Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 386 ayat untuk kita akan menjadi AND book:[1 TO 39] AND book:19 (0.005 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 37:26) (jerusalem: menjadi berkat) Maksudnya: orang akan memberkati dengan berkata: semoga engkau bahagia seperti keturunan orang benar itu.
(0.98) (Mzm 83:1) (sh: Menyongsong kemenangan (Senin, 26 September 2005))
Menyongsong kemenangan

Menyongsong kemenangan Berbicara tentang kemenangan dalam kondisi sulit, rasanya tidak realistis. Hal yang tidak realistis inilah yang mendominasi doa Asaf ini. Umat Israel sedang terancam persekongkolan jahat bangsa-bangsa yang memusuhi mereka (ayat 8-9). Dalam situasi buruk ini, Perjanjian Allah dan doa yang mengantisipasi kemenangan menjadi dasar umat Israel bersikap sehingga mereka mampu menghadapi persekongkolan jahat itu.

Umat Israel menyadari arti perjanjian Allah bagi mereka dan implikasinya terhadap kesulitan yang mereka alami. Dengan mengadakan perjanjian, Allah menempatkan diri-Nya di pihak umat-Nya. Ia menjadi penyelamat, pemilik, dan pelindung umat-Nya, maka para musuh umat Israel akan menjadi musuh Allah sendiri. Atas dasar ini, pemazmur berseru agar Tuhan membuyarkan kekuatan dari persekongkolan jahat itu (ayat 14-16). Hasilnya, doa permohonan berubah menjadi doa menyongsong kemenangan. Asaf mengingat akan perbuatan-Nya di masa lalu saat para hakim satu per satu mematahkan kejahatan bangsa-bangsa zaman mereka (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">10-13).

Berdoa berdasarkan perjanjian ilahi harus menjadi disiplin rohani kita. Realitas hidup tidak selalu ramah. Kesepakatan jahat dari orang-orang yang berprinsip hidup berbeda dengan kita dapat menekan kita. Hadapilah perilaku dari orang tak beriman itu dengan fakta Perjanjian Allah bagi kita. Kita adalah umat perjanjian karena nyawa Kristus dan meterai Roh Allah. Namun, kita hanya dapat menghayati kekuatan yang datang dari fakta perjanjian Allah itu, jika kita sendiri aktif menautkan diri kita kepada-Nya. Kesadaran tinggi bahwa kita adalah milik-Nya membuat kita memiliki keyakinan teguh bahwa apa pun yang kita alami justru akan membuat pihak lawan mengakui kemuliaan Allah (ayat 17-19).

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.97) (Mzm 73:17) (full: AKU ... MEMPERHATIKAN KESUDAHAN MEREKA. )

Nas : Mazm 73:17

Allah menunjukkan kepada pemazmur nasib orang fasik.

  1. 1) Penyataan ini menempatkan persoalan pemazmur baik dalam segi kekekalan (ayat Mazm 73:17-20) maupun berkat tertinggi bagi orang percaya (ayat Mazm 73:25-28). Pada akhirnya semua orang benar akan berhasil dan menang bersama Allah, sedangkan orang fasik akan binasa.
  2. 2) Dalam hidup kita yang singkat ini, jikalau kita menilai hal-hal hanya dari pandangan manusawi yang terbatas, sebatas dunia, maka kita pasti akan menjadi kecewa dan putus asa. Kita harus memiliki Firman Allah yang dinyatakan dan Roh Kudus untuk menyelesaikan perjalanan hidup ini dengan iman dan keyakinan akan kebaikan dan keadilan Allah.
(0.96) (Mzm 119:161) (sh: Jiwaku memuji-Mu (Senin, 30 Agustus 1999))
Jiwaku memuji-Mu

Jiwaku memuji-Mu. Mazmur yang panjang ini diakhiri dengan bait yang penuh pujian. Pujian ini lahir bukan dari pengalaman pemazmur yang telah bebas dari segala penderitaan dan penindasan, melainkan dari keputusan pemazmur untuk tetap berpegang pada firman-Nya, yang menjadi kesukaan selama hidupnya. Pengalaman pahit dalam hidupnya tak sedikit pun menggeser/menggoyahkan tekadnya untuk melangkah sesuai dengan firman-Nya. Apa pun yang terjadi, firman-Nya tetap terpenting dan terutama dalam hidupnya. Ketika hati kita penuh pujian, karena firman-Nya yang memimpin langkah hidup kita, maka kita pasti akan dimampukan untuk menatap pergumulan dengan iman pengharapan bahwa Tuhan beserta kita.

Respons terhadap firman Tuhan. Pemazmur telah memberi teladan praktis dalam memberi respons terhadap firman Tuhan, sehingga pengalaman kerohaniannya diperkaya dengan hadirnya kuasa dan keajaiban firman-Nya. Bagaimana respons kita terhadap kekayaan firman yang baru tiap hari? Adakah firman itu membentuk dan memurnikan hidup kita? Hal ini akan menjadi pengalaman kerohanian kita bila kita mau hidup terbuka di hadapan-Nya, rela dibersihkan dan dipimpin firman kebenaran-Nya, sehingga kita semakin peka akan dosa-dosa kita dan mengarahkan diri pada jalan-Nya.

(0.96) (Mzm 70:1) (sh: Iman yang mampu menerobos keadaan genting (Kamis, 18 Oktober 2001))
Iman yang mampu menerobos keadaan genting

Iman yang mampu menerobos keadaan genting. Keadaan yang genting, kacau, dan tak terkendali seringkali memperhadapkan kita pada berbagai kemungkinan, risiko, kepanikan, dan tindakan yang harus diambil secara cepat. Tidak jarang, pada situasi seperti ini kita harus berhadapan dengan ketegangan, berbagai kebingungan, dan tersudut oleh berbagai tindakan yang gegabah. Pada situasi seperti ini, iman memegang peranan yang penting. Iman akan menuntun kita untuk mengambil tindakan-tindakan yang tepat, yang tidak berdasarkan pada pertimbangan yang kacau, melainkan pada kebergantungan kepada Allah yang mengendalikan keadaan.

Mazmur 70 ini merupakan pancaran iman Daud yang mampu menerobos keadaan genting. Pengenalannya akan Allah menolongnya untuk tidak putus asa ataupun terpancing untuk bertindak gegabah, ketika diperhadapkan dengan situasi yang tidak terkendali. Sebaliknya, ia menunjukkan respons yang sangat mengagumkan. Dalam keadaan genting, ia menyediakan waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan berdoa memohon agar Tuhan memberikan pertolongan-Nya dengan segera (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2, 6). Ia menyadari ketidakberdayaannya, namun memiliki pengharapan yang kuat kepada Tuhan (ayat 3-5). Ia tidak bertindak gegabah mengandalkan kekuatan dan strateginya sendiri, melainkan bergantung sepenuhnya kepada pertolongan Tuhan. Inilah teladan dari iman yang terpancar kuat di tengah keadaan yang genting.

Keputusan untuk bergantung sepenuhnya kepada Tuhan dalam situasi yang genting, bukanlah tindakan yang mudah diterapkan. Tetapi di sinilah letak nilai iman. Karena di dalam iman terkandung risiko. Iman yang mampu menerobos segala keadaan dan keterbatasan adalah iman yang mampu bertahan ketika diperhadapkan dengan pertaruhan dan risiko yang besar.

Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang penuh dengan kepanikan, di mana kita tidak lagi dapat menguasai keadaan, janganlah bersandar pada kekuatan sendiri. Sediakanlah waktu sejenak untuk berdiam diri di hadapan Tuhan, berinteraksi dengan-Nya, dan bersandar sepenuhnya pada pertolongan-Nya yang akan datang tepat pada waktunya.

(0.96) (Mzm 37:1) (sh: Mengikis iri hati (Minggu, 5 Agustus 2001))
Mengikis iri hati

Mengikis iri hati. Iri hati! Inilah suatu kata yang enggan kita akui, namun memiliki daya yang mempengaruhi panorama hari-hari kita. Kita perlu selalu mewaspadainya, karena walaupun ia muncul dengan cara yang terselip dan merayap perlahan, namun dengan cepat ia akan menyergap serta menjebak kita ke dalam berbagai persaingan, ketidakpuasan, dan kemarahan.

Hal seperti inilah yang menjadi sorotan Daud. Ia dengan sangat memperingatkan agar kita menghindari kemarahan dan panas hati yang disebabkan oleh perasaan iri hati terhadap mereka yang berbuat jahat, curang, dan melakukan tipu daya, namun berhasil dalam hidupnya (ayat 17). Kemarahan dan panas hati yang tidak terkendali sangat merugikan dan berbahaya karena akan menggiring seseorang pada kejahatan demi pemuasan kemarahannya (ayat 8).

Bukankah sesuatu yang menakjubkan jikalau kita menjadi iri hati bahkan terhadap mereka yang memperoleh keuntungan dengan cara yang fasik? Daud di dalam hikmatnya menyoroti perasaan ini sebagai gambaran dari orientasi hidup yang menyimpang dari Tuhan, dan untuk mengikisnya ia mengajak kita untuk: [1] menatap ke depan dan melihat akhir hidup mereka (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2, 10); serta [2] memusatkan orientasi hidup kepada Tuhan, percaya kepada-Nya (ayat 3), bergembira karena-Nya (ayat 4), menyerahkan hidup kepada-Nya (ayat 5), dan berdiam diri serta menantikan-Nya (ayat 7). Maka Ia akan bertindak, memberikan apa yang kita inginkan (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4, 5), dan memunculkan kebenaran serta hak kita (ayat 6), sehingga kita dapat menikmati kegembiraan dan kesejahteraan yang berlimpah-limpah (ayat 11).

Renungkan: Mata yang penuh iri hati terjebak oleh keberhasilan orang lain, sedangkan pandangan mata yang terpusat kepada Allah akan mengikis keirihatian. Apa sebenarnya yang menjadi orientasi hidup Anda?

Bacaan untuk Minggu Ke-9 sesudah Pentakosta

Yeremia 23:1-6

Efesus 2:11-18

Markus 6:30-34

Mazmur 23

Lagu: Kidung Jemaat 436

PA 5 Mazmur 36

Mazmur ini memaparkan sebuah kontras antara orang fasik dengan kasih setia Tuhan. Kontras ini bertujuan membawa kita pada pemahaman akan kasih setia Tuhan bagi umat-Nya di tengah-tengah kejahatan manusia. Pemazmur menyusun perenungannya dengan empat elemen: [1] Penjabaran tentang kebiasaan hidup orang fasik (ayat 2-5); [2] Perenungan tentang kasih setia Tuhan (ayat 6-10); [3] Doa permohonan akan kasih setia Tuhan (ayat 11); dan [4] Doa permohonan untuk perlindungan dari yang jahat (ayat 12-13).

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Dimanakah letak sumber kesalahan orang fasik (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2a)? Tiga akar kesalahan apakah yang ada di balik kebiasaan dan tekad orang fasik sehingga mereka tidak dapat lagi mengenali, membenci, ataupun berhenti dari kesalahannya (ayat 2-3)? Hal-hal apa saja yang dicemari oleh kondisi hatinya dan bagaimana mereka mewujudkannya (ayat 4-5)?

2. Pada bagian yang kedua pemazmur mengajak kita merenungkan kebesaran Tuhan (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6, 7) dan ketergantungan manusia kepada-Nya (ayat 8-10). Bagaimanakah pemazmur menggambarkan kebesaran serta luasnya jangkauan kasih setia Tuhan (ayat 6)? Setinggi, sedalam, sekokoh, dan sedasyat apakah keadilan dan hukum-Nya digambarkan (ayat 7)? Apakah peranan kasih setia Tuhan terhadap ciptaan-Nya (ayat 7-9)?

3. Pada bagian ini Pemazmur mencetuskan pujian yang sangat indah (ayat 10). Puji-pujian ini merupakan intisari pengakuan umat percaya yang melandasi pemahaman bahwa kita hanya dapat hidup sepenuhnya jika Tuhan menerangi dan menjadi terang bagi kita. Mengapa manusia perlu bergantung sepenuhnya kepada Allah?

4. Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa; Tuhan tidak berhenti memberikan serta memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya walaupun dunia ini dipenuhi dengan kejahatan. Bagaimana kesadaran ini mempengaruhi dan mengubah cara pandang pemazmur? Bagaimana ia berespons(ayat 11)? Bagaimanakah pemazmur mengungkapkan keyakinannya atas akhir hidup orang fasik (ayat 13)?

5. Bagaimanakah perspektif tentang kasih setia Tuhan mengubah cara pandang kita tentang dunia? Bagaimana seharusnya kita berespons?

(0.95) (Mzm 71:1) (sh: Tempat perlindungan yang teduh (Jumat, 19 Oktober 2001))
Tempat perlindungan yang teduh

Tempat perlindungan yang teduh. Kesusahan dan malapetaka tidaklah akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan, karena di balik semuanya itu, Tuhan sedang berkarya dan membalikkan keadaan umat-Nya. Demikianlah kesaksian dari mazmur ini.

Mazmur ini secara umum merupakan doa permohonan yang menegaskan bahwa mereka yang berlindung kepada Tuhan tidak akan mendapat malu, karena mereka akan senantiasa mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang umur hidupnya (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1, 13, 24). Allah ada dekat mereka sejak dalam kandungan ibunya hingga keluar dari perut ibunya (ayat 6), sejak masa kanak-kanak hingga bertumbuh menjadi seorang pemuda (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5, 17). Dan kasih setia-Nya akan terus berlangsung hingga masa tuanya, ketika kekuatan mereka telah memudar dan rambutnya memutih (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">9, 18).

Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang berlindung pada-Nya terus tenggelam ke dalam berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Tuhan akan menjadi pengharapan dan kepercayaan mereka (ayat 5) di tengah berbagai ancaman, cengkeraman, dan rancangan jahat orang-orang fasik yang mengikhtiarkan kecelakaan mereka, mengincar nyawa, serta memusuhi jiwa mereka (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4, 10, 13). Tuhan adalah gunung batu yang menjadi tempat perlindungan dan pertahanan yang teduh dan kuat bagi mereka (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3, 4, 7). Hal seperti ini tidaklah dialami oleh orang fasik. Tuhan akan membuat mereka malu, tersipu- sipu, berselubung cela dan noda, hingga akhirnya habis lenyap (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">13, 24). Sebab Tuhanlah sumber keadilan (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2, 19).

Respons mereka atas perlindungan dan keadilan Tuhan adalah: [1] memuji-Nya dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur (ayat 6, 8, 22- 23); [2] menceritakan dan memberitakan keadilan, keselamatan, kuasa, keperkasaan, dan perbuatan Tuhan yang ajaib sepanjang kehidupan mereka (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">15-18, 24).

Renungkan: Tuhan tidak akan membiarkan kita terus tenggelam dalam problematika kehidupan. Ia akan mengangkat kita dari sana. Ia akan menghiburkan, memberikan keadilan, dan membuat kita menjadi semakin besar dan kuat melalui semuanya itu. Ia adalah tempat perlindungan yang teduh. Dasar rasa aman kita yang sejati tidaklah dibangun di atas harta, pendidikan, prestasi, relasi atau segala upaya kita, melainkan pada Tuhan yang melindungi dan memberikan keadilan.

(0.95) (Mzm 53:1) (sh: Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi (Jumat, 24 Agustus 2001))
Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi

Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi. Mari kita melihat potret diri bangsa kita. Betapa buruk bahkan cenderung semakin buruk wajah bangsa kita. Ledakan bom bukan lagi merupakan berita yang terjadi di negara lain yang kita dengar melalui ‘Dunia Dalam Berita’ namun sudah menjadi berita lokal. Koruptor besar bisa bebas secara legal sementara pencuri motor atau ayam mati dibakar massa. Pajak digalakkan untuk menutupi defisit belanja negara karena pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa dan kuasa untuk menagih uang yang digelapkan oleh para koruptor besar. Akibatnya rakyat semakin menderita sebab sabun mandi pun sudah menjadi barang mewah.

Proses pembusukan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang wajar selama angggota masyarakatnya tidak mengakui adanya Allah dalam hatinya (ayat 2). Ada yang menarik untuk diperhatikan dalam perkataan pemazmur ‘orang bebal berkata dalam hatinya’. Artinya bisa saja mereka mempunyai kehidupan beribadah secara lahiriah namun jika dalam hatinya mereka menolak Allah, proses pembusukan akan tetap terjadi. Bagi pemazmur itu adalah hal yang wajar sebab memang seluruh umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada yang mencari Allah (ayat 3-5). Dengan kata lain apa yang dapat diharapkan dari masyarakat jika manusia masih dikuasai oleh dosa?Pemazmur juga mengingatkan kepada kita agar tidak bersikap masa bodoh terhadap proses pembusukan tersebut, sebab cepat atau lambat kita akan menjadi korban kejahatan terstruktur mereka (ayat 5). Namun pemazmur juga mengingatkan kita untuk tidak gentar dan undur dari Allah, sebab Allah tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil kejahatannya begitu saja. Bila waktunya tiba Allah akan menghabisi mereka karena mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu hendaklah umat Allah tetap berharap hanya kepada-Nya (ayat 7).

Renungkan: Kita patut bersyukur bahwa Allah senantiasa akan menyelamatkan umat-Nya. Namun kita pun harus berjuang untuk menghentikan proses pembusukan itu. Satu-satunya antibiotik yang dapat menghentikan proses itu adalah darah Yesus Kristus. Potret diri bangsa kita akan diperbaiki jika pemimpin bangsa kita dibasuh oleh darah Yesus sehingga mereka mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Itulah tugas kita. Marilah kita bergegas menunaikannya, berpacu dengan waktu.

(0.94) (Mzm 14:1) (sh: Kristen dan masyarakat (Jumat, 12 Januari 2001))
Kristen dan masyarakat

Kristen dan masyarakat. Melihat kehidupan masyarakat dewasa ini pasti membuat Kristen ciut dan gentar hatinya. Betapa tidak, moralitas bangsa semakin memprihatinkan, hukum dipermainkan dan diperalat sang penguasa, manusia tidak dihargai selain sebagai salah satu faktor yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, dan penganiayaan terhadap gereja dalam skala kecil hingga besar. Haruskah Kristen menjadi putus asa dan menjadi apatis? Tidak! Sebaliknya kita harus melihat semua itu dengan perspektif yang benar.

Mazmur kita hari ini juga meratapi kondisi masyarakat yang sedemikian bobrok. Pemazmur melihat bahwa kebobrokan manusia itu bersumber dari pengingkaran manusia terhadap keberadaan Allah. Ketika manusia meniadakan Allah di dalam kehidupannya, ketika manusia menganggap Allah tidak lagi mampu mengintervensi sejarah manusia, maka perbuatan manusia itu pastilah busuk dan jijik (ayat 1). Mereka berbuat sekehendak hatinya karena mereka yakin bahwa hanya merekalah yang berkuasa, tidak lagi berpikir akan adanya penghakiman di kemudian hari. Tidak hanya perbuatan namun pikiran mereka pun pasti sudah tercela (ayat 3). Mereka hanya akan memikirkan, merencanakan, dan mengejar apa yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri. Bagi mereka nyawa dan kehidupan orang lain sudah tidak ada artinya. Karena itulah dalam kondisi yang demikian tidaklah mengherankan jika umat Allah pun ikut terlibat.Umat Allah yang mempunyai keyakinan akan keberadaan Allah adalah musuh nomor satunya, sehingga akan dilumatkan dan dihabiskan (ayat 4). Karena itu janganlah heran jika Kristen senantiasa akan dihancurkan dan dihabiskan.

Renungkan: Bagaimana respons Kristen? Kita harus berteriak kepada Allah memohon pertolongan-Nya, namun bukan teriakan keputusasaan, melainkan teriakan yang mengungkapkan keyakinan kita seperti pemazmur bahwa Allah akan bertindak pada waktunya dan Dialah tempat perlindungan kita (ayat 5-6). Namun ini belum cukup, sebab kondisi masyarakat yang demikian tidak dapat dibiarkan karena akan mengakibatkan kehancuran bangsa dan negara. Karena itu Kristen harus berjuang keras untuk mengupayakan pendidikan bagi masyarakat. Bagaimanakah peran gereja, sekolah, yayasan Kristen dalam mengupayakan pendidikan bagi anak bangsa?

(0.94) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.94) (Mzm 67:1) (sh: Diberkati untuk menjadi berkat (Sabtu, 13 Oktober 2001))
Diberkati untuk menjadi berkat

Diberkati untuk menjadi berkat. Berkat-berkat Tuhan yang melimpah tanpa disertai pemahaman iman yang tepat tentang misi Allah bagi dunia, dapat menjadi jerat yang membahayakan kehidupan rohani kita. Efek kelumpuhan dari jerat itu akan lebih dirasakan jikalau di dalamnya telah dibubuhi racun keegoisan yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan bukanlah merupakan hal yang salah, namun seringkali tanpa kita sadari hal ini dapat menjadi jerat, sehingga kita tidak lagi memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap dunia di luar kita. Efek samping dari berkat-berkat inilah yang coba dihindarkan dari bangsa Israel melalui Mazmur 67 ini.

Mazmur ini merupakan nyanyian syukur atas segala berkat Allah yang diberikan kepada bangsa Israel pada perayaan panen raya. Pada perayaan ini, mereka berkumpul dari seluruh wilayah untuk bersyukur dan berdoa memohon agar berkat yang mereka terima dapat menghasilkan dampak yang lebih besar kepada bangsa-bangsa lain, melampaui lokalitas waktu dan tempat pada saat itu. Inilah suatu nyanyian syukur yang mewarisi panggilan Abraham -- diberkati untuk menjadi berkat bagi segala kaum di muka bumi (Kej. 12:3).

Pesan dari mazmur ini disampaikan dari generasi ke generasi dengan formula pujian sebagai berikut: Dimulai dengan permohonan akan kasih, berkat, dan penyertaan Tuhan (ayat 2). Dilanjutkan dengan penegasan bahwa tujuan dari berkat tersebut adalah agar keselamatan dan jalan Tuhan diperkenalkan kepada segala bangsa di muka bumi (ayat 3), sehingga bangsa-bangsa bersyukur kepada Allah (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4, 6). Diikuti dengan permohonan agar berkat-berkat itu menghasilkan sukacita karena keadilan Tuhan ditegakkan atas segala bangsa (ayat 5). Dan diakhiri dengan kesimpulan yang menegaskan bahwa berkat Allah atas tanah mereka akan membawa segala ujung bumi menghormati Tuhan dengan takut kepada-Nya (ayat 7-8). Melalui mazmur ini, bangsa Israel senantiasa diingatkan akan panggilannya untuk menjadi berkat melalui berkat yang Allah berikan kepada mereka.

Renungkan: Pemahaman iman yang egois seringkali membuat kita tidak lagi menyadari misi Allah yang dipercayakan kepada kita untuk menyelamatkan mereka yang terhilang dan menegakkan kembali keadilan-Nya. Adakah Anda menyadari panggilan Allah bagi Anda di balik berkat-berkat yang telah Ia berikan?

(0.93) (Mzm 11:1) (sh: Tuhan Perlindunganku (Sabtu, 4 Januari 2003))
Tuhan Perlindunganku

Tuhan Perlindunganku. Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan?

Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat.

Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini.

Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan?

(0.93) (Mzm 105:16) (sh: Kebaikan Allah adalah dasar harapan (Jumat, 21 Oktober 2005))
Kebaikan Allah adalah dasar harapan

Kebaikan Allah adalah dasar harapan Orang yang sedang menderita membutuhkan pengharapan agar mampu melewati kesulitan itu. Israel membutuhkan pengharapan. Hal itu ditawarkan pemazmur dengan cara menengok kepada sejarah kehidupan mereka.

Israel diajak melihat bagaimana Allah memimpin dan memelihara nenek moyang mereka. Cara Allah sungguh ajaib dan tidak terduga. Allah memakai seorang pemuda, Yusuf yang lemah dan tak berpengalaman, namun yang bersandar penuh kepada-Nya untuk menyelamatkan satu keluarga besar (ayat 16-22). Pemuda ini harus mulai dari bawah, mengalami berbagai penderitaan sebelum Tuhan dapat memakainya. Ini sekaligus gambaran akan penggemblengan umat Tuhan sebelum dapat dipakai menjadi alat anugerah-Nya.

Lain lagi cara Allah menyelamatkan umat-Nya dari per-budakan Mesir. Ia mendemonstrasikan kemahakuasaan-Nya dengan menghantam Mesir memakai beragam tulah (ayat 26-36). Kuasa-Nya tidak tertandingi para ilah Mesir. Firaun dan rakyat Mesir harus tunduk kepada Allah dan memberkati Israel dengan kekayaan yang limpah (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">37). Kasih dan panjang sabar Ia tunjukkan ketika Ia memimpin perjalanan mereka di padang gurun menuju Tanah Perjanjian (ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">39-45). Kesetiaan dan kemurahan-Nya melimpahi hidup mereka.

Penderitaan dapat menjadi cara Allah mengajar umat-Nya bersandar kepada-Nya. Dengan mengingat kasih karunia dan perbuatan-Nya pada masa lampau, kita diajak menaruh masa depan kita kepada-Nya. Karena Dia adalah Allah yang tidak berubah, kemarin, hari ini, dan selama-lamanya pengharapan kita tidak sia-sia. Mungkin hidup tidak akan menjadi lebih mudah; malahan persoalan semakin bertubi-tubi menimpa anak Tuhan. Namun, kasih dan setia-Nya akan terus menopang kita karena kita milik-Nya.

Doa: Tuhan, saat mata kami terbelalak oleh kompleksnya masalah hidup ini, ingatkan kami bahwa Engkau dulu telah menolong kami. Kami percaya, Engkau tetap akan menopang kami selamanya.

(0.93) (Mzm 17:1) (sh: Kristen dan penderitaan (1) (Jumat, 9 Maret 2001))
Kristen dan penderitaan (1)

Kristen dan penderitaan (1). Seorang filsuf besar, Albert Camus, mengatakan bahwa kehidupan manusia tidak bermakna. Seluruh keberadaan manusia adalah absurd. Hal ini kentara sekali dari penderitaan orang yang tak berdosa. Karena itu ia tidak mengakui adanya Tuhan. Ia menganjurkan manusia memberontak dan memerangi ketidakadilan, penderitaan, dan maut. Ia tidak mau pasrah serta sabar dalam menantikan pengadilan Tuhan. Paham filsafat ini telah merasuki kehidupan manusia masa kini. Banyak orang menjadi pemberontak Allah ketika mengalami penindasan dan ketidakadilan. Apakah Kristen juga akan seperti manusia yang lain sebab menjadi Kristen di negara kita saat ini dapat disamakan dengan menjemput kesulitan dan masalah? Kita dapat terbebas dari pengaruh filsafat Camus dan tetap setia sebagai Kristen jika mau belajar dari resep Daud melalui mazmur ratapan kita hari ini.

Daud menyadari sepenuhnya bahwa kebenaran dan kesucian hidupnya (3-5), tidak menjamin bahwa ia akan terluput dari ketidakadilan dan penindasan (9-12) sebab ia memahami bahwa ia hidup dalam dunia yang seluruh sistemnya sudah jatuh ke dalam kuasa dosa. Pemahamannya ini mencegah dia untuk menjadi pemberontak. Sebaliknya ia secara penuh menyerahkan perkaranya kepada Pihak yang berkuasa dan berdaulat atas dunia yang berdosa ini yaitu Allah (2,6). Ia mempunyai keyakinan bahwa Allah adalah hakim yang adil dan yang menyertai orang-orang benar yang berserah kepada-Nya dalam menghadapi penindasan (7). Daud juga tidak iri akan keberhasilan secara materi para penindasnya. Bahkan ia memohon agar para musuh dan keturunannya dapat tetap menikmati kekayaan dunia (14) sebab bagiannya bukan menikmati kekayaan dunia melainkan kehadiran Allah yang akan memuaskan hidupnya (15). Jadi permohonannya kepada Allah agar Ia menindak para musuhnya (13) bukan dipengaruhi oleh nafsu balas dendam namun memberikan tempat kepada Allah untuk menjadi hakim atas perkaranya.

Renungkan: Pemahaman akan kehidupan di dunia ini serta peran Allah di dalamnya, dan hati yang selalu rindu untuk dikenyangkan oleh hadirat Allah bukan kekayaan materi, melainkan kunci bagi kita untuk tetap teguh berdiri menghadapi penindasan dan ketidakadilan. Bagaimana kita dapat memiliki kedua hal di atas sebab cepat atau lambat kita akan mengalami penindasan dan ketidakadilan di bumi ini?

(0.93) (Mzm 90:12) (full: AJARLAH KAMI MENGHITUNG HARI-HARI KAMI SEDEMIKIAN. )

Nas : Mazm 90:12

Hari-hari kita di bumi, paling lama 70-80 tahun (bd. ayat Mazm 90:10), adalah jangka yang pendek dibandingkan dengan kekekalan. Kita harus berdoa memohon pemahaman yang memadai tentang singkatnya hidup kita ini supaya mempersembahkan hati yang bijaksana kepada Allah dalam memanfaatkan setiap hari yang diberikan-Nya kepada kita (bd. Mazm 39:5). Hidup ini harus menjadi persiapan untuk hidup di akhirat, dan kita harus memutuskan apa yang ingin dicapai Allah bagi diri-Nya, keluarga kita dan orang lain melalui kesetiaan pelayanan kita. Ketika waktu kita di dunia ini sudah habis dan kita sampai di sorga, bagaimana kita hidup atau tidak hidup dalam pengabdian kepada Allah akan dinilai. Mengingat hal itu, kita harus berdoa memohon hati yang bijaksana, ketakutan yang benar akan Allah (ayat Mazm 90:11), dan perkenan Allah atas hidup dan pekerjaan kita bagi Dia (ayat Mazm 90:13-17).

(0.93) (Mzm 132:1) (sh: Antara Bait Allah dan istana (Selasa, 26 November 2002))
Antara Bait Allah dan istana

Antara Bait Allah dan istana.
Mendahulukan Tuhan dalam hidup bukanlah sikap yang mudah untuk dipelihara. Namun, mazmur kita hari ini berbicara tentang Daud yang bisa dijadikan teladan bagi kehidupan kita dan hubungan kita dengan Allah: bagaimana kita menempatkan Allah sebagai yang utama.Kemungkinan besar mazmur ini ditulis sebelum pembuangan karena pengungkapannya tentang tabut perjanjian menyiratkan bahwa Bait Allah belum dijarah oleh bangsa Babel (ayat 587 SM). Ada 2 bagian dalam mazmur ini: ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-10 diucapkan oleh seorang raja atau seseorang yang mewakilinya, ayat kita+akan+menjadi+AND+book%3A%5B1+TO+39%5D+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">11-18 diucapkan oleh seorang nabi atau imam dalam bait Allah.

Pemazmur memulai dengan doa agar Allah mengingat kesesakan Daud. Penderitaan yang dimaksud di sini bukan mengacu ke masa-masa sebelum Daud menjadi raja, tetapi menunjuk ke perjuangan Daud untuk membawa tabut perjanjian ke Yerusalem dari Kiryat-Yearim (ayat 1Sam. 7:2; 2Sam. 6). Yerusalem akan menjadi pusat agama dan politik dari kerajaan Daud. Jika Yahweh mengingat apa yang Daud lakukan, hal tersebut akan menjamin Yahweh tetap bermurah hati kepada keturunan-keturunan Daud dan penggantinya di Yerusalem.

Daud diyakini telah bersumpah untuk mengutamakan tempat kediaman bagi Allah, Yang Mahakuat dari Yakub—menunjukkan bahwa segenap suku-suku Israel harus menyembah Allah yang esa ini. Dengan tabut perjanjian dan Bait Allah menjadi pusat kehidupan bangsa Israel, ibadah kepada Allah dinomorsatukan di atas segala- galanya. Sebagaimana Daud bersumpah (ayat 2), Allah pun bersumpah setia kepada Daud dan keturunannya. Allah sendiri telah memilih Sion untuk menjadi tempat kediaman-Nya. Ini adalah sebuah anugerah—Allah rela untuk hadir di tengah umat manusia, menyertai dan bergumul bersama mereka. Allah pun menjamin keberlangsungan dinasti Daud.

Renungkan:
Biarlah Allah menjadi pusat kehidupan Anda, bukan harta, kedudukan, ataupun prestasi. Istana pun tak berarti bila Allah tak sudi hadir di dalamnya.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA