Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 240 ayat untuk mulia (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17) (Mzm 24:1) (sh: Ya Raja Kemuliaan, datanglah! (Senin, 24 Februari 2003))
Ya Raja Kemuliaan, datanglah!

Tujuan Allah menitipkan alam kepada manusia adalah agar manusia dapat menjaga keseimbangan dan integritas alam ciptaan-Nya. Namun, keadaan yang terjadi justru sebaliknya. Manusia lebih cocok disebut penghancur bumi daripada pemelihara bumi. Apakah Allah akan bertindak terhadap para penghancur bumi ciptaan-Nya?

Mazmur ini memberikan jawaban kepada kita. Bahwa Dia, sang Pencipta langit dan bumi, yang menguasai alam semesta, dan yang bertakhta atas dunia ini (ayat 1-2) suatu saat akan datang dan mengklaim milik-Nya. Maka, celakalah mereka yang tidak layak bila saatnya tiba. Siapakah yang layak menghampiri gunung-Nya yang kudus, berdiri di hadapan takhta kudus-Nya? Hanya mereka yang menjaga diri dari kenajisan hidup, yang bersih dan integritas dirinya utuh (ayat 4), serta selalu mencari dan melakukan apa yang berkenan kepada-Nya (ayat 6) yang akan menerima berkat Tuhan dan keselamatan dari-Nya (ayat 5). Dia akan datang, dan sungguh kedatangan-Nya akan membuat kubu-kubu yang tertutup dengan rapat menjadi terbuka, tiada yang dapat bertahan di hadapan Raja Kemuliaan (ayat 7-9). Tidak satu pintu pun yang tinggal tertutup dapat bertahan di hadapan Pemilik alam semesta.

Manusia boleh mencoba menolak Raja Kemuliaan sebagaimana dulu kedatangan-Nya yang pertama telah ditolak (Yoh. 1:11), bahkan mereka menyalibkan Dia (Mat. 17:22, 23). Tetapi, kali ini Dia akan datang sebagai Raja Kemuliaan yang berdaulat dan berkuasa penuh. Dia akan meminta tanggung jawab dan kesiapan kita. Siapakah yang dapat bertahan di hadapan-Nya?

Renungkan: Tujuan kedatangan-Nya yang pertama adalah untuk menjadi juruselamat dunia. Tujuan kedatangan yang kedua adalah untuk menyatakan kerajaan-Nya yang mulia. Waspadalah dan persiapkan diri Anda. Jangan sampai Anda ditolak-Nya karena kedapatan tidak siap!

(0.17) (Mzm 104:19) (sh: Tuhan pemberi hidup (Rabu, 19 Oktober 2005))
Tuhan pemberi hidup

Tidak satu pun benda ciptaan Tuhan yang tidak memiliki fungsi. Baik benda mati maupun makhluk hidup masing-masing ada gunanya. Hal ini menunjukkan kebijaksanaan Tuhan Sang Pencipta (ayat 24). Seharusnya semua ini membuat manusia ciptaan Allah dengan sukacita penuh, memuji dan memuliakan Allah pemberi hidup itu.

Tuhan berdaulat atas segala makhluk ciptaan-Nya. Dia menciptakan benda-benda penentu waktu (ayat 19) untuk mengatur siklus alami yang membuat berbagai makhluk, termasuk manusia memiliki gilirannya masing-masing untuk mencari makanan pada siang atau malam hari karena kegelapan pun berada dalam kuasa Sang Pencipta (ayat 20-23). Betapa mengagumkan karya ciptaan tangan-Nya, termasuk luasnya lautan dengan segala makhluk yang diam di dalamnya. Lautan yang dalam kepercayaan kuno kafir adalah kuasa pengacau (dengan lewiatan sebagai monster lautnya) ternyata tunduk di bawah kedaulatan-Nya. Tidak ada aspek kehidupan di luar kendali Tuhan (ayat 27-30). Baik kebutuhan hidup hari lepas hari, maupun kehidupan itu sendiri sangat bergantung penuh kepada anugerah-Nya. Tuhan berdaulat atas hidup dan mati semua ciptaan-Nya. Dia bahkan terus berkarya dalam menciptakan dan membarui ciptaan-Nya seturut hikmat-Nya. Tidak ada yang patut mendapat hormat dan kemuliaan selain Dia, Sang Pencipta dan Pemilik segala sesuatu. Sungguh fatal-lah nasib semua orang yang menolak Dia (ayat 35).

Mazmur ini mengajak kita merespons kedaulatan Tuhan dengan dua hal. Pertama, terus-menerus memuji, memuliakan Tuhan dalam hidup ini. Wujudkanlah hal itu dengan hidup kudus dan mulia. Kedua, karena Tuhan begitu dahsyat dan berkuasa atas semua yang ada di bawah kolong langit ini, apalagi yang harus dicemaskan anak-anak-Nya? Tidak ada satu hal pun dapat mengganggu apalagi menghancurkan hidup orang Kristen dan gereja.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.17) (Mzm 116:1) (sh: Allah pasti mempertahankan milik-Nya (Minggu, 5 Mei 2002))
Allah pasti mempertahankan milik-Nya

Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat 2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat 3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat 11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat 10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat 13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat 14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal. Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal. Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat 15). Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.

(0.17) (Ams 14:17) (sh: Siap memasuki Indonesia baru (Senin, 31 Juli 2000))
Siap memasuki Indonesia baru

Gereja bagaikan bahtera yang mengarungi zaman. Bicara dalam konteks dunia, gereja sudah melintasi berbagai zaman. Bila kita berbicara dalam konteks Indonesia, kita pun paling tidak sudah melewati empat zaman. Dan sekarang kita akan memasuki zaman yang baru yang sering disebut sebagai Indonesia baru.

Dalam mengarungi zaman yang berubah-ubah ini, gereja harus terus berupaya agar mampu tetap hadir dan memenuhi panggilannya di bumi Indonesia. Salah satu upaya yang harus dilakukan gereja sesegera mungkin adalah mempersiapkan regenerasi kepemimpinan gereja. Sebab untuk mengarungi Indonesia baru, gereja membutuhkan pemikiran, strategi, dan kebijakan yang berbeda dari yang sudah pernah ada. Gereja dan lembaga pendidikan kristen harus mempunyai program pembinaan yang akan membentuk dan membina generasi muda kristen agar mempunyai karakter, kemampuan, dan kualitas yang dapat membawa gereja mengarungi Indonesia baru hingga mencapai tujuannya.

Pertama, yang harus dikembangkan adalah sabar dan tidak cepat terbawa emosi (17, 29), sehingga tidak mudah terhasut dan terpancing untuk melakukan tindakan bodoh yang akan merugikan diri sendiri. Kedua, ulet, berani kerja keras, dan tahan banting (23). Beriringan dengan pembinaan karakter, generasi muda harus diberi kesempatan untuk aktif berperan di gereja sehingga mereka mempunyai pengalaman yang tak ternilai bagi perannya kelak (18). Ketiga, para generasi muda yang kebetulan mahasiswa harus dimotivasi untuk tidak sekadar lulus atau mendapatkan nilai bagus. Tapi mereka harus didorong untuk benar-benar menguasai ilmu yang ia pelajari (24) sehingga mereka dapat menerobos masuk ke lembaga tinggi negara. Adalah anugerah jika pemimpin gereja kita adalah seorang pejabat negara. Keempat, mereka yang akan menjadi pemimpin gereja harus seorang yang takut akan Tuhan (26- 27). Inilah yang akan terus mendorong mereka untuk menerjang badai dan gelombang sebab mereka mempunyai keyakinan bahwa Allah senantiasa menyertainya.

Renungkan: Dengan mempunyai generasi muda yang berkarakter mulia, berpengalaman, berkemampuan, dan berkualitas, gereja sudah mempunyai satu kaki untuk melangkah tegap memasuki Indonesia baru. Setujukah Anda?

(0.17) (Pkh 1:1) (sh: Arti hidup (Rabu, 29 September 2004))
Arti hidup

Ada sebuah kisah tentang seorang misionaris tua yang pada masa mudanya mengembara ke berbagai negara di dunia ini untuk menemukan arti hidupnya. Akan tetapi, ia tidak memperoleh arti hidup yang dicarinya itu, sebaliknya ia justru "ditemukan" oleh Tuhan. Pada waktu Tuhan menemukannya misionaris itu pun mendapatkan arti hidupnya. Sekarang ia melayani Tuhan dan mendapati bahwa sebenarnya, arti kehidupan adalah jika kita berjalan dalam kehendak Allah.

Raja Solomo yang diyakini banyak penafsir Alkitab sebagai penulis kitab Pengkhotbah (ayat 1,12) menyatakan bahwa semua kegiatan manusia dan "gerakan" alam di dunia adalah kesia-siaan karena peristiwa itu merupakan aktivitas berulang yang membosankan (ayat 3-7). Bahkan isi hikmat dan ajaran pengetahuan dunia ini merupakan pengulangan dari ilmu yang pernah ada sebelumnya dan yang pada akhirnya akan dilupakan (ayat 9-11). Menurut Raja Salomo hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang mulia seperti hikmat dan pengetahuan dunia sekalipun tetap merupakan kesia-siaan dan tak dapat memahami hidup (ayat 8,18).

Kita perlu mengerti adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hidup ini yang tidak mampu kita hindari, seperti kematian, proses menjadi tua, dsb. Maka kita pun harus mengetahui apa yang dapat kita kerjakan untuk dicapai dalam kehidupan ini. Kita mungkin beranggapan bahwa kesuksesan, kekayaan, kesehatan, paras cantik/tampan, kepintaran dan ketenaran dapat memberi kita kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup ini. Namun, pandangan ini tidak selalu tepat sebab semua hal tersebut mungkin memberikan kita kelimpahan materi dan status sosial di masyarakat, tetapi belum tentu menghasilkan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang benar. Sebaliknya, Tuhan Yesus menjanjikan damai sejahtera dan berkat yang "membuahkan" kebahagiaan serta arti hidup yang sesungguhnya, tersedia bagi siapa saja yang mau menerima-Nya dalam kehidupan ini (Yoh. 10:10).

Renungkan: Menikmati hidup tanpa Tuhan akan berakhir dengan kesia-siaan, sedangkan menjalaninya bersama Tuhan memperoleh damai.

(0.17) (Pkh 9:1) (sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004))
Hal-hal berharga dalam hidup

Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti.

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan.

Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini?

Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar.

(0.17) (Yes 2:1) (sh: Berjalan dalam terang Ilahi (Rabu, 8 Oktober 2003))
Berjalan dalam terang Ilahi

Manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan dua cara hidup: [1] cara hidup yang bergantung kepada Allah; [2] cara hidup yang otonom dari Allah. Orang yang hidup bergantung kepada Allah memiliki kesadaran bahwa hidup ini beserta segala kekayaan yang dimilikinya adalah anugerah Allah. Orang yang ingin otonom dari Allah, merasa tidak memerlukan Allah, merasa tidak nyaman untuk bergantung dan tunduk kepada Allah. Ini adalah sebuah perasaan yang keliru karena keinginan menjadi otonom sering kali timbul dari kekerasan hati, sifat yang egois, dan niat pemberontakan.

Nubuatan Yesaya berlanjut. Dalam ayat 1-4, ada sebuah gambaran yang indah mengenai "hari-hari akhir". Yerusalem akan dihancurkan, namun suatu saat ia akan menjadi titik acuan bagi banyak bangsa. Sion akan menjadi semacam magnet ketika kesetiaan, keadilan, dan kebenaran memancar dari kota itu. Rahasia dari kedamaian sejati adalah firman Tuhan, Taurat Tuhan. Sebuah kota yang ditransformasi oleh firman Tuhan tidak lagi penuh dengan para pemberontak dan pencuri (ayat 1:22-23). Di sana akan tercipta suasana penuh kedamaian.

Bangsa Yehuda diminta untuk berjalan dalam terang Ilahi (ayat 5). Apa maksudnya? Kita bisa mengaitkan hal tersebut dengan ungkapan- ungkapan kemarahan Tuhan di ayat-ayat selanjutnya. Kaum keturunan Yakub sebagai sebuah komunitas yang ditebus Allah telah meninggalkan Tuhan dan hidup otonom. Kesombongan mereka akan dihancurkan. Apa yang mereka anggap mulia dan indah akan dihempaskan sampai ke debu. Berjalan dalam terang Ilahi berarti mengakui bahwa kalau jantung kita masih bisa berdetak, itu karena anugerah Tuhan.

Renungkan: Pencapaian diri, keamanan diri, dan membanggakan diri. Bukankah tiga hal ini sering kali membawa kita ke dalam kegelapan, jauh dari Tuhan?

(0.17) (Yes 5:8) (sh: Kapitalisme (Sabtu, 11 Oktober 2003))
Kapitalisme

Situasi pada zaman Yesaya di abad ke-8 SM tidak terlalu jauh berbeda dengan keadaan dunia yang begitu kapitalis sekarang ini. Kita menemukan enam kata celaka yang dilontarkan oleh Yesaya terhadap musuh-musuh Yahweh. Pertama, kemarahan Tuhan ditumpahkan kepada orang-orang rakus yang merasa harus menumpuk kekayaan dan harta milik dengan menyingkirkan orang-orang lain (ayat 8-10). Pada gilirannya, kekayaan mereka akan dihancurkan, dan tanah mereka secara ironis akan menghasilkan hanya sedikit tuaian. Kedua, terhadap mereka yang mabuk (ayat 11-17). Mabuk di sini lebih tepat kita artikan bukan mabuk karena minuman keras, tetapi mabuk kepentingan diri sendiri sehingga tidak menghormati Tuhan lagi. Pada akhirnya orang-orang seperti ini akan dibuang dan mengalami kehancuran. Allah akan merendahkan orang yang meninggikan dirinya.

Ketiga, terhadap orang-orang yang munafik (ayat 18-19) yang mengatakan bahwa mereka menginginkan agar kehendak Yahweh terlaksana, tetapi sebenarnya terus menerus berdusta dan berdosa. Keempat, terhadap mereka yang tidak lagi bisa menilai realitas dengan benar (ayat 20). Karena fokus yang berlebihan terhadap diri sendiri membuat mereka tidak lagi memiliki pertimbangan dan akal sehat: benar jadi salah, salah jadi benar, dan seterusnya. Kelima, sekali lagi dinyatakan bahwa mereka yang melawan Tuhan adalah orang-orang yang sebenarnya tidak mau tunduk kepada hikmat Tuhan (ayat 21). Mereka mendirikan kebenaran mereka sendiri. Terakhir, terulang lagi pembicaraan mengenai cinta diri yang berlebihan (ayat 22-23).

Konsekuensinya jelas: Yahweh akan menolak dan menghancurkan para musuhnya ini melalui sebuah bangsa asing, entah Asyur atau Babel (ayat 26-30).

Renungkan: Dalam hidup ini ada yang jauh lebih mulia, indah dan berharga daripada uang. Hiduplah berdasarkan prinsip kasih, bukan berdasarkan keuntungan.

(0.17) (Yes 6:1) (sh: Sampai berapa lama, ya Tuhan? (Minggu, 12 Oktober 2003))
Sampai berapa lama, ya Tuhan?

Kita bertanya-tanya mengapa pengutusan Yesaya baru dimunculkan di pasal 6? Kita tidak mengetahui jawabannya dengan pasti. Yang kita bisa simpulkan adalah bahwa berita kenabian yang disampaikan Yesaya adalah berita dengan otoritas Ilahi. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dalam pasal ini.

Pertama, melihat kepada visi surgawi (ayat 1-4). Jika kita hanya terjebak kepada fenomena yang kelihatan di dunia ini, kita akan jatuh kepada sikap menyerah dan bingung. Visi surgawi yang dilihat Yesaya menunjukkan bahwa Yahweh adalah Raja yang agung dan kudus, mulia dan indah, bahkan para serafim senantiasa memuji-muji Allah yang suci. Hidup kita haruslah seimbang: bukan hanya melihat kebobrokan dunia, namun juga melihat pengharapan Ilahi.

Kedua, kita tidak dapat juga melarikan diri dari dunia dan hidup hanya melihat "ke atas" (ayat 5-8). Yesaya dipanggil untuk masuk ke dalam dunia yang bobrok dan menyampaikan pesan Ilahi. Ia memahami keadaan dunia dan bergumul di sana. Namun, pergumulannya adalah berdasarkan penugasan dari Allah sendiri. Ketiga, ketika bangsa Yehuda tidak dapat lagi mendengarkan suara Allah, Allah memberikan penghakiman dengan membuat mata, telinga dan hati mereka kehilangan fungsinya (ayat 9-13). Sampai berapa lama? Sampai para pembuat kejahatan itu mendapatkan ganjaran yang setimpal. Ini adalah sebuah penghiburan sejati.

Renungkan: Tuhan adalah Raja yang sejati. Hiduplah beribadah kepada Dia, bukan hanya di gereja, tetapi dalam seluruh hidup Anda. Selamat hari Minggu!


Bacaan untuk minggu ke-19 sesudah Pentakosta

Bilangan 11:24-30; Yakobus 5:1-6; Markus 9:38-48; Mazmur 135:1-7, 13- 14

Lagu KJ 224

(0.17) (Yes 42:1) (sh: Hamba pilihan Allah (Rabu, 27 Juli 2005))
Hamba pilihan Allah

Siapa orang yang layak menjadi hamba Tuhan? Banyak kriteria yang berpusat pada ketrampilan, karakter, dan kepribadian. Namun, Alkitab memberikan kriteria utama, yaitu orang yang dipilih Allah.

Nas hari ini adalah bagian pertama dari empat nas (ayat 42:1-7; 9:1-7; 50:4-9; 52:13-53:12) yang dikenal sebagai Nyanyian Hamba. Keempat nas ini membicarakan orang pilihan Allah untuk menyatakan kabar baik keselamatan kepada Israel dan semua bangsa. Nas hari ini memperkenalkan identitas dan misi seorang hamba Tuhan. Pertama, ia dikaruniai Roh Allah supaya dapat menegakkan hukum/keadilan (Ibr. mispat) Allah kepada bangsa-bangsa (ayat 1, 3, 4). Hal ini ditegaskan ulang secara mendetail dalam ayat 6-7. Allah memanggil hamba-Nya untuk membebaskan umat manusia dari penindasan dosa. Pembebasan ini ditujukan kepada semua bangsa. Penegasan ini penting karena berulang kali umat Israel terjebak pada pemikiran bahwa Allah hanya mengasihi dan menyelamatkan mereka, tetapi membenci dan akan membinasakan bangsa-bangsa lain. Kedua, sifat pelayanannya adalah tenang dan tidak meledak-ledak (ayat 2), namun tegas dan konsisten sampai keadilan Allah tuntas ditegakkan (ayat 4). Pelayanannya sendiri menopang dan menegakkan orang-orang yang kehilangan pengharapan akan keadilan Allah (ayat 3). Ayat 8-9 menjadi penegasan dari pihak Allah bahwa pilihan-Nya pada seseorang untuk menjadi hamba-Nya itu tepat dan Ia yang akan mewujudkan rencana mulia-Nya.

Seorang hamba Tuhan harus memiliki panggilan Tuhan sebagai dasar pelayanannya. Tanpa hal tersebut, ia dapat goyah sewaktu menjalani proses pembentukan dari Tuhan. Mereka yang nekat menjadi hamba Tuhan walaupun tidak mendapat panggilan-Nya akan menjadi hamba Tuhan palsu yang justru akan merusak pelayanan Tuhan dan Gereja.

Camkan: Hamba Tuhan seharusnya menjalankan kehendak Tuhan untuk membangun Gereja, bukan menjadi batu sandungan bagi jemaat.

(0.17) (Yes 49:1) (sh: Misi hamba Tuhan (Selasa, 16 Agustus 2005))
Misi hamba Tuhan

Istilah hamba Allah sering dimengerti salah, yaitu sebagai status rohani yang lebih tinggi daripada orang lain. Padahal istilah hamba Allah ini menyiratkan ketaatan dan tugas seorang abdi pada tuannya.

Nas ini merupakan nubuat Nabi Yesaya tentang tugas seorang hamba Allah. Yesaya pasal 49:1-6 adalah Nyanyian Hamba kedua, sedangkan ayat 7-13 adalah respons Tuhan.

Hamba Tuhan itu menyatakan dirinya telah dipilih Allah untuk menjadi alat-Nya menyatakan dan melaksanakan kehendak-Nya (ayat 2-3). Tugasnya jelas yaitu menghimpun kembali Israel yang sudah kocar-kacir oleh karena hukuman Tuhan atas mereka (ayat 5). Namun, dalam melaksanakan misinya itu, hamba Tuhan itu mendapatkan penolakan bahkan perlawanan yang membuat ia hampir putus asa (ayat 4). Jawaban Allah sungguh mencengangkan karena Ia meluaskan tugasnya menjadi pembawa kabar keselamatan bagi bangsa-bangsa (ayat 6).

Allah tidak hanya memberi tugas, Ia juga menjamin hidup hamba-Nya (4b). Ia sendiri akan menegakkannya di antara para pemimpin bangsa-bangsa yang meremehkannya (ayat 7). Allah juga menjanjikan keberhasilan bagi hamba-Nya. Mereka yang tertindas akan dimerdekakan dan yang berkekurangan akan dilimpahi dengan segala berkat (ayat 9-10). Semua bangsa akan mengalami anugerah Allah ini sehingga sukacita akan meliputi alam semesta (ayat 11-13).

Hamba yang dimaksud pada nas ini adalah Koresy yang akan dipakai Allah menjadi alat-Nya untuk membawa Israel pulang. Nas ini sekaligus merujuk perbuatan Kristus yang akan menggenapi tuntas nubuat Yesaya ini. Betapa indahnya menjadi hamba Allah. Posisinya mulia sebab ia adalah alat Allah bagi umat-Nya. Karena itu, persiapkan diri Anda untuk dipakai jadi hamba-Nya. Berikan yang terbaik bagi Dia. Jangan jadikan profesi hamba Allah sebagai pilihan kedua.

Doaku: Tuhan, jadikan aku hamba-Mu yang dapat Engkau pakai secara efektif untuk memberikan penghiburan dan pengharapan bagi dunia ini.

(0.17) (Yes 62:1) (sh: Kembali menjadi istri yang dikasihi (Selasa, 30 Agustus 2005))
Kembali menjadi istri yang dikasihi

Salah satu pengampunan terindah di antara manusia adalah ketika seorang suami mengampuni istri atau sebaliknya dan menerimanya kembali menjadi pasangannya. Peristiwa ini sering dipakai di dalam Alkitab untuk menggambarkan kasih Allah kepada umat-Nya.

Janji keselamatan melalui pemulihan bagi umat Allah dikumandangkan oleh hamba-Nya dengan penuh semangat (ayat 1). Sion akan dipulihkan menjadi bangsa yang benar dan mulia serta memiliki nama baru yang berasal dari Tuhan sendiri (ayat 2-3). Hubungan yang pulih antara Israel dengan Tuhan itu digambarkan seperti sepasang mempelai. Israel yang "diceraikan" Allah karena perbuatan dosa mereka kini diterima kembali sebagai istri yang dikasihi (ayat 4). Allah yang menerima Israel kembali digambarkan seperti seorang jejaka menikahi seorang gadis (ayat 5). Gambaran tersebut menyiratkan umat-Nya telah disucikan sehingga layak menerima kasih Allah. Allah menggandeng Israel layaknya pengantin yang memandang hidup baru mereka dengan bahagia.

Seperti suami melindungi istri, Allah mengutus para hamba-Nya untuk menjaga Israel dari para musuh (ayat 6). Para hamba-Nya akan terus-menerus menaikkan syafaat kepada Allah sampai umat-Nya diangkat kembali dalam kemuliaan mereka yang semula (ayat 7). Tanggung jawab Allah mencukupi kebutuhan hidup umat-Nya dilakukan-Nya dengan memberkati usaha umat-Nya. Ia tak akan lagi menghukum umat-Nya dengan menyerahkan mereka ke tangan musuh (ayat 8-9). Melalui para hamba-Nya, Ia memanggil kembali umat-Nya untuk menikmati hidup baru dalam kekudusan (ayat 10-12).

Allah akan mengampuni dan memulihkan umat-Nya yang mau bertobat. Kita harus mengumandangkan kabar baik ini. Oleh karena itu, kita harus pergi memberitakan kabar ini dan menyampaikannya kepada setiap orang percaya yang kita temui.

Renungkan: Pertobatan adalah pintu untuk menikmati hubungan yang mesra dengan-Nya.

(0.17) (Yes 66:18) (sh: Penginjilan (Minggu, 9 Mei 1999))
Penginjilan

Misi Allah (Missi Deo) dinyatakan secara singkat dalam ayat 18: "Aku datang untuk mengumpulkan segala bangsa dari semua bahasa, dan mereka itu akan datang dan melihat kemuliaan-Ku". Alat penggenap tujuan mulia ini adalah penginjilan. Melalui penginjilan ini setiap orang dari berbagai bangsa dan bahasa, meskipun berbeda "status" dalam masyarakat, memiliki hak dipanggil dan menyaksikan kedahsyatan kemuliaan Tuhan.

Allah mengutus siapa? Misi Allah tidak hanya dipercayakan kepada Yesaya, atau diperuntukkan bagi dua belas murid Yesus saja. Orang-orang dari segala bangsa itulah yang Allah pilih dan jadikan imam untuk memberitakan kedahsyatan kemuliaan-Nya kepada manusia dari segala bangsa (ay. 19, bdk. Mat. 28:19-20). Bila akhirnya musim menuai orang percaya tiba, persembahkanlah hasil tuaian itu sebagai korban sajian yang harum yang berkenan kepada Tuhan.

Dalam Perjanjian Baru, Yohanes mengajak kita memahami perkataan Yesus yang memaparkan tentang keadaan ladang yang sudah menguning yang siap dituai. Begitu pula Matius, mengajak kita memahami perkataan Yesus bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja hanya sedikit. Bukankah ajakan mereka ini memacu semangat dan motivasi kita untuk memberitakan kemuliaan Allah? Melalui kiasan itu, khususnya dalam ulasan Matius, Allah menunjukkan bahwa pekerjaan mengabarkan Injil tidak dapat dilakukan tanpa pertolongan orang lain yang telah menggabungkan dirinya di dalam Yesus Kristus.

Siapkah Anda diutus? Ternyata, hanya karena berkat Tuhan, tuaian seluruh umat manusia akan datang dan sujud menyembah di hadapan Tuhan. Masa dan waktu tak lagi mampu membatasi kebebasan beribadah dan pemberitaan Injil.

Renungkan: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja-pekerja hanya sedikit." Bila Allah memanggil Anda dan diutus menjadi pekerja-Nya, siapkah Anda mengemban panggilan itu?

(0.17) (Yer 5:18) (sh: Punya tapi tak berguna (Senin, 4 September 2000))
Punya tapi tak berguna

Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan bangsa Yehuda. Sebagai ciptaan Allah yang tertinggi, manusia dilengkapi dengan mata, telinga, dan pikiran yang kemampuan dan kualitasnya jauh melebihi makhluk hidup lainnya. Sayangnya, bangsa Yehuda tidak pernah menggunakannya untuk tujuan yang benar dan mulia. Semua hanya dipergunakan untuk memuaskan hawa nafsunya. Mereka sama seperti manusia tanpa otak, tanpa mata, dan tanpa telinga.

Bangsa Yehuda tidak menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami secara penuh bahwa hidupnya bergantung kepada pemeliharaan Allah untuk kemudian mengendalikan dan membawanya di bawah kekuasaan Allah (23-24). Sebaliknya kepandaian mereka justru dipergunakan untuk mencari cara melawan dan memberontak kepada-Nya. Padahal laut yang tidak mampu berpikir, tahu dan tidak pernah melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah (22). Mata yang dikaruniakan Allah kepada mereka seharusnya menjadi terang bagi hati dan pikiran mereka bahwa banyak sesamanya yang membutuhkan rangkulan, pembelaan, dan pertolongan. Namun mata mereka justru dipergunakan untuk mencari peluang-peluang dan siasat-siasat baru agar dapat semakin mengeksploitasi sesamanya untuk memperkaya diri sendiri (26-28).

Yang lebih parah dari semua itu adalah telinga yang merupakan pintu gerbang bagi masuknya informasi, justru dibuka lebar-lebar bagi pengajaran yang penuh kebohongan dan kepalsuan. Dengan demikian telinga ditutup rapat-rapat bagi pengajaran yang benar, yang akan menusuk dan menyakitkan hati (31) karena membongkar dosa. Betapa bebalnya hati manusia yang telah memutuskan hanya mau melihat dan mendengarkan apa yang menyenangkan hati.

Renungkan: Apakah ini juga yang dikerjakan oleh Kristen masa kini? Matanya dibuka lebar-lebar ketika merancang gedung gereja yang mewah dan megah tapi segera ditutup ketika melihat masyarakat yang lapar dan kedinginan datang meminta pertolongan. Telinganya dibuka lebar-lebar untuk mendengarkan khotbah-khotbah yang berisikan cerita-cerita yang menyenangkan hati namun segera ditutup ketika kebenaran firman Tuhan dipaparkan. Jika demikian, apa bedanya Kristen dengan yang lain?

(0.17) (Yeh 24:15) (sh: Babatan Allah itu membersihkan (Kamis, 13 September 2001))
Babatan Allah itu membersihkan

Allah menyiapkan hati Yehezkiel yang akan kehilangan istrinya tercinta, tetapi ia tidak diperkenankan meratapi kematiannya di depan umum. Tidak ada seremoni perkabungan. Hal ini bukan berarti Allah melarang Yehezkiel untuk bersedih hati secara pribadi atas kematian istrinya. Tidak berbela-sungkawa secara lahiriah dimaksudkan sebagai tanda bahwa kejatuhan Yerusalem dan Bait Suci akan sedemikian hebatnya, sehingga penduduknya tidak sempat menyatakan kesedihan mereka.

Ketaatan hamba Tuhan yang bernama Yehezkiel ini semestinya termasuk tugasnya yang paling berat selaku seorang pengawas dan penjaga umat Allah. Walaupun ia sangat sedih atas kematian istrinya, ia masih harus menyampaikan seruan Tuhan kepada bangsa pemberontak itu. Yehezkiel dapat merasakan penderitaan Allah karena Allah sebentar lagi akan kehilangan umat-Nya, kota-Nya, dan Bait Suci- Nya, sama seperti dirinya yang akan kehilangan istri yang paling dikasihinya. Allah memakai cara ini agar Yehezkiel merasakan apa yang dirasakan Allah, sehingga ia dapat menyampaikan sesuai kepedihan hati Allah.

Kristen kadangkala diizinkan mengalami berbagai kejadian pahit. Hal itu dapat berupa kehilangan reputasi diri, kebangkrutan usaha, perceraian dini, kematian orang yang dekat di hati, konflik di dalam lingkungan kerja, atau kecelakaan lalu lintas. Namun satu hal prinsip harus diingat bahwa seringkali kita yang mengundang bencana kehidupan itu melanda hidup kita karena melalaikan berbagai peringatan dan teguran Tuhan yang memperhatikan kita. Bila semuanya sudah terjadi, barulah kita tertatih-tatih meniti langkah mengikuti Tuhan sambil membenahi diri. Adalah jauh lebih baik apabila kita tidak mengabaikan peringatan Tuhan daripada harus menerima murka-Nya.

Renungkan: Ibarat seorang pembawa logam mulia yang nyaris tenggelam di dasar laut, ia hanya dapat menyelamatkan diri bila rela melepaskan semua bebannya. Demikian pun Kristen yang belum sungguh-sungguh hidup untuk-Nya, harus merelakan dirinya mengalami kepahitan, bila Allah membabat untuk membersihkan karakter kita yang berulangkali menyimpang dari kebenaran. Bagi para hamba Tuhan, ingatlah bahwa pengalaman yang Tuhan izinkan kadangkala bertujuan melengkapi kita agar menyampaikan firman-Nya sesuai hati Tuhan.

(0.17) (Hos 9:10) (sh: Kau bukan yang dulu lagi (Jumat, 12 November 2004))
Kau bukan yang dulu lagi

Kasih Allah tidak terbatas, dan tidak pernah berubah walaupun anak-anak-Nya sering mengecewakan-Nya. Kita meyakini hal tersebut sebagai kebenaran karena firman Tuhan menyatakannya. Ini dibuktikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, demi keselamatan kita. Akan tetapi, kalau sampai Allah berkata dalam kepedihan hati, "Aku tidak akan mengasihi mereka lagi!" (ayat 15b), itu berarti kedurhakaan umat-Nya sungguh-sungguh keterlaluan.

Buah anggur tidak pernah tumbuh di padang gurun. Berarti menemukan anggur di tempat yang gersang itu sungguh suatu berkat yang luar biasa. Demikian juga, memperoleh buah sulung ara merupakan suatu santapan yang lezat. Itulah dulu gambaran keadaan Israel di mata Allah (ayat 10a). Namun, sekarang Israel telah berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Ketika itu Israel masih suci dan bersih, menjadi kesayangan dan kesukaan Allah. Mengapa Israel bisa berubah? Karena mereka telah berkhianat dengan menyembah Baal-peor. Mereka telah berkali-kali menajiskan diri dengan ilah lain, dan diulangi kembali di nas ini. Hal ini menyebabkan Allah kembali harus menghukum Israel. Dan ini menyedihkan hati Allah ketika Ia menimpakan hukuman-Nya kepada umat-Nya. Kedudukan Israel tidak lagi mulia dan anak-anak mereka tidak lagi diberkati. Kejahatan mereka sendirilah yang membuat Allah tidak mungkin mengampuni mereka lagi. Israel bukan hanya dihajar dan diserahkan ke tangan musuh, melainkan Allah sendiri akan membuang mereka (ayat 15-17). Beratnya hukuman Allah ini menyiratkan Allah sudah patah arang dengan mereka. Semua ini menyatakan betapa sakit hati-Nya Allah dikhianati oleh kekasih-kekasih-Nya sendiri.

Syukur kepada Tuhan, belas kasihan dan kasih-Nya jauh melampaui rasa sakit hati-Nya terhadap umat-Nya. Penghukuman Allah yang begitu dahsyat tidak pernah dimaksudkan untuk memusnahkan umat-Nya.

Bersyukurlah: Kasih dan pengampunan Tuhan lebih besar dari sakit hati-Nya akibat pengkhianatan kita. Nyatakan syukur Anda tidak saja melalui bibir tetapi terutama melalui kelakuan.

(0.17) (Am 4:1) (sh: Dosa melibatkan dan meliputi (Sabtu, 19 Juli 2003))
Dosa melibatkan dan meliputi

Dalam persepsi kita pelaku penindasan adalah kaum lelaki. Nyatanya, para isteri -- kaum wanita -- diumpamakan seperti lembu liar karena penuh kekerasan, penindasan dan hawa nafsu (ayat 1 - para istri dalam budaya Israel menyapa suami mereka dengan sebutan tuan = pemilik). Mereka mendorong para suami melakukan korupsi dan penindasan. Karena itu penghukuman Tuhan juga berlaku atas mereka.

Pelanggaran dan dosa Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat 4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama, motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah, agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah. Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.

Dosa akhirnya membuat mereka bebal. Tujuh tindakan dalam kejadian alam, sosial, ekonomi dan politik sudah Tuhan lakukan sebagai peringatan keras (ayat 6-11), namun Israel sama sekali tidak peka akan hardikan Tuhan itu. Itu sebabnya kini, suara Allah berubah menjadi auman singa ganas yang siap menerkam mematikan.

Renungkan: Ibadah seharusnya membuat kita semakin peka akan kemuliaan Allah, dan semakin terdorong mewujudkan sifat mulia ilahi itu dalam seluruh hubungan sosial kita.

(0.17) (Ob 1:1) (sh: Firman yang menghukum (Senin, 17 Desember 2001))
Firman yang menghukum

Firman Tuhan datang dalam beragam bentuk: ada yang berupa penghiburan, nasihat, ada pula yang berupa hukuman. Obaja, yang berarti hamba Allah atau penyembah Allah, dipakai Tuhan untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Edom. Firman untuk Edom adalah hukuman yang akan Tuhan timpakan kepadanya, bukan firman yang enak untuk didengar.

Dosa keangkuhan Edom mengundang murka dan hukuman Tuhan. Edom melihat dirinya tinggi dan besar, berkuasa dan mapan; menganggap dirinya lebih mulia daripada bangsa-bangsa lain; merasa bahwa mereka lebih kuat dan bijaksana daripada bangsa- bangsa lain. Puncak keangkuhan yang berbuah dosa dan murka Allah adalah tatkala Edom menganggap diri tak tertandingi, bahkan oleh Tuhan sekalipun.

Dalam keangkuhannya, Edom tidak lagi menyembah Allah. Edom telah melupakan Allah Ishak dan Allah Abraham. Edom lupa bahwa Tuhan sanggup melumpuhkannya, dan itulah yang akan Tuhan lakukan kepada Edom.

Keangkuhan memang dapat menipu kita. Keangkuhan meyakinkan kita bahwa kita memang sehebat yang kita pikirkan. Keangkuhan membutakan mata untuk melihat kenyataan dengan tepat dan menulikan telinga untuk mendengar kebenaran tentang siapa kita. Dan hal yang paling parah ialah keangkuhan membuat kita menyembah diri sendiri, bukan Tuhan. Firman Tuhan memberi kita nasihat untuk melawan keangkuhan, yakni dengan mencontoh teladan Tuhan Yesus, "...yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri- Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba..." (Flp. 2:6- 7). Ada dua pelajaran penting yang tersirat di sini. Pertama, jangan pernah menganggap diri terlalu tinggi dan bertahan dalam ketinggian itu. Kedua, jangan pernah mendahulukan kepentingan pribadi. Sebaliknya, dahulukanlah kehendak Tuhan.

Renungkan: Jika kedua hal tersebut diabaikan, waspadalah, sebab itu adalah awal keangkuhan dan tanda bahwa Anda mengundang Allah memberlakukan murka-Nya.

(0.17) (Mat 4:18) (sh: Alih profesi (Sabtu, 1 Januari 2005))
Alih profesi

Ada banyak alasan seseorang alih profesi. Bisa disebabkan oleh kebutuhan meningkatkan taraf hidup, bisa juga dikarenakan oleh dorongan minat dan bakat. Namun, ada pula yang beralasan mendapatkan panggilan mulia Allah untuk melakukan sesuatu.

Empat murid pertama yang disebutkan pada nas hari ini memiliki profesi sebagai nelayan. Mereka adalah orang yang biasa bekerja di tengah ombak dan badai untuk mencapai hasil yang mereka harapkan dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Entah sudah berapa lama mereka menjadi nelayan, tetapi ketika Yesus datang memanggil mereka menjadi penjala manusia, mereka segera meninggalkan jala dan perahu untuk mengikut Dia (ayat 19-20). Mereka alih profesi karena dipanggil secara khusus untuk memberitakan Injil keselamatan. Ini adalah hak yang begitu istimewa. Manusia yang lemah dan berlatar belakang biasa, dipanggil dan dijadikan alat yang dipakai-Nya untuk kepentingan Kerajaan Allah.

Mengapa mereka menerima ajakan Tuhan Yesus? Tentu karena mereka sudah mendengar pelayanan Yesus yang memberitakan Injil Kerajaan Surga (ayat 17). Pemberitaan itu disertai dengan pelbagai perbuatan baik sehingga banyak orang mengalami kesembuhan dari berbagai penyakit (ayat 23-24).

Panggilan untuk memberitakan Injil ini juga berlaku bagi kita, anak-anak Tuhan yang hidup di masa kini. Ada yang menjadi penjala manusia melalui profesi masing-masing, misalnya sebagai guru, nelayan, pegawai kantor, tenaga medis atau juru masak. Bagaimana caranya? Melalui kata-kata dan kesaksian hidup kita. Namun, ada juga yang Tuhan panggil untuk meninggalkan profesi lama supaya dapat konsentrasi melayani jiwa-jiwa yang memerlukan kasih Tuhan. Siapkah Anda alih profesi kalau memang itu adalah rencana Tuhan bagi Anda? Ambillah keputusan untuk memiliki hidup yang lebih bermakna dengan melayani Dia dan menjadi saksi-Nya.

Renungkan: Respons positif kepada panggilan-Nya akan membuat Anda menapak maju dalam rencana besar-Nya.

(0.17) (Mat 10:16) (sh: Mengikut Yesus? Keputusanku (Senin, 24 Januari 2005))
Mengikut Yesus? Keputusanku

Hidup di tengah-tengah musuh yang siap sedia mengintai dan menerkam sangat menakutkan setiap orang. Gambaran inilah yang Yesus berikan kepada pengikut-Nya. Mereka bagaikan domba-domba yang diutus ke tengah-tengah serigala. Dalam mengemban tugas, ada kemungkinan mereka ditangkap, diadili, dibenci, bahkan dibunuh. Untuk itu Yesus berpesan agar mereka cerdik namun tulus (ayat 16).

Yesus meminta mereka untuk waspada terhadap: majelis agama yang adalah serigala yang bengis (ayat 17); pemerintah, dengan otoritas yang dimilikinya dapat menindas dengan cara yang halus tapi menyakitkan (ayat 18-19); keluarga yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi kita namun bisa menjadi musuh dalam selimut (ayat 22). Semuanya dapat membenci (ayat 22), mengancam (ayat 26), bahkan membunuh tubuh meskipun tidak dapat membinasakan jiwa (ayat 28). Lalu, perlukah para murid takut dan kuatir menghadapi semua ancaman tersebut? Yesus menggambarkan bahwa Allah sangat peduli terhadap mereka karena mereka lebih berharga di mata-Nya dibandingkan dengan burung pipit (ayat 29-31). Oleh karena itu, mereka tidak perlu takut dan kuatir menghadapi kesulitan dan ancaman. Dia berjanji akan memperlengkapi dengan kekuatan, kemampuan, dan perlindungan karena mereka sangat berharga di mata-Nya. Namun, tidak berarti Allah akan mencegah terjadinya kesulitan dalam diri kita. Itu adalah ujian bagi kita sebagai pengikut Yesus yang sejati untuk bertahan menghadapi tekanan hidup sehari-hari.

Sampai saat ini pun mengikut dan menaati Yesus serta memberitakan Dia selalu membangkitkan berbagai perlawanan. Mengingat tugas dan tantangan berat yang harus dihadapi, maka kesetiaan dan keberanian mutlak diperlukan. Mereka yang menghadapi segala kesulitan dan bertahan sampai akhir akan menerima penghargaan yang mulia dari Allah.

Tekadku: Walau tekanan menghadang, aku akan bertahan sampai akhir dengan anugerah Allah.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.15 detik
dipersembahkan oleh YLSA