Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 20 ayat untuk mengajukan banyak AND book:21 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Pkh 1:17) (jerusalem: kebodohan) Dalam banyak naskah Ibrani tertulis: hal-hal yang bodoh. Dalam sejumlah naskah lain tertulis: kebodohan, bdk Ams 10:13
(1.00) (Pkh 2:8) (jerusalem: banyak gundik) Terjemahan ini tidak pasti. Ada yang menterjemahkan: (segala macam barang yang menyenangkan anak-anak manusia), peti demi peti.
(1.00) (Pkh 6:9) (jerusalem: nafsu) Kata ini menterjemahkan kata Ibrani nefesy, yang memang banyak artinya, bdk Maz 6:4+, a.l. kerongkongan, keinginan, nafas, bdk Pengk 4:7 (keinginan).
(0.94) (Pkh 11:1) (jerusalem: Lemparkanlah rotimu...) Maksud ayat (peribahasa?) ini kurang jelas. Ada yang mengartikannya sehubungan dengan penangkapan ikan: melemparkan umpan ke dalam air, yang kembali berupa ikan yang ditangkap. Lain ahli menghubungkan dengan pelayanan: modal yang ditanam dalam perusahaan semacam itu kembali berupa untung. Nasehat untuk mengambil risiko itu menyatakan bahwa Pengkhotbah tidak bermaksud mematahkan semangat murid-muridnya. Tetapi ia mau memberi peringatan jangan-jangan murid-murid mengharapkan terlalu banyak; nanti akan kecewa saja.
(0.94) (Pkh 4:7) (sh: Pentingnya persahabatan. (Jumat, 29 Mei 1998))
Pentingnya persahabatan.

Persahabatan adalah hal indah yang Tuhan anugerahkan bagi kemanusiaan. Tidak ada gunanya orang menjadi kaya atau berhikmat bila tidak memiliki sahabat. Persa-habatan bisa membawa banyak manfat. Di antaranya pengkhotbah menyebut bahwa persahabatan berguna untuk saling tolong menolong (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">10). Juga untuk melengkapi kelemahan. Puncak persahabatan yang juga adalah puncak karunia Tuhan bagi kemanusiaan ialah pernikahan. Di dalam hubungan nikah yang serasi terjadi proses saling menghangatkan (jasmani dan rohani) yang berbuah dalam buah kasih, anak-anak mereka (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">11-12).

Hikmat dan kekuasaan. Semua bentuk pekerjaan termasuk menjadi pemimpin adalah anugerah Allah juga kewajiban manusia, karena itu harus dilaksanakan dalam takut akan Tuhan yang empunya pekerjaan itu. Takut akan Tuhan adalah hikmat yang paling besar yang menjadikan kita dapat melakukan segala sesuatu dengan penuh sukacita. Bekerja seperti ini akan berfaedah bagi banyak orang sekaligus menjadikan kepujian bagi Allah. Sebaliknya, bila kita bekerja berdasarkan kekuasaan, apalagi dalam arti arogansi kekuasaan, maka pasti menimbulkan petaka bagi banyak orang.

Renungkan: Selain Kristus, kita perlu sahabat rohani yang bijak yang sedia menjadi alat kebenaran Kristus disampaikan kepada kita tanpa pamrih.

(0.93) (Pkh 7:23) (sh: Jujur menghasilkan keuntungan (Rabu, 6 Oktober 2004))
Jujur menghasilkan keuntungan

Untuk membuat suatu garis lurus kita memakai penggaris sebaliknya, untuk membuat garis yang bengkok kita tidak membutuhkan alat. Hal ini menunjukkan lebih mudah membengkokkan sesuatu daripada meluruskannya. Hal yang sama juga berlaku pada manusia. Untuk "membengkokkan manusia" tidak diperlukan banyak usaha, sedangkan untuk "meluruskan manusia" dibutuhkan usaha.

Judul renungan ini terkesan tidak mungkin bagi situasi dunia saat ini. Orang dunia menganggap remeh soal kejujuran, bahkan jika ada kesempatan untuk melakukan kecurangan maka mereka akan mengambilnya. Firman Tuhan dalam nas ini menegaskan bahwa Tuhan menjadikan manusia dengan dilengkapi kemampuan untuk bersikap jujur, tetapi manusia melakukan kebalikannya yaitu "mencari banyak dalih" (ayat 29). Mencari banyak dalih dapat diartikan melemparkan kesalahan pada orang lain; dan membuat rancangan tipu daya untuk mencari keuntungan diri sendiri. Orang-orang yang berlaku demikian akan mendapatkan balasannya (Lih. Ams. 22:8). Kejujuran mendatangkan keuntungan yang berkelanjutan, sementara kecurangan hanya akan memperoleh keberhasilan sesaat. Bukankah kita lebih mau membeli barang dari pedagang yang jujur daripada pedagang yang curang? Bukankah kita marah tatkala ditipu ketika membeli barang atau melakukan usaha dagang? Dan bukankah kita langsung bertekad untuk tidak akan menggunakan lagi jasa orang yang telah memperdaya kita?

Bagi anak Tuhan menerapkan kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, merupakan bukti bahwa ia adalah seorang yang takut akan Tuhan. Orang jujur menghormati Tuhan dengan melakukan firman-Nya dan tidak melanggar perintah-Nya dan percaya bahwa keuntungan anak Tuhan akan berasal dari pada-Nya. Kita mampu berlaku jujur karena kita ingin menyukakan Tuhan. Kita akan mendapat keuntungan berkelanjutan dalam pekerjaan atau keluarga justru bila kita jujur.

Ingat: Berapa pun "kerugian" yang harus kita bayar karena kita berlaku jujur, Tuhan tetap akan memelihara kita.

(0.93) (Pkh 4:9) (full: BERDUA LEBIH BAIK DARI PADA SEORANG DIRI. )

Nas : Pengkh 4:9-12

Persahabatan memang banyak untungnya, karena Allah tidak menciptakan kita untuk hidup tanpa persekutuan (Kej 2:18). Kita semua membutuhkan kasih, pertolongan, dan dukungan dari sahabat, keluarga, dan sesama orang percaya (Kis 2:42); namun ini pun belum cukup tanpa persekutuan sehari-hari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus (1Kor 1:9; 2Kor 13:13; Fili 2:1; 1Yoh 1:3,6-7).

(0.93) (Pkh 7:23) (sh: Di luar jangkauan manusia. (Senin, 15 Juni 1998))
Di luar jangkauan manusia.

Manusia banyak memiliki potensi. Tuhan sendiri menanamkan potensi-potensi itu sebagai bagian dari rencana-Nya menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. Dengan demikian kemampuan seni, kemampuan berpikir, kehidupan emosional dan sosial, berbagai keahlian kreatif dalam diri kita sedikit banyak mencerminkan keajaiban diri Allah sendiri. Namun manusia tetap ciptaan yang fana, apalagi dosa telah menodai dan menyimpangkan potensi-potensi itu ke hal-hal yang tidak benar. Bila demikian mungkinkah manusia mencapai hikmat sejati dengan upaya sendiri?

Mencari manusia jujur. Sulit memang mencari manusia yang benar, jujur, terpuji di hadapan Allah dan manusia. Pendapat pengkhotbah tentang perempuan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">26) tentu dilandasi oleh pengamatan terhadap kenyataan seperti yang pernah dialami oleh Yusuf dengan istri Potifar, misalnya. Jadi tidak boleh dilihat sebagai kesimpulan umum. Ternyata bukan saja di antara perempuan sulit menemukan kebenaran, di antara pria pun hanya satu dari seribu. Kenyataan ini tidak usah membuat kita putus asa. Apa yang manusia tidak mungkin capai sendiri, tersedia di dalam karya penyelamatan Yesus Kristus.

Renungkan: Selama masalah dosa belum diselesaikan oleh Yesus, hati kita akan tetap lumpuh tak mampu beroleh hikmat.

Doa: Tuhan Yesus, berikan hikmat ilahiMu dalam hatiku

(0.92) (Pkh 4:1) (full: TAK ADA YANG MENGHIBUR MEREKA. )

Nas : Pengkh 4:1

Ketika memandang sekeliling kepada dunia yang menolak jalan-jalan Allah, Salomo melihat penindasan di mana-mana, dan mereka yang tertindas tidak memiliki penghibur. Di dunia saat ini masih banyak penindasan -- tetapi penghiburan telah tersedia, karena Allah kita adalah Allah "sumber segala penghiburan" (2Kor 1:3). Allah Bapa menghibur umat-Nya pada zaman PL manakala mereka berharap kepada-Nya (Mazm 86:17; Yes 51:3,12). Yesus membawa hiburan dan kesembuhan ketika di bumi (Mat 9:22) dan Roh Kudus dijanjikan sebagai Penghibur lain yang akan mendampingi kita untuk menghibur (Yoh 14:16). Orang percaya juga diperintahkan untuk saling menghibur (2Kor 1:4).

(0.92) (Pkh 11:1) (sh: Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan (Senin, 11 Oktober 2004))
Iman sejati adalah percaya kepada rencana Tuhan

Jim dan Elizabeth Elliot bersama seorang putrinya pergi menjadi utusan Injil ke Equador, Amerika Selatan. Dalam sebuah kunjungan ke pedalaman, Jim dan beberapa rekannya dibunuh oleh penduduk asli. Niat Elizabeth Elliot untuk memberitakan Injil tidak surut sehingga ia memutuskan masuk ke daerah pedalaman tersebut untuk meneruskan pekerjaan yang telah dirintis almarhum suaminya. Ia melayani Tuhan di sana dan akhirnya, orang yang membunuh suaminya pun menjadi anak Tuhan.

Dalam hidup ini ada banyak hal yang terjadi namun, sedikit yang mampu kita pahami. Seberapa pun kepandaian manusia memahami semua ilmu pengetahuan dan mampu menciptakan berbagai alat yang berguna bagi kehidupan, tetap ada banyak peristiwa hidup yang tak terselami. Keterbatasan tersebut disebabkan Tuhan yang mengatur kehidupan manusia dan di "tangan-Nyalah" nafas semua makhluk hidup. Firman Tuhan menyatakan "Sebagaimana engkau tidak mengetahui jalan angin, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan Allah" (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">5). Pekerjaan Tuhan terhadap dunia ini tak terselami, seperti kita juga tidak mampu mengatur pertumbuhan benih yang kita tabur di tanah (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">6) ataupun memahami gerakan alam semesta ini (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">3). Adakalanya kita lupa bahwa kita bukanlah pusat dari alam semesta; melainkan kehidupan kita di dunia ini hanyalah bagian kecil dari rencana Tuhan yang besar. Oleh karena itu, berbahagialah mereka yang memercayai Tuhan dalam segala lakunya (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">8).

Namun, ada satu penghiburan bagi kita anak-anak-Nya yaitu Tuhan itu kasih. Jika Ia bukanlah Tuhan yang kasih maka Ia tidak akan mau menjadi manusia untuk mengorbankan diri-Nya di kayu salib dan membayar hukuman atas dosa kita. Sebenarnya, Tuhan tidak harus menjadi manusia, tetapi Ia memilih untuk melakukan semua itu demi kasih-Nya kepada kita. Kendati Ia mengijinkan sesuatu yang buruk menimpa kita bukan berarti rancangan-Nya yang indah untuk hidup kita akan gagal.

Renungkan: Iman sejati berarti memercayai rencana Tuhan tetap yang terbaik bagi hidup kita pada saat kita sedang menderita.

(0.92) (Pkh 12:1) (sh: Menjadi berkat bagi orang lain (Minggu, 21 Juni 1998))
Menjadi berkat bagi orang lain

Ada sementara orang yang banyak belajar namun tidak pernah sampai kepada kebenaran. Hal yang diperingatkan tegas oleh Paulus dalam Perjanjian Baru itu (mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">3:7">2Tim. 3:7). Bila demikian, besar kemungkinan orang itu bukan belajar kebenaran tetapi belajar hal-hal yang salah. Ada pula orang yang belajar hanya pengetahuan otak belaka, namun hidup dan kelakuan tidak mengalami perubahan. Itu pun bukan tujuan belajar yang sejati sebab hakikat belajar adalah terbuka untuk dirubah oleh hal (kebenaran) yang telah dipelajari. Ada pula orang yang belajar hanya untuk membanggakan diri, tetapi tidak menjadi berkat bagi orang lain. Sebagai hamba Tuhan, pengkhotbah memberi kita teladan bahwa apa yang secara pribadi telah diselidiki dan dipelajarinya, ia bagikan kepada orang lain dalam catatan perenungannya ini.

Akhir kata. Bila kita membaca sebuah buku bagian penting yang harus kita lihat lebih dulu ialah kata pendahuluan dan daftar isinya. Di sana kita beroleh alasan dan tujuan dan kerangka pikiran penulis. Bagian lain yang lebih penting lagi ialah bagian kesimpulan. Di sana kita melihat nilai-nilai apa yang hendak dibagikan penulis kepada pembacanya. Dengan membaca cermat beberapa hal tadi, kita dapat memutuskan apakah karangan orang itu patut dibeli dan dibaca atau tidak. Pengkhotbah kini tiba di kesimpulan akhir. Apa pesan terpenting dari begitu banyak perenungan hidup yang ke dalamnya kita telah diajak untuk mengarungi? Takutlah akan Allah. Berpeganglah pada perintah-perintah-Nya. Allah akan membuat perhitungan tentang hidup semua orang, baik yang tersembunyi maupun yang terbuka di hadapan publik. Jika saja semua kita menyimak pesan akhir yang penting itu, kita pasti tak akan hidup sia-sia.

Renungkan: Hiduplah di dalam Yesus, andalkan kuasa penebusan-Nya. Anda pasti akan dimampukan-Nya membangun hidup yang sampai kelak akan membangkitkan syukur kepada Tuhan.

(0.91) (Pkh 2:1) (sh: Kesenangan adalah sia-sia. (Selasa, 26 Mei 1998))
Kesenangan adalah sia-sia.

Pengkhotbah mencoba mencari makna hidup dalam berbagai kesenangan dan kenikmatan. Semua kesenangan fisik yang tersedia dicobanya: makan, minum, rumah dan taman dengan segala isinya yang mewah. Juga para budak, dan berbagai jenis harta kekayaan. Ia juga menyediakan berbagai hiburan seni dalam rumah mewahnya itu. Bahkan banyak istri dan gundik untuk memberikannya kepuasan dari kenikmatan seks pun sudah dicobanya. Akhirnya ia hanya berdesah "segala sesuatu kesia-siaan seperti menjaring angin tak ada keuntungan di bawah matahari" (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">11).

Hikmat dan kebebalan sama sia-sia. Dari hal-hal badani, ia kini berusaha menemukan makna hidup dalam lingkup pikiran manusia (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">12). Sudah pasti orang berhikmat lebih dari orang bodoh. Kesimpulannya pasti kita setujui: orang berhikmat seperti orang yang berjalan dengan mata celik, orang bodoh seperti orang berjalan dalam kegelapan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">13,14). Disadarinya bahwa dirinya berhikmat (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">15) bukan orang bodoh. Namun nasibnya dan semua orang berhikmat akan sama sama dengan nasib semua orang bodoh. Semua sama akan mati (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">16-17)! Dan sesudah orang mati, apa yang tadinya miliknya menjadi milik orang lain.

Renungkan: Tak ada apa pun dalam hidup ini yang berarti dalam dirinya sendiri. Arti sejati hanya didapat bila di dalam konteks keserasian dengan maksud ilahi.

(0.91) (Pkh 5:1) (sh: Sikap yang mendatangkan hukuman Allah (Minggu, 3 Oktober 2004))
Sikap yang mendatangkan hukuman Allah

Orang mudah mengucapkan sumpah dalam percakapan, pengadilan, janji setia, bahkan ada orang Kristen yang berani bersumpah demi nama Tuhan untuk menutupi kebohongannya atau memperoleh keinginannya.

Sebenarnya, sumpah yang mudah diucapkan berasal dari perkataan berlebihan seperti: ujaran "kotor", sombong, sembrono, fitnah, dll. Kata serupa ini tidak layak diucapkan oleh anak Tuhan sebab mendatangkan hukuman Tuhan (Mat. 12:36-37). Sumpah yang diucapkan dengan menyalahgunakan nama Tuhan demi kepentingan diri menyatakan sikap tidak menghormati Tuhan (Pkh. 5:1-3). Sikap ini dimulai dari hati yang tidak tertuju kepada-Nya (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" vsf="TB" ver="">4:17). Pernahkah Anda membaca tanda peringatan "Awas! Ada anjing galak!" Tanda ini diberikan agar tamu yang berkunjung hati-hati saat masuk rumah itu sebab penghuni rumah memelihara seekor anjing. Cara aman untuk memasuki rumah itu adalah dengan berjalan di samping tuan rumah. Kita pun memerlukan peringatan serupa agar tidak menimbulkan dosa (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" vsf="TB" ver="">5:5). Apabila kita sadar bahwa kita berjalan bersama dengan Tuhan maka kita akan menjadi lebih berhati-hati dengan sumpah, perkataan berlebihan dan semua tindakan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" vsf="TB" ver="">5:6).

Cara untuk menjaga perkataan dan tindakan kita memperkenan Tuhan adalah berjalan bersama Tuhan. Hiduplah dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan melihat dan mengawasi perkataan dan perbuatan kita meskipun Ia tidak hadir secara fisik.

Ingat: Alasi tiap perkataan dan tindakan atas pertimbangan yang cermat.

(0.91) (Pkh 10:1) (sh: Hikmat dalam praktek nyata. (Kamis, 18 Juni 1998))
Hikmat dalam praktek nyata.

Hal berhikmat itu tidak teoretis tetapi praktis. Berhikmat atau tidak akan terpancar ke dalam sikap dan perbuatan sehari-hari. Hikmat akan membuat orang tahu bagaimana berespons terhadap penguasa yang marah (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">4). Jika pemimpin tidak berhikmat ia akan menimbulkan kesalahan besar dalam salah menempatkan orang dalam posisi penting. Secara ironis pengkhotbah menyindir pemimpin yang tidak berhikmat (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">6-8). Bahkan dalam kerja sehari-hari pun nyata betapa pentingnya hikmat (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">9-11).

Hal yang patut. Hikmat berhubungan dengan sikap dan tindakan yang patut. Pertama, pengkhotbah menyinggung soal perkataan. Kata-kata orang berhikmat pasti membangun, hati-hati, bermanfaat; yang sebaliknya adalah kata-kata orang bodoh dan bebal. Kedua, para pemimpin maupun rakyat harus mengisi waktu dengan baik dan bertanggungjawab, bukan bermabuk-mabukan, bukan pula bermalas-malasan, bukan pula mengutuki orang.

Renungkan: Sikap dan perbuatan orang yang tanpa Tuhan di hati memerintah, bukan saja bodoh tetapi juga merusak hidup sendiri dan membahayakan hidup orang lain.

Doa: Betapa banyak orang tak berhikmat merusakkan dunia ini. Tolong GerejaMu agar mewujudnyatakan hikmatMu dalam perilaku kami sehari-hari, o Tuhan Yesus.

(0.90) (Pkh 1:1) (sh: Arti hidup (Rabu, 29 September 2004))
Arti hidup

Ada sebuah kisah tentang seorang misionaris tua yang pada masa mudanya mengembara ke berbagai negara di dunia ini untuk menemukan arti hidupnya. Akan tetapi, ia tidak memperoleh arti hidup yang dicarinya itu, sebaliknya ia justru "ditemukan" oleh Tuhan. Pada waktu Tuhan menemukannya misionaris itu pun mendapatkan arti hidupnya. Sekarang ia melayani Tuhan dan mendapati bahwa sebenarnya, arti kehidupan adalah jika kita berjalan dalam kehendak Allah.

Raja Solomo yang diyakini banyak penafsir Alkitab sebagai penulis kitab Pengkhotbah (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">1,12) menyatakan bahwa semua kegiatan manusia dan "gerakan" alam di dunia adalah kesia-siaan karena peristiwa itu merupakan aktivitas berulang yang membosankan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">3-7). Bahkan isi hikmat dan ajaran pengetahuan dunia ini merupakan pengulangan dari ilmu yang pernah ada sebelumnya dan yang pada akhirnya akan dilupakan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">9-11). Menurut Raja Salomo hal ini menunjukkan bahwa sesuatu yang mulia seperti hikmat dan pengetahuan dunia sekalipun tetap merupakan kesia-siaan dan tak dapat memahami hidup (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">8,18).

Kita perlu mengerti adanya keterbatasan-keterbatasan dalam hidup ini yang tidak mampu kita hindari, seperti kematian, proses menjadi tua, dsb. Maka kita pun harus mengetahui apa yang dapat kita kerjakan untuk dicapai dalam kehidupan ini. Kita mungkin beranggapan bahwa kesuksesan, kekayaan, kesehatan, paras cantik/tampan, kepintaran dan ketenaran dapat memberi kita kebahagiaan dan kepuasan dalam hidup ini. Namun, pandangan ini tidak selalu tepat sebab semua hal tersebut mungkin memberikan kita kelimpahan materi dan status sosial di masyarakat, tetapi belum tentu menghasilkan kebahagiaan dan kepuasan hidup yang benar. Sebaliknya, Tuhan Yesus menjanjikan damai sejahtera dan berkat yang "membuahkan" kebahagiaan serta arti hidup yang sesungguhnya, tersedia bagi siapa saja yang mau menerima-Nya dalam kehidupan ini (Yoh. 10:10).

Renungkan: Menikmati hidup tanpa Tuhan akan berakhir dengan kesia-siaan, sedangkan menjalaninya bersama Tuhan memperoleh damai.

(0.90) (Pkh 2:1) (sh: Menikmati hidup (Kamis, 30 September 2004))
Menikmati hidup

Pastor Henri Nouwen adalah seorang dosen di Universitas Harvard, Amerika yang sering menjadi pembicara dalam seminar di kalangan orang-orang terpelajar pada waktu itu, namun akhirnya ia meninggalkan semua kegiatan itu dan mengabdikan waktu, tenaga dan dirinya untuk melayani orang-orang yang mentalnya terbelakang di Belanda sampai ia meninggal di sana. Pastor Henri Nouwen memilih untuk menghambakan dirinya kepada Kristus dan tidak menerima pujian duniawi atas prestasi akademisnya itu.

Hal yang sama juga dirasakan oleh Raja Salomo, yaitu ia menilai semua hal yang dulu menjadi kebanggaannya telah dianggapnya sia-sia. Raja Salomo adalah seorang raja yang kaya-raya, terkenal, berhikmat serta telah menikmati semua keindahan dunia ini (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">1-10). Akan tetapi, baginya menikmati hidup bukanlah terletak pada harta yang berlimpah, keberhasilan mencapai prestasi tertentu, menjadi orang terpandai di dunia melainkan berdasarkan pada anugerah yang diberikan Tuhan untuk dapat menikmati "pahit-manisnya" hidup ini (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">24-25). Sebab semua usaha yang dilakukan manusia dengan susah-payah untuk meningkatkan keadaan hidupnya menjadi lebih baik pada akhirnya akan sia-sia karena ia tidak akan membawa keberhasilannya itu setelah ia meninggal (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">16-17). Manusia yang berjuang untuk menjadi lebih kaya pada akhirnya kekayaan yang dikumpulkannya itu akan diambil oleh orang lain yang tidak layak menikmatinya (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">18,21). Tuhanlah yang menentukan siapakah yang akan menikmati hasil kerja keras orang tersebut (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">26).

Banyak orang yang dalam hidupnya menetapkan sasaran tertentu sebagai syarat keberhasilannya, tetapi ketika tidak dapat meraihnya menjadi orang yang kecewa, sedih, putus asa dan menganggap Tuhan tidak adil. Sebaliknya, ada beberapa orang yang mampu menikmati hidupnya meskipun ia tidak sukses. Bagaimana dengan kita?

Renungkan: Orang yang dapat menikmati hidup ini adalah orang yang mampu bersyukur dan menerima segala anugerah yang Tuhan berikan kepadanya.

(0.90) (Pkh 4:1) (sh: Harus melakukan firman-Nya (Sabtu, 2 Oktober 2004))
Harus melakukan firman-Nya

Di dalam hidup ini ada tiga hal yang harus kita perhatikan dan bedakan dengan tepat: (a) apa yang ingin kita lakukan, (b) apa yang dapat kita lakukan, dan (c) apa yang harus kita lakukan. Kadang kita gagal membedakan ketiganya dan justru menggabungkannya. Kita lalai melakukan apa yang harus kita lakukan dan hanya memimpikan apa yang ingin kita lakukan (namun tidak dapat kita lakukan).

Iri hati dan ketidakpuasan bersumber dari selisih antara apa yang ingin kita lakukan dan apa yang dapat serta harus kita lakukan. Kita menggerutu karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa inilah yang dapat dan harus kita lakukan; kita tidak puas sebab kita membandingkannya dengan apa yang ingin kita lakukan. Firman Tuhan menyebut sikap seperti itu, "mengejar angin" yaitu suatu kesia-siaan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">4). Pengkhotbah mencatat suatu tindakan kesia-siaan yang lainnya di bawah kolong langit (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">7). Yaitu, seseorang yang "mengejar harta benda" (ingin kaya). Namun, ketika tua ia sadar bahwa ia tidak dapat menikmati kekayaannya itu. Sayang sekali, karena yang harus ia kerjakan di masa mudanya mungkin justru tidak dilakukannya. Sebenarnya semua ini bisa diubah. Kita mulai dari apa yang harus kita kerjakan. Yaitu, melakukan kehendak Tuhan. Saat kita bersedia mengerjakan kehendak Tuhan maka Tuhan akan memampukan kita melaksanakannya. Sehingga kita dapat mengerjakan kehendak Tuhan itu oleh karena, kita terus-menerus mencari kehendak-Nya.

Sewaktu muda seorang pendeta terkenal dari Amerika, Billy Graham menerima banyak tawaran untuk bekerja di bidang umum dan adakalanya beliau tergoda untuk mengalihkan hatinya dari panggilan Tuhan dalam hidupnya. Namun puji Tuhan, beliau setia pada panggilan-Nya dan akhirnya beliau menyadari bahwa tugas yang Tuhan embankan padanya adalah menjadi pemberita Injil. Itulah yang harus, dapat, dan, ingin dilakukannya! Bagaimana dengan kita?

Renungkan: Mulailah dari yang harus dilakukan, yaitu melaksanakan firman-Nya. Anda pasti dapat dan ingin melakukan yang terbaik.

(0.90) (Pkh 5:7) (sh: Persembahan yang merupakan Kejahatan (Kamis, 1 Desember 2016))
Persembahan yang merupakan Kejahatan

Sering kali kita berpikir tentang Allah berdasarkan pengamatan kita tentang gereja atau umat Allah. Umumnya, hampir semua gereja senang jika orang memberikan persembahan. Mungkin sebagian besar kita berpikir bahwa Allah pasti senang dengan semua persembahan, apalagi persembahan yang nilainya fantastis tanpa peduli apakah orang tersebut memberi dengan sikap hati yang benar atau tidak.

Pengkhotbah mengatakan: "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan kurban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat" (17). Mengapa ketika umat mempersembahkan kurban ia dikatakan berbuat jahat? Bukankah persembahan kurban merupakan sesuatu yang diwajibkan Taurat? Mazmur 51:18-19 memberikan jawaban tegas. Jika umat Allah mempersembahkan kurban, walaupun secara ritual sesuai dengan ketentuan hukum, tetapi tidak dengan hati yang bertobat, maka persembahannya tidak diperkenan Tuhan.

Selain itu, Pengkhotbah juga mengajarkan bahwa umat-Nya harus menjaga sikap hati saat menghadap dan menyembah Tuhan. Jangan pernah berpikir bahwa kita dapat menyenangkan hati Tuhan dengan uang, waktu, dan tenaga tanpa disertai hati yang benar, yaitu mengerti bahwa persembahan kita tidak layak untuk Tuhan dan apabila Tuhan mau menerimanya, itu pun adalah anugerah Allah semata. Persembahan yang tidak tulus dianggap Tuhan sebagai tindakan kejahatan terhadap kekudusan-Nya. Berapa banyak persembahan yang kita berikan dianggap Tuhan sebagai kejahatan?

Allah bukan manusia yang dapat disuap dengan persembahan mahal. Allah tidak berkenan menerima apa pun yang diberikan seseorang dengan hati yang tidak benar. Mari kita mengerti bahwa jika kita masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, lakukanlah dengan hati hormat dan takut akan Dia. [IT]

(0.90) (Pkh 7:1) (sh: Hikmat yang benar (Selasa, 5 Oktober 2004))
Hikmat yang benar

Abraham Lincoln harus melewati banyak kegagalan dan penderitaan sebelum akhirnya ia terpilih menjadi presiden Amerika Serikat ke-16. Bahkan ketika ia menjadi presiden, Amerika terancam perpecahan nasional dan berakhir dengan perang saudara. Meski demikian, di bawah pemerintahan Abraham Lincoln, Amerika berhasil disatukan kembali dan kini ia pun dikenang sebagai salah satu presiden Amerika terbaik.

Hikmat yang benar tidak tumbuh begitu saja dari pengetahuan manusia ataupun dari pembelajaran ilmu pengetahuan. Melainkan, hikmat yang benar muncul dari pengenalan secara pribadi manusia dengan Tuhan. Dalam kitab Pengkhotbah siapa saja yang memiliki hikmat yang benar ini diibaratkan seperti memperoleh harta warisan yang akan menjamin masa depannya (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">11). Manfaat hikmat yang benar menurut nas ini adalah: memampukan kita untuk mengerti persoalan kehidupan (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">10,12b), dan memberikan kita kesanggupan bagaikan kekuatan sepuluh penguasa kota (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">19). Meskipun demikian kita perlu belajar membedakan antara hikmat yang benar dan hikmat yang salah. Hikmat yang salah menyebabkan pemiliknya bersandiwara dalam kekehidupannya sehari-hari dan bertindak berlebihan dalam menangani suatu persoalan seolah-olah ia adalah seorang yang bijaksana. Akan tetapi segala perbuatannya itu justru menghasilkan kemalangan baginya dan bagi orang lain (ayat mengajukan+banyak+AND+book%3A21&tab=notes" ver="">15-17).

Pemimpin bangsa, tokoh agama, bahkan kita semua memerlukan hikmat yang benar. Seorang pemimpin memerlukannya untuk mengambil berbagai keputusan yang berpengaruh pada negara yang dipimpinnya. Sedangkan bagi tokoh agama hikmat ini dibutuhkan untuk menerangkan firman Tuhan bagi umat. Sebab, penafsiran firman Tuhan yang keliru mengakibatkan kehancuran terhadap pengikutnya dan mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia. Sementara itu, bagi kita hikmat yang benar diperlukan agar kita dapat mengerti kehendak Tuhan bagi hidup ini.

Renungkan: Hidup tanpa hikmat yang benar menyebabkan kerugian yang tak perlu.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA