Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 28 ayat untuk mendengar kabar pasti AND book:42 (0.002 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Luk 1:39) (sh: Perspektif dua perempuan pilihan Allah (Kamis, 25 Desember 2003))
Perspektif dua perempuan pilihan Allah

Perspektif dua perempuan pilihan Allah. Dua atau lebih perempuan berkumpul, gosip, atau kabar burung pasti menjadi topik hangat dalam kumpulan itu. Demikian penilaian sinis sebagian orang. Seharusnya penilaian ini tidak tercetus ketika perempuan-perempuan Kristen berkumpul. Justru mereka harus menepis anggapan tersebut dengan menunjukkan bahwa di mana mereka berkumpul, kemuliaan Allah terpancar dalam percakapan mereka.

Maria mengunjungi Elisabet kemungkinan untuk dua hal: (ayat 1). Maria ingin mengungkapkan kebahagiaan dan rasa kasihnya karena sepupunya Elisabet juga mengalami kasih karunia Allah, mengandung anak yang Allah persiapkan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias; (ayat 2). Untuk berbagi pergumulan, karena anugerah Allah atas dirinya. Dua perempuan itu bukan bertemu untuk memperbincangkan hal-hal negatif. Mereka berbagi sukacita dan pergumulan. Seharusnyalah perempuan-perempuan Kristen masa kini, belajar tentang perspektif dari Elisabet dan Maria, dua perempuan pilihan Allah.

Elisabet dan Maria adalah dua perempuan Allah yang bersyukur karena dipilih dan dipercayakan Allah untuk mengandung utusan-utusan Allah: Yohanes sebagai yang mempersiapkan jalan bagi Mesias, dan Yesus adalah Mesias yang akan menyelamatkan seluruh umat manusia. Tidak ada perasaan saling iri, dengki di antara mereka, justru mereka berbahagia karena menerima anugerah yang luar biasa yaitu dipakai Allah untuk melaksanakan rencana-Nya.

Hal menarik yang kita dipelajari dari Maria adalah bahwa kemuliaan yang ia peroleh adalah bentuk perhatian Allah kepada kaum yang lemah dan miskin. Bahkan perhatian-Nya juga meluas kepada seluruh umat Israel yang selama ini hidup dalam penindasan. Dari Maria kita belajar meluaskan wawasan, dan melihat berkat Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri.

Renungkan: Apakah sikap yang tepat terhadap orang yang diberkati Tuhan dan juga terhadap diri sendiri yang juga diberkati?

(0.74) (Luk 24:28) (sh: Kebenaran yang disingkapkan (Selasa, 25 April 2000))
Kebenaran yang disingkapkan

Kebenaran yang disingkapkan. Apa yang ditegaskan oleh "Yesus yang tidak mereka kenali" kepada kedua orang murid itu adalah mengenai Mesias dan berita tentang kebangkitan-Nya. Namun pertanyaan kedua murid itu adalah jika Yesus benar-benar bangkit bagaimana mereka dapat mengenali dan yakin bahwa itu adalah Yesus, jika mereka tidak melihat? Atau dengan pertanyaan lain bagaimana Yesus meyakinkan mereka bahwa Ia adalah Yesus? Yesus tidak menyatakan "Akulah Yesus" dengan kata-kata, namun dengan gerakan yang begitu khusus dan identik dengan diri-Nya.

Ketika Ia duduk makan, mengambil roti, mengucapkan berkat, memecah-mecahkannya, dan memberikan kepada mereka, maka terbukalah mata kedua murid itu (ayat 30-31). Mereka mengenali Yesus bukan dengan melihat tanda paku di pergelangan tangan, namun dengan melihat cara Ia memecahkan roti. Apa yang Yesus lakukan di hadapan mereka berdua serupa dengan dua peristiwa besar yang pernah Ia lakukan dahulu. Pertama ketika Ia memberi makan 5000 orang (lih. mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9:16). Kedua ketika perjamuan malam berlangsung (mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">22:14-23). Kemungkinan besar Kleopas dan temannya bukan saksi mata atas dua peristiwa itu. Namun mereka pasti sudah mendengar peristiwa itu dan percakapan Yesus setelahnya. Khususnya tentang pemberitaan bahwa Kristus mempersembahkan tubuh dan darah-Nya untuk menjadi tebusan bagi banyak orang.

Semua berita itu nampaknya tidak masuk akal bagi mereka, bahkan setelah kematian Yesus sekalipun. Baru ketika Yesus mengungkapkan bahwa Perjanjian Lama kaya akan nubuat, upacara keagamaan, dan lambang-lambang yang sebenarnya menunjuk kepada pengorbanan Mesias sebagai persembahan yang hidup, maka gerakan yang dilakukan Yesus membuat mata mereka terbuka dan mereka mengenali-Nya. Mereka segera kembali ke Yerusalem, bukan untuk berharap agar Yesus membuktikan bahwa Dialah Raja dan akan menyelamatkan Israel. Sekarang mereka ke Yerusalem karena mereka sudah tahu bahwa Yesus adalah Raja dan penebusan yang Ia kerjakan jauh melebihi kemerdekaan bangsa Israel yang mereka dulu idam-idamkan.

Renungkan: Iman dan pengharapan mereka sudah tertancap pada fondasi yang kuat yakni pengenalan akan Kristus yang bangkit. Bagaimana Anda meyakini bahwa Yesus adalah Juruselamat dunia?

(0.62) (Luk 18:1) (sh: Menantikan Kerajaan Allah (Kamis, 12 Maret 2015))
Menantikan Kerajaan Allah

Judul: Menantikan Kerajaan Allah
Sebelum kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus tahu bahwa dunia ini akan semakin tidak menghargai Allah, seperti pada masa Nuh dan Lot. Gereja akan seperti janda yang mengalami perlakuan buruk dari orang yang tidak percaya Tuhan (3). Sementara waktu kedatangan Kerajaan Allah tidak sesegera seperti yang diharapkan para murid. Lalu bagaimana murid Tuhan dapat bertahan dalam masa sulit itu?

Yesus mengajarkan bahwa murid-murid-Nya harus selalu berdoa (1). Bila mendengar uraian Yesus, tentu orang Farisi akan mengaminkannya karena mereka membanggakan diri sebagai orang yang tekun mendoakan kedatangan Kerajaan Allah. Walaupun yang mereka doakan adalah kerajaan yang akan diberikan sebagai upah atas ketaatan mereka kepada Allah. Maka perumpamaan kedua menyangkal anggapan mereka.

Yesus berkisah tentang dua pria yang datang ke Bait Allah untuk berdoa. Pria pertama adalah seorang Farisi, pria kedua adalah pemungut cukai. Mari kita perhatikan isi doanya. Orang Farisi berdoa dengan keyakinan bahwa dirinya benar (11-12). Sementara si pemungut cukai tahu bahwa ia berdosa sehingga tidak berani melihat ke surga. Ia hanya memohon pengampunan Allah atas doa-doanya (13). Inilah pertobatan sejati. Menurut Yesus, orang Farisi itu akan pergi dari Bait Allah sama seperti ia datang, sombong karena merasa diri benar, tetapi ia tidak diperkenan Allah. Namun si pemungut cukai akan dibenarkan Allah (14). Berikutnya, Yesus mengajarkan lagi satu karakteristik orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah, yaitu menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil (16-17). Anak kecil tidak memiliki apapun untuk diberikan kepada Allah dan akan menerima apapun yang diberikan kepadanya, dengan gembira dan tanpa curiga.

Setiap orang beriman menantikan saatnya Kerajaan Allah dinyatakan. Bukan dengan berpangku tangan melainkan dengan melipat tangan, berdoa. Bukan dengan sikap pongah dan merasa layak untuk masuk ke dalamnya, melainkan dengan rendah hati karena tahu bahwa sesungguhnya kita tidak layak.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.61) (Luk 24:6) (full: IA TELAH BANGKIT. )

Nas : Luk 24:6

Kebangkitan Yesus

(lihat cat. --> Mat 28:6)

[atau ref. Mat 28:6]

diperkuat oleh kenyataan berikut ini.

  1. 1) Kubur yang kosong. Jikalau musuh Yesus telah mencuri mayat-Nya, mereka pasti memperlihatkan-Nya untuk membuktikan bahwa Ia tidak bangkit. Jikalau murid telah mencuri mayat-Nya, mereka pasti tidak akan pernah mau mengorbankan nyawa dan harta milik mereka untuk apa yang mereka ketahui sebagai kebohongan. Kubur yang kosong menyatakan bahwa Yesus telah bangkit dan benar-benar Anak Allah.
  2. 2) Keberadaan, kuasa, sukacita, dan pengabdian gereja yang mula-mula. Jikalau Yesus tidak bangkit dan menampakkan diri kepada mereka, mereka tidak akan pernah berubah dari kemurungan kepada sukacita, semangat, dan pengharapan yang luar biasa (ayat Luk 24:52-53).
  3. 3) Penulisan PB. PB ditulis oleh orang yang memberikan nyawanya bagi kebenaran dan keadilan yang diajarkan oleh Yesus. Mereka pasti tidak akan pernah mau bersusah payah untuk menulis tentang seorang Mesias dan pengajaran-Nya jikalau pelayanan-Nya berakhir dalam kematian dan kekecewaan (lih. 1Kor 15:12-19).
  4. 4) Baptisan dalam Roh Kudus dan penyataan-penyataan yang menyertainya di dalam gereja. Fakta bahwa Roh Kudus telah dicurahkan pada hari Pentakosta sebagai suatu kenyataan yang dialami oleh orang merupakan bukti bahwa Yesus telah bangkit dan ditinggikan di sebelah kanan Allah (bd. Kis 1:3-5; 2:33). Jika Kristus tidak bangkit, tidak akan pernah ada pengalaman baptisan dalam Roh Kudus (bd. Yoh 16:7).
  5. 5) Berjuta-juta manusia sepanjang 2000 tahun terakhir yang telah mengalami kehadiran Yesus dan kesaksian Roh Kudus di dalam hati dan kehidupan mereka sendiri.
(0.61) (Luk 10:25) (sh: Hidup kekal dan kepedulian (Senin, 16 Februari 2004))
Hidup kekal dan kepedulian

Hidup kekal dan kepedulian. Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29).

Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia.

Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain.

Renungkan: Untuk dilakukan: Orang yang mempraktikkan kasih seluas kasih Allah menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah dan hidup kekal. Sikap dan tindakan apa yang harus kutumbuhkan agar aku menjadi sesama bagi orang-orang di sekitarku?

(0.61) (Luk 19:28) (sh: Impian dan kehancuran (Minggu, 9 April 2000))
Impian dan kehancuran

Impian dan kehancuran. Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (ayat 38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi.

Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda.

Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah?

Renungkan: Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 6: Yesaya 50:4-7 Filipi 2:5-11 Matius 21:1-11 Mazmur 22:1-11

Lagu: Kidung Jemaat 278

(0.61) (Luk 8:14) (full: TERHIMPIT OLEH KEKUATIRAN ... HIDUP. )

Nas : Luk 8:14

Kita yang percaya pada Yesus harus selalu berhati-hati agar kewajiban, kelimpahan, atau kenikmatan duniawi tidak akan mengasyikkan pikiran kita sampai kehidupan rohani kita dibinasakan sama sekali. Jenis duri atau rumput-rumputan ini dapat secara perlahan-lahan, namun pasti, menghimpit Firman itu dari kehidupan kita. Marilah masing-masing kita bertanya: Apa yang sedang terjadi dalam hidupku? Apakah saya semakin terpikat oleh hal-hal yang bersifat sementara dalam hidup ini? Ataukah, Firman Allah dan hal-hal sorgawi menjadi semakin penting sementara waktu berlalu?

(0.59) (Luk 14:1) (sh: Sejalan dengan sikap dan tindakan Allah (Rabu, 29 Maret 2000))
Sejalan dengan sikap dan tindakan Allah

Sejalan dengan sikap dan tindakan Allah. Masalah yang menyebabkan perbedaan pendapat Yesus dan orang Farisi tentang penyembuhan pada hari Sabat (ayat 1-6) sangat serius, karena fokusnya pada sikap Allah terhadap kebutuhan dan keselamatan manusia. Orang-orang Farisi berpendapat bahwa hormat bagi Allah dan bagi hukum-hukum-Nya adalah segala-galanya, sehingga umat-Nya tidak boleh bekerja pada hari Sabat. Setiap orang percaya pasti setuju dengan pendapat ini karena sesuai dengan firman-Nya. Namun, mereka menambahkan bahwa menyembuhkan orang pada hari Sabat adalah kerja. Karena itulah, maka penyembuhan yang dilakukan-Nya harus ditunda.

Sikap itu nampaknya merupakan bukti kekudusan, penyangkalan diri, dan dedikasi penuh kepada Allah. Tetapi Yesus mengkritik, dengan mempertanyakan apakah mereka akan menarik lembunya yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat. Mereka tidak dapat menjawab, karena pasti tidak akan membiarkan lembunya mati apabila harus menunggu hingga keesokan harinya. Jika demikian, mengapa harus membuat orang yang sakit busung air itu menunggu, sedangkan mereka tidak membiarkan lembunya menunggu?

Pertanyaan mereka tidak berhubungan dengan kemuliaan Allah, tetapi dengan kepentingan pribadi. Mereka berkeyakinan, jika mereka mentaati hukum Allah, mereka akan mendapatkan pahala dan diterima Allah untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Motivasi mereka: semakin berat peraturannya maka pahala mereka semakin banyak. Mereka pun mengizinkan menarik lembunya, karena jika lembunya mati mereka akan menderita kerugian. Namun jika penderita busung air itu tidak disembuhkan dan mati, mereka tidak menderita kerugian apa pun.

Sikap Farisi ini nampaknya menjadi sikap kebanyakan orang. Yesus menggambarkannya dengan dua perumpamaan. Di dalamnya tergambar orang yang selalu ingin mendapatkan kehormatan dan keuntungan bagi diri mereka sendiri (ayat 7-14). Yesus mengecam sikap yang demikian karena bertentangan dengan Hukum Kerajaan Allah dan menghalangi mereka untuk mendapatkan anugerah Allah (ayat mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">11, 14).

Renungkan: Sikap Kristen haruslah seperti Yesus di mana seluruh sikap dan tindakan terhadap manusia adalah sejalan dengan sikap dan tindakan Allah terhadap manusia.

(0.59) (Luk 15:1) (sh: Judul: Baca Gali Alkitab 1 (Rabu, 4 Maret 2015))
Judul: Baca Gali Alkitab 1
Apa saja yang Anda baca?

1. Siapakah para pendengar Yesus? Bagaimana tanggapan orang Farisi dan ahli Taurat melihat hal itu? (1-2)

2. Apa alasan pemilik domba serta perempuan pemilik dirham saat mengundang sahabat dan tetangganya? (4-6, 8-9)

3. Menurut Yesus, perumpamaan tersebut merupakan gambaran atas peristiwa apa (7, 10)?

4. Di tempat jauh, si anak bungsu mengalami titik balik sehingga ingin kembali kepada ayahnya. Apa yang ia sadari? Dengan sikap bagaimana ia mendekati ayahnya? (15-19, 21)

5. Bagaimana sikap si ayah ketika menerima kepulangan anak bungsunya? (20, 22-24)

6. Bagaimana sikap si sulung ketika tahu bahwa ayahnya berpesta bagi si bungsu? Bagaimana tanggapan si ayah? (26-32)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Apa yang diajarkan perumpamaan anak bungsu mengenai dosa, pertobatan, dan kasih Allah?

2. Bagaimana ketiga perumpamaan ini menjawab keberatan orang Farisi di ayat mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">2? Apa yang ingin Yesus ajarkan kepada orang Farisi di ayat mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">25-31?

Apa respons Anda?

1. Jika membandingkan perjalanan iman Anda dengan si anak bungsu, dimanakah Anda sekarang? Di rumah, di negeri jauh, baru sadar, dalam perjalanan kembali, atau sedang berpesta?

2. Pernahkah Anda seperti si sulung, merasa kecewa atas kasih Allah kepada orang yang Anda rasa tidak layak? Mengapa?

3. Apakah Anda pernah mengalami kasih Allah seperti kasih bapak kepada si anak bungsu dalam kisah ini?

Pokok Doa:

Agar orang-orang yang belum percaya kepada Yesus menerima kasih karunia Allah dan diselamatkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2015/03/04/

(0.59) (Luk 17:11) (sh: Bukti iman sejati (Jumat, 12 Maret 2004))
Bukti iman sejati

Bukti iman sejati. Orang yang benar-benar telah diselamatkan pasti menunjukkan kepekaan akan hal-hal rohani. Salah satunya adalah kepekaan akan anugerah yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hidupnya akan penuh ucapan syukur. Kesaksian-kesaksiannya bukan berpusatkan kepada dirinya sendiri dan apa yang sudah terjadi pada dirinya, tetapi kepada Allah dan apa yang Allah sudah lakukan atas dirinya.

Dari kisah ini jelas kita melihat siapa yang sungguh-sungguh beriman dan diselamatkan dan siapa yang tidak. Sepuluh orang kusta itu memang percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan mereka. Keyakinan mereka akan Yesus sungguh besar. Terbukti, bahwa ketika Yesus tidak secara langsung menyembuhkan mereka, melainkan menyuruh mereka memperlihatkan tubuh mereka ke imam-imam, mereka tanpa ragu segera pergi mencari imam-imam. Saat itulah mukjizat terjadi, tubuh mereka menjadi tahir (ayat 14).

Namun, di sini ceritanya terpecah. Hanya satu orang, yaitu orang Samaria (sembilan lainnya mungkin sekali orang Yahudi), yang setelah melihat dirinya sembuh memuliakan Allah dan kembali kepada Yesus untuk menyembah Dia. Orang Samaria ini kembali karena dia bukan hanya merasakan dan mengalami jamahan kuasa Tuhan tetapi menyadari akan anugerah-Nya. Oleh karena itu ia kembali untuk mengucap syukur. Yesus menegaskan kepada orang tersebut bahwa imannya sudah menyelamatkannya (ayat 19)!

Bagaimana dengan kesembilan orang lainnya? Rupanya bagi mereka yang penting adalah kesembuhan itu, bukan Tuhan yang menyembuhkan. Mereka merasakan mukjizat ilahi tetapi tidak merasakan jamahan anugerah ilahi. Sentuhan kasih ilahi tidak mereka sadari, oleh sebab itu respons mereka pun tidak ada.

Renungkan: Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah Allah pasti penuh pengucapan syukur. Itu adalah bukti nyata bahwa ia sudah menjadi milik Tuhan.

(0.58) (Luk 16:18) (full: BERBUAT ZINAH. )

Nas : Luk 16:18

Setiap orang yang menceraikan (atau meninggalkan) pasangan hidupnya karena alasan-alasan yang tidak berdasarkan Alkitab

(lihat cat. --> Mat 19:9),

[atau ref. Mat 19:9]

dan kemudian menikah lagi dengan orang lain, "berbuat zinah". Perkataan "berbuat zinah" ini dalam bahasa Yunani menunjukkan suatu tindakan yang terus-menerus; yaitu, selama pasangan yang tak bersalah dan diceraikan itu menginginkan dan berusaha untuk rujuk, maka pihak bersalah yang memasuki hubungan pernikahan dengan orang lain sebenarnya sedang hidup dalam suatu hubungan perzinahan. Karena Allah tidak menganggap pernikahan yang terdahulu itu telah dibatalkan, maka setiap hubungan lain adalah perzinahan seksual.

  1. 1) Persoalan moral yang utama dalam kasus ini adalah apakah pernikahan ulang dari pihak yang bersalah itu menyangkut pengabaian kewajiban-kewajiban ikrar nikah dan tanggung jawab orang tua kepada pernikahan pertama, yang masih dapat dipenuhi. Jikalau pasangan yang tak bersalah ingin rujuk, maka persoalannya sudah pasti. Pihak yang bersalah berbuat zinah apabila ia menikah dengan orang lain (bd. Mr 10:11-12).
  2. 2) Akan tetapi, jika pihak yang bersalah
    1. (a) tidak mungkin kembali kepada pernikahan pertama,
    2. (b) telah memasuki jenis hubungan pernikahan yang berzinah seperti yang digambarkan oleh Yesus, dan
    3. (c) bertobat dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah dan membuat suatu komitmen untuk membangun hubungannya sekarang atas dasar prinsip rohani, maka hubungan pernikahannya yang sekarang mungkin menjadi sah (yaitu, diterima oleh Allah).
(0.58) (Luk 2:2) (jerusalem: pendaftaran yang pertama kali) Harafiah: pendaftaran pertama. Pernah diusulkan terjemahan lain sebagai berikut: Pendaftaran ini melalui yang diadakan sewaktu Kirenius menjadi menjadi wali negeri Siria. Tetapi terjemahan ini sukar dipertahankan ini sukar dipertahankan mengingat tata bahasa Yunani. Keadaan historis sebenarnya sangat kabur dan tidak diketahui dengan baik. Kebanyakan penyelidik menempatkan pendaftaran yang diadakan Kirenius dalam tahun 6 Mas. Tetapi ini hanya berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Yosefus dan tepatnya keterangan ini sangat diragukan, bdkKis mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">5:37+. Keterangan yang paling dapat diterima adalah: Pendaftaran penduduk (yang diadakan sehubungan dengan pajak yang mau ditarik) yang disebutkan Lukas ini diadakan dalam tahun 8-6 seb. Mas., sebagai bagian pendaftaran yang diadakan di seluruh wilayah kekuasaan Roma; di Palestina pendaftaran itu diurus oleh Kirenius yang secara khusus ditugaskan untuk mengadakannya di situ. Adalah mungkin bahwa Kirenius menjadi wali negeri Siria antara tahun 4-1 seb. Mas. Kalau demikian maka Lukas dengan menyebutkan Kirenius hanya mau memberikan penanggalan secara umum saja. Sudah pasti Yesus lahir sebelum Herodes Agung mati (th. 4 seb, Mas.) jadi sekitar tahun 8-6 seb.tarikh Kristen yang ditentukan oleh Dionisius Exiguus (si Kerdil) dalam abad VI. Hanya Dionisius menghitung sedikit salah; lihat Luk 3:1+.
(0.58) (Luk 9:1) (sh: Siapa yang sungguh berkuasa? (Selasa, 23 Januari 2007))
Siapa yang sungguh berkuasa?

Judul: Siapa yang sungguh berkuasa? Sangkaan pribadi tidak selalu sinambung dengan realitas. Ketika kita menyangka diri kuat dan orang lain lemah, tidak jarang kenyataan membuktikan sebaliknya. Ironi kehidupan ini menyeruak ketika kita merenungkan nas ini.

Di satu sisi, Yesus yang kita temui sepanjang pasal mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1-8 jelas-jelas menunjukkan kuasa-Nya dalam berbagai wujud dan kesempatan. Kini, Ia pun memberikan kuasa kepada para murid untuk memberitakan Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang sakit (1-2). Bahwa mereka sebenarnya tidak berdaya ditandaskan Tuhan bahwa mereka harus mengandalkan keramahan penduduk kota yang mereka kunjungi dan tidak boleh membawa bekal (juga mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">10:4; tetapi lihat mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">22:36-37). Namun para murid menyandang otoritas Kristus sehingga menolak mereka berarti menolak Kerajaan Allah. Maka kedua belas murid yang sempat kurang beriman itu (bdk. mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">8:25) kini menjadi orang-orang yang berkuasa. Mereka bukan bangsawan, tetapi dipakai Allah untuk mewartakan Kerajaan-Nya. Sungguh suatu penghargaan yang besar!

Di pihak lain, Herodes adalah seorang raja, yang bahkan berkuasa untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Akan tetapi, kabar yang ia dengar tentang Yesus justru membuatnya gelisah dan makin penasaran ingin bertemu Yesus. Demikianlah kontras antara mereka yang menyambut Tuhan dan menyediakan diri dipakai oleh-Nya dengan orang-orang yang melawan kehendak dan karya-Nya. Kelihatannya mereka kuat, tetapi `kuasa' tidak lebih seperti perhiasan, hanya simbol bagi kesemuan kuasa mereka.

Fakta ini harus jadi penghiburan sekaligus cambuk bagi kita, orang-orang yang Tuhan utus untuk memberitakan kabar baik-Nya di Indonesia ini. Hanya jika kita setia kepada firman dan Sang Pengutus, kita akan terus menerus menerima kuasa untuk berkarya tanpa perlu takut-takut.

Renungkan: Sebagai utusan-utusan-Nya, kita menerima kuasa Tuhan, tidak seperti para penguasa dunia, sehebat apapun mereka. Karena itu beritakanlah Kabar Baik itu!

(0.57) (Luk 4:1) (sh: Melawan pencobaan (Senin, 5 Januari 2004))
Melawan pencobaan

Melawan pencobaan. Waktu Adam dan Hawa dicobai, mereka berada dalam kelimpahan dan kenyamanan hidup. Semua yang mereka butuhkan tersedia. Bahkan Allah senantiasa hadir menyertai mereka. Tetapi dalam keadaan serba tersedia, mereka tidak mampu menolak godaan Iblis, sehingga mereka berdosa. Bandingkan keadaan tersebut dengan Tuhan Yesus pada waktu Ia dicobai. Selama empat puluh hari lamanya Yesus berada di padang gurun yang kering dan panas. Tidak makan, sehingga Ia pasti sangat lapar. Dalam keadaan demikian Iblis datang mencobai Yesus.

Pencobaan pertama Iblis berkenaan dengan kuasa (ayat 2-4). Ia menantang Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Mudah bagi Yesus untuk melakukannya, tetapi Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya di dunia ini adalah dalam rangka ketaatan kepada Bapa.

Pencobaan kedua Iblis mengenai perbudakan materi (ayat 5-8). Iblis menawarkan suatu keadaan yang “berkecukupan” kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah dia. Yesus menolak kerajaan dunia yang berlimpah-limpah harta kemewahan dan kekuasaan karena dunia ini milik Allah, bukan milik Iblis. Lagipula Yesus mengetahui bahwa jalan Allah adalah melalui ketaatan kepada kehendak Allah.

Pencobaan ketiga mengenai “mencobai” Tuhan (ayat 4-12). Iblis memutarbalikkan firman Tuhan yang dikutipnya dari Mazmur 91:11,12 yang menyatakan bahwa Allah menjanjikan pemeliharaan atas hamba-Nya. Mencobai Tuhan artinya menuntut bukti dari Tuhan untuk dapat percaya. Hal itu sama saja dengan tidak mempercayai Tuhan.

Iblis mencobai Yesus. Oleh karena Yesus tetap pada pendirian-Nya yaitu setia pada panggilan-Nya, maka iblis mengundurkan diri sesaat.

Renungkan: Pencobaan-pencobaan seperti ini akan kita hadapi. Untuk menang terhadapnya kita harus memahami rencana Tuhan atas hidup kita, dan memiliki kemantapan akan tujuan hidup kita.

(0.57) (Luk 5:1) (sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004))
Dijala sebelum menjadi penjala

Dijala sebelum menjadi penjala. Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani.

Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5).

Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus.

Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya.

Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu.

(0.57) (Luk 6:12) (sh: Kuasa untuk pelayanan (Jumat, 12 Januari 2007))
Kuasa untuk pelayanan

Judul: Kuasa untuk pelayanan Doa adalah salah satu tema utama Injil Lukas. Yesus naik ke "bukit" untuk berdoa kepada Allah semalam suntuk (12), sebagai persiapan untuk memilih kedua belas rasul (13-16) dan untuk pelayanan selanjutnya, baik dalam pengajaran maupun penyembuhan orang sakit (18-19).

Kedua belas rasul dipilih dari antara sekian banyak murid yang mengikut Yesus (13). Mereka disebut "rasul," sebutan yang diberikan kepada orang yang diserahi tanggung jawab sebagai utusan dan saksi (bdk. Kis. 1:21-25). Mereka dipersiapkan untuk melanjutkan pekerjaan Yesus di dunia dan menjadi pemimpin umat Allah yang baru, menggantikan kepemimpinan para pemuka agama Yahudi yang tidak mengakui karya penebusan Allah di dalam Yesus. Pemilihan para rasul dilakukan di atas "bukit," suatu lokasi yang di dalam literatur Yahudi sering dikaitkan dengan penampakan Allah dan pemberian wahyu Ilahi. Itu berarti, mereka dipilih atas kehendak Allah, yang Ia nyatakan kepada Yesus melalui doa (bdk. mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">3:21-22; 5:16-17). Sesudah memilih kedua belas rasul, Yesus turun dari bukit bersama mereka (17a). Melalui doa, Yesus diurapi dengan kuasa untuk pelayanan-Nya, baik dalam mengajar maupun menyembuhkan orang-orang dari segala lapisan masyarakat (17b-19). Kata yang sama, "menyembuhkan," untuk penyakit fisik (18a) dipakai juga untuk pembebasan dari gangguan roh jahat (18b).

Bagi Lukas, kesehatan bukan hanya meliputi unsur fisik atau medis saja, tetapi juga unsur sosial dan spiritual. Orang yang sakit fisik atau dirasuk roh jahat bisa mendapat penderitaan lain, yaitu disingkirkan masyarakat. Kesembuhan mereka berarti pulihnya kembali status dan fungsi sosial mereka dalam keluarga dan masyarakat. Maka di dalam kuat kuasa Roh Allah, Yesus mematahkan kuasa iblis, musuh utama dari karya penebusan dan pemulihan Allah, seperti ditandaskan Lukas di ay. mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19: "dan semua orang itu disembuhkan-Nya."

Renungkan: Pelayanan yang disertai kuat kuasa Allah tidak terlepas dari ketekunan dalam doa.

(0.57) (Luk 6:17) (sh: Kebahagiaan vs nestapa (Sabtu, 17 Januari 2004))
Kebahagiaan vs nestapa

Kebahagiaan vs nestapa. Yesus datang untuk membawa kebahagiaan sejati kepada umat-Nya. Namun, kebahagiaan macam apa yang Yesus berikan? Orang banyak yang melihat kehebatan Yesus dalam hal menyembuhkan sakit penyakit, mengusir roh jahat, datang untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Namun, Yesus menunjukkan kepada mereka hal yang lebih fundamental.

Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atau pun kelepasan dari berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Kebahagiaan sejati adalah mengenal Allah dan kehendak-Nya, serta hidup di dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya. Itu bisa disimpulkan dari ayat mendengar+kabar+pasti+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20-23. Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, dan disalahmengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan.

Sebaliknya, seseorang boleh saja memiliki kekayaan, perut yang kenyang dan bisa tertawa puas karena puji-pujian palsu. Semua itu tidak akan menjadikannya berbahagia. Sesungguhnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang nestapa, karena mereka tidak akan bisa menikmati kekayaannya, mereka akan kelaparan, berduka dan menangis dan mendapatkan pujian hampa yang tidak memberi mereka apa-apa.

Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu antisipasi pasti untuk hidup yang kelak jauh lebih baik. Kebahagiaan itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup sekarang ini.

Renungkan: Apakah Anda bahagia? Apakah Anda yakin bahwa hidup Anda sekarang ini adalah hidup di dalam kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan hadir serta menyertai Anda?

(0.57) (Luk 6:43) (sh: Tuhan mengenal umat-Nya (Selasa, 20 Januari 2004))
Tuhan mengenal umat-Nya

Tuhan mengenal umat-Nya. Tanpa disengaja, sebutir telur ayam tercampur di antara butir-butir telur bebek yang dierami. Ketika telur-telur itu menetas si anak ayam mendapatkan dirinya dalam pelukan dan kasih sayang induk bebek. Namun ketika waktunya induk bebek mengajar anak-anaknya berenang akhirnya ketahuanlah bahwa ‘anak’ yang satu itu bukan bebek. Ayam adalah ayam, bebek adalah bebek. Perbedaannya keduanya sangat mendasar. Ayam bisa meniru gaya bebek, tetapi ia tidak dapat menjadi bebek.

Yesus memakai ilustrasi pohon untuk membedakan manakah orang Kristen sejati dan manakah yang palsu (ayat 43-44). Pohon yang baik pasti mengeluarkan buah-buah yang baik. Sebaliknya, pohon yang tidak baik akan menghasilkan buah-buah yang buruk. Demikian juga orang baik akan melakukan perbuatan baik karena di dalamnya (hatinya) hanya ada kebaikan, sedangkan orang jahat hanya melakukan kejahatan karena di dalamnya (hatinya) penuh kejahatan.

Yesus melanjutkan pula pengajaran-Nya dengan berkata bahwa orang baik adalah orang yang melakukan kehendak Allah, dan bukan sekadar menyebut-nyebut nama Allah (ayat 46). Orang yang baik itu adalah pelaku-pelaku firman Allah. Mereka diumpamakan sebagai orang-orang yang mendirikan rumah dengan fondasi batu. Rumah sedemikian akan bertahan menghadapi banjir air bah. Orang yang jahat, adalah orang-orang yang tidak melakukan firman Allah. Mereka seperti rumah yang dibangun di atas tanah tanpa fondasi yang baik. Rumah itu akan rubuh ketika banjir melanda (ayat 48-49).

Tuhan mengenal umat-Nya. Dia tahu mana yang sejati dan mana yang palsu. Yang palsu pada suatu hari akan terbongkar kepalsuannya, sama seperti rumah yang roboh. Yang sejati pada suatu hari akan nampak kesejatiannya, sama seperti rumah yang tegak berdiri.

Renungkan: Ukuran kesejatian seorang anak Tuhan terletak pada kesetiaan untuk terus menerus menghasilkan buah-buah kebenaran.

(0.57) (Luk 8:1) (sh: Kasih yang dialami dan dinyatakan (Sabtu, 15 Januari 2000))
Kasih yang dialami dan dinyatakan

Kasih yang dialami dan dinyatakan. Dalam tradisi Perjanjian Lama, -- bagi orang-orang Yahudi -- status dan kedudukan wanita berada di bawah kedudukan pria. Wanita adalah golongan masyarakat kelas dua, sebab tempat dan peran utama dipegang oleh pria. Tapi dalam perkembangan selanjutnya tradisi ini tidak lagi mutlak. Alkitab memaparkan tentang peran penting kaum wanita dalam keluarga, masyarakat, dan sejarah keselamatan. Meskipun demikian masih ada yang tetap berpegang pada tradisi ini hingga zaman Perjanjian Baru. Kaum Wanita tidak memiliki peluang untuk berkarya. Dalam perikop hari ini kita bertemu dengan beberapa wanita yang dilibatkan Yesus dalam pekerjaan-Nya. Yesus tidak pernah membedakan pria dan wanita, keduanya menjadi fokus pelayanan dalam misi keselamatan-Nya.

Dilibatkannya para wanita dalam misi pelayanan Yesus di beberapa desa dan kota kita belajar dua hal. Pertama, Yesus menepis anggapan yang mengatakan bahwa tidak ada kesempatan bagi kaum wanita untuk berkarya. Kedua, Yesus ingin menunjukkan bahwa wanita-wanita itu yang telah mengalami sentuhan kasih Yesus dan diselamatkan, akan mewujudkan kasih yang nyata dalam kehidupannnya yang baru. Sentuhan kasih dan keselamatan inilah yang telah mengubah mereka. Ungkapan syukur atas kasih dan keselamatan dari Allah itu mereka aplikasikan dalam wujud saling melayani. Setiap orang yang telah mengalami sentuhan kasih Allah dan diselamatkan pasti mengalami perubahan. Perubahan itu akan mendorong setiap orang yang telah merasakan dan mengalami kasih tak terselami dalam Kristus, untuk menyatakan kepada siapa pun yang ditemuinya betapa dalamnya kasih Kristus. Kerinduannya yang amat dalam membuat orang lain pun mengalami kasih Kristus.

Renungkan: Keselamatan yang Yesus anugerahkan kepada para wanita itu telah menghasilkan suatu perubahan dan menumbuhkan keyakinan iman yang luar biasa. Keyakinan akan keselamatan itu jugalah yang membawa diri mereka terlibat dalam pelayan Yesus. Kasih dan anugerah keselamatan dari Yesus, seharusnyalah membuat Kristen menyatakan perubahan dari hari ke hari dan makin mengleuarkan buah roh dalam setiap perkataan, pikiran, dan perbuatannya, serta mewujudkan anugerah keselamatan itu dengan terlibat serta dalam mendukung pelayanan Gereja dan masyarakat.

(0.57) (Luk 8:22) (sh: Keselamatan atas kuasa alam (Selasa, 18 Januari 2000))
Keselamatan atas kuasa alam

Keselamatan atas kuasa alam. Dalam sebuah perjalanan lewat udara, penumpang dikejutkan oleh pengumuman yang menghimbau aagar mereka duduk tenang dan segera mengenakan sabuk pengaman karena badai di udara. Keadaan yang terjadi di luar perkiraam itu menimbulkan kepanikan semua penumpang. Suasana tegang, gelisah, kuatir, dan takut bercampur menjadi satu. Seandainya salah satu penumpangnya adalah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda pun akan merasakan hal yang sama. Dalam suasana seperti ini sangat sulit untuk tetap bersikap tenang dan percaya bahwa keadaan dapat dikendalikan oleh awak pesawat yang handal dan tahu bagaimana cara mengatasinya.

Keadaan yang sama dihadapi para murid Tuhan Yesus ketika perahu yang mereka tumpangi dilandai angin taufan dan badai kencang. Pada saat itu mereka berada bersama-sama Yesus dan mereka tahu bahwa Dia berkuasa atas jagad raya, termasuk alam tetapi kepanikan dan ketakutan tenggelam melilit mereka. Titik lemah para murid dalam peristiwa ini muncul dalam keraguan mereka terhadap keyakinan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman mereka ditutupi oleh keraguan bahwa kekuatan dan keganasan alam tak dapat diatasi. Anggapan ini bukan saja telah mengesampingkan kuasa dan kedaulatan Yesus sebagai Tuan atas alam, tetapi juga peran-Nya sebagai Juruselamat atas hidup manusia. Para murid seharusnya percaya bahwa berada bersama Yesus memampukan mereka tetap bersikap tenang dan berpikir jernih menghadapi berbagai bentuk bencana, bukan sebaliknya. Bencana angin taufan itu hanyalah salah satu dari bencana-bencana lain yang pasti dialami dalam hidup selanjutnya.

Renungkan: Permasalahan yang dihadapi para murid sebenarnya masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita juga. Bencana alam dapat menimpa tanpa dapat diduga. Peristiwa terjadinya gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, air pasang dlsb. biasanya meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya manusia, yang tak mampu menahan amukan alam. Apapun bencana yang terajdi, kita tetap memiliki Tuhan yang berkuasa atas alam yang diciptakannya. Milikilah pengharapan di dalam-Nya, karena hanya Dia, Tuhan atas alam yang mampu memeberikan kedamaian dan ketenangan.



TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA