Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 20 dari 21 ayat untuk dalam pengharapan AND book:40 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: 1 2 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mat 22:41) (sh: Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti (Selasa, 6 Maret 2001))
Pemahaman sempit meniadakan pengharapan pasti

Berulang-kali orang-orang Farisi berusaha mencobai Yesus, namun di luar perhitungan mereka ternyata Yesus tidak pernah terjerat oleh tipu muslihat mereka.

Pada kesempatan ini, bukan lagi mereka yang bertanya kepada Yesus tetapi Yesus yang menanyai mereka: bagaimana pemahaman mereka tentang Mesias (42a). Mereka tahu dengan pasti bahwa Mesias yang dinantikan adalah keturunan Daud, seperti yang mereka baca dalam nubuatan nabi-nabi. Mereka memahami secara hurufiah makna nubuatan ini maka penantian mereka pun adalah melihat kepada garis keturunan Daud. Berdasarkan pemahaman inilah maka dengan lantang mereka menjawab pertanyaan Yesus (42b). Pemahaman sepotong ini telah membawa mereka kepada penantian yang sia-sia, karena mereka melupakan bagian Kitab Suci lain seperti yang dikutip oleh Yesus, dimana Daud menyatakan tentang Mesias (43- 44). Ketika mereka mendengar penjelasan Yesus yang berpijak pula dari kebenaran firman Tuhan, maka mereka menjadi mati kutu, tak kuasa lagi mempertahankan argumentasi mereka tentang Mesias anak Daud. Akhir bacaan kita mencatat bahwa sejak saat itu mereka tidak lagi berani menjebak Yesus dengan pertanyaan tipu muslihat mereka, karena mereka benar-benar mati kutu (44).

Betapa mengherankan, orang-orang Farisi yang menguasai Kitab Suci ternyata tidak mampu menjawab dengan tepat dan benar. Hal ini dikarenakan pemahaman yang sempit dan sepenggal-sepenggal akan firman Tuhan, sehingga mereka hanya terpaku pada apa yang tertera dan tertulis, dan bukan kepada kebenaran yang diungkapkan secara utuh dan berkesinambungan. Kita menyadari betapa berbahayanya pemahaman demikian, karena akan membawa kita kepada pengharapan yang sia-sia. Apabila kita salah memahami firman Tuhan maka akan berakibat: pengenalan yang sempit akan Yesus Kristus, kehidupan rohani yang dangkal, dan pengharapan yang tidak pernah berujung kenyataan. Betapa sia-sianya hidup iman kita!

Renungkan: Jangan mudah puas dengan pemahaman Anda saat ini, teruslah belajar menggali dan memahami firman Tuhan dengan benar dan utuh, sehingga Anda memiliki pemahaman yang benar dan pengharapan yang pasti.

(0.99) (Mat 11:2) (sh: Siapakah Mesias itu? (Senin, 29 Januari 2001))
Siapakah Mesias itu?

Kekecewaan dan oposisi terhadap Kerajaan Allah yang diberitakan oleh Yesus melalui pelayanan-Nya semakin meningkat sebab Yesus menampilkan Diri sebagai Mesias yang berbeda dengan yang diharapkan oleh masyarakat.

Yohanes Pembaptis sendiri sebagai perintis jalan bagi Kristus sudah mulai putus asa dan meragukan Kemesiasan Yesus. Mengapa? Dalam khotbahnya, Yohanes selalu menekankan kesegeraan dari berkat dan penghakiman yang dibawa oleh Mesias (ayat 3:11- 12). Yesus memang mencurahkan berbagai berkat melalui mukjizat dan pengajaran-Nya. Namun dimanakah penghakiman-Nya atas orang-orang jahat, seperti Herodes yang memenjarakannya. Penghakiman oleh Yesus atas orang berdosa belum dilaksanakan. Yohanes melihat adanya perbedaan antara yang ia harapkan dengan pelayanan Yesus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4-5). Inilah yang membuat Yohanes ragu dan putus asa. Karena itu Yesus menantang (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">6) baik Yohanes maupun orang percaya setelah zamannya, untuk mengevaluasi ulang pengharapan mereka tentang Mesias, dalam terang pelayanan Yesus dan penggenapan firman Tuhan yang Ia kerjakan dan kemudian menyelaraskan pengharapan dan iman mereka kepada Dia.

Meskipun demikian, Yesus masih memuji Yohanes sebagai nabi terbesar sebab dari semua nabi yang pernah ada, khotbah Yohaneslah yang paling jelas berbicara tentang Mesias. Lalu banyak nabi berbicara tentang pelayanan Yesus. Yohanes tidak hanya mewartakan tentang kedatangan-Nya, namun juga melihat dan menunjuk secara langsung (Yoh. 1:34). Lalu mengapa Yohanes masih kalah besar dengan mereka yang terkecil dalam Kerajaan Allah (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11)? Sebab setelah kebangkitan Kristus, orang percaya yang paling sederhana dapat memahami lebih jelas daripada Yohanes tentang makna kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya bagi manusia.

Renungkan: Pernahkah Anda kecewa kepada Yesus dan putus asa karena Anda senantiasa dirundung duka? Siapa pun Mesias bagi Anda; apa yang Anda harapkan dari Dia haruslah diterangi oleh Yesus dan pelayanan-Nya, sehingga kita tidak seperti generasi yang ditegur oleh Yesus karena ketidakpuasan mereka (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">16-19). Mereka tidak pernah puas karena mereka selalu menggunakan standar pengharapan mereka sendiri, pengharapan yang diwarnai dosa dan nafsu.

(0.96) (Mat 26:30) (sh: Seharusnya keberanian hati (Jumat, 18 Maret 2005))
Seharusnya keberanian hati


Masa-masa penderitaan Yesus sudah mendekati detik-detik penggenapan. Namun, ketika Yesus menginformasikan kepada para murid bahwa pada saat penderitaan-Nya tiba mereka akan tergoncang imannya (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">31), Petrus mewakili para murid menyanggah hal tersebut (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">33). Nampaknya para murid tidak memahami kedahsyatan peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka.

Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal Yesus. Namun ungkapan Yesus ini pun balik ditanggapi keras oleh Petrus. Bahkan ia berani mempertaruhkan nyawanya sebagai perwujudan sikapnya yang benar kepada Yesus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">35).

Kadangkala sulit bagi seseorang mengambil sikap ketika mengetahui bahwa dirinya harus menghadapi situasi sulit dan kondisi yang sangat berat. Namun, dalam situasi Petrus hal tersebut tidak dapat dihindari. Artinya, informasi bahwa Yesus Sang Pemimpin akan dibunuh adalah informasi yang harus ditanggapi serius.

Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Sikap Yesus ini sebenarnya merupakan langkah-langkah yang dilakukan-Nya untuk mempersiapkan diri-Nya dan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Para murid dipersiapkan untuk tetap berpengharapan bahwa akan ada kebangkitan. Pengharapan inilah yang harus terus dipegang oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus karena dengan pengharapan tersebut, kita dipersiapkan untuk menantikan kedatangan-Nya kedua kali yang akan membangkitkan orang-orang yang percaya kepada-Nya.

Renungkan: Jika kita menghadapi situasi dan kondisi yang mengguncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus, kita harus hidup dalam pengharapan yaitu bahwa Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit.

(0.94) (Mat 26:30) (sh: Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang (Sabtu, 7 April 2001))
Dibunuh untuk bangkit, dikalahkan untuk menang

Perjamuan malam diakhiri dengan pujian, Yesus segera menuju ke bukit Zaitun. Perbincangan Yesus dengan 11 murid seputar misi-Nya sebagai Juruselamat belum dipahami dengan benar oleh mereka. Sebentar lagi peristiwa yang begitu dahsyat akan memporakporandakan tim Yesus. Yesus sebagai pemimpin yang digambarkan sebagai Gembala akan dibunuh dan kawanan domba akan terceraiberai. Apa yang pernah dinubuatkan oleh nabi Zakharia beberapa saat lagi akan tergenapi. Sang pemimpin harus dibunuh. Bukan semata karena ulah Yudas dan para musuh-Nya sehingga Gembala itu dibunuh, bukan pula kemenangan telak mereka atas Gembala yang lemah dan tak berdaya. Tetapi Allah memang menetapkan bahwa Gembala yang akan menjadi Penyelamat kawanan domba itu harus mati dibunuh. Pembunuhan keji itu menunjukkan betapa dahsyatnya dosa yang menguasai manusia, betapa hebatnya murka Allah atas dosa dan betapa beratnya hukuman Allah atas dosa yang harus ditanggung oleh Sang Gembala, demi hidup kawanan domba-Nya dan seluruh umat manusia.

Murid-murid yang tidak memahami sedahsyat apa peristiwa yang bakal menggoncangkan iman mereka masih sempat menyanggah pernyataan Yesus. Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal. Situasi sulit dan kondisi yang sangat berat akan dialami. Untuk sementara waktu mereka pasti dikalahkan, dihancurkan, dan digoncangkan karena Sang Pemimpin dibunuh. Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Ia mempersiapkan diri-Nya dan murid- murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Namun tetap dengan pengharapan, Ia akan dibunuh tetapi Ia akan bangkit. Musuh-Nya hanya dapat membunuh tubuh manusiawi-Nya. Ia berjanji bahwa Ia pasti bangkit dan pergi ke Galilea ke tengah-tengah mereka.

Renungkan: Situasi dan kondisi sulit yang kita hadapi begitu mudah menggoncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus. Kita harus hidup dalam pengharapan. Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit. Yesus yang dikalahkan adalah Pemenang. Dengan Dia kita hadapi hidup ini dalam iman dan pengharapan yang pasti.

(0.93) (Mat 24:15) (sh: Penyesat dan mukjizat (Kamis, 29 Maret 2001))
Penyesat dan mukjizat

Percayakah Anda bila ada seorang yang memiliki kemampuan luar biasa: menyembuhkan, mengajar, berbahasa roh, mengusir setan, dan memimpin sebuah KKR, kemudian ia mengaku sebagai mesias? Apakah hal-hal ini yang menandai bahwa dialah Yesus Anak Allah? Sama sekali tidak cukup mewakili!

Memang tidak dapat disangkali bahwa para mesias atau nabi palsu dapat melakukan tanda-tanda ajaib dan mukjizat- mukjizat yang dapat menarik perhatian dan iman seseorang. Zaman akhir ini semakin banyak bermunculan berita yang sempat menghebohkan, membingungkan, menguatirkan, dan menantang kesetiaan iman orang percaya. Sepertinya apa yang diungkapkan para penyesat layak dipercaya dan diikuti. Banyak orang telah rela mengorbankan hidupnya mati sia-sia bersama sang pemimpin yang nampaknya rohani, suci, dan berhikmat. Namun sesungguhnya para pemimpin ini sendiri tidak jelas untuk apa atau siapa mereka berkorban dan dengan tujuan apa. Mengingat betapa simpang-siurnya kedatangan mesias yang disalahgunakan para penyesat, maka Yesus mengingatkan para murid-Nya dan Kristen masa kini untuk waspada dan tidak mudah diombang-ambingkan. Ia tidak menginginkan seorang pun Kristen yang gagal mempertahankan imannya karena beralih kepada perkataan para penyesat.

Namun di lain pihak, Pembinasa keji, seperti dinyatakan dalam Kitab Daniel, akan menyatakan penghukuman-Nya. Saat ini adalah saat penyiksaan yang berat, sampai dikatakan bahwa batas waktu yang ditetapkan hanya karena mengingat keselamatan orang-orang percaya (22). Tidak seorang pun tahan menghadapi penghukuman-Nya yang dahsyat dan mengerikan, akibat dosa manusia yang menumpahkan murka Allah.

Saat akhir ini bertujuan menguji iman Kristen. Bagaimana Kristen menghadapinya? Tak ada kuasa dalam diri kita yang memampukan kita bertahan dan setia, hanya Allah yang berdaulat dan berkuasa yang sanggup membawa kita ke jalan kemenangan dan kehidupan kekal. Maukah kita tetap berpegang senantiasa kepada pengharapan ini?

Renungkan: Doa adalah kunci utama menghadapi para penyesat dan jangan takut karena yang memastikan pengharapan adalah Allah yang menguasai dan mengontrol segala sesuatu. Ia tidak pernah membiarkan kita tersesat.

(0.92) (Mat 22:1) (sh: Menolak yang utama karena yang sepele. (Sabtu, 28 Maret 1998))
Menolak yang utama karena yang sepele.

Kembali Tuhan mengecam kebebalan orang Yahudi zaman-Nya. Semua orang Yahudi memiliki pengharapan kedatangan Kerajaan Allah. Apa yang mereka nantikan itu kini tiba, yaitu dalam bentuk undangan masuk dalam perjamuan Allah. Jelas yang Tuhan maksud ialah meresponi diri-Nya sebagai penggenap Kerajaan Allah itu. Itulah hal terpenting dan paling berharga yang dapat manusia peroleh dalam hidup ini. Tetapi mereka bukan saja mengabaikan Tuhan Yesus, kelak mereka malah membunuh-Nya karena alasan-alasan yang tidak dapat diterima.

Ajakan keselamatan. Undangan Tuhan Yesus bukan saja bagi mereka, tetapi juga kita. Sikap bodoh dan jahat seperti yang dilukiskan dalam perumpamaan ini bisa juga merupakan sikap dan tindakan kita. Menjadi Kristen bukan sekadar mengaku atau menerima tradisi Kekristenan. Menjadi Kristen berarti menyambut undangan Allah dalam Tuhan Yesus secara sangat pribadi. Selain kesibukan sehari-hari, merasa diri sudah cukup baik pun bisa menjadi alasan untuk mengabaikan tuntutan mutlak Tuhan Yesus atas hidup kita.

Renungkan: Allah akan menuntut pertanggungan jawab kita bila kita menolak pembebasan atas dosa dari-Nya.

Doa: Allah tolong kami meresponi Yesus Kristus dengan benar.

(0.92) (Mat 9:18) (sh: Kuasa dan Pribadi Yesus (Rabu, 24 Januari 2001))
Kuasa dan Pribadi Yesus

Yesus memiliki kuasa mutlak atas segala sesuatu yang ada, yang sudah ada maupun yang akan ada. Tidak satu kondisi pun yang dapat membatasi Yesus untuk melaksanakan kehendak- Nya.

Ia berkuasa membangkitkan anak kepala rumah ibadat. Ketika Yesus sampai di rumah kepala rumah ibadat, nampaknya sudah terlambat. Upacara penguburan akan segera dimulai karena para peniup seruling dan penduka profesional yang disewa sudah siap menjalankan pekerjaan mereka. Kuasa Yesus mampu membalikkan kenyataan yang sudah terlambat, karena firman-Nya berkuasa menolak kematian (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">28). Upacara penguburan berganti menjadi perayaan yang penuh sukacita karena yang mati sudah bangkit. Ia berkuasa mengembalikan kehidupan ke dalam diri anak itu sebab memang Dialah sumber kehidupan itu.

Yesus juga berkuasa menyembuhkan perempuan yang sudah 12 tahun menderita pendarahan. Tidak ada pengharapan baginya dan tidak ada vitalitas di dalam dirinya. Namun yang tidak berpengharapan akan menemukan pengharapan dan yang tidak bervitalitas akan menemukannya di dalam Yesus. Yesus pun berkuasa memberikan penglihatan kepada 2 orang buta. Penglihatan yang diberikan tidak hanya memampukan mereka melihat dunia namun juga mampu melihat kemuliaan Allah. Demikian pula ikatan setan yang membuat orang menjadi bisu dilepaskan- Nya, sehingga orang itu menjadi manusia normal kembali yang dapat berkomunikasi.

Semua mukjizat itu bersumber dari Pribadi Yesus yang berkuasa. Perhatikan setiap proses mukjizat yang terjadi. Yesus memegang tangan anak kepala rumah ibadat yang mati, lalu bangkitlah ia. Perempuan yang sakit pendarahan itu sembuh bukan karena jubah Yesus berkuasa namun karena ia beriman kepada Pribadi Yesus. Orang buta disembuhkan karena jamahan kuasa Yesus. Demikian pula orang bisu dapat berbicara karena kuasa setan dipatahkan oleh kuasa-Nya. Kuasa-Nya tidak dapat dipisahkan dari pribadi-Nya, sebab melalui kuasa yang dinyatakan-Nya terungkaplah identitas Yesus (Mat. 11:2-5).

Renungkan: Kristen seharusnya bukan hanya takjub kepada kuasa-Nya namun juga tunduk kepada Pribadi Yesus yang adalah sumber kuasa itu. Sebab banyak Kristen yang hanya tergiur mengalami Kuasa-Nya tanpa mau datang dan tunduk kepada Sang Sumber Kuasa.

(0.92) (Mat 24:37) (sh: Berjaga-jaga dan tetap bekerja (Sabtu, 31 Maret 2001))
Berjaga-jaga dan tetap bekerja

Tiga sikap hidup manusia digambarkan di sini dalam masa penantian kedatangan Anak Manusia. Kedatangan Anak Manusia pasti meski harinya tidak bisa dipastikan oleh manusia. Tanda-tanda yang mendahului pun diberitahukan. Oleh sebab itu tidak ada alasan bagi orang yang pernah mendengar atau membaca pengajaran tentang kedatangan Anak Manusia berdalih tidak atau belum siap. Seperti yang pernah terjadi pada zaman Nuh (2Pet.2:5). Nuh memang tidak tahu kapan air bah itu akan melanda bumi, tetapi Nuh terus mempersiapkan bahtera sambil mewartakan berita hukuman Allah. Kehidupan berjalan biasa sampai saatnya Allah mendatangkan hukuman air bah.

Alkitab mencatat seluruh manusia musnah kecuali keluarga Nuh. Itu pula yang akan terjadi pada saat kedatangan Anak Manusia. Ketika semua orang bekerja, yang siap dibawa yang tidak siap ditinggalkan. Mereka yang menggumuli kehidupan sehari-hari dengan tetap terfokus pada pengharapan kedatangan Anak Manusia, yang akan mempersiapkan diri. Hari-hari hidup mereka diisi dengan berbagai upaya dan aktivitas dengan tetap menjaga hati dan pikirannya. Orang-orang inilah yang akan diangkat saat Anak Manusia datang dengan tiba-tiba.

Sikap berjaga pasti ada dalam hidup kita sehari-hari. Setiap hari bukankah kita terus waspada terhadap copet, perampok, atau pencuri, dan mengantisipasinya dengan berbagai cara agar harta benda kita tidak beralih tangan tanpa kita ketahui. Seharusnya demikian pula kita mewaspadai hidup ini sehari lepas sehari. Kedatangan Anak Manusia tidak diberitahukan agar kita berpola hidup dan berpola pikir selalu siap sedia. Pengharapan yang pasti akan tibanya hari yang mulia itu yang akan meneguhkan iman kita dalam masa penantian ini. Setiap hari yang akan kita lalui bisa menjadi hari akhir dari sejarah panjang dunia ini. Kedatangan Anak Manusia harus terus menerus menjadi pusat perhatian kita saat kita berkata, berkarya dan berupaya pada jam- jam, hari-hari yang Tuhan masih berikan kesempatan pada banyak orang yang belum siap.

Renungkan: Mengetahui dengan pasti bahwa kedatangan Yesus Kristus begitu tiba-tiba dan tidak terduga, jangan kita sendiri yang bersiap sedia ingatkan juga pada yang lain untuk waspada dan berjaga. Agar pada hari kedatangan-Nya tidak ada yang tertinggal.

(0.91) (Mat 3:1) (sh: Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini (Kamis, 28 Desember 2000))
Dunia membutuhkan Yohanes Pembaptis masa kini

Matius tidak memuat kisah masa kecil Yesus di dalam Injilnya namun menggantikannya dengan kisah Yohanes Pembaptis. Sebagai nabi Yohanes diutus Allah untuk mempersiapkan umat manusia bagi Kristus yang akan segera datang. Apa yang dilakukan oleh Yohanes? Ia berkhotbah dengan menitikberatkan pada perkara dosa pribadi dan kolektif yang telah mencemarkan masyarakat. Ia berkhotbah menentang segala bentuk materialisme dan keegoisan, pengeksploitasian serta penindasan orang lemah (Luk. 3:11-14). Ia menegur siapa pun tanpa pandang bulu (7, 9). Teguran keras yang disuarakan Yohanes tidak dimaksudkan untuk membuat orang yang mendengar menyesali dosanya. Bagi Yohanes pertobatan pun bukan suatu usaha untuk memperbaharui diri sendiri. Teguran yang keras itu dimaksudkan Yohanes sebagai seruan agar semua yang mendengarkan mau berbalik hati dan pikirannya kepada Allah, yang dimanifestasikan melalui kehidupan yang kudus. Itulah pertobatan sejati.

Seruan pertobatan sejati ini bukanlah pilihan atau tawaran yang dapat ditolak atau diterima. Pertobatan sejati adalah suatu keputusan yang sangat serius, sebab penghukuman Allah sudah tersedia bagi mereka yang tidak secara serius meresponi seruan pertobatan ini.

Kita tidak mungkin melakukan misi Yohanes secara persis yaitu mempersiapkan jalan bagi Yesus, sebab hanya Yohaneslah yang dianugerahi tugas yang demikian agung. Namun kita dapat meneladaninya dalam hal: keberaniannya untuk menegur siapa pun yang masih bergelimang dalam dosa; menggelisahkan orang-orang yang merasakan damai sejahtera walaupun mereka sebetulnya bersandar pada pengharapan yang palsu dan menyesatkan (7, 9); dengan keras dan serius Yohanes menuntut kekudusan hidup sebagai bukti pertobatan bukan partisipasi dalam ritual keagamaan saja (6- 7); pemaparan penghukuman Allah yang akan menimpa setiap mereka yang masih bergelimang dalam dosa.

Renungkan: Penghukuman Allah jarang sekali dikhotbahkan dalam ibadah di gereja masa kini. Pemberitaan firman di dalam gereja seharusnya meliputi teguran keras kepada siapa pun untuk hidup kudus, berita anugerah, dan penghukuman. Jika demikian maka gereja masa kini dapat berperan menjadi Yohanes Pembaptis masa kini.

(0.90) (Mat 11:1) (sh: Mengatasi ragu dan bimbang (Rabu, 26 Januari 2005))
Mengatasi ragu dan bimbang

Yohanes pembaptis dipenjarakan karena berani menegur Herodes Antipas yang menikahi istri saudaranya. Dari penjara Yohanes mengutus murid-muridnya untuk bertanya kepada Yesus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Bimbang dan ragukah ia kini? Bukankah ia pelopor dalam pemberitaan tentang Yesus? Tampaknya Yohanes bukan sekadar menyampaikan pertanyaannya pribadi (Perhatikan bentuk jamak `kami' dalam ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Ia dan para muridnya butuh kepastian bahwa Yesus sungguh adalah Mesias yang mereka nanti-nantikan. Yohanes ingin Yesus memberi bukti jelas melalui perkataan dan perbuatan Yesus bahwa kesaksian Yohanes selama ini tentang Yesus benar. Bagaimana Yesus mengatasi keraguan itu?

Pertama, Yesus menunjuk pada demonstrasi nyata kuasa Allah dalam pelayanan-Nya. Pelayanan Yesus mengokohkan kesaksian Yohanes selama ini tentang Dia. Kedua, ucapan Yesus itu menunjuk kepada Yesaya 35:5-6; 61:1. Yesus adalah penggenap nubuat Yesaya. Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, merupakan petunjuk bahwa Roh Allah bekerja dalam dan melalui diri Yesus. Ini tanda kehadiran Allah di dunia. Ketiga, Yesus menunjuk pada nubuatan Maleakhi tentang peran Yohanes (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">10). Yesus mengakui pentingnya pelayanan Yohanes (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11a). Posisi Yohanes pembaptis adalah seperti titik temu PL dan PB. Karena itu di antara segala nabi, ia yang terbesar. Namun, karena orang masuk surga melalui Yesus bukan melalui PL, yang terkecil dalam surga pun menjadi lebih besar daripada Yohanes (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11b).

Pelayanan dan pergumulan Yohanes menunjukkan keutamaan Yesus. Tatkala keraguan muncul, Yesus tidak tinggal diam. Ia tidak ingin orang terus ragu tentang Dia. Karya Yesus, kesaksian firman tentang Yesus, dan perlakuan kasih Yesus akan menguatkan iman dan pengharapan yang tergoyah.

Responsku: Yesus, firman tentang Yesus, karya Yesus untukku, dan firman-Nya kepadaku, ingin kupegang teguh sepanjang jalan imanku.

(0.90) (Mat 25:1) (sh: Pola hidup siaga (Sabtu, 12 Maret 2005))
Pola hidup siaga


Kebiasaan buruk "baru bertindak" jika keadaan sudah menjadi genting sudah makin membudaya. Undang-Undang Antiteroris dibentuk setelah peristiwa bom Bali. Komisi Pemberantasan Korupsi dibentuk setelah negara dirugikan triliunan rupiah, dlsb. Kebiasaan ini membuat orang terlena dan berakibat fatal. Jauh lebih fatal bila sikap itu menyangkut hal yang menentukan nasib kekal orang.

Perumpamaan ini berbicara tentang Kerajaan Surga (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">1), dikaitkan dengan kedatangan Anak Manusia kelak (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">13). Keadaan manusia dalam evaluasi Tuhan kelak terbagi ke dalam dua kelompok. Kelompok yang seperti gadis yang cerdas (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4,7) dan kelompok yang mirip gadis yang bodoh (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3,8). Yang cerdas diizinkan ambil bagian dalam pesta sang pengantin sebab meski ada penundaan mereka telah menyiapkan agar pelita mereka tetap menyala. Karena mereka tanggap terhadap Yesus dan berjaga-jaga merindukan kedatangan-Nya, mereka akan disambut oleh Yesus ketika Ia datang kembali untuk menggenapkan Kerajaan Surga. Sebaliknya, mereka yang tidak tanggap dan tidak siaga akan ditolak (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">11,12).

Kerajaan Surga datang di dalam dan melalui hidup, ajaran, dan perbuatan Yesus (lihat Mat. 4:17). Kelak pada kedatangan-Nya kedua kali Yesus akan merampungkan pewujudan Kerajaan Surga dan menentukan siapa yang layak berbagian di dalamnya. Orang yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamatnya pasti akan memiliki sikap rindu berjumpa dengan-Nya. Pengharapan tersebut seharusnya meujud di dalam sikap hidup sehari-hari. Sikap siaga menantikan kedatangan Tuhan yang digambarkan sebagai membawa minyak cukup, dituntut Tuhan dari orang Kristen. Justru karena masa kini orang makin tidak peduli terhadap kebenaran dan makin mengabaikan soal kedatangan Tuhan, perumpamaan ini patut mengembalikan kita ke siaga penuh.

Doaku: Tuhan, firman-Mu ini menyentak daku dari keterlenaan. Kiranya kasih karunia-Mu memberiku hati yang rindu berjumpa Engkau.

(0.90) (Mat 4:1) (sh: Siapa takut? (Sabtu, 30 Desember 2000))
Siapa takut?

Pernyataan awal perikop ini (1) menekankan pentingnya percobaan bagi persiapan Yesus menjalankan misi-Nya. Mengapa? Karena Ia segera memulai khotbah-Nya, mewartakan Kerajaan Allah sekaligus Dia sebagai Raja. Sebagai Raja, Yesus haruslah seorang pemenang atas kekuatan setan dan sifat kemanusiaan-Nya. Yesus telah menang atas percobaan. Mengapa kemenangan-Nya atas pencobaan penting? Kita akan melihat inti dari tiap-tiap pencobaan.

Pencobaan pertama ditujukan kepada sifat fisik Yesus sebagai manusia. Ia lapar dan membutuhkan makanan. Mengapa tidak membuat roti saja? Kristus menjawab dengan mengutip Ul. 8:3. Inti dari respons Yesus adalah Ia mengakui bahwa manusia adalah mahluk hidup yang berjasmani. Namun manusia melebihi binatang sebab ia mempunyai sifat rohani yang dapat mengontrol sifat jasmaninya. Kehendak Allahlah yang harus mengatur pilihan manusia, bukan kebutuhan atau pun keinginan fisik. Pencobaan kedua ini sangat pelik. Setelah puasa 40 hari, Yesus lapar dan sangat lemah secara fisik. Dalam kondisi yang demikian Iblis muncul untuk mencobai-Nya. Sangat wajar jika Yesus karena menuruti kondisi fisiknya meragukan kasih Allah. Iblis mencoba menggunakan keraguan yang mungkin menyerang Yesus dengan pertanyaan yang menjebak (6). Respons Yesus yang mengutip Ul. 6:6 menyatakan dengan tegas bahwa manusia tidak boleh mencobai Allah melainkan harus mempercayai- Nya. Pencobaan ketiga juga sangat pelik. Iblis menawarkan kekuasaan atas seluruh kerajaan dunia dengan cara mudah, untuk mencobai belas kasihan Yesus atas manusia. Dunia yang penuh dengan ketidakadilan dan tragedi akan menjadi lebih baik jika Yesus menjadi raja. Yesus menolak Iblis sebab hanya Allah yang patut disembah. Kehendak Allah yang harus menjadi otoritas mutlak dalam kehidupan manusia. Sesuatu yang nampaknya baik tidak dapat menggoyahkan ketaatan-Nya kepada Allah.

Renungkan: Kemenangan Yesus mengukuhkan Dia sebagai Raja sekaligus memberi jaminan kemenangan atas pencobaan bagi mereka yang tinggal di dalam-Nya. Ia memberikan penghiburan dan pengharapan bahwa Ia mengetahui setiap pergumulan kita melawan dosa, sebab Ia pernah mengalami dan Ia akan memberikan pertolongan. Karena itu siapa takut?

(0.90) (Mat 22:34) (sh: Ketika Tuhannya Daud berbicara (Kamis, 3 Maret 2005))
Ketika Tuhannya Daud berbicara


Semakin kita menelusuri kisah-kisah Yesus, semakin kita takjub terhadap-Nya. Orang Farisi tampil lagi untuk mencoba mengukur ortodoksi iman Yesus. Lagi-lagi jawaban Yesus semakin membuat diri Yesus cemerlang di hadapan mereka dan orang banyak.

Tentang hukum terbesar dalam Taurat Yesus merangkumkan Sepuluh Perintah Allah ke dalam dua hukum kasih, mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">37-40; Ul. 6:5; Im. 19:18). Ajaran Yesus selaras dengan Perjanjian Lama. Jawaban Yesus sebenarnya tidak hanya memaparkan kebenaran, tetapi juga menelanjangi kejahatan mereka. Apabila Yesus Putra Allah, mereka sudah melanggar hukum pertama sebab mereka tidak mengasihi, tetapi mencobai Yesus. Apabila Yesus hanya manusia biasa, mereka sudah melanggar hukum kedua sebab tujuan mereka bertanya adalah untuk menjatuhkan.

Kini Yesus mengambil prakarsa membalikkan posisi dan status-Nya. Dari ditanya dan mempertahankan diri, kini Ia berbalik menanya dan mendesak mereka (ayat 42). Pertanyaan-Nya sederhana, yaitu siapa Mesias menurut mereka. Jawab menurut iman ortodoks dan tradisi Farisi, Mesias adalah anak Daud. Muatan di dalamnya bernuansa politis. Lalu Yesus makin menyudutkan mereka. Bagaimana mungkin Daud memanggil Mesias sebagai Tuan jika Mesias hanya anaknya, manusia biasa! Artinya, pengharapan mereka tentang siapa dan apa karya Mesias salah, jika hanya di sekitar konsep manusia belaka. Mesias dan karyanya pastilah ilahi sebab Daud menuankan Mesias jauh di atasnya (ayat 45).

Jangan kita ulangi kesalahan Farisi itu, iman ortodoks dan doktrin tanpa tunduk pada Tuhan tidaklah cukup. Bila iman hanya sebatas persetujuan akali, rohani kita menjadi dangkal dan buta.

Renungkan: Mengasihi Tuhan dan sesama, mempertuhankan Yesus dalam hidup bukan soal teori tetapi soal gerak-gerik dan kelakuan sehari-hari.

(0.90) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?


Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.89) (Mat 11:20) (sh: Yang dihukum dan yang diterima (Selasa, 30 Januari 2001))
Yang dihukum dan yang diterima

Respons Yesus terhadap mereka yang tidak percaya kepada-Nya semakin tajam. Jika sebelumnya Ia hanya memperingatkan, kini Yesus mengecam dengan keras bahkan mengutuk. Mengapa? Sebab mukjizat-mukjizat sudah banyak didemonstrasikan di hadapan mereka (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">20-24). Namun itu tidak memuaskan dan memimpin mereka kepada iman kepada Yesus karena mereka tidak menilai pengharapan mereka di dalam terang Yesus namun sebaliknya justru menggunakan ukuran pengharapannya untuk menilai dan kemudian menolak Yesus. Karena itu kecaman dan kutukan Yesus adalah wajar sebab mereka menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka.

Sebaliknya terhadap mereka yang percaya kepada-Nya, Yesus menaikkan syukur-Nya kepada Allah. Mengapa? Yesus ingin menegaskan kepada setiap orang percaya bahwa jika mereka dapat percaya kepada Yesus bukan karena lebih suci dan berharga di hadapan Allah, namun ada 3 faktor yang memampukan dan memungkinkan mereka percaya.

Faktor pertama, adalah Allah sendiri yang menyatakan makna mukjizat Yesus, Kemesiasan Yesus Kristus, dan makna pengajaran Yesus kepada orang kecil yaitu orang-orang yang dengan rendah hati dan terbuka menerima penyataan Allah (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">25-26).

Faktor kedua, adalah peran Yesus dalam pewahyuan Allah. Wahyu khusus Allah tidak dapat secara langsung dinyatakan kepada manusia karena dosa. Manusia membutuhkan perantara yang menjembatani antara dirinya dengan Allah. Allah menyatakannya di dalam Yesus Kristus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">27). Seluruh wahyu khusus Allah yang dinyatakan kepada manusia ada di dalam-Nya. Karena Yesus, manusia dimungkinkan untuk mengenal Allah.

Faktor ketiga, adalah undangan lemah-lembut dari Yesus sendiri (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">28-30). Yesus tidak hanya menjadi perantara namun Ia sendiri yang memanggil orang- orang untuk percaya kepada-Nya. Ia tidak menawarkan beban tapi menawarkan ketenangan bagi jiwa.

Renungkan: Inilah anugerah Allah yang luar biasa sebab selain Allah mengaruniakan Anak Tunggal-Nya, Ia juga memberikan wahyu-Nya, memberikan perantara agar wahyu-Nya dipahami manusia dan Ia sendiri juga yang mengadakan pemanggilan. Marilah kita panjatkan syukur atas anugerah-Nya yang tak terkira ini.

(0.80) (Mat 27:46) (ende: Mengapa Engkau meninggalkan Daku?)

Itulah awal Maz 22. Jesus tentu ingat akan seluruh mazmur itu, dan utjapan itu mengandung suasana seluruh mazmur tersebut, jaitu suasana penjerahan mutlak kepada Allah, kepertjajaan dan pengharapan bulat kepadanja, dan kejakinan, bahwa segala sengsara akan mendjelma mendjadi kemenangan mahadjaja.

(0.80) (Mat 27:47) (jerusalem: Ia mengambil Elia) Boleh jadi sindiran yang mengejek itu berdasarkan pengharapan akan kedatangan nabi Elia sebagai Perintis Mesias, bdk Mat 17:10-13+, tetapi mungkin juga berdasarkan kepercayaan Yahudi bahwa nabi Elia menolong orang benar, apabila orang benar memerlukan sesuatu.
(0.76) (Mat 24:42) (jerusalem: berjaga-jagalah) Berjaga ialah pantang tidur. Itu dinasehatkan Yesus kepada mereka yang menunggu kedatanganNya kelak, Mat 25:13; Mar 13:33-37; Luk 12:35-40; Luk 21:34-36. Untuk dapat berjaga-jaga orang perlu mempunyai pengharapan kuat dan suatu penguasaan diri yang tidak kunjung berhenti. Dan itu disebut "sadar diri", 1Te 5:6-8; 1Pe 5:8; bdk 1Pe 1:13; 1Pe 4:7
(0.75) (Mat 2:1) (sh: Dampak kelahiran Yesus (Minggu, 26 Desember 2004))
Dampak kelahiran Yesus

Kabar kedatangan presiden pasti mengundang banyak orang hadir. Demikian juga dengan kelahiran Yesus.

Yesus lahir! Kabar ini berpengaruh pada pandangan dan perbuatan Herodes serta penduduk kota Yerusalem (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">3). Mengapa? Pertama, bagi Herodes kelahiran Yesus merupakan ancaman bagi kekuasaannya. Herodes mencari tahu dari para imam Yahudi tentang arti nubuat Nabi Mikha (Mi. 5:1) dan Nabi Yesaya (Yes. 9:5; 11:1) tentang Yesus. Ia juga memanfaatkan pengetahuan perbintangan orang Majus untuk menemukan kebenaran nubuat para nabi itu (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">4, 7-8). Kedua, bagi penduduk Yerusalem kelahiran Yesus menimbulkan pengharapan untuk terbebasnya mereka dari penjajahan Romawi yang sedang dialami pada waktu itu. Pengharapan ini memunculkan keinginan bahwa Yesus akan menjadi raja Yahudi dan membawa Israel kembali menjadi bangsa yang jaya seperti zaman Raja Daud dan Raja Salomo. Ketiga, bagi orang Majus (golongan imam terpelajar yang mempelajari ilmu perbintangan dari daerah Madai, Persia) kelahiran Yesus merupakan peristiwa alam yang unik, langka, dan bernilai tinggi karena penampakan bintang yang menunjukkan tempat Yesus lahir (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">2, 11).

Bagi orang percaya, kelahiran Yesus adalah berita surgawi dan sukacita, tentang kabar keselamatan! Namun, bagi Iblis, kelahiran Yesus berarti penggenapan firman Allah untuk kehancurannya (Kej. 3:15 ).

Renungkan: Berita kelahiran Yesus adalah kabar baik dan terang keselamatan Allah bagi manusia di dunia.

(0.73) (Mat 10:24) (sh: Murid Kristus: ciri dan hubungannya dengan Yesus (Minggu, 28 Januari 2001))
Murid Kristus: ciri dan hubungannya dengan Yesus

Seperti orang Yahudi pada zaman Yesus, beberapa gereja masa kini mempunyai pengharapan bahwa kedatangan Yesus identik dengan kedamaian. Namun pernyataan Yesus membalikkan harapan mereka karena Ia datang justru membawa pemisahan dan 'konflik' (ayat 34). Meskipun Dia adalah Sang Raja Damai, dunia akan menolak Dia dan pemerintahan-Nya, sehingga umat manusia akan terpecah-belah (ayat 35- 36). Yesus ingin para murid-Nya tidak memiliki pengharapan yang salah tentang Yesus dan Injil Kerajaan Allah, karena itu Ia mengulangi pernyataan 'Aku datang', hingga 3 kali.

Namun Yesus mengingatkan bahwa pemahaman yang benar tentang misi Yesus tidak dimaksudkan untuk membuat para murid-Nya undur. Sebaliknya murid Kristus harus mutlak setia kepada-Nya, melebihi kesetiaan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan darah paling dekat sekalipun (ayat 37). Tidak hanya itu murid Kristus dituntut untuk menundukkan kehendak pribadinya di bawah kehendak Allah (ayat 38). Yesus menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat, karena hubungan antara murid Yesus - Yesus - Allah Bapa sangat indah dan erat. Perlakuan yang diterima oleh murid karena imannya akan dirasakan juga oleh Yesus dan Allah Bapa. Berdasarkan perlakuan yang diterima murid Yesus, Allah Bapa dapat menghukum ataupun memberkati (ayat 40-42). Hubungan ini menunjukkan betapa istimewanya dan berharganya murid Kristus di hadapan Allah. Ia rela mengidentifikasikan diri-Nya dengan murid-Nya sehingga masalah dan penderitaan murid-Nya adalah masalah dan penderitaan Allah.

Renungkan: Hai Kristen, janganlah gentar dan mundur, nyatakan kesetiaan kita kepada-Nya. Bagi Allah yang begitu setia dan menghargai kita, tidak ada persembahan yang lebih indah selain kesetiaan dan ketaatan Kristen yang mutlak kepada-Nya.

Bacaan untuk Minggu Epifania 4

Ulangan 18:15-22

I Korintus 7:32-35

Markus 1:21-28

Mazmur1

Lagu: Kidung Jemaat 450

PA 4 Matius 8:28-34

Di dunia ekonomi manusia dikategorikan sebagai aset. Konsep ini bukan meninggikan manusia, justru merendahkan manusia. Karena di dalam neraca keuangan aset adalah harta perusahaan yang dapat diperlakukan semaunya oleh pemilik perusahaan untuk menghasilkan untung besar. Manusia adalah makhluk yang sangat berharga di hadapan Allah. Yesus melalui mukjizat di Gadara menegaskan hal itu.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1 Apa makna teriakan kedua orang yang mendatangi Yesus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">29)? Berdasarkan teriakan mereka, apakah mereka bermaksud menantang-Nya ataukah untuk menyerahkan diri? Jelaskan! Kebenaran apakah yang Anda dapatkan yang berhubungan dengan Yesus?

2 Apakah Yesus menjawab teriakan mereka? Mengapa? Apakah permintaan mereka kepada Yesus (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">31)? Mengapa mereka meminta izin kepada Yesus untuk memasuki babi-babi? Berdasarkan permintaannya, apa yang diakui oleh setan-setan itu tentang Yesus?

3 Bandingkanlah dampak tindakan Yesus terhadap kedua orang itu dengan dampak perbuatan setan-setan itu terhadap mereka dan babi-babi! Berdasarkan perbandingan itu apa yang dapat Anda simpulkan tentang misi Yesus dan misi setan di dunia?

4 Bagaimana respons orang-orang setempat terhadap tindakan Yesus? Bagaimana penilaian mereka terhadap babi dan manusia? Salah satu berkat yang mereka terima dalam peristiwa keluarnya setan dari kedua orang itu adalah daerah mereka yang dulunya rawan sekarang menjadi aman (ayat dalam+pengharapan+AND+book%3A40&tab=notes" ver="">28), mengapa mereka nampaknya tidak melihat berkat ini?

5 Tak seorang pun di daerah itu yang melakukan usaha untuk menolong kedua orang itu, namun Yesus yang tidak mempunyai hubungan apa-apa dengannya justru memulihkannya. Kebenaran apa yang kita dapatkan tentang Yesus?

6 Ada manusia yang nampaknya lebih nyaman bila setan hidup bersama dengan mereka, walaupun mereka menyadari bahwa setan banyak melakukan tindakan yang merugikan. Setujukah Anda dengan pendapat ini? Jelaskan! Adakah contoh dalam masyarakat Anda yang mendukung kebenaran ini?

7 Bagaimanakah masyarakat sekarang menghargai sesamanya? Apa yang dapat kita lakukan untuk meneladani Tuhan Yesus?



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA