Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 260 ayat untuk maut (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.24) (Ibr 2:10) (sh: Imam Besar yang menang dan berhasil (Rabu, 20 Juli 2005))
Imam Besar yang menang dan berhasil

Apakah salah satu hal yang paling ditakuti manusia? Kematian. Manusia takut mati karena dosa-dosanya menghantuinya. Manusia takut mati karena ia menyadari bahwa kematian fisik bukan akhir segala-galanya. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar rohnya yang kekal masih menghadapi kemungkinan maut kekal, yaitu hukuman kekal yang diberikan Allah atas semua perbuatan dosanya selama hidupnya di dunia ini.

Oleh kehendak Allah, Tuhan Yesus menderita untuk membebaskan manusia dari hukuman kekal tersebut. Ia menderita bahkan sampai mati, supaya melalui kematian-Nya Ia mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (ayat 14-15). Tuhan Yesus datang sebagai manusia supaya Ia boleh mewakili manusia dalam menghadapi maut. Kemanusiaan Tuhan Yesus adalah riil. Ia benar-benar menghayati kemanusiaan-Nya sehingga Ia bisa menyebut manusia sebagai sesama-Nya, sebagai saudara-Nya (ayat 11-13). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dapat mengerti dan menghayati pergumulan manusia melawan dosa. Bahkan Ia telah menghadapi pencobaan yang membawa-Nya mengalami penderitaan. Hanya satu yang membedakan diri-Nya dari manusia lain. Ia tidak berbuat dosa. Dengan demikian, Tuhan Yesus bisa menjadi Imam Besar yang mewakili umat manusia memohonkan belas kasih dan pengampunan Allah (ayat 16-18). Inilah dua kemenangan Tuhan Yesus: menang terhadap kuasa maut dan menang dalam mendamaikan manusia dengan Allah.

Di dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya tidak lagi menghadapi maut kekal. Orang Kristen tidak perlu lagi takut menghadapi kematian fisik karena ia sudah diperdamaikan dengan Allah. Bahkan kita bisa dengan bebas dan berani menghampiri Allah di dalam Tuhan Yesus untuk segala keluhan dan pergumulan kita karena Dia mengerti dan peduli akan penderitaan kita.

Renungkan: Bersama Tuhan Yesus kita berani menjalani hidup ini dan siap menghadapi kematian.

(0.24) (1Yoh 5:13) (sh: Masihkah takut berdoa? (Jumat, 12 Desember 2003))
Masihkah takut berdoa?

Tujuan penulisan surat ini adalah supaya jemaat Kristen tahu bahwa mereka memiliki hidup kekal (ayat 13). Dampak terhadap kepemilikan hidup kekal adalah doa. Kita memiliki keberanian menghampiri Allah dalam doa. Allah akan mengabulkan doa yang disampaikan sesuai kehendak-Nya. Allah menjawab doa kita. Contohnya, ketika saya sedang mengetik naskah ini salah satu tuts komputer saya bermasalah. Saya lalu berdoa kiranya Tuhan menolong. Selesai berdoa tuts komputer berfungsi normal. Tidak ada hal yang terlalu kecil atau terlalu besar yang tidak dapat didoakan kepada Allah.

Contoh lain berdoa dalam kehendak Allah adalah berdoa bagi saudara seiman. Ketika melihat saudara seiman jatuh ke dalam dosa segeralah mendoakannya (ayat 16). Tetapi Yohanes membedakan dua bentuk dosa: dosa membawa maut dan dosa tidak membawa maut. Dosa yang membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang menolak Yesus sebagai Anak Allah. Dosa yang tidak membawa maut adalah perbuatan dan perkataan yang tanpa disengaja melanggar hukum Allah namun tidak menolak Yesus sebagai Anak Allah. Terhadap dosa yang tidak membawa maut yang dilakukan oleh saudara seiman hendaklah kita berdoa kepada Allah karena ada kecenderungan dosa tersebut membawanya kepada penyangkalan Yesus sebagai Anak Allah. Itulah sebabnya orang Kristen harus saling mendoakan agar mereka tetap berada dalam persekutuan dengan Yesus.

Tujuan persekutuan Kristen adalah kita saling menguatkan dan mendoakan. Meski kemungkinan untuk berbuat dosa selalu terbuka, Yohanes mendorong kita untuk mencapai tahap ideal yakni kehidupan tanpa dosa (ayat 18).

Renungkan: Di tengah dunia yang memusuhi kita karena percaya pada Yesus, pengenalan yang benar akan Allah yang diberikan Yesus kepada kita menjadi kekuatan dahsyat menghadapi dunia.

(0.22) (Kej 3:16) (ende)

Keadaan manusia sekarang, penderitaan dan maut, hanja dapat diterangkan sebagai siksaan akibat dosa. Ketjuali apa jang baik, manusia sekarang mengalami djuga keadaan fisik jang tak baik, akibat sikapnja memberontak terhadap Tuhan.

Untuk memberi gambaran singkat jang konkrit, pengarang mengutarakan penderitaan jang terlebih karakteristik bagi wanita dan pria. Untuk kaum Hawa: melahirkan dengan kesakitan, penindasan dari pihak pria, jang pada djaman itu djauh lebih berat menekan daripada sekarang.

Bagi kaum Adam: bekerdja dengan menanggung banjak djerih-pajah mengolah tanah ('adamah), jang bersama dengan si-manusia ('adam) telah terkutuk. Demikian djelaslah pula, bahwa dosa telah menjerang hidup manusia sendiri. Siksaan mengenai lahirnja keturunan (wanita) dan mengenai tugas menegakkan hidup (pria), dan achirnja memuntjak dalam maut (a. 19)(Kej 3:19).

(0.22) (Ibr 5:7) (jerusalem: kesalehanNya) Istilah Yunani (eulabeis) mengandung rasa hormat dan ketaatan, sehingga searti dengan sungguh-sungguh menjalankan agama, sikap keagamaan yang mendalam. Doa Yesus waktu maut mendekat dijiwai seluruhnya oleh ketaatan kepada kehendak Bapa, bdk Mat 26:39,42. Itulah sebabnya Ia didengar dan doaNya dikabulkan
(0.22) (Kej 2:9) (ende)

Pohon kehidupan melambangkan hidup lestari tidak terantjam maut. Djuga pohon pengertian baik dan djahat mengibaratkan hakekat rohani. Nanti akan ternjata pohon pengertian baik dan djahat membawa kemalangan bagi manusia. Hingga sekarang baginja kedjahatan belum ada. Tetapi sesudah makan buah pohon ini djuga kedjahatan akan diketahui dan dialaminja.

Disinipun pengarang ternjata suka menggunakan kata jang sama dengan arti-arti jang agak berbeda. Arti "memahami baik dan djahat" berlainan menurut konteksnja.

(0.22) (Kej 3:7) (ende)

Akibat pertama ialah perasaan malu, dan kesadaran, bahwa manusia telah kehilangan persahabatannja jang akrab dengan Tuhan (a. 7,10)(Kej 3:7,10).

Selandjutnja: siksaan fisik: penderitaan dan maut (a. 16-19)(Kej 3:16-19). Manusia terlantar, tertinggalkan pada diri sendiri, mengalami siapakah ia itu sesungguhnja: ia akan kembali mendjadi debu (a. 19.23)(Kej 3:19:23).

(0.22) (Mzm 116:1) (full: AKU MENGASIHI TUHAN. )

Nas : Mazm 116:1-19

Mazmur ini mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan atas kelepasan dari kematian dan menyatakan pujian semua orang percaya yang menderita yang diselamatkan oleh Tuhan dan terhindar dari kematian atau malapetaka besar.

(0.22) (Za 9:8) (full: TIDAK AKAN ADA LAGI PENINDAS MENDATANGINYA. )

Nas : Za 9:8

Puncak damai sejahtera akan datang atas Yerusalem di bumi ini selama pemerintahan seribu tahun Mesias. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya musnah sama sekali. Kepastian yang sama diberikan kepada gereja karena alam maut tidak akan pernah menguasainya

(lihat cat. --> Mat 16:18).

[atau ref. Mat 16:18]

(0.22) (Rm 5:14) (full: MAUT TELAH BERKUASA DARI ZAMAN ADAM SAMPAI KEPADA ZAMAN MUSA. )

Nas : Rom 5:14

Umat manusia mengalami kematian, bukan karena mereka melanggar hukum Allah yang lisan dengan hukuman matinya seperti halnya Adam (ayat Rom 5:13-14), tetapi karena mereka sesungguhnya orang berdosa baik karena tindakan maupun tabiatnya dan pelanggar hukum hati nurani yang tertulis di dalam hatinya (Rom 2:14-15).

(0.22) (Ibr 2:9) (full: MENGALAMI MAUT BAGI SEMUA MANUSIA. )

Nas : Ibr 2:9

Kristus mengalami penghinaan dan menderita kematian bagi semua orang. Kematian-Nya bukanlah upaya "pendamaian yang terbatas", sebagaimana dikatakan oleh kalangan tertentu. Karena Ia menanggung hukuman dosa seluruh umat manusia, maka kematian-Nya akan berfaedah bagi semua orang yang menerima Dia

(lihat cat. --> Rom 3:25).

[atau ref. Rom 3:25]

(0.22) (Mzm 49:15) (jerusalem: membebaskan) Manusia dengan kekayaannya tidak mampu meloloskan diri dari "cengkeraman dunia orang mati" (yang dibayangkan sebagai binatang buas, bdk Maz 18:5-6). Maka orang benar percaya pada Tuhan. Tidak dapat dikatakan bahwa pesajak membayangkan bahwa orang benar akan diangkat ke sorga seperti Henokh atau Elia, bdk Maz 16:10+; Maz 73:24+. Namun ia yakin bahwa tidak mungkin kematian orang fasik. Orang benar dibebaskan oleh Tuhan. Begitu pesajak sudah mulai merasa bahwa haruslah ada pembalasan setelah hidup ini berakhir. Persahabatan dengan Tuhan, Ams 8:17, merupakan nilai yang paling tinggi. Kiranya tidak mungkin itu berhenti dengan kematian orang benar. Tetapi bagaimana keinginan orang benar itu hendak dipuaskan masih juga suatu rahasia Allah, yang baru kemudian akan dibuka bagi umat Israel, bdk Dan 12:2; 2Ma 7:9+ dst; Wis 2:23; 3:1-9; 6:19
(0.22) (Mrk 8:12) (jerusalem: tidak akan diberi tanda) Menurut Markus Yesus menolak tanda apapun sedangkan menurut Matius dan Lukas akan diberi "tanda Yunus". Banyak penafsir berpendapat bahwa teks Markus lebih tua dari pada teks Matius dan Lukas. Tetapi boleh jadi Markus menghilangkan "tanda Yunus" oleh karena agaknya tidak dapat dimengerti oleh pembacanya yang tidak tahu akan Kitab Suci. Kalau demikian Yesus benar-benar menjanjikan "tanda Yunus" untuk menubuatkan kemenangan kelak, yaitu pembebasanNya dari maut, seperti dijelaskan Matius, bdk Mat 12:39.
(0.22) (Yoh 10:18) (jerusalem: aku memberikannya) Kristus adalah Hidup sendiri, Yoh 3:35+, maka tidak seorangpun dapat mengambil hidup itu, Yoh 7:30,44; 8:20; 10:39; Ia memberikannya dengan cuma-cuma, Yoh 10:18; 14:30; 19:11; itulah sebabnya maka Yesus dapat mengambil sikap mulia dan tenang terhadap kematian dan itu pula sebabnya Yesus begitu bebas terhadap maut, Yoh 12:27; 13:1-3; 17:19; 18:4-6; 19:28.
(0.22) (Rm 5:1) (jerusalem) Pokok yang diuraikan dalam bagian kedua Roma dapat disebutkan sebagai: pembenaran sebagai jaminan keselamatan orang Kristen yang sudah dibenarkan, bdk Rom 1-4, mendapat dalam kasih Allah dan karunia Roh Kudus suatu jaminan keselamatan. Pokok ini diuraikan dalam Rom 5:1-11 dan diuraikan kembali dalam bab 8, sedangkan dalam Rom 5:12-7:25 diperlawankan dengan kebalikannya (dosa, maut, hukum Taurat).
(0.22) (Rm 5:12) (jerusalem) Dosa bercokol di dalam manusia, Rom 7:14-24: nah, maut yang merupakan hukuman dosa, sudah masuk ke dalam dunia ini dikarenakan kesalahan Adam, Wis 2:24: maka Paulus menyimpulkan bahwa dosa sendiri memasuki bangsa manusia melalui kesalahan semula itu; ini tidak lain dari ajaran mengenai dosa asal. Sang Rasul di sini menaruh perhatian padanya oleh karena memberi kesempatan baik untuk memperlihatkan kesejalanan (paralel) antara tindakan sial Adam pertama dan pemulihan melimpah yang dikerjakan "Adam yang akhir", Rom 5:15-19; 1Ko 15:21 dst, 1Ko 15:25. Justru sebagai Kepala Keturunan Adam yang baru, sebagai Gambar yang di dalamnya Allah memulihkan ciptaanNya, Rom 8:29+; 2Ko 5:17+, maka Kristus menyelamatkan bangsa manusia.
(0.22) (Ibr 2:9) (jerusalem: oleh karena penderitaan maut) Kristus dimuliakan justru oleh karena menderita dan kemuliaanNya itu menyatakan nilai kematianNya sebagai penebusan
(0.22) (Mzm 16:1) (sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003))
Menghadapi ancaman murtad dan maut

Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat 1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat 4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat 4a. Ayat 1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat 2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat 2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6).

Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa.

Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri.

(0.22) (Mat 16:18) (ende: Engkaulah Petrus)

Jesus memakai bahasa Aramea dan sebenarnja menjebutnja Kefa artinja bukit batu (tjadas). Sebab itu Jesus sebenarnja bersabda: Engkau bukit batu, dan diatas bukit batu ini Aku akan mendirikan geredjaKu. Terdjemahan "Kefa" dalam bahasa Junani ialah "Petros", dalam bahasa Latin mendjadi Petrus. Bdl. Yoh 1:42. Paulus gemar menggunakan nama Aramea dalam bentuk Junani "Kefas". Demikian dalam Gal 1:18; 2:9; 2:14; 1Ko 3:22 dan1Ko 9:5.

(0.22) (2Sam 22:1) (sh: Ketika diambang maut. (Jumat, 17 Juli 1998))
Ketika diambang maut.

Perjalanan hidup Daud bagaikan berjalan ditepi jurang maut. Beberapa kali nyawanya terancam. Betapa tak enaknya kehilangan rasa aman seperti itu. Mengapa Tuhan tak memberikan jalan mudah baginya Bukankah Daud mengemban tugas dari Tuhan? Pertanyaan seperti itu mungkin tak akan pernah terjawab. Tetapi Daud tetap berseru kepada Tuhan. Hal ini mengungkapkan dua dimensi iman: percaya tetapi juga mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Pernyataan ini mungkin sudah sedemikian sering kita dengar, namun tak mudah bukan? Kita sering terlalu yakin bahwa Tuhan akan mampu melindungi kita, lalu kita mencari jalan keluar dengan cara kita sendiri. Tak sepenuhnya bergantung kepada Tuhan.

Semakin kenal semakin mantap. Semakin berat perjalanan, semakin bertubi-tubi penderitaan. Hal ini membuat Daud semakin yakin bahwa sesungguhnya hanya Tuhan yang membuatnya bertahan. "Tuhan adalah sandaran bagiku", begitulah ungkapan imannya. Bila Tuhan mengizinkan ada kerikil-kerikil tajam di perjalanan hidup kita, tak lain agar kita makin erat menyerahkan tangan kita dalam genggaman tangan Tuhan supaya langkah ini tidak tergelincir.

Doa: Tolonglah kami terus memandang Engkau ditengah kekelaman hidup sekalipun

(0.22) (Yes 38:9) (sh: Pertanggungjawaban hidup. (Senin, 7 Desember 1998))
Pertanggungjawaban hidup.

Setelah sembuh dari penyakitnya, Hizkia menyusun karangan, sebagai perenungan atas kesempatan selamat (sementara) dari kematian. Bagi Hizkia kematian itu menakutkan, karena menghancurkan tubuh jasmaninya (ayat 12), bahkan memisahkan dari persekutuan dengan Tuhan untuk selama-lamanya (ayat 18). Ada sebagian orang menilai bahwa kematian itu merupakan bentuk ketidakmampuan mempertanggungjawabkan hidup kepada si Pemberi Hidup. Hanya mereka yang berpijak pada kejelasan iman, kemampuan mengaplikasikannya dan memiliki kepastian keselamatan (setelah kematian), dalam dirinyalah yang memberikan keberanian dan kesiapan menghadapi kematian.

Harapan dalam kematian. Ketika Hizkia berseru kepada Allah, dosanya diampuni, dan maut digantikan hidup. Hizkia diberi lagi kesempatan hidup selama 15 tahun. Itu berarti setelah 15 tahun, kematian akan datang menjemputnya. Namun, ia tidak lagi ketakutan karena itu adalah kesempatan bersekutu dengan Allah, memuji dan bersaksi bagi-Nya. Dalam Perjanjian Baru, tidak ada lagi ketakutan menghadapi maut, sebab maut telah dikalahkan oleh Tuhan Yesus Kristus. Sebelum ajal datang menjemput, manfaatkanlah kesempatan hidup yang Allah berikan!



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA