Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 6 dari 6 ayat untuk dari berasal AND book:20 (0.002 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Ams 1:1) (ende)

AMSAL SULAIMAN

PENDAHULUAN

Bagian2 tertua dari kesusasteraan Kebidjaksanaan Hibrani dengan djelasnja terdapat dalam kitab jang berdjudul "Amsal Sulaiman". Didalamnja kita dapati permulaan tertulis dari arus jang mengalir sampai ke-abad2 belakangan sebelum Perdjadjian Baru, jaitu sampai ke kebidjaksanaan Putera Sirah dan kitab Kebidjaksanaan. Arus ini terdapat atas sedjumlah besar "orang2 kebidjaksanaan" anonim, jang mentjatat pengalaman2 serta renungan2nja untuk murid2nja dan angkatan jang akan datang. Mereka merupakan suatu golongan tersendiri didalam rakjat Israil, jangberlainan sekali dengan penulis sedjarah, apalagi dengan para nabi. Orang2 jang berwatak sedang ini dan, kendati bertakwa benar, tetapi tjukup menaruh perhatian jang praktis dan duniawi, sangat boleh djadi harus ditjari dikalangan isi istana, dimana mereka bertindak selaku pendidik para pegawai administrasi dan politik dan mungkin djuga memegang sendiri djabatan administrasi dan politik. Tidak djaranglah kalangan ini bertentangan dengan lingkungan nabi2 jang djauh lebih bersemangat dan lebih radikal.

Adapun arti kata Hibrani untuk "amsal" sukar dibentangkan dengan beberapa patah kata sadja. Kata ini melingkupi suatu rentetan jang ber-matjam2 artinja. Kadang2 berarti "peribahasa rakjat", ungkapan tadjam atau teka-teki dan sindiran. Perumpamaan, parabel dan kiasan dinamakan begitu pula, bahkan djuga uraian danpidato jangagak pandjang. Suatu djenis chusus ialah apa jang disebut "pepatah bilangan", jang djuga lambat-laun disempurnakan. Semua "amsal" ini dapat bertahan ber-abad2 lamanja dan djuga berkembang labih landjut. Rupanja merupakan bentuk jang djitu untuk menarik perhatian dan untuk menghafalkan adjaran jang tertjantum didalamnja. Semua bentuk itu terdapat pula dalam kitab Amsal.

Sebab kitab ini bukan hasil karya satu orang pengarang dan bukan pula dari satu generasi "orang2 bidjaksana". Sungguhpun kitab ini berdjudul "Amsal2 Sulaiman", namun ini se-kali2 tidak berarti, bahwa semua kumpulan bersumberkan "Bapak Kebidjaksanaan" itu, meski setjara tak-langsung sekalipun. Dua bagian, jang dapat dibedakan dengan djelas dandjuga merupakan bagian2 jang terbesar dari kitab ini (10-22,16 dan 25-29), berdjudul pula "Amsal2 Sulaiman" (10,1 dan 25,1). Ini bagian2 jang tertua dari kitab tadi, dan amsal2 didalamnjapun nampaklah primitif sekali bentuknja, baik mengenai isi maupun tjoraknja, umumnja pepatah jang terdiri dua baris, jang berdjadjaran tanpa banjak gandingannja satu sama lain. Kebanjakan djuga bersifat populer dan praktis. Bahwasanja sebagian dari antaranja berasal dari Sulaiman, tidaklah mustahil, tetapi ada banjak djuga jang anonim sama sekali dan ditjatat dari mulut rakjat. Tentang kumpulan kedua dinjatakan dengan djelasnja, bahwa itu disusun oleh pegawai2 radja Hizkia, djadi beberapa abad sesudah Sulaiman.

Kemudian kedua kumpulan itu ditambah dengan lampiran2 jang berlainan pengarang atau penghimpunannja. Kumpulan pertama ditambah dengan "Perkataan para bidjaksana" (22,17-24,22) dan "Inipun dari para bidjaksana" (24,23-34). Tidak mungkin lagi menentukan lebih landjut, siapa2 "orang2 bidjaksana Israil". Amsal2 jang dikumpulkan dalam bagian ini menundjukkan tjorak jang lebih beraneka-ragam dan lebih madju. Kumpulan kedua "Amsal2 Sulaiman" diikuti tiga kumpulan pendek. Jang pertama berdjudul "Perkataa2" ahur bin Jake dari Massa" (30,1-14), orang jang tidak dikenal lebih landjut, seorang anggota suku Arab, dan boleh djadi seorang tokoh chajali belaka. Lampiran lain ialah nasihat2 kepada Lemuel, seorang putera-mahkota, oleh ibunja (31,1-9). Antara ke-dua2nja tadi ada suatu kumpulan anonim pepatah2 bilangan (30,15-33). Seluruh kitab dikuntji dengan pudjian atas isteri jang berbudi (31,10-31), jang bentuk kesusasteraannja sungguh berlainan dengan kumpulan2 jang terdahulu dan sudah pestilah disusun belakangan.

Kitab ini dimulai dengan suatu kata pendahuluan jang pandjang-lebar (1-9). Selain 6,1-19 - jang lebih menjerupai bagian2 lain kitab dan terdiri atas rentetan amsal2 5terdiri,-maka bagian pertama ini merupakan suatu keseluruhan jang besar dan teratur. Adapun isinja memudjikan (1,1-19;2,1-5,23;6,20-71,27) dan melukiskan (1,20-33;8,1-9,6) Kebidjaksanaan. Tjorak bagian ini sungguh berlainan dengan bagian2 lain kitab ini sangat mirip dengan kebidjaksanaan Putera Sirah dan Kitab Kebidjaksanaan. Djelaslah, bahwa bagian ini disusun paling achir dan sudah sangat diperngaruhi nabi2. Baian tadi ditambahkan kepada kumpulan beraneka-ragam amsal sudah ada. Kira2 sadja boleh di katakan, bahwa kitab seperti kita kenal sekarang ini, seluruhnja selesai sekitar tahun 500 sebelum Masehi. Djadi, adalah hasil kebidjaksanaan Israil selama ber-abad2.

Berdasarkan keterangan2 dari kitab itu sendiri, dapatlah dibagi sbb: I Memudjikan Kebidjaksanaan (1-9) II Amsal2 Sulaiman (10-22,16) III Amsal2 para Bidjaksana (22,17-24,22) IV Lagi Amsal2 para Bidjaksana (24,23-34) V Kumpulan kedua Amsal2 Sulaiman (25-29) VI Amsal2 Agur (30,1-14) VII Pepatah2 bilangan (30,15-33) VIII Amsal2 untuk Lemuel (31,1-9) IX Pudjian atas Isteri berbudi (31,10-31).

Didalam terdjemahan Junani urutan bagian2 tadi agak berlainan, hal mana menundjukkan pula, bahwa kitab ini disusun setjara ber-anggur2 dan baru lama kemudian mendapat bentuknja jangdefinitif. Urutan dalam terdjemahan JUnani adalah sbb: I,II,III,VI,VII,VIII,V,IX.

Didjalam dahulu kala tidak hanja Israil sadja jang mempunjai madrasah2 ilmu kebidjaksanaan. Lama sebelumnja di Mesir sudah ada metodes pendidikan sematjam itu, dan tidak sedikitlah dari kumpulan amsal2 Mesir sampai kepada kita. Ilmu kebidjaksanaan Mesir merembas pula ke-negeri2 tetangga. Orang2 Jahudi sering mengadakan perhubungan dengan Mesir dan oleh karenanja tidak mustahil, malahan mungkin sekali, orang2 bidjaksana di Israil tidak sama sekali terpelas dari orang2 bidjaksana Mesir serta negeri2 tetangga. Tetapi ini tidak berarti, bahwa mereka bergantung setjara langsung daripadanja. Soalnja lebih mengenai suasana umum serta metode dan pengaruh satu sama lain, tetapi dengan tidak kita ketahui, bagaimana persisnja djalan proses itu. Agur jang bidjaksana dan ibu Lemuel pastilah bukan orang Israil, melainkan teranglah orang kufur dari djurusan Mesir. Amsal Agur mengingatkan kita kepada buku kebidjaksanaan tertentu dari Mesir.

Kalau umat Serani membatja kitab Amsal ini, maka tak dapatlah kita menghilangkan kesan, bahwasanja selain pasal dari+berasal+AND+book%3A20&tab=notes" ver="ende">1-9, kesemuanja itu bojak dan biasa sadja isinja. Kebanjakan amsal itu mengadjarkan kebidjaksanaan insani jang biasa dan umum sadja, dan lagi dengan senangnja mengutarakan ber-matjam2 kepitjikan manusia serta tjatjat2, tanpa dibubuhi dengan penilaian susilanja. Pada umumnja amsal itu tidak besarlah nilai keigamaannja. Segala sesuatunja agar rendah dan biasa. Kesan itu untuk sebagian besar dapat dibenarkan. Tetapi djanganlah kita lupakan, bahwa dalam kitab ini kita berkenalan dengan permulaan dari perkembangan keigamaan dan kesusilaan Israil dan bahwa kita berharap dengan kalangan orang bidjaksana, jang belum mendapat udjian api para nabi, djadi manusia dri kehidupan praktis, jang berhaluan duniawi dan jang tahu memandang keseluruhan dari tempat jang agak tinggi. Mereka adalah pendidik, jang terutama bermaksud membimbing orang djadi warga dan pegawai jang baik, bahkan djadi radja jang baik. Dari itu mereka menitik beratkan keutamaan2 kodrat dan kebadjikan warga masjarakat, jang mendjamin kedudukan jang lajak dalam masjarakat bagi murid2nja.

Tetapi sebaliknja, ada djuga banjak amsal jang bernada keigamaan. Ada orang baik dan orang djahat, ada keutamaan dan ketjelaan, sekadar manusia berbuat sesuai tidaknja dengan kebidjaksanaan, jang achirnja berasal dari Allah. Allah melihat dan mendengar segala sesuatu, dan tak seorangpun dapat lolos dari kebidjaksanaanNja serta kemahakuasaanNja, sebab Ia adalah Pentjipta dan Penguasa segala sesuatu. Allah inilah jang mengadjar dan menghukum setjara adil dan sekadar perbuatan2. Gandjaran itu berupa berkah serta kebahagiaan didunia, lebih2 banjak anak dan umur pandjang, sedangkan hukuman itu berwudjud hidup jang miskin dan tjelaka dan lekas mati, tanpa meninggalkan keturunan. Djika rangka jang agak sederhana ini dikenakan pada manusia, boleh djadi dapat memuaskan untuk sementara, tetapi didalam abad2 kemudian menimbulkan reaksi jang hebat dan kritik, seperti jang kita dapati dalam kitab Ijob dan Kitab si Pengchotbah.

Pikiran jang, dipandang setjara umum, mendjadi dasar semua amsal, jang beraneka ragam tjoraknja dan sangat berlainan maksudnja itu, dibentangkan sedikit banjak setjara teologis dalam kesembilan pasal permulaan tadi. Ialah pikiran perihal "Kebidjaksanaan". Para penjusun amsal jang terdahulu belum pernah memikirkan dengan sungguh2 perihal dasar terachir adjaran mereka. Itu terserah kepada masa kemudian, ketika pasal2 permulaan itu tersusun sebagai kata pendahuluan dan pertanggungdjawab atas pepatah2 jang banjak djumlahnja dari leluhur itu. Adapun kebidjaksanaan itu suatu pengertian jang samar2 dan melingkupi banjak hal. Bisa berarti ketjakapan dan seni, teristimewanja seni untuk hidup, untuk berbahagia dan berhasil baik dengan mengukuhi aturan2 tertentu dan dengan menghindari segala keterlaluan. Kebidjaksanaan adalah terutama seni untuk hidup mursid, dan kemursidan ditentukan oleh "ketakutan akan Allah", jang mengharuskan orang memenuhi hukumNja, walaupun dimasa dahulu kala Taurat Musa belum tampil dengan djelasnja seperti dimasa kemudian. lalu kebidjaksanaan disamakan dengan hukum Allah ini. Madju selangkah lagi, maka kebidjaksanaan mendjadi sifat Allah sendiri, jang dapat dianugerahkanNja kepada manusia, jang oleh karenanja djadi mursid, lants kebidjaksanaan. Kebidjaksanaan sebagai sifat Allah achirnja diperorangkan (1,20-33;8,1-9,6). Ia datang dari Allah dan ada pada Allah dan djuga pada manusia. Ia adalah penasihat Allah jang kekal dan arsitekNja dalam mentjiptakan dunia, membimbing para penguasa dalam memerintah rakjat mereka dan membawa manusia kekehidupan. Renungan2 perihal kebidjaksanaan sebagai penengah antara sifat Allah dan pribadi Ilahi merupakan persiapan akan pewahjuan "Sabda Allah" dan Roh Kudus, seperti jang kita dapati dalam Perdjandjian Baru. Sama beraneka-ragamnja seperti pengertian "kebidjaksanaan" ialah pengertian "kebodohan", jang dapat berarti ketololan maupun kefasikan dan djuga dapat diperorangkan. Kebodohan itu mendjadi kebalikan dari kebidjaksanaan Ilahi dan mendjadi sebab musababnja dosa dan tjatjat.

Pada achirnja kitab ini terdapat ichtisar pembagian jang kami adakan.

(0.96) (Ams 2:1) (jerusalem: Hai anakku) Guru hikmat menyapa muridnya. Meskipun segala hikmat-kebijaksanaan berasal dari Tuhan, Ams 2:6, namun orang dapat dan patut menyiapkan diri dari karunia itu dengan selalu mengusahakannya, Ams 2:3-4, dan dengan mendengarkan pengajaran tua-tua, Ams 2:1,2, dll.
(0.95) (Ams 16:1) (full: JAWABAN LIDAH. )

Nas : Ams 16:1

Sebagai manusia kita dapat membuat rencana, tetapi kemampuan untuk melaksanakan rencana tersebut berasal dari Allah (bd. ayat Ams 16:9,33; Ams 21:31).

(0.94) (Ams 10:22) (full: BERKAT TUHANLAH YANG MENJADIKAN KAYA. )

Nas : Ams 10:22

Terlalu sering kekayaan materi dalam dunia ini diperoleh melalui kejahatan dan keserakahan sehingga dengan demikian tidak berasal dari Allah (ayat Ams 10:1). Kekayaan sejati terdiri atas berkat dari Tuhan. Apakah kita miskin atau kaya, kehadiran dan perkenan Tuhan adalah kekayaan terbesar kita.

(0.86) (Ams 1:1) (sh: Tujuan penulisan (Senin, 19 Juli 1999))
Tujuan penulisan

Kitab Amsal dimulai dengan pokok bahasan yang memaparkan maksud dan tujuan penulisan kitab Amsal. Kitab ini membimbing pembaca untuk hidup dengan kebijaksanan, disiplin, berpengetahuan, dan hidup dalam kebenaran. Tulisan-tulisan Amsal yang terfokus pada hikmat yang muncul sampai 41 kali dalam kitab ini menunjukkan betapa pentingnya untuk dicermati oleh pembacanya. Melalui kata-kata bijak yang ditulis dalam bentuk syair, peribahasa, pernyataan-pernyataan pengajaran, penulis mendesak pembacanya agar memiliki hikmat dalam seluruh aspek hidup.

Takut akan Tuhan, adalah tema dari seluruh tulisan kitab Amsal, dan merupakan awal dari hidup berhikmat. "Takut" bukan berarti 'ngeri', 'seram', tetapi lebih menunjukkan sikap hormat, menjunjung tinggi, menundukkan diri pada kedaulatan Allah dan menaati perintah-perintah-Nya. Tuhan adalah sumber hikmat tertinggi dan ilahi. Karena itu setiap orang perlu datang kepada Sang Sumber hikmat dan memperoleh hikmat daripada-Nya. Setiap manusia harus mengakui bahwa segala kepandaian dan kemampuan yang ada padanya berasal dari Allah, Sumber hikmat. Siapa pun yang mau datang memperoleh hikmat daripada-Nya akan memiliki hidup bijaksana, bermoral tinggi, dan selaras dengan kehendak-Nya.

(0.85) (Ams 1:1) (sh: Perbedaan pengetahuan dan hikmat (Sabtu, 15 November 2003))
Perbedaan pengetahuan dan hikmat

Pengetahuan diidentikkan dengan informasi yang tepat, sedangkan hikmat didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan informasi yang tepat itu pada waktu dan cara yang tepat. Di kitab Amsal, Raja Salomo tidak membedakan keduanya; istilah pengetahuan dan hikmat dipakai silih berganti untuk mewakili makna yang sama yakni bijaksana. Hikmat berawal dari kemampuan untuk melihat dan mendengarkan. Pada waktu Salomo diangkat menjadi raja, ia berdoa, “… berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang paham …” (ayat 1Raj. 3:9). Kata “paham” di sini berasal dari akar kata “mendengar”, tetapi bukan asal mendengar, melainkan mendengarkan dengan penuh perhatian. Orang yang bodoh—tidak berhikmat—tidak bersedia mendengarkan siapa pun termasuk Tuhan. Orang yang tidak mendengarkan Tuhan, Sang Sumber hikmat, adalah orang yang tidak takut kepada Tuhan. Ada orang yang kaya namun bodoh dan ada orang yang berpendidikan tinggi tetapi bodoh; ternyata, kaya dan cerdas tidak sama dengan bijaksana. Hikmat tidak diperoleh lewat kekayaan atau kecerdasan; hikmat didapatkan dari takut akan Tuhan. Orang yang takut akan Tuhan adalah orang yang dipimpin oleh Tuhan; setiap langkah yang diambilnya merupakan hasil tuntunan Tuhan dan Tuhan tidak akan membiarkannya tersesat.Orang yang bijak adalah orang yang “tahu diri”—ia menyadari keterbatasannya; itu sebabnya ia bersedia menerima didikan baik dari Tuhan maupun sesamanya. Sebaliknya, orang bodoh adalah orang yang “tidak tahu diri”—ia tidak menyadari keterbatasannya dan menganggap diri mengetahui segalanya.

Renungkan: Dalam mengambil keputusan, jangan cepat-cepat berkata, ya atau tidak. Jawablah dengan, tunggu!—menunggu kehendak dan pimpinan Tuhan. Inilah awal dari hikmat.



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA