(sh: Penghukuman dan kasih berjalan beriringan (Sabtu, 22 Juli 2000)) Penghukuman dan kasih berjalan beriringan
Seorang anak berusia hampir 4 tahun bersikeras tidak mau
membereskan mainannya. Maka dengan terpaksa sang ayah memukul
bagian pantatnya. Tiga kali pukulan membuat sang anak menangis
namun akhirnya membereskan mainannya. Melihat sang anak menangis
dan kesakitan, sang ayah menjadi iba. Anak itu dipeluk dan
digendongnya. Untuk menghibur sang anak, sang ayah segera
mengajaknya pergi ke warung dekat rumah untuk membeli permen
kesukaan sang anak. Anak itu masih harus menanggung akibat
hukuman karena pantatnya masih sakit, namun ia sekaligus
mendapatkan kasih ayahnya yang begitu besar.
Meskipun tidak persis sama, cerita di atas dapat dikatakan sebagai
versi lain dari babak akhir kisah kerajaan Yehuda. Yehuda yang
sudah hancur lebur masih mendapat perhatian dari raja Babel. Raja
Babel mengangkat seseorang menjadi pemimpin bagi mereka yaitu
Gedalya. Sebab ia adalah seorang yang tepat untuk jabatan itu.
Nabi Yeremia mencatat bahwa Gedalya adalah seorang pribadi yang
sangat mengagumkan meskipun naif (Yer. 40). Latar belakangnya
juga mengesankan karena ia adalah cucu dari salah seorang
penasihat Yosia sang pembaharu (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">22:3). Karena reputasinya
itulah, para gerombolan pemberontak yang masih berkeliaran mau
tunduk secara suka rela kepadanya dan meletakkan senjata mereka
untuk kembali bekerja menggarap tanah. Tetapi kasih Allah yang
dinyatakan melalui raja Babel itu dihalangi oleh segelintir orang
yang tidak bertanggung jawab (26).
Namun kasih Allah tidak dapat dihalangi oleh siapapun.
Jika kasih kepada Yehuda yang dinyatakan di wilayah Yehuda
sendiri mendapatkan halangan yang cukup berarti. Maka lazimnya
kasih itu tidak akan pernah dapat dinyatakan di wilayah Babel,
musuh Yehuda, apalagi di istana raja Babel. Namun kenyataannya
lain bukan (27-30)? Mengapa? Itu semua memperlihatkan bahwa
kedaulatan Allah tidak hanya berlaku atas penghukuman yang
dijatuhkan bagi Yehuda lewat tangan Babel, namun juga berlaku
atas kasih-Nya yang dicurahkan kepada umat pilihan-Nya.
Renungkan:
Kasih dan penghukuman-Nya berjalan beriringan ditopang oleh
kedaulatan-Nya. Ini adalah berita kesukaan karena ini semua bukan
teori tapi dapat menjadi kenyataan, karena jika seorang ayah
mampu melakukan itu, tentu saja Allah jauh lebih mampu.
**Pengantar Amsal 10-20**
Amsal berbentuk tulisan-tulisan yang ringkas, sangat praktis, dan
dapat dibaca dengan 2 cara. Pertama, membaca beberapa ayat sekaligus
untuk mendapatkan beberapa topik pengajaran. Kedua, memfokuskan
beberapa topik yang sama dan serupa untuk mendapatkan pengajaran
tentang satu topik yang mendalam dan luas cakupan. Uraian Amsal dalam
edisi ini didasarkan pada cara membaca yang kedua.
Tema-tema Amsal 10-20
Ada 2 tema dasar yang hampir selalu mewarnai kitab Amsal yaitu
sebab-akibat (retribusi) dan 2 jalan (orang benar dan orang fasik).
Selain itu Amsal 10-20 juga mempunyai 2 tema utama praktis yang
sangat penting dan relevan bagi kehidupan di zaman modern ini yaitu:
Disiplin. Orang bijak akan menerima disiplin baik dalam bentuk
hardikan maupun pukulan (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13:1; 20:30) sebagai sesuatu yang sangat
berharga. Penerimaan atau penolakan disiplin menentukan keberhasilan
hidup seseorang (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">15:10; 19:25; 10:17).
Keluarga. Amsal seringkali berbicara tentang hubungan antar manusia
di dalam sebuah keluarga. Isinya antara lain berupa peringatan
tentang perangkap sebuah keluarga adalah istri yang suka bertengkar
(jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">19:13). Seorang perempuan bijak akan menjamin kesuksesan sebuah
keluarga, namun perempuan yang bodoh menyebabkan kehancuran (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">14:1).
Istri yang bijak merupakan tanda bahwa seseorang dikenan dan
dianugerahi oleh Allah (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">18:22; 19:14). Hubungan orang-tua dan anak
merupakan salah satu hal yang terbaik dalam hidup (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">17:6). Beberapa
amsal menyatakan bahwa ketidaktaatan kepada orang-tua merupakan
kesalahan yang serius dan akan berakibat fatal (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">20:20; 17:2).
Konsekuensi juga akan jatuh atas orang tuanya jika anak-anaknya
jahat (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">17:21,25; 19:26). Kegagalan mendidik anak menunjukkan kasih
orang-tua yang kurang (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13:24). Orang-tua yang hidup benar memberikan
jaminan bagi anak-anaknya untuk menerima warisan yang baik (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">13:22).
Orang-tua yang mendisiplin anaknya sejak muda, akan menjamin
kebahagian orang-tua di masa mendatang (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">19:18).
Penulis dan waktu penulisan.
Ditulis oleh raja Salomo yang memerintah dari 970-930 sM. Beberapa
amsal merupakan koleksi Salomo. Beberapa yang lain ditambahkan oleh
orang lain (jabatan+raja+AND+book%3A12&tab=notes" ver="">22:17). Hampir dapat dipastikan bahwa penyusunan koleksi
amsal ini selesai pada zaman raja Hizkia (715-686 sM).
|