Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 60 dari 88 ayat untuk harga (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Mat 20:17) (sh: Tuhanku menderita bagiku. (Selasa, 24 Maret 1998))
Tuhanku menderita bagiku.

Untuk Matius, Yesuslah subjek yang sedang menuju Yerusalem, bukan Yesus dan murid-murid-Nya. Artinya, Yesuslah yang mengambil prakarsa untuk menanggung penderitaan. Dialah yang mengajak mereka ikut menapaki jalan penderitaan itu. Ini adalah kali ketiga Yesus mengajarkan mereka dengan tabah dan sabar tentang misi-Nya yang beresiko nyawa-Nya sendiri. Olokan, sesah, salib, terpampang jelas di mata-Nya. Untuk harga penebusan umat-Nya itulah, Ia datang dan hidup.

Ambisi yang baik. Sebenarnya, apa yang diinginkan ibu Yakobus dan Yohanes serta kedua putranya itu adalah keinginan tiap kita juga bukan? Memiliki ambisi yang baik saja belum cukup. Bahkan tahu kepada siapa berharap dan memohon agar ambisi itu dapat dipenuhi pun, tidak cukup. Mereka bertiga sujud (menyembah, meninggikan) di hadapan Tuhan. Mereka tidak tahu apa yang mereka minta. Jalan Tuhan harus pula menjadi jalan para murid Tuhan. Jalan dan sasaran hidup dalam Tuhan itu adalah jalan kerendahan hati, jalan penderitaan, jalan pelepasan ambisi demi untuk tunduk kepada kehendak-Nya saja.

Renungkan: Ambisi yang benar adalah tekad untuk tidak mengejar yang lain kecuali memikul kuk Yesus.

Doa: Ku ingin memiliki sikap hati seperti yang Kau miliki, Tuhan Yesus.

(0.29) (Mrk 6:14) (sh: Peringatan! (Minggu, 9 Maret 2003))
Peringatan!

Pelayanan pemberitaan kebenaran yang sungguh-sungguh dapat membawa akibat buruk bagi kesehatan Anda. Apalagi memberitakan kebenaran di suatu dunia yang nilai-nilainya terbalik. Apa yang terjadi pada Yohanes Pembaptis adalah buktinya. Walaupun Herodes Antipas tahu bahwa tindakannya membunuh Yohanes Pembaptis itu salah dan menyedihkan hatinya, ia tetap melakukannya demi harga diri politis (ayat 26, bdk. 20).

Nasib Yohanes membuatnya sejajar dengan para nabi yang dibunuh oleh bangsa mereka sendiri (bdk. Mat 5:12, 23:29-36 dll.). Identifikasi oleh Herodes tentang Yesus sebagai Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali menjadi petunjuk dini dari narasi Markus tentang sisi kelam dari pelayanan Yesus dan para murid- Nya: Yesus akan mati terbunuh dan para murid akan menderita.

Memberitakan kebenaran Allah di tengah dunia yang berkuasa dengan nilai-nilai kebenaran dari kekuasaan yang terbalik dan salah kaprah. Itulah keadaan yang dihadapi gereja di Indonesia, dan menjadi panggilan kita, jika kita masih ingin menjadi murid- murid dan utusan-utusan-Nya yang setia. Risiko yang dihadapi nyata. Mungkin bukan kehilangan kepala, tetapi kesempatan promosi dalam kerja, status sosial di masyarakat, rasa aman dll. Semua jadi penentu kaliber kita, seorang Herodes, atau Yohanes Pembaptis?

Renungkan: "... barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Mrk. 8:35).

(0.29) (Rm 6:15) (sh: Bukan hamba Dosa. (Jumat, 22 Mei 1998))
Bukan hamba Dosa.

Pada zaman Paulus, seorang budak atau hamba adalah seorang yang hidupnya bergantung pada orang lain dan dikontrol penuh oleh tuannya itu. Begitulah keterikatan yang manusia alami bila berbuat dosa atau menyerahkan diri kepada dosa. Namun Paulus mengingatkan bahwa karena kita telah diselamatkan oleh Kristus, kita telah dibebaskan dari perhambaan dosa itu. Kita bukan lagi hamba dosa. Jadi kita tidak perlu lagi taat kepada dosa dan menjalani hidup yang menuju kepada kebinasaan.

Hamba Kristus. Allah telah menebus kita (membayar harga ganti agar kita bisa lepas dari berbagai kemalangan akibat dosa) melalui karya agung Yesus Kristus. Pengorbanan Kristus telah membayar seluruh utang dosa seharga darah putra tunggal Allah. Betapa tinggi nilai hidup kita! Kita sangat berharga bati Allah. Kita kini dijadikan orang-orang merdeka. Dan arti kemerdekaan sejati ialah bila kita terikat (menjadi hamba) dari kebenaran Allah, menjadi hamba Kristus sendiri. Memang itulah tujuan Allah menciptakan dan menyelamatkan kita. Hidup bagi Dia! Hidup dalam kekudusan dan kemuliaan-Nya!

Renungkan: Kristus telah memerdekakan kita. Kita hanya bisa mengalami itu hari lepas hari bila kita praktekkan kemerdekaan itu dalam kebiasaan kita sehari-hari.

Doa: Aku ingin memusatkan iman dan harapku pada karya salibMu, Yesus.

(0.25) (Kel 13:1) (sh: Hak Allah (Minggu, 17 April 2005))
Hak Allah


Anak sulung penting bagi banyak keluarga. Anak sulung menjadi penerus keturunan atau nama keluarga. Apa yang terjadi kalau anak sulung itu diambil dari keluarga? Itulah yang terjadi pada umat Israel. Tuhan mengklaim setiap anak sulung sebagai milik-Nya. Mengapa demikian? Tengah malam sebelum bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah memisahkan anak-anak sulung dari setiap rumah dengan memberikan tanda darah pada setiap muka pintu. Pada malam tulah kesepuluh dijalankan anak-anak sulung bangsa Israel selamat. Karena Allah menyelamatkan hidup anak-anak sulung, maka Ia memiliki hak untuk mengklaim mereka sebagai milik-Nya. Namun, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menebus anak-anaknya (ayat 12-14).

Penebusan ini memiliki 2 tujuan. Pertama, penebusan ini mengingatkan Israel bagaimana Allah telah memisahkan anak-anak mereka dari kematian dan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kedua, penebusan ini menunjukkan bagaimana Allah menghargai manusia dan berlawanan dengan ilah-ilah kafir yang mereka sembah yang justru meminta manusia sebagai kurban persembahan. Inilah yang harus diajarkan oleh setiap orang tua Israel kepada anak-anak mereka sesudah masuk ke tanah perjanjian (ayat 3-10). Penebusan ini juga adalah simbol ke depan ketika Yesus membeli kita dengan harga untuk dosa kita sekali dan selamanya.

Bila pada zaman Perjanjian Lama tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia masih merupakan suatu bayang-bayang, maka bagi kita yang hidup dalam zaman Perjanjian Baru, hal tersebut sudah menjadi fakta. Allah telah menggenapi keselamatan dengan mengirimkan Kristus bagi kita. Puji Tuhan untuk keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita.

Ingat: Keselamatan yang kini Anda alami adalah pemberian Allah. Sudahkah Anda hidup senantiasa memberikan yang terbaik bagi Allah dari hidup Anda? Memberi yang terbaik adalah pengakuan bahwa semua yang kita alami berasal dari Tuhan.

(0.25) (Im 27:1) (sh: Catatan terakhir tentang kekudusan umat di hadapan Tuhan (Rabu, 2 Oktober 2002))
Catatan terakhir tentang kekudusan umat di hadapan Tuhan

Pasal yang kelihatannya tidak nyambung ini justru memberikan akhir yang penting dan mendalam bagi kitab Imamat. Nazar adalah janji untuk memberikan diri atau kepunyaan kepunyaan seseorang kepada Allah dalam menanti berkat-Nya kepada orang tersebut. Bernazar itu sendiri memang tidak pernah dinyatakan secara eksplisit sebagai perintah Allah, tetapi merupakan bentuk religiositas khas Israel waktu itu. Bentuk nazar paling dasar adalah menazarkan/memberikan dirinya ataupun orang lain (mis. Anaknya) bagi Allah (ayat 2-8). Namun, hanya orang Lewi dan para imam saja yang dapat membaktikan seluruh hidup mereka di Kemah Suci. Karena itu, mereka yang menazarkan manusia harus memenuhinya dengan membayar uang yang cukup besar, yang jumlahnya kira-kira sama dengan harga budak waktu itu (ayat 1 syikal perak adalah upah umum seorang pekerja biasa untuk satu bulan). Penebusan atau penggantian dengan uang juga berlaku bagi bentuk nazar lainnya, baik yang bersangkutan dengan hewan (ayat 9-13), property tanah/bangunan (ayat 14-25), dan beberapa jenis kurban persembahan tertentu lainnya (ayat 25-33).

Peraturan Allah mengenai nazar ini memberikan beberapa pelajaran penting. Pertama, Allah tidak ingin tiap-tiap pribadi umat dengan gampang dan gegabah mengucapkan suatu nazar atau janji di hadapan Tuhan. Semua yang janji dan nazar harus ditepati. Sangat tingginya biaya nazar untuk manusia seharusnya membuat orang tidak sembarangan bernazar. Kedua, semua peraturan mengenai nazar ini sekali lagi menegaskan bahwa kekudusan umat di hadapan Allah tidaklah sekadar masalah-masalah ritus peribadahan saja. Kekudusan umat di hadapan Allah juga mencakup ke dalam masalah sehari-hari, seperti tanah, rumah, ladang, dll. Pendeknya, kepada seluruh kemanusiaan umat. Umat yang kudus adalah umat yang menjaga kekudusan di dalam setiap aspek kehidupannya.

Renungkan: Selidikilah janji apa saja yang pernah Anda lontarkan di hadapan Allah dan bagaimana Anda telah/belum menepatinya.

(0.25) (Ul 9:1) (sh: Menerobos kesombongan (Kamis, 8 Mei 2003))
Menerobos kesombongan

Kecenderungan orang selalu berpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu untuk Tuhan, maka Tuhan akan memberikan imbalannya. Di sini jelaslah satu hal: manusia terlalu memiliki harga diri yang tinggi sehingga tidak siap menerima sesuatu tanpa melakukan apa- apa. Dengan kata lain, manusia tidak pernah siap untuk menjadi seperti pengemis di hadapan Allah yang mahakaya. Manusia masih merasa bisa membayar Tuhan -- dan dengan demikian bisa menyombongkan dirinya.

Seruan berikutnya kepada bangsa Israel adalah kembali dengan formulasi syema yang terkenal -- dengarlah Israel. Artinya, dengarlah untuk taat! Mereka perlu mendengarkan dan mengamini bahwa Tuhan akan mengerjakan dengan pasti suatu perkara besar. Bahkan Allah juga memberikan jaminan sebagai satu-satunya Allah yang berkuasa. Ialah yang akan berperang bagi bangsa Israel. Itu semua akan dilakukan Allah karena Allah telah berjanji kepada bapa-bapa leluhur Israel, dan Ia tidak pernah berdusta.

Bahaya lain yang akan dihadapi bangsa Israel, adalah kesombongan. Mereka bisa berpikir bahwa karena kesetiaan dan karena kebaikan merekalah maka mereka mendapatkan semua kebahagiaan itu. Musa menyatakan bahwa bukan demikian kebenarannya. Allah memberikan tanah itu karena janji-Nya yang berdaulat kepada para bapa leluhur, bukan karena kesetiaan mereka -- karena mereka sebenarnya tegar tengkuk. Ini kelihatannya bertentangan dengan apa yang sudah kita baca sebelumnya bahwa ketaatan adalah syarat agar mereka dapat menaklukkan Kanaan (lih. mis., 4:1; 6:18-19). Syarat itu berlaku mulai saat ini (lih. 10:16, BIS). Ketaatan adalah sesuatu yang harus, namun itu bukan alasan mengapa Allah memberikan Kanaan kepada mereka.

Renungkan: Semua yang baik yang kita terima dalam hidup ini adalah karena anugerah Tuhan semata. Berkat Tuhan tidak bisa kita beli dengan kebaikan kita!

(0.25) (1Raj 11:1) (sh: Mengapa Salomo gagal? (Senin, 9 Agustus 2004))
Mengapa Salomo gagal?

Mengapa sampai ia melakukan hal-hal yang dibenci Tuhan? Ia gagal karena membiarkan dirinya dipengaruhi oleh istri-istrinya yang berasal dari berbagai negara dengan kebudayaan dan agama mereka masing-masing. Salomo dipengaruhi untuk turut beribadah kepada para dewa-dewi istri-istrinya (ayat 3-8). Akibatnya, Tuhan menghukum Salomo dan memecah kerajaan yang telah dipersatukan oleh Daud dan hanya menyisakan bagian kecil saja yang masih dikuasai oleh dinasti Daud. Itu pun karena ikatan janji Tuhan kepada Daud (ayat 11-13). Selain itu, Tuhan juga memakai beberapa pemberontakan untuk menghukum Salomo (ayat 14-25).

Salomo tidak memakai hikmat yang Allah berikan, tetapi memakai hikmat dunia. Ia menikahi tujuh ratus istri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik. Mungkin sebagian istri-istrinya itu dicintainya (ayat 1-3), tetapi mungkin juga istri-istrinya itu dinikahinya karena alasan politik. Demi memelihara perdamaian dengan negara lain, seorang raja bisa menikahi ratu atau putri raja dari negara tersebut. Itu hal yang biasa dilakukan oleh raja-raja pada masa itu. Sikap itu adalah hikmat dunia yang populer. Namun hikmat dunia seperti itu menuntut harga yang mahal yang harus Salomo bayar. Pertama, menyembah allah dari bangsa lain merupakan pelanggaran terhadap firman Tuhan (Ul. 17:17). Kedua, dengan menyembah allah dari bangsa lain berarti Salomo mengorbankan imannya demi kepuasan lahiriah semata!

Pada saat ini banyak orang yang bersedia mengorbankan imannya demi kebutuhan hidup. Namun yang lebih parah adalah mengorbankan iman demi keinginan dan memuaskan hawa nafsu. Anak-anak Tuhan harus berhati-hati dan waspada. Hikmat dunia selalu menawarkan berbagai bentuk "tawaran" yang bertujuan untuk memuaskan hawa nafsu, misalnya: menjadi kaya dengan cara jahat, kepuasan seks, ingin dihormati dan ingin berkuasa sehingga kita kehilangan kekudusan dan kehilangan berkat TUHAN!

Camkanlah: Berani kehilangan nikmat duniawi adalah hikmat dari Allah, dan akibat dari menundukkan diri penuh kepada Allah.

(0.25) (2Raj 7:3) (sh: Kedaulatan Allah mutlak (Kamis, 25 Mei 2000))
Kedaulatan Allah mutlak

Seorang ekonom Indonesia pernah mengatakan bahwa ia mempunyai resep untuk mengangkat nilai rupiah dari 17.000 menjadi 1.000 untuk tiap dollar dalam waktu singkat. Itu dikatakan ketika Indonesia tengah mengalami krisis moneter yang dahsyat. Walaupun resepnya tidak pernah diujicobakan karena pemerintah tidak menanggapi tawarannya, namun sudah dapat dipastikan bahwa ditinjau dari sudut ilmu ekonomi, resepnya tidak masuk akal dan tidak mungkin diimplementasikan. Ketidakmungkinan ini disebabkan karena ada banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi rupiah, yang berada di luar kontrol pemerintah Indonesia.

Tidak demikian dengan Allah, Ia mampu membuat harga sembako yang terbaik turun drastis dalam waktu 1 hari, sehingga krisis ekonomi berakhir (bdk. Ayat 3 dan 18). Kemampuan ini menyatakan dengan tegas bahwa Allah mengontrol atau berdaulat atas semua faktor termasuk manusia yang akan mempengaruhi kondisi ekonomi masyarakat kota Samaria. Ia menyingkirkan pasukan Siria yang menghalangi kota Samaria untuk menerima pasokan bahan pangan dari luar dalam waktu singkat dan dengan cara menakjubkan (6-7). Dengan demikian secara otomatis Allah pun mengadakan bahan pangan dalam jumlah besar yang segera dapat dikonsumsi oleh rakyat Samaria (7-9).

Kedaulatan Allah juga dinyatakan melalui matinya ajudan raja Israel. Ia berdaulat atas kehidupan seseorang, atas mampu atau tidaknya seseorang menikmati bahan pangan. Dalam kelaparan hebat, Allah mampu mengadakan makanan berlimpah-limpah bagi seluruh kota, namun ia pun mampu membuat seorang manusia tidak dapat makan, justru ketika makanan tersedia berlimpah-limpah. Kedaulatan Allah di dalam memberikan anugerah-Nya juga dapat terbaca dengan jelas. Ia sengaja memakai penderita kusta - orang yang dianggap sampah dan pendosa - untuk menikmati kelimpahan berkat yang pertama dan mewartakannya kepada seluruh penduduk kota. Ia ingin menegaskan bahwa bangsa Israel sebetulnya tidak layak untuk menerima keselamatan, namun semua itu hanyalah anugerah Allah di dalam kedaulatan-Nya.

Renungkan: Bagaimana Anda melihat kedaulatan Allah dalam kehidupan Anda dan masyarakat sehari-hari? Masihkah Anda merasakan kedaulatan-Nya yang tidak terbendung namun juga tertib dan bertujuan?

(0.25) (2Raj 14:1) (sh: Dua hal terpenting dalam kehidupan (Senin, 5 Juni 2000))
Dua hal terpenting dalam kehidupan

Sebagai raja, Amazia mengalami kehidupan yang tragis. Selama 29 tahun pemerintahannya dapat dikatakan baik sebab ia berjalan di dalam kehendak Allah walaupun tidak seperti Daud namun seperti ayahnya Yoas (4). Tragisnya, hidupnya berakhir dengan kematian di tangan rakyat sendiri. Mengapa demikian?

Satu tindakan Amazia yang patut dipuji adalah ketika ia menghukum para pemberontak (5-6). Ia sangat taat dan menegakkan supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum Allah. Tidak heran jika Allah memberkatinya dengan kemenangan besar atas Edom dan berhasil merebut kota Sela (7). Namun keberhasilannya itu berakibat buruk bagi kepribadiannya, karena ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri dengan benar dan bagi pemahaman imannya. Ia merasa bahwa dirinya hebat dan berkembang menjadi sebuah keyakinan bahwa dirinya memang hebat. Hingga timbulah ambisi untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain, dan yang menjadi targetnya adalah Israel. Amazia telah meninggikan supremasi dirinya sendiri dan menjadikan dirinya standar bagi orang lain, bukan lagi Allah dan hukum-Nya.

Peringatan Yoas bagai pengungkapan ketakutannya di telinga Amazia. Ia tetap menyerang dan kalah. Ia yang meninggikan diri sekarang direndahkan dengan menjadi tawanan perang (13). Bukan hanya dirinya, negara dan bangsanya pun direndahkan karena tembok kota sepanjang 400 hasta dihancurkan. Bahkan Allah pun 'direndahkan' oleh raja yang jahat dengan dirampoknya perkakas Bait Allah. Kesalahan yang dilakukan begitu fatal di hadapan rakyat. Sehingga, setelah dibebaskan oleh Yerobeam, ia dibunuh oleh rakyatnya sendiri dan kemudian mengangkat anaknya menjadi penggantinya. Itulah harga yang harus dibayar, tidak hanya oleh Amazia, tetapi juga seluruh rakyat Yehuda, karena pengenalan diri dan pemahaman iman yang salah.

Renungkan: Jangan sampai status kita yang sudah dibenarkan di hadapan Alah oleh darah Kristus dan pemeliharaan-Nya atas kita hingga kini, membuat kita angkuh dan membuat program-program pelayanan yang memprovokasi pihak lain, sehingga mengakibatkan komunitas Kristen dan nama Allah sendiri direndahkan oleh mereka. Jadilah bijak dan peka selalu!

(0.25) (Neh 11:1) (sh: Kerelaan untuk berkorban (Senin, 27 November 2000))
Kerelaan untuk berkorban

Setiap Kristen tentu berharap agar pekerjaan Tuhan dapat terlaksana dengan baik. Namun berapa banyak yang mau berkorban demi terlaksananya pekerjaan Tuhan? Pemikiran inilah yang muncul tatkala Nehemia harus memilih orang-orang untuk tinggal di Yerusalem.

Sejak pembuangan ke Babel, jumlah penduduk Yerusalem jauh berkurang. Penyebabnya pertama, tanah pertanian yang menjadi mata pencaharian terletak jauh dari Yerusalem sehingga orang memilih tinggal di dekat tanah pertanian. Kedua, rakyat tidak lagi memberikan perpuluhan untuk mendukung kehidupan para imam dan orang Lewi, sehingga para pemimpin rohani ini terpaksa meninggalkan Yerusalem, kembali ke desanya, dan bekerja di tanah pertanian. Padahal sebagai ibu kota, Yerusalem harus ditinggali oleh penduduk dalam jumlah yang cukup agar pembangunan dan pertahanan dapat berjalan dengan baik. Lebih penting lagi, secara rohani Yerusalem memang harus ditinggali. Itulah sebabnya pembayaran perpuluhan kembali ditekankan (11:10-12:28). Tetapi siapa yang mau tinggal di Yerusalem? Sebagai ibu kota, Yerusalem menjadi sasaran utama ancaman para musuh. Jika demikian maka penduduknya pun rawan terhadap ancaman dan bahaya.

Tanpa perlu diundi atau diminta, para pemimpin bangsa harus mau menetap di Yerusalem. Sebagai pemimpin mereka harus memberikan contoh kepada rakyat tentang dedikasi dan bakti mereka bagi kerajaan Israel. Inilah harga yang harus dibayar oleh para pemimpin. Di saat tidak ada orang yang mau melakukan karena faktor risiko dan konsekuensi yang besar, pemimpin harus mau menerima risiko dan konsekuensi apapun. Sedangkan pemilihan rakyat yang akan menetap di Yerusalem ditentukan melalui undian sebab mereka percaya bahwa membuang undi adalah cara menentukan kehendak Allah. Nehemia berserah kepada kehendak Allah mengenai siapa yang akan tinggal di Yerusalem. Walaupun ditunjuk melalui undian, mereka yang mau tinggal di Yerusalem tetap dipuji sebab mereka telah menunjukkan kerelaan untuk berkoban, bukan hanya demi kemakmuran Yerusalem tetapi juga demi kehidupan kerohanian seluruh bangsa Israel.

Renungkan: Kerelaan kita untuk berkorban seharusnya didorong oleh kerinduan untuk menyembah dan menghormati Allah.

(0.25) (Ams 3:13) (sh: Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah (Kamis, 20 November 2003))
Berhikmat = berjalan dalam kehendak Allah

Dalam bukunya, Twice Pardoned, Harold Morris menyaksikan hidupnya. Sebagai seorang pemuda ia bergaul dengan teman-teman yang nakal. Hingga suatu saat, bersama dengan teman-temannya, Morris merampok sebuah gudang. Dalam peristiwa itu, penjaga gudang mati terbunuh. Morris dituduh sebagai penyebab kematian itu sehingga ia dijatuhi hukuman mati. Di saat-saat penantian eksekusi itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Kristus dan Tuhan memberikan kesempatan padanya: ia mendapatkan grasi dan dibebaskan dari penjara. Sejak saat itu ia selalu menyaksikannya kepada anak-anak muda dan mengimbau mereka untuk bijaksana dalam memilih teman dan menentukan jalan hidup.Firman Tuhan mengingatkan kita tentang pentingnya hikmat. Hikmat lebih berharga daripada perak, emas dan permata (ayat 14-15). Hikmat memberikan kita kedamaian sehingga kita dapat tidur dengan nyenyak (ayat 24). Harold Morris mengakui, karena tidak berhikmatlah ia harus mendekam di penjara selama bertahun-tahun; ia telah membayar harga mahal untuk kecerobohannya. Firman Tuhan juga mengaitkan hikmat dengan penyertaan dan penjagaan Tuhan (ayat 3:25-26). Dengan kata lain, hikmat yang dimaksudkan di sini bukanlah hikmat manusiawi yang lepas dari jalur kehendak Allah. Hikmat bukanlah kecerdikan akal manusia yang mungkin bisa membebaskan kita dari masalah; sebaliknya, kadang hikmat membawa kita masuk ke dalam masalah namun kita tahu, bahwa itulah kehendak Allah. Hikmat memberi kita ketenangan sebab kita yakin bahwa kita berada dalam kehendak Allah. Secerdik apa pun akal kita dan seberapa besar pun keberhasilan kita lolos dari masalah, jika itu bukan jalan Tuhan, itu bukan hikmat dan di dalamnya tidak akan kita jumpai sentosa.

Renungkan: Tempat yang paling aman di dunia adalah di tengah kehendak Allah.

(0.25) (Yer 38:14) (sh: Kualifikasi prima seorang pemimpin (Rabu, 9 Mei 2001))
Kualifikasi prima seorang pemimpin

Maju mundurnya sebuah bangsa tergantung dari kualitas pemimpin yang dimiliki bangsa tersebut. Ini bukan suatu kebenaran yang dilebih-lebihkan sebab ada banyak contoh yang dapat kita lihat dalam sejarah. Bahkan kebenaran ini juga berlaku bagi gereja, perusahaan, maupun rumah tangga.

Zedekia bukanlah seorang pemimpin berkualitas prima. Kualitas di sini bukan kemampuan teknis seperti memanah atau memainkan pedang, melainkan kualitas manajerial. Itu yang tidak dimiliki oleh Zedekia. Ia tidak mempunyai visi yang jelas dan benar. Ini terbukti ketika untuk kesekian kalinya ia menemui Yeremia dengan maksud yang sama (14). Sebetulnya ia tidak rindu mendengarkan suara Allah, melainkan ingin agar Allah melakukan intervensi untuk menyelamatkan Yehuda sehingga ia dapat tetap menjadi raja. Ia tidak dapat melihat bahwa berdasarkan fakta sejarah Yehuda, keinginannya itu tidak mungkin terealisasi, karena penghukuman Allah tidak mungkin ditunda. Ia mengabaikan kebenaran sejarah, akibatnya arah pemerintahannya pun tidak jelas. Bukankah visi dibangun berdasarkan fakta sejarah?

Sebagai raja, Zedekia tidak mampu mengkoordinir dan mengontrol pembantunya. Mengapa demikian? Sekali lagi karena ambisi pribadinya. Untuk mempertahankan kedudukannya, ia butuh dukungan baik dari dalam maupun luar negeri. Dari luar negeri, ia tidak mungkin mendapatkan dukungan karena negara-negara sekutunya seperti Mesir, tidak mampu melawan Babel. Sedangkan dari dalam negeri ia hanya dapat bergantung kepada para pembantunya, bukan rakyat yang nampaknya sudah membencinya (19). Karena ia tidak pernah memperlakukan rakyatnya dengan baik. Namun dukungan itu ia peroleh dengan harga yang mahal yaitu ia harus selalu memenuhi keinginan pembantunya (16, 24 bdk. 38:5).

Renungkan: Melihat model kepemimpinan Zedekia dan dampak yang diberikan, kita mendapatkan pelajaran penting yaitu kualifikasi prima yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin di institusi mana pun adalah ia tidak punya ambisi maupun agenda untuk mempertahankan kedudukannya. Bila ambisi maupun agenda itu ada dalam pikirannya, maka dapat dipastikan bahwa ia adalah pemimpin tanpa visi. Apa yang akan terjadi pada sebuah institusi tanpa visi? Institusi itu hanya menjadi kendaraan pemimpin untuk bertakhta dan mempertahankan takhta.

(0.25) (Hos 3:1) (sh: Autobiografi Hosea sebagai gambaran kasih Allah (Selasa, 3 Desember 2002))
Autobiografi Hosea sebagai gambaran kasih Allah

Sama dengan pasal 1, pasal ini bukanlah sebuah rekonstruksi riwayat hidup Hosea, melainkan sebuah gambaran tentang berita pengampunan yang akan diterima umat Israel. Pada pasal-pasal sebelumnya kita memperoleh penjelasan tentang perselingkuhan Israel dengan kekasih-kekasih lain, yaitu ilah-ilah Kanaan (ayat 1). Dalam pasal ini, perselingkuhan itu digambarkan sebagai perempuan yang suka bersundal dan berzinah (ayat 1). Perintah Allah kepada Hosea untuk mengawini lagi istrinya itu merupakan tindakan yang tidak hanya mengibaratkan kasih Tuhan kepada Israel, tetapi juga tindakan penebusan.Penebusan Allah terhadap Israel tampak ketika Hosea membeli kembali istrinya dengan harga 15 syikal perak dan satu setengah homer jelai. Hosea membeli (menebus) kembali istrinya itu, mungkin dari seorang majikan yang memperbudaknya (budak seks?), atau dari suatu kuil Baal tempat berlangsungnya pelacuran bakti, yang bermaksud merangsang kegiatan dewa kesuburan untuk menurunkan hujan. Dalam kebiasaan Israel penebusan yang bersifat sosial ini di kalangan umat Allah dilihat sebagai wujud dari anugerah dan kasih Allah dalam relasi sosial. Makna teologis itu berakar dari tindakan penebusan Allah atas umat-Nya. Karena itu tindakan ibarat yang dilakukan Hosea ini sangat kental berkaitan dengan penebusan Allah atas Israel. Bagi Hosea, Israel kini menantikan masa-masa yang penuh damai sejahtera, pengharapan mesianis bagi umat (ayat 5).

Pada masa-masa advent ini seluruh umat Allah berada dalam masa-masa penantian akan kedatangan Mesias Yesus untuk kedua kalinya. Pada masa-masa penantian inilah kita pun perlu mengoreksi diri, apakah kita sudah berada kembali pada jalan Tuhan dan kehendak- Nya?

Renungkan:
Mestinya selama masa penantian akan kedatangan Mesias Yesus yang kedua kalinya, kita harus senantiasa hidup menurut jalan- jalan/kehendak Allah, karena masa mesianis itu sudah datang ketika Yesus lahir di kandang Betlehem.

(0.25) (Yl 2:1) (sh: Koyakkanlah hatimu! (Sabtu, 16 Juni 2001))
Koyakkanlah hatimu!

Suasana perkabungan yang nampak luar belum tentu mewakili perkabungan hati. Seorang bisa menangis histeris tak henti dalam suasana upacara pemakaman walaupun sesungguhnya hatinya bersorak penuh kemenangan karena sejenak kemudian seluruh harta warisan ayahnya jatuh ke tangannya sebagai pewaris tunggal. Allah tidak menghendaki perkabungan yang nampak luar, tetapi perkabungan hati umat-Nya. Allah tidak akan tertipu dengan ucapan mulut penuh tangisan tanpa kehancuran hati penyesalan dosa.

Seruan pertobatan dalam perikop ini nampak sangat penting, mendesak, serius, dan membutuhkan respons kebulatan hati (12). Hukuman yang mereka alami jelas merupakan akibat dari ketidaksetiaan mereka sebagai umat pilihan- Nya, maka Allah yang setia menghendaki perkabungan hati bukan upacara perkabungan sekadar tradisi (13). Ketidaksetiaan harus dibayar dengan perkabungan hati dan pertobatan total, segenap hati berbalik kepada Allah perjanjian. Betapa maha kasihnya Allah yang tetap setia kepada umat-Nya walaupun umat-Nya telah ‘memaksa’- Nya melaksanakan hukuman-Nya. Pertobatan total kembali membuka jembatan berkat dan diperkenan-Nya korban persembahan umat-Nya, yang sebelumnya tertahan karena ulah umat-Nya (14). Seruan ini harus diperdengarkan kepada setiap orang segala usia: dari yang tua sampai kepada bayi (16) dan para imam menjadi perantara perdamaian umat-Nya dengan Allah (17). Melalui ibadah yang kudus dan sehati, mereka harus datang dan memohon kasih sayang Tuhan untuk memulihkan umat-Nya dari keadaan yang memalukan dan menjadi cela bagi bangsa- bangsa lain yang tidak mengenal Allah (17). Betapa menyedihkan, umat yang seharusnya membawa harum nama Allah, justru ‘menyembunyikan’ Allah dalam kebisuan dan ketidakberdayaan.

Renungkan: Seruan “Koyakkanlah hatimu!” juga diperdengarkan di tengah bangsa kita, agar menerima anugerah pertobatan dan pengampunan. Seruan yang membutuhkan respons serius, segera, dan segenap hati. Milikilah hati seperti Yoel yang dengan berani menyerukan dengan tegas agar bangsa berseru memohonkan pertobatan. Relakah Kristen membayar harga sebuah perdamaian dan pemulihan bangsa kita tercinta dengan hati yang hancur di hadapan- Nya dan berteriak memohonkan belas kasih sayang Tuhan?

(0.25) (Mat 5:1) (sh: Bahagia sejati (Minggu, 2 Januari 2005))
Bahagia sejati

Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang membuat hati kita senang. Misalnya segala sesuatu yang kita miliki. Namun, berbeda sekali dengan arti dan ukuran kebahagiaan yang Yesus utarakan ini. Yesus mengaitkan kebahagiaan dengan mutu manusianya.

Menurut Yesus, kebahagiaan sejati adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki sikap hidup yang benar, yaitu mereka yang tidak mengikatkan diri pada harta duniawi (ayat 3), karena mereka justru akan memiliki harta surgawi. Orang yang berduka cita oleh sebab di dunia ini tidak memiliki apa-apa justru akan berbahagia oleh penghiburan surgawi (ayat 4). Orang yang lemah lembut, tidak pernah membela hak sendiri, merekalah yang mewarisi bumi (ayat 5). Orang yang lapar dan haus akan kebenaran serta mencari harta surgawi, pasti dipuaskan (ayat 6). Orang yang murah hati, membagi-bagikan bukan mengumpulkan justru akan menikmati kelimpahan (ayat 7). Orang yang suci hatinya, yang menujukan fokus hidupnya pada Allah dan bukan pada dunia adalah orang-orang yang akan melihat dan menikmati Allah (ayat 8). Sedangkan mereka yang membawa damai dan menebarkan kasih Allah, akan disebut anak-anak Allah (ayat 9). Akhirnya, mereka yang menderita oleh karena nama Allah, Allah sendiri yang akan melimpahi sukacita kekal (ayat 10-12).

Inginkah Anda berbahagia? Kebahagiaan diawali dengan pertobatan yang dilanjutkan dengan hidup yang memiliki orientasi untuk menyenangkan hati Allah. Semakin dekat Dia, semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya yakni lemah lembut bukan keras hati, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga yang harus dibayar namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan. Karena itu mari kita belajar hidup bukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk Allah.

Renungkan: Kebahagiaan sejati hanya dapat dinikmati orang-orang yang memfokuskan hidupnya kepada Allah.

(0.25) (Mat 10:34) (sh: Dua kutub yang bertolak-belakang. (Minggu, 18 Januari 1998))
Dua kutub yang bertolak-belakang.

Para malaikat di padang Efrata mengumumkan:"Yesus datang untuk membawa damai sejahtera, di antara orang yang berkenan kepada-Nya." Tetapi Yesus juga berkata,"Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan membawa pedang pemisah". Apakah Yesus tidak berkenan pada ikatan kesatuan keluarga? Justru Dia menghendaki. Buktinya, Allah telah melaksanakan kesatuan itu di taman Eden, pada Adam dan Hawa.Yesus tidak berkenan pada ikatan kesatuan yang: 1) mengutamakan kesatuan di atas yang lain, 2) mengisolasi diri, tidak menjadi berkat bagi orang lain, 3) merasa aman tanpa Allah, 4) mencuri kemuliaan Allah. Ingatlah, Allah telah mendobrak kesatuan menara Babel dalam Perjanjian Lama.

Kesatuan karena salib. Yesus berkenan pada kesatuan keluarga anak-anak Allah yang menempatkan Dia secara benar, menjadi yang utama, menjadi Raja dan Tuhan di atas segalanya. Melalui jalan salib orang-orang percaya dipersatukan. Yesus menyamakan diri dengan murid-murid-Nya Penghargaan atas murid-murid-Nya patut mendorong kita orang-orang percaya untuk bangga dan setia melayani Dia dengan segenap hati dan pikiran kita. Bila semangat kita kendur dalam pelayanan, itu pertanda bahwa kita kurang mensyukuri kasih karunia Allah yang sedemikian besar. Hanya dengan bertelut di bawah kaki salib-Nyalah, kita boleh diperbarui kembali. Kembali kepada kasih yang mula-mula, kembali pada penyerahan diri sepenuh, kembali pada perenungan tentang harga yang begitu mahal yang telah Tuhan berikan bagi nyawa kita yaitu nyawa-Nya sendiri.

Renungkan: Tidak ada penyataan kemuliaan Allah lebih besar selain kedatangan dan pengorbanan-Nya di dalam diri Yesus Kristus.

Doa: Kiranya salib Kristus beroperasi mempersatukan umat Kristiani dalam era globalisasi ini. Kiranya segala ambisi dan kepentingan kelompok ditundukkan dan kemuliaan Allah yang ditinggikan dan dijunjung.

(0.25) (Mat 10:34) (sh: Memilih Kristus tidak sia-sia (Selasa, 25 Januari 2005))
Memilih Kristus tidak sia-sia

Sekilas tampak, perkataan Kristus membawa kontradiksi. Ia yang adalah Raja Damai mengatakan bahwa kedatangan-Nya bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Kedatangan Kristus memang membawa damai, damai antara manusia dengan Allah dan damai di antara sesama manusia yang percaya kepada-Nya. Namun demikian ada hal yang tak dapat dielakkan. Kedatangan Kristus ternyata membawa pertentangan antara Kristus dengan anti Kristus, antara orang yang percaya kepada-Nya dan yang tidak, antara gelap dan terang. Pertentangan ini dapat terjadi bahkan di antara orang-orang yang tinggal dalam satu rumah atau antara orang-orang yang memiliki pertalian darah. Bila mengikut Kristus membuat orang terpisah dari keluarganya, itulah harga yang harus ditanggungnya. Bila berdiri di atas kebenaran Kristus membuat seseorang dimusuhi keluarganya, itulah salib yang mesti dipikulnya. Kristus menuntut diri-Nya diprioritaskan lebih daripada sanak keluarga (ayat 37-38). Ini memang tidak mudah! Akan tetapi, Ia menjanjikan bahwa pilihan itu tidak sia-sia. Pilihan itu menunjukkan kesejatian iman orang tersebut (ayat 39).

Kristus memberikan penghiburan kepada para murid. Pekabaran Injil tidak akan sia-sia. Ada orang-orang yang akan menyambut mereka, menerima Kristus untuk diselamatkan. Itulah upah pelayanan mereka. Sukacita yang didapat jauh melebihi penderitaan memikul salib (ayat 40-42).

Kini pikul salib bisa berwujud ditolak keluarga dan masyarakat. Tidak mustahil kita ditekan, diintimidasi, malah dipecat oleh pimpinan tempat kita bekerja karena mempraktikkan prinsip iman kita. Namun, semua itu tidak perlu menyurutkan tekad kita mengikut Dia. Karena Dia akan menyambut kita sebagai hamba yang setia. Juga karena sukacita melihat mereka yang kita menangkan oleh kesaksian kita.

Doa: Tuhan, kuatkan kami agar segala bentuk penderitaan dan konsekuensi yang harus kami tanggung demi Engkau tidak membuat kami menyangkal Engkau.

(0.25) (Mat 18:1) (sh: Standar dunia tidak berlaku (Selasa, 20 Februari 2001))
Standar dunia tidak berlaku

Persaingan menjadi yang terbesar sudah merupakan iklim dunia, apalagi di negara yang sedang berkembang. Kecenderungan manusia ingin dihargai, dipandang, ditinggikan, dan dipuji, menjadikan iklim ini semakin mendarah daging hampir ke semua lapisan masyarakat. Beberapa perikop yang kita baca hari ini, memperlihatkan bagaimana Yesus mengkontraskan pengajarannya dengan standar dunia.

Ketika murid-murid-Nya memakai standar dunia dalam konsep Kerajaan Allah, Yesus tidak segera menanggapi, tetapi Ia memanggil seorang anak kecil dalam rangka mengajarkan konsep yang benar. Anak kecil selalu di posisi tidak penting, lemah tak berdaya, tidak dapat memimpin, dan tidak memiliki ambisi menumpuk kekayaan atau kedudukan. Peragaan Yesus tidak berarti bahwa para murid-Nya harus menjadi anak-anak, tetapi agar mereka memiliki sikap seperti anak kecil. Menjadi anak kecil berarti rela menjadi tak berarti, berani mengakui ketidakberdayaan, dan bertobat dari dosa dan hidup yang berporos ambisi. Seperti inilah sikap seorang yang menyambut Yesus dan memiliki Kerajaan Sorga, yang bukan dengan kebenaran dan kemampuan diri sendiri, sehingga tidak lagi muncul ambisi bersaing menjadi yang terbesar.

Dalam Kerajaan Sorga juga tidak berlaku standar dunia tentang kesempurnaan fisik sebagai keindahan. Oleh karena itu Yesus memperingatkan para murid-Nya bila ada anggota tubuh yang menyebabkannya berdosa, ia harus memenggal anggota tubuh tersebut, sehingga tidak menghalangi pertobatannya. Dapat dikatakan bahwa sia-sia memuaskan diri dengan segala keinginan dunia bila rohani kita tidak mendapatkan kebahagiaan sejati dalam Kerajaan Sorga. Keinginan duniawi akan membawa kita kepada kebinasaan (ayat 8). Janganlah kita terhitung sebagai penyesat karena tidak rela menanggalkan segala keinginan yang membawa kepada kebinasaan. Mungkin bukan hanya kita yang binasa, tetapi juga anak-anak Tuhan yang lain. Yesus memberikan peringatan keras bagi para penyesat, apabila menyesatkan anak-anak kecil yang percaya kepada-Nya, karena anak-anak paling mudah disesatkan.

Renungkan: Merendahkan diri menjadi seperti anak kecil berarti rela menanggalkan segala keakuan, kemampuan, kedudukan, harga diri, dan ambisi, demi Kerajaan Surga yang bernilai kekal.

(0.25) (Mat 19:13) (sh: Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005))
Motivasi mengikut Yesus

Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu.

Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat 16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27).

Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat 28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30).

Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga.

Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan.

(0.25) (Mat 21:12) (sh: Tempat beribadah yang Kudus (Rabu, 23 Februari 2005))
Tempat beribadah yang Kudus

Matius dan penulis Injil lainnya mengingatkan hubungan antara tindakan Yesus dengan fungsi Bait Allah yang benar seperti yang dikemukakan oleh nabi Yeremia (band. Yer. 7:1-10). Bait Allah dimengerti sebagai `rumah', juga sebagai `tempat kudus' Allah. Yesus ingin agar Rumah Allah itu benar-benar menjadi tempat kudus yang di dalamnya Allah berdiam.

Apa yang Tuhan Yesus lakukan? Ia mengejutkan pengunjung Bait Allah dengan tindakan-Nya mengacaukan dan menghentikan pasar serta kegiatannya di pelataran Bait Allah (ayat 12). Sepertinya kehadiran para pedagang di pelataran Bait Allah itu menolong orang yang datang dari jauh dengan menyediakan hewan yang akan dipersembahkan sebagai korban. Padahal para pedagang ini bersekongkol dengan para imam untuk mencari keuntungan semata. Yang terjadi adalah para pedagang itu memonopoli hewan korban tersebut dan menjualnya dengan harga yang sangat mahal. Para pengunjung itu seolah "dirampok." Itu sebabnya para imam jengkel dengan tindakan Tuhan Yesus (ayat 15). Tuhan Yesus tidak hanya menentang penyalahgunaan Bait Allah seperti ini, Ia ingin mengembalikan fungsi Bait Allah sebagai rumah doa (ayat 13). Ia juga memberikan pengajaran melalui perbuatan-Nya menjadikan Bait Allah sebagai tempat belas kasih Tuhan dinyatakan. Maka mereka yang dijamah Tuhan menyanyikan pujian dan bersorak hosana (ayat 14-16).

Gereja seharusnya menjadi tempat orang bertemu dengan Tuhan, menikmati dan mengalami karya Tuhan yang membebaskan manusia dari belenggu dosa. Kita yang adalah umat Tuhan dipanggil sebagai agen Allah untuk memfungsikan gereja sebagaimana seharusnya. Menjadikan gereja yang berfungsi sesuai firman Tuhan merupakan tugas kita sebagai jemaat dan bukan hanya tanggung jawab para rohaniwan.

Doaku: Tuhan, ajar kami menggunakan gereja pemberian-Mu dengan benar yaitu tempat kasih-Mu dipraktikkan.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA