataan yang luar biasa di dalam dirinya (30-33). Kondisi iman dan mental Maria dipersiapkan Allah. Pemberitahuan dari malaikat utusan Allah merupakan kejutan yang suci. Karena itu dengan kerendahan hati serta penyerahan total, Maria menyambut berita itu dan mempersembahkan dirinya untuk menjadi alat bagi terlaksananya kehendak Allah (38).

Yang muda yang mengagumkan. Betapa mengagumkan hidup yang dijalani oleh Maria, seorang perempuan muda. Sebagai manusia biasa, ia dipilih Allah untuk menjadi ibu Juruselamat manusia pada segala abad dan tempat. Sungguh merupakan suatu anugerah yang besar bagi Maria, karena rencana Allah itu diwujudkan melalui peran Maria. Respons yang dilakukan Maria pun menjadi teladan bagi kita: ia tidak ragu-ragu menerima janji itu. Hal ini merupakan suatu pernyataan penyerahan yang total, walaupun risiko yang harus dihadapi sebagai seorang perempuan yang belum menikah namun hamil - seperti penolakan dari Yusuf dan cemoohan dari keluarga/tetangga - mungkin akan dihadapinya.

Renungkan: Untuk dilibatkan Allah dalam rencana agung-Nya, Kristen harus beriman teguh dan berkomitmen penuh kepada-Nya.

(0.33) (Luk 5:12) (sh: Belas kasih dan bukan popularitas (Minggu, 11 Januari 2004))
Belas kasih dan bukan popularitas

Seorang Kristen datang kepada seorang penginjil TV yang terkenal untuk minta diijinkan bersaksi pada acara live shownya. Orang tersebut ingin menyaksikan kepada orang banyak bahwa meskipun ketika didoakan penyakitnya tidak sembuh, tetapi justru keluarganya percaya kepada Yesus. Permintaan orang tersebut ditolak dengan alasan bahwa ia tidak menyaksikan kemuliaan Allah karena penyakitnya tidak sembuh ketika didoakan. Sebenarnya alasan utama dari penolakan tersebut adalah bahwa si penginjil itu kuatir kehilangan popularitas sebagai penyembuh ilahi.

Sikap ini berbeda dengan sikap Tuhan Yesus ketika menyembuhkan orang kusta oleh karena belas kasih-Nya melihat penderitaannya. Tuhan Yesus menyuruh orang tersebut untuk segera memperlihatkan dirinya kepada imam dan menjalani proses ritual pentahiran, supaya orang tersebut dapat diterima kembali di masyarakat Israel (ayat 14).

Tuhan Yesus tidak butuh popularitas, dan memang bukan itu tujuan Dia melayani. Bahkan popularitas yang kemudian diterima-Nya bisa mengganggu fokus pelayanan-Nya. Itu sebabnya begitu popularitas-Nya melonjak, Tuhan Yesus malah mengundurkan diri untuk berdoa (ayat 16).

Renungkan: Apakah saudara melayani Tuhan karena belas kasih kepada sesama atau karena saudara ingin dikenal orang banyak sebagai orang baik, orang pintar atau orang yang berkarunia? Ingat! Yesus pernah berkata, bahwa orang sedemikian sudah mendapatkan upahnya.

(0.33) (Yoh 1:10) (sh: Tak mengenal, tak menerima. (Jumat, 25 Desember 1998))
Tak mengenal, tak menerima.

Yohanes mempertegas kembali bahwa Yesus tidak dikenal oleh dunia dan ditolak oleh umat-Nya sendiri. Sangat ironis! Dari sejak dilahirkan sampai akhir hayat-Nya, Yesus terus menerus ditolak. Tetapi puji Tuhan! Yesus Kristus datang tidak bergantung pada respons penolakan atau penerimaan, karena Dia datang justru untuk menerima manusia dalam rencana penyelamatan Allah. Peristiwa pengutusan Kristus oleh Allah Bapa merupakan penetapan rencana kekal-Nya, yang tidak dapat dibatalkan oleh dunia ciptaan-Nya, yaitu rencana keselamatan di dalam diri anak-Nya yang sedang, akan dan pasti digenapi.

Menerima dan percaya. Keselamatan datang kepada orang berdosa lewat penerimaan dan percaya kepada Kristus. Bagi Kristen, Kristus adalah anugerah Allah dan satu-satunya kebenaran yang dapat dipercayai. Di dalam-Nya, kita mempunyai hak untuk terhisab dalam persekutuan akrab sebagai putera-puteri Allah sendiri.

Renungkan: Pengharapan untuk bebas dari perbudakan dosa, merdeka dari himpitan rasa bersalah, bersih dari berbagai kenajisan yang merasuki keinginan dan pikiran kita, tersedia bagi kita semua di dalam Yesus Kristus.

Doa: Tuhan, terima kasih pembebasan yang Kau sediakan bagi kami.

(0.33) (Yoh 9:1) (sh: Sehat adalah berkat, sakit adalah kutuk? (Sabtu, 23 Januari 1999))
Sehat adalah berkat, sakit adalah kutuk?

Perdebatan dan penolakan yang terjadi tampaknya tidak membuat Yesus diam dan tak berbuat apa-apa. Tatkala Ia dan murid-murid-Nya berjumpa dengan seorang buta sejak lahir, Ia bertindak mengadakan mukjizat, menyembuhkan si buta. Halangan apapun tidak melunturkan kasih-Nya untuk menolong orang yang menderita. Secara ajaib setelah mata si buta dijamah Yesus, orang itu taat dan segera membasuh dirinya di kolam Siloam. Seketika itu ia pun dapat melihat. Tidak dapat dibayangkan betapa luapan gembira dan sukacita yang dialami si buta yang sekarang dapat melihat.

Ketaatan dan mukjizat. Tanpa membasuh mata di kolam Siloam pun sebenarnya Tuhan Yesus bisa mencelikkan mata si buta. Yang Yesus pentingkan dalam peristiwa ini adalah ketaatan. Ketaatan yang dibarengi rasa syukur kepada Tuhan memegang peranan penting, tidak hanya di saat kita membutuhkan pertolongan-Nya, tetapi di setiap saat. Mukjizat terjadi karena ketaatan terhadap firman Tuhan. Si buta yang celik matanya, mensyukuri pertolongan Tuhan. Ia tidak takut menghadapi orang-orang yang meragukan kesembuhan yang telah dialaminya.

Renungkan: Berbahagialah orang yang mempertahankan ketaatan karena percaya.

Doa: Ya, Tuhan, celikkanlah mata rohaniku untuk dapat setiap saat mensyukuri kasih-Mu kepadaku.

(0.33) (Yoh 10:11) (sh: Bukan upahan (Rabu, 27 Januari 1999))
Bukan upahan

Gembala yang baik rela berkorban bagi kawanan domba-Nya tanpa pamrih, tanpa upah. Berbeda dengan gembala upahan yang melakukan tugas bukan karena tanggung jawab tetapi karena upah yang diterima. Ia tidak segan-segan lari meninggalkan kawanan domba yang dipercayakan kepadanya, bila kesulitan muncul tiba-tiba. Para gembala yang dimaksud Yesus mungkin sekali adalah para ahli Taurat dan orang Farisi yang menentang Dia, yang tidak memimpin umat kepada hidup. Mereka bukan menjamin keselamatan para domba tetapi justru mencelakakan.

Bukan sekandang tapi sekawan. Hal-hal yang Tuhan Yesus utarakan sebenarnya sangat sederhana dan sangat menentukan nasib manusia. Namun kesederhanaan pesan ini ternyata juga tak dipahami pendengarNya. Ketika Yesus mengatakan bahwa Ia pun menerima domba lain yang ingin dituntun-Nya dan bergambung bersama domba milik-Nya, terjadi pertentangan dan penolakan. Pernyataan Yesus: "Akulah Gembala yang baik, sebenarnya menegaskan bahwa banyak para pemimpin agama zaman itu, dan kini banyak gembala seperti Dia. Serahkanlah diri pada tuntunan kasih Yesus Kristus, Gembala yang baik, yang di dalam-Nya kita mendapatkan kebutuhan hidup masa kini dan kelak.

Doa: Tuhan terima kasih, bahwa Engkau bukanlah gembala upahan.

(0.33) (Yoh 12:37) (sh: Pilihan bebas manusia (Sabtu, 27 Februari 1999))
Pilihan bebas manusia

"Tetap tidak percaya sekalipun telah melihat banyak mukjizat!" Kutipan Yesaya 6:10, seolah-olah menimbulkan kesan bahwa Allah sendirilah yang merencanakan pemberontakan dan penolakan percaya kepada-Nya. Benarkah demikian? Pada bagian ini dikatakan bahwa ketidakpercayaan manusia merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah. Namun hal ini terjadi bukan karena kesalahan atau kegagalan Allah melainkan karena manusia sendiri yang memilih untuk tidak percaya. Manusia lebih memilih dan menjunjung kehormatannya, daripada kehormatan Allah (43).

Percaya atau tidak percaya. Setelah mendengar, memahami dan meyakini segala perkataan dan perbuatan Yesus dalam pasal-pasal sebelumnya, Kristen saat ini, diperhadapkan pilihan, percaya kepada Yesus yang diutus oleh Allah atau tidak percaya. Firman Tuhan jelas menyatakan bahwa percaya kepada Kristus adalah jaminan memperoleh hidup kekal. Sebaliknya, tidak percaya kepada Kristus membawa kita pada penghakiman, dan kebinasaan kekal.

Renungkan: Bila hati nurani Anda meyakini kepastian percaya kepada Kristus, itulah pilihan Anda, pegang teguh, jangan goyah!

Doa: Tuhan Yesus, terima kasih bahwa Engkau menciptakan kami dengan baik dan sempurna. Tolong kami untuk senantiasa berjalan dengan-Mu.

(0.33) (Rm 10:16) (sh: Iman timbul dari pendengaran. (Senin, 8 Juni 1998))
Iman timbul dari pendengaran.

Banyak berita dapat didengar oleh manusia, tetapi tidak setiap berita menimbulkan iman. Seseorang menjadi percaya kepada Kristus karena mendengar firman Kristus melalui para utusan-Nya. Iman adalah tanggapan posistif yang kemudian berkembang menjadi kepercayaan yang mantap. Berapa banyak kesempatan tidak kita manfaatkan dengan benar untuk berbicara kepada siapa Tuhan pertemukan kita. Sayang sekali, pendengaran mereka kita isi dengan berita yang tidak menyangkut kebutuhan jiwa yang terutama yakni keselamatan. Mereka butuh firman Kristus, tetapi yang kita sodorkan berita lain yang juga penting, tetapi bukan yang terpenting. Mungkin kita segan, tak mempunyai keberanian atau bermasa bodoh.

Tanggapan yang menyelamatkan. Sulit sekali bagi orang Israel untuk menanggapi berita keselamatan dalam karya Kristus. Benih-benih penolakan bertumbuh subur dan kemudian membuahkan sikap yang terus menerus menentang dan membantah. Tanggapan ditentukan oleh pikiran, dan pikiran merupakan arena peperangan antara kuasa terang dan kuasa gelap. Hanya pikiran yang dikuasai oleh Roh Kudus yang peka, untuk kemudian tanggap akan setiap firman Kristus yang menyelamatkan

Renungkan: Dalam perang rohani kita perlu senjata rohani.

Doa: Karuniakan keberanian untuk memperdengarkaan firman Kristua kepada yang Tuhan tempatkan dalam lingkungan hidup kami.

(0.33) (Flm 1:8) (sh: Paulus mengatasi permasalahan Filemon dan Onesimus (Selasa, 6 Juli 1999))
Paulus mengatasi permasalahan Filemon dan Onesimus

Pendekatan Paulus terhadap Filemon bukan dengan otoritas/wibawa rasulinya, melainkan dengan menyebut dirinya seorang hukuman karena Kristus dan Filemon sebagai rekan sekerjanya. Paulus mengutamakan kerendahan hati dan kehangatan kasih dalam menasihati saudara seimannya. Paulus juga tidak bermaksud memerintah, karena itu ia mengajukan permintaan kepada Filemon untuk menerima Onesimus kembali sebagai saudara yang kekasih. Pendekatan seperti inilah yang menjadi jembatan terjalinnya persaudaraan kasih.

Cara pandang Paulus. Paulus memiliki cara pandang Allah terhadap seorang berdosa yang bertobat. Paulus tidak lagi mengasingkan Onesimus sebagai orang yang tidak berguna, tetapi sejak Onesimus menyesali perbuatannya dan bertobat, ia menerimanya sepenuh hati sebagai saudara kekasih. Cara pandang inilah yang Paulus harapkan dari Filemon yang belum dapat menerima hambanya, Onesimus. Tanpa sadar, seringkali kita memiliki cara pandang yang menghakimi orang lain, yang sesungguhnya telah bertobat, namun karena tak kuasa menerima penolakan kita, maka kembali ke jalannya yang salah.

Renungkan: Cara pandang Anda terhadap saudara seiman yang pernah berbuat dosa dan kemudian bertobat akan menentukan sikap

(0.33) (Ibr 3:7) (sh: Peringatan kedua (Selasa, 5 Oktober 1999))
Peringatan kedua

Inti dari peringatan kedua adalah firman Tuhan sudah diberitakan lewat Musa. Sikap Israel terhadap kepemimpinan dan petunjuk Musa, dengan sendirinya adalah sikap mereka terhadap Allah sendiri. Menolak firman yang disampaikan Musa berarti menolak firman Allah. Sikap menolak dan mengeraskan hati akan berakibat fatal. Ketidakpercayaan dan ketidaktaatan mengarah pada akibat tragis! Karena Kristus lebih tinggi dan lebih mulia daripada Musa, maka menolak beriman dan taat kepada-Nya merupakan pemberontakan yang tidak dapat ditolerir. Sebab menolak dan menyimpang dari keselamatan yang Kristus anugerahkan, adalah murtad yang menghasilkan kebinasaan.

Percaya dan taat. Dua hal inilah yang harus Kristen lakukan. Hidup selalu dalam iman dan ketaatan sebagai respons kepada firman keselamatan. Salah satu tugas Gereja yang sangat penting adalah menyediakan atau membangun persekutuan di mana ada nasihat, dorongan, dan dukungan dari satu kepada yang lain. Inilah cara yang paling efektif dan penting untuk mencegah terjadinya penolakan dan sikap mengeraskan hati terhadap firman Tuhan.

Doa: Lembutkanlah hatiku menerima kebenaran firman-Mu. Ampunilah aku yang sering berontak terhadap Engkau. Berikanlah hati yang taat dan percaya penuh kepada kedaulatan-Mu. Amin.

(0.29) (1Sam 8:5) (full: ANGKATLAH SEKARANG SEORANG RAJA. )

Nas : 1Sam 8:5

Jabatan raja menjadi bagian dari janji Allah dalam perjanjian-Nya dengan Abraham (Kej 17:6); ketika memberkati putra-putranya, Yakub menentukan bahwa raja itu adalah dari keturunan Yehuda (Kej 49:10). Musa menubuatkan bahwa akan tiba saatnya ketika Israel tidak merasa puas lagi dipimpin Allah secara langsung (Ul 17:14-15; 28:36); nubuat tersebut tergenapi ketika Israel menuntut seorang raja manusia. Allah menganggap permintaan mereka sebagai penolakan terhadap diri-Nya sebagai Raja Israel (ayat 1Sam 8:7) dan sebagai petunjuk dari keinginan mereka untuk mengurangi peranan mereka selaku umat khusus Allah.

  1. 1) Mereka memohon seorang raja manusia "sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang" (ayat 1Sam 8:20). Mereka keliru ketika berpendapat bahwa penyebab segala persoalan dan kekalahan mereka ialah pemerintahan yang kurang memadai, padahal sebenarnya dosa mereka yang menyebabkannya. Oleh karena itu, mereka menyesuaikan diri dengan cara-cara masyarakat kafir di sekitar mereka daripada percaya akan Allah.
  2. 2) Sekalipun ketika itu bukanlah saat yang dipilih Allah bagi mereka untuk memiliki seorang raja, dan walaupun motivasi mereka salah, Tuhan memberikan apa yang mereka minta. Kemudian, Dia bermaksud akan menuntun umat-Nya kendatipun pemerintahan yang cacat dari para raja Israel (1Sam 12:14-15,19-25); hal ini menunjukkan kasih dan kesabaran Allah terhadap kelemahan manusia.
(0.29) (2Raj 17:7) (full: TELAH BERDOSA KEPADA TUHAN. )

Nas : 2Raj 17:7

Dalam ayat 2Raj 17:7-41 Roh Kudus memberikan alasan teologis dan moral mengapa Allah menimbulkan keruntuhan umat perjanjian-Nya yang tertebus dan menyingkirkan mereka dari hadapan-Nya (ayat 2Raj 17:18).

  1. 1) Mereka melupakan kasih dan kasih karunia Allah yang dinyatakan dalam penebusan mereka dari Mesir (ayat 2Raj 17:7).
  2. 2) Mereka menyembah dewa-dewa masyarakat kafir keliling mereka, karena mengira bahwa mereka akan mendapat sukses, sejahtera, dan bimbingan (ayat 2Raj 17:7,12,17;

    lihat cat. --> Kol 3:5).

    [atau ref. Kol 3:5]

  3. 3) Mereka mengikuti kebiasaan dan gaya hidup dunia fasik (ayat 2Raj 17:8-11,15-17).
  4. 4) Mereka menolak nabi-nabi Allah dan berita kebenaran-Nya (ayat 2Raj 17:13-15; bd. Kis 7:51).
  5. 5) Mereka secara terang-terangan memberontak melawan penyataan tertulis dan perjanjian Allah (ayat 2Raj 17:13-16).
  6. 6) Mereka melakukan tenung, ilmu sihir, dan bermacam-macam kebejatan (ayat 2Raj 17:9,15-17). Berita ini memperingatkan semua orang percaya yang hidup di bawah perjanjian yang baru (lih. 1Kor 10:1-12). Allah akan menyingkirkan semua orang dari kerajaan-Nya (baik perorangan maupun gereja) yang tidak tinggal setia kepada kasih dan Firman-Nya. Akibat-akibat dari meninggalkan Allah adalah hukuman, kehancuran, penderitaan, dan akhirnya penolakan (bd. Wahy 2:5; 3:15-16).
(0.29) (Mat 12:31) (full: HUJAT TERHADAP ROH KUDUS. )

Nas : Mat 12:31

Hujat terhadap Roh Kudus adalah penolakan terus-menerus dan dengan sengaja terhadap kesaksian Roh Kudus mengenai Kristus, Firman-Nya dan karya-Nya yang menginsafkan orang akan dosa (bd. Yoh 16:7-11). Orang yang menolak dan melawan suara Roh Kudus ini menjauhkan diri sendiri dari satu-satunya kekuatan yang dapat membawanya kepada pengampunan dosa. Proses yang membawa kepada hujat terhadap Roh Kudus adalah sebagai berikut:

  1. 1) Mendukakan Roh (Ef 4:30), apabila diteruskan akan membuat orang menentang Roh Kudus (Kis 7:51);
  2. 2) Menentang Roh Kudus akan membawa kepada memadamkan api Roh (1Tes 5:19);
  3. 3) Memadamkan api Roh membuat seseorang mengeraskan hatinya (Ibr 3:8-13);
  4. 4) Mengeraskan hati menghasilkan pikiran yang rusak sehingga yang benar dikatakan salah dan yang salah dikatakan benar (Yes 5:20; Rom 1:28). Pada saat pengerasan hati ini telah mencapai tingkatan tertentu, yang ditetapkan oleh Allah saja, maka Roh Kudus tidak lagi akan berusaha untuk menuntun orang itu kepada pertobatan (bd. Kej 6:3;

    lihat cat. --> Ul 29:18-21;

    lihat cat. --> 1Sam 2:25;

    lihat cat. --> Ams 29:1).

    [atau ref. Ul 29:18-21; 1Sam 2:25; Ams 29:1]

    Bagi orang yang khawatir mengenai kemungkinan telah melakukan dosa yang tidak bisa diampuni ini, kenyataan bahwa ia ingin memperoleh pengampunan dosa dan kesediaan untuk bertobat dari dosa adalah bukti bahwa ia tidak melakukan dosa yang tak terampuni ini

    (lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).

(0.29) (Mrk 8:34) (full: MEMIKUL SALIBNYA. )

Nas : Mr 8:34

Salib Kristus merupakan lambang penderitaan (1Pet 2:21; 4:13), kematian (Kis 10:39), kehinaan (Ibr 12:2), cemoohan (Mat 27:39), penolakan (1Pet 2:4) serta penyangkalan diri (Mat 16:24). Apabila kita sebagai orang percaya mengangkat salib kita dan mengikut Yesus, maka kita menyangkal diri (Luk 14:26-27) dan mengabdikan diri kepada empat macam pergumulan dan penderitaan:

  1. 1) Kita menderita dalam perjuangan seumur hidup melawan dosa (Rom 6:1-23; 1Pet 4:1-2) dengan menyalibkan semua keinginan yang berdosa (Rom 6:1-23; 8:13; Gal 2:20; 6:14; Tit 2:12; 1Pet 2:11,22-24).
  2. 2) Kita menderita dalam peperangan terhadap Iblis dan kuasa-kuasa kegelapan sewaktu kita memajukan Kerajaan Allah (2Kor 10:4-5; 6:7; Ef 6:12; 1Tim 6:12). Kita mengalami baik perseteruan dari Iblis dengan pasukan setannya (2Kor 6:3-7; 11:23-29; 1Pet 5:8-10) maupun penganiayaan yang datang dari perlawanan kita terhadap para guru palsu yang memutarbalikkan Injil yang benar (Mat 23:1-36; Gal 1:9; Fili 1:15-17).
  3. 3) Kita menanggung kebencian dan ejekan dari dunia (Yoh 15:18-25; Ibr 11:25-26) ketika bersaksi dengan kasih bahwa perbuatannya itu jahat (Yoh 7:7), dengan memisahkan diri kita dari dunia secara moral dan rohani

    (lihat art. PEMISAHAN ROHANI ORANG PERCAYA),

    dan dengan menolak semua norma dan falsafahnya (1Kor 1:21-27).
  4. 4) Seperti Yesus, mungkin kita juga akan menerima ejekan dan penganiayaan dari dunia agama (ayat Mr 8:31;

    lihat cat. --> Mr 8:15).

    [atau ref. Mr 8:15]

(0.29) (Kej 4:1) (sh: Harga diri: sebuah kemewahan (Rabu, 5 Februari 2003))
Harga diri: sebuah kemewahan

Kita melihat sebuah perjalanan kebudayaan. Manusia mulai dengan telanjang. Lalu ia berpakaian untuk menutupi ketelanjangannya. Kini, ia perlu menghiasi dirinya dengan ornamen-ornamen untuk makin menutupi ketelanjangannya, yaitu harga diri. Harga diri itu mahal, karena didapatkan dengan harga darah Habel.

Bukankah sesuatu yang indah ketika Hawa melahirkan anak-anaknya? Pertama lahirlah Kain, kemudian Habel menyusul. Mereka berdua mempersembahkan kurban. Habel membawa kurban terbaik, hasil pertama dari apa yang dikerjakannya. Tidak demikian dengan Kain. Tidak diindikasikan bahwa Kain membawa hasil sulung dari apa yang diusahakannya. Maka, Allah menganggap baik apa yang diberikan Habel dan menolak Kain. Penolakan itu sakit. Kain tak mampu menahan emosi dan kebenciannya. Harga dirinya terlalu tinggi untuk membiarkan seorang Habel hidup. Pembunuhan pertama terjadi dalam sejarah manusia. Ketika Tuhan bertanya pun, ia menjawab Tuhan seenaknya. Tidak ada kasih lagi. Kehidupan di luar Eden memang sudah berbeda.

Kain tak bisa lari dari kenyataan. Disertai jaminan pemeliharaan dari Tuhan, Kain pergi. Kini, pakaian Kain dilumuri dengan harga diri yang membuatnya miskin. Apakah kematian Habel menjadi sia- sia? Mungkin iya, jika kita melihat nama "Habel" dalam bahasa Ibrani yang berarti "sia-sia" atau "sementara". Tetapi, sebenarnya tidak, karena Allah mendengar teriakan darah dari tanah itu. Kebenaran dan keadilan akan ditegakkan. Kalau darah Habel berteriak dengan keras dari tanah, terlebih lagi darah Yesus Kristus. Ia adalah korban tak berdosa, namun harus menanggung manusia berdosa. Darah-Nya akan berteriak bagi mereka yang dikasihi-Nya.

Renungkan: Hati-hati dengan harga diri Anda. Ia bisa merampas kasih dan kebahagiaan hidup Anda yang sejati.



TIP #29: Klik ikon untuk merubah popup menjadi mode sticky, untuk merubah mode sticky menjadi mode popup kembali. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA