Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 79 dari 79 ayat untuk membentuk (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17) (Yeh 22:1) (sh: Kota berhutang darah (Sabtu, 8 September 2001))
Kota berhutang darah

Kota berhutang darah. Kota Yerusalem yang awalnya adalah sebuah kota kudus Allah, kini telah berubah menjadi kota yang banyak menginvestasi perbuatan haram. Tingkat kebejatan yang dilakukan oleh warganya sangat memalukan, sehingga kemesuman tersebut telah menjadi tontonan yang penuh ejekan dari negeri-negeri sekitarnya. Kemerosotan moral, etika, dan rohani masyarakat ini berawal dari kehidupan para pemimpinnya yang berlomba di dalam menumpahkan darah (ayat 6).

Allah menjadi muak dengan kriminalitas umat-Nya. Di tengah kesemrawutan yang ditimbulkan oleh dosa, Allah tetap dapat mendaftarkan kejahatan yang telah dianggap sebagai sebuah kebenaran. Mereka tidak segan-segan menghina orang tua. Tanpa mendengarkan suara hati, mereka menindas anak yatim dan janda. Tidak ada lagi orang yang mengindahkan hari kudus-Nya. Pemfitnah dan pemerkosa berkeliaran tanpa ditindak. Pekerjaan menerima suap dan penyembahan berhala sudah dihalalkan di mana-mana.

Umat-Nya yang kudus telah berubah menjadi umat bejat yang bersiap sedia menumpahkan darah. Allah tidak menahan hamburan murka-Nya lebih lama lagi. Tindakan pembersihan terhadap kenajisan ini bersifat transparans, sehingga orang yang tidak percaya pun dapat melihat disiplin yang dijalankan Allah atas umat-Nya.

Melalui uraian ini kita dapat mempelajari : [1] Allah menghendaki kehidupan yang suci dari umat-Nya. [2] Allah dapat melihat benang kusut masalah manusia langsung pada fokusnya, sehingga membentuk suatu daftar dosa dan pelanggarannya. [3] Allah mengecam disintegritas kesaksian para pemimpin umat. [4] Allah menghendaki pembaharuan terjadi setelah umat-Nya membuka telinga terhadap teguran-Nya.

Renungkan: Kristen yang hidup seharusnya adalah Kristen yang senantiasa berupaya menjalani hidup dengan integritas jati diri yang baru di dalam karunia Tuhan Yesus. Bila kita pernah berubah setia terhadap Tuhan sehingga hidup kita bejat, selagi matahari masih terbit dari ufuk timur, masih tersedia peluang bagi kita untuk membenahi diri. Namun tak seorang pun tahu kapan matahari tak terbit lagi, oleh karena itu jangan tunda lagi hari penyesalan dosa. Wahai Kristen, hiduplah sesuai identitas barumu di dalam Kristus!

(0.17) (Mat 8:18) (sh: Mengikut, percaya, motifnya apa? (Selasa, 18 Januari 2005))
Mengikut, percaya, motifnya apa?

Mengikut, percaya, motifnya apa? Beberapa peristiwa yang berurutan dicatat Matius dalam perikop ini. Dengan mudah dapat kita lihat bahwa pesannya masih menyambung perikop yang kita renungkan kemarin. Perikop ini mencatat peristiwa yang kembali menyangkut mukjizat (ayat 23-27), didahului oleh percakapan soal arti dan syarat mengikut Yesus (ayat 18-22). Jadi, peristiwa mukjizat itu adalah dalam rangka mengajar kita tentang arti mengikut Yesus.

Dua macam sikap orang dan dua macam respons Yesus tentang orang yang mengikut Dia, muncul dalam peristiwa pertama. Kepada yang ingin mengikut Dia, dengan tegas Yesus memintanya memperhitungkan konsekuensi menderita bersama Dia (ayat 20). Jangan mengira dengan mengikut Yesus ia akan mendapat keuntungan besar. Kemungkinan besar motivasi ahli Taurat ini justru mencari pengaruh sosial melalui Yesus. Kepada murid-Nya sendiri yang perhatiannya terbagi dua oleh urusan keluarga, Yesus menuntut sikap mendahulukan-Nya di atas semua urusan lain (ayat 22).

Melalui peristiwa ini kita disadarkan bahwa mengikut dan percaya Yesus secara mutlak tanpa motivasi salah adalah hal yang patut kita berikan kepada Yesus. Ia sungguh patut menerima ketaatan dan kesetiaan mutlak itu sebab Ia adalah Tuhan yang berdaulat atas anasir-anasir alam (ayat 23-27). Dalam perikop yang akan kita pelajari esok, anasir-anasir jahat yang membahayakan hidup manusia pun tunduk oleh kuasa-Nya (ayat 28-34). Dia adalah Tuhan atas segala-galanya.

Kepada orang-orang yang ingin mengikut Dia, Yesus dengan sabar dan kasih menegur mereka dan membentuk komitmen mereka. Ia ingin agar para pengikut-Nya bermotivasi benar, berkomitmen kuat, dan memercayai Dia dengan sungguh dalam mengikut Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.

Responsku: Tidak ada hal yang tidak dapat ditundukkan Yesus oleh wibawa-Nya. Aku ingin ikut dan dekat Dia selalu agar Ia sepenuhnya hidup dalam hidupku.

(0.17) (Mat 26:47) (sh: Yesus pegang kendali (Senin, 29 Maret 2010))
Yesus pegang kendali

Judul: Yesus pegang kendali
Kemenangan di taman Getsemani dan fokus-Nya pada salib telah membuat Yesus dapat mengendalikan segala situasi menyangkut penangkapan-Nya. Hal ini tercermin dari sikap, perkataan, dan tindakan-Nya yang lugas dalam menghadapi situasi tersebut.

Yesus pertama-tama tidak tertipu oleh ciuman pengkhianatan Yudas (ayat 50). Sebaliknya Yesus menolak upaya Petrus yang impulsif untuk membela diri-Nya dengan cara kekerasan (ayat 51-52; lih. Yoh. 18:10). Penolakan Yesus untuk dibela bukan karena Dia tidak punya kuasa untuk membela diri (ayat 53). Ia menolak dibela karena inilah cawan yang harus Ia minum. Inilah cara yang Bapa pakai untuk menggenapi rencana keselamatan-Nya bagi manusia berdosa (ayat 54). Yesus berani menantang para penangkap-Nya bahwa mereka tidak akan mampu ataupun berkuasa untuk menangkap Dia kecuali atas izin Allah (ayat 55; lih. Mar. 14:48-49). Yohanes mencatat bahwa para penangkap-Nya sempat tergetar jatuh oleh wibawa Yesus saat itu (Yoh. 18:6). Terhadap tuduhan bahkan saksi dusta yang diajukan oleh mahkamah agama, Yesus tetap fokus pada misi-Nya. Bahkan Ia sudah melihat kemenangan-Nya, yang kelak akan berdampak penghakiman pada mereka yang menolak percaya (ayat 64).

Berbeda dengan Yesus yang begitu siap, para murid-Nya justru gagal. Mereka gagal karena tidak berharap kepada Bapa dalam doa sehingga akhirnya tergoncang iman. Mereka melarikan diri dengan meninggalkan Yesus seorang diri menghadapi pengadilan Mahkamah Agama Yahudi.

Kita tidak bisa meneladani Yesus untuk mati di salib menyelamatkan manusia berdosa. Namun kita bisa meneladani sikap-Nya yang mantap melakukan kehendak Allah walau harus menanggung pengkhianatan dan penganiayaan dari pihak musuh. Kita bisa menyatakan kesetiaan kita pada-Nya dengan ambil bagian dalam pelayanan untuk memberitakan karya keselamatan-Nya yang sudah tuntas kepada mereka yang masih dibelenggu dosa.

(0.17) (Mat 28:1) (sh: Kuasa kebangkitan Kristus (Minggu, 4 April 2010))
Kuasa kebangkitan Kristus

Judul: Kuasa kebangkitan Kristus
Kematian Yesus pasti mendatangkan kekecewaan bagi sebagian murid yang memiliki pengharapan mesianis yang keliru. Mereka merasa Yesus sudah kalah dan gagal untuk menyelamatkan bangsa Yahudi. Kematian Yesus juga menimbulkan dukacita yang mendalam bagi yang lainnya, yaitu para perempuan yang begitu mengasihi dan setia melayani Dia selama ini. Kasih tersebut telah mendorong mereka pada hari yang ketiga dari kematian Tuhan Yesus untuk menengok, meminyaki, dan merempah-rempahi jenazah-Nya. Justru mereka kemudian menjadi saksi kebangkitan Tuhan Yesus.

Sama seperti kedahsyatan kuasa Allah dinyatakan saat kematian Kristus, melalui gempa bumi yang hebat dan kebangkitan orang-orang kudus, demikian juga saat kebangkitan Sang Juruselamat terjadi gempa bumi yang hebat (ayat 2). Malaikat Tuhan muncul menggulingkan batu penutup kubur Yesus, sekaligus menjadi saksi kebangkitan-Nya. Melalui malaikat tersebut, para perempuan yang datang ke kubur mendengar kabar baik tersebut dan kemudian menjadi saksi buat para murid lainnya bahwa Yesus benar-benar sudah bangkit (ayat 8). Yesus pun kemudian menampakkan diri kepada para murid-Nya (ayat 9-10) untuk meneguhkan iman mereka karena melalui merekalah dunia harus mendengar pemberitaan akan kebangkitan Kristus. Hal ini terjadi karena tradisi Yahudi waktu itu tidak memperbolehkan seorang perempuan Yahudi menjadi saksi.

Zaman sudah berubah, tidak lagi ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Setiap orang yang sudah mengalami kuasa kebangkitan Kristus dipanggil untuk menjadi saksi kuasa-Nya yang mengubah manusia berdosa menjadi anak-anak Allah. Sudahkah Anda mengalami kuasa kebangkitan Kristus dalam hidup Anda? Dapatkah orang lain melihat Kristus yang bangkit nyata dalam hidup Anda yang mengubah karakter Anda semakin hari semakin menyerupai Kristus?

(0.17) (Mrk 1:1) (sh: Yohanes Pembaptis (Senin, 13 Januari 2003))
Yohanes Pembaptis

Yohanes Pembaptis. Dengan mengutip kitab Perjanjian Lama, Markus memberi indikasi bahwa kedatangan Yesus sudah dinantikan sejak lama. Tanda-tanda kedatangan-Nya secara rinci dinubuatkan. Kedatangan-Nya ditandai dengan hadirnya seorang pendahulu, Yohanes Pembaptis. Ia mempersiapkan jalan bagi Yesus. Bagaimana Yohanes mempersiapkan jalan? Dengan memberitakan tobat untuk pengampunan dosa (ayat 4). Dengan pertobatan, jalan Mesias dipersiapkan. Tugas ini Yohanes lakukan sepenuh hati, giat dan rajin. Yohanes bekerja keras. Buktinya? Khotbah-khotbah pertobatannya menjangkau orang- orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem (ayat 5).

Istilah 'seluruh' dan 'semua' menunjuk pada semua lapisan dan tingkat sosial masyarakat. Mereka memberi respons pada pemberitaan Yohanes. Sebagai tanda kelihatan dari respons tersebut mereka dibaptis. Bukti lain bahwa Yohanes melakukan tugas dengan sepenuh hati terungkap dalam ayat 6. Yohanes tidak dipusingkan oleh urusan-urusan pakaian dan makanan. Berita tentang kedatangan Yesus lebih penting daripada perkara-perkara materi. Yohanes berkhotbah bukan untuk memperkaya diri. Khotbahnya adalah pelayanan kepada Yesus, bukan sarana cari uang. Apa lagi? Khotbah Yohanes berfokus pada Yesus. Yohanes tidak mengajarkan prinsip agama dan moral hasil penemuannya. Yohanes tidak membentuk suatu komunitas militan yang setia dan taat padanya. Yohanes mengarahkan mereka kepada Yesus (ayat 7). Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih tinggi dan mulia. Baptisan yang dilakukannya lebih rendah dari baptisan yang dilakukan Yesus (ayat 8). Sentralitas Yesus terlihat jelas melalui perbuatan dan perkataan Yohanes. Hidup Yohanes menunjuk pada Yesus.

Renungkan: Kepada siapakah hidup kita menunjuk? Siapa atau apa yang terungkap bila orang lain melihat hidup kita? Sebagai orang yang sangat mengasihi Yesus?

(0.17) (Mrk 8:14) (sh: Belajar dari kehidupan (Senin, 17 Maret 2003))
Belajar dari kehidupan

Belajar dari kehidupan. Dunia Mediterania secara tradisional memikirkan manusia dengan apa yang disebut para antropolog sebagai "zona-zona interaksi" dengan dunia sekitarnya. Tiga zona itu membentuk pribadi manusia, dan ketiganya muncul dalam Injil-injil:

[1] Zona emosi yang mencakup kehendak, intelek, penilaian, kepribadian, dan perasaan.

[2] Zona ekspresi-diri, mencakup komunikasi, khususnya pengungkapan diri. Ini adalah aktivitas mulut, telinga, lidah, bibir, tenggorokan, dan gigi (berbicara, mendengar, bernyanyi, mengutuk, menyumpah, bernyanyi, menangis, dst.).

[3] Zona tindakan yang bertujuan adalah zona tingkah laku eksternal atau interaksi dengan lingkungan. Ini adalah aktivitas tangan, kaki, dan jari (berjalan, duduk, berdiri, menyentuh, dst.).

Dalam bacaan kita hari ini, ketiga zona tersebut muncul (ayat 17- 19). Para murid Yesus lupa membawa roti dan Yesus memperingatkan mereka agar tidak tercemar ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Yang dimaksud Yesus tentu adalah agar para murid jangan sampai jatuh ke dalam ketidakpercayaan orang Farisi yang mencari tanda dan juga Herodes (lih. Luk. 23:8). Iman mereka harus dikedepankan.

Dalam ayat 17, Yesus berbicara tentang "hati yang degil", yaitu, ketidakmampuan untuk berpikir dan memahami dan menilai secara benar, biasanya disebabkan karena kehendak yang keliru. Dalam ayat 18, Yesus berkata-kata tentang mata yang memberikan informasi kepada hati, telinga yang belajar dari orang lain, dan hati yang seharusnya mengingat. Ayat 19 menunjuk ke zona tindakan tangan-kaki. Ketika Markus menulis tentang ketiga zona ini, ia berbicara tentang pengalaman manusia secara keseluruhan. Belajar dari kehidupan berarti melibatkan seluruh bagian diri kita untuk menjadi wadah anugerah Allah.

Renungkan: Seluruh kehidupan adalah sebuah sekolah untuk mempelajari tanda anugerah Allah.

(0.17) (Luk 11:1) (sh: Bagaimana berdoa? (Kamis, 17 Februari 2011))
Bagaimana berdoa?

Judul: Bagaimana berdoa?
Dwight L. Moody, penginjil terkenal abad kesembilan belas, pada suatu kali berkhotbah kepada anak-anak di Edinburgh, Skotlandia. Untuk menarik perhatian mereka, ia mengajukan sebuah pertanyaan, "Apa itu doa?" Tanpa diduganya, banyak tangan-tangan kecil yang teracung. Jadi Moody meminta seorang anak kecil untuk menyampaikan jawabannya. Dengan lugas, anak lelaki itu menjawab, "Doa adalah menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah untuk hal-hal yang sesuai dengan kehendak-Nya, dalam nama Kristus, dengan mengakui dosa-dosa kita dan mengucap syukur atas belas kasihan-Nya."

John Calvin memahami doa sebagai percakapan dengan Allah Bapa, yaitu pencurahan hati kepada hadirat Allah. Melalui doa kita menyampaikan keinginan, keluhan, kecemasan, ketakutan, pengharapan, dan sukacita kita ke dalam pangkuan Allah. Doa merupakan pencurahan emosi hati yang terdalam, yang dipaparkan secara terbuka di hadapan Allah.

Dalam bacaan hari ini, dikisahkan tentang percakapan para murid dengan Tuhan Yesus. Para murid meminta Yesus mengajari mereka berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.

Merespons permintaan itu, Yesus memberi jawaban yang kita kenal sebagai "Doa Bapa Kami." (2-4, bnd. Mat. 6:9-13) Jawaban Yesus kepada para murid-Nya mengandung tiga aspek penting. Yang pertama adalah isi (2-4). Yesus mengajarkan tentang memuji Tuhan, selanjutnya tentang mengajukan permohonan kepada Dia. Dengan terlebih dahulu memuji Allah, kita akan dibawa ke dalam suatu pemahaman yang tepat untuk mengutarakan kepada-Nya apa yang menjadi kebutuhan kita. Kedua, ketekunan, seperti seorang sahabat yang kemalaman (5-10 bnd. 1Tes. 5:17; Kol. 4:2). Ketiga, kesetiaan Allah, seperti kasih bapa kepada anak-anaknya (11-13). Atas dasar inilah maka John Calvin dalam bukunya, Institutio, mengajukan empat aturan dalam doa, yaitu adanya rasa hormat, bertobat, kerendahan hati, dan pengharapan yang pasti. Selamat berdoa sesuai formula yang Tuhan Yesus ajarkan.

(0.17) (Kis 8:4) (sh: Masih ada manusia lama (Sabtu, 28 Juni 2003))
Masih ada manusia lama

Masih ada manusia lama. Kitab Kisah Para Rasul dapat pula kita sebut Kisah Karya Roh Kudus sebab pemeran utama kisah dalam kitab ini sebenarnya adalah Roh Kudus, bukan para rasul. Roh Kudus memakai para rasul untuk melaksanakan pekerjaan-Nya dan bukan sebaliknya. Para rasul tidak memakai Roh Kudus untuk mencapai tujuannya. Sangat disayangkan karena Simon, salah seorang petobat baru di Samaria, tidak memahami hal ini. Ia mengira, ia bisa membeli karunia Roh Kudus agar ia pun dapat melakukan mukjizat seperti para rasul. Simon sangat keliru!

Walau Simon telah bertobat dan mengikut Filipus dalam pelayanannya, ia masih membawa manusia lamanya. Alkitab mencatat bahwa sebelum pertobatannya, Simon adalah seseorang yang merasa diri "sangat penting" (Kis. 8:9). Bahkan orang lain pun memandangnya dengan takjub dan memanggilnya, "Kuasa Besar" (Kis. 8:10), berhubung kekuatan sihir yang dimilikinya. Dengan kata lain, sebelum bertobat, Simon terbiasa menjadi pusat perhatian dan kekaguman orang di sekelilingnya. Sudah tentu setelah bertobat, Simon tidak lagi bisa dan tidak boleh bergaul dengan kuasa gelap dan itu berarti tamatlah riwayat sihirnya. Sekarang Simon tidak lagi "berkuasa" dan rupanya di sinilah letak persoalannya. Ia tidak terbiasa menjadi orang biasa dan tetap rindu menjadi orang besar sampai-sampai ia berani membayar para rasul untuk memberinya kuasa Roh Kudus. Syukurlah, ia masih mau mendengar teguran Petrus yang keras itu.

Perjalanan hidup kita, dari titik pertobatan sampai berjumpa kembali dengan Kristus kelak, merupakan sebuah proses pengudusan yang panjang. Tuhan akan terus membentuk kita agar makin serupa dengan-Nya.

Renungkan: Orang yang kudus adalah orang yang menyadari bahwa rohnya penurut namun dagingnya lemah; itu sebabnya ia terus berdoa dan berjaga-jaga.

(0.17) (Kis 15:35) (sh: Sikap menghadapi konflik (Rabu, 25 Mei 2005))
Sikap menghadapi konflik

Sikap menghadapi konflik
Konflik dapat dialami semua orang maupun kelompok. Dampaknya biasanya akan menghancurkan persatuan. Itu sebabnya, konflik dianggap negatif oleh sebagian orang. Meski demikian, terjadinya konflik tidak selalu menunjukkan siapa benar siapa salah. Lalu, apa yang harus kita lakukan jika terjadi konflik dalam kerjasama tim pelayanan?

Konflik antara Paulus dan Barnabas dalam perikop ini terjadi setelah mereka berjuang bersama mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Persahabatan dan kerjasama mereka dengan dasar kasih Kristus telah teruji melewati waktu. Namun, mereka tetap mengalami konflik mengenai perbedaan prinsip menghadapi rekan sepelayanan yang pernah mundur (lihat 13:13). Akibatnya mereka berpisah dan mengambil jalannya masing-masing (ayat 15:39). Sayang, Paulus dan Barnabas tidak mengatasi konflik di antara mereka dengan baik sebagaimana mereka menyelesaikan permasalahan di jemaat Antiokhia (ayat 15:22). Meski demikian, Tuhan mengizinkan hal ini terjadi supaya Injil justru tersebar lebih luas lagi. Kitab Kisah Para Rasul tidak menceritakan apa yang terjadi dengan pelayanan Barnabas dan Yohanes Markus kemudian. Namun, di dalam beberapa surat Paulus kita menemukan Yohanes Markus kembali melayani bersama dengan Paulus (Kol. 4:10; 2Tim. 4:11). Sedangkan Paulus membentuk tim pelayanan yang baru bersama Silas dan diutus jemaat Antiokhia untuk melanjutkan pekabaran Injilnya (Kis. 15:41).

Apabila konflik terjadi maka yang perlu dilakukan adalah: Pertama, berdoa mohon kepekaan dari Tuhan supaya kita melihat masalah dengan benar. Kedua, jangan menyerang pribadi pihak lawan. Ketiga, libatkan orang yang dewasa rohani untuk menjadi penengah. Keempat, berinisiatiflah untuk menyelesaikan konflik itu.

Doaku: Ya Roh Kudus, sucikanlah hatiku agar ketika aku terlibat konflik, motivasiku terdalam adalah tetap untuk menyenangkan Tuhan.

(0.17) (Ef 2:13) (sh: Apa yang Kristus lakukan bagi kita? (Kamis, 10 Oktober 2002))
Apa yang Kristus lakukan bagi kita?

Apa yang Kristus lakukan bagi kita? Sekarang Paulus menjelaskan bagaimana Allah telah mendekatkan mereka dengan-Nya dan menjadikan mereka satu umat. Perseteruan Allah dengan mereka dan antara mereka dengan Israel telah dirubuhkan oleh kurban darah Kristus yang tercurah di kayu salib. Perseteruan telah didamaikan. Kristulah kurban damai perseteruan antara manusia dan Allah dan sesama (ayat 14). Tidak hanya tembok pemisah antara manusia dan Allah yang rubuh, tetapi tembok pemisah antara etnis Yahudi dan etnis-etnis nonYahudi pun dihancurkan.

Bagaimana Kristus melakukannya? Paulus menjelaskan tiga hal yang dikerjakan Kristus di kayu salib (ayat 15-16). [1]. Yesus membatalkan hukum Taurat (ayat 15). Selain membatalkan hukum-hukum yang memisahkan Yahudi dan nonYahudi seperti hukum sunat dan makanan halal/haram, Yesus juga membatalkan fungsi Taurat sebagai jalan keselamatan. Tetapi fungsi Taurat sebagai hukum bagi umat Allah tetap berlaku sebagai petunjuk hidup baru. [2]. Tuhan Yesus menciptakan satu umat yang baru (ayat 15). Semua etnis Yahudi atau nonYahudi dipersatukan menjadi satu umat di dalam dan oleh Yesus. Namun ini tidak berarti bahwa Yahudi dan nonYahudi bersatu membentuk etnis ketiga atau hilangnya etnis Yahudi dan nonYahudi. Etnis Yahudi tetap Yahudi, etnis nonYahudi tetap nonYahudi. Yang dibatalkan adalah ketidaksetaraan di hadirat Allah. [3].Yesus mendamaikan etnis Yahudi dan nonYahudi dengan Allah (ayat 16). Sekarang umat yang telah didamaikan Kristus disebut sebagai kawan sewarga (ayat 19), dan anggota kerajaan Allah yang hidup di bawah pimpinan dan hukum-hukum Allah. Umat yang didamaikan ini juga disebut keluarga Allah (ayat 19). Sebagai anggota keluarga Allah secara otomatis, relasi antaretnis pun diungkapkan dengan istilah ‘saudara’. Selanjutnya, umat yang didamaikan itu juga disebut sebagai tempat kediaman Allah (ayat 21-22).

Renungkan: Jika ada perintang yang kita biarkan menghalangi penghayatan kita sebagai warga kerajaan Allah, sebagai suatu keluarga Allah, kita sedang menghinakan kurban kematian Kristus.

(0.17) (1Yoh 2:12) (sh: Cinta dunia atau cinta Allah? (Senin, 1 Desember 2003))
Cinta dunia atau cinta Allah?

Cinta dunia atau cinta Allah? Yohanes memberi peringatan kepada orang Kristen tentang adanya ancaman yang dapat merusak persekutuan dengan Allah, yaitu cinta kepada dunia. Yohanes memberi dua alasan. Pertama, bahwa kasih pada dunia tidak berasal dari Allah (ayat 16). Dunia yang dimaksud bukanlah bumi yang kita huni, juga bukan manusia yang tinggal di bumi. Dunia menurut Yohanes adalah semua hal yang melawan Allah. Kedua, bahwa dunia yang dikasihi manusia tidak bersifat kekal (ayat 17). Sungguh merupakan kebodohan jika kita mengasihi hal-hal yang tidak kekal. Akan tetapi manusia tidak menyadarinya. Manusia lebih mencintai hal yang kelihatan yang bersifat sementara.

Bagaimana karakteristik cinta dunia? Yohanes menyebutkan tiga ciri khas cinta dunia:

[1] keinginan daging. Perlu dipahami bahwa wajar dan manusiawi jika manusia memiliki keinginan. Masalah timbul jika keinginan bercampur dengan daging membentuk keinginan daging. Istilah daging dalam ayat 16 menunjuk pada semua hal yang menentang Allah. Misalnya, keinginan seksual. Keinginan tersebut tidaklah keliru, yang keliru adalah jika perwujudan keinginan tersebut bertentangan dengan kehendak Allah. Keinginan seksual hanya boleh dilakukan dalam koridor perkawinan;

[2] keinginan mata. Misalnya, mata melihat milik orang lain dan menginginkannya. Mata membangkitkan nafsu rakus. Jika nafsu berahi dan nafsu rakus bersatu akan mengarah pada dosa perselingkuhan;

[3] keangkuhan hidup. Hidup adalah karunia Tuhan, tetapi ketika hidup disandingkan dengan keangkuhan ia menjadi dosa. Keangkuhan hidup merupakan pernyataan penolakan kehadiran Allah. Manusia angkuh melihat benda, properti, uang, karir cemerlang yang dimilikinya adalah prestasi bukan berkat Allah. Manusia angkuh merasa tidak perlu bergantung pada Allah dalam hidupnya.

Renungkan: Jika kasih pada Allah sudah mulai dingin, maka ini menjadi tanda bahwa kita sudah mengasihi dunia ini.

(0.17) (1Yoh 3:1) (sh: Anak-anak Allah (Kamis, 4 Desember 2003))
Anak-anak Allah

Anak-anak Allah. Manusia yang percaya pada Yesus mendapat status dan posisi baru. Sekarang mereka tidak disebut musuh Allah, melainkan anak-anak Allah. Status baru ini terjadi semata-mata karena kasih Allah yang besar (ayat 1). Apa akibat status baru ini? Pertama, dunia tidak mengenal kita (ayat 1). Jika orang-orang yang percaya kepada Kristus (gereja) mengalami penderitaan di dunia, kita tidak perlu heran, karena dunia tidak pernah menerima Yesus Kristus sebagai Anak Allah sehingga mereka juga menolak kita, para pengikut Yesus. Namun, penderitaan dan penganiayaan yang orang-orang Kristen alami justru merupakan bukti nyata bahwa kita adalah benar anak-anak Allah.

Kedua, menjadi seperti Kristus (ayat 2). Setiap orang yang percaya pada Yesus akan menjadi seperti Yesus. Jadi seperti nyatanya Yesus, demikianlah nyatanya orang percaya menjadi anak-anak Allah.

Ketiga, hidup suci (ayat 3). Menjadi anak-anak Allah merupakan dorongan bagi orang percaya untuk hidup seperti Yesus. Pergumulan dan persoalan hidup, seharusnya membuat kita bergantung sepenuhnya kepada Yesus. Hal ini tentu semakin membentuk orang percaya menjadi serupa dengan Yesus. Inilah hidup suci yaitu hidup yang tidak pernah lari dari pergumulan dan persoalan hidup.

Keempat,tidak ada dosa (ayat 6). Di dalam Yesus tidak ada dosa. Sehingga setiap orang yang percaya pada Yesus pun demikian. Lebih tegas dikatakan dalam ayat 9 bahwa setiap orang yang lahir dari Allah tidak berbuat dosa. Ayat 8 dan 10 juga mengutarakan hal yang senada. Sebaliknya, berbuat dosa menjadi bukti bahwa ia tidak berada dalam Yesus. Namun, bagi anak-anak Allah kemungkinan untuk berbuat dosa dan tidak berbuat dosa sangat terbuka. Sampai Yesus datang kedua kali, maka anak-anak Allah hidup di dalam ketegangan di antara dua kemungkinan tersebut.

Renungkan: Jika kita berbuat dosa berarti persekutuan dengan Allah sedang terganggu, segera bertobat!

(0.17) (1Yoh 4:7) (sh: Kasih tanda kehadiran Allah (Minggu, 10 Desember 2000))
Kasih tanda kehadiran Allah

Kasih tanda kehadiran Allah. Allah adalah sumber kasih. Dialah kasih itu sendiri, tiada kasih di luar Diri-Nya. Berarti tidak ada yang memiliki kasih kecuali ia ada di dalam Dia dan sebaliknya seorang yang ada di dalam Dia pasti memiliki kasih.

Apakah tidak ada tanda lain selain kasih? Memang benar bahwa kita tidak dapat mengatakan dengan mutlak bahwa tidak ada tanda lain selain kasih, namun adakah yang lebih dari pada kasih? Tidak ada! Kebaikan, kemurahan, kesabaran, kesediaan menolong, kepedulian, dan kejujuran; semuanya ini tak akan berarti tanpa kasih. Seorang dapat berbuat baik kepada orang lain sebatas respons balik dari orang tersebut sesuai dengan harapannya. Berbeda halnya dengan seorang yang melakukannya karena kasih, apa pun respons objek kasihnya tidak akan mengubah kasihnya. Ia dapat mengasihi karena ia telah hidup dalam sumber kasih, yang tidak akan pernah berhenti mengalir. Demikianlah kasihnya akan terus mengalir menjadi berkat bagi orang lain, karena kasihnya tidak bergantung kepada dirinya sendiri yang terbatas, namun kepada Allah yang tidak terbatas.

Menghadirkan kasih Allah dalam hidup sehari-hari memang membutuhkan proses yang panjang. Dalam proses ini kita seringkali mengalami kekecewaan karena mendapatkan respons yang tidak seimbang. Tetapi bila kasih Allah ada dalam kita, kekecewaan itu tidak mampu membendung kita untuk kembali belajar mengasihi. Kasih itu pula yang membentuk karakter dan kepribadian kita, tidak lagi memikirkan diri sendiri, tetapi bagaimana menyatakan kasih Allah agar semakin banyak orang mengenal Dia melalui kita. Kasih-Nya menjadi sempurna dalam kita jika kita berani percaya dan membuka kehidupan kita di hadapan-Nya. Karena kita telah menjaga kehidupan kita benar, kita pun tidak takut menghadapi penghakiman- Nya.

Renungkan: Kita sungguh-sungguh anak-anak Allah bila kita mau mengasihi walau tanpa respons seimbang.

Bacaan untuk Minggu Advent 2

Yesaya 40:1-5, 9-11

2Petrus 3:8-14

Markus 1:1-8

Mazmur 85

Lagu: Kidung Jemaat 434

(0.15) (Est 6:1) (sh: Tangan Tuhan yang tidak kelihatan (Selasa, 26 Juni 2001))
Tangan Tuhan yang tidak kelihatan

Tangan Tuhan yang tidak kelihatan. Hidup kita mungkin dapat diibaratkan sebagai tenunan yang terjalin dari benang-benang suram dan cerah, saling merajut membentuk suatu gambaran kehidupan. Seringkali kita tidak dapat melihat keindahan rajutan ini secara utuh, dan seringkali kita juga tidak dapat menyadari bahwa di tangan Sang Perancang, benang-benang suram adalah sama pentingnya dengan benang-benang yang cerah untuk menghasilkan tenunan yang indah. Kisah Ester yang kita baca hari ini akan membantu kita memahami karya dan rencana Tuhan yang indah di balik peristiwa-peristiwa yang kita alami.

Rentetan peristiwa kisah Ester ini tidaklah terjadi secara kebetulan, ada tangan Sang Perancang yang merajut dengan satu tujuan yang pasti di balik semuanya. Dalam pasal 6 ini Sang Perancang mulai merajutkan benang- benang cerah dan membuat suatu titik balik dari kekalahan (pasal 1-5) menuju kemenangan (pasal 7-10) yang ditandai dengan ketiga hal berikut: (1) Tuhan menggelisahkan hati raja (6:1-3); [2] Tuhan merendahkan Haman orang Amalek dan meninggikan Mordekhai (6:4-11); dan [3] Tuhan membuat hati Haman beserta keluarga dan sahabatnya diliputi kegentaran (6:12-14). Titik balik kemenangan ini semata-mata bukanlah disebabkan oleh jasa dan upaya Mordekhai, tetapi karena alasan yang sama seperti saat Musa mengangkat tangannya dan mengalahkan bangsa Amalek (bdk. Kel. 17 : 8-16). Kemenangan ini disebabkan karena ada "Tangan di atas panji-panji Tuhan!", "Tuhan berperang melawan Amalek turun-temurun". Tuhan Raja di atas segala raja dengan cara yang tidak terlihat memelihara dan memberikan kemenangan bagi umat-Nya yang menderita, dalam kesetiaan-Nya.

Mungkin kita tidak dapat mengerti ataupun melihat adanya jalan keluar bagi kemelut bangsa kita, namun kita perlu meyakini bahwa Tuhan tidak mengabaikan langkah iman yang kita ambil. Ia dengan tangan-Nya yang tak kelihatan dapat melakukan serangan terselubung dan menghancurkan sendi-sendi kekuatan mereka yang mengancam kita.

Renungkan: Pernahkah Anda mengalami peristiwa demi peristiwa yang mengarahkan Anda pada suatu titik balik yang mengubah situasi dan kehidupan Anda? Kemanakah arah pergerakan itu, seperti Haman atau Mordekhai? Bagaimana Anda meresponinya? Bercerminlah di hadapan Allah dan mohonkanlah tuntunan-Nya!

(0.15) (Mzm 98:1) (sh: Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi (Sabtu, 13 April 2002))
Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi

Kasih dan keadilan Allah dinyatakan bagi seluruh bumi. Mazmur ini mengumandangkan pokok yang terus-menerus dominan dalam mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja. Mazmur ini pun menyatakan keadilan dan kebenaran sebagai inti kebijakan Allah yang akan Allah jalankan atas seisi dunia (ayat 2,9). Kebenaran ini menjadi sumber sukacita kemenangan sebab Tuhan telah mengalahkan kejahatan. Paduan suara manusia dan seluruh alat musik yang mengiringi tidak cukup untuk memuji kasih setia dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dikerjakan oleh Raja dan Pencipta segala sesuatu. Perlu seluruh ciptaan untuk meresponi keajaiban kasih setia Allah tersebut (ayat 7-8).

Ajakan ini secara progresif meluas cakupannya. Mulai dengan jemaat yang ada di bait Allah (ayat 1-3), kemudian meluas bagi seluruh manusia di bumi (ayat 4-6); dan kemudian mengumandang bagi seluruh ciptaan (ayat 7-8). Seperti halnya dengan mazmur pujian lainnya, mazmur ini menunjuk pada fakta konkret hal-hal yang telah Allah buat di masa lampau (ayat 1-3). Bila kita menengok ke sejarah Israel, dua perkara besar dalam kehidupan umat dalam Perjanjian Lama adalah Keluaran dan kepulangan mereka dari pembuangan. Keduanya adalah tindakan penyelamatan yang bertujuan agar Allah menjadi nyata di seluruh bumi. Karya Allah berkelanjutan ke masa kini (ayat 4-6), dan masih akan memuncak di masa yang akan datang (ayat 7-9). Oleh karena Allah memerintah seisi semesta, membentuk dan mengendalikan sejarah, maka patutlah pujian bagi-Nya pun bersifat kekal dan semesta.

Mazmur ini mempersiapkan masa penggenapan keselamatan dari Allah di dalam diri Yesus Kristus. Hanya di dalam Yesus Kristuslah semua ciri penyataan kebesaran Allah dan keluasan penyelamatan Allah terpenuhi sempurna. Demikian juga, hanya melalui Kristuslah kita dimungkinkan memuji Allah dan mengambil bagian dalam pujian kekal semesta bagi Allah.

Renungkan: Jikalau Anda sudah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi, maka Anda adalah bagian dari “bangsa-bangsa” dan “ujung bumi” yang melihat karya penyelamatan Allah (ayat 2,3). Adakah Anda termasuk juga di antara paduan suara semesta yang menyembah dan memuji kasih setia Allah di antara sesama Anda?

(0.15) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Pujian dan ketaatan (ayat 2). Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.15) (Yer 14:1) (sh: Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga (Kamis, 21 September 2000))
Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga

Jangan hanya mendengar yang menyenangkan telinga. Allah kembali melarang Yeremia berdoa untuk bangsa Yehuda yang sedang dilanda kekeringan panjang dan sangat hebat (1-6). Sebab mereka sangat senang mengembara dan tidak menahan kakinya. Karena itulah Tuhan tidak berkenan kepada mereka dan akan mengingat serta menghukum segala dosa mereka. Disamping itu Allah juga akan menghabisi mereka dengan perang, kelaparan, dan penyakit sampar (12). Namun berdasarkan pengamatannya, Yeremia mendapati bahwa nabi-nabi lain yang ada di Yehuda justru mewartakan berita lain. Para pemimpin rohani ini terus-menerus berkhotbah bahwa bangsa Yehuda tidak akan mengalami perang dan kelaparan, melainkan damai sejahtera dari-Nya akan senantiasa beserta mereka (13). Allah menyatakan secara tegas bahwa semua janji tentang damai sejahtera dan hidup berkelimpahan itu adalah omong kosong belaka (14). Hukuman berupa bencana dan malapetaka yang hebat itu sudah ditentukan dan tidak dapat dibatalkan atau ditunda. Bahkan apabila pahlawan rohani terbesar Israel yaitu Musa dan Samuel berada di tengah-tengah mereka, Allah tidak akan pernah membatalkan hukuman itu (15:1-2). Jadi Allah tidak pernah mengutus nabi-nabi lain itu. Jadi apa yang diwartakan oleh mereka adalah kebohongan besar.

Zaman sekarang pun Kristen senang sekali mendengarkan khotbah-khotbah yang 'pop' dan menyenangkan telinga. Tema-tema yang disukai oleh kebanyakan Kristen masa kini adalah hidup berkelimpahan tanpa susah payah; berkat tanpa perjuangan; keberhasilan tanpa penderitaan; pembangunan nasional tanpa keadilan sosial; atau jaminan pemeliharaan Illahi tanpa kekudusan hidup secara pribadi. Ajaran yang enak di telinga tidak akan membentuk kehidupan kita, tetapi hanya meninabobokan. Seringkali hanya enak didengar tapi realitanya tidak semudah dikatakan. Realitanya pergumulan tetap ada dan perjuangan iman pun tetap harus diteruskan. Jadi jika kita mendengar khotbah-khotbah dengan tema-tema seperti di atas, maka dapat dipastikan bahwa pengkhotbah itu bukanlah utusan Allah dan berita yang ia wartakan bukan berasal dari Allah.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pekerja rohani janganlah berusaha menjadi pengkhotbah 'populer'. Dan jika Anda adalah warga jemaat, janganlah mendengarkan khotbah-khotbah seperti itu.

(0.15) (Yun 1:1) (sh: Tuhan belum selesai (Kamis, 13 Desember 2001))
Tuhan belum selesai

Tuhan belum selesai. Bagi orang Israel, Niniwe merupakan simbol kekejaman bangsa Asyur. Ke sanalah Tuhan mengutus Yunus untuk memberitakan peringatan Tuhan, peringatan yang membukakan peluang bertobatnya bangsa yang kejam itu.

Bagaimana respons Yunus? Menolak dan tidak rela! Ia berbalik arah dan pergi berlayar menuju Tarsis. Ia mengira dapat melarikan diri dari Tuhan. Bukankah ini suatu perkiraan yang keliru? Jika Yunus tidak rela melaksanakan tugas dari Tuhan, Tuhan pun tidak rela Yunus berbalik arah. Ia segera bertindak. Ia mengirimkan badai, yang oleh masyarakat saat itu diyakini sebagai akibat dosa terhadap Tuhan. Lalu, para pe-numpang kapal memutuskan untuk mengundi siapakah yang bertang-gung jawab atas malapetaka ini. Undian jatuh pada Yunus dan ia pun mengakui dosanya. Ia meminta mereka melemparnya ke laut agar ben-cana ini berlalu. Yunus berpikir, inilah akhir perjalanan hidupnya: be-rangkat sebagai nabi yang dipakai Tuhan, berakhir sebagai pelarian yang dibuang Tuhan; sekali lagi perkiraan yang keliru. Tuhan malah mengi-rimkan seekor ikan besar untuk menyelamatkan Yunus dari kematian.

Melalui perikop ini, kita belajar dua hal. Pertama, mata Tuhan tertuju pada semua bangsa, tidak hanya pada satu bangsa. Berbeda dengan kita yang selalu mengarahkan mata hanya kepada orang-orang tertentu; biasanya yang kita sukai, hormati, dan baik kepada kita. Tidak mudah untuk membagikan kasih Tuhan kepada orang yang tidak kita sukai, tidak kita hormati, dan tidak baik kepada kita. Tuhan meminta Yunus, dan juga kita, untuk mengasihi mereka yang tidak layak kita kasihi. Kedua, Tuhan belum selesai dengan kita. Diri kita adalah seum-pama bangunan yang masih belum selesai. Tuhan akan terus membentuk kita meski kadang kita melawan-Nya. Seperti Yunus, kita pun masih diberikan kesempatan menerima uluran tangan-Nya. Adakalanya Tuhan harus mengirimkan "badai" untuk menyadarkan kita. Tetapi, di tengah badai sekalipun, Ia tetap mengirimkan "ikan" untuk menyelamatkan kita.

Renungkan: Tuhan ingin agar kita memiliki mata-Nya dan hati-Nya. Maukah kita masuk ke dalam proses belajar mengasihi? Mari kita menyediakan diri kita senantiasa untuk dibentuk oleh Tuhan.

(0.15) (Yoh 15:1) (sh: Tinggal dalam Yesus (Sabtu, 1 April 2006))
Tinggal dalam Yesus

Judul: Tinggal dalam Yesus

Dalam Perjanjian Lama, Israel disebut sebagai kebun anggur milik Allah yang dipelihara dan dijaga oleh-Nya, namun ternyata Israel menghasilkan buah-buah anggur yang tidak manis (Yes. 5:1-7). Israel gagal menyenangkan Allah karena mereka memilih untuk bersekutu dan berselingkuh dengan dewa dewi bangsa-bangsa kafir.

Yesus mengajarkan kepada para murid, bahwa Dialah Pokok Anggur yang benar, Israel yang sejati yang memuaskan hati Allah. Kini para murid Yesus, yaitu cikal bakal gereja (band. Mat. 16:18) dipilih Allah untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya, yaitu hidup yang menjadi berkat untuk sesama manusia. Untuk itu, gereja dan setiap orang Kristen harus bergantung penuh kepada Yesus seperti rantingranting tinggal dalam Pokok Anggur yang benar (Yoh. 15:5). Gereja hanya mungkin berhasil kalau tetap melekat sebagai ranting kepada Pokok Anggur itu dan menerima kehidupan dari-Nya. Di luar Kristus, gereja tidak memiliki daya apa pun untuk bertumbuh dan tidak akan mampu menghasilkan buah, bahkan gereja akan mati sehingga tidak memiliki fungsi apa pun selain dibuang dan dibakar (ayat 5-6). Ibarat rantingranting yang melekat pada Pokok Anggur, gereja yang tinggal dalam persekutuan yang hidup dengan Kristus dan menjadikan-Nya sebagai pusat hidupnya pasti akan menghasilkan "buah-buah" yang berkenan di hadapan-Nya (ayat 1-2). Sebab Allah Bapalah yang memelihara pertumbuhannya dan membersihkan penghalang ranting-ranting ini berbuah.

Bagaimana caranya orang Kristen dapat tetap melekat pada sumber kehidupan, yaitu Kristus? Dengan membiarkan firman-Nya menjadi pusat hidupnya (ayat 7). Gereja dan orang Kristen yang demikian akan menghasilkan buah-buah rohani dan perbuatan baik yang memuliakan Allah. Apa pun yang dilakukan gereja dan orang Kristen, sesuai dengan janji Kristus, maka doa-doanya akan terkabul (ayat 7b).

Renungkan: Gereja dan orang Kristen yang hidup dan berbuah adalah mereka yang berpusatkan Kristus.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.08 detik
dipersembahkan oleh YLSA