Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 46 ayat untuk kita berkata AND book:19 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 27:8) (bis: Engkau berkata)

Engkau berkata: menurut naskah Ibrani: Aku berkata.

(0.82) (Mzm 91:2) (jerusalem: akan berkata) Maksudnya: Orang semacam itu berhak untuk berkata. Naskah Ibrani diperbaiki sedikit. Tertulis: Aku (yang duduk dalam... ) berkata.
(0.82) (Mzm 45:10) (jerusalem: hai puteri) Pemazmur mulai berkata kepada permaisuri.
(0.74) (Mzm 41:6) (jerusalem: berkata dusta) Harafiah: berkata sia-sia Artinya: mengatakan hal-hal yang tidak kena, tidak jujur.
(0.69) (Mzm 89:3) (jerusalem: Engkau telah berkata) Ini diambil dari awal Maz 89:3 di mana dalam naskah Ibrani tertulis: Aku telah berkata. Dalam terjemahan-terjemahan kuno terbaca: Engkau telah berkata.
(0.67) (Mzm 119:57) (ende)

Dapat diterdjemahkan djuga: Bagianku ialah Allah; aku telah berkata: firmanMu hendak kupeliharakan.

(0.67) (Mzm 37:26) (jerusalem: menjadi berkat) Maksudnya: orang akan memberkati dengan berkata: semoga engkau bahagia seperti keturunan orang benar itu.
(0.67) (Mzm 119:57) (jerusalem: Bagianku....) Terjemahan lain: Aku telah berkata ya TUHAN: Bagianku ialah berpegang pada firmanMu.
(0.64) (Mzm 49:1) (sh: Kebahagiaan yang sia-sia (Jumat, 13 Februari 2004))
Kebahagiaan yang sia-sia

Seringkali kita sebagai orang Kristen merasa rendah diri di hadapan orang yang kaya, atau yang memiliki kuasa, sehingga kita tidak berani memberitakan Injil kepada orang-orang sedemikian. Padahal kita sama-sama manusia ciptaan Allah, yang tidak memiliki apa-apapun yang dapat dibanggakan di hadapan Allah. Lebih lagi kita sebagai anak-anak Tuhan, dengan tetap rendah hati dapat mengatakan bahwa kita memiliki kebahagiaan sejati. Jangan lupa, orang-orang kaya dan atau berkuasa kalau tidak memiliki Kristus di dalam hati, belum tentu bahagia. Kebahagiaan mereka kalaupun ada tidak hakiki.

Pemazmur di dalam hikmat Tuhan mengajak kita merenungkan kembali kebenaran ini: kekayaan, hikmat dan kuasa tidak dapat membeli kehidupan. Semua hal tersebut yang menjadi pegangan selama ini tidak dapat menolong mencegah kematian datang (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6-15).

Persoalannya adalah banyak orang tertipu oleh apa yang di tangannya. Mereka merasa yakin bahwa dengan apa yang mereka miliki, kekayaan, hikmat, ataupun kekuasaan dapat menyelamatkan dirinya, pemazmur mengajar di dalam “hikmat Ilahi” bahwa hanya Tuhan saja yang mampu membebaskan seseorang dari kebinasaan. Paling tidak itulah pengalaman si pemazmur (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">16).

Maka sekarang ia mengajak kita semua untuk tidak usah minder terhadap mereka yang membanggakan kekayaannya, atau hikmatnya, atau kekuasaannya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">17). Kita memiliki sesuatu yang lebih daripada semua hal tersebut. Kita dimiliki Allah pemilik hidup. Maka dari itu, justru kita harus berani untuk berkata-kata, menegur dalam kasih orang-orang yang terlalu percaya diri tersebut. Mereka akan binasa bila hanya mengandalkan apa yang mereka miliki. Mereka harus menjadi milik Allah. Tugas kita adalah memberitakan kebenaran itu.

Renungkan: Kapan terakhir kali Anda berkata kepada orang kaya, bahwa mereka membutuhkan Kristus untuk keselamatan mereka?

(0.63) (Mzm 45:16) (jerusalem: anak-anakmu) Diharapkan pernikahannya raja akan subur. Kurang jelas apakah pesajak berkata kepada permaisuri atau kepada raja.
(0.59) (Mzm 67:1) (sh: Mazmur Mesias. (Rabu, 29 April 1998))
Mazmur Mesias.

Bacalah Mazmur ini sekali lagi. Singkat tapi padat. Mata kita semakin tercelik. Ini merupakan Mazmur Mesias atau Mazmur Milenium. Bukankah Doksologi dan ucapan Berkat Iman ada di dalamnya? (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">67:1" context="true" vsf="TB">2, bdk. Bil. 6:24-25). Siapakah "jalan-Mu" itu, kalau bukan Kristus yang berkata "Akulah jalan" (kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">14:6">Yoh. 14:6)? Siapakah yang memungkinkan kita beroleh keselamatan? Siapakah yang akan memerintah suku-suku bangsa sehingga mereka bersorak? (Bdk. kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7:9">Why. 7:9). Bukankah Dia yang memegang pemerintahan atas dunia? (kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">11:15">Why. 11:15).

Segala ujung Bumi. Setiap manusia tinggal di ujung bumi. Pemazmur berharap kiranya setiap orang di segala ujung bumi takut akan Allah. Cocokkah ini dengan Amanat Agung Sang Mesias dalam Mat. 28:19-20? Memang ada fakta, kondisi dan kekacauan di planet bumi. Semakin maju dunia modern ini, justru semakin tercabik-cabik dalam masa globalisasi. Tetapi Kristen harus merindukan agar seluruh ujung bumi diberkati Allah melalui iman percaya mereka kepada Tuhan Yesus Kristus. Biarlah ujung bumi mendengar suara-Nya.

Renungkan: Jangan terpedaya oleh janji persatuan yang di luar Kristus. Hanya Dia yang memulihkan utuh dan mendamaikan kita, yang berporoskan damai dengan Allah.

(0.59) (Mzm 109:1) (sh: Masalah kejahatan (Minggu, 28 April 2002))
Masalah kejahatan

Penderitaan sering dijadikan alasan untuk tidak beriman dan menolak keberadaan Allah. Untuk kita yang beriman pun, penderitaan menimbulkan masalah sebab kita percaya bahwa Allah ada, baik, berkuasa. Masalah lain adalah pergumulan bagaimana kita meresponi pihak yang darinya datang kejahatan yang membuat kita menderita.

Mazmur ini mengajarkan kita tentang respons orang beriman terhadap masalah kejahatan. Allah disapa sebagai Tuhan Allah perjanjian (Yahwe, 20-28). Keyakinan ini mengakrabkannya dengan Allah dan mengingatkan Allah agar membelanya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1). Dengan berkata, “tetapi Engkau, ya Yahwe, Tuhanku” (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">21) dan rangkaian permintaan, “bertindaklah bagiku”, “lepaskanlah aku”, “tolonglah aku”, “selamatkanlah aku”, pemazmur kini menempatkan dirinya di dalam tanggung jawab Allah yang memelihara dan yang setia pada perjanjian-Nya.

Dengan melandaskan permohonan dan klaimnya atas nama Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">21) dan kasih setia Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">26), isi permohonan pemazmur ini tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi kemuliaan Allah. Memang kita dikejutkan oleh permohonannya yang penuh dengan penghukuman dan penghakiman (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6-20). Tetapi, semua itu merupakan ungkapan normal manusia yang diperlakukan tidak adil oleh sesamanya, juga ungkapan percaya bahwa Allah tidak akan berdiam diri dengan kejahatan. Di akhir mazmur ini, gema kerinduan mengalami kebenaran dan keadilan Allah itu makin kuat. Ia tidak sekadar ingin melihat punahnya orang-orang jahat, tetapi ia ingin memuji- muji Allah karena kemuliaan-Nya telah dinyatakan.

Renungkan: Jangan menutup mata terhadap kejahatan. Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebaliknya, berdoalah agar kejahatan yang mengakibatkan penderitaan beroleh pembalasan setimpal.

Bacaan untuk Minggu Paskah 5

Kisah Para Rasul 14:19-28

Wahyu 21:1-5

Yohanes 13:31-35

Mazmur 145:1-13

Lagu:

Kidung Jemaat 343

PA 8 mazmur 108

Mazmur 108 ini merupakan gabungan Mazmur 57:7-11 (bdk. 1-5) dan Mazmur 60:5-12 (bdk. 6-13). Penggabungan kedua mazmur ini rupanya ditujukan untuk meresponi situasi yang muncul dalam kitab III (lihat pengantar Mazmur 93-111). Konteks dekatnya, ps. 107, adalah perayaan atas karya Allah yang telah menyelamatkan umat- Nya dan mengembalikan mereka dari pembuangan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">107:2-3), dan berisi undangan agar umat mensyukuri kasih setia kekal Allah dengan ucapan syukur. Menimbang kedua konteks ini, kita dapat menyimpulkan bahwa mazmur ini adalah respons terhadap ajakan dalam ps. 107, yaitu ucapan syukur umat yang kembali dari pembuangan sambil terus mengarahkan tatapan harapan mereka ke depan kepada tindakan-tindakan Allah selanjutnya.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Apa isi tekad pemazmur kepada Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-3)? Mengapa pemazmur terdorong untuk memuji Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4)? Mengapa ia seolah berbicara kepada dirinya sendiri, sesudah mengungkapkan tekadnya kepada Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1b)? Apa saja yang akan dilakukannya dalam memuji Allah? Apa hubungan tindakan itu dengan jiwanya? Mengapa tidak cukup memuji Tuhan dalam batin saja?

Situasi apa yang membuat pemazmur mengiringi pujiannya dengan permohonan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5-6,10-13)? Apabila pendapat bahwa mazmur ini ditulis sesudah pembuangan benar, apa maksud permintaan pemazmur ini (bdk. 7-13)? Pelajaran apakah yang dapat kita petik tentang hubungan pujian dan situasi kehidupan? Tepatkah pendapat bahwa kita hanya dapat memuji Tuhan sesudah kita sepenuhnya lepas dari berbagai masalah?

Dalam mazmur ini, alasan pujian bukan saja perbuatan nyata Allah yang telah dialami, tetapi juga firman Allah yang berisi janji-janji- Nya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7-9). Janji-janji apakah yang diingat oleh pemazmur kini? Bagaimana hal tersebut relevan untuk situasinya saat itu?

Perhatikan bagaimana pemazmur meresponi firman itu dengan permohonan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">10-11). Pikirkan hubungan pujian, mengingat firman, dan keyakinan iman dalam memohon sesuatu kepada Tuhan. Mungkinkah kurang bersyukur menyebabkan orang lemah iman?

(0.59) (Mzm 53:1) (sh: Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi (Jumat, 24 Agustus 2001))
Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi

Mari kita melihat potret diri bangsa kita. Betapa buruk bahkan cenderung semakin buruk wajah bangsa kita. Ledakan bom bukan lagi merupakan berita yang terjadi di negara lain yang kita dengar melalui ‘Dunia Dalam Berita’ namun sudah menjadi berita lokal. Koruptor besar bisa bebas secara legal sementara pencuri motor atau ayam mati dibakar massa. Pajak digalakkan untuk menutupi defisit belanja negara karena pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa dan kuasa untuk menagih uang yang digelapkan oleh para koruptor besar. Akibatnya rakyat semakin menderita sebab sabun mandi pun sudah menjadi barang mewah.

Proses pembusukan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang wajar selama angggota masyarakatnya tidak mengakui adanya Allah dalam hatinya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2). Ada yang menarik untuk diperhatikan dalam perkataan pemazmur ‘orang bebal berkata dalam hatinya’. Artinya bisa saja mereka mempunyai kehidupan beribadah secara lahiriah namun jika dalam hatinya mereka menolak Allah, proses pembusukan akan tetap terjadi. Bagi pemazmur itu adalah hal yang wajar sebab memang seluruh umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada yang mencari Allah (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3-5). Dengan kata lain apa yang dapat diharapkan dari masyarakat jika manusia masih dikuasai oleh dosa?Pemazmur juga mengingatkan kepada kita agar tidak bersikap masa bodoh terhadap proses pembusukan tersebut, sebab cepat atau lambat kita akan menjadi korban kejahatan terstruktur mereka (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Namun pemazmur juga mengingatkan kita untuk tidak gentar dan undur dari Allah, sebab Allah tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil kejahatannya begitu saja. Bila waktunya tiba Allah akan menghabisi mereka karena mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu hendaklah umat Allah tetap berharap hanya kepada-Nya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7).

Renungkan: Kita patut bersyukur bahwa Allah senantiasa akan menyelamatkan umat-Nya. Namun kita pun harus berjuang untuk menghentikan proses pembusukan itu. Satu-satunya antibiotik yang dapat menghentikan proses itu adalah darah Yesus Kristus. Potret diri bangsa kita akan diperbaiki jika pemimpin bangsa kita dibasuh oleh darah Yesus sehingga mereka mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Itulah tugas kita. Marilah kita bergegas menunaikannya, berpacu dengan waktu.

(0.59) (Mzm 34:1) (sh: Iman yang berakar pada karakter Tuhan (Kamis, 2 Agustus 2001))
Iman yang berakar pada karakter Tuhan

Mazmur ini merupakan suatu lantunan syukur (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-11) dan nyanyian pengajaran Daud (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">12-23) yang mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6), menikmati kebaikan- Nya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9), serta merasakan kedekatan dengan-Nya pada masa-masa yang sulit (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">19). Alasan dari ajakannya ini tidak lain didasarkan pada karakter Tuhan yang mendengar (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7a, 18a), melepaskan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5b, 18b), dan menyelamatkan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7b, 19b) orang- orang benar (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">16, 20, 22) yang mencari (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 7) dan takut akan Dia (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8, 10, 12). Mereka yang berlindung pada-Nya akan berbahagia (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9), mendapatkan keamanan dan tidak akan menanggung hukuman (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">21, 23).

Pada Mazmur ini Daud memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar dan kunci untuk menikmati kehidupan yang akan mengokohkan kesukaan dan kepuasan, sebagai berikut: [1] Takut akan Tuhan (ayat 8, 10, 12); [2] Berseru kepada Tuhan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5,11); dan [3] Bertekad untuk hidup dalam kebenaran (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14, 15). Semuanya ini akan membawa orang benar ke dalam perlindungan, kecukupan, pemenuhan kebutuhan, dan jawaban doa. Namun semuanya ini bukanlah berarti bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan mudah. Pilihan orang benar untuk berkata "Tidak" bagi yang jahat dan berkata "Ya" untuk hal-hal yang baik (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14, 15) tidak selalu menjadikan hidupnya lancar dan mujur, namun seringkali justru membawanya pada berbagai hambatan dan kemalangan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">20a).

Melalui Mazmur ini Daud menghalau kenaifan iman yang tidak mengandung kekuatan untuk melawan serangan gencar dari yang jahat, sebaliknya menuntun kita pada iman yang berakar pada karakter Tuhan. Iman ini membawa kita pada keyakinan bahwa berbeda dengan orang fasik yang menuju kematian oleh kemalangannya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">22), tidaklah demikian dengan orang benar, Tuhan mendengar dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya apabila mereka berseru- seru kepada-Nya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">18), dan menjatuhkan hukuman kepada siapa yang membenci mereka (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">22), sebab mata Tuhan tertuju kepada orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">16).

Renungkan: Iman yang berakar pada karakter Tuhan tidaklah dibangun di atas dasar yang naif dengan meniadakan kesulitan. Iman mampu menambal kehancuran hati, tetapi tidaklah menghindarkan hati dari kehancuran.

(0.58) (Mzm 115:1) (sh: Allah yang menghantar (Selasa, 17 Agustus 1999))
Allah yang menghantar

Ayat-ayat pertama Mazmur ini merupakan doa agar Allah yang hidup, yang mulia pada peristiwa Laut Merah dan sungai Yordan kembali dimuliakan dan ditinggikan, karena Allah sudah tidak lagi ditakuti bangsa-bangsa lain, bahkan dicemooh (2). Dilihat dari perspektif zaman sekarang, hal ini mengingatkan kita bahwa Allah yang sudah menghantar Indonesia menuju kemerdekaan, tidak lagi ditinggikan dan dimuliakan dalam kehidupan yang kudus dan adil. Mulut tidak berkata tentang kebenaran. Kejahatan dan ketidakadilan dibiarkan seolah tidak dilihat. Suara teriak orang tertindas hanya menembus dinding karena telinga tak berfungsi.

Allah yang membimbing. Bagaimana Kristen hidup masa kini, tidak boleh lepas dari apa yang Allah lakukan di masa lalu. Itulah fondasi hidup masa kini dan masa depan. Karena itu Kristen harus mempertaruhkan hidup masa kini dan masa depannya hanya pada-Nya. Perwujudannya adalah dalam kesiapan memuji Tuhan sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Tidak berarti bahwa Kristen hanya bernyanyi sepanjang hidupnya, tetapi selalu diwarnai ucapan syukur, karena keyakinan akan diri-Nya. Kita harus yakin bahwa Allah tidak hanya menghantar kepada kemerdekaan, namun akan terus membimbing bangsa ini menuju pada masa depan yang penuh pengharapan.

(0.58) (Mzm 43:1) (sh: Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku (Senin, 13 Agustus 2001))
Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku

Kegelisahan-kegelisahan akibat berbagai tekanan hidup, perlakuan yang tidak adil, dan kondisi yang tidak aman seringkali menjadi beban yang memperberat langkah hidup kita. Di saat seperti ini kita membutuhkan adanya pembebasan, pembelaan, dan tempat peristirahatan yang dapat memulihkan sukacita kita. Kebutuhan akan hal seperti inilah yang melatarbelakangi lahirnya doa permohonan pemazmur. Namun dimanakah jawaban atas pergumulan ini dapat ditemukan?

Sebagaimana dalam Mazmur 42, demikian juga dalam Mazmur 43 ini, pemazmur diliputi kegelisahan yang sedemikian dalam. Ia diliputi ketidakmengertian, mengapa Allah yang adalah tempat pengungsian yang aman membuang dirinya sehingga ia hidup berkabung di bawah impitan musuh (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2). Kekuatan dan jawaban atas pergumulannya ini terletak di dalam doa yang dipanjatkannya. Ia memohon agar Tuhan memperjuangkan keadilan dan perkaranya serta meluputkannya dari orang-orang curang yang menipunya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1). Ia berdoa memohon agar Tuhan memerintahkan terang dan kesetiaan-Nya untuk menuntunnya berjumpa Allah yang adalah sukacita dan kegirangannya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3-4).

Doanya ini mengubah kegelisahannya menjadi pengenalan akan Allah sebagai tempat pengungsian yang membuatnya bersuka dan bergembira. Doa ini telah membawa keletihan jiwanya pada tempat peristirahatan yang nyaman. Doa ini mengubah nada refrein lagunya, semula ia menyanyikan refrein lagunya dengan nada pilu dengan harap-harap cemas (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">42:6, 12), tetapi kini dengan nada optimis ia berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku, dan Allahku!" (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Melalui kekuatan yang ditemukan dalam doanya ia menyadari bahwa tidak seharusnya ia merasa tertekan dan gelisah, karena ia memiliki pengharapan di dalam Allah yang menjadi penolongnya.

Renungkan: Apakah kita merasa tertekan, gelisah, terbuang, dan hidup di bawah impitan? Berharap dan berdoalah agar terang serta kesetiaan Tuhan menuntun Anda mendekat kepada Allah, dan nikmatilah persekutuan yang indah dengan-Nya.

(0.58) (Mzm 52:1) (sh: Percaya akan kasih setia Allah (Minggu, 6 Juni 2004))
Percaya akan kasih setia Allah

Seorang pemuda berkata bahwa ia sudah enam tahun mengikut Tuhan tetapi belum pernah melihat pertolongan Tuhan dalam hidupnya. Sebaliknya ada orang yang dilihatnya tidak mengikut Tuhan tetapi selalu berhasil dalam berbagai hal. Timbul pertanyaan dalam hatinya. Di manakah kesetiaan Allah? Bukankah Ia berjanji akan memberkati umat-Nya, melindunginya dan membuat hidupnya berhasil?

Mazmur ini menggambarkan kehidupan orang yang dikasihi Allah tetapi menderita bahkan hendak dibunuh oleh karena mengatakan kebenaran. Kitab 1 Samuel 22 menceritakan bagaimana atas perintah raja Saul dalam satu hari ada delapan puluh lima orang imam mati dibunuh. Saul menyuruh Doeg, seorang kafir untuk mengeksekusi orang-orang yang dikasihi Allah itu. Ternyata Saul lebih mencintai kejahatan dan dusta (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5), bahkan bermegah atas kejahatan yang dilakukannya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3).

Akan tetapi pemazmur yakin bahwa Allah sendiri akan menghukum orang berdosa. Mereka tidak akan tinggal di rumahnya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7). Sementara ia sendiri akan tetap berada di dalam rumah Allah, dan percaya akan kasih setia Allah untuk seterusnya dan selamanya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">10). Demikian kita lihat bahwa di akhir hidupnya, Saul jatuh oleh pedang. Sebaliknya Daud naik takhta dan tetap kokoh sebagai bukti kasih setia Allah terhadap janji dan perjanjian-Nya.

Renungkan: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habis rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu (Rat. 3:22-23).

(0.58) (Mzm 65:1) (sh: Berkat yang berkelimpahan (Senin, 27 April 1998))
Berkat yang berkelimpahan

Berkat yang berkelimpahan telah Tuhan sediakan bagi umat yang hidup serasi dengan-Nya. Ia tahu persis apa yang manusia perlukan secara utuh. Perhatikan unsur-unsur berkat itu:

Mental dan Rohani. Bisa bersikap mental yang benar terhadap Allah, terhadap harta benda, terhadap janji, dan nazar, adalah berkat Tuhan. Keampunan dosa (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">65:4" context="true" vsf="TB">5), perasaan mantap karena jaminan perlindungan Allah merupakan sebagian berkat rohani. Betapa sering orang yang berharta cukup, namun tidak pernah merasa cukup. Kristus berkata, "Bukannya dengan roti saja manusia boleh hidup, melainkan dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah".

Jasmani dan Sosial. Tuhan memahkotai tahun-tahun kehidupan orang percaya dengan kebaikan-Nya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">65:11-13" context="true" vsf="TB">12-14). Padang kering kerontang memberi hasil. Padang rumput penuh ternak. Lembah-lembah menghasilkan roti. Ini semua karena irigasi lancar dan hasil melimpah, dst. Hubungan sosial baik, kerukunan tercipta, karena masyarakat takut akan Tuhan. Pergaulan orang percaya dengan orang lain menjadi serasi. Sorak-sorai terdengar dan umat bernyanyi ria. Bukankah Tuhan membangkitkan orang-orang yang sehat secara jasmani dan sosial untuk menolong orang yang memerlukan?

Renungkan: Adakah hal lebih mulia daripada Tuhan yang memahkotai hari-hari kita?

(0.57) (Mzm 69:1) (sh: Ketika anak Tuhan difitnah (Jumat, 29 Oktober 2004))
Ketika anak Tuhan difitnah

Pada umumnya seseorang yang dituduh melakukan kesalahan akan membela diri tanda tidak bersalah dan mencari orang lain untuk dipersalahkan. Kalau anak Tuhan yang difitnah, bagaimana seharusnya sikap kita?

Dalam nas ini pemazmur kelihatannya difitnah oleh musuhnya dengan tuduhan ia telah mencuri (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5). Padahal, ia tidak melakukannya. Namun, pemazmur menyadari bahwa ada kebodohan yang telah ia lakukan sehingga ia berada dalam situasi seperti ini (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6). Rupanya sikap bodoh pemazmur ini dimanfaatkan oleh para musuhnya untuk menyebarkan gosip bahwa dirinya adalah pencuri. Akibat dari fitnah ini sungguh dahsyat, ia tidak dipercaya lagi oleh banyak orang, sanak saudaranya sendiri, dan orang percaya. Sehingga ia menjadi "batu sandungan" bagi orang-orang yang mengenalnya sebagai anak Tuhan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8-13). Inilah yang meresahkan pemazmur yaitu fitnah para musuhnya ini menyebabkan banyak anak Tuhan menjadi lemah imannya. Mungkin mereka berkata: "Kalau anak Tuhan kelakuannya seperti ini, layakkah kita mempercayai Tuhannya?" Pemazmur merasa seolah-olah dirinya tenggelam di "rawa keputusasaan" maka ia berseru memohon pertolongan Tuhan (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-3,14-19). Pemazmur yakin bahwa kasih setia Tuhan akan menolong dan mengangkat dia dari situasi tidak menyenangkan yang menjepitnya ini.

Perhatikanlah doa permohonan pemazmur kepada Tuhan. Doa ini dipanjatkan bukan semata-mata agar Tuhan membela dirinya, tetapi juga supaya anak Tuhan lain jangan lemah imannya (ayat kita+berkata+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7). Sungguh suatu pelajaran indah yang bisa kita pelajari dan teladani dari sikap dan doa pemazmur. Ketika ia difitnah sampai menanggung kerugian moril, hal yang paling dikuatirkannya bukan sekadar dirinya saja, tetapi pengaruh gosip fitnah tersebut bagi persekutuan umat Tuhan. Hiduplah dengan bijak supaya orang lain tidak memperoleh kesempatan untuk memfitnah Anda. Namun, kalau ini terjadi jangan mencari pembelaan dunia melainkan minta Tuhan bertindak membela Anda.

Yang kulakukan: Saya akan memercayai dan menantikan pembelaan Tuhan saat saya difitnah.



TIP #08: Klik ikon untuk memisahkan teks alkitab dan catatan secara horisontal atau vertikal. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA