Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 22 ayat untuk pasti akan datang AND book:18 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ayb 19:1) (sh: Iman yang tidak goyah (Selasa, 14 Desember 2004))
Iman yang tidak goyah

Ketika semua orang memusuhi kita, bahkan Tuhan pun tidak mendukung kita, bagaimana kita harus bersikap? Jika salah bersikap, jangan-jangan kita menjadi ateis atau menyerah kepada nasib.

Ayub mengalami tekanan yang dirasakannya sangat berat (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3) (band. keluhan Ayub pada ps. 3). Namun, sekarang bertambah dahsyat karena para sahabatnya tidak menunjukkan perhatian dan tidak menerima dirinya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">19:2-6, 7). Mereka seakan-akan bertindak menjadi Allah bagi Ayub (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">21-22). Meski demikian, Ayub sekali lagi, menyatakan bahwa penderitaan yang ia alami tidak berkaitan dengan dosanya. Melainkan disebabkan perbuatan Allah dalam kedaulatan-Nya atas dirinya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">6, 8-12). Sebagai akibat keyakinannya, semua orang menjauhkan diri dari Ayub, termasuk teman, keluarga yang paling dekat, bahkan anak-anak (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">13-19). Ayub tidak mempersalahkan mereka yang telah menghindari dirinya. Ayub sendiri merasakan keadaan fisiknya begitu menjijikkan, sehingga wajar kalau manusia normal tidak akan mau berdekatan dengan dirinya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">20). Satu hal yang luar biasa dari Ayub adalah imannya yang tidak kehilangan fokus, tetapi tetap tertuju kepada Allah. Meskipun, pada ay. pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">7 Ayub telah menuduh Allah bertindak tidak adil kepadanya dengan sengaja menyengsarakan dia. Akan tetapi, pada akhir pasal pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">19 ini, Ayub meyakini bahwa Allah yang sama akan tampil membela dia (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">25-29). Seakan-akan Ayub berkata "Oleh karena Engkau yang mengizinkan aku menderita, maka Engkau pasti yang akan memulihkan aku"!

Apakah yang Anda harapkan dari Allah saat menderita? Beragam jawaban pasti timbul. Banyak orang Kristen mengharapkan Allah akan datang dan membukakan jalan secara instan dan menakjubkan, seperti mukjizat. Akan tetapi, jika harapan Anda tidak terwujud, apakah iman Anda akan goyah dan kehilangan gairah menjalani hidup?

Renungkan: Iman Ayub adalah iman kristiani. Ayub percaya penuh bahwa Allahlah perisainya. Penderitaan boleh menggerogoti sekujur tubuhnya, bahkan menekan jiwanya. Rohnya tetap berharap pada-Nya.

(0.99) (Ayb 20:1) (sh: Nasib orang fasik (Rabu, 15 Desember 2004))
Nasib orang fasik

Apakah orang fasik bernasib baik? Bagaimana nasib akhir orang fasik?

Zofar melontarkan uraian nasib orang fasik yang dimaksudkan bagi Ayub. Bagaimana nasib orang fasik menurut Zofar? Pertama, orang fasik akan sementara saja menikmati hasil kejahatannya. Pada mulanya terlihat ia aman karena kejahatannya belum terungkap. Selain itu, orang fasik bangga akan kehebatannya dalam `dunianya'. Padahal dalam sekejap ia akan kehilangan segalanya. Bahkan kebinasaan akan datang menerpa dirinya seumpama bayi yang lahir sebelum waktunya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5-11). Kedua, Allah tidak berdiam diri melainkan akan menghukum orang fasik dan menimpakan semua perbuatan dosanya kepada diri sendiri. Seringkali kehancuran mereka sepertinya lambat terjadi. Ini berarti mereka sedang dibiarkan Allah mengalami dan merasakan penderitaan yang telah mereka perbuat kepada sesama (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12-19). Ketiga, orang fasik tidak akan merasa damai. Mereka tidak menikmati hasil kejahatannya. Sebaliknya, mereka gelisah dan mengkhawatirkan bahwa perbuatan jahat mereka akan berbalik dan mencelakakan diri sendiri (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">20-22). Keempat, murka Allah mengejar dan akan mengenai orang fasik, ibarat anak panah dan tombak yang sekali dilempar tidak akan kembali sebelum mengejar dan mengenai sasaran (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">23-29).

Uraian Zofar tentang nasib orang fasik ini benar, tetapi tidak tepat bagi Ayub sebab penderitaan yang Ayub alami bukan akibat kejahatannya. Selain itu, tidak ada bukti yang menyatakan Ayub telah melakukan dosa sehingga ia menderita. Jadi, kata-kata yang dituduhkan Zofar kepada Ayub adalah fitnah.

Meski ucapan Zofar ini tidak tepat untuk Ayub, kebenarannya perlu kita terima. Tidak seorang fasik pun dapat luput dari perbuatan dosa-dosanya sendiri. Karena Allah akan menghukum orang fasik sesuai dengan perbuatannya. Apakah selama ini Anda merasakan Allah `membiarkan' perbuatan orang fasik? Bahkan sepertinya mereka hidup jauh lebih baik dari anak Tuhan?

Renungkan: Dosa pasti mendapatkan balasannya. Jangan biarkan perbuatan buruk orang lain melunturkan iman percaya Anda.

(0.90) (Ayb 38:1) (sh: Hikmat dan misteri (Sabtu, 17 Agustus 2002))
Hikmat dan misteri

Setelah Elihu menegaskan bahwa Allah tak dapat ditemui (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:23), kita dikejutkan dengan kehadiran Yahweh. Kehadiran Allah seakan merupakan pembenaran diri-Nya. Namun, kita melihat bahwa Allah tidak menjawab tuduhan Ayub, melainkan bertanya, menyudutkannya lagi sama seperti yang dilakukan Elihu dalam pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:15-18. Argumen Allah adalah bahwa Ayub ternyata tidak memahami desain yang diciptakan-Nya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:2). Kebesaran Allah ini menunjukkan bahwa Ia tidak terkungkung atau dikotak-kotakan dalam pikiran sempit Ayub dan teman-temannya.

Pertemuan ini mengubah konsep Ayub. Yahweh datang dalam badai, suatu tanda kemurkaan. Ayub mungkin berpikir bahwa ia akan dihancurkan Allah. Tetapi, ternyata Allah hanya menusuk dengan kata-kata. Jika Ayub ada waktu penciptaan, ia pasti memiliki hikmat Allah. Perkataan Yahweh selebihnya terdiri dari 2 bagian. Pertama, tentang keteraturan dunia (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-38) dan kedua, tentang dunia binatang (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">38:39-39:30). Di bagian pertama, Allah berbicara tentang embun dan pagi (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:12-15), tentang dunia bawah tanah (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:16-18), tentang terang dan kegelapan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:19-21), tentang salju, hujan batu, dan guruh (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:22-24), tentang hujan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:25-28), tentang es dan embun beku (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:29-30), tentang langit dan gugusannya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:31-33), dan tentang guntur dan awan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:34-38). Ayub terpojok. Ia tidak memiliki hikmat penciptaan. Ia tidak memiliki hikmat Allah.

Di bagian kedua, serentetan binatang liar yang asing bagi Ayub didaftarkan: singa (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:1-2), burung gagak, kambing gunung, dan rusa (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:3-7), keledai liar (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:8-11), lembu hutan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:12-15), burung unta (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:16-21), burung elang dan rajawali (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:29-33), kecuali kuda perang yang tidak liar (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" vsf="TB" ver="">39:22-28). Binatang-binatang liar ini disebutkan untuk menunjukkan ada hal-hal yang berada di luar jangkauan berpikir dan hikmat Ayub. Hal ini ditegaskan kembali dengan penyebutan kuda perang yang ideal yang menunjukkan bahwa Ayub memang tak memiliki hikmat seperti Yahweh.

Renungkan: Jawaban Allah di dalam penderitaan kadang bisa berbentuk pertanyaan yang menyadarkan batas-batas pengertian.

(0.86) (Ayb 19:25) (full: AKU TAHU: PENEBUSKU HIDUP. )

Nas : Ayub 19:25

Di tengah-tengah penderitaan dan keputusasaannya, Ayub dengan iman yang besar berpaut kepada Allah, sebab percaya bahwa pada akhirnya Tuhan akan membenarkan dirinya (bd. Ayub 13:15; 14:14-15). Ayub memandang Allah selaku "penebus" atau penolong; di zaman Alkitab seorang "penebus" adalah seorang kerabat yang dengan penuh kasih datang untuk melindungi, membela, dan menolong pada masa kesulitan (lih. Im 25:25; Ul 25:5-10; Rut 1:4; juga lih. Kej 48:16; Kel 6:5; Yes 43:1; Hos 13:14) dan membenarkan kerabatnya yang menderita.

(0.81) (Ayb 1:10) (full: MEMBUAT PAGAR SEKELILING DIA. )

Nas : Ayub 1:10

Karena Iblis datang untuk mencuri, membunuh, dan membinasakan (bd. Yoh 10:10), Allah menempatkan pagar pelindung di sekitar umat-Nya untuk melindungi mereka dari serangan Iblis.

  1. 1) "Pagar pelindung" itu bagaikan "tembok berapi" rohani yang mengitari umat Allah yang setia sehingga Iblis tidak bisa melukai mereka. "Aku sendiri, demikianlah firman Tuhan, akan menjadi tembok berapi baginya di sekelilingnya, dan Aku akan menjadi kemuliaan di dalamnya" (Za 2:5).
  2. 2) Semua orang percaya yang dengan setia berusaha untuk mengasihi Allah dan mengikuti pimpinan Roh Kudus berhak untuk meminta dan mengharapkan Allah menempatkan tembok perlindungan keliling mereka dan keluarga mereka.
(0.81) (Ayb 23:3) (full: SEMOGA AKU TAHU MENDAPATKAN DIA. )

Nas : Ayub 23:3

Sepanjang pengalaman penderitaan Ayub, kerinduannya yang terbesar adalah akan kehadiran Tuhan.

  1. 1) Ia jarang menyebutkan kehilangan kekayaan; ia hampir tidak menyinggung kesedihannya yang mendalam atas kehilangan semua anaknya; kehilangan kehadiran Allahlah yang diratapinya. Di tengah segala kesengsaraannya ia ingin bertemu dengan Allah dan berhubungan dengan Dia lagi (bd. Ayub 13:24; 16:19-21; 29:2-5).
  2. 2) Kerinduan akan Allah semacam ini seharusnya menjadi ciri khas semua orang percaya sejati. "Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?" (Mazm 42:2-3). Kemudian, "Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu seperti tanah yang kering dan tandus, tiada berair" (Mazm 63:2).
(0.80) (Ayb 2:10) (full: TIDAK MAU MENERIMA YANG BURUK? )

Nas : Ayub 2:10

Orang percaya sejati harus mempersiapkan diri untuk diuji oleh Allah melalui kesengsaraan dan juga menerima yang baik dari tangan-Nya. Mempercayai Allah tidaklah berarti bahwa Dia senantiasa akan membebaskan kita dari kesulitan, demikian pula kesetiaan kepada Allah tidak menjamin kemakmuran dan keberhasilan

(lihat cat. --> Ayub 2:3;

lihat cat. --> 3Yoh 1:2).

[atau ref. Ayub 2:3; 3Yoh 1:2]

Ketika kesukaran datang, orang percaya yang tidak merasa ada dosa atau pemberontakan melawan Allah dalam hatinya, harus menyerahkan jiwanya kepada Allah. Beriman kepada Allah sebagai Tuhan yang pengasih di tengah-tengah pencobaan dan penindasan mengungkapkan kemenangan sempurna dari iman (1Pet 1:3-9).

(0.80) (Ayb 6:4) (full: ANAK PANAH DARI YANG MAHAKUASA TERTANCAP PADA TUBUHKU. )

Nas : Ayub 6:4

Ayub sadar bahwa pada hakikatnya penderitaannya itu datang dari Allah, atau setidak-tidaknya dengan izin dan pengetahuan Allah. Kesedihannya yang paling hebat ialah: Allah tampaknya menentang dirinya dan ia tidak mengetahui penyebabnya. Ketika saudara mengalami kesukaran sementara dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menyenangkan Allah, jangan menyerah kepada pemikiran bahwa Allah tidak mempedulikan saudara lagi. Mungkin saudara tidak mengetahui mengapa Allah membiarkan hal semacam itu terjadi, tetapi saudara dapat mengetahui (sebagaimana halnya Ayub) bahwa akhirnya Allah sendiri akan memberi kekuatan, ketabahan, dan keteguhan, serta menuntun saudara hingga mencapai kemenangan (bd. Rom 8:35-39; Yak 5:11; 1Pet 5:10).

(0.79) (Ayb 19:1) (sh: Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa (Rabu, 31 Juli 2002))
Teman tak berkuasa, Tuhan berkuasa

Ayub tidak hanya kehilangan harta benda, anak-anak, dan kesehatannya. Ia juga kehilangan teman dan respek. Ayub meratap bahwa ia sekarang dikucilkan oleh saudara, kenalan, kaum kerabat, dan kawan-kawannya. Tidak berhenti di situ, ia pun diasingkan oleh anak semang dan budaknya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">13-16) dan bahkan oleh istrinya sendiri (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">17). Ejekan tidak saja diterimanya dari teman karibnya, tetapi juga dari anak-anak kecil (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">18-19). Tidak heran pada akhirnya dengan memelas Ayub memohon kepada ketiga sahabatnya itu, "Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku."

Dalam penderitaan, kita membutuhkan dukungan dari orang-orang yang mengasihi kita. Seberat apa pun permasalahan yang kita hadapi, kalau kita masih mendapatkan kepercayaan dan kekuatan dari mereka, kita akan lebih sanggup menghadapinya. Namun, ironisnya, dalam kesusahan kita cenderung memilih untuk sendirian, mengucilkan diri dari keramaian. Kita menangis sendirian dan kita menderita sendirian, sepi dari sapaan teman dan kerabat.

Namun, meskipun Ayub bergumul sendirian, ia menghampiri Tuhan. Itu sebabnya ia tetap berkata dengan yakin, "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup dan Ia akan bangkit di atas debu." (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">25). Ayub datang kepada Pribadi yang tepat: Tuhan sendiri. Ia membawa ketidakmengertian dan kekecewaannya kepada Tuhan. Sekarang Ayub tidak sendirian lagi. Meski sahabat-sahabatnya tidak memahami keadaannya, Tuhan mengerti.

Ada masalah yang dapat kita bagikan dan ceritakan kepada teman. Namun, ada juga masalah yang tidak bisa kita ceritakan kepada siapa pun. Akhirnya kita hanya dapat datang kepada Tuhan yang mengerti kepedihan kita bahkan sebelum kita mengucapkan sepatah kata pun.

Renungkan: Teman mengerti sebagian tentang diri kita, tetapi Tuhan mengerti seluruhnya. Teman mengasihi, memperhatikan kita, tetapi Tuhan mengurbankan nyawa-Nya buat kita. Dialah satu-satunya tempat kita mendapatkan kasih sayang dan pertolongan.

(0.79) (Ayb 2:11) (sh: Teman yang menghibur (Kamis, 18 Juli 2002))
Teman yang menghibur

"Yesus kawan yang sejati, bagi kita yang lemah. Tiap hal boleh dibawa dalam doa pada-Nya" Syair lagu ini ditulis oleh Joseph Scriven ketika penderitaan yang sangat berat dialaminya. Mungkin Joseph Scriven adalah salah satu dari sekian banyak Kristen yang memilih untuk tetap bersandar pada Tuhan ketika mengalami penderitaan. Ini berarti masih banyak juga Kristen yang memilih untuk menyalahkan bahkan meninggalkan Allah. Dari fakta tersebut, kita tahu bahwa Tuhan Yesus adalah sobat yang paling setia.

Dalam peristiwa Ayub, ia sungguh beruntung karena dalam penderitaannya yang sangat menyiksa, tubuh dipenuhi luka, bahkan sulit untuk dikenali wajah aslinya, ada teman-teman dekatnya yang datang mengunjunginya. Maksud kunjungan tersebut adalah untuk menghibur dan berharap dapat mengurangi penderitaan Ayub. Selama 7 hari dan 7 malam, mereka hanya duduk menemaninya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

Sikap teman-teman Ayub ini tampaknya berhasil memberikan penghiburan dan pengharapan bagi Ayub, yaitu bahwa ternyata ia tidak ditinggalkan oleh teman-temannya. Namun, dalam perikop selanjutnya, kita akan mempelajari tentang ketidakkonsistenan teman-teman Ayub terhadap penderitaan Ayub. Mereka bukannya menghibur, tetapi malah semakin membuat Ayub menderita.

Melalui perikop ini, kita belajar banyak tentang arti persahabatan. Pertama, sahabat sejati peka akan penderitaan yang dialami sahabat yang lain. Kedua, sahabat sejati memiliki pengertian yang dalam dan memberikan penghiburan. Ketiga, sahabat sejati saling mengasihi dalam keadaan apa pun. Ketiga unsur penting dalam persahabatan ini hanya ada dalam Tuhan Yesus Kristus. Datanglah kepada-Nya karena beban penderitaan kita akan diangkat-Nya (lih. Mat. 11:28).

Renungkan: Ketika kita berada dalam penderitaan, Tuhan tidak akan meninggalkan kita sendirian. Renungkan dalam syair lagu ini: "Adakah hatimu sarat, jiwa-ragamu lelah? Yesuslah Penolong kita, naikkan doa pada-Nya. Biar kawan lain menghilang, Yesus kawan yang baka. Ia mau menghibur kita atas doa pada-Nya" (KJ. 453).

(0.79) (Ayb 8:1) (sh: Terlalu luas untuk dipahami (Senin, 22 Juli 2002))
Terlalu luas untuk dipahami

Ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan meminta agar manusia mematuhi-Nya, dan bahkan Ia menjanjikan berkat bagi kita yang menaati-Nya. Sebaliknya, hukuman akan diberikan bagi kita yang tidak menaati kehendak-Nya (Mzm. 1). Inilah pemahaman Bildad dan kebanyakan kita, tentang Tuhan - sebuah pemahaman yang benar, namun tidak menyeluruh. Itu sebabnya Bildad terus mendesak Ayub untuk mengakui dosanya. Alasan Bildad sederhana saja, yaitu bahwa Tuhan memberkati orang yang benar dan menghukum orang yang fasik. Tuhan tidak mungkin keliru menjatuhkan vonis-Nya dan Ayub memang layak menerima hukuman ini. Ini adalah sebuah hukum sebab-akibat yang universal dan mudah dicerna.

Namun, ada segi-segi lain dalam hukum ini yang perlu kita pertimbangkan. Kemakmuran bukan pertanda bahwa Tuhan memberkati kita dan kesusahan bukan pertanda bahwa Tuhan menghukum kita. Rencana dan karya-Nya terlalu luas untuk dikotakkan dalam hukum ini. Sebagai Allah, Ia memiliki kebebasan untuk berbuat sekehendak hati-Nya dan kadang tindakan-Nya melenceng dari pemahaman kita tentang Allah yang terlalu sederhana ini. Tetapi, jangan mengira bahwa kebebasan Allah identik dengan kejahatan. Kebebasan Allah tidak sama dengan kesewenang-wenangan. Ia adalah Allah yang kudus. Jadi, segala tindakan-Nya tidak akan tercemari oleh dosa dan tidak akan termuati oleh maksud jahat.

Sewaktu kesusahan menimpa kita, janganlah kita tergesa-gesa memvonis bahwa Tuhan sedang menghukum kita. Periksalah diri kita, apakah ada dosa tersembunyi yang perlu kita bereskan dengan Tuhan. Jika tidak ada, terimalah kesusahan itu sebagai kehendak Tuhan yang tidak kita pahami. Tuhan tidak berjanji bahwa kita akan senantiasa mengerti tujuan akhir dari tindakan-Nya karena Ia terlalu luas untuk dicerna oleh otak kita yang terlalu kecil ini.

Renungkan: Charles Haddon Spurgeon, pengkhotbah terkenal, berkata,"Kemurahan Tuhan kerap kali datang ke pintu hati kita mengendarai seekor kuda hitam yang bernama Penderitaan." Kesusahan tidak senantiasa berarti kemarahan Tuhan; ada kalanya kesusahan adalah baju kemurahan Tuhan.

(0.77) (Ayb 3:1) (sh: Bukan manusia luar biasa (Minggu, 28 November 2004))
Bukan manusia luar biasa

Ucapan Ayub mengutuki hari kelahirannya, mungkin mengubah penilaian kita terhadap kesalehan Ayub.

Sejak ps. 1 kitab Ayub sampai sebelum nas ini, kita hampir menyimpulkan bahwa Ayub adalah manusia luar biasa. Ia tidak saja berhasil dalam segala segi hidupnya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1:1-3), tetapi ia juga berhasil menerima penderitaan bertubi-tubi dengan sikap yang benar di hadapan Tuhan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1:13-22; 2:7-10). Ayub membuktikan bahwa tidak dengan menganut "teologi sukses" seseorang dapat hidup saleh, takut akan Allah, jujur, dan menjauhi kejahatan. Bahkan saat istrinya menganjurkan untuk mengutuki Allah, kesalehannya masih mengagumkan. Pada nas ini boleh kita menyimpulkan bahwa si penutur kisah Ayub ingin sekadar memaparkan apa adanya Ayub, yakni manusia biasa seperti Anda dan saya. Ayub bukan manusia sempurna karena tekanan derita yang amat berat, tidak lagi dapat ditanggungnya. Reaksi wajar Ayub terungkap sesudah para sahabatnya berempati. Meskipun begitu, Ayub tidak menghujat Tuhannya!

Keluh, ratap, tangis adalah ungkapan wajar dari orang yang menderita. Alkitab tidak membenarkan dan tidak menyalahkan. Hanya jika sikap ini dilakukan dengan tidak beriman atau melawan Tuhan, barulah berdosa. Sebaliknya, jika disertai pengakuan kedaulatan Tuhan, justru menjadi pernyataan iman. Untuk dapat beriman saat menderita, Tuhan tidak menuntut kita menjadi manusia luar biasa.

Renungkan: Masa-masa Adven kita isi dengan mensyukuri tindakan Tuhan yang datang menjenguk kita yang rentan dan tidak berdaya.

(0.77) (Ayb 28:1) (sh: Hikmat sejati hanya ada pada Allah (Kamis, 23 Desember 2004))
Hikmat sejati hanya ada pada Allah

Masih ingat pernyataan manusia kecil dan terbatas di ps. 25? Pada ps. 28 ini, Ayub menyatakan sebaliknya. Syair Ayub tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, Ayub melukiskan bahwa manusia itu berharga di hadapan Allah sebab Allah mengaruniakan kepintaran mencari lokasi sumber alam seperti: emas, perak, besi, dan tembaga (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">1-11). Bahkan Ayub memperlihatkan kepiawaian manusia yang jauh melampaui kehebatan burung dan binatang terkuat sekalipun. Ayub menegaskan bahwa keahlian manusia nyata dan patut dihormati karena manusia memiliki hikmat. Akan tetapi, tidak seperti sumber alam yang diketahui tempatnya, manusia tidak dapat menemukan lokasi hikmat (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12-13; 20-21). Itulah sebabnya, Ayub bertanya: "Di mana hikmat dapat diperoleh, di mana tempat akal budi?" (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12). Jelaslah bahwa cara memperoleh hikmat berbeda dengan upaya menggali kepintaran. Allah memberikan kepintaran kepada manusia untuk dipergunakan mencukupi diri sendiri dan mengolah alam. Namun, hikmat tidak bisa didapatkan melalui berbagai keahlian tersebut. Hikmat tidak dapat dibeli atau diperoleh di sembarang tempat. Bagian kedua, Ayub mengungkapkan bahwa dirinya memperoleh hikmat yang dicari-cari itu. Bagi Ayub, hikmat diperolehnya justru melalui penderitaan yang dialaminya. Mengapa? Ayub meyakini hikmat hanya diberikan Allah melalui perkenan-Nya (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">25-28).

Di zaman berteknologi mutakhir ini, kita bisa menjumpai banyak orang yang memiliki kepintaran. Namun, mereka belum tentu berhikmat. Perlu kita bedakan dua jenis hikmat yaitu hikmat yang bersumber dari dunia dan hikmat sejati yang berasal dari Allah. Anda ingin menemukan hikmat sejati? Anda harus bertemu dengan Allah. Ia datang menjumpai kita dengan kasih-Nya melalui Yesus Kristus. Memperoleh hikmat sejati dimulai dengan bertemu Yesus sebagai jalan masuk menuju hikmat sejati. Kehadiran-Nya dalam hati akan menerangi hidup Anda.

Renungkan: Hikmat sejati berbeda dengan kepintaran. Milikilah hikmat yang sejati itu.

(0.77) (Ayb 35:1) (sh: Nyanyian di waktu malam (Rabu, 14 Agustus 2002))
Nyanyian di waktu malam

Elihu berusaha meyakinkan bah-wa Ayub tidak memiliki hak menuntut agar Allah menjawab keluhannya karena [1] tidak ada keharusan bagi Allah untuk menjawab, (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">3-8), [2] Allah tidak akan menjawab keluhan pembuat kejahatan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">9-13), dan keluhan Ayub bahwa Allah tidak pernah menghukum orang jahat adalah omong kosong (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">14-16).

Elihu melihat kata-kata Ayub yang saling bertentangan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">2b-3). Di satu sisi Ayub menyatakan meminta keadilan Allah, di sisi lain menganggap Allah tidak peduli akan kesusahannya. Pada ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5-8 Elihu menyatakan tentang jarak tak terhingga antara Allah dan manusia. Jadi, kesalahan atau ketidakbersalahan Ayub tak dapat mempengaruhi Allah. Tindakan manusia hanya berpengaruh terhadap manusia lainnya.

Di ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">9-13, Elihu nampaknya menyatakan bahwa ketika orang-orang menderita, mereka tidak berseru kepada Tuhan untuk pertolongan. Inilah sebabnya Allah tidak menolong mereka. Ratapan mereka hanyalah teriakan kosong dari sifat yang egois, bukan dari kepercayaan kepada Allah. Mereka mengabaikan pengajaran Allah dari alam. Padahal Allah yang memberikan mereka nyanyian-nyanyian di waktu malam dan mengajar mereka melalui binatang-binatang (bdk. pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">12:7). Nyanyian di waktu malam mungkin adalah nyanyian bintang-bintang dan makhluk-makhluk surgawi lainnya yang bersukacita kala bumi dijadikan (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">38:7). Kaum tertindas harus mengingat pencipta mereka, dan berseru kepada-Nya, bukan kepada manusia.

Elihu menyimpulkan kasus Ayub dengan mengatakan: pernyataan Ayub bahwa Allah belum menampakkan diri-Nya adalah bodoh. Allah telah menyatakan diri melalui keajaiban alam (ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">14). Ayub juga dianggap salah karena mengatakan bahwa Allah tidak menghukum dosa. Kalau kelihatannya demikian, tentu adalah karena orang yang tertindas belum datang kepada Allah dengan memohon secara tulus.

Renungkan: Dalam kesusahan Anda, pandanglah bintang dan hiruplah udara segar. Allah mengasihi Anda. Berserulah kepada-Nya!

(0.76) (Ayb 31:1) (full: AKU TELAH MENETAPKAN SYARAT BAGI MATAKU. )

Nas : Ayub 31:1-34

Di bagian ini Ayub meninjau integritas rohaninya yang teguh, kesetiaannya pada Allah dan jalan-jalan-Nya, serta kebaikannya kepada orang lain.

  1. 1) Pernyataan Ayub mengenai karya penebusan Allah di dalam dirinya mencakup semua aspek kehidupan. Ayub berbicara tentang ketidaksalahannya dalam hal dosa yang dilakukan di dalam hati, termasuk nafsu seksual dan pikiran kotor (ayat Ayub 31:1-4), berdusta dan berbohong untuk memperoleh untung (ayat Ayub 31:5-8), dan ketidaksetiaan dalam perkawinan (ayat Ayub 31:9-12). Dia menyatakan perlakuannya yang adil terhadap anak buahnya (ayat Ayub 31:13-15) dan perhatiannya terhadap yang miskin dan melarat (ayat Ayub 31:16-23). Ia bersikeras bahwa dirinya bebas dari keserakahan (ayat Ayub 31:24-25), penyembahan berhala (ayat Ayub 31:26-28), balas dendam (ayat Ayub 31:29-32), dan kemunafikan (ayat Ayub 31:33-34).
  2. 2) Tabiat moral dan kemurnian hati dan hidup yang diuraikan di sini merupakan contoh yang baik bagi setiap orang percaya. Hidup saleh yang dijalankan Ayub pada zaman pra-perjanjian baru dapat dialami dengan berkelimpahan oleh semua orang percaya di dalam Kristus, melalui kuasa penyelamatan dari kematian dan kebangkitan-Nya (Rom 8:1-17; Gal 2:20).
(0.63) (Ayb 16:13) (ende: anak2-panahNja)

jaitu sengsara Ijob jang datang dari Allah.

(0.63) (Ayb 33:16) (ende)

Dengan mimpi itu Allah "memeteraikan", jaitu membenarkan "peringatan", jang datang dari adjaran kebidjaksanaan jang biasa.

(0.58) (Ayb 21:16) (ende)

Kaum pendjahat mengira mereka sendirilah jang menghasilkan kebahagiaannja. Tetapi Ijob tahu, bahwa tidak demikian halnja. Semuanja datang dari penjelenggaraan Allah. Dan djustru itulah jang mendjadi soal untuk Ijob.

(0.52) (Ayb 14:1) (sh: Jangan takut datang kepada-Nya (Sabtu, 27 Juli 2002))
Jangan takut datang kepada-Nya

Dalam sebuah percakapan konseling dengan seseorang yang sedang menderita, kadang percakapan menjadi meluas hingga akhirnya terlontar pertanyaan seperti ini, "Mengapa Tuhan begitu kejam?" Sudah tentu pertanyaan ini keluar dari hati yang penuh kepedihan, kekecewaan dan kebingungan, bukan dari hati yang ingin menghujat Allah. Ada kalanya pertanyaan ini keluar karena cawan yang kita harus minum itu terlalu pahit dan kita merasa tidak sanggup lagi untuk meminumnya.

Nama Ayub pun mungkin lebih cocok dipanggil Mara, karena hidupnya sekarang menjadi sangat pahit. Sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, ia mengetahui bahwa Tuhan mempunyai kuasa absolut atas hidupnya, dan bahwa penderitaannya tidak dapat dilepaskan dari tangan Tuhan. Bagi Ayub, tangan Tuhanlah yang sedang memukulnya dengan murka. Itu sebabnya ia datang kembali kepada Tuhan dan meminta Tuhan untuk "menyembunyikanku di dalam dunia orang mati … sampai murkaMu surut."(ayat pasti+akan+datang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">14:13). Di dalam kesedihan dan kekalutan, akhirnya Ayub berpikir bahwa musibah yang dialaminya merupakan ungkapan kemarahan Tuhan terhadapnya. Ayub keliru dan kita pun sering kali keliru sewaktu menghubung-hubungkan penderitaan yang kita alami dengan kemarahan Tuhan.

Benar bahwa kita adalah makhluk yang rasional dan kita ingin menemukan jawaban untuk setiap hal yang terjadi dalam hidup kita. Tetapi, itu bukanlah alasan untuk mulai mereka-reka alasan mengapa musibah menimpa karena jawaban yang paling logis dan paling mudah untuk meredam kemarahan dan kekecewaan ialah, Tuhan marah kepada kita.

Penderitaan acap kali merupakan bagian dari rencana Tuhan yang tidak kita mengerti. Tetapi, ada hal yang terpenting untuk kita pahami dan imani dalam kehidupan kita, yaitu bahwa penderitaan tidak dapat memisahkan kita dari kasih sayang Tuhan.

Renungkan: Dalam menghadapi penderitaan, datanglah kepada-Nya bukan dengan ketakutan terhadap kemarahan-Nya. Datanglah kepada-Nya sebagai Bapa yang menyayangi anak-anak-Nya.

(0.51) (Ayb 2:11) (full: KETIGA SAHABAT AYUB. )

Nas : Ayub 2:11

Setelah mendengar tentang kemalangan Ayub, tiga orang sahabatnya datang untuk menyatakan simpati dan menghiburnya. Kitab Ayub mencatat dialog mereka dengan penderita itu. Pandangan mereka merupakan teologi yang populer tetapi tidak lengkap, karena mereka beranggapan bahwa orang saleh hanya mengalami hal-hal yang baik sedangkan penderitaan senantiasa menunjukkan adanya dosa di dalam kehidupan seseorang. Mereka sungguh-sungguh berusaha menolong Ayub dengan mendorongnya untuk mengakui adanya dosa yang hebat. Pada akhirnya Allah menegur mereka karena kesalahan itu (Ayub 42:7).



TIP #22: Untuk membuka tautan pada Boks Temuan di jendela baru, gunakan klik kanan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA