Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 17 dari 17 ayat untuk ketika itulah AND book:28 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Hos 11:1) (sh: Iman padang gurun (Rabu, 11 Desember 2002))
Iman padang gurun

Iman padang gurun.
Ayat-ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">1,3,4 tidak hanya secara jelas kembali menggambarkan peristiwa keluaran dari Mesir tetapi juga menggambarkan kebahagiaan umat ketika mereka masih di padang gurun. Hosea memang memandang bahwa masa keemasan relasi antara umat dengan Allah adalah ketika mereka berada bersama Allah di padang gurun. Di sana mereka tidak tergoda untuk menyembah dewa atau ilah manapun. Inilah yang disebut iman padang gurun. Akan tetapi, kalau Hosea menekankan hal ini tidak berarti bahwa Hosea menganggap Allah Israel hanyalah Allah padang gurun. Justru dengan penekanan tersebut, Hosea bermaksud agar Israel tetap memelihara relasi yang ideal dengan Allah ketika di padang gurun itu, meskipun mereka sudah menetap di Kanaan. Sayangnya, Israel berubah total ketika mereka mulai mendiami tanah Kanaan (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">2,7).Kasih Allah kepada Israel tidak pernah berhenti. Kecaman dan penghukuman yang ditimpakan kepada Israel adalah juga bagian dari perjalanan kasih Allah kepada Israel. Allah tidak sama dengan manusia yang suka menghajar sesamanya dengan dendam yang tidak pernah berkesudahan (ayat 8-11). Karena kasih-Nya, Allah menahan murkanya, dan menggantikannya dengan menyelamatkan. Hal itulah yang dinyatakan dengan kata-kata, "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku (ayat 8)." Allah berubah pikiran, dari keinginan untuk menghukum kepada keinginan untuk menyelamatkan. Keadaan manusia pada umumnya suka memberontak dan terus memberontak, dan karenanya patut menerima penghukuman Allah. Tetapi karena kasih- Nya kepada dunia, Ia mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia (bdk. Yoh. 3:16), sehingga dunia mengalami pengampunan Allah. Karena itu manusia hanya hidup oleh pengampunan Allah. Tanpa pengampunan Allah, manusia pasti binasa. Kebinasaan yang dimaksud tidak hanya dalam pengertian kematian kekal pada masa yang akan datang, melainkan juga binasa dalam arti relasi yang tidak sejahtera dengan sesama dan lingkungan di dunia kini dan di sini.

Renungkan:
Kristus yang datang dalam Natal itu telah menempatkan dasar pengampunan yang kokoh dan abadi.

(0.99) (Hos 11:1) (sh: Kasih yang melampaui kuasa dosa (Minggu, 14 November 2004))
Kasih yang melampaui kuasa dosa

Kasih yang melampaui kuasa dosa. Seorang selebritis digugat ayah kandungnya yang menuduhnya anak durhaka. Menurut hukum Taurat anak seperti itu patutlah dihukum mati.

Israel dilambangkan sebagai anak-anak Allah yang sejak "kecil" ditebus, dikasihi, dan dididik dengan kasih setia (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">1,2,4). Dulu nenek moyang mereka diperbudak di Mesir. Namun, kasih Allah menyelamatkan Israel dan mengikatkan diri-Nya kepada mereka melalui ikatan Perjanjian Sinai. Ternyata Israel tidak tahu balas budi. Mereka justru memilih untuk berbakti kepada Baal (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">2, 7) seakan-akan Baallah yang telah berjasa bagi hidup mereka. Itulah sebabnya, Israel dihukum (ayat 5-6). Akan tetapi, Allah Bapa tidak berhenti mengasihi Israel. Kasih-Nya tetap nyata sekalipun Israel berbuat sebaliknya. Setelah penghukuman dahsyat ditimpakan, Allah kembali menyelamatkan mereka (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">8-9). Tujuan Allah menghukum Israel adalah supaya mereka bertobat, kapok akan dosa mereka, dan berbalik setia mengikut Dia. Jika Israel mau bertobat, maka kedudukan mereka akan dikembalikan dari pembuangan dan dipulihkan seperti keadaan semula (ayat 10-11).

Kasih yang melampaui kuasa dosa inilah yang dinyatakan Allah melalui kematian Yesus Kristus. Bukan hanya melebihi kuasa dosa saja, kasih Allah bahkan melampaui kekuatan maut yang menguasai kita. Kasih Allah membawa kita menuju kemuliaan sorgawi.

Renungkan: Keadilan Allah pasti menghakimi dosa. Ini harus membuat kita menjauhi dosa. Kasih Allah pasti mengampuni orang yang bertobat. Ini harus mendorong kita segera bertobat ketika jatuh.

(0.99) (Hos 9:10) (sh: Kau bukan yang dulu lagi (Jumat, 12 November 2004))
Kau bukan yang dulu lagi

Kau bukan yang dulu lagi. Kasih Allah tidak terbatas, dan tidak pernah berubah walaupun anak-anak-Nya sering mengecewakan-Nya. Kita meyakini hal tersebut sebagai kebenaran karena firman Tuhan menyatakannya. Ini dibuktikan melalui kematian dan kebangkitan Kristus, demi keselamatan kita. Akan tetapi, kalau sampai Allah berkata dalam kepedihan hati, "Aku tidak akan mengasihi mereka lagi!" (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">15b), itu berarti kedurhakaan umat-Nya sungguh-sungguh keterlaluan.

Buah anggur tidak pernah tumbuh di padang gurun. Berarti menemukan anggur di tempat yang gersang itu sungguh suatu berkat yang luar biasa. Demikian juga, memperoleh buah sulung ara merupakan suatu santapan yang lezat. Itulah dulu gambaran keadaan Israel di mata Allah (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">10a). Namun, sekarang Israel telah berubah, tidak seperti yang dulu lagi. Ketika itu Israel masih suci dan bersih, menjadi kesayangan dan kesukaan Allah. Mengapa Israel bisa berubah? Karena mereka telah berkhianat dengan menyembah Baal-peor. Mereka telah berkali-kali menajiskan diri dengan ilah lain, dan diulangi kembali di nas ini. Hal ini menyebabkan Allah kembali harus menghukum Israel. Dan ini menyedihkan hati Allah ketika Ia menimpakan hukuman-Nya kepada umat-Nya. Kedudukan Israel tidak lagi mulia dan anak-anak mereka tidak lagi diberkati. Kejahatan mereka sendirilah yang membuat Allah tidak mungkin mengampuni mereka lagi. Israel bukan hanya dihajar dan diserahkan ke tangan musuh, melainkan Allah sendiri akan membuang mereka (ayat 15-17). Beratnya hukuman Allah ini menyiratkan Allah sudah patah arang dengan mereka. Semua ini menyatakan betapa sakit hati-Nya Allah dikhianati oleh kekasih-kekasih-Nya sendiri.

Syukur kepada Tuhan, belas kasihan dan kasih-Nya jauh melampaui rasa sakit hati-Nya terhadap umat-Nya. Penghukuman Allah yang begitu dahsyat tidak pernah dimaksudkan untuk memusnahkan umat-Nya.

Bersyukurlah: Kasih dan pengampunan Tuhan lebih besar dari sakit hati-Nya akibat pengkhianatan kita. Nyatakan syukur Anda tidak saja melalui bibir tetapi terutama melalui kelakuan.

(0.98) (Hos 7:3) (sh: Persekongkolan dalam kejahatan (Sabtu, 7 Desember 2002))
Persekongkolan dalam kejahatan

Persekongkolan dalam kejahatan.
Kecaman Hosea terhadap kejahatan bangsa itu tidak pernah berhenti. Kejahatan Israel makin bertambah, meski sudah sering diperingati, bahkan dicambuk oleh Tuhan dengan berbagai malapetaka. Nubuat Hosea pada pasal ini dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa historis perebutan kekuasaan yang berlangsung terus-menerus di Israel Utara (ayat 7). Persekongkolan para pemuka dengan para pembunuh dilakukan dalam pesta pora di istana raja. Setelah berpesta pora dan mabuk- mabukan, mereka membunuh raja dengan iring-iringannya yang juga sedang mabuk (ayat 5).Agaknya, Hosea melihat kejahatan seperti perebutan kekuasaan yang berakhir dengan tewasnya sejumlah raja merupakan suatu kejahatan politik, yang bisa dilihat sebagai pemberontakan kepada Allah sekaligus sebagai penghukuman Allah. Sayangnya, keadaan ini tidak membuat mereka berseru meminta pertolongan Tuhan ( 7,10). Mengapa? Karena mereka tidak berakal budi dan tolol (ayat 11)! Ketololan Israel tampak ketika ia berkoalisi dengan bangsa-bangsa lain. Krisis politik yang mereka alami—sebagai akibat dari kejahatan yang mereka lakukan—tidak membuat mereka berbalik mencari Allah dan kehendak-Nya, tetapi justru mencari pertolongan dari bangsa-bangsa yang sebenarnya akan menghancurkan mereka (ayat 9-11). Akar segala malapetaka adalah pemberontakan Israel kepada Allah, sehingga usaha apapun yang dilakukan Israel untuk mengatasi berbagai krisis tidak akan bermanfaat—termasuk meminta bantuan bangsa-bangsa lain. Jalan satu-satunya adalah kembali kepada Allah dan kasihnya yang mula- mula. Hanya dengan itu mereka mampu menghentikan semua kejahatan di berbagai bidang kehidupan termasuk politik.

Kita semua tentu pernah atau bahkan sedang mengalami krisis yang luar biasa dalam kehidupan kita, baik sebagai bangsa, masyarakat, gereja, atau pun dalam keluarga. Tanyakan pada diri kita apakah dalam mengupayakan penyelesaiannya kita sudah menempatkan Allah sebagai yang sentral?

Renungkan:
Utamakan kebaikan Allah yang nyata dalam cara berpikir, berbuat, dan berkata. Itulah yang dikerjakan Allah dalam natal.

(0.98) (Hos 12:1) (sh: Pertolongan di luar Allah = sia-sia! (Kamis, 12 Desember 2002))
Pertolongan di luar Allah = sia-sia!

Pertolongan di luar Allah = sia-sia!
Pada pasal ini Hosea kembali merinci dosa-dosa bangsa Israel (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" vsf="TB" ver="">1,2,12). Kebohongan/penipuan, melarikan diri dari Allah dan mengharapkan pertolongan dari kekuatan lain, seperti Asyur dan Mesir, sama halnya dengan mengabaikan Allah. Ia tidak hanya meninggalkan Allah, tetapi juga mengikat perjanjian dengan bangsa Asyur dan Mesir (ayat 2), yang kemudian justru akan menelan mereka. Artinya, sikap dan tindakan Israel ini tidak hanya telah membatalkan perjanjiannya dengan Allah secara sepihak, tetapi juga Israel telah mengabaikan syarat-syarat perjanjian dengan Tuhan yang telah disepakati yaitu: pertama, Israel dengan cara tidak bertanggung jawab telah melepaskan diri dari tanggung jawabnya sebagai umat Allah. Kedua, demi kepentingan diri sendiri, tanpa memperhatikan kepentingan Allah, Israel rela melaksanakan syarat-syarat perjanjian dengan Asyur dan Mesir. Sebagai bangsa, seharusnya kita bisa belajar dari pengalaman Israel dengan Allahnya dalam sejarah bangsa itu. Israel juga mengalami krisis multidimensi seperti kita. Agaknya, usaha-usaha perbaikan yang bersifat politis, ekonomis, dan sosial saja tidak cukup untuk menyelamatkan bangsa Israel dari krisis multidimensinya. Kata kunci yang mestinya dapat menyelamatkan mereka dari krisis multidimensi waktu itu ialah pengajaran Tuhan. Ketika mereka mengabaikan pengajaran Tuhan itu, maka mereka pasti menuai kebinasaan.

Persoalannya dengan bangsa kita ialah, apakah segala usaha baik di bidang politik, ekonomi, maupun sosial yang telah dirintis saat ini sudah merupakan usaha yang ‘cukup’ untuk menyelamatkan kita dari krisis multidimensi bangsa ini? Tentu saja tidak! Bangsa ini juga harus belajar dari kebaikan, keadilan dan kebenaran Allah yang tentu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang baik. Artinya, kita harus memiliki nilai-nilai luhur seperti kejujuran, ketulusan, kesediaan untuk berkorban, menghargai nilai-nilai luhur kemanusiaan, tidak mementingkan diri sendiri atau kelompok, dll.

Renungkan:
Di masa-masa penantian ini, nilai-nilai luhur seperti itulah yang seharusnya menjadi komitmen kita menyambut kedatangan-Nya.

(0.87) (Hos 13:1) (ende)

Efraim disini bukan seluruh keradjaan Israil, melainkan suku Efraim, jang memegang peranan paling penting dalam kesalahan seluruh Israil, sebab suku itulah suku jang utama.

(0.85) (Hos 2:8) (ende)

Ajat ini menggambarkan djaman kesedjahteraan Israil, jang disalahgunakannja dengan menjembah dewa2, se-akan2 mereka itulah jang menganugerahkannja. Allah lalu mengambil semua akan hukuman, supaja Israil bertobat (Hos 2:11).

(0.80) (Hos 1:5) (jerusalem: lembah Yizreel) Lembah di sekitar kota (benteng) Megido ini terletak pada ujung jalan yang datang dari daerah pesisir. Ia menjadi tempat lalu lintas biasa antara negeri Mesir dan negeri Asyur. Karena itu lembah itu sering menjadi medan pertempuran, bdk Hak 4:12-16; 6:33; 1Sa 28:4; 2Ra 23:29. Di situpun ditempatkan pertempuran di akhir zaman, Zak 12:11; Wah 16:16. tetapi lembah itupun tanah yang subur (ini terungkap dalam namanya Yezreel=Allah menabur), sehingga dapat melambangkan janji Allah mengenai kelahiran suatu umat yang baru, Hos 2:21-22. Itulah "Hari Yizreel", Hos 1:11.
(0.80) (Hos 2:3) (jerusalem: sampai dia telanjang) Diketahui bahwa di kawasan timur dahulu memang isteri yang tidak setia ditanggalkan pakaiannya. Bdk Yeh 16:37-39; Yes 47:2-3; Yer 13:22; Nah 3:5; Wah 17:16
(0.77) (Hos 1:1) (sh: Bangsa Israel berselingkuh (Minggu, 1 Desember 2002))
Bangsa Israel berselingkuh

Bangsa Israel berselingkuh.
Pasal ini merupakan biografi Hosea yang menggambarkan tentang perselingkuhan (persundalan) Israel (ayat 2). Perintah untuk mengawini perempuan sundal (ayat 2) dan tindakan Hosea mengawini Gomer, serta kelahiran anak-anaknya (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">3-6, 8-9) merupakan gambaran yang mengungkapkan sikap dan rencana Allah terhadap umat-Nya Israel. Perempuan sundal merupakan gambaran tentang sikap Israel yang telah menyimpang dari Allah. Kata ‘sundal’ menggambarkan penyimpangan yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Itulah sebabnya Hosea juga mengungkapkan hal itu dengan ungkapan yang lebih signifikan lagi, yaitu bahwa roh perzinahan telah menyesatkan Israel (bdk. ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">4:12, 5:4).Nama anak- anak Hosea seperti Yizreel (ayat 4), Lo-Ruhama: tidak dikasihi (terjemahan lain, ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">6), dan Lo-Ami" bukan umat-Ku (ayat 9), merupakan nama-nama yang menggambarkan penolakan Allah terhadap umat Israel, khususnya Israel Utara. Bahkan Allah tidak akan mengampuni mereka lagi (ayat 6). Terjemahan yang lebih cocok dari kalimat, ‘tidak mengampuni lagi’ adalah ‘seluruh kasih-Ku akan kuambil dari mereka’.

Jika ditimbang dari perselingkuhan Israel, memang Israel tidak lagi pantas diampuni. Tetapi akhirnya pengampunan dan penyelamatan itu datang juga kepada Israel dan Yehuda (ayat 10-12). Kabar baik itu diungkapkan juga melalui perubahan nama anak-anak Hosea. Lo-Ruhama menjadi Ruhama (yang dikasihi), dan Lo-Ami menjadi Ami (umat-Ku).

Renungkan:
Seluruh umat manusia juga pantas dihukum karena dosa-dosanya, tetapi karena kasih Allah, keselamatan itu telah datang ke dunia melalui Yesus Kristus. Karena itu hiduplah dalam kasih-Nya.

(0.77) (Hos 5:1) (sh: Kecaman terus diserukan! (Kamis, 5 Desember 2002))
Kecaman terus diserukan!

Kecaman terus diserukan!
Sangatlah wajar jika Nabi Hosea tidak henti-hentinya menyampaikan kecamannya kepada seluruh bangsa Israel. Kali ini Hosea, agaknya berada di tengah-tengah para pemimpin bangsa dan agama yang sedang beribadah di Mizpa. Hal itu tampak dari sapaan Hosea yang ditujukan kepada para imam, umat Israel dan keluarga raja (ayat 1). Memang, bagi para nabi tempat ibadah itu adalah tempat untuk menyatakan kebaikan Allah, untuk menyatakan dosa- dosa Israel sekaligus untuk menyatakan penghukuman sebagai akibat dosa mereka. Keberanian Hosea mengecam, merupakan petunjuk tentang sikap nabi yang tidak kompromi pada kejahatan, sekaligus menyatakan ketergantungan dan ketaatan kepada Allah yang telah memanggilnya.Israel dikecam, karena Allah mengenalnya (ayat 3). Kata ‘mengenal’ dapat berarti ‘mempunyai relasi yang erat’. Ini menunjukkan suatu hubungan yang berkaitan dengan sebuah hubungan perkawinan. Konsepsi ini memang sangat menonjol dalam pasal-pasal di Kitab Hosea. Karena itu, berulang kali penyimpangan Israel di berbagai sektor kehidupan selalu dijelaskan dengan menggunakan bahasa hubungan perkawinan yaitu Israel berzinah (ayat 3). Allah sebagai suami, tentu sangat mengenal Israel sebagai istri. Karena itu keputusan Allah untuk menindak dan menghukum sikap Israel yang sangat keterlaluan, tidaklah salah. Tidak ada lagi yang dapat Israel sembunyikan. Kesalahan dan dosa Israel sudah lengkap dan sempurna. Tidak ada lagi yang meringankan Israel. Mereka telah membelakangi Allah dan segala kehendak-Nya. Hal ini diperkuat dengan ucapan nabi di ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">5. Kali ini tidak ada alasan bagi Tuhan untuk menarik keputusan-Nya. Israel harus menjalani hukuman itu.

Kita belajar tentang suatu hal yang penting dalam kehidupan orang Kristen, yaitu mencari, mengenal, mengasihi, dan menaati segala kehendak-Nya, sebelum ia menarik diri dari kehidupan kita.

Renungkan:
Allah telah menyatakan kehendaknya yang sempurna dalam Yesus Kristus. Hiduplah dengan memelihara kebaikan-kebaikannya selama ia masih berkenan. Itulah kabar baik dari Natal itu.

(0.77) (Hos 7:8) (sh: Senjata makan tuan (Selasa, 9 November 2004))
Senjata makan tuan

Senjata makan tuan. Catatan sejarah bangsa Indonesia menunjukkan salah satu penyebab kejatuhan kerajaan Nusantara ke tangan penjajah adalah karena meminta bantuan pasukan negara asing. Kemudian sang penolong meminta imbalan. Akibatnya kedaulatan kerajaan itu pun tergerogoti.

Israel melakukan hal serupa. Saat menghadapi masalah, Israel mencari andalan yang bukan Tuhan. Mereka tidak mengandalkan Tuhan, melainkan justru bergabung dengan bangsa-bangsa lain (ayat 11). Mereka mencari ilah lain untuk kekuatan mereka (ayat 16). Padahal, justru ilah-ilah lain itulah yang menggerogoti mereka sendiri. Hosea mengilustrasikan Israel bagaikan roti bundar yang tidak murni karena telah tercampur dengan unsur asing (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">8a) sehingga matang sebelah (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">8b), dan sedang disantap oleh bangsa-bangsa lain tanpa Israel sendiri menyadarinya (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">9a). Mereka sudah banyak beruban (baca: tua-lemah), namun tidak mengetahuinya (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">9b). Mereka terlalu yakin dengan kekuatan andalan mereka sehingga tidak merasa perlu bergantung kepada Tuhan (ayat 10). Ironis sekali bagaimana Israel membanggakan diri sebagai bangsa pilihan Allah, tetapi membiarkan diri dikendalikan dan dirusak oleh bangsa-bangsa lain. Sebagai hukuman, Tuhan membiarkan mereka digerogoti oleh para ilah yang mereka sembah itu. Tuhan menghajar sebab Israel lebih rela melawan Tuhan daripada bersandar kepada-Nya. Israel melupakan pemeliharaan Tuhan selama ini (ayat 12-15).

Masa kini banyak orang mengaku Kristen tetapi menyandarkan diri pada orang pintar, dukun, peramal, dsb. Mereka memakai ilmu untuk perlindungan mereka. Kelihatannya mereka mendapat manfaat dari ilah-ilah tersebut. Tanpa disadari kuasa gelap di balik ilah itu mencengkeram mereka. Hidup Kristen mereka perlahan namun pasti hancur. Senjata makan tuan. Banyak pula orang mengandalkan berhala-berhala modern. Yang paling lazim antara lain adalah uang, harta, kedudukan, kenikmatan. Entah kuno atau modern, semua yang kita posisikan sebagai Tuhan akan merendahkan kita.

Renungkan: Orang yang menggantikan Tuhan dengan ilah lain, akan kehilangan diri, keluarga, dan damai sejahtera Tuhan.

(0.77) (Hos 10:1) (sh: Pelanggaran Israel semakin bertambah (Selasa, 10 Desember 2002))
Pelanggaran Israel semakin bertambah

Pelanggaran Israel semakin bertambah.
Pemberitaan Hosea yang begitu keras tentang berbagai pelanggaran yang dilakukan Israel, ternyata tidak membuat Israel semakin baik, malah makin bertambah-tambah pelanggarannya (ayat 1). Kemakmuran yang dicapai Israel pada abad ke-8 SM tidak membawa Israel kepada relasi yang lebih dekat lagi dengan Allah, tetapi sebaliknya. Kemakmuran justru makin membuat Israel meninggalkan Allah. Hal itu terjadi karena Israel beranggapan bahwa Allah Israel hanya Allah padang gurun dan bukan Allah pertanian. Mereka menganggap bahwa kesuburan manusia, ternak, dan pertanian tidak berasal dari Allah, melainkan dari dewa kesuburan Kanaan, yaitu Baal. Keterikatan bangsa Israel dengan konsepsi-konsepsi keagamaan dan berhala Kanaan membuat Israel meninggalkan nilai- nilai moral yang terkandung dalam iman Israel.Penghukuman atas Israel mengandung beberapa makna penting. Pertama, merupakan pernyataan akan kebenaran Allah karena Israel sama sekali tidak lagi mengingat Allah dalam kehidupan mereka, karena anggapan yang salah tentang asal-usul kemakmuran yang dicapainya. Kedua, penghukuman Allah itu (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">5,8,10,14) dilihat juga sebagai penegakan kembali akan kebenaran Allah di tengah-tengah umat-Nya (ayat 3,12). Ketiga, penghukuman Allah akan menyadarkan umat bahwa kesuburan yang mereka alami tidak berasal dari dewa-dewa kesuburan Kanaan, melainkan Allah. Seharusnya umat mengetahui bahwa yang berperan dalam kehidupan mereka baik di padang gurun maupun di Kanaan adalah Allah sendiri.

Umat tidak perlu selalu memandang negatif setiap malapetaka yang menimpanya. Sebab di balik penghukuman Allah, Allah bermaksud membuka mata kita tentang berbagai perbuatan tangan-Nya dalam kehidupan kita. Itulah sebabnya kita harus selalu mengucap syukur kepada Allah baik pada waktu senang maupun pada waktu susah.

Renungkan:
Dalam kedatangan Yesus di Betlehem, Allah telah menyatakan kebenaran dan keadilan-Nya kepada dunia. Karena itu mestinya kita melawan setiap penindasan dan pemerkosaan atas nilai-nilai kemanusiaan.

(0.77) (Hos 13:1) (sh: Penimbunan dosa berakibat fatal (Selasa, 16 November 2004))
Penimbunan dosa berakibat fatal

Penimbunan dosa berakibat fatal. Dosa yang sama dan dilakukan berulangkali, tapi tidak diakui dan dibereskan akan membuahkan penghukuman. Itulah Israel.

Tudingan Hosea terhadap dosa Israel yang berpaling kepada ilah lain sepertinya tidak membuat Israel kunjung menyesal dan bertobat. Sehingga akhirnya, hukuman pun tidak mungkin lagi dihindarkan. Pasal menjelang akhir dari kitab Hosea ini sepertinya merupakan pukulan terakhir atas semua perbuatan dosa Israel. Dosa terbesar Israel adalah menyembah berhala (ayat 1-2) sehingga mereka harus mati (ayat 1) dan lenyap tak berbekas (ayat 3). Kesalahan Israel yang lainnya lagi ialah tidak tahu berterima kasih atas segala berkat dari Allah yang sudah mereka nikmati pada masa lampau (ayat 4-6). Oleh karena itu, penghukuman Allah diibaratkan laksana binatang buas yang memangsa korban-korbannya (ayat 7-8).

Apa yang dilakukan Israel? Mereka malahan bersandar kepada pemimpin politik untuk keselamatan mereka (ayat 10-11), padahal raja tidak mampu menyelamatkan mereka dari pembinasaan Allah (ayat ketika+itulah+AND+book%3A28&tab=notes" ver="">9). Puncak kemarahan Allah atas kekerasan hati Israel telah tiba (ayat 12-13). Ibarat bayi yang sudah waktunya lahir, namun menolak untuk "keluar". Israel dengan bodohnya bertahan di dalam dosa-dosanya (ayat 13:14-14:1). Semua uraian mengenai dosa Israel tersebut memperjelas keadilan Allah untuk menghukum Israel dengan membinasakan mereka.

Israel memiliki kesempatan berkali-kali untuk bertobat. Allah mengutus bukan hanya Hosea, melainkan banyak nabi lainnya. Seandainya Israel mau mengakui dosa, mohon ampun dan bertobat, tentu penghukuman tidak perlu dijatuhkan sefatal itu. Pada saat ini, hanya pukulan keras saja yang mampu menghancurkan hati yang congkak. Dan hanya hukuman keras saja yang bisa menundukkan hati yang bebal. Peristiwa Israel merupakan peringatan bagi kita. Jangan menyepelekan teguran Allah sebab itu akan membuat hati kita keras.

Renungkan: Kadang, cuma satu jalan yang bisa Allah lakukan terhadap hati yang keras dan bebal. Tentu Anda tidak ingin mengalami dihancurkan Allah, bukan?



TIP #25: Tekan Tombol pada halaman Studi Kamus untuk melihat bahan lain berbahasa inggris. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA