Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 33 ayat untuk korban-korban keselamatan AND book:2 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kel 32:14) (ende)

Keselamatan semata-mata tergantung dari Kebaikan dan Rahmat Tuhan, bukannja berdasarkan kebaikan manusia. Bertobatnja manusia adalah akibat Rahmat Tuhan, dan tidak menjebabkan turunnja Rahmat itu.

(0.92) (Kel 20:12) (ende)

Wadjib menghormati dan menghargai orangtua sebagaimana harusnja. Atas Nama Tuhan mereka menjalurkan hidup dan djandji-djandji Keselamatan. Menghormati orang tua berarti menghormati hidup, dan dengan demikian menurut Berkat Tuhan, jang mendjandjikan dan mendjamin kehidupan perintah ini dikenai hukuman mati (Kel 21:15,17; bandingkan Kej 9:22-25).

(0.92) (Kel 32:7) (ende)

Jahwe menuduh umat Israel, dan tidak menjebutnja "bangsaKu" lagi. Ini berarti Jahwe mengantjam akan meninggalkannja karena ketidak-pertjajaannja. Dengan demikian Israel akan djatuh kembali mendjadi bangsa kapir, dan menghilang dari Sedjarah keselamatan (ajat korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">10)(Kel 32:10).

(0.91) (Kel 1:7) (ende)

Kitab Sutji hampir tidak mentjeritakan apa-apa tentang pengalaman-pengalaman rakjat Hibrani di Mesir sedjak djaman Jusuf sampai Musa. Terutama diliputi dosa. Seakan-akan sedjarah Keselamatan berhenti sementara dan suku-suku keturunan para Bangsa-Bangsa kembali kedalam alam kehidupan mereka dahulu kala.

Ajat ini menundjukkan bahwa suku-suku Hibrani telah berkembang meluas. Namun mereka tetap merupakan minoritas diantara kira-kira 7 djuta rakjat Mesir.

(0.91) (Kel 23:16) (ende)

Perajaan panen disebut djuga "pesta minggu-minggu" (Kel 34:22) atau "Pentekosta" (50 hari sesudah Paskah: Ima 23:16). Perajaan panen buah-buah lebih terkenal sebagai "pesta kemah daun-daunan" dan dirajakan dimusim gugur.

Segala perajaan ini diantara umat Israel memperoleh arti keagamaannja sendiri, bukan hanja sebagai pesta-pesta alam, melainkan djuga sebagai peringatan peristiwa-peristiwa sedjarah Keselamatan (lih. Ula 8:7-20; 16:1-17).

(0.91) (Kel 15:1) (jerusalem) Beralasan musnahnya tentara Firaun mazmur ucapan syukur ini (kidung pertama dan terkenal yang dipungut ibadat Kristen dari Perjanjian Lama) meluhurkan segenap keselamatan yang secara mengagumkan dikerjakan Tuhan yang Mahakuasa dan penuh perhatian bagi umatNya. Nyanyian kemenangan yang tercantum dalam Kel 15:21 diperluas oleh mazmur ini, sehingga mencakup segala peristiwa ajaib yang menyertai baik keluaran maupun pendudukan tanah Kanaan, bahkan sampai dibangunnya bait Allah di kota Yerusalem. Kel 15:19 berupa sisipan.
(0.89) (Kel 13:1) (sh: Hak Allah (Minggu, 17 April 2005))
Hak Allah


Anak sulung penting bagi banyak keluarga. Anak sulung menjadi penerus keturunan atau nama keluarga. Apa yang terjadi kalau anak sulung itu diambil dari keluarga? Itulah yang terjadi pada umat Israel. Tuhan mengklaim setiap anak sulung sebagai milik-Nya. Mengapa demikian? Tengah malam sebelum bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah memisahkan anak-anak sulung dari setiap rumah dengan memberikan tanda darah pada setiap muka pintu. Pada malam tulah kesepuluh dijalankan anak-anak sulung bangsa Israel selamat. Karena Allah menyelamatkan hidup anak-anak sulung, maka Ia memiliki hak untuk mengklaim mereka sebagai milik-Nya. Namun, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menebus anak-anaknya (ayat korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">12-14).

Penebusan ini memiliki 2 tujuan. Pertama, penebusan ini mengingatkan Israel bagaimana Allah telah memisahkan anak-anak mereka dari kematian dan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kedua, penebusan ini menunjukkan bagaimana Allah menghargai manusia dan berlawanan dengan ilah-ilah kafir yang mereka sembah yang justru meminta manusia sebagai kurban persembahan. Inilah yang harus diajarkan oleh setiap orang tua Israel kepada anak-anak mereka sesudah masuk ke tanah perjanjian (ayat korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">3-10). Penebusan ini juga adalah simbol ke depan ketika Yesus membeli kita dengan harga untuk dosa kita sekali dan selamanya.

Bila pada zaman Perjanjian Lama tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia masih merupakan suatu bayang-bayang, maka bagi kita yang hidup dalam zaman Perjanjian Baru, hal tersebut sudah menjadi fakta. Allah telah menggenapi keselamatan dengan mengirimkan Kristus bagi kita. Puji Tuhan untuk keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita.

Ingat: Keselamatan yang kini Anda alami adalah pemberian Allah. Sudahkah Anda hidup senantiasa memberikan yang terbaik bagi Allah dari hidup Anda? Memberi yang terbaik adalah pengakuan bahwa semua yang kita alami berasal dari Tuhan.

(0.89) (Kel 2:1) (ende)

Di sini mulailah kerja Tuhan, jang sebetulnja merupakan landjutan dari karja-KeselamatanNja dahulu. Tuhan mentjiptakan umatNja dari ketiadaan, artinja: dari keturunan para Bapa-Bapa jang telah begitu merosot.

Masa kanak-kanak Musa ditjeritakan dengan gaja jang serba hidup bertjorak romantis, djustru untuk mengutarakan kedudukannja jang istimewa dan peranannja dikemudian hari.

Suku Levi kelak akan tersutjikan setjara istimewa kepada Tuhan (lihat misalnja: Kel 32:25-29). Menurut Kel 6:20 nama orang tua Musa ialah: Amram dan Jokebed.

(0.89) (Kel 4:21) (ende)

Tuhan dapat dikatakan sebab dari kekerasan hati Parao, karena Ia telah mengutus Musa untuk mengusahakan pembebasan umatNja. Andaikata tidak demikian, Parao tidak memberontak berkeras hati.

Dalam Kitab Sutji seringkali ketidak-taatan manusia dilukiskan seperti akibat keputusan Tuhan. sikap demikian itu suatu hukuman, kebalikan daripada rahmat Tuhan. Jang membimbing manusia kearah iman dan kepatuhan. Berarti djuga, bahwa dalam rantjangan Keselamatan Tuhan adanja dosa dan pemberontakan manusia telah diperhitungkan, bahkan memainkan peranan tertentu, jang semakin djelas mengutarakan kekuasaan Tuhan menjelamatkan manusia (Bandingkan #TB Kel 7:3-5; #TB Yes 6:9-13\\).

(0.89) (Kel 12:15) (full: HARUS DILENYAPKAN DARI ANTARA ISRAEL. )

Nas : Kel 12:15

Menolak perintah Allah dengan sadar dan disengaja mendatangkan hukuman ilahi (juga lih. ayat Kel 12:19). Oleh kematian (mis. Kel 31:14) atau pengasingan, orang yang bersalah dilenyapkan dari umat perjanjian. Demikian juga, di bawah perjanjian yang baru, orang yang menolak ketuhanan Kristus dan memilih untuk makan ragi dosa, dipisahkan dari kasih karunia dan keselamatan di dalam Kristus

(lihat art. KEMURTADAN PRIBADI).

(0.89) (Kel 12:26) (full: APAKAH ARTINYA IBADAHMU INI? )

Nas : Kel 12:26

Orang-tua diharapkan memakai Paskah untuk mengajarkan kebenaran kepada anak-anak mereka tentang bagaimana Allah menebus mereka dari perbudakan dan dosa serta menjadikan mereka umat istimewa yang diperhatikan dan diperintah oleh-Nya. Demikian pula, Perjamuan Kudus, "Paskah" orang percaya PB, dimaksudkan untuk mengingatkan kita akan keselamatan dalam Kristus dan penebusan kita dari dosa dan perbudakan Iblis

(lihat cat. --> 1Kor 11:24-25).

[atau ref. 1Kor 11:24-25]

(0.89) (Kel 32:11) (jerusalem) Di sini Musa nampak sebagai perantara besar. Mulai dengan tulah-tulah yang menimpa negeri Mesir Musa berperan sebagai perantara demi keselamatan kakak perempuannya, Mirym, Bil 12:13, dan khususnya buat seluruh umat di padang gurun, Kel 5:22-23; 32:11-14,30-32; Bil 11:2; 14:13-19; 16:22; 21:7; Ula 9:25-29. Peranan Musa itu disinggung oleh Yer 15:1; Maz 99:6; 106:23; Sir 45:3; bdk 2Ma 15:14+. Perantaraan Musa itu melambangkan pengantara Kristus.
(0.87) (Kel 1:1) (ende)

PENGUNGSIAN

KATA PENGANTAR

Kitab pengungsian terdiri dari bagian Riwajat dan bagian Perundang-perundangan jang erat berhubungan. Adapun intinja ialah: mikdjidjat agung pembebasan umat Israel dari perbudakan Mesir. Maka isi kitab seluruhnja tergantung padanja seperti pada pusatnja.

Kisah pengungsian merupakan kelandjutan kitab Kedjadian dan menggambarkan pembebasan keluarga-keluarga Hibrani, keturunan para Bapa-bangsa, jang mendjalankan kerdja-paksa tertindas oleh rakjat Mesir. Maksud Tuhan membebaskan mereka ialah: membina mereka mendjadi bangsa jang bertjorak-kepribadian sendiri diantara bangsa-bangsa merdeka lainnja. Demikian Tuhan mulai melaksanakan djandji-djandjiNja kepada Bapa Ibrahim (Kedj. 12).

Dengan tjara jang mengagumkan Tuhan menjiksa rakjat Mesir jang menentang kehendakNja, serta memimpin umatNja menjeberangi air Laut menudju kemerdekaan. Tuhan menggunakan Musa untuk melaksanakan maksud ini.

Musa adalah seorang tokoh penting dalam sedjarah umum. Karena pendidikannja diistana Parao, di Mesir, pula karena kedudukan dan bakat-pembawaannja jang serba istimewa, tepat sekali ia terpilih akan memperdjoangkan kemerdekaan bangsanja.

Akan tetapi bila ia hanja kit apandang sebagai pahlawan kemerdekaan nasional, kita belum djuga memahami keagungannja jang sedjati dan nilai perdjoangannja jang kekal. Kitab pengungsian menundjukkan, bagaimana Musa, jang semula membela bangsanja dengan semangat meluap tak terkendalikan, berkat pertemuannja langsung dengan Tuhan sendiri berubah mendjadi manusia lain. Sedjak peristiwa itu, ia nampak sebagai utusan Tuuhan jang teguh imannja serta dengan rendah hati pertjaja akan Tuhan, dan jang dengan pengorbanan dirinja akan berhasil membebaskan bangsanja.

Karena itu pembebasan ini bukannja terutama hasil prestasi manusia, melainkan mukdjidjat Tuhan sendiri demi umatNja. Israel djuga tidak mengungsikan diri melainkan dibebaskan. Maka arti tjerita ini lebih daripada peristiwa hitoris belaka, jang masih mungki djuga terjapai dengan usaha manusiawi. Makna lebih mendalam jang tertjantum dalam kerja Tuhanini ialah: memimpin umatNja mengedjar kemerdekaan sedjati dalam mengabdi Tuhan dan hidup beserta Tuhan. Adapun pengungsian ini titik-tolak penebusan umat Israel dan segenap umat manusiadari penindasan dosaserta akibat-akibatnja, awal perdjalanan menudju tanah-air, damai kekal dan kebahagiaan sedjati.

Makna itu melampaui dugaan manusia ini tertjerminkan dengan djelasnja dalam peristiwa-peristiwa adjaib sekitar Pembebasan. Oleh pengarang sutji tjampur- tangan Jahwe jang memungkinkan kedjadian-kedjadian itu, djauh lebih ditekankan daripada jerih-pajah manusia.

Hal ini nampak dengan terangnja pula dari hubungan erat antar Musa dan Tuhan. Apapun jang didjalankan Musa, dilakukannja sesudah berunding dengan Jahwe, atau titahNja dan dengan bantuanNja. Hubungan mesra dengan Tuhan ini akibat dari pertemuan pertama dibukit Horeb atau Sinai (Peng. 3). Ditjeritakan bahwa disanalah Tuhan mewahjukan namaNja "Jahwe". Artinj: ketika itu Musa dianugerahi keinsyafan jang sangat mendalam, bahwa Tuhan senatiasa aktif menjertai umatNja. (Tentang nama "Jahwe" lihatlah tjatatan pada korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">3:14).

Djustru karena pembebasan umat Israel merupakanlah pralambang dan awal pelaksanaan Penebusan jang sedjati, maka peristiwa-peristiwa jang tertjantum didalam buku ini mendasari keselamatan kita sendiri.

Perdjandjian dan Hukum-Perdjandjian merupakan tema jang kedua kitab ini. Perdjandjian digunung Sinai mengungkapkan dan mengabdikan arti jang dalam dari Pembebasan jang serba mengagumkan, sedangkan konskwensi-konsekwensinja bagi umat ditetapkan dalam Hukum.

Adapun Israel sebagi bangsa sama sekali tergantung dari Tuhan dan perlindunganNja. Hal itulah kini djuga ditandaskan dengan konkrit: Israel terikatkan pada Tuhan dengan suatu Perdjandjian atau Persekutuan.

Seperti pembebasan dari Mesir, begitu pula Perdjandjian ini diprakarsai oleh Tuhan sendiri, dan mentjantum djaminan, bahwa Ia mengangkat Israel sebagai milikNja jang sangat chas. Jahwe mengadakan dengannja ikatan tjintakasih jang baru dan erat. Maka Israel mendjadi umat Tuhan dalam arti jang sepenuhnja.

Dalam Hukum-Perdjandjian, jang intinja terdiri dari Dekalog (kesepuluh firman; kesepuluh perintah), Tuhan mempermaklumkan apa jang diharapkanNja dari umatNja; bagaimana seharusnja sikap dan tjara hidup suatu bangsa jang mendjadi milik Tuhan.

Ini penting, karena akal-budi manusia mendjadi suram akibat dosa. Faham umat manusia tentang Tuhan dan tuntutan-tuntutanNja tersesatkan dalam banjak hal. Maka dari itu, dalam rangka pelaksanaan Keselamatan adikodrati, Tuhan sekarang membangkitkan dan menghidupkan faham-faham jang sehat tentang suasana dan tjara-hidup manusiawi jang benar. Itulah sjarat dan titik-tolak hubungan baru antara Tuhan dan manusia jang sedang dibangun.

Karena perintah-perintah jang mengatur hidupp Israel berdasarkanlah atas perwahyuan hubungan jang chas antara Jahwe dan Israel itu, maka didalamnja telah termuat djuga daja-penggerak untuk menuntun orang beriman kearah tuntutan- tuntutan hidup jang semakin sempurna, sedjadjar dengan berkembangnja kesatuan- hidup dengan Tuhan jang semakin sempurna djuga.

Di dalam Dekalog Tuhan pertama-tama menjatakan Diri sebagai Allah jangtunggal, jang bersifat Pribadi sempurna dan transenden. (Kata transenden itu berarti: berada diatas alam serba terbatas, diatas machluk-machluk, tataran berpikir, berkehendak dan bertindak jang serba tertjipta; djadi pada taraf jang berlainan sama sekali).

Dengan demikian faham tentang Tuhan jang terlampau berbentuk manusiawi pun ibadat jang bersifat magis atau materiil -- seperti terdapatlah pada bangsa-bangsa disekitar Israel -- ditolak. Umat Jahwe tertjegah daripada mentjiptakan dewa-dewa menurut gambaran manusia jang djauh dari sempurna, binatang-binatang atau hal-hal bendawi (lihat misalnja: Kebidj. 13-15).

Bersama dengan itu Tuhan menggariskan pedoman-pedoman tjara-hidup jang akan mentjerminkan kesempurnaan dan kesutjian Allah sendiri. Jang ditekankan terutama ialah sikap terhadap Tuhan dan terhadap saudara-saudara sebangsa.

Meskipun Hukum-Perdjandjian ini kurnia Tuhan sendiri, tetapi Musa sebagai perantara djuga berperanan aktif dalam merumuskan tuntutan-tuntutan Tuhan itu, jang difahami olehnja dalam hubungannja jang langsung dan bersifat perorangan dengan Jahwe. Adapun sangat lajak untuk perumusannja jang konkrit Musa djuga bersandar pada hukum-hukum dan padatan-padatan jang berlaku ketika itu.

Azas-azas hukum jang ditentukan oleh Musa itu, kita ketemukan dalam kitab Pengungsian ini kadang-kadang dalam bentuk jang lebih teruraikan. Mislanja dalam peraturan-peraturan tentang Tempat Sutji dan ibadat.

Dalam upatjara ibadahnja umat Israel menampakkan kesutjiannja dan menjatakan penjerahan dirinja kepada Jahwe. Dalam tempat Sutji Tuhan serta kemuliaanNja hadir setjara tampak ditengah-tengah umatNja. Dari sana pula Tuhan memimpin Israel selama perdjalananNja. Demikianlah terutama di Tempat Sutji umat menghajati Perdjandjianja dengan Jahwe, satu-satunja Allah sedjati dan Allah Israel.

Djadi Hukum-Perdjandjian bersifat religius, tetapi sekaligus meliputi seluruh hidup djuga. Hukum ini mengatur hubungan-hubungan sosial jang mempersatukan bangsa, pun mengatur hubngan Israel dengan bangsa-bangsa lain, sedemikian rupa sehingga tjiri-tjiri chas Israel selaku bangsa Tuhan tetap terdjamin. Maka sekaligus djuga merupakan Undang-Undang Dasar. Demikianlah dalam kehidupan bangsa Israel unsur-unsur kodrati dan adikodrati erat-erat berdjalinan.

Pembagian Kitab Pengungsian dibagi menurut dua pokok utama tersbut diatas:

A. Bagian riwajat : Fasal korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">1-18

I Pembebasan dari Mesir Situasi ditanah Mesir : 1 Panggilan Musa : 2 - 7,7 Siksaan-siksaan tanah Mesir : 7,8 - 11,10 Tentang Paskah : 12,1-36 Keberangkatan dari Mesir : 12,37 - 14,14 Penjeberangan laut : 14,15 - 15,21

II Perdjalanan dipadang-gurun : 15,22 - 18,27

B. Bagian perundang-undangan: Fasal korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">19-40

III Perdjandjian digunung sinai Terbentuknja Perdjandjian dan Dekalog : 19 -20,21 Kitab Perdjandjian : 20,22 - 23, 19 Djandji-djandji untuk waktu depan : 23,20-33 Perdjandjian diperkuatkan : 24

IV Peraturan-peraturan tentang ibadat dan Tempat Sutji : 25 - 31, 18

V Israel murtad -- Perdjandjian diperbarui : 32 -34,33

VI Pembangunan Tempat sutji : 33 - 40, 38

Terdjadinja Kitab Pengungsian

Tradisi-tradisi jang digunakan pengarang Kitab Pengungsian mempunjai akarnja dalam jaman peristiwa-peristiwa sendiri berlangsung. Unsur-unsur pokok perwahjuan Tuhan dan hukum telah termaktub oleh Musa serta pembantu-pembantunja. Maka dalam Kitab ini kita dihubungkan dengan realita sedjarah dan dengan bentuk- dasar Hukum.

Hukum ini oleh Musa dipahatkan diatas batu, seperti lazimnja dokumen-dokumen juridis dan historis jang penting pada djaman itu, ialah jang perlu diabadikan. Loh-loh batu ini dipelihara dan disimpan dengan chidmat di Tempat Sutji. Pandjang atau singkatnja Dekalog dan dokumen-dokumen lain jang asli ini sekarang tidak dapat ditentukan lagi dengan pasti, kerenan kemudiannja telah ditjantumkan dalam suatu redaksi jang lebih luas.

Tanpa kenjataan historis Pembebasan dari Mesir, Perwahjuan Tuhan di Sinai dan kegiatan Musa, kita tidak dapat memahami sedjarah bangsa Israel selandjutnja, pun pula bangunnja kembali sesudah masa pembuangan itu berdasarkan atas kepertjajan akan Perdjandjian dengan Jahwe dan atas Hukum Musa. Maka dari itu fakta-fakta tersebut hanjalah mungkin terlaksana karena ada landasannja historis.

Perlu diketahui, bahwa pada bangsa Israel, seperti djuga pada bangsa lain-lain dewasa itu, tradisi lisan merupakan djalan penting untuk mengenangakan dan menjalurkan peristiwa-peristiwa sedjarah kepada keturunan-keturunan berikutnja.

Sudah barang tentu isi tradisi ini dari abad keabad berkembang dan bertambah unsur-unsur baru. Ini nampak terutama pada peraturan-peraturan jang mengatur hidup kemasjarakatan dan upatjara Ibadat. "Hukum dasar" jang asli tjukup sederhana, dan selaras dengan situasi bangsa Israel sebagai bangsa jang belum memiliki wilajah kediaman sendiri dan mengembara sebagai gembala-gembala. Situasi permulaan ini berkali-kali nampak dengan djelasnja dikitab Pengungsian.

Lambat-laun peraturan-peraturan dasar ini semakin terperintji dan disesuaikan situasi baru, terutama ketika Israel sudah mendjadi bangsa jang berkediaman tetap dan bertjotjoktanam. Tetapi penjesuaian ini berlangsung selaras dengan jiwa Hukum Musa dan dalam rangka Perdjandjian dengan Jahwe. Maka dari itu sudah selajaknjalah pengetrapan-pengetrapan lebih landjut ini dimasukkan kedalam Hukum Musa dan djuga dipandang sebagai peraturan-peraturan berasal dari Tuhan, jakni sebagai konsekwensi langsung dari Perdjandjian.

Demikian dalam kitab Pengungsian, disamping unsur jang menggambarkan situasi Israel pada djaman Musa, terbajangkan djuga proses perkembangan perundang- undangan dan organisasi upatjara ibadat selandjutnja. Misalnja ada peraturan- peraturan tentang pertanian dan peraturan untuk Tempat Sutji, jang baru dikemudian hari sesudah umat menetap di Kanaan dan sesudah kenisah di Jerusalem didirkan, mendapat wujudnja.

Djadi Sabda Tuhan semakin meresapi kehidupan bangsa dan memberinja perudjudan jang njata. Sementara proses perkembangan ini berlangsung, struktur-dasar Israel jang semula serta Hukumannja tetap bertahan sebagai titi-tolak ilahi dan landasan, dan tetap terpelihara dalam tradisi. Tambahan-tambahannja bukan unsur jang asing, melainkan perkembangan organis jang berlangsung atas dorongan Roh Tuhan. Sekaligus ini merupakan pengertian dan penghajatan jang lebih mendalam dari peristiwa-peristiwa sedjarah, ialah Pembebasan dan Perwahjuan di Sinai. Tuhan sendiri memupuk kesadaran itu, terutama dengan perantaraan para pemimpin Israel dan para Nabi.

Adapun pengarang kitab Pengungsian kemudian menggunakan bahan tradisi lisan dan tertulis jang sudah ada. Seperti dalam kitab Kedjadian, begitu pula disini kita dapat membedakan tiga aliran tradisi pokok, jang mendjadi sumber terpenting bagi pengarang, jakni tradisi Jahwitis, tradisi Elohistis dan tradisi Imam. Tradisi imam itu mendjadi kerang tjeritanja, lainnja mendjadi sumber-bahan. (Lihat djuga: Kata Pendahuluan Umum).

Adalah maksud pengarang sutji kitab ini, untuk mengolah bahan tradisi dan menjusun gambaran total dari sedjarah pembebasan Israel dan Perdjandjian bersama dengan wudjud-wudjud konkrit dari Sabda dan Kerja Tuhan ini, seperti jang telah terbentuk didalam kehidupan umat. Jang disadjikannja bukan laporan peristiwa- peristiwa melulu. Ia djuga mengungkapkan maknanja religius jang sesungguhnja, seperti dimaksudkan oleh Tuhan. Didjelaskannja, bagaimana Sabda, Karja dan tuntutan-tuntutan Tuhan tetap bertahan, walaupun manusia banyak menentangnja.

Maka dalam kitab ini terpaparkan suatu taraf dari sedjarah-keselamatan dan diuraikan bagiamana Sabda Tuhan terlaksana dan berkembang didunia menudju titik- achirnja, ialah Perdjandjian Baru.

Perumusan-perumusan Hukum

Sebagai akibat penggunaan bermatjam-matjam tradisi, terutama dalam bagian Hukum kita ketemukan beberapa ichtisar Hukum Musa, jang nada-nadanja dan uraiannja saling berlainan.

Dekalog (20,2-17) diuraikan kiranja menurut tradisi Imam, sedangkan peraturan- peraturan jang biasanja disebut "Kitab Perdjandjian" (20,22-23,19) berasallah dari tradisi Elohistis.

Saduran Jahwistis dari hukum Perdjandjian tertjamtumkan dalam kissah pembaharuan Perdjandjian (34,10-27). Ichtisar ini kadang-kadang disebut "Dekalog kultis", artinja jang berhubungan dengan ibadat.

Tradisi Imam terutama menaruh perhatian atas peraturan-perturan liturgis tentang hari raja Paskah (12) dan tatasusunan Tempat Sutji, pun pula atas peristiwa diadakannja Imamat (25-29 dan 35-40).

Latarbelakang historis

Dalam menilai peristiwa-peristiwa jang ditjeritakan, kita hendaknja dengan seksama memperhatikan makna dari bentuk-bentuk literer (misalnja gaja historis, didaktis, juridis, puetis) jang dipakai pengarang, agar kita dapat menangkap maksudnja jang benar.

Mengenai peristiwa-peristiwa jang menakdjubkan perlu ditajtat: Dalam membebaskan bangsaNja, Tuhan memang bertindak sendiri dengan tjara adikodrati. Namun ini tidak berarti, bahwa Tuhan selalu menghapuskan segala sebab-musabab kodrati. Tetapi karena Allah ikut bertjampurtangan, maka peristiwa setjara aktif sedang melaksanakan Keselamatan. Berpangkal pada peristiwa nampaknja kuasa Jahwe dalam sedjarah dengan membebaskan umatNja, semua kedjadian-kedjadian penjelamatan selandjutnja menjadi satu rangkaian, jang semakin terang menglihatkan terlaksananja Karja Tuhan jang agung itu, dan merupakan pertumbuhannja menudju kepenjelesaiannja.

Maka dari itu penulis Kitab ini mempunjai tugas utama untuk mewartakan fakta- fakta sedjarah sebagai manifestasi Karja-penjelamatan Tuhan didunia ini. Berhubungan dengan itu beberapa hal, jang dari sudut sedjarah dan ilmu bumi boleh dianggapnja penting, tidak begitu diperhatikannja. Djuga dalam tradisi rakjat rupa-rupanja hal tersebut tidak ditekankan. Misalnja nama Parao Mesir sadja tidak disebutkan. Begitu pula djalan perantauan umat Israel dan tempatnja menjeberangi laut sukar sekali ditentukan dengan pasti. Bahkan letak gunung Sinai tidak terterakan dengan tepat, dan dalam tradisi elohistis dan deuteronomistis bukit ini disebut dengan nama lain, jakni Horeb.

Tidak adanja ketentuan jang tepat mengenai tempat terdjadinja peristiwa- peristiwa tadi, mungkin djuga disebabkan karena tempat-tempat dan keadaan itu bagi angkatan-angkatan kemudian lama-kelamaan mendjadi kabur.

Sungguhpun begitu kitab Pengungsian masih tjukup djuga menggambarkan situasi historis dan memberi pedoman-pedoman geografis. Maka kalau ini kita tambah dengan sumber-sumber sedjarah lainnja, latarbelakang konkrit dari kedjadiankedjadian mendapat sorotan semakin terang.

Kapan Pengungsian terdjadi?

Perihal ini ada dua pendapat jang tjukup ada alasannja. Ada jang beranggapan bahwa Pengungsian terdjadi dalam abad ke-XV sebelum Masehi, dibawah dinasti Mesir jang ke-18. Pendapat ini berpegangan pada 1 Radj. 6,1 jang menjebutkan, bahwa Salomon memulai pembangunan kenisah 480 tahun sesudah Pengungsian dari Mesir. Adapun pembangunan ini berlangsung sekitar tahun 960 sebelum Masehi. Tetapi petundjuk mengenai waktu ini mungkin mempunjai arti simbolis sadja. Maka dari itu pendapat ini terutama didasarkan atas kenjataan, bahwa dalam abad XVI sebelum Masehi ditanah Mesir terdjadi pergolakan politik jang berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos berpengaruh besar. Sekitar 1580 pendjadjahan semitis dari radja-radja Hiksos digulingkan oleh bangsa Mesir, dan ibukota Avaris (kemudian namanja Tanis direbut. Dengan demikian telah lampaulah djaman jang menguntungkan bagi kaum Hibrani, jang sebagai orang semit ada kesamaannja dengan Hikson. Mungkin ketika itulah penidasan para Parao Mesir mulai (Peng. 1,8), dan lambat-laun semakin kuat keinginan akan meninggalkan tanah Mesir.

Alasan-alasan lain ialah: semakin lemahnja kekuatan militer, terutama dibawah Parao Amenofis III (1413-1377) dan Amenofis IV (= Ekhnaton 1377-1358). Lagipula surat-surat Tell-el-Amarna, dari djaman itu djuga, menjebutkan bahwa radja-radja bawahan ditanah Suria dan Kanaan meminta bantuan Parao untuk melawan serangan bangsa Chaibiru, suatu nama jang menurut beberapa orang ahli menundjukkan bangsa Hibrani. Achirnja tafsiran tertentu dari tulisan diatas tiang Parao Merneptah (1229 seb. Mas.), jang mentjeritakan kemenangan gilang-gemilang atas bangsa Israel ditanah Kanaan. Ini berarti Israel sudah terlebih dahulu berkediaman disana.

Alasan-alasan tersebut diatas dapat disangsikan kebenarannja. Lagi pula ada keberatan, misalnja: pada djaman dinasti ke-18 istana Parao tidak berada didaerah utara (Avaris), tetapi di Thebe (lihat: Peng. 2,5;15.20;7,15). Maka dari itu kebanjakan para ahli berpendapat, bahwa peristiwa Pengungsian terdjadi dibawah dinasti ke-19 dalam abad XIII sebelum Masehi. Pada djaman itu jang mendjadi Parao ialah: Ramses II (1301-1234) dan Merneptah (1234-1220). Kalau begitu, kedatangan suku-suku Hibrani ditanah Mesir dan kekuasaan Jusuf bertepatan waktu dengan muntjulnja dinasti Hiksos (lihat keterangan pada Kedj. 47,17). Selain itu nama-nama kota jang disebut-sebut, jakni Ra'amses dan Pitom (Peng. 1,11) selajaknja didirikan oleh Ramses II. Tiang Merneptah (lihat diatas) menjarankan, bahwa bangsa Israel di Kanaan belum memiliki wilajah kediaman jang tetap. Djadi rupa-rupanja tanah itu mereka masuki tidak lama sebelum tahun 1229, dan Pengungsian dari Mesir terdjadi 40 tahun sebelumnja, sekitar tahun 1270.

Ketjuali itu penjelidikan ilmu purbakala ditanah Palestina mengungkapkan, bahwa kebudajaan orang Kanaan dibeberapa tempat terputus sekitar achir abad ke-XIII, dan bahwa kota-kota jang digempur diduduki lagi antara 1150. Ini merupakan suatu petundjuk jang boleh dipertjaja, bahwa pada djaman itulah tanah Kanaan diduduki oleh umat Israel.

Memang kesukarannja ialah, bahwa kalau begitu Pengungsian terdjadi lama sekali sesudah pengusiran para Hiksos, dan bahwa bangsa Hibrani mungkin sampai berabad- abad ditindas oleh orang Mesir. Tetapi pertama-tama: belum pastilah penindasan itu mulai segera sesudah runtuhnja pemerintah Hiksos (kira-kira 1580). Kemudian: nama-nama Mesir jang dipakai orang Hibrani sedjak beberapa generasi, menundjukkan bahwa mereka masih lama diam ditanah nenek-mojang dan sanak-saudara Harun misalnja ada jang mempunjai nama Mesir, dan djuga Musa adalah nama Mesir.

Achirnja kami tjatat setjara singkat pendapat, bahwa sebelum umat dibawah pimpinan Josua masuk Kanaan, sudah ada beberapa suku atau kelompok Hibrani jang berhasil masuk kedalam tanah Kanaan itu dari sebelah selatan. Mereka kemudian menggambungkan diri dengan persekutuan Israel. Namun tanda-tandanja kurang djelas untuk mentjapai kepastian dan gambaran jang terang mengenai imigrasi itu, apalagi mengenai adanja pengungsian dari Mesir sebelum djaman Musa.

Djalan jang ditempuh pada Pengungsian

Titik-tolaknja, jakni kota Ra'amses, mungkin sama dengan ibukota Avaris/Tani didelta bengawan Nil. Ada jang menjangka, bahwa tempat Israel bertolak itu terletak disebelah selatan Tanis, jaitu dikota jang kemudian disebut Qantir. Seluruh wilajah muara Nil bagian timur mempunjai nama Gosjen.

Djalan jang ditempuh bangsa Israel sukar ditentukan dengan pasti, karena perbedaan antara tradisi J dan E. Rupa-rupanja menurut tradisi Jahwis umat Israel berangkat melalui djalan biasa menjusur pantai kearah timur-laut. Nama migdol dan Baal-Safon mungkin menundjukkan djalan utara ini. Begitu pula nama laut, jang menurut laut, jang menurut Kitab Sutji bukan "Laut Merah", tetapi "Laut Gelagah", jakni paja atau rawa jang banjak ada gelagah-papirus. Nama ini (dalam bahasa Hibrani "yam suf") terdapat djuga dalam bahasa Mesir ("pa-sufi"); jang dimaksudkan: sebidang rawa disekitar danau Menzaleh disebelah utara.

Mungkin tradisi ini terbentuk, karena kurang djelasnja tjatatan-tjatatan sedjarah, atu djuga karena djalan inilah jang pernah dilalui suku-suku semitis lainnja.

Tradisi Elohis, jang tersebar diantara suku-suku Israel utara, seperti djuga tradisi Deuteronomis setjaa positif menundjukkan djalan lain, jakni kearah tenggara (Peng. 13,17; Ul. 1,2). Tradisi ini djuga ada dasarnja dalam fakta, bahwa sedjak kira-kira tahun 1300 seb. Mas. djalan menjusur pantai utara jang melalui Pelusim, dilengkapi dengan pos-pendjagaan Mesir, sehingga tidak aman bagi orang-orang Israel.

Karena dalam kitab Pengungsian kedua tradisi itu didjalinkan, maka gambaran tentang djalan jang ditempuh telah mendjadi sedikit kabur. Tetapi gambaran jang terachirlah pada umunja dianggap benar. Migdol mungkin nama jang tepat penjeberangan didekat "Danau-danau Pahit", jang tjukup berbahaja. Besarlah kemungkinannja bagian selatan Danau-danau pahit ini, jang ketika itu terhubungkan dengan Laut Merah, tempat jang dilalui rakjat Israel.

Perdjalanan selandjutnja, melalui padang pasir, dapat kita temukan kembali dengan agak pasti melalui wahah-wahah (oase) disemenandjung Sinai. Dibagian selatan semenandjung ini ada tiga bukit jang agak menjolok, jaitu: Djebel Serbal, Djebel Katerin dan Djebel Musa. Menurut tradisi kuno jang lajak dipertjaja, bukit terakhir inilah gunung Sinai, seperti djuga ternjata dari namanja. Gunung itu setinggi 2244 meter.

Pentingnja Kitab Pengungsian

Pengungsian dan Perdjandjian di Sinai tetap menjadi dasar jang sutji bagi Israe. Dari sumber ini iman dan kesusilaannja sebagai umat Allah mendapat inspirasi dan kekuatannja. Perdjindjian lain-linnja jang disebut dalam Kitab Sutji semuanja dipandang dalam hubungannja dengan Perdjandjian jang utama ini. Begitu pula semua hukum-hukum dikemudian hari terhubunglah dengan Hukum-dasar ini. Pun pula semua mukdjidjat, jang menampakkan selandjutnja kuasa Jahwe jang menjelamatkan, mengingatkan akan Pembebasan jang pertama ini.

Salah satu tanda jang djelas sekali, bahwa Pengungsian tetap besar artinja ialah: perajaan Paskah setiap tahun. Perajaan itu bukan hanja peringatan akan apa jang terdjadi dimasa lampau, tetapi sekaligus merupakan kesaksian iman, pengharapan dan kepertjajaan. Israel tetap menjadari dirinja sebagai bangsa jang dibebaskan dari Mesir (Peng. 12,27;13,8 lih, djuga: 13,14-15). Tiap-tiap kali Israel mengikat diri lagi pada wadjib-wadjibnja sebagai umat terpilih, lagipula menegaskan kejakinannja, bahwa Jahwe tetap hadir menjertainja, untuk lebih landjut melaksanakan pembebasan ini terutama pada masa bahaja dan penindasan.

Demikian djuga, kemudian didjaman para Nabi berulang-ulang memperingatkan umat, akan Perdjandjian dan Hukum Musa. Mereka tidak mewartakan suatu jang baru semata-mata, tetapi mendorong kearah penghajatan jang lebih mendalam. Kemerosotan dan keruntuhan bangsa mereka gambarkan sebagai djalan kembali ketanah Mesir, dan pembebasan dari pembuangan sebagai Pengungsian baru melalui padang pasir menudju tanah jang didjandjikan.

Djadi mukdjidjat agung jang diperkuat oleh Tuhan dengan perantaraan Musa semakin nampak sebagai pembebasan jang menjeluruh, menundjuk kearah pembebasan jang definitif dan sempurna dalam Kristus.

Oleh karena itu dalam Perdjandjian Baru Penebusan kitapun dibandingkan dengan Pengungsian Israel sebagai latarbelakangnja. Jesus itu adalah Israel jang baru. Ia kembali dari tanah Mesir, melalui air pemandianNja dan bertolak kepada gurun. Ia pula bagaikan Musa jang baru mengumumkan Hukum Keradjaan Allah diatas bukit (lih. Injil S. Matteus).

Djuga S. Joanes, S. Petrus dan terutama S. Paulus berbitjara tentang penebusan dan baptis kita dalam hubungan dengan Pengungsian. Hari raja Paskah adalah pesta pembebasan kita berkat Darah Jesus, Domba Paskah (mis.: 1Kor. 10, 1-13;5,7). Dalam perajaan Enkaristi kita melangsungkan pesta Paskah ini, penebusan kita dilaksanakan dan kita persiapkan akan memasuki Tanah jang didjandjikan (Jo. 6,22 dsl.)

Kitapun, umat Allah jang baru, mengalami Pengungsian. Maka dari itu sambil merenungkan kitab Pengungsian, kita hendaknja semakin menjelami Karja Penebusan Kristus.

Adapun tudjuan pembebasan ialah: terbentuknja suatu Bangsa baru. Demikian pula Karja Kristus mempersatukan kaum beriman mendjadi persekutuan hidup jang nampak, umat jang tersutjikan kepada Tuhan dan jang mendjadi milikNja (1Petr. 2). Kurnia-pembebasan menimbulkan ikatan istimewa, jakni Perdjandjian dengan Allah jang dunia ini menampakkan diri dalam persatuan mereka jang menghajati ikatan itu. Demikian kitab Pengungsian, disamping menggambarkan Penebusan kita, sekaligus djuga melambangkan Geredja Sutji jang satu.

(0.87) (Kel 24:1) (ende)

Perdjandjian dengan Jahwe harus dirajakan pula dengan upatjara ibadat besar-besaran. Darah korban jang ditjurahkan, dituangkan diatas mezbah dan dipertjikkan diatas umat.

Darah merupakan sumber kehidupan. (Ima 17:14).

Demikianlah dilambangkan adanja pertalian jang hidup, sematjam hubungan darah, antara Tuhan (dilambangkan dengan mezbah) dan umatNja (aj. korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">3-8(Kel 24:3-8); tradisi E).

Sesudah itu diadakan perdjamuan ditempat sutji. Para peserta menganggap Tuhan hadir disitu. Ini pula mendjadi lambang persatuan antara Tuhan dan bangsaNja (aj. korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">9-11(Kel 24:9-11): tradisi J.).

Pada upatjara resmi ini djuga Hukum Perdjandjian dipermaklumkan dan diterima oleh umat.

Tema Perdjandjian ini diulang-ulangi pada segala tahap-tahap penting sedjarah Keselamatan (terutama menurut tradisi P.). Pembaharuan-pembaharuan Perdjandjian dikemudian hari (Ula 27:2-10; Yos 24:14-28) bertudjuan memperdalam kesadaran, bahwa Israel bersatu dengan Jahwe.

Menurut Kel 6:23 Nadab dan Abihu adalah putera-putera Harun.

(0.87) (Kel 26:1) (full: LENAN HALUS YANG DIPINTAL. )

Nas : Kel 26:1

Pengarahan yang jelas diberikan dalam membangun Kemah Suci. Kemah itu harus dibangun sesuai dengan pola Allah karena itulah rumah-Nya dan Dialah perancangnya (bd. Kel 25:9). Keselamatan dan persekutuan dengan Allah hanya mungkin terjadi menurut syarat yang ditetapkan oleh-Nya dan menurut pola dan penyataan-Nya

(lihat cat. --> Mat 5:17;

lihat cat. --> Kis 7:44).

[atau ref. Mat 5:17; Kis 7:44]

(0.85) (Kel 19:6) (ende)

Ajat korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">5(Kel 19:5) dan Kel 19:6 merumuskan inti Perdjandjian Tuhan dengan umat Israel. Tuhan dari kehendaknja sendiri berkenan memilih Israel mendjadi bangsa jang setjara istimewa menampakkan hadirnja dan karja-karjaNja. karena itu mendjadi umat jang kudus, umat bersifat imamat, jakni tersendirikan untuk beribadat kepada Tuhan, dan mendjadi penghubung antara Tuhan Penjelamat dan bangsa-bangsa lainnja (Yes 61:6; Yer 2:3). Ini setjara sempurna terlaksana dalam Perdjandjian Baru atas dasar hubungan kita dengan Kristus Sang Imam Agung (1Pe 2:9; Wah 1:6).

Beberapa tjatatan:

1) Tuhan sendirilah jang memungkinkan Perdjandjian. Itu tidak merupakan persekutuan antara dua fihak jang sederadjat, melainkan rahmat Tuhan. Dialah jang menegakkan dan memberikan Perdjandjian (tradisi P)

2) Perdjandjian ini diadakan dengan bangsa sebagai bangsa dan semua orang jang mendjadi anggotanja. Adapun sebabnja karena Israel djustru mendjadi bangsa berkat iman-kepertjajaannja akan panggilan Tuhan, dan akan keselamatan jang datangnja dari Tuhan (aj. korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="ende">4)(Kel 19:4).

3) Maka dari itu dasar Perdjandjian ini bukanlah kasih tuhan akan salah suatu golongan nasional, politik atau kebangsaan, jang terpilih dari antara golongan-golongan lain jang setaraf. Wudjud duniawi Israel itu hanjalah rangka konkrit dari kesatuan beriman jang dibentuk oleh Tuhan sendiri, dan jang dengan bebas menerima dan melangsungkan Rantjangan Keselamatan Allah jang diwahjukan kepadanja.

4) Anugerah terpilihnja Israel ini mentjantumkan wadjib penjerahan diri dan ketaatan terhadap ikatan istimewa ini (aj.5)(Kel 19:5). Artinja: tjara hidup jang menampakkan Kesutjian tuhan serta KeadilanNja jang menjelamatkan. Oleh karena itu bersama dengan PerdjandjianNja Tuhan menjampaikan perintah-perintahnja, jang merumuskan KehendakNja mendjadi pedoman-pedoman hidup manusia. (Sumbangan dari fihak manusia ini terutama diutarakan dalam tradisi J).

Terutama dari tulisan-tulisan para Nabi djelaslah, bahwa pelaksanaan Perdjandjian bukannja pertama-tama terdiri dari pekerdjaan-pekerdjaan atau prestasi lahir, melainkan dari penjerahan penuh, didjiwai iman-kepertjajaan dan tjintakasih. Adapun sikap itu jang mendjadi dasar hubungan timbal-balik antara Jahwe dan umatNja. Antara hubungan ini seorang bapa kepada puteranja (Mal 3:17), dan dengan persahabatan (Yes 5).

Demikian panggilan umat Israel melambungkan dan mempersiapkan panggilan universil jang bersifat rohani seperti jang akan terlaksana dalam Israel jang baru. Perdjandjian, seperti djuga setiap panggilan, adalah Rahmat, suatu realita jang hidup dan berkembang dari masa kemasa menudju kesempurnaannja.

(0.85) (Kel 12:17) (full: HARI RAYA MAKAN ROTI YANG TIDAK BERAGI. )

Nas : Kel 12:17

Ayat Kel 12:15-20 menerangkan Hari Raya Roti Tidak Beragi yang harus diselenggarakan oleh orang Israel setelah memasuki Kanaan. Hari raya ini melambangkan penyerahan umat Allah yang didasarkan pada penebusan mereka dari Mesir. Dalam konteks ini ragi, unsur yang mendatangkan fermentasi, melambangkan dosa, dan roti yang tidak beragi melambangkan pertobatan, penolakan dosa, dan penyerahan kepada Allah

(lihat cat. --> Kel 13:7).

[atau ref. Kel 13:7]

  1. 1) Semua ragi (yaitu, pencemaran dunia dan dosa) harus dibuang dari rumah orang Israel, yang menandakan bahwa hidup dan rumah tangga mereka sebagai orang percaya harus dipisahkan untuk Allah (ayat Kel 12:15-16) karena apa yang telah dilakukan Allah bagi mereka (Kel 13:8-9). PB menghubungkan Hari Raya Roti Tidak Beragi ini dengan orang percaya yang membuang "ragi keburukan dan kejahatan" serta hidup di dalam "kemurnian dan kebenaran" (1Kor 5:6-8).
  2. 2) Kegagalan untuk berbalik dari dosa dengan iman yang benar kepada Allah mengakibatkan hukuman ilahi, yaitu dilenyapkan dari janji dan keselamatan perjanjian Allah

    (lihat cat. --> Kel 12:15 sebelumnya).

    [atau ref. Kel 12:15]

  3. 3) Perjamuan Paskah menandakan Hari Raya Roti Tidak Beragi (ayat Kel 12:6,18-19), melambangkan pentingnya iman dan ketaatan kepada Anak Domba yang dikorbankan. Orang percaya menyerahkan diri mereka kepada pertobatan dan hidup bagi Allah dengan penuh rasa syukur yang rendah hati.
(0.85) (Kel 34:18) (sh: Mencerminkan kemuliaan Tuhan. (Sabtu, 20 September 1997))
Mencerminkan kemuliaan Tuhan.

Ketika Musa turun dari Gunung Sinai, "kulit mukanya bercahaya oleh karena ia telah berbicara dengan Tuhan" (ayat korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">29). Musa tidak sadar bahwa kemuliaan Tuhan menyinari mukanya, tetapi bangsa Israel melihat itu dan menjadi takut. Setiap kali Musa menghadap Tuhan di Kemah Pertemuan, mukanya bercahaya. Semakin kita dekat pada Tuhan, semakin tampak kemuliaan Tuhan dalam hidup kita. Yang bersinar ialah hidup Kristen yang menjadi terang dunia mencerminkan kemuliaan-Nya.

Bersinar atau berkelip-kelip? Cahaya Musa bersifat sementara, sehingga ia menyelubungi mukanya. Maksudnya, supaya bangsa itu tidak takut, juga supaya pudarnya cahaya itu tidak terlihat. Cahaya Injil keselamatan dalam Yesus Kristus kekal adanya. "Kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya dalam kemuliaan yang semakin besar" (korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">3:7-18">2Kor. 3:7-18). Apakah kita tumbuh dalam kemuliaan Tuhan? Apakah Tuhan tampak dalam hidup kita? Ataukah hanya redup atau berkelip-kelip saja?

Renungkan: Selubung dosa atau jarang masuk ke hadirat Tuhan, membuat hidup orang tidak mencerminkan kemuliaan.

Doa: Betapa mulia panggilan yang Engkau percayakan padaku: menjadi terang dunia. Tolongku dekat dengan-Mu, Terang Dunia sejati.

(0.85) (Kel 38:1) (sh: Tanduk-tanduk mezbah. (Kamis, 25 September 1997))
Tanduk-tanduk mezbah.

Ada empat buah tanduk di atas mezbah itu. Orang yang takut akan pembalasan dendam dengan memegang tanduk di atas mezbah itu, mendapatkan perlindungan (1Raj. 1:50; korban-korban+keselamatan+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">2:28">1Raj. 2:28). Semua orang mengetahui bahwa manusia membutuhkan pegangan bagi hidupnya. Semua segi ibadah yang dilambangkan dalam berbagai alat di Kemah Suci itu akan sepi arti bila tidak menampung kebutuhan orang yang berbeban berat dan berdosa sarat.

Bejana pembasuhan. Bejana itu dipakai para imam untuk membersihkan tangan mereka, sebelum memimpin atau merayakan ibadah atau ritus keagamaan lainnya. Hal itu diperlukan sebab pemimpin agama dari umat Israel adalah orang berdosa juga. Hanya satu yang tidak berdosa yang tidak memerlukan pengampunan ataupun pembasuhan bagi diri-Nya, yaitu Yesus Kristus. Para pemimpin rohani masa kini beroleh kelayakan untuk memimpin di hadapan Allah, bila terus bersekutu dalam Kristus, beroleh pengudusan dan teladan dari-Nya.

Renungkan: Tuhan tidak saja menyediakan jalan pengampunan, Dia sendiri menuntun kita masuk ke dalam keselamatan dan kehidupan kudus.

Doa: Terbitkanlah dalam kami damai sejahtera karena telah beroleh pengampunan dari-Mu, o Tuhan.

(0.84) (Kel 14:31) (ende)

Penjeberangan laut Merah dalam keadaan sangat berbahaja ini salah satu peristiwa sedjarah jang terpenting dalam riwajat umat Israel. Dalam peristiwa ini Tuhan mewahjukan MahakuasaNja jang menjelamatkan serta maksudNja jang istimewa mengenai umatNja. Sangat mungkin sementara itu sebab musabab alam-kodrati berperanan djuga. Misalnja: angin Timur (aj.21)(Kel 14:21), demikian pula awan dan api (aj.20,24)(Kel 14:20,24). Akan tetapi kalau peristiwa ini kita terangkan setjara kodrati belaka, kita tidaklah menangkap maksud pengarang sutji, pun djustru tidak memahami apa jang menjebabkan tjerita ini begitu penting bagi iman kita.

Pertama-tama sangat djelaslah dalam riwajat ini tjampurtangan Tuhan sendiri ditekankan. Kemudian "angin Timur" tidak menundjukkan sebab kodrati semata-mata, melainkan serta merta mentjamkan karja Tuhan sendiri (Demikian pula halnja dengan awan dan api; lihat Kel 13:21 tjatatan).

Angin (ruah) memperingatkan kita akan Roh Allah, jang pada pentjiptaan alam melajang diatas air, dan jang kemudian memisahkan air dari daratan (Kej 1:2:9; bandingkan djuga dengan pemisahan terang dari gelap: dan pemisahan umat Israel dari rakjat Mesir: (Kel 14:20). Ini kita ketemukan djuga dalam tjerita air bah (Kej 8:1). Dalam Hos 13:15 angin Timur (qadim) sedjadjar dengan nafas Jahwe (ruah).

Angin dilukiskan sebagai alat Mahakuasa Tuhan djuga dalam Maz 104:3-4; Yer 10:13; Yeh 37:9 (hubungan antara roh dan angin). Dalam teks-teks bertjorak eskatologis-apokaliptis (mentjantum ramalan-ramalan tentang djaman terachir), jang ada persamaannja dengan teks-teks pentjiptaan, angin adalah Mahakuasa tuhan jang mengatur menjusun segala-galanja, dan berlawanan dengan keadaan katjau-balau. Salah-satu kekuasaan-pengatjau jang terpenting ialah laut beserta binatang-binatang isinja jang dahsjat (Maz 74:12-15; 89:10-11; Ayu 3:8; Yeh 27:1 bandingkan Kel 14:21 : Jahwe membendung arus laut). Djadi pada penjeberangan Laut Merah ini Jahwe seakan-akan mengulangi karjanja menjusun tjiptaanNja (demikian dengan djelasnja dalam Maz 77:17-20 dan Yes 51:9-10; binatang laut jang dahsjat itu kekuasaan-pengatjau dan sekaligus lambang Mesir). Djadi umat Israel dibebaskan oleh kekuasaan jang hanja dimiliki Tuhan sendiri.

Pengungsian dari Mesir dan pembebasan dari perbudakan ini mempunjai arti jang lebih dalam djuga, jakni pertobatan dari dosa, perubahan rohani dari hidup tanpa Tuhan mendjadi umat Tuhan, jang seutuh-utuhnja pertjaja akan Tuhan. Perubahan sikap hidup inilah maksud dan tudjuan pokok dari pembebasan jang serba mengagumkan itu (lih. aj.31)(Kel 14:31).

Perdjalanan menjeberangi air dalam Kitab Sutji tetap melambangkan Keselamatan dan harapan akan Keselamatan (bandingkan Kej 8:22 tjatatan). Demikianlah penjeberangan ini melambangkan baptis: melalui air kita diselamatkan, dan bersama Kristus kita bangkit memulai hidup baru mendjadi umat Tuhan. (Mat 3:13-17 par: Jesus sebagai Israel baru, sekaligus djuga menundjukkan baptis; 1Ko 10:2,6)



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA