Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 97 dari 97 ayat untuk dikuduskan [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (Mat 23:16) (sh: Yesus membongkar kesesatan (Sabtu, 5 Maret 2005))
Yesus membongkar kesesatan


Mulai ayat 13 Tuhan Yesus menujukan tujuh kata-kata celaka-Nya kepada para pemimpin rohani waktu itu. (Ayat 14 tidak terdapat dalam naskah yang dianggap lebih awal). Bila di pasal 22 Tuhan Yesus mematahkan taktik licik mereka dengan jawaban-jawaban yang tepat dan berkuasa, dalam pasal ini Tuhan secara langsung melawan dan membongkar kesalahan dan kejahatan mereka.

Yesus menyebut mereka celaka sebab mereka buta rohani (ayat 16) dan munafik (ayat 23,25,27). Mereka buta sebab berpikir salah tentang hal apa yang mendasari pengudusan. Yang lebih penting dan yang menguduskan, yaitu Allah dan hal-hal dari Allah (ayat 20-22) mereka tempatkan lebih rendah daripada tata cara atau alat yang sesungguhnya justru perlu dikuduskan. Yesus juga menelanjangi tiga macam kemunafikan mereka. Pertama, mereka melaksanakan aturan ibadah secara rinci, tetapi mengabaikan hakikat ibadah, yaitu keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan (ayat 23). Kedua, mereka kudus lahiriahnya saja, hati mereka serakah dan rakus (ayat 25). Ketiga, mereka kudus di hadapan manusia, tetapi hati mereka busuk penuh berbagai manifestasi maut (ayat 27). Di mata Allah mereka seperti kubur berkapur indah, namun berisikan bangkai.

Mudah sekali kita terjebak berpikir bahwa ucapan tajam Yesus ini hanya untuk para pemimpin agama waktu itu. Memang konteks historis ucapan ini perlu kita terima, namun ucapan celaka ini harus juga dengan serius kita camkan. Ini merupakan kebalikan dari ucapan bahagia Yesus di pasal 5. Ini memperingatkan kita bahwa Juruselamat yang penuh kasih dan mengampuni kita melalui kematian-Nya juga adalah Tuhan yang kudus yang menuntut bahwa karya keselamatan-Nya berdampak nyata dalam kehidupan sehari-hari kita. Iman kita harus disertai perbuatan serasi. Ibadah kita harus disahkan oleh sikap hati dan perbuatan sosial yang sepadan.

Camkan: Yesus yang berkata "bahagialah…" juga adalah Ia yang tegas berkata "celakalah…" Kata-kata mana ingin kita dengar dari Dia tentang kita?

(0.22) (Luk 1:1) (sh: Mempersiapkan calon pemimpin (Senin, 22 Desember 2003))
Mempersiapkan calon pemimpin

Catatan akurat Lukas menempatkan dirinya dalam jajaran sejarawan handal pada zamannya. Apalagi tujuannya kalau bukan menyajikan sejarah Kristen awal yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sekaligus meneguhkan iman kepada tokoh sejarah itu, Tuhan Yesus.

Lukas memulai kisahnya dengan kelahiran seorang penyiap jalan bagi tokoh terbesar sepanjang sejarah besar yaitu kelahiran Yohanes. Kelahirannya unik walaupun tidak tanpa preseden dalam sejarah Alkitab. Ia dikandung oleh ibu yang secara biologis mustahil mengandung. Namun, kelahirannya dinubuatkan malaikat. Itu sebabnya sejak dalam kandungan ia telah dipenuhi oleh Roh Kudus. Bahkan Lukas menonjolkan perannya yang lain, yaitu bahwa ia akan membuat orang lain bersukacita, membawa orang kembali kepada Tuhan, dan mendamaikan hubungan di dalam keluarga, pendek kata mempersiapkan suatu umat yang layak bagi Tuhan.

Sehubungan dengan tugasnya, maka sejak kecil ia harus dikuduskan, ditahirkan. Ia sejak kecil sudah dinazirkan, demikian istilahnya pada masa itu. Berarti kehidupannya dibedakan secara sengaja, karena memang diperuntukkan sepenuhnya melayani Tuhan. Salah satu kriteria nazir ialah tidak boleh minum minuman keras (Bil. 6:3; bdk. Hak.17:3-5). Tugas utama Yohanes adalah mempersiapkan suatu umat yang siap untuk dibimbing Tuhan sendiri dalam kebenaran. Oleh sebab itu ia sejak awal dipimpin Roh Kudus serta menjalani hidup khusus, sampai saat, ia memulai pelayanannya (bdk. 1:80).

Calon-calon pemimpin macam apa yang kita persiapkan? Adakah sejak dini, mereka sudah dibekali dengan doa dan firman agar Roh Tuhan sendiri menguduskannya? Sudahkah kita bekali anak-anak kita dengan takut akan Tuhan dan menjauhi hal-hal dosa?

Renungkan: Generasi muda yang kita didik dan besarkan, suatu hari akan menjadi pemimpin dalam berbagai bidang kehidupan. Apakah yang sudah kita lakukan untuk mempersiapkan mereka?

(0.22) (Luk 5:1) (sh: Dijala sebelum menjadi penjala (Sabtu, 10 Januari 2004))
Dijala sebelum menjadi penjala

Pola rekruitmen yang paling sering dipakai karena terbukti keberhasilannya adalah brainwashing (=cuci otak). Seseorang akan dicekoki dengan ideologi tertentu. Biasanya orang tersebut akan menjadi fanatik, membabi buta dalam mempertahankan apa yang satu-satunya ia miliki. Namun, pola rekuritmen ini memiliki kelemahan mendasar, yaitu, hanya menghasilkan robot-robot tanpa hati nurani.

Ketika Yesus bermaksud menjadikan Petrus dan rekan-rekannya penjala manusia, Dia tidak menggunakan cara brainwashing. Tuhan Yesus memperkenalkan diri-Nya secara tidak frontal, karena Yesus mengikuti pola nalar Petrus sendiri. Petrus merasa dirinya paling tahu bagaimana dan kapan mencari ikan. Ia tahu dari pengalaman bernelayan bahwa ikan-ikan tidak akan muncul pada siang hari. Apalagi mungkin sekali saat itu musim ikan sudah selesai karena semalaman mencari ikan hasilnya nihil. Nalar Petrus mengatakan permintaan Tuhan Yesus untuk menjala ikan di siang hari adalah tidak masuk akal (ayat 5).

Hanya karena rasa hormat Petrus menebarkan jala. Akan tetapi, justru saat itu juga ikan-ikan memenuhi jalanya. Nalar Petrus bekerja keras. Hal yang tidak masuk akal terjadi. Itu hanya bisa berarti satu hal, yaitu Tuhan Yesus bukan guru biasa. Tuhan Yesus pasti berasal dari Allah. Maka Petrus pun tersungkur di kaki Yesus.

Dihadapkan kepada pengenalan akan keTuhanan Yesus, Petrus menyadari diri orang berdosa (ayat 8). Namun, justru pengenalan diri itu merupakan langkah maju untuk dirinya dapat dikuduskan Tuhan dan kemudian dipakai-Nya.

Renungkan: Sebelum Anda dipakai-Nya menjadi penjala manusia, Anda harus terlebih dahulu mengenal dan mengakui Yesus sebagai Tuhanmu.

(0.22) (Kis 17:16) (sh: Hati-hati dengan dialog antar agama (Senin, 19 Juni 2000))
Hati-hati dengan dialog antar agama

Dialog antar umat beragama semakin marak di Indonesia, karena karakter masyarakat Indonesia yang sedemikian pluralis, suasana keterbukaan yang begitu semarak, dan HAM yang mulai dihargai oleh masyarakat kita. Dialog ini memang efektif untuk mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama. Sehingga diharapkan terciptanya suasana aman, tenteram, dan kondusif (mendukung).

Namun Kristen harus tetap memandang bahwa dialog hanyalah salah satu metode pendekatan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi penyampaian berita keselamatan. Paulus, ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang begitu pluralis (kota Atena), juga mengadakan dialog dengan penduduk setempat yang menganut berbagai agama (17-20). Paulus berhasil menciptakan suasana yang kondusif sehingga orang-orang Atena yang haus akan pengajaran dan senang berdialog (21), menjadi terbuka terhadap apa yang Paulus beritakan (19-20). Paulus berhasil membuktikan metode dialog yang efektif (34).

Apa kuncinya untuk sukses berdialog? Selain kekuatan Roh yang menyertai dia, ada kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh Paulus. Pertama, Paulus memiliki pemahaman Injil yang utuh, mengungkapkan siapakah Allah dengan segala kepenuhan-Nya. Ia menjabarkan bahwa seluruh alam semesta dan sejarah manusia berpusat kepada Allah (26-28). Ia juga menyatakan bahwa seluruh umat manusia sudah mengenal semua itu melalui alam dan wahyu umum (28). Kemudian Paulus menyatakan siapakah Yesus (31). Injil yang disampaikan bukan kacangan karena di dalamnya terkandung berbagai perspektif yang terintergrasi: Yesus yang dintergrasikan dengan doktrin Allah, salib diintegrasikan dengan ciptaan, dan keselamatan dengan penghakiman. Kedua, Paulus memiliki kekuatan dan kedalaman motivasi. Ini bermula dari perhatian dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar (16) yang memukul perasaan dan emosinya (16). Paulus mempunyai kecemburuan Ilahi dan rindu nama-Nya selalu dikuduskan. Baru kemudian ia berdialog (17).

Renungkan: Apakah aku mempunyai pemahaman Injil seperti Paulus? Apakah aku terprovokasi ketika melihat rumah-rumah ibadah agama-agama lain? Bila jawabannya 'ya', Anda siap untuk berdialog. Bila jawabannya 'tidak', Anda siap untuk masuk pelatihan Allah.

(0.22) (1Kor 1:1) (sh: Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah (Jumat, 29 Agustus 2003))
Ucapan syukur jemaat dan kesetiaan Allah

Apakah sebenarnya yang membuat gereja dapat bertahan sepanjang zaman? Apakah resep bagi langgengnya persekutuan orang percaya?

Sebelum menyampaikan keprihatinannya menjawab persoalan jemaat, Paulus menyampaikan alasan mengapa ia merasa berhak menyampaikan kata pengajaran dan nasihat kepada jemaat (ayat 1,2). Bagian ini penting karena akan menjadi semacam 'dasar hukum' bagi semua yang akan dipaparkannya dalam seluruh suratnya. Tanpa peranannya sebagai rasul Kristus yang ditunjuk oleh Allah sendiri (Kis. 9:1- 19a), ia tidak mempunyai wewenang atau wibawa rohani apapun.

Paulus menekankan adanya hubungan yang khas di antara orang-orang percaya yang dipanggil untuk dikuduskan. Semuanya menjadi bersaudara, saling mendengar karena mereka semua mempunyai satu Bapa (ayat 3), dan ber-Tuhankan Yesus Kristus yang memiliki semua kuasa dari Allah Bapa. Kini landasan relasi antara Paulus dan Sostenes yang datang bersamanya dengan para pembacanya telah diletakkan. Keterikatan di antara mereka semua tercipta karena berada dalam satu rumah tangga rohani, dengan damai sejahtera melingkupinya.

Paulus mengingatkan jemaat bahwa sebagai orang yang berutang kepada Yesus Kristus, karena anugerah keselamatan kekal-Nya, ucapan syukur merupakan hal vital dan tidak boleh terputus dalam kehidupan jemaat. Imbauan Paulus ini didasarkan pada dua hal. [1] jemaat memiliki kemampuan untuk saling bersaksi tentang Kristus. [2], dalam masa penantian kedatangan Kristus kembali iman jemaat tidak akan terombang ambing sehingga jemaat dapat memelihara kehidupan yang bersih dan tidak tercela. Paulus yakin dan optimis karena kesetiaan Allah memungkinkan itu terjadi.

Renungkan: Apakah sumbangan kita untuk menjadikan jemaat yang di dalamnya kita tergabung, suatu persekutuan yang lestari?

(0.22) (1Kor 2:6) (sh: Apresiasi diri dan karunia (Senin, 1 September 2003))
Apresiasi diri dan karunia

Yesus pernah berkata, jangan berikan mutiara kepada babi (Mat. 7:6). Babi jantan tidak akan makin tertarik kepada betinanya bila ia berkalungkan mutiara. Si jantan, karena kebabiannya, tidak akan pernah mampu menghargai dan mengapresiasi mutiara sebagaimana kita manusia memaknainya.

Jelas, jemaat Korintus bukan sekumpulan babi. Sejak awal surat, Paulus menyebut mereka sebagai orang yang telah dikuduskan dan dipanggil menjadi orang-orang kudus (ayat 1:2). Kepada mereka hikmat keselamatan Allah telah dinyatakan (ayat 10); hikmat tentang karya keselamatan Allah yang tersembunyi bahkan bagi para penguasa, tetapi yang disediakan Allah bagi kemuliaan mereka yang percaya seperti jemaat Korintus (ayat 7). Mereka pun telah menerima Roh-Nya (ayat 12), yang dalam analogi kemanusiaan, bahkan tahu hal-hal terdalam dari Allah (ayat 10-11). Luar biasa. Apa lagi yang kurang?

Atas dasar jati diri ini Paulus hendak menampilkan seperti apa itu manusia rohani: pertama, ia adalah seperti Paulus dan rekan sekerjanya, mengajar dan berkata-kata berdasarkan hikmat dan Roh Allah (ayat 6,13). Kedua, ia juga memahami hal-hal rohani, dan menilai segala sesuatu berdasarkan hikmat Allah, tanpa dinilai orang lain (ayat 14-15). Ketiga, ia tidaklah seperti manusia duniawi (Yun. psukhikos) yang tidak menerima hikmat dari Roh Allah, menganggapnya sebagai kebodohan, dan tidak dapat memahaminya (ayat 14). Singkatnya, manusia rohani dapat mengapresiasi hikmat dan penyertaan Roh Allah melalui hidupnya.

Jemaat Korintus, bersama semua yang berseru kepada nama Yesus Kristus seperti kita kini (ayat 1:2) punya untaian indah mutiara karunia ilahi. Sekarang, tinggal bagaimana kita mengapresiasinya.

Renungkan: Merasa ada yang kurang dari hidup Anda? Kadang, hal terpenting yang kurang justru adalah apresiasi dan respons yang nyata dalam hidup kita atas karunia-karunia-Nya yang besar itu.

(0.22) (1Kor 6:9) (sh: Tubuh untuk kemuliaan Tuhan (Selasa, 9 September 2003))
Tubuh untuk kemuliaan Tuhan

Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Konsekuensi dari perubahan status itu adalah: [1] mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu; [2] mereka tidak lagi bebas melakukan segala hal yang dilakukan oleh komunitas di luar kekristenan. Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan (ayat 20)? Peringatan ini diberikan agar kita tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun.

Yesus Kristus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh. Itu sebabnya orang percaya tidak dapat menyerahkan tubuh -- yang sudah menjadi milik Kristus -- kepada percabulan. Ada kecenderungan dalam pemikiran jemaat bahwa dorongan seksual itu dapat disamakan dengan keinginan untuk makan. Jadi jika dorongan untuk makan dituruti, seperti itu pulalah aktivitas seks. Masalahnya, jika dorongan seksual itu dituruti, kemungkinan bisa diikuti oleh percabulan. Percabulan bukanlah semata-mata hubungan fisik, namun juga melibatkan penyerahan diri secara total. Seluruh tubuh dan jiwa yang sudah menjadi milik Kristus menjadi milik dosa karena sudah diikat atau dijadikan satu dengan pelacur.

Ketaatan kepada peraturan seringkali dianggap sebagai "belenggu" yang membatasi dan mengekang gerak langkah kita. Namun sebenarnya dengan mengekang tubuh dari dosa percabulan, kita justru dibebaskan dari perhambaan seks. Hasilnya adalah pembebasan tubuh dari perbudakan dosa. Dengan tubuh yang bebas, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan.

Renungkan: Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Selayaknya kita mengabdikan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Tuhan.

(0.22) (1Tim 4:1) (sh: Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (Jumat, 14 Juni 2002))
Mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan

Kata "sesat" biasanya dihubungkan dengan tingkah laku dan ajaran yang aneh, mengerikan, penuh hawa nafsu, dll. Tetapi, di sini Paulus menunjuk pada suatu pengajaran sesat yang menekankan hidup melajang dan peraturan-peraturan tentang makanan (ayat 4:3); hal-hal yang justru tampak mulia dan bersih. Ajaran "setan-setan" ternyata (ayat 1) juga dapat mengenakan jubah yang kelihatannya putih bersih.

Semuanya ini sangat menyedihkan. Paulus menyatakan bahwa makanan, bahkan juga seksualitas adalah ciptaan Tuhan. Semua yang Tuhan ciptakan adalah baik jika diterima dengan ucapan syukur (ayat 4) karena "semuanya itu dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa" (ayat 5). Tetapi, para pengajar itu memutarbalikkannya dengan menyatakan bahwa apa yang baik yang berasal dari Tuhan itu justru jahat. Ini sama sesatnya dengan menyatakan bahwa apa yang jahat adalah baik. Keduanya sama-sama mengabaikan, bahkan melawan dan melecehkan apa yang telah Allah buat dan nyatakan bagi umat-Nya.

Ada beberapa hal yang perlu Timotius perhatikan agar ia dapat menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Pertama, kata "terdidik" di sini artinya tidak hanya telah menerima pengajaran, tetapi juga dalam arti memiliki hidup yang berakar dalam "soal-soal pokok iman … dan … ajaran sehat" (ayat 6). Kondisi hidup seperti inilah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pelayan Kristus. Kedua, seorang pelayan Kristus melatih dirinya beribadah. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah (ayat 7-8). Ibadah ini mengandung janji (ayat 8) dari Tuhan. Ketiga, pengharapan pada janji itulah yang menjadi dasar bagi seorang pelayan untuk berjerih-payah dan berjuang. Semua ini adalah bagian dari disiplin seorang pelayan Kristus.

Renungkan: Menjadi Kristen berarti menjadi pelayan Kristus. Renungkan seberapa jauh Anda telah melatih kehidupan Anda dalam hal-hal di atas.

(0.22) (Ibr 13:20) (sh: Maha Karya Kristus (Sabtu, 13 Mei 2000))
Maha Karya Kristus

Penutupan surat Ibrani ini mengandung makna yang indah dan dalam tentang iman dan kehidupan kristen. Di dalamnya, penulis mengingatkan kita sekali lagi apa yang sudah dilakukan oleh komitmen Allah untuk kekudusan kita. Jika kita harus dikuduskan maka kita membutuhkan Seorang Gembala Agung yang sudah bangkit dari kematian, untuk menuntun langkah kita di jalan kebenaran. Dengan demikian kita dapat yakin sepenuhnya bahwa melalui-Nya, Allah akan memenuhi setiap janji yang pernah diucapkan.

Penulis juga berpesan kepada jemaat bahwa Timotius 'saudara kita' akan datang. Menarik sekali untuk disimak perkataan 'Timotius saudara kita'. Timotius sudah menjadi seorang saudara bagi jemaat Ibrani dan penulis surat. Tidak perlu diragukan lagi, mereka sudah memperlakukan pelayanan Timotius sebagai pelayanan mereka sendiri. Mereka tentunya berdoa senantiasa untuknya. Kedatangannya merupakan sumber kesukacitaan mereka. Ini semua membuktikan bahwa iman yang benar di dalam Kristus memperluas wawasan Kristen. Iman yang benar akan mengangkat Kristen keluar dari perhatiannya terhadap masalah yang sempit, pribadi, dan egois atau keluar dari masalah nasional sekalipun. Iman yang benar akan membawa Kristen memperhatikan masalah internasional yang berhubungan dengan pelayanan Kristus dan para pekerja-Nya di seluruh dunia. Pada akhirnya semua ini akan memampukan kita untuk melihat bagian-bagian yang tak dapat dipisahkan dari 'perusahaan raksasa-Nya'.

Tidak hanya itu, iman yang benar akan memimpin Kristen kepada suatu realita yang sangat mengagumkan dari keluarga Allah (24). Sebab selain mungkin terjadinya percekcokan dalam keluarga itu, Kristen akan mengalami dan merasakan kasih yang nyata lahir dari Roh Allah yang akan mempersatukan Kristen di dalam Kristus - Kristen di seluruh dunia dan Kristen di sepanjang segala abad.

Renungkan: Karya keselamatan Kristus adalah sebuah Maha Karya. Karena Maha Karya ini tidak hanya menebus dan menguduskan individu namun juga mempersatukan seluruh umat tebusan-Nya. Tidak hanya mereka yang berasal dari satu bangsa atau satu generasi, tetapi dari berbagai bangsa dan sepanjang zaman. Maha Karya itu mampu menembus ras, ruang, dan waktu.

(0.22) (1Ptr 1:1) (sh: Pendatang di dunia, ahli waris di surga (Rabu, 13 Oktober 2004))
Pendatang di dunia, ahli waris di surga

Selama hidup di dunia ini, anak-anak Tuhan tidak akan lepas dari masalah dan penderitaan. Namun, anak-anak Tuhan sejati tidak akan tenggelam dalam berbagai percobaan hidup ini sampai berputus asa, apalagi murtad. Tidak sama sekali! Karena anak-anak Tuhan memiliki pengharapan akan kepastian keselamatan! Di dunia ini kita boleh hidup menderita, tetapi di surga kelak, kebahagiaan kekal menanti. Puji Tuhan!

Petrus menaikkan doa ucapan syukur untuk umat Tuhan yang tinggal di wilayah Asia Kecil oleh karena sebagai orang-orang yang sudah dikuduskan oleh Roh melalui darah Yesus (ayat 2), mereka adalah ahli waris surgawi (ayat 4). Sebagai orang-orang yang sudah menerima keselamatan di dalam Yesus Kristus, mereka akan dipelihara oleh kekuatan Tuhan sendiri sampai akhir zaman (ayat 5). Oleh sebab itu, nasihat Petrus kepada mereka adalah supaya mereka bersukacita sekalipun dalam hidup di dunia ini mereka menderita (ayat 6). Petrus juga menjelaskan bahwa tujuan Tuhan mengizinkan penderitaan kepada umat-Nya adalah bukan untuk menjatuhkan mereka sebaliknya, untuk membuktikan kesejatian iman mereka. Iman yang sejati pasti teruji dengan baik. Ibarat emas yang dimurnikan oleh api dan segala kotorannya akan terbakar habis sehingga emas itu akan tampil cemerlang. Demikian juga ketika iman anak Tuhan diuji oleh penderitaan maka hasilnya anak Tuhan akan muncul sebagai pemenang (ayat 7).

Bukti seperti apa yang harus dinyatakan oleh anak-anak Tuhan tentang kesejatian imannya? Pertama, tetap setia dan tidak menyangkal Tuhan dalam segala situasi. Kedua, tetap mempraktikkan kasih Tuhan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang yang menganiaya kita.

Renungkan: Iman, pengharapan, dan kasih. Iman mendasarkan diri pada karya penebusan Tuhan bagi umat-Nya di kayu salib dan kebangkitan-Nya dari maut. Pengharapan memampukan kita melihat ke depan kepada janji surgawi. Kasih diwujudkan dalam tindakan hidup sehari-hari menantang kejahatan demi untuk membangun sesama manusia dalam dunia ini.

(0.22) (2Ptr 1:10) (sh: Berani membuktikan? Siapa takut! (Senin, 16 Oktober 2000))
Berani membuktikan? Siapa takut!

Benarkah pada bagian ini Petrus mengajarkan tentang adanya kerjasama Allah dan manusia dalam proses keselamatan? Bukankah Kristen diajarkan bahwa tanpa panggilan, anugerah kematian Kristus, tak seorang pun dapat selamat dan hidup benar di hadapan Allah, dan itu berarti bahwa manusia sama sekali tidak terlibat dalam proses keselamatan? Benar! Tetapi ketika manusia berdosa itu dibebaskan dari dosa, dikuduskan, dan ditempatkan dalam karya keselamatan Allah, maka ia bertanggung jawab untuk mempertahankan kekudusan dan giat untuk mengalami pertumbuhan dalam kekudusan keselamatan itu. Karena seseorang yang berada dalam anugerah allah tidak mungkin bertahan dalam dosa, justru ia akan berjuang meninggalkan dosa-dosa dalam kehidupan lamanya.

Agar manusia dapat hidup dan bertumbuh dalam keselamatan dibutuhkan sikap hidup responsif terhadap semua perintah, janji, dan anugerah Allah. Iman memang anugerah Allah, tetapi seseorang yang hidup beriman akan menjaga hidupnya dalam ketaatan dan kekudusan di hadapan Allah.

Seperti halnya seekor anak burung yang baru belajar terbang, perlu sesering mungkin mengepakkan sayapnya dan belajar terbang. Semakin sering anak burung itu mengepakkan sayapnya untuk dapat terbang, semakin mahir ia terbang, dan dengan demikian sempurnalah predikatnya sebagai burung. Sebaliknya, bila anak burung itu malas mengepakkan sayapnya untuk belajar terbang, maka ia tidak hanya tidak akan mahir mengangkasa tapi juga keabsahannya sebagai burung diragukan. Kristen pun demikian. Semakin kita taat, setia, tekun dan giat bertumbuh, semakin kita mantap meyakinkan keimanan dan kekristenan kita. Sebaliknya, semakin kita pasif, statis, dan tanpa inisiatif dalam pertumbuhan dan usaha membuktikan keyakinan iman kepada Kristus, semakin kita goyah meyakini iman.

Renungkan: Bila seorang mengaku memiliki keyakinan iman kepada Tuhan Yesus Kristus, hal itu perlu disertai oleh ketaatan dan usaha pembuktian melalui sikap hidup dan perilaku sehari-hari. Bagaimana dengan Anda, bila Anda ditantang untuk membuktikan keyakinan iman Anda, mampukah Anda dengan pola kekristenan Anda yang sekarang membuktikannya?

(0.22) (Why 4:1) (sh: Liturgi surgawi (ayat 1) (Selasa, 9 Agustus 2005))
Liturgi surgawi (ayat 1)

Orang yang ingin tekun mengikuti Kristus harus tangguh menghadapi ancaman maupun prinsip hidup yang berbeda. Hal apa yang membuat para martir Kristen mampu meninggalkan kesaksian sangat mulia dalam jurang derita terkeji sekalipun? Mengapa para martir masa kini tekun mewujudkan nilai-nilai imannya dalam panggilan hidup mereka, meski harus tersingkirkan dan menjadi kurang sukses?

Penglihatan akan Kristus dalam kemuliaan-Nya, yakni: Gereja kini dan kelak dalam pemuliaan dan nasib dunia sesungguhnya, menjadi kekuatan orang Kristen tekun dan menang dalam kesulitan. Sesudah melihat Kristus, orang Kristen diajak melihat suasana surga. Di pusat terdalam surga terdapat Allah yang bertakhta dan dari pemerintahan-Nya yang mulia itu terpancar anugerah. Warna-warni yang terpancar dari berbagai batu permata itu bagaikan pelangi yang menunjuk kepada pelangi kasih Allah pada zaman Nuh (ayat 3). Oleh kemurahan-Nya, tercipta suatu umat yang telah dikuduskan dan dimuliakan. Umat tebusan itu secara simbolis digambarkan oleh dua puluh empat tua-tua yang menunjuk kepada dua belas suku Israel dan dua belas rasul.

Kedaulatan Allah juga terpancar dari takhta-Nya. Ia akan membuat laut sumber kekacauan itu takluk hening bagaikan kristal kaca (ayat 6). Terhadap mereka yang tidak tunduk, Allah adalah kilat dan guruh yang dahsyat. Ia akan menghakimi semua yang menolak kemurahan-Nya (ayat 5). Di hadapan Allah yang Maha Mulia, penuh Kasih, Berdaulat, dan Maha Kudus itu, seluruh isi ciptaan tunduk mengumandangkan liturgi surgawi (6b-9). Hal itu menjadi simfoni utuh saat seluruh umat tebusan-Nya ikut dalam liturgi itu (ayat 10-11).

Apabila hati kita serasi dengan senandung liturgi surgawi tentang kedaulatan dan pemeliharaan Allah, kita akan beroleh kekuatan moral dan spiritual untuk tekun meninggikan Dia dalam hidup kita tiap hari.

Responsku: __________________________________________________________________________________________

(0.19) (1Taw 26:1) (sh: Tugas-tugas lebih lanjut orang Lewi (Jumat, 22 Februari 2002))
Tugas-tugas lebih lanjut orang Lewi

Pengaturan berikut ini ada dalam tiga bidang. Pertama, penjagaan pintu gerbang bait Allah (ayat 1-19). Pintu-pintu gerbang dijaga oleh tiga keluarga. Kedua keluarga pertama adalah dari suku Lewi, dan Obed-Edom adalah seorang Gat (ayat 2Sam. 6:10-11). Selain menjaga pintu-pintu gerbang Bait Allah, para penjaga pintu gerbang juga menjaga gudang perlengkapan dan peralatan (ayat 9:23,26), mengurus perkakas ibadah (ayat 9:28), dan tugas-tugas lainnya yang berkenaan dengan ibadah, bahkan mencakup urusan musik (ayat 9:33).

Para penjaga pintu adalah orang gagah perkasa (ayat 7,9), karena tugas mereka amat penting. Mereka harus memastikan bahwa tidak ada orang yang luput masuk ke dalam Bait Allah dengan keadaan tidak layak atau menyebabkan ibadah Bait Allah ternodai. Tugas penjaga pintu Timur adalah yang terberat kereta pintu Timur adalah tempat yang hanya boleh dilalui. Sebagaimana tugas-tugas para penyanyi ditentukan dengan memakai undi, para penjaga pintu gerbang pun memakai cara yang sama (ayat 12-13). Hal ini menunjukkan bahwa semua pengaturan mendapatkan pimpinan Ilahi yang jelas. Pembagian tugas yang detail menyatakan bahwa penulis Tawarikh sangat memedulikan bait Allah.

Kedua, pengawasan perbendaharaan Bait Allah (ayat 20-28). Ini dibagi dua, yaitu pengawasan bagi perabotan kudus Bait Allah (ayat 21-22) dan pengawasan bagi harta benda (rampasan perang, jarahan) yang dikuduskan di Bait Allah (ayat 23-28). Ketiga adalah administratif pemerintahan, yang mungkin tidak ada hubungan langsung dengan bait Allah. Petugasnya mencakup para pengatur, hakim, dan, kepala administratif daerah (ayat 29-32). Ini menarik karena merupakan tugas-tugas "sekuler" bagi orang Lewi. Secara khusus juga ditunjuk kepala administratif daerah bagi daerah sebelah B arat sungai Yordan, tempat suku-suku Ruben, Gad, dan setengah Manasye bermukim. Dengan demikian, suku-suku di tempat itu tidak perlu merasa tersisih atau terpisah dari suku-suku di timur sungai Yordan (yaitu wilayah Israel pada masa Daud).

Renungkan: Di dalam melayani Tuhan tidak ada tugas yang lebih rohani atau kurang rohani. Kalau setiap tugas dilakukan dengan hati yang beribadah kepada Tuhan, maka tugas itu pasti rohani!

(0.19) (Yeh 44:1) (sh: Siapa boleh masuk ke Bait Suci? (Selasa, 27 November 2001))
Siapa boleh masuk ke Bait Suci?

Bila pada permulaan penglihatan ini Yehezkiel dibawa malaikat melewati gerbang timur untuk masuk ke pelataran luar Bait Suci, maka setelah Tuhan Allah masuk melalui gerbang tersebut, gerbang timur ini harus tetap tertutup (ayat 2). Tidak seorang pun boleh keluar-masuk melaluinya. Penutupan pintu ini, selain menjaga agar kekudusan Allah dijunjung tinggi, juga menyatakan secara kongkret bahwa Allah kini berdiam di antara umat-Nya untuk selamanya.

Satu tokoh baru diperkenalkan dalam penglihatan ini, yakni raja (terjemahan yang lebih tepat: pangeran). Sebagai pemimpin bangsa, raja dihormati sebagai satu-satunya tokoh yang boleh makan di hadapan Tuhan, di dalam balai gerbang dari pintu gerbang timur. Tetapi, berbeda de-ngan masa sebelum pembuangan, dalam era baru ini raja pun memiliki keterbatasannya untuk tidak sembarangan masuk ke Bait Suci (ayat 3b).

Kemudian, Yehezkiel diperintahkan untuk memperhatikan de-ngan sungguh-sungguh peraturan-peraturan rumah Tuhan, khususnya siapa yang diperbolehkan masuk ke dalam rumah Tuhan (ayat 5). Di masa lampau, umat Israel menajiskan Bait Suci dengan membiarkan "orang-orang asing" masuk ke tempat kudus. Mereka ini "tidak bersunat hatinya maupun dagingnya" (ayat 7). Mereka berasal dari bangsa-bangsa lain, dan dipakai oleh orang Israel sebagai "pekerja kasar" (Yosua 9:27), atau sebagai pengawal istana di Yerusalem, yang juga ditugasi oleh raja untuk mengawal Bait Allah (ayat 2 Raja 11:4-8). Oleh para imam, mereka bahkan diizinkan masuk ke Tempat Kudus (ayat 8b), mungkin untuk membantu dalam mempersembahkan kurban, suatu tugas yang sebenarnya hanya boleh dilakukan oleh orang Lewi (bdk. Bil. 18:1-7). Dengan perbuatan ini, umat Israel menajiskan kesucian rumah Tuhan, dan mereka dianggap telah mengingkari perjanjian Allah dengan umat-Nya. Pelanggaran terhadap kesucian Allah di masa lampau bukan masalah kecil. Yehezkiel mengingatkan bahwa hanya de-ngan meninggalkan kejahatan dan dosa masa lampau, umat Israel dapat mencerminkan kekudusan Allah yang berdiam di tengah mereka.

Renungkan: Kita dapat bersyukur karena di dalam Kristus kita telah dikuduskan dan dilayakkan untuk menghadap takhta Allah. Kita pun dipanggil untuk selalu hidup diperbaharui dalam kekudusan (Kol. 3:9-10).

(0.19) (Luk 11:1) (sh: Yang terutama dalam hidup Kristen. (Rabu, 22 Maret 2000))
Yang terutama dalam hidup Kristen.

Hal yang utama dan yang pertama dalam kehidupan Kristen adalah memberikan Allah    kesempatan untuk berbicara kepada kita. Hal yang utama dan yang    kedua adalah Kristen harus berbicara kepada-Nya. Kita harus    berdoa, karena tujuan terpenting dalam hidup kita tidak dapat    dicapai tanpa doa. Apa saja yang terpenting dan yang paling    perlu dalam hidup kita? Seperti sebuah perjalanan panjang, kita    senantiasa berjalan ke depan. Apakah tujuan hidup kita? Apa yang    seharusnya menjadi ambisi utama kita?

Dalam Doa Bapa Kami kita menemukan jawabannya, yaitu bahwa    kepentingan Allah harus diutamakan (ayat 2). Kita berdoa agar nama-    Nya dikuduskan, yaitu dikhususkan sebagai  yang paling suci,    paling bernilai, dan paling mulia. Nilai kehidupan manusia tidak    akan dihargai secara pantas kecuali jika manusia memandang Nama-    Nya sebagai yang paling berharga dan merupakan sumber dari    seluruh nilai yang benar. Kepentingan pribadi merupakan hal    utama yang kedua yang dipintakan dalam doa yaitu dengan urutan    kebutuhan fisik, moralitas dan rohani (ayat 3-4). Yesus tidak    menyangkal bahwa kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar    manusia. Setelah kebutuhan fisik, kita perlu pengampunan untuk    masa lalu kita dan terlepas dari pencobaan di masa yang akan    datang. Kita perlu pengampunan dan bimbingan-Nya setiap hari    seperti kita perlu berkat jasmani-Nya tiap hari juga.

Inilah prioritas yang benar dalam doa kita. Namun Yesus tidak    berhenti sampai di sini, Ia menambahkan permintaan lain dalam    doa yang akan menyatakan secara lebih nyata lagi apa prioritas    utama kita dan perhitungan kita tentang apa yang paling penting    dalam hidup ini, yaitu Roh Kudus. Yesus memahami bahwa murid-    murid-Nya selama hidup di dunia ini akan mengalami segala macam    pencobaan, masalah, dan marabahaya, yang selain membahayakan    hidupnya juga dapat menggoyahkan imannya. Itulah sebabnya Ia    mengajarkan bahwa Allah Bapa sudah siap memberikan yang terbaik    bagi anak-anak-Nya yaitu Roh Kudus jika mereka memintanya dengan    sungguh. Meminta karunia Roh Kudus bukanlah suatu peristiwa yang    terjadi sekali dalam hidup.

Renungkan: Dalam kehidupan di negara kita sekarang ini yang    segala sesuatunya sangat tidak pasti, di mana Kekristenan terus-    menerus di bawah ancaman, hal apakah yang senantiasa Anda minta    kepada Allah?

(0.19) (Yoh 17:6) (sh: Mendoakan milik Allah (Sabtu, 23 Maret 2002))
Mendoakan milik Allah

Yesus kini mendoakan para murid-Nya. Ia menyebut para murid-Nya sebagai milik Allah (ayat 6), juga milik-Nya (ayat 7). Mereka adalah milik Bapa sebab Bapa sendiri yang telah memberikan mereka kepada Yesus. Mereka adalah milik Bapa dan milik Yesus (ayat 10) sebab mereka mengenal Bapa melalui firman yang Yesus nyatakan kepada mereka tentang Bapa (ayat 6). Kepemilikan ganda ini terbukti di dalam iman mereka bahwa Yesus datang dari Bapa dan di dalam ketaatan mereka kepada firman Allah (ayat 8,6). Di dalam doa yang sangat padat ini terbentang jalinan indah berbagai kebenaran tentang pemilihan Allah atas orang percaya, penyelamatan Yesus atas umat pilihan-Nya, penerimaan firman oleh orang beriman, dan ketaatan mereka. Penyelamatan sudah mulai dari rencana kekal Allah, diwujudkan dalam karya penebusan Kristus, menjadi efektif oleh karena penerimaan iman yang taat pada diri orang percaya.

Yesus mendoakan para murid-Nya karena Ia akan segera meninggalkan dunia sementara mereka masih tinggal dalam dunia ini. “Dunia” di sini jelas tidak sekadar menunjuk pada lokasi, tetapi sekaligus pada keadaannya yang menentang firman dan memusuhi para pengikut Yesus (ayat 14). Yesus tahu bahwa para pengikut-Nya akan dimusuhi dunia tepat seperti yang Ia sendiri terima. Yesus tidak saja ingin agar mereka terpelihara dari yang jahat (ayat 11,15), tetapi Ia pun ingin agar mereka bersatu (ayat 11) dan penuh sukacita (ayat 13). Rencana Allah dan kepemilikan ganda atas para pengikut Yesus akan selalu mengalami serangan dari dunia yang jahat ini, namun doa Yesus menjamin bahwa mereka akan terpelihara.

Pemeliharaan itu bukan dengan cara meluputkan mereka dari bahaya, dengan mengeluarkan mereka dari dunia (ayat 15). Pemeliharaan yang dimaksud adalah pengudusan. Para murid Yesus, seperti halnya Yesus sendiri, tetap masih harus mengalami bahaya-bahaya dari dunia ini, tetapi mereka akan dikuduskan. Kudus mengandung arti ganda. Pertama, menunjuk pada kepemilikan Allah dan Yesus atas para murid-Nya. Kedua, menunjuk pada proses pengudusan hidup oleh kebenaran firman agar mereka hidup benar di dalamnya.

Renungkan: Jaminan bagi orang beriman sama seperti pengalaman Yesus: bukan diluputkan dari salib, tetapi dibangkitkan dari kematian.

(0.19) (Kol 3:5) (sh: Bukan alternatif (Rabu, 11 Juli 2001))
Bukan alternatif

Darimanakah seorang mempercayai pengakuan kita sebagai Kristen? Dari perubahan demi perubahan menanggalkan kehidupan lama yang berakar dosa dan mengenakan kehidupan baru yang berakar kasih. Seperti buah adalah bukti berbicara dari sebuah tanaman yang dinyatakan subur dan segar. Demikian pula dengan kehidupan kekristenan, kasih yang terefleksi dalam aplikasi hidup sehari- hari adalah bukti berbicara dari kehidupan yang berpusatkan Kristus. Jadi pertumbuhan Kristen secara kualitatif bukan alternatif, tetapi memang seharusnya demikian.

Dalam bacaan ini Paulus memaparkan kehidupan lama dan kehidupan baru yang sungguh-sungguh kontras, tidak ada sifat dan perilaku yang dapat berjalan seiring, maka yang lama harus ditinggalkan dan yang baru menggantikannya. Bagaimana Paulus memaparkan aplikasi hidup kekristenan yang sesungguhnya menjadi cermin bagi Kristen? Pertama, kehidupan lama berpusat pada diri sendiri dan bersifat duniawi, sedangkan kehidupan baru berpusat pada Kristus dan bersifat kasih. Dahulu hidup dikuasai hawa nafsu, materi, dan dosa hati – lidah (ayat 5, 8-9), namun kini seharusnya dikuasai kasih (ayat 14) yang memungkinkan Kristen menghasilkan buah roh. Kedua, di dalam Kristus tidak ada lagi kesenjangan dan perbedaan (ayat 11): kebangsaan, agama, budaya, dan status sosial. Kristus telah menaklukkan segala keangkuhan manusia yang menjunjung hal-hal ini, karena di dalam Dia kita menyadari bahwa semua manusia memiliki ketidaklayakan yang sama. Ketiga, panduan mengarungi kehidupan Kristen: dipenuhi belas kasihan (ayat 12), hati penuh pengampunan (ayat 13), kasih (ayat 14), damai sejahtera (ayat 15), firman-Nya menjadi pelita hidup sehingga hati berlimpah pujian dan syukur (ayat 16), dan aktivitas hidup yang berpusatkan Kristus (ayat 17). Apakah perubahan ini merupakan alternatif? Sesungguhnya tidak demikian, karena di dalam Dia kita dimotivasi dan dimampukan hidup sesuai panggilan hidup kita sebagai orang-orang pilihan yang dikuduskan dan dikasihi-Nya (ayat 12).

Renungkan: Benarkah selama ini kita menjadikan proses perubahan kehidupan kita sebagai Kristen hanya sekadar alternatif belaka? Refleksikan berdasarkan firman-Nya hari ini, maka Anda akan menemukan bagaimana seharusnya kehidupan kristen yang bertumbuh dan terus- menerus diperbaharui oleh-Nya.



TIP #26: Perkuat kehidupan spiritual harian Anda dengan Bacaan Alkitab Harian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA