(1.00) | (Nah 1:7) |
(ende) Bagi orang jang pertjaja padaNja, Jahwe baik hati. Ia mengenal(=mentjintai, melindungi) orang itu, bila hukumanNja (bandjir jang sebak) menimpa seteruNja. |
(1.00) | (Nah 2:10) |
(ende) Habis penjerbuan tinggallah kelengangan sadja dan ketakutan pada orang jang masih tersisa. |
(0.99) | (Nah 2:8) |
(full: AIRNYA MENGALIR KE LUAR.
) Nas : Nah 2:8 Beberapa penafsir melihat suatu gambar yang jelas di sini tentang orang-orang yang melarikan diri dari kota, bagaikan air yang mengalir ke luar dari kolam. |
(0.99) | (Nah 3:15) | (jerusalem) Ayat-ayat ini membandingkan orang-orang Asyur (pedagang, prajurit, pegawai) yang menduduki negeri Yehuda dengan sekawanan belalang; hilangnya orang Asyurpun dibandingkan dengan hilangnya belalang. Nah 3:16 (seperti belalang... menghilang) sebaik-baiknya ditempatkan dalam Nah 3:17 (sesudah: matahari terbit). |
(0.97) | (Nah 3:4) |
(full: PERSUNDALAN ... SIHIR.
) Nas : Nah 3:4 Orang Asyur bukan saja amat kejam, mereka juga sangat dursila.
|
(0.97) | (Nah 1:11) | (jerusalem) Ayat ini ditujukan kepada Asyur |
(0.97) | (Nah 1:3) |
(full: TUHAN ITU PANJANG SABAR.
) Nas : Nah 1:3 Allah ingin memberikan kesempatan pada orang berdosa untuk bertobat (2Pet 3:9), tetapi kemurahan dan kesabaran-Nya itu ada batasnya; orang yang terus saja berbuat kejahatan akhirnya akan mengalami murka-Nya (bd. Rom 11:22). |
(0.97) | (Nah 1:9) |
(full: MENENTANG TUHAN.
) Nas : Nah 1:9 Orang Asyur sedang memikirkan cara-cara untuk membinasakan Yerusalem dan Yehuda, tetapi Allah tidak akan mengizinkan rencana mereka terlaksana. |
(0.96) | (Nah 2:11) |
(full: GUA SINGA-SINGA MUDA.
) Nas : Nah 2:11-12 Bangsa Asyur telah menjarah bangsa lainnya tanpa belas kasihan bagaikan singa yang mengoyak mangsanya. Mereka tidak mempunyai belas kasihan atau kemurahan bagi orang lain; kini mereka sendiri akan dijarah dan dibantai (ayat Nah 2:10). Yesus mengucapkan prinsip ini ketika mengatakan, "Barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang" (Mat 26:52; bd. Wahy 13:10). |
(0.96) | (Nah 3:1) |
(sh: Surga yang sunyi (Rabu, 18 Desember 2002)) Surga yang sunyiKetika manusia mengharapkan sebuah respons namun tak terbalas, kesunyian itu mulai mengerikan. Manusia masuk ke dalam misteri tak bertara, membuatnya takut, sedih, kadang murka. Bagaimana pula bila surga menjadi sepi, tiada lagi kata-kata Ilahi menjumpai yang insani? Manusia butuh penjelasan yang rasional. Ia butuh bahasa. Dalam bahasa, manusia menjejak di dalam dunianya.Habakuk pun membutuhkan kata dan fakta. Ia bertanya- tanya bak seorang yang gelisah, setengah memaksa. Setelah Yosia mangkat di Megido, Yoahas, anaknya, menggantikan dia. Namun, Nekho (raja Mesir) yang pro Asyur kemudian menangkap Yoahas dan melantik Yoyakim, anak Yosia yang lain untuk menjadi raja. Yoyakim pun naik menjadi rajaâ€â€dan kembali berhala-berhala Asyur ditegakkan di Yerusalem. Tragedi terjadilah. Kelaliman, ketidakadilan, penindasan, kekerasan, itu semua tak pernah lepas dari kerajaannya (Yer. 22:13-19). Menyaksikan itu semua, Habakuk berteriak, "Kekerasan!" Di mana Allah? Di mana keadilan? Mengapa Allah diam saja? Allah ternyata tidak berpangku tangan (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">5-11). Ketika mulut-Nya terbuka, bangsa-bangsa tercengang. Yahweh meminta Habakuk "melihat" dan "memperhatikan" keajaiban, suatu respons terhadap kejahatan yang "diperlihatkan" kepada Habakuk. Orang-orang Kasdim (Babel) akan datang seperti teror, menjadi alat Tuhan menghantam kelaliman. Orang-orang yang sombong akan menerima upahnya. Waktu berlalu dan pukulan Allah telah lewat. Surga kembali sunyi. Habakuk pun berteriak lagi (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">12-17). Harapannya sirna. Dalam kesunyian, Ia meminta Allah berbicara dan bertindak. Namun, respons Allah di luar dugaannya. Kekerasan dibalas dengan kekerasan yang lebih dahsyat! Bagaimana mungkin Allah menyapu Yoyakim dengan Kasdim yang begitu laknat? Bukankah Allah itu adil dan kudus, yang bebas dari hutang darah, bebas dari noda hitam? Namun, Allah berdiam diri (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">13). Manusia tak berdaya seperti ikan-ikan yang siap dipotong. Sebaliknya, Babel bersukacita.
Renungkan: |
(0.96) | (Nah 3:1) |
(sh: Setinggi-tingginya langit ... toh akan jatuh juga! (Selasa, 17 Desember 2002)) Setinggi-tingginya langit ... toh akan jatuh juga!Plesetan yang asal-asalan dari seorang teman ini ternyata mengena dengan apa yang dialami Asyur. Kekaisaran Asyur, negara adidaya dengan kekuatan militer yang sangat ditakuti waktu itu, jatuh semudah buah matang yang digoncang pelan (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">12). Nahum membandingkan Tebe, ibukota Mesir yang secara strategis punya pertahanan alami yang lebih kuat dari Niniwe dan dikelilingi daerah sekutu. Toh Tebe hancur juga di tangan Asyur, apalagi Niniwe. Nahum menyindir lemahnya para prajurit dan penduduk Niniwe (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">13a, 16-18) dan sia-sianya segala upaya mereka mempertahankan kotanya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">14-15). Niniwe jatuh, seperti jargon politik yang sering kita dengar, yaitu karena "pembusukan" pemerintahan kerajaan Asyur (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">16-18). Namun, tidak hanya itu. Ada sebab lain yang lebih mendasar: dosa Asyur dahsyat dan mengerikan! Asyur adalah bangsa yang terkenal kejam dan penuh tipu daya. Raja Asyur, Asyurbanipal (+ 668-627 SM), misalnya, dengan bangga menyatakan: "Dengan mayat para prajurit dan penduduk Elam aku membendung sungai Ulai. Selama tiga hari aku membuat sungai itu ... mengalirkan mayat mereka dan bukan air!" Kota-kota dijebak untuk mengikat perjanjian damai dengan Asyur, tetapi kemudian para penduduknya dijual sebagai budak. Penyembahan berhala juga marak di kota Niniwe (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">4a). Karena itu Allah bangkit melawan Asyur, mempermalukan dan menghancurkannya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">5-7). Tidak heran banyak orang yang bersukacita karena kehancurannya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">19) dan tiada yang meratapinya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">7). Nahum telah menubuatkan ini jauh-jauh hari (+ 50 tahun sebelum jatuhnya Niniwe +612 SM), pada saat jatuhnya Niniwe masih jauh dari bayangan banyak orang. Tetapi, berita Nahum terbukti benar. Allah akan terus bertindak di dalam sejarah, karena Ia adalah Tuhan semesta alam (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">13a). Karena itu, tiap orang yang percaya kepada Allah, tidak perlu takut kepada Asyur-asyur manapun, termasuk Asyur zaman ini.
Renungkan: |
(0.95) | (Nah 1:1) |
(full:
) Penulis : Nahum Tema : Kebinasaan Niniwe yang Menjelang Tanggal Penulisan: + 630-620 SM Latar Belakang Kitab nubuat yang singkat mengenai kebinasaan Niniwe yang akan datang ini ditulis oleh seorang nabi yang namanya berarti "penghiburan". Tidak diketahui apa-apa tentang nabi ini kecuali bahwa ia berasal dari Elkosy (Nah 1:1), sebuah kota kecil yang tempatnya tidak diketahui. Hieronimus percaya bahwa Elkosy terletak dekat Rama di Galilea, ada orang yang mengusulkan dekat Kapernaum, sedangkan yang lain lagi percaya letaknya di bagian selatan Yehuda. Mungkin sekali Nahum seorang nabi Yehuda karena kerajaan utara (Israel) sudah tidak ada lagi ketika kitab ini ditulis. Nahum memberitakan nubuatnya sebelum kejatuhan Niniwe pada tahun 612 SM. Dalam Nah 3:8-10 ia mengacu pada kejatuhan Tebes sebagai peristiwa yang lampau (terjadi pada tahun 663 SM). Jadi, nubuat Nahum disampaikan di antara 663 SM dan 612 SM, lebih mungkin dekat 612 SM, yaitu sementara masa pemerintahan raja Yosia dan gerakan pembaharuannya (+ 630-620 SM). Di zaman dahulu bangsa Asyur terkenal sangat kejam terhadap tawanan perang mereka. Setelah menyerbu sebuah kota, mereka tanpa mengenal ampun akan membantai ratusan orang dan mengangkut sisanya ke berbagai bagian kerajaan mereka; ketika menuju ke tempat pembuangan itu makin banyak lagi yang tewas akibat perjalanan berat dan sangat melelahkan (bd. Nah 3:3). Para pemimpin kota dan bangsa yang dikalahkan disiksa tanpa belas kasihan dan akhirnya dibunuh. Satu abad sebelumnya, Yunus diutus untuk berkhotbah di ibu kota Asyur, Niniwe. Untuk masa yang singkat orang Asyur bertobat dari dosa-dosa mereka, tetapi kemudian itu kembali ke cara hidupnya yang kejam. Allah memakai orang Asyur yang jahat ini sebagai pelaksana hukuman untuk membinasakan ibu kota Israel, Samaria, dan mengangkut kerajaan utara ke dalam pembuangan. Kini saat hukuman bagi Asyur sendiri menjelang dengan cepat. Tujuan Nahum mempunyai dua tujuan dalam kitab nubuat ini.
Survai Kitab Nahum terdiri atas tiga rangkaian ucapan ilahi yang terpisah terhadap Asyur, khususnya ibu kota Niniwe; ketiga ucapan ilahi ini sesuai dengan ketiga pasal kitab ini. Pasal membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">1 (Nah 1:1-15) berisi suatu uraian yang jelas dan terus-terang mengenai sifat Allah -- khususnya kemurkaan, keadilan, dan kuasa-Nya, yang menjadikan hukuman atas orang jahat pada umumnya dan kehancuran Niniwe khususnya tidak terelakkan lagi. Pasal membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">2 (Nah 2:1-13) menubuatkan hukuman Niniwe yang segera tiba dan melukiskannya dengan bahasa yang hidup. Pasal membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">3 (Nah 3:1-19) mencatat secara singkat dosa-dosa Niniwe, menyatakan bahwa Allah itu adil dalam hukuman-Nya dan mengakhiri dengan membayangkan hukuman yang telah dilaksanakan. Ciri-ciri Khas Tiga ciri utama menandai kitab Nahum.
Namun kitab ini berisi beberapa kata yang memberi harapan dan hiburan bagi Yehuda (mis. Nah 1:12-13,15). Penggenapan Dalam Perjanjian Baru PB tidak secara langsung memakai kitab ini. Satu-satunya ayat yang mungkin dikutip dalam PB ialah Nah 1:15, sebuah ayat yang dipinjam Nahum dari Yes 52:7. Paulus memakai kiasan "eloknya kaki" (TL) untuk menekankan bahwa sama seperti seorang pembawa berita dalam PL diterima dengan penuh sukacita oleh umat Allah ketika menyampaikan kabar baik damai sejahtera dan pembebasan dari musuh mereka, yaitu Asyur (Nah 1:15) dan Babel (Yes 52:7), demikian pula pengkhotbah perjanjian yang baru membawa kabar baik pembebasan dari belenggu dosa dan kuasa Iblis melalui Yesus Kristus (Rom 10:15). Kitab Nahum juga menggarisbawahi amanat PB bahwa Allah tidak akan membiarkan orang berdosa bebas dari hukuman (Nah 1:3). |
(0.95) | (Nah 1:1) |
(sh: Pembalas tapi sabar?! (Minggu, 15 Desember 2002)) Pembalas tapi sabar?!Kini kita sudah terbiasa dengan mengunyah permen yang sekaligus memberikan rasa manis, asam dan asin. Sayang, wawasan dan pemahaman kita tentang karakter Allah tidak seluas wawasan dan pemahaman kita tentang permen. Mungkin kita telah mempunyai pemahaman dan pengetahuan teologis yang benar dan seimbang tentang Allah, tetapi sering tidak berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, kita mengaku Allah itu mahaadil, kudus dan membenci dosa, tetapi tindakan kita sering memberi kesaksian bahwa seakan-akan Allah toleran dan tidak terganggu oleh berbagai dosa "kecil" yang kita lakukan. Nahum 1 memberikan gambaran tentang Allah yang seimbang. Pertama, Allah digambarkan sebagai Allah yang membalas, mendendam dan menghukum dengan penuh cemburu dan amarah kepada para musuh-Nya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">2-3). Kuasa-Nya atas alam semesta pun tidak tertandingi, sehingga orang tidak tahan menghadapi amarah-Nya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">3-6). Dan sepatutnyalah Asyur gentar, karena Allah akan menghabisi mereka (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">9-14). Tetapi, Yahweh juga panjang sabar (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">3). Ia juga baik, mau menjadi pelindung, dan mengenal orang yang berlindung kepada-Nya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">7-8). Ini terwujud terutama melalui perlindungan-Nya kepada Yehuda yang telah banyak menderita karena Asyur (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">15). Kegarangan hukuman-Nya atas penindas, muncul dari kasih-Nya yang besar dan adil bagi mereka yang tertindas (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">12). Ia pengasih, tetapi juga tegas dan adil!
Renungkan: |
(0.95) | (Nah 2:1) |
(sh: Ia juga berkarya melalui peristiwa seperti ini (Senin, 16 Desember 2002)) Ia juga berkarya melalui peristiwa seperti iniPada 612 SM kota Niniwe dihancurkan oleh koalisi pasukan Babel dan Media. Pasukan-pasukan ini, yang memang berseragam merah (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">3) maju menyerang dan berhasil masuk ke dalam kota (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">1, 3-5). Saat itu terjadilah kekacauan, ratapan, perendahan, dan kehancuran (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">7-10). Kekaisaran Asyur, yang para rajanya mempersamakan kekuatan militer mereka dengan kekuatan singa, telah kehilangan sarangnya (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">11). "Sarang singa" yang biasanya menampung "hasil terkaman" dari bangsa-bangsa lain yang menjadi korban (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">12), kini dijarah habis-habisan (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">9). Penduduk yang gagah berani pun, kini ketakutan dan lari meninggalkan kota mereka (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">8).Berita Nahum jelas. Di balik peristiwa yang menjadi tonggak sejarah besar zaman itu, Allah bertindak. Musuh utama Asyur bukanlah Babel ataupun Media, tetapi terutama Allah sendiri (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">13). Melalui pergolakan bangsa-bangsa, Allah melaksanakan maksudnya untuk menghukum, merendahkan, dan menghancurkan Asyur. Dan semua itu terjadi pula, demi dipulihkannya kebanggaan Yehuda, umat Allah yang juga telah sangat menderita karena penindasan Asyur (ayat membunuh+orang+AND+book%3A34&tab=notes" ver="">2). Kini berita-berita di berbagai media penuh dengan ulasan mengenai perang, kehancuran atau kejayaan suatu bangsa, negara atau daerah, dan berbagai pernik perpolitikan internasional dan ataupun kondisi sosial-politik bangsa kita. Segala manuver politik, ketakutan, amarah, ketidakpastian, krisis, plus berbagai analisa sebab-akibat yang rasional seakan-akan tidak menyisakan lagi tempat bagi kehadiran dan peran Allah sebagai Tuhan atas sejarah. Namun, bagi orang percaya yang kini makin dalam situasi terdesak, berita Nahum meneguhkan prinsip iman dan seharusnya menjadi penghiburan yang menyegarkan. Allah tidak lepas tangan dari berbagai peristiwa sejarah. Ia lebih kuat dan akan melawan kekuatan dunia manapun, yang mungkin penindasannya terasa lebih riil bagi Kristen daripada kehadiran Allah.
Renungkan: |