Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 20 ayat untuk engkau ingin AND book:41 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mrk 10:43) (full: BARANGSIAPA INGIN MENJADI BESAR. )

Nas : Mr 10:43

Kebesaran yang sejati bukanlah soal kepemimpinan, kekuasaan, atau prestasi perorangan yang tinggi (ayat Mr 10:42), melainkan sikap hati yang dengan sungguh-sungguh ingin hidup bagi Allah dan bagi sesama manusia. Kita harus sedemikian mengabdi kepada Tuhan sehingga kita menyatu dengan kehendak-Nya di dunia tanpa menginginkan kemuliaan, kedudukan atau pahala kebendaan. Melaksanakan kehendak Allah, menuntun orang kepada keselamatan di dalam Kristus serta menyenangkan hati Allah merupakan upah dari mereka yang betul-betul besar

(lihat cat. --> Luk 22:24-30;

[atau ref. Luk 22:24-30]

mengenai kebesaran di Luk 22:24-30).

(0.96) (Mrk 6:34) (full: BELAS KASIHAN. )

Nas : Mr 6:34

Belas kasihan ialah suatu perasaan yang menggerakkan hati sanubari orang. Perasaan ini membuat seseorang merasa sedih melihat penderitaan dan kemalangan sesamanya, disertai dorongan yang kuat untuk menolong. Belas kasihan merupakan ciri khas Allah (Ul 30:3; 2Raj 13:23; Mazm 78:38; Mazm 111:4) dan Putra-Nya Yesus (Mr 1:41; Mat 9:36; 14:14; 15:32; Luk 7:13;

lihat cat. --> Mr 8:2).

[atau ref. Mr 8:2]

Sepanjang segala zaman, khususnya dewasa ini ketika orang bersikap acuh tak acuh terhadap penderitaan jasmani dan rohani yang dialami orang lain, Yesus ingin dan mengharapkan agar para pengikut-Nya memiliki sikap ini (Mat 18:33; Luk 10:33).

(0.96) (Mrk 7:24) (sh: Menjadi seperti anak anjing (Jumat, 14 Maret 2003))
Menjadi seperti anak anjing

Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diganggu. Sebenarnya dalam waktu-waktu melayani Tuhan, sama seperti Yesus, kita pun perlu mengambil waktu beristirahat. Mengasihi diri sendiri tidak selalu sama dengan egoisme. Jika kita gagal mengasihi diri sendiri, kita pun akan gagal mengasihi orang lain (Mat. 22:39).

Orang-orang Yahudi telah berkeras hati menolak Yesus. Maka, para pembaca Markus yang nonyahudi akan tertarik membaca bagian ini. Jelaslah bahwa wanita yang datang kepada Yesus berada di luar sistem Yahudi. Kesohoran Yesus membawanya datang -- kasih seorang ibu kepada anak yang kuat, melawan segala halangan sekalipun.

Yesus kelihatannya dengan kasar menolak untuk menerima permintaan sang ibu. Kemungkinan ini disebabkan karena pada waktu itu juga banyak pembuat mukjizat dan banyak orang mencari Yesus bukan untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan tunduk kepada otoritas- Nya, melainkan hanya karena ingin disembuhkan. Yesus dengan demikian ingin menguji mengapa sang ibu datang kepada-Nya.

Yesus memakai istilah "anjing", suatu penghinaan yang besar di dunia Mediterania pada waktu itu. Wanita Samaria itu bersedia diumpamakan seperti anak anjing yang menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuannya -- demi anaknya, dan tentu karena kepercayaannya yang sungguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Kerendahhatiannya dan kepercayaannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan apa yang dipohonkannya dengan amat sangat -- suatu kontras dengan orang-orang Farisi yang bebal dan sombong.

Renungkan: Ada tiga hal yang harus orang Kristen pelajari dalam kehidupan ini: [1] kerendahan hati, [2] kerendahan hati, [3] kerendahan hati.

(0.96) (Mrk 8:22) (sh: Di dalam kegelapan (Selasa, 18 Maret 2003))
Di dalam kegelapan

Seperti apa rasanya menjadi orang yang buta rohaninya? Tanyakan kepada orang-orang Farisi di zaman Yesus. Mereka merasa melihat, namun sebenarnya yang mereka lihat hanyalah bayang-bayang semu dalam gua yang gelap gulita. Murid-murid Yesus juga adalah orang-orang yang buta. Mereka begitu dekat dengan Yesus, namun mereka tidak pernah menyadari siapa Yesus sesungguhnya. Penglihatan mereka tertutup kabut pemikiran mereka yang bebal.

Seorang buta dibawa kepada Yesus di Betsaida. Beberapa hal patut kita perhatikan di sini. Yesus dikatakan membawa orang itu secara pribadi keluar kampung. Di sini kita melihat ada sesuatu yang tidak biasanya -- Ia menyembuhkan tidak di depan orang banyak, tetapi secara pribadi. Jelas bahwa Yesus ingin menjalin hubungan antarpribadi dengan orang buta tersebut. Hubungan pribadi dengan Yesus jauh melampaui kepentingan penyembuhan orang buta itu secara fisik. Yesus melakukan penyembuhan secara bertahap, dan akhirnya orang itu sembuh total. Tidak seperti para murid dan orang-orang Farisi yang "buta", orang buta itu akhirnya melihat Tuhan dan memiliki hubungan pribadi dengan Dia. Siapa yang sebenarnya buta?

Beberapa kali kita menemukan bahwa setelah Yesus melakukan mukjizat, Ia melarang orang-orang membicarakannya. Di sini pun demikian. Yesus melarang orang itu untuk masuk ke kampung. Keadaan sosial pada waktu itu kemungkinan membuat Yesus tidak ingin membesar- besarkan diri-Nya karena masyarakat bisa mencurigai keluarga- Nya. Namun, kelihatannya perintah Yesus itu dimaksudkan agar berita-berita yang tersebar tidak menghambat pelayanan-Nya.

Renungkan: Tuhan dan firman-Nya dekat dengan Anda. Namun, hidup Anda bisa lebih gelap daripada kegelapan dalam diri orang buta yang percaya kepada Allah.

(0.96) (Mrk 8:27) (sh: Buat saya (Rabu, 19 Maret 2003))
Buat saya

Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Kaisarea Filipi. Tempat ini adalah tempat politik penting di mana kaisar diakui sebagai Tuhan. Tempat ini juga merupakan supermarket berhala, tempat orang-orang memilih dewa-dewi untuk dibeli dan disembah. Maka, kita melihat bahwa pertanyaan Yesus mengenai siapa diri-Nya diajukan pada konteks yang tepat.

Yesus memulai dengan pertanyaan mengenai apa yang orang-orang katakan tentang Dia. Ini adalah kebiasaan masyarakat Mediterania purba. Zaman itu, identitas ditentukan bukan oleh diri sendiri, tetapi oleh komunitas. Identitas itu ditegaskan ulang oleh orang-orang lain. Maka, meskipun tentu Yesus mengetahui jawaban dari pertanyaan-Nya, di sini Ia benar-benar ingin mengetahui apa kata orang-orang dan ingin mendapatkan konfirmasi dan identifikasi dari murid-murid-Nya. Penilaian orang-orang lain menunjukkan ketidakmengertian mereka bahwa Yesus adalah yang akan menjadi penyelamat umat manusia sampai setuntas-tuntasnya.

Para murid pun ditanyai Yesus, "Menurut kamu ...". Petrus mewakili para murid dan menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias, orang yang diutus dan diurapi Tuhan. Di sini Petrus menunjukkan bahwa bagi dirinya Yesus sungguh-sungguh bermakna. Kebenaran bukan hanya di otak, tetapi Petrus sungguh memahami bahwa Kristus itu adalah Mesias "bagi saya", "buat saya", "untuk saya". Sayang sekali, pemahaman Petrus keliru. Yesus menyatakan bahwa diri-Nya adalah Mesias yang akan menderita, dan mati, tetapi akan menang. Petrus bingung. Ia tidak siap menghadapi kenyataan bahwa Mesias harus menderita. Memang, kebenaran itu sudah ditunjukkan dalam hubungan personal, hanya ia masih harus merevisinya.

Renungkan: Kristus bukanlah doktrin, tetapi Penyelamat Anda secara pribadi, sekarang dan di sini. Siapakah Kristus bagi Anda? Siapkah Anda merevisi pemahaman Anda tentang Dia?

(0.96) (Mrk 8:34) (sh: Harga mengikut Yesus (Kamis, 20 Maret 2003))
Harga mengikut Yesus

Dalam perikop ini, Yesus memanggil banyak orang dan murid-murid- Nya untuk mendekat. Ia ingin sebanyak mungkin orang mendengar apa yang akan dikatakan-Nya. Ia berbicara mengenai penyangkalan diri ketika orang-orang ingin mengikut Dia. Ia sungguh adalah Mesias, dan mengikut Dia berarti mengikut Allah yang mengutus- Nya. Adalah kepentingan orang-orang yang mendengar pada waktu itu untuk taat kepada Allah dan kepada Mesias yang diutus Allah. Namun, Mesias yang datang adalah Mesias yang harus menderita dan Mesias yang menuntut orang-orang untuk juga menderita bersama Dia.

Menyangkal diri dan memikul salib menunjukkan panggilan untuk mengarahkan hidup dari diri kepada Allah. Yang penting adalah kehendak Allah. Bahkan, jikalau harus mati sekalipun, sebagaimana digambarkan dengan perjalanan memikul salib ke tempat pemakuan, itu adalah syarat yang harus ditempuh. Tujuan akhirnya adalah mengikut Yesus, masuk dalam hubungan pribadi dengan Dia secara utuh -- "bukan Aku, melainkan Kristus".

Mereka yang menolak untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah adalah mereka yang akan kehilangan banyak hal. Mereka juga akan menerima hukuman kekal dari Anak Manusia yang akan datang menjadi Hakim untuk kedua kalinya.

Di antara orang yang mendengar, dikatakan bahwa mereka akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa. Ini mengacu ke peristiwa pemuliaan Yesus di atas gunung dalam bagian selanjutnya. Peristiwa itu adalah kecapan awal dari Kerajaan Allah yang datang secara penuh di akhir zaman. Harga yang dibayar akan diganti kemuliaan!

Renungkan: Hari ini, sangkal keinginan dan dosa Anda yang bertentangan dengan firman Allah. Kita sedang dibawa menuju kemuliaan!

(0.96) (Mrk 10:13) (sh: Anak berhak atas kabar keselamatan (Rabu, 26 Maret 2003))
Anak berhak atas kabar keselamatan

Di tengah perbincangan Yesus dengan para murid tentang ketidakmengertian mereka terhadap topik perceraian, para murid merasa terganggu dan marah. Mengapa? Karena ada orang-orang yang secara spontan membawa anak-anak mereka untuk Yesus jamah. Kemungkinan besar kemarahan mereka ini didasarkan pada tiga hal. Pertama, konsentrasi mereka terganggu; kedua, mereka tidak ingin Guru mereka direpotkan oleh anak-anak, dan ketiga, tradisi. Dalam agama Yahudi anak-anak sama sekali tidak ada harganya, termasuk tidak memiliki hak untuk menjadi anak-anak Allah. Pemahaman poin ketiga inilah yang Yesus jadikan senjata untuk mengubah pandangan tersebut.

Jika para murid marah melihat orang-orang yang mengantarkan anak- anak mereka, Yesus pun marah. Namun kemarahan Yesus tertuju pada tindakan para murid. Dia menolak tindakan tersebut. Jika masyarakat Yahudi menganggap bahwa anak-anak hina, tak berguna apalagi memiliki hak untuk menjadi warga Kerajaan Allah, Yesus bersikap sebaliknya. Ia membiarkan anak-anak itu datang kepada- Nya. Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan Allah justru tersedia bagi yang kecil, yang terhina dan yang tidak berguna (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">14)! Ucapan Yesus ini bernada anti-Farisi, artinya Yesus ingin menunjukkan kepada mereka yang beranggapan bahwa hanya orang- orang yang telah melaksanakan hukum menurut pemahaman Farisi sajalah yang berhak masuk ke Kerajaan Allah. Tidak dipungkiri bahwa pemahaman seperti ini masih ada yang meyakini.

Yesus menggunakan keberadaan anak-anak untuk menjelaskan tentang prinsip atau sikap spiritual yang harus orang-orang Kristen laksanakan. Yesus mengajak kita agar belajar dari kepolosan, kesederhanaan, dan kesetiaan yang dimiliki oleh anak-anak ketika kita menyambut Kerajaan Allah.

Renungkan: Hanya dengan keberadaan yang kecil, rendah, dan hina itulah kita tertunduk dan takluk kepada Allah.

(0.95) (Mrk 6:14) (sh: Peringatan! (Minggu, 9 Maret 2003))
Peringatan!

Pelayanan pemberitaan kebenaran yang sungguh-sungguh dapat membawa akibat buruk bagi kesehatan Anda. Apalagi memberitakan kebenaran di suatu dunia yang nilai-nilainya terbalik. Apa yang terjadi pada Yohanes Pembaptis adalah buktinya. Walaupun Herodes Antipas tahu bahwa tindakannya membunuh Yohanes Pembaptis itu salah dan menyedihkan hatinya, ia tetap melakukannya demi harga diri politis (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">26, bdk. 20).

Nasib Yohanes membuatnya sejajar dengan para nabi yang dibunuh oleh bangsa mereka sendiri (bdk. Mat 5:12, 23:29-36 dll.). Identifikasi oleh Herodes tentang Yesus sebagai Yohanes Pembaptis yang bangkit kembali menjadi petunjuk dini dari narasi Markus tentang sisi kelam dari pelayanan Yesus dan para murid- Nya: Yesus akan mati terbunuh dan para murid akan menderita.

Memberitakan kebenaran Allah di tengah dunia yang berkuasa dengan nilai-nilai kebenaran dari kekuasaan yang terbalik dan salah kaprah. Itulah keadaan yang dihadapi gereja di Indonesia, dan menjadi panggilan kita, jika kita masih ingin menjadi murid- murid dan utusan-utusan-Nya yang setia. Risiko yang dihadapi nyata. Mungkin bukan kehilangan kepala, tetapi kesempatan promosi dalam kerja, status sosial di masyarakat, rasa aman dll. Semua jadi penentu kaliber kita, seorang Herodes, atau Yohanes Pembaptis?

Renungkan: "... barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya" (Mrk. 8:35).

(0.95) (Mrk 8:1) (sh: Kuriositas (Minggu, 16 Maret 2003))
Kuriositas

Kita bertemu lagi dengan sebuah teks yang menjabarkan tentang pemberian makan para pengikut Yesus. Kali ini ada empat ribu orang yang diberi makan. Mereka lapar setelah tiga hari mendengarkan pengajaran Yesus. Beberapa di antaranya mungkin berpuasa, dan sebagian lagi sudah kehabisan persediaan makanan. Belas kasihan Yesus membawa-Nya melakukan mukjizat lagi. Mereka yang telah setia mencari makanan rohani dari Yesus, kini diberikan makanan jasmani.

Ucapan syukur dinaikkan kepada Allah sebelum roti dan ikan dibagikan, sebuah tanda bahwa Allahlah yang beranugerah untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Orang-orang Farisi muncul lagi sebagai kontras (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">11-13). Mereka ingin meminta tanda, baru mau percaya bahwa Yesus mempunyai otoritas kenabian. Sebaliknya, orang-orang di atas percaya dulu, baru melihat mukjizat. Tanda yang diminta orang-orang Farisi kemungkinan bukan mukjizat, tetapi suatu nubuat yang perlu digenapi dalam waktu dekat.

Ini bisa kita simpulkan karena mereka tetap meminta tanda setelah melihat Yesus melakukan mukjizat pengusiran setan. Sayang, bagi mereka, tidak ada tanda!

Renungkan: Keingintahuan adalah sesuatu yang baik. Namun, hidup ini memiliki sisi misteri. Di sanalah iman kita melompat ke dalam terang-Nya yang mahabaik (Ibr. 11:1).

(0.95) (Mrk 10:17) (sh: Demi dan karena Kristus (Kamis, 27 Maret 2003))
Demi dan karena Kristus

Bila dipandang dari perspektif manusia, keberadaan orang kaya itu pasti mengundang decak kagum orang-orang sekitarnya. Bayangkan saja, orang itu tidak hanya kaya harta duniawi tetapi juga kaya harta surgawi. Bagaimana keberadaan orang tersebut menurut perspektif Yesus? Sungguh di luar dugaan, karena ternyata Yesus mengasihaninya (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">21). Menurut Yesus ada satu hal yang tidak dimiliki orang kaya itu, dan satu hal itulah yang justru merupakan hal sentral untuk menjawab pertanyaannya.

Untuk melengkapi kekurangan tersebut Yesus memerintahkan orang kaya itu memberi sebagai bukti bahwa ia mengasihi Allah dan sesamanya (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">21b). Melalui perintah ini Yesus ingin menunjukkan bahwa segala kepatuhan kepada Allah harus diwujudkan dalam tindakan konkret, yaitu mengikut Yesus. Dalam mengikut Yesus ada satu pola hidup radikal yang harus ditempuh oleh para pengikut-Nya yaitu rela meninggalkan segala sesuatu, dan hidup di bawah kontrol Allah. Ternyata orang tersebut tidak sanggup mengikuti perintah Yesus. Dia lebih mementingkan harta daripada Allah.

Mampukah harta memberikan kehidupan kekal? Jangankan hidup kekal, kesehatan atau kebahagiaan saja pun tak mampu diberikan oleh harta! Ada dua hal penting yang harus pengikut sejati Kristus camkan. Pertama, barangsiapa mengerti dan memahami perintah Allah ia akan rela meninggalkan segala sesuatu karena dan demi Kristus. Kedua, barangsiapa tidak mengikut Yesus membuktikan bahwa ia tidak dapat memahami perintah Allah, walaupun semua perintah itu telah dilakukannya sejak masa mudanya.

Renungkan: Letak kekayaan dan kesukaan sejati dari orang yang hidupnya tidak terikat pada harta adalah berserah penuh pada Yesus.

(0.94) (Mrk 1:40) (sh: Menentang tradisi (Sabtu, 18 Januari 2003))
Menentang tradisi

Pada masa Yesus hidup, sudah merupakan tradisi bila orang yang berpenyakit kusta diasingkan masyarakat. Selain takut tertular - - menurut hukum Musa -- orang kusta itu najis dan dikutuk Allah (bdk. Im. 13:45-46). Bagaimana sikap Yesus ketika berhadapan dengan orang kusta? Yesus tidak mengusir atau menjauh. Yesus justru menggerakkan tangan-Nya ke arah orang kusta itu lalu menyentuhnya. Dapat kita bayangkan kegemparan yang terjadi karena reaksi orang-orang yang melihat perbuatan ini. Mengapa Yesus mau menyentuhnya? Karena belas kasihan (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">41). Belas kasihan Yesus menyembuhkan dan mengalahkan segala-galanya.

Ketika orang kusta sembuh Yesus memberikan dua bentuk perintah padanya. Pertama, ia harus melakukan hukum Musa, yaitu menghadap imam agar imam dapat menyatakannya sebagai orang sehat. Tanpa pernyataan resmi ini sulit baginya diterima masyarakat. Kemudian, ia harus memberikan persembahan syukur seperti yang diatur hukum Musa (Im. 14:1-32). Kedua, Yesus melarangnya untuk memberitakan kesembuhannya kepada orang lain. Sebenarnya orang yang mengenalnya, tanpa diberitahu pun menyadari perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Selain itu melakukan ritus seperti yang dituntut hukum Musa, sebenarnya merupakan pernyataan terbuka bahwa ia telah sembuh dan tahir. Jadi, mengapa harus dilarang? Karena Yesus tidak ingin dikenal sebagai tabib penyembuh. Yesus adalah Mesias dan Anak Allah. Namun, orang kusta ini tidak taat. Akibatnya pekerjaan dan pelayanan Yesus menjadi terhalang. Ketidaktaatan selalu menghambat pelayanan Yesus. (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">45).

Renungkan: Belas kasihan Yesus membawa orang-orang pinggiran ke tengah- tengah peradaban manusia. Tanpa memiliki belas kasihan Yesus kita tidak akan pernah menyentuh orang-orang yang terbuang dan terasing oleh masyarakat.

(0.94) (Mrk 2:18) (sh: Hakikat puasa (Selasa, 21 Januari 2003))
Hakikat puasa

Bagi orang Yahudi berpuasa sudah merupakan tradisi. Farisi memiliki kebiasaan berpuasa 2 kali seminggu (Luk. 18:12). Ada beberapa alasan untuk berpuasa. Selain puasa merupakan ungkapan kesedihan (ayat 1Samuel 31:13; 2Samuel 1:12), puasa juga dilakukan untuk menyatakan pertobatan (ayat 1Samuel 7:6). Ketika melihat murid-murid Yesus tidak berpuasa, murid-murid Yohanes dan orang Farisi menjadi heran. Mereka ingin tahu alasannya. Yesus menjawab dengan menjelaskan dua sifat menonjol murid- murid-Nya, yaitu bahwa menjadi murid Yesus berarti bersukacita dan hidup dalam suasana yang sama sekali baru.

Pertama, sukacita. Suasana perkawinan dipakai untuk melukiskan sukacita kedatangan-Nya. Makna yang terkandung di dalamnya adalah bahwa kedatangan Yesus membawa sukacita. Karena dosa telah diampuni; permusuhan dengan Allah telah berakhir. Melalui kedatangan Yesus, manusia dan Allah telah didamaikan. Ini adalah sumber sukacita dalam hidup orang beriman.

Kedua, suasana baru. Kedatangan Yesus juga membawa suasana baru. Suasana yang sama sekali berbeda dengan yang lama. Suasana baru apa yang dibawa Yesus? Pertama, jika orang Farisi membenci dosa dan orang berdosa, Yesus justru bersekutu dengan orang-orang berdosa. Yesus membenci dosa, namun mengasihi orang berdosa. Kedua, bagi orang Farisi puasa adalah status rohani dan kesalehan yang membedakannya dengan orang lain (Luk. 18:12). Tetapi, bagi Yesus puasa adalah untuk Allah, bukan untuk manusia (Mat. 6:18).

Ketiga, bagi Farisi manusia untuk sabat. Bagi Yesus sabat untuk manusia.

Yesus tidak menentang apalagi menghilangkan puasa (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">20, bdk. Mat. 4:2). Bahkan tradisi berpuasa dilanjutkan gereja Kristen purba (lih. Kis. 13:2-3; 14:23). Yesus meluruskan penghayatan maknanya.

Renungkan: Tanpa perubahan moral puasa sia-sia. Tanpa transformasi hidup puasa menghina Allah (Yes. 58:3-6).

(0.94) (Mrk 3:1) (sh: Yesus, Tuhan atas Sabat (Kamis, 23 Januari 2003))
Yesus, Tuhan atas Sabat

Tradisi yang berlaku di agama Yahudi, hari Sabat adalah hari ketika umat berada di rumah ibadat untuk beribadah pada Allah (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">1). Sebagai orang Yahudi, Yesus pun beribadah pada hari Sabat di sinagoge. Bagi Yesus ini adalah suatu kebiasaan baik, ketika umat mengekspresikan rasa syukur kepada Allah yang telah menciptakan alam semesta ini. Namun, ternyata tidak semua orang berpikiran yang sama dengan Yesus. Ada sekelompok orang yang datang ke sinagoge bukan untuk bersekutu dan beribadah, tetapi untuk mempersalahkan Yesus (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">2). Mereka adalah para pemimpin agama Yahudi (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">6; bdk. engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">2:24-28).

Keberadaan seorang yang tangannya mati sebelah dijadikan objek oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka berharap agar Yesus menyembuhkannya, sehingga Yesus dipersalahkan karena melanggar hukum Sabat. Meski tidak diutarakan, Yesus tahu pikiran mereka. Yesus meminta orang yang tangannya mati sebelah untuk berdiri di tengah-tengah (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">3). Meskipun orang tersebut tidak menunjukkan indikasi bahwa ia sedang sekarat, tetapi Yesus menyembuhkannya. Melalui tindakan ini, Yesus menyatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas hari Sabat.

Apa yang harus dilakukan pada hari Sabat: berbuat baik dan menyelamatkan orang atau berbuat jahat dan membunuh orang? Para pemimpin agama itu tahu pilihan yang tidak melanggar Sabat. Tetapi, karena tidak mau percaya pada Yesus, mereka tetap diam. Yesus marah -- kemarahan yang mengungkapkan bahwa Yesus adalah manusia sejati -- tetapi bukan kemarahan yang tanpa alasan. Yesus marah karena kedegilan orang yang tidak mau percaya pada- Nya. Marah yang timbul karena ingin mendamaikan manusia dan Allah. Amarah Yesus adalah amarah damai. Penolakan terhadap damai inilah yang membangkitkan amarah-Nya.

Renungkan: Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hari Sabat adalah hari ibadah dan bukan hari mencari musuh.

(0.94) (Mrk 7:31) (sh: Di dalam kesunyian (Sabtu, 15 Maret 2003))
Di dalam kesunyian

Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada. Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi kita tak bisa lari dari hal-hal yang dipilihkan untuk kita oleh kehidupan.

Yesus berangkat lagi ke Danau Galilea. Ada seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya -- kemungkinan bahwa ia tidak bisu dan tuli sejak lahir, tetapi ia pernah menderita sakit suatu waktu dalam kehidupannya. Orang-orang membawanya kepada Yesus supaya Ia memberkatinya -- dan mereka tercengang karena Yesus bukan hanya memberkati orang itu, tetapi juga menyembuhkannya!

Demonstrasi yang dilakukan Yesus menunjukkan modus yang berbeda dari biasanya. Ia bisa saja berkata-kata dan orang itu sembuh seketika. Namun, di sini ia memakai jari dan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang tersebut. Dalam tradisi Yunani dan Yahudi, ludah dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan. Yesus ingin meyakinkan orang itu akan kekuasaan-Nya. Tentu saja, perintah agar telinganya terbukalah yang memulihkan orang itu -- ia berbicara dengan baik.

Kontras dengan ahli-ahli Taurat yang banyak berbicara dan aktif, orang ini diam dalam kesunyian dan pasif. Namun, di dalam kesunyian ia menemukan Allah. Kita menemukan satu hal yang penting di sini, bahwa keagamaan dan doktrin-doktrin serta peraturan-peraturan kaku adalah suatu penghalang bagi kita untuk menjadi naif, penghalang bagi Allah untuk hadir menyentuh keberadaan kita sekarang dan di sini. Yesus menunjukkan bahwa keterlemparan orang itu ke dalam kehidupan dan ke dalam penyakitnya, serta iman yang melampaui doktrin, menjadi bagian dari kehidupan yang perlu kita jalani sehari-hari.

Renungkan: Saat ini mungkin Anda hanya bisa pasrah menerima realitas kehidupan yang kadang memuakkan. Dalam kesunyian dan iman, biarlah Allah menghampiri Anda.

(0.94) (Mrk 9:2) (sh: Anda berharga di mata Allah (Jumat, 21 Maret 2003))
Anda berharga di mata Allah

Teks hari ini mengajak kita melihat bahwa Yesus dan tiga orang murid-Nya naik ke sebuah gunung dan di sana Yesus dimuliakan, Ia mengalami transfigurasi -- sebuah perubahan penampakan. Yesus tampil sebagai Yang Mulia, dengan cahaya yang selalu menyertai ide tentang kebesaran dan keagungan Allah. Dengan peristiwa ini, tergenapilah apa yang disampaikan dalam engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">9:1, bahwa ada orang- orang yang akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa.

Mengiringi Yesus, tampillah Elia dan Musa. Kedua nabi ini muncul lagi dengan maksud-maksud yang jelas. Musa adalah wakil dari perjanjian yang lama yang akan segera digenapi dengan kematian Kristus. Elia adalah yang akan memulihkan segala sesuatu (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">12). Maka, kehadiran Musa dan Elia menunjukkan bahwa penderitaan Kristus sudah dekat dan perwujudan rencana Allah bagi manusia akan makin jelas. Petrus kembali menunjukkan bahwa ia tidak memahami kemesiasan Kristus (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">5-6). Ia melihat kemesiasan hanya sebagai sesuatu yang mulia, bukan kemuliaan yang akan dicapai melalui penderitaan. Bagian ini menunjukkan ketragisan - - di dalam posisinya yang paling dekat dengan kebenaran, Petrus kehilangan kebenaran karena silau oleh kemuliaan. Ia ingin menjadi berharga.

Datanglah awan kemuliaan Tuhan dan suara yang menyatakan ke-Anakan Yesus kembali terdengar, mengingatkan kita akan saat pembaptisan Yesus. Jelaslah bahwa otoritas Yesus diteguhkan di sini, namun juga keberhargaan-Nya. Ia adalah Anak Allah, entah apa pun perkataan dan penolakan orang. Ke-Anakan ini juga memunculkan tanggung jawab untuk taat mutlak terhadap kehendak Allah. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menderita (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">11-13), Yesus akan menderita -- namun menuju kemuliaan.

Renungkan: Anda berharga meskipun orang lain dan Anda sendiri tidak merasa demikian. Anda berharga karena Anda adalah anak Allah (Yoh. 1:14).

(0.94) (Mrk 9:14) (sh: Sebuah kebergantungan (Sabtu, 22 Maret 2003))
Sebuah kebergantungan

Pengalaman hidup kerohanian kita, doktrin yang kita miliki, prestasi yang telah kita capai kadang membuat kita tidak peka lagi terhadap kerohanian yang sesungguhnya. Kehidupan rutin keagamaan sering kali menumpulkan kita, dan kita terhanyut oleh rutinitas yang hampa, namun berjubah mengkilap.

Para murid mengalami keadaan seperti ini. Mereka bingung karena gagal mengusir setan dari seorang yang kelihatannya diserang ayan, tetapi akibat kerasukan. Mereka merasa bahwa otoritas dan kuasa ada dalam genggaman mereka, sama dengan sang pengutus, dalam hal ini Kristus. Tetapi, yang terjadi adalah mereka dipermalukan -- mereka gagal, dan akibatnya otoritas dan kuasa Yesus pun dipertanyakan oleh banyak orang.

Apa yang keliru di sini? Yang keliru adalah bahwa para murid hanya bersandarkan kekuatan diri mereka sendiri. Mereka mengingat kejadian-kejadian lampau ketika mereka berhasil mengusir setan, dan merasa bahwa mereka bisa melakukannya lagi. Namun, tentu saja mereka tidak begitu pasti dengan apa yang mereka lakukan. Maka, di sana terdapat keraguan juga -- dan para murid tidak berdoa kepada Allah untuk mendapatkan kekuatan. Mereka bergantung kepada diri mereka sendiri.

Reaksi para murid sangat kontras dengan apa yang dikatakan oleh ayah sang anak (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">24). Ia menyatakan dengan jujur bahwa ia ingin percaya kepada Yesus, dan ia menyerahkan ketidakpercayaannya kepada Yesus. Iman yang seperti ini merupakan iman yang hidup, iman yang peka, iman yang jujur kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada Tuhan. Inilah permulaan dari spiritualitas yang sejati: suatu pemilahan yang jelas akan kemurnian hubungan kita dengan Tuhan.

Renungkan: Periksalah hubungan Anda dengan Tuhan. Apakah suatu kebergantungan mutlak atau sekadar memori yang indah.

(0.94) (Mrk 10:1) (sh: Cita-cita Allah (Selasa, 25 Maret 2003))
Cita-cita Allah

Salah satu topik penting yang terus dibicarakan dan diperdebatkan di kalangan Kristen adalah perceraian. Dari dulu, gereja menggumuli bagaimana mengatasi persoalan ini. Namun, persoalan ini semakin pelik dan sulit dicarikan titik temunya karena masing-masing gereja memiliki persepsi sendiri. Bagaimana Alkitab memandang hal ini?

Dengan tujuan hendak menguji apakah Yesus sepandangan dengan Musa, orang Farisi bertanya tentang perceraian. Namun usaha pengujian ini menjadi sia-sia karena ternyata Yesus justru balik bertanya mengenai apa yang Musa perintahkan. Kemungkinan besar, Yesus sudah tahu maksud orang-orang Farisi yang ingin mengadunya dengan pandangan Musa. Tetapi, orang-orang Farisi itu tidak menjawab apa yang diperintahkan tetapi apa yang diperbolehkan Musa. Memang, menurut Ulangan 24:1, Musa memperbolehkan perceraian dengan syarat ada surat perceraian. Yesus tidak menyangkal hal itu, tetapi ketentuan itu diberikan bukan berdasarkan perintah Allah, yang diberikan sejak awal penciptaan, tetapi untuk memuaskan kedegilan hati orang-orang zaman itu.

Yesus menjelaskan dua hal penting tentang cita-cita Allah menciptakan laki-laki dan perempuan (lih. Kej. 1:27 dan 2:24). Pertama, pernikahan adalah rencana Allah. Di dalamnya laki-laki dan perempuan hidup dalam suatu persekutuan yang tak terpisahkan, saling berbagi, saling mengisi, saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing, dan harus berlangsung seumur hidup. Kedua, laki-laki harus meninggalkan ayah dan ibunya untuk menjadi "satu daging" dengan istrinya. Artinya, mereka berada dalam persekutuan hidup yang utuh dan permanen. Karena itu tidak mungkin dipisahkan, bahkan dengan alasan apa pun!

Renungkan: Pernikahan Anda dengan istri atau suami Anda adalah cita-cita Allah untuk Anda. Karena itu peliharalah perkawinan Anda sebagai bentuk syukur Anda kepada Allah.

(0.94) (Mrk 11:20) (sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003))
Memindahkan gunung

Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung.

Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah.

Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah.

Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman?

(0.94) (Mrk 11:27) (sh: Abstain terhadap kebenaran (Rabu, 2 April 2003))
Abstain terhadap kebenaran

Kita di Indonesia terbiasa mengerti, membaca, mendengar kata "politik" dan "kuasa" dalam makna silat kata, dan sering kali berujung pada silat antar pendukung. Nas ini memberikan suatu dimensi baru bagi kata "politik". Karya-karya mukjizat Yesus ternyata juga punya dimensi politis, sehingga menarik perhatian para petinggi sosio-religius Yahudi.

Pertanyaan para imam dan ahli Taurat itu bukanlah pertanyaan polos penuh kekaguman yang ingin sungguh-sungguh mengetahui kuasa yang menyebabkan Yesus mampu melakukan semua itu. Pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang berusaha mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan untuk menjatuhkan Yesus. Respons Yesus justru membalikkan pertanyaan mereka sehingga kini para iman dan ahli Tauratlah yang terpojok dan harus memutuskan: menurut mereka sendiri dari manakah kuasa Yesus berasal? Respons mereka yang berupa jawaban "tidak tahu" sangat menyedihkan. Pemimpin bangsa memutuskan mana yang "benar" berdasarkan pertimbangan yang picik dan mementingkan diri secara politis, dan akhirnya bersikap pengecut dengan tidak berani menerima implikasi pertanyaan mereka sendiri.

Kuasa Yesus jelas datang dari Allah ("surga", ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">30, adalah kata ganti favorit orang Yahudi untuk Allah, demi menaati hukum ke- 3), sama seperti jika kuasa dan panggilan Yohanes untuk membaptis dan memberitakan seruan pertobatan. Keduanya terkait. Menyatakan bahwa salah satu dari Allah berarti menegaskan keduanya dari Allah, juga sebaliknya. Kiranya Kristen masa kini tidak menjadi seperti para imam yang dengan konyol memilih tidak tahu pada saat harus memilih.

Renungkan: Dalam mengakui, menyatakan dan memperjuangkan kebenaran, tidak dikenal pilihan abstain. Sabda Yesus: "barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ..." (Mat. 12:30).

(0.94) (Mrk 12:18) (sh: Yang seharusnya tidak diutamakan: (Sabtu, 5 April 2003))
Yang seharusnya tidak diutamakan:

Perselisihan masalah doktrinal yang trivial dan mengalihkan perhatian dari hal yang utama! Kaum Saduki yang mayoritas terdiri dari kaum imam hanya mengakui otoritas kelima kitab Taurat, dan tidak mau menerima ajaran-ajaran yang mereka anggap tidak ada di Taurat seperti kebangkitan orang mati. Setelah orang mati, manusia masuk ke dalam sheol, titik.

Doktrin inilah yang mereka ingin pertahankan di hadapan Yesus, dengan suatu pertanyaan yang cukup cerdas dan dalam. Jawaban Yesus menunjukkan bahwa yang sesungguhnya berarti adalah Allah yang hidup, yang berkuasa atas manusia yang tetap ada, yang kelak akan dibangkitkan. Itulah implikasi dari pernyataan Allah yang berulang-ulang bahwa "Akulah Allah Abraham, Ishak dan Yakub" jauh setelah ketiga tokoh tersebut meninggal.

Dari kata-kata Yesus, dapat disimpulkan bahwa orang-orang Saduki ini jatuh ke dalam tiga kesalahan, dan ini patut menjadi peringatan bagi kita. Pertama, mereka menilai Yesus hanya dari ukuran doktrinal golongan mereka semata, tanpa mau melihat karya Allah melalui-Nya. Ini sebabnya Yesus menyatakan bahwa mereka tidak mengerti "kuasa Allah." Kedua, mereka tidak sungguh-sungguh mengerti Alkitab. Mereka ternyata tidak merenungkan dan memeriksa ulang pengajaran mereka berdasarkan firman. Ketiga, mereka tampaknya dengan aktif berupaya membuktikan "kesesatan" golongan umat lain yang tidak sependapat dengan pemahaman/doktrin mereka. Pertanyaan mereka kepada Yesus menunjukkan hal ini. Keaktifan ini ironis, karena berdasarkan nas sebelumnya (ayat engkau+ingin+AND+book%3A41&tab=notes" ver="">12:6-7), mereka sedang menguji ke- "ortodoks"-an Anak Kekasih Allah sendiri.

Renungkan: Salah satu hal paling berbahaya adalah mereka yang jauh dari kebenaran, tetapi yakin bahwa hanya dirinya yang paling benar.



TIP #13: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA