(1.00) | (Ayb 21:33) | (jerusalem: dan yang mendahului....) Larik ini agaknya sebuah sisipan. |
(0.98) | (Ayb 13:28) | (jerusalem: orang yang sudah rapuh) yang dimaksud ayat ini ialah manusia yang lebih jauh dibicarakan dalam Ayu 14:1 dst. Ada yang menempatkan ayat ini sesudah Ayu 14:2 atau Ayu 14:6. |
(0.96) | (Ayb 28:1) |
(bis: Pujian bagi hikmat) Pujian bagi hikmat: Teks Ibrani tidak menunjukkan siapa yang berbicara dalam pasal ini. |
(0.96) | (Ayb 42:6) | (jerusalem: dalam debu dan abu) Ini tanda kesedihan dan pertobatan yang lazim, bdk Ayu 2:12+. |
(0.96) | (Ayb 14:4) | (jerusalem: yang tahir dari yang najis) Ayub mengakui bahwa manusia pada pokoknya "najis" tidak pantas dan mampu menghadap Yang Kudus. Tetapi kenajisan dasari manusia dapat memaafkannya. Ayat ini meletakkan tekanan pada kenajisan lahiriah yang ada pada manusia sejak diperkandung, Ima 15:19 dst, dan dilahirkan, bdk Maz 51:7+. Tetapi kenajisan badanlah itu menyangkut kelemahan akhlak yang cenderung kepada yang jahat. Tafsiran Kristen pernah berpendapat bahwa ayat ini menyinggung dosa asal yang diwariskan melalui kelahiran. Bdk Rom 5:12+. |
(0.95) | (Ayb 37:18) | (jerusalem: cermin tuangan) Di zaman dahulu cermin dibuat dari logam yang dikilap. Ayat ini menyinggung langit pada musim panas di Palestina: nampaknya dibuat dari logam yang memancarkan panas terik. |
(0.94) | (Ayb 41:30) |
(bis: alat penebah) alat penebah: Alat ini mempunyai benda-benda tajam dari besi atau batu, yang dipasang di bawahnya. |
(0.94) | (Ayb 6:13) | (jerusalem: keselamatan) Ini menurut terjemahan Yunani dan Siria. Dalam naskah Ibrani tertulis sebuah kata yang tidak jelas artinya. |
(0.94) | (Ayb 42:4) | (jerusalem: FirmanMu) kata ini ditambahkan oleh penterjemah |
(0.93) | (Ayb 25:1) | (jerusalem: Bildad.... menjawab) Rupanya pidato Bildad ini kacau dalam naskah Ibrani. Ada yang memulihkan yang aseli dengan menjadikan satu Ayu 25:2-6 dan Ayu 26:5-14. Pidato Bildad ini rupanya mendahulukan wejangan TUHAN. Ia sebenarnya menanggapi tuduhan yang terkandung dalam ucapan-ucapan Ayub bahwa Allah ternyata tidak berkuasa. |
(0.93) | (Ayb 4:12) | (jerusalem: Suatu perkataan) Ialah sebuah "firman sorgawi" yang disampaikan tokoh gaib, Ayu 4:16, selama Elifas "tidur nyenyak", bdk Kel 2:21; 15:12 Firman sorgawi itu bermaksud menimbulkan kekejutan terhadap yang kudus. Jalan gaib untuk mendapat pengetahuan ini berbeda sekali dengan jalan rasional yang lazimnya ditempuh orang berhikmat untuk menemukan ajarannya. Jalan gaib yang ditempuh di sini menyatakan bahwa ajaran para berhikmat mengalami perkembangan, sedikit-sedikitnya pada sementara kalangan orang berhikmat, yang melampaui yang lazim. Hanya "wahyu" yang dikemukakan Elifas ini tidak seluruhnya sesuai dengan pengalaman para nabi yang dalam keadaan berjaga mendapat firman Allah. Wahyu gaib itupun tidak sesuai dengan "inspirasi" yang di kemudian hari menjadi sumber pengetahuan bagi bin Sirakh, Sir 24:31-34; 39:6. "Wahyu" Elifas terlebih serupa dengan mimpi, penglihatan di malam hari, Zak 1:8, yang agak menakutkan. Gaya sastera apokaliptik suka menekankan bahwa penglihatan-penglihatan itu mengejutkan, bdk Dan 4:5; 5:5-6. |
(0.93) | (Ayb 9:8) |
(bis: diinjak-injak-Nya punggung naga lautan) diinjak-injak-Nya punggung naga lautan: Ini menunjuk kepada cerita-cerita kuno yang menggambarkan seekor naga laut yang dibunuh dan diinjak-injak (lihat juga Ayu 26:13). |
(0.93) | (Ayb 31:32) | (jerusalem: musafir) Ialah orang yang bepergian. Dalam naskah Ibrani tertulis: jalan, tetapi ini perlu diperbaiki sesuai dengan terjemahan-terjemahan kuno. Suka menerima dan menjamu tamu, siapapun di kawasan timur selalu dipuji sebagai keutamaan yang ulung. |
(0.93) | (Ayb 2:9) |
(full: KUTUKILAH ALLAHMU DAN MATILAH.
) Nas : Ayub 2:9 Nasihat istri Ayub ini mengungkapkan inti ujian imannya. Sepanjang kitab ini, kesedihannya yang mendalam yang disebabkan oleh kesengsaraan dari Allah yang kelihatan tidak adil itu mencobainya untuk meninggalkan tekad moralnya untuk tinggal setia kepada Allah dan berhenti mempercayai Tuhan sebagai Allah yang berbelas kasihan dan penuh kemurahan (bd. Yak 5:11). |
(0.93) | (Ayb 31:1) | (jerusalem: Aku telah menetapkan...) Pernyataan tidak bersalah Ayub ini, Ayu 31:1-40, memperlihatkan ajaran akhlak murni yang terluhur dalam seluruh Perjanjian lama. ia berdekatan dengan ajaran akhlak Injil. Bentuk uraian ini ialah: sumpah mengutuk diri, seperti yang dipakai orang terdakwa di depan pengadilan, Kel 22:10-11; Bil 5:21-23; 1Ra 8:31-32 |
(0.93) | (Ayb 10:13) | (jerusalem: inilah yang Kausembunyikan) Perhatian Allah bagi manusia dalam pembentukannya sebenarnya menyembunyikan maksud lain, yaitu: tuntutan-tuntutan berat yang dapat dibebankan kepada manusia nanti. Manusia perlu mempertanggungjawabkan segala perbuatannya. Keluhan Ayub ini memang mengungkapkan suatu pengalaman umum yang menyedihkan. Dengan menggunakan kebebasannya yang wajar manusia seharusnya dapat hidup berdamai dengan Allah dan dengan segala sesuatunya. Namun manusia merasa dirinya bergantung pada sesuatu yang menyodorkan banyak tuntutan, sehingga manusia tidak merasa aman tenteram, baik berhubungan dengan dirinya sendiri maupun di hadapan Allah. Tuntutan-tuntutan itu terus mengganggu hati sanubari manusia dan tidak mengizinkan ia mendapat jaminan yang kiranya dapat diandalkannya. Pengalaman Ayub ini sebenarnya segi negatip pada pengalaman imam. |
(0.93) | (Ayb 32:1) | (jerusalem: Maka ketiga orang...) tiba-tiba (dalam bab 32-37) muncul seorang tokoh baru, Elihu, yang dalam pembicaraan Ayub dengan ketiga sahabatnya sekali-kali tidak tersinggung dan dalam bagian penutup kitab, bab 38-42, tokoh ini juga tidak berperan lagi. Dalam jalan pikirannya, peristilahan dan gaya bahasanya tokoh ini menyilang pembicaraan-pembicaraan lain yang tampil dalam kitab Ayub. Ada bagian dalam uraiannya yang mendahulukan apa yang nanti dikatakan Tuhan. Nampaknya pidato-pidato Elihu ini diselipkan ke dalam kitab Ayub setelah selesai dikarang: penulisnya lain dari penulis Ayub |
(0.93) | (Ayb 9:14) | (jerusalem: membantah Dia) Artinya: membela dirinya dalam pengadilan Allah. Di hadapan Allah Mahakuasa yang baik Hakim maupun pihak yang berperkara, Ayub tidak dapat menempuh jalan penghakiman yang lazim di antara manusia (ada nas-nas lain dalam Ayub yang mengungkapkan kerinduan bahwa Ayub dibenarkan sesuai dengan hukum). Ayub mulai ragu-ragu mengenai ketidaksalahannya sendiri, Ayu 9:20-21. Ayub tidak memperhatikan kebijaksanaan keputusan-keputusan Allah yang melampaui jangkauan manusia (ini ditekankan Sofar, bab 11), tetapi ia hanya melihat keputusan-keputusan Allah yang rupanya dijatuhkan semau-maunya saja. Maka Ayub tampil untuk "membantah Dia" angkat bicara sebagai saksi yang membela terdakwa. |
(0.93) | (Ayb 30:1) |
(sh: Bagaimana sekarang? (Jumat, 9 Agustus 2002)) Bagaimana sekarang?Bagaimana sekarang? Demikian kira-kira yang ditanyakan Ayub di dalam pembelaannya ini. Setelah melontarkan ujaran-ujaran yang berupa keluhan-keluhan karena kehilangan masa lalunya, meskipun Ayub hidup bersih, ia menunjukkan bahwa Allah tidak lagi berpihak kepadanya, melainkan melawan dia. Setelah Ayub menertawakan pihak-pihak yang menolak dia (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">29:24), kini Ayublah yang dicemooh orang-orang lain. Para pengejek ini begitu hina. Mereka kemungkinan adalah anak-anak muda yang dulu takut kepada Ayub. Ayah-ayah mereka memiliki status sosial yang rendah sampai Ayub sendiri pun tidak mau mempekerjakan mereka untuk pekerjaan kasar. Kemungkinan mereka bukan warga negara, tetapi para pelanggar hukum dan orang buangan. Ironis, kini Ayublah yang menjadi orang pinggiran, bahkan bagi mereka yang sudah tersisih dari masyarakat. Ayub melihat ini sebagai tindakan Allah melawan dirinya (ayat ini+yang+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">11a). Ayub merasa bahwa pihak-pihak yang melawannya datang dari segala arah: kemungkinan anak-anak muda sebagaimana disebutkan di atas dan teror yang mencekam (ayat 12-15), bahkan Allah sendiri (ayat 18-19). Ayub tidak berdaya, bagaikan sebuah kota yang dikepung musuh dan dihancurkan. Gambaran tentang angin membuat ini menjadi lebih dramatis (ayat 15): kemuliaan Ayub diterbangkan angin. Awan yang melintas pergi menunjukkan raibnya kemakmuran Ayub. Ayub tahu bahwa sebenarnya Allahlah yang merupakan "penyiksa" dan "musuh" yang sejati. Allah mengambil kesehatannya dan menjatuhkan Ayub ke lumpur kehinaan. Akhirnya Ayub membawa perkaranya ini kepada Allah (ayat 20-23). Empat ayat ini merupakan kata-kata terakhir Ayub sebelum Allah berbicara kepadanya (ps. 38-41). Ayub menuduh Allah berubah sikap, tidak lagi peduli kepadanya, dan melawan dirinya. Allah mengangkat Ayub, bukan untuk ditinggikan, tetapi untuk dihancurkan dalam badai (ayat 22). Kesimpulannya, kesukacitaan telah lenyap. Hidup menjadi gelap. Bagi Ayub, Allah penyebab semuanya! Renungkan: Allah adalah Terang. Waktu hidup Anda menjadi gelap, ingatlah bahwa tak ada kegelapan dalam diri-Nya. |
(0.93) | (Ayb 7:12) |
(bis: naga laut) naga laut: Ini menunjuk kepada cerita-cerita kuno yang menceritakan bahwa naga-naga laut harus dijaga supaya tak luput sehingga menimbulkan kerusakan. |