Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 16 dari 16 ayat untuk orang-orang yang telah mati AND book:[1 TO 39] AND book:21 (0.003 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Pkh 6:3) (full: BIARPUN IA HIDUP DUA KALI SERIBU TAHUN. )

Nas : Pengkh 6:3-6

Mati pada usia muda patut disayangkan; akan tetapi usia yang panjang tidak menjamin orang itu akan menikmati apa yang telah diberi Allah kepadanya. Hidup yang penuh dengan kesukaran membuat orang ingin diri sudah mati ketika lahir dan menghindari semua penderitaan (bd. pasal Ayub 3:1-26). Mengingat kekekalan, maka yang penting ialah apakah kita ini hidup bagi Allah atau tidak (bd. Pengkh 12:13-14).

(0.80) (Pkh 10:1) (jerusalem: Lalat yang mati) Dalam naskah Ibrani tertulis: lalat kematian
(0.79) (Pkh 10:1) (full: LALAT YANG MATI MENYEBABKAN URAPAN ... BERBAU BUSUK. )

Nas : Pengkh 10:1

Sama seperti lalat mati yang membusuk akan merusak sejumlah minyak wangi, demikian pula sedikit kebodohan dapat meniadakan dampak-dampak hikmat yang besar. Rencana yang bijaksana dapat dibuat, tetapi seorang yang membuat kesalahan bodoh dapat merusak seluruhnya (lih. 2Raj 20:12-19).

(0.75) (Pkh 3:21) (jerusalem) Bdk Kej 2:7; 3:19; Maz 104:29; Ayu 34:15; Sir 16:29-20; Ams 15:24+
(0.75) (Pkh 3:19) (full: DEMIKIAN JUGA YANG LAIN. )

Nas : Pengkh 3:19

Menurut ilmu hayat, manusia mati seperti binatang; kenyataan ini menunjukkan kelemahan dan kerapuhan kita sehingga seharusnya menyebabkan kita takut dan menaati Allah (Pengkh 12:13).

(0.75) (Pkh 3:18) (jerusalem: dan memperlihatkan kepada mereka) Ini menurut terjemahan Yunani dan Siria. Dalam naskah Ibrani tertulis: dan agar mereka melihat
(0.74) (Pkh 7:1) (sh: Nilai tambah kehidupan (Minggu, 14 Juni 1998))
Nilai tambah kehidupan

Hal-hal yang mengandung nilai tambah perlu dikenali dan diminati sungguh oleh tiap orang yang menginginkan hidup yang berarti. Ada beberapa hal yang Pengkhotbah ingatkan di sini. Pertama keharuman nama akan lebih semerbak menyebar lebih luas daripada keharuman parfum yang mahal. Tentu saja nama harum adalah akibat dari faktor-faktor lainnya yaitu sifat dan perbuatan terpuji. Hidup terpuji itu terkait dengan hal-hal seperti: hidup hati-hati karena sadar bahwa suatu saat kita akan mati (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">2-4), terbuka pada hardikan orang berhikmat (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">5), tekun sampai ke akhir (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">8), panjang sabar (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">8b-9), tidak hidup dalam nostalgia (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">10), mengakui kedaulatan Allah dalam karya-karya-Nya (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">13).

Hikmat manusia terbatas. Hikmat penting dalam hidup sehari-hari kita. Adalah wajar bila orang ingin memilikinya. Bila Anda ingin berhikmat, Anda perlu memperhatikan beberapa pertimbangan Pengkhotbah di sini. Panjang sabarlah, dengan demikian Anda tidak akan bertindak mengikuti emosi, nafsu atau keadaan. Jangan mengidealkan masa lampau sebab dengan demikian Anda tidak hidup maju ke masa depan untuk maju. Namun jangan juga terlalu bergantung kepada hikmat manusia sebab sifatnya terbatas dan relatif seperti uang. Orang bodoh tanpa hikmat bisa kaya, sebaliknya orang berhikmat bisa juga miskin.

Jangan ekstrim. Jangan terlalu saleh jangan terlalu jahat. Itu kesimpulan dalam ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">15-22. Apakah firman Tuhan ini menganjurkan orang untuk hidup biasa-biasa atau asal-asal saja dalam kesalehan? Nasihat ini perlu kita tempatkan dalam konteksnya. Pengkhotbah sedang mengadakan pengamatan dari peristiwa yang dilihatnya terjadi sehari-hari. Kenyataan mengatakan bahwa ada yang mati karena kejahatannya ada pula yang mati karena kebaikannya. Karena tak ada satu orang pun yang bisa baik sempurna, maka paling tepat adalah pas-pasan saja. Ingat itu adalah hasil pengamatan dari peristiwa sehari-hari. Tetapi bukankah kita dipanggil untuk saleh dan berhikmat apa pun resiko nyata yang harus kita hadapi?

(0.73) (Pkh 2:1) (sh: Kesenangan adalah sia-sia. (Selasa, 26 Mei 1998))
Kesenangan adalah sia-sia.

Pengkhotbah mencoba mencari makna hidup dalam berbagai kesenangan dan kenikmatan. Semua kesenangan fisik yang tersedia dicobanya: makan, minum, rumah dan taman dengan segala isinya yang mewah. Juga para budak, dan berbagai jenis harta kekayaan. Ia juga menyediakan berbagai hiburan seni dalam rumah mewahnya itu. Bahkan banyak istri dan gundik untuk memberikannya kepuasan dari kenikmatan seks pun sudah dicobanya. Akhirnya ia hanya berdesah "segala sesuatu kesia-siaan seperti menjaring angin tak ada keuntungan di bawah matahari" (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">11).

Hikmat dan kebebalan sama sia-sia. Dari hal-hal badani, ia kini berusaha menemukan makna hidup dalam lingkup pikiran manusia (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">12). Sudah pasti orang berhikmat lebih dari orang bodoh. Kesimpulannya pasti kita setujui: orang berhikmat seperti orang yang berjalan dengan mata celik, orang bodoh seperti orang berjalan dalam kegelapan (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">13,14). Disadarinya bahwa dirinya berhikmat (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">15) bukan orang bodoh. Namun nasibnya dan semua orang berhikmat akan sama sama dengan nasib semua orang bodoh. Semua sama akan mati (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">16-17)! Dan sesudah orang mati, apa yang tadinya miliknya menjadi milik orang lain.

Renungkan: Tak ada apa pun dalam hidup ini yang berarti dalam dirinya sendiri. Arti sejati hanya didapat bila di dalam konteks keserasian dengan maksud ilahi.

(0.72) (Pkh 1:1) (sh: Kesia-siaan dalam dunia. (Senin, 25 Mei 1998))
Kesia-siaan dalam dunia.

Pengkhotbah adalah seorang yang merenungkan secara mendalam arti hidup manusia dari mengamati berbagai peristiwa yang terjadi di bawah matahari (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">14). Ia tiba pada kesimpulan yang mengejutkan. Semuanya sia-sia. Kata yang digunakannya berarti hampa, sesuatu yang tanpa bobot seperti angin. Dengan menyebut kata itu dua kali (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">2) ia sungguh menegaskan bahwa hidup ini amat sangat sia-sia. Manusia lahir lalu mati, demikian seterusnya. Hari lepas hari lewat, berbagai peristiwa alam bergulir rutin. Semuanya berulang tanpa makna.

Sia-siakah hidup kita? Segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang mungkin kita bangga-banggakan, kita agungkan, dan usahakan serta pertahankan adalah sia-sia. Bukan saja rutinitas peristiwa alam membuatnya menyimpulkan kesia-siaan hidup, semua kerja, kekayaan, hikmat yang boleh manusia alami pun sia-sia saja. Apa maksud pengkhotbah sebenarnya? Pengkhotbah bukan meremehkan arti penciptaan Allah, akan tetapi ingin menghancurkan semua harapan palsu manusia pada dunia ini atau diri sendiri. Ia ingin menyadarkan kita bahwa segala sesuatu hanya akan berarti bila dalam iman kepada Allah.

Renungkan: Semua yang ada dalam alam dan hidup ini berasal dari Tuhan dan terkandung maksud Tuhan dalam masing-masingnya. Hanya bila ada kesadaran ini, hidup bermakna.

(0.71) (Pkh 3:16) (sh: Bergumul tentang keadilan. (Kamis, 28 Mei 1998))
Bergumul tentang keadilan.

Kenyataan dunia peradilan membuat kita cenderung menyimpulkan bahwa keadilan adalah sesuatu yang sangat relatif. Memang ada ukuran dalam bentuk hukum atau undang-undang. Tetapi dalam prakteknya seringkali keadilan dan ketidakadilan menjadi rancu. Mengapa? Karena justru di pengadilan keadilan bisa diputuskan tidak adil dan ketidakadilan bisa diputuskan adil.

Pengkhotbah tidak tawar hati. Ada pengadilan yang pasti adil tidak mungkin tidak adil, sebab Hakimnya ialah Allah sendiri. Keadilan itu bukan saja kelak akan diberlakukannya, bahkan sekarang pun Ia jalankan. Fakta kematian pantas menjadi peringatan akan pengadilan Allah itu.

Menggumuli soal penindasan. Dunia ini tidak mungkin maju bila orang-orangnya tidak bekerja. Sayangnya kerja yang merupakan panggilan terhormat dari Allah itu dinodai oleh berbagai hal. Oleh kerja yang dilandasi iri hati dan oleh penindasan. Kerja baru berarti dan mampu memberikan kebahagiaan bagi hidup bila dijalani dalam kehendak Tuhan. Karena fakta ketimpangan-ketimpangan itulah, pengkhotbah seolah pesimis mengatakan bahwa yang paling baik ialah orang mati atau orang yang tidak pernah dilahirkan.

Renungkan: Bahagia kita dalam Tuhan baru lengkap bila kita juga rindu agar orang lain pun bahagia menemukan hidup bermakna dalam Yesus Kristus.

(0.71) (Pkh 9:1) (sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004))
Hal-hal berharga dalam hidup

Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti.

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan.

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini?

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar.

(0.71) (Pkh 9:1) (sh: Semua akhirnya sama saja. (Rabu, 17 Juni 1998))
Semua akhirnya sama saja.

Semua orang tanpa melihat keadaan, sikap atau perbuatannya akhirnya sama saja. Baik atau jahat, kasih atau benci, benar atau fasik, tahir atau najis, beribadah atau pun tidak, nasib semua orang sama saja. Apanya yang sama? Akhirnya hidup setiap orang ada di tangan Allah (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">1) dan semua manusia pada akhirnya harus mati (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">3). Melihat kenyataan ini pengkhotbah agaknya bukan sedang mensyukuri pemerintahan Allah, tetapi pasrah semata. Seolah yang bagi manusia penting, sama sekali tak penting di mata Allah.

Kelamnya kematian. Kematian adalah kebalikan dari hidup. Dalam alam maut tidak lagi ada apa pun yang dalam hidup ini orang alami. Itu sebabnya pengkhotbah memusatkan perhatian pada bagaimana mengisi hidup agar berarti dan meriah. Itu berarti menikmati hidup, pesta, hubungan suami-isteri, kerja, pengetahuan dengan sepenuhnya dan sebaik mungkin (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">7-12). Di bagian penutup diakuinya bahwa hikmat jauh lebih berguna daripada kuasa yang besar (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">13-18)

Renungkan: Untuk dapat mengisi hidup dengan berarti orang perlu kesanggupan (tanganmu), kesempatan (dijumpai tanganmu) dan kekuatan (sekuat tenaga) (ayat orang-orang+yang+telah+mati+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">10).

Doa: Bila Anda merasa kurang hikmat, mintalah agar Yesus Hikmat Allah menerangi kapasitas pertimbangan Anda.

(0.69) (Pkh 7:8) (jerusalem) Bagian ini berbicara tentang pembalasan. Hukum Taurat sudah merumuskan prinsip pembalasan kolektip: kalau umat Israel setia pada Allah, maka ia menjadi bahagia; kalau tidak setia, umat didatangi kemalangan, bdk Ula 7:12 dst; Ula 11:26-28; 28:1-68; Ima 26. Prinsip kolektip itu oleh para berhikmat dialihkan kepada nasib masing-masing orang secara perorangan. Allah membalas setiap orang sesuai dengan perbuatan-perbuatannya, Maz 62:12+. Mereka menyimpulkan bahwa nasib manusia di dunia sini sesuai dengan kelakuannya, baik atau buruk. Kalau dikatakan bahwa kesimpulan itu tidak sesuai dengan pengalaman, maka para berhikmat menjawab: Kebahagiaan dan kesejahteraan orang fasik hanya semu saja, sedangkan kemalangan orang benar hanya sebentar. Penderitaan ini a.l. terungkap dalam Maz 37 dan dianut oleh ketiga sahabat Ayub. Pengkhotbah tidak menyetujui ajaran itu. Jawaban tradisionil atas masalah kesejahteraan orang fasik, Pengk 7:8, ditanggapi dengan keraguan, Pengk 7:9-12. Sebaik-baiknya orang menerima saja nasib seada-adanya tanpa mau menjelaskannya Pengk 7:13-15. Kalau bahkan hidup dan mati terbagi-bagi dengan kurang tepat, Pengk 7:15, maka tidak ada gunanya berdaya-upaya melampaui batas, Pengk 7:16-18. Nama baikpun tidak berdasar, Pengk 7:19-22. Kenyataan tidak dapat dipahami dan merupakan sebuah rahasia tak terselami, Pengk 7:23 dst (Pengk 7:26-28 adalah sebuah sisipan yang mengungkapkan rasa curiga terhadap perempuan). Orang tidak dapat meluputkan diri dari nasibnya (raja juga tidak terluput)Pengk 8:1-9. Dan mini membuat manusia merasa jemu, Pengk 8:10-14. Maka kesimpulannya: nikmatilah hidup sedapat-dapatnya, Pengk 8:15; bdk Pengk 2:24+.
(0.66) (Pkh 10:1) (endetn: lalat mati)

diperbaiki. Tertulis: "lalat2 kematian".

(0.60) (Pkh 9:10) (jerusalem: dunia orang mati) Bdk Bil 16:33+; Maz 6:6+.
(0.56) (Pkh 10:1) (ende)

Djika lalat mati ada dalam wangi2an, lalu tak dibeli orang lagi. Demikian kebidjaksanaan tidak berharga lagi dan tidak diterima orang, bila orang bidjak itu berlaku bodoh, walau dalam hal ketjil2 sadja.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA