Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 101 - 120 dari 120 ayat untuk bertemu (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.22) (1Kor 4:14) (sh: Tegurlah daku, kau kutangkap (Sabtu, 6 September 2003))
Tegurlah daku, kau kutangkap

Ini sebenarnya skenario yang Paulus harapkan terjadi di tengah- tengah jemaat Korintus. Seperti telah kita lihat dari pasal 1 hingga 4, teguran-teguran Paulus tidak bersifat menghakimi. Paulus memberikan argumen-argumen agar jemaat Korintus mengerti alasan tegurannya. Paulus juga membujuk, menyindir dengan ironi, agar mereka tersentak, malu, dan sadar. Di sini Paulus menggunakan metafora lain untuk tujuan yang sama. Sebagai rasul yang meletakkan dasar berdirinya jemaat Korintus, Paulus menyapa mereka sebagai anak-anaknya, dan dia adalah bapak mereka (ayat 17). Relasi bapak-anak yang khas ini tidak dipunyai oleh para pengajar lain yang kemudian melayani di Korintus (bdk. 15). Atas dasar otoritas dan relasinya sebagai bapak, Paulus memberikan teguran, himbauan, nasihat, dan peringatan pendisiplinan kepada mereka.

Namun, otoritas Paulus bukanlah otoritas yang paternalistis dan menindas. Paulus bertindak berdasarkan dua motivasi. Pertama, himbauan, teguran, dan ancaman pendisiplinan Paulus didasarkan pada kasihnya sebagai bapak mereka (ayat 14). Kedua, Paulus semata bersandar pada kuasa Roh yang bekerja dalam ketaatannya kepada Allah. Itulah sebabnya Paulus memastikan rencana kedatangannya ke Korintus untuk bertemu dengan orang-orang "sombong" yang bermegah pada pengajaran hikmat yang "rohani" tetapi sebenarnya duniawi (ayat 19). Pada saat Paulus datang, Allah sendiri yang akan menyingkapkan kepalsuan kuasa kata-kata hikmat mereka.

Kasih yang murni dan kuasa yang mendayakan kehidupan Kristen menjadi sebuah kesaksian, itulah ciri sejati kehidupan manusia rohani. Kedaulatan Allah sebagai raja atas hidup hanya nyata di dalam hidup Kristen yang taat dan tidak meninggikan diri.

Renungkan: Kerohanian bukanlah sertifikat yang mengangkat seseorang menjadi penilai kerohanian orang lain. Jadilah manusia rohani sejati dengan hidup yang penuh kasih dan berkuasa.

(0.22) (Gal 1:11) (sh: Pemberita Injil sejati (Minggu, 5 Juni 2005))
Pemberita Injil sejati


Ada orang yang senang memakai perhiasan imitasi untuk bergaya. Ada juga orang lain yang senang mengimitasi tokoh terkenal. Orang seperti ini biasanya mengenal tokoh yang ditirunya sebatas lahiriah saja, artinya ia tidak tahu motivasi dan hakikat dari perilaku tokoh yang dilakoninya. Paulus bukanlah orang yang sedemikian. Ia menjadi pemberita Injil bukan dengan cara meniru para rasul pendahulunya.

Paulus sadar perkataan kerasnya di perikop sebelum ini harus didukung dengan kewibawaan rasulinya. Maka ia telah menegaskan sejak permulaan bahwa ia menjadi rasul dan pemberita Injil bukan karena kehendak manusia, melainkan karena kehendak Allah (ayat 1). Sekarang ia menegaskan bahwa sumber Injilnya bukan dari manusia, melainkan dari Allah sendiri melalui penyataan Yesus Kristus (ayat 11-12). Riwayat hidupnya membuktikan kedua hal tersebut. Pertama, ia dahulu seorang Yahudi saleh yang sekaligus penganiaya jemaat Tuhan. Namun, Tuhan yang memilih dia sejak semula, secara langsung menugaskannya untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa nonyahudi (ayat 13-16). Kedua, Paulus belajar Injil langsung dari Allah di tanah Arab, sebelum ia bertemu dengan rasul Petrus dan tokoh gereja di Yerusalem, Yakobus (ayat 17-19). Ketiga, pelayanan Paulus di seluruh daerah Siria dan Kilikia menggema sampai ke jemaat di Yudea, sehingga mereka memuliakan Allah (ayat 21-24).

Pertemuan pribadi dengan Tuhanlah yang mengubah Paulus dari penganiaya jemaat menjadi pemberita Injil sejati. Kita juga harus demikian. Jangan mengandalkan dan meniru para tokoh gereja atau pengabar Injil semata-mata. Kita boleh meneladani hal-hal yang baik dari mereka, namun hal-hal itu tidak boleh menggantikan hubungan pribadi kita dengan Tuhan dalam doa dan firman.

Renungkan: Efektivitas pemberitaan Injil tidak bergantung pada kehebatan kata-kata, tetapi pada otoritas Allah pada si pemberita Injil dan pada hidupnya yang sudah diubahkan.

(0.22) (Kol 4:5) (sh: Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (Sabtu, 14 Juli 2001))
Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama

Betapa indahnya kehidupan seorang kristen yang hidupnya transparan baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Siapa pun yang bertemu dan berinteraksi dengannya akan merasakan sentuhan kasih yang tulus dan penuh kekuatan, karena doa merupakan prioritas dalam hidupnya.

Relasi Kristen dengan Tuhan dalam doa merupakan sarana yang spesifik dan konkrit. Pertama, berdoa dengan tekun (ayat 2). Ini membutuhkan usaha dan kesabaran dalam menanti jawaban Tuhan. Di dalam doa yang tekun terkandung kesiapsiagaan terhadap musuh-musuh yang seringkali menggoyahkan ketekunan dalam berdoa, sehingga kita cepat menggerutu, mempersalahkan Tuhan, mogok berkomunikasi dengan Tuhan, dan kehilangan kerinduan hati untuk berdoa. Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa doa yang tekun adalah doa yang disertai ucapan syukur, karena apa pun dan kapan pun doanya dijawab, ia yakin bahwa semuanya kehendak Tuhan bagi kebaikannya. Kedua, sehebat apa pun seseorang tetap membutuhkan dukungan doa dari saudara seiman. Paulus menyatakan kebutuhan ini dengan satu permintaan yang spesifik (ayat 3-4). Ada tiga hal penting yang ia mohon didoakan: [1] agar Allah membuka pintu bagi pemberitaan Injil, [2] agar ia memiliki kesempatan untuk memproklamasikan Kristus, dan [3] agar presentasi tentang Injil yang disampaikan dapat dimengerti dengan jelas oleh orang-orang yang dilayaninya. Permohonan ini sangat spesifik dan relevan dengan kondisi Paulus saat itu.

Relasi dengan Tuhan akan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (ayat 5-6). Kristen memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama, dapat memanfaatkan waktu dengan baik, dan menjadi seorang komunikator yang baik: perkataannya merefleksikan anugerah Allah, membangun dan memberikan semangat orang lain, serta siap mempertanggungjawabkan hidupnya dalam situasi apa pun kepada siapa pun.

Renungkan: Hidup penuh hikmat dan dapat merefleksikan anugerah Allah adalah kehidupan Kristen yang menjaga kualitas hidup rohaninya dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa. Milikilah jam doa dan alami kuasa doa yang mengubahkan hidup Anda, sehingga aplikasi konkrit dalam relasi dengan sesama pun menjadi nyata.

(0.22) (1Tes 4:13) (sh: Kepastian tentang masa depan (Minggu, 16 November 1997))
Kepastian tentang masa depan

Tak seorang pun tahu apa yang akan terjadi di masa depan, apalagi yang akan terjadi sesudah kematian. Oleh karena itu banyak orang takut menghadapi kematian. Orang Kristen di Tesalonika malah merasa dukacita karena beberapa dari mereka telah mati. Firman Tuhan memang mengajarkan bahwa kematian adalah upah dosa dan sesudah kematian akan datang penghakiman. Jadi wajarlah bila timbul perasaan ngeri dan duka seperti itu. Namun untuk orang yang beriman dalam Kristus, sebenarnya ada kebenaran lain yang bisa memberikan kepastian dan kesukaan. Tuhan kita Yesus, telah mati dan telah bangkit (ayat 14). Orang yang mati dalam Tuhan tidak mengalami kengerian hukuman Allah, tidak juga kehilangan kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan saat Dia datang kembali. Orang yang mati dalam Tuhan akan bertemu Tuhan (ayat 14, bdk. Fil. 1:23). Dan ketika Tuhan datang kedua kali, orang beriman yang sudah mati akan dibangkitkan dan beroleh tubuh kebangkitan (ayat 16, bdk. 1Kor. 15:52).

Pengharapan mulia. Banyak orang termasuk Kristen yang takut berpikir tentang akhir zaman. Kejadian utama pada akhir zaman, yaitu kedatangan Tuhan Yesus Kristus kedua kali, adalah pengharapan utama dan mulia dalam iman Kristen. Mengapa? Karena Ia akan turun dari surga (ayat 16), berarti kita tidak hanya beriman dan berharap tetapi berjumpa langsung muka dengan muka. Lebih lagi, kita akan diubah menjadi baru seutuhnya. Tubuh kita akan diubah sehingga tubuh dan roh kita akan serasi penuh dengan kemuliaan surgawi dalam langit dan bumi baru yang akan Tuhan ciptakan ulang kelak. Lalu sesudah itu kita akan bersama-sama dengan Dia selama-lamanya. Betapa indah pengharapan tersebut. Itulah pengharapan yang pasti yang memberikan kepastian bagi kehidupan kita kini.

Renungkan: Kita sedang menjalani momen-momen sejarah yang makin jelas menyaksikan bahwa Kristus adalah Raja.

Doa: Tuhan mampukan GerejaMu menjadi umat yang ditandai oleh pengharapan, penghiburan, kepastian

(0.22) (1Ptr 2:4) (sh: Diselamatkan untuk memberkati (Sabtu, 16 Oktober 2004))
Diselamatkan untuk memberkati

Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.

Petrus menggunakan dua ilustrasi untuk menggambarkan kedua tugas kristiani tersebut. Pertama, ilustrasi batu hidup menunjuk kepada tugas pembangunan tubuh Kristus yaitu Gereja sebagai tugas kristiani pertama (ayat 5). Sebagaimana Kristus sudah menjadi batu penjuru bagi bangunan "rumah rohani" demikian juga, setiap anak Tuhan harus menjadi "batu hidup" untuk pembangunannya. Dengan demikian, Kristus adalah dasar persekutuan anak-anak Tuhan yang menjadi pengikat mereka menjadi satu. Persekutuan anak-anak Tuhan ini disebut juga imamat yang rajani. Istilah imamat yang rajani menunjuk kepada fungsi imam atau "jembatan" antara manusia dan Tuhan. Hal ini berarti setiap anak Tuhan adalah imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan Yesus. Kedua, ilustrasi bangsa yang kudus untuk mengungkapkan tugas kristiani kedua (ayat 9). Istilah bangsa yang kudus diambil dari Perjanjian Lama dan menunjuk kepada Israel yang dipilih Tuhan untuk menjadi bangsa yang dikhususkan (Kel. 19:6). Tujuannya adalah supaya Israel menjadi teladan sebuah bangsa yang hidup seturut dengan firman Tuhan, dan sekaligus menjadi saluran berkat bagi bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang sejati. Umat Tuhan pada masa kini bagaikan bangsa Israel rohani yang dikhususkan Tuhan untuk memberkati dunia ini.

Kita dipanggil untuk menjadi saksi hidup kudus dalam bentuk persekutuan imamat yang rajani (tugas pertama), dan untuk membawa setiap orang yang belum percaya bertemu dengan Tuhan Yesus dan memperoleh keselamatan (tugas kedua).

Yang kulakukan: Aku akan hidup kudus supaya dapat menjadi teladan di keluarga, pekerjaan, dan lingkunganku. Aku siap membawa mereka dan memperkenalkan Kristus kepada mereka.

(0.19) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir  pelayanan berakhir. (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir  pelayanan berakhir.

Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang    dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang    mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji.    Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang    menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan    Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua.    Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan    keberadaannya yang  terpojok (ayat 10, 14). Ia nampaknya belum    mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan    melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir    melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya    yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia    sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya    merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir    kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk    mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak    karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi    kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan    tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu    membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba-    tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih    diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa    kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri    ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu,    sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan    tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti    melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari    permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan    diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani    akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita    selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi    seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu    masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran    kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan    jalan keluar bagi krisis rohani kita.

(0.19) (2Raj 4:8) (sh: Jadilah seperti Elisa atau Gehazi (Jumat, 19 Mei 2000))
Jadilah seperti Elisa atau Gehazi

Pelayanan Elisa di kalangan masyarakat Israel terus berlanjut. Kali ini ia bertemu dengan seorang perempuan kaya, yang mampu memberi makan Elisa setiap kali Elisa melakukan perjalanan. Ia bahkan mampu membuatkan sebuah kamar batu lengkap dengan perabotannya. Dari apa yang ia lakukan, tidak hanya membuktikan bahwa ia kaya, namun juga baik hati dan penuh perhatian terhadap kepentingan orang lain.

Keadaan perempuan itu menunjukkan bahwa seakan-akan ia tidak membutuhkan apa-apa lagi. Ia tidak membutuhkan pertolongan orang lain, dan tidak kekurangan apa pun. Itulah sebabnya ketika Elisa bertanya "Apakah yang dapat kuperbuat bagimu?", perempuan itu menjawab "Aku ini tinggal di tengah-tengah kaumku" yang artinya, aku ini sudah cukup dan tidak kekurangan sesuatu pun. Apakah benar bahwa ia tidak memerlukan apa pun dari Elisa yang mewakili Allah? Ternyata tidak! Masih ada yang ia butuhkan yang ia sendiri tidak mungkin dapat memenuhinya, yaitu seorang anak, karena suaminya sudah tua. Gehazi, abdi Elisa, dengan jeli melihat kebutuhan perempuan itu - suatu kebutuhan yang oleh perempuan kaya itu sendiri sudah dilupakan atau tidak diakuinya lagi.

Allah melalui hamba-Nya, Elisa, memenuhi kebutuhan perempuan itu walaupun pada mulanya perempuan itu meragukannya. Ketika anaknya yang sudah besar itu mati mendadak, barulah perempuan kaya itu menyadari bahwa ada kebutuhan dalam dirinya yang tidak mungkin dipenuhi oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu ia pun datang kepada 'pihak' yang tepat yaitu Allah melalui hamba-Nya, Elisa. Karena dahulu Allahlah yang membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Kini ketika anaknya mati, walaupun nampaknya tidak mungkin, ia akan minta supaya anaknya dihidupkan kembali. Dan memang benar anaknya hidup kembali. Mukjizat melalui Elisa menegaskan bahwa Allahlah Sang Pemberi dan Penguasa hidup, dan inilah yang paling dibutuhkan oleh perempuan Sunem yang secara materi tidak kekurangan apa pun.

Renungkan: Masih banyak jiwa seperti perempuan Sunem yang tidak membutuhkan apa pun, namun membutuhkan kehadiran Sang Pemberi dan Penguasa hidup yaitu Yesus Kristus. Kita bisa berperan seperti Gehazi jika tidak mempunyai kemampuan berperan seperti Elisa.

(0.19) (2Raj 11:1) (sh: Yang berperan dalam hidup Anda (Kamis, 1 Juni 2000))
Yang berperan dalam hidup Anda

Cobalah Anda memikirkan siapa-siapa yang diutus oleh Allah untuk memimpin dan membimbing Anda hingga Anda seperti saat ini. Selain kedua orang tua dan saudara-saudara kandung, Anda akan dikagetkan bahwa banyak orang yang tidak mempunyai hubungan darah namun mempunyai andil besar di dalam hidup Anda. Demikian pula dengan kehidupan Yoas. Bahwa ia dapat menjadi raja dalam usia yang masih sangat muda dan harus melewati berbagai peristiwa karena ada banyak orang yang mempunyai andil besar.

Sebelum Yoas berusia satu tahun (2, 21), dia sudah menghadapi ancaman pembunuhan dari Atalya, neneknya sendiri. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh seorang bayi untuk melindungi dan mengadakan pembelaan karena ia sendiri belum menyadari adanya bahaya yang mengancam hidupnya. Namun munculah Yoseba yang berani mengambil konsekuensi kehilangan nyawanya sendiri, menculik Yoas dari tengah-tengah anak-anak raja yang akan dibunuh. Identitas Yoseba memang tidak begitu jelas. Namun sangat mungkin dia bukan anak Atalya, dia hanya saudara tiri Ahazia. Bahkan di dalam 2Taw. 22:11, dia disebut sebagai istri imam Yoyada. Ini berarti Yoyada rela menanggung risiko yang besar tanpa pamrih sedikit pun.

Selain Yoseba, peran inang penyusu Yoas juga tidak kecil. Bayangkan dia harus menyertai Yoas di dalam persembunyian. Ia harus hidup dalam kekuatiran dan ketakutan selama 6 tahun. Sebaliknya ia pun mengalami godaan untuk memperkaya diri ataupun mendapatkan pahala bagi diri sendiri jika ia melapor ke Atalya. Namun ia tetap bertahan untuk memelihara Yoas kecil. Selain kedua perempuan pemberani itu, ada peran Yoyada. Sebagai imam, ia telah memimpin kudeta terhadap Atalya dan menghancurkan rumah Baal bahkan membunuh imamnya dan kemudian menobatkan Yoas menjadi raja. Jadi ada 2 kelompok yang sangat berperan dalam hidup Yoas. Kelompok pertama, merebutnya dari kematian dan memelihara kehidupannya. Kelompok kedua, mempersiapkan dan memperlengkapi segala sesuatu hingga Yoas tanpa bersusah payah dapat menduduki takhta.

Renungkan: Siapa-siapa yang berperan hingga Anda dapat bertemu Kristus dan terus bertumbuh dan menjadi dewasa di dalam-Nya? Kristus telah memakai mereka menjadi bagian dalam kehidupan Anda.

(0.19) (Neh 12:27) (sh: Sumber kesukacitaan (Rabu, 29 November 2000))
Sumber kesukacitaan

Nas Alkitab kita hari ini mengisahkan suatu fakta bahwa pentahbisan tembok Yerusalem merupakan kesempatan untuk perayaan yang penuh dengan sukacita. Ketika 2 paduan suara yang besar berarak dari arah yang berlawanan untuk bertemu di depan bait Allah (31-39), seluruh rakyat Israel bersuka cita karena Allah memberi mereka kesukaan yang besar (43).

Ada 2 sumber kesukacitaan bagi bangsa Israel pada waktu itu. Pertama, sesuatu yang tampak mata dan eksternal. Umat Allah telah berhasil membangun kembali tembok Yerusalem. Hasil yang tampak mata ini tidak hanya memuliakan Allah pemilik kota Yerusalem, namun juga mengangkat harkat dan martabat Israel sebagai sebuah bangsa. Mereka tidak lagi disepelekan dan dihina oleh bangsa-bangsa tetangga mereka yang menyadari bahwa keberhasilan Israel adalah karena bantuan Allah (lihat 6:16). Kita sekarang juga hidup di dunia yang mengagungkan materi sebagai simbol keberhasilan. Keberhasilan materi yang kita dapatkan hendaknya tidak hanya membuat mata orang lain terbuka akan keterlibatan Allah dalam dunia ini namun juga harus memberikan kesaksian tentang iman kita kepada orang lain. Kita memang berhak bersukacita atas keberhasilan materi. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita tetap mengakui Allah sebagai sumber keberhasilan dan mempersembahkan setiap keberhasilan kita kepada-Nya. Kedua, sumber terdalam dan terbesar bagi kesukacitaan orang Israel mengalir dari dalam diri mereka dan bersifat rohani. Israel sudah mengakui dosa-dosa mereka dan sudah berkomitmen ulang untuk melayani Allah. Ada kekayaan rohani yang mereka nikmati. Ini merupakan bukti bahwa mereka memiliki hubungan yang benar dan dekat dengan Allah.

Renungkan: Sama seperti bangsa Israel, sumber sukacita yang terbesar bagi Kristen di sepanjang segala zaman haruslah bersifat rohani. Persekutuan yang dekat dan benar dengan Allah hendaklah menjadi sumber kesukacitaan kita. Apabila hubungan kita dengan Allah terjalin dengan indahnya, berkat materi yang sering dianggap sebagai bukti penyertaan-Nya menjadi kurang penting bagi kita. Hubungan kita dengan Allah tetap terjalin dengan indah dan kita tetap dapat bersukacita meski segala sesuatu yang ada di lingkungan tampak hancur berantakan dan tidak mendukung kita.

(0.19) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.19) (Mat 14:13) (sh: Pemahaman awal yang membatasi pengenalan selanjutnya (Sabtu, 10 Februari 2001))
Pemahaman awal yang membatasi pengenalan selanjutnya

Kadang-kadang pertemuan pertama dengan seseorang memberikan penilaian tertentu dan tidak jarang membuat kita malas mengadakan pertemuan selanjutnya. Sebaliknya bila pertemuan awal dengan seseorang memberikan kesan positif, membuat kita begitu antusias untuk mengadakan pertemuan demi pertemuan selanjutnya. Para murid telah bertemu dan bersama Yesus beberapa lamanya, tetapi masih memiliki pemahaman awal sehingga membatasi pengenalan selanjutnya. Para murid masih mengenal- Nya sebagai Guru, manusia biasa.

Yesus ingin para murid-Nya semakin mengenal-Nya, bukan hanya sebagai Guru, tetapi sebagai Anak Manusia dan Mesias yang dinantikan.

Pertama, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan bagi kebutuhan jasmani sehari-hari (ayat 17-21). Sebelumnya murid-murid mengenal-Nya sebagai Guru yang berkuasa atas segala penyakit. Mereka tidak pernah mengira bagaimana Yesus dapat melipatgandakan 5 roti dan 2 ikan sehingga memuaskan beribu-ribu orang. Pemahaman awal bahwa Yesus hanya sebagai Tabib telah membatasi para murid untuk menyerahkan 5 roti dan 2 ikan pada kuasa Yesus.

Kedua, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah yang berkuasa atas alam (ayat 25-33). Ketika mereka berada di tengah kegelapan malam, di tengah ombak angin sakal, mereka terkejut dan sangat ketakutan melihat Seorang berjalan di atas air. Pemahaman mereka bahwa setan yang biasa melakukan hal-hal yang supranatural telah membatasi pengenalan mereka akan Yesus. Tak seorang murid pun mengenali Yesus. Baru setelah Yesus menyatakan diri-Nya, maka semuanya tenang.

Ketiga, Yesus menyatakan bahwa hanya bersama Dia maka mereka dapat mengatasi ketakutan, kekuatiran, dan pergumulan hidup. Petrus mulai tenggelam ketika mengalihkan perhatiannya bukan lagi kepada Yesus tetapi kepada gelombang, sehingga merasakan bahwa ia sendirian menghadapi tiupan angin dan gelombang.

Pengenalan akan Yesus seharusnya merupakan proses yang dinamis, bila kita tidak membatasinya dengan pemahaman awal yang salah. Tidak ada sesuatu pun yang mustahil bagi-Nya dari dulu, kini, dan selama- lamanya. Ia adalah Allah yang dinamis, yang tidak terbatas, yang selalu baru, dan yang kekal. Renungkan: Pemahaman-pemahaman awal apakah yang seringkali membatasi pengenalan kita akan Dia?

(0.19) (Mat 21:12) (sh: Kegagalan rohani: hidup tapi mati! (Selasa, 27 Februari 2001))
Kegagalan rohani: hidup tapi mati!

Di sebuah gereja, ada pemudi Kristen yang sangat rajin beribadah dan melayani Tuhan, sepertinya tidak sedikit pun noda dalam pelayanannya. Banyak orang mengira bahwa ia adalah seorang Kristen yang dekat dengan Tuhan. Ternyata apa yang nampak di luar tidak selalu mencerminkan apa yang ada di dalam. Baginya terlebih penting melayani daripada persekutuan pribadi dengan Tuhan. Sekian tahun ia melayani, tetapi mengalami kegagalan rohani, karena ia hanya melayani dirinya sendiri.

Dua perikop yang kita baca mencerminkan betapa kerasnya Yesus menegur segala macam bentuk kegagalan rohani. Pertama, Bait Allah, tempat umat- Nya berdoa dan bertemu Allah, telah mereka jadikan tempat perdagangan yang menghasilkan untung. Mereka bukan sekadar menyalahgunakan fungsi Bait Allah sebagai tempat berdagang, tetapi kemarahan- Nya yang sedemikian meluap dikarenakan umat-Nya yang seharusnya menjaga kekudusan dan kekhidmatan rumah Allah telah menggeser: tujuan bagi Allah menjadi tujuan bagi manusia. Bait Allah adalah rumah yang disediakan bagi umat untuk memprioritaskan Allah, tetapi mereka telah menjadikan tempat untuk memprioritaskan materi. Dua respons yang bertolakbelakang: respons orang buta dan orang timpang, dan respons imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat (ayat 14-16) mencerminkan bagaimana keadaan saleh tampak luar tidak menjamin kemurnian hati mereka meresponi pekerjaan Allah. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat hidup dalam kebenaran mereka sendiri, sehingga hati mereka dipenuhi kejengkelan menyaksikan mukjizat Allah.

Hal yang kedua, Yesus mengutuk pohon ara yang hanya menghasilkan daun-daun dan tidak menghasilkan buah. Apa gunanya daun tanpa buah? Manakah yang dinikmati orang: daun atau buah? Yesus menggunakan contoh ini untuk menegur orang-orang Yahudi yang mengaku sebagai umat Tuhan tetapi tidak mengalami persekutuan dengan Tuhan. Apa gunanya nampak saleh jikalau rohaninya mati? Jikalau Tuhan berkunjung ke rumah Kristen, ke gereja, ke kantor dimana Kristen berada, adakah Ia pun kecewa karena hanya menemukan daun dan bukan buah? Renungkan: Kristen yang tidak memprioritaskan persekutuan dengan Tuhan akan mengalami kegagalan rohani, walaupun nampaknya hidup, pada hakikatnya mati.

(0.19) (Luk 5:12) (sh: Misi kepada pribadi dan komunitas (Rabu, 5 Januari 2000))
Misi kepada pribadi dan komunitas

Banyak penderita kusta kita temui, tidak hanya di zaman Tuhan Yesus, di zaman PL pun sudah ada. Pada umumnya kita merasa ngeri dan berusaha menghindari si penderita kusta, karena takut tertular. Penyakit ini sangat mengerikan karena si penderita lambat laun akan kehilangan bagian-bagian tubuhnya, terutama jari kaki dan tangannya. Itulah sebabnya mereka hidup terisolasi, tidak boleh berada di tengah masyarakat.

Dalam perikop yang kita baca, kita melihat bagaimana sikap Yesus terhadap orang yang berpenyakit kusta ini. Ketika orang ini datang dengan satu tujuan ingin disembuhkan, ia memberanikan diri masuk kota untuk bertemu dengan Yesus. Tampak sekali bagaimana sikap dan permohonannya kepada Yesus yang amat sangat menaruh pengharapan. Tetapi sama sekali tidak memaksa. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendakYesus. Yesus mengulurkan tangannya dan menyentuhnya, artinya Ia menyatakan perhatian dan wujud misi pembebasan-Nya, sehinggga si penderita kembali dipulihkan, baik fisik, sosial, psikis, dan rohaninya. Ia harus memperlihatkan kepada imam, sebagai pengesahan kesembuhannya. Lengkaplah sudah pemulihan yang Yesus kerjakan dalam dirinya.

Dalam kejadian selanjutnya, Yesus juga menyentuh dan memenuhi kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Yesus mengetahui iman keempat orang teman yang mengusung si lumpuh, yang tampak dari kegigihan mereka membawa si lumpuh ke hadapan Yesus. Misi-Nya kepada pribadi menjawab kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Si lumpuh dapat berjalan kembali dan teman-temannya pun mendapatkan sukacita besar karena berpengharapan akan kesembuhan temannya terkabulkan.

Bagaimana dengan orang Farisi dan ahli Taurat serta orang banyak? Sesungguhnya Yesus juga menyatakan misi pelayanan-Nya bagi mereka, tetapi orang Farisi dan ahli Taurat tetap mengeraskan hati. Kebenaran dan penyataan diri sudah didemonstrasikan-Nya, baik melalui pengajaran akan kebenaran-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang mau terbuka dan percaya kepada kebenaran-Nya, mereka memuliakan Allah.

Renungkan: Misi Yesus kepada pribadi dan komunitas. Bagi yang percaya akan menerima berkat dan kuasa-Nya, tetapi bagi yang mengeraskan hati, tidak akan menerima apa pun dari-Nya.

(0.19) (Luk 9:1) (sh: Pelayanan dan harga yang harus dibayar (Jumat, 21 Januari 2000))
Pelayanan dan harga yang harus dibayar

Melayani memiliki risiko. Risiko menghadapi orang banyak dengan berbagai latar belakang, tantangan, atau penolakan. Kemungkinan pelayanan membawa kita pada penderitaan karena ditolak. Tuhan Yesus tidak memberikan proteksi khusus agar kita dapat melakukan segala pekerjaan-Nya dengan mulus tanpa tantangan. Ketika Tuhan Yesus memanggil kedua belas murid-Nya untuk diutus, Ia tahu bahwa murid-murid akan menghadapi banyak masalah. Orang-orang yang menderita berbagai penyakit, kerasukan setan, orang-orang yang menolak berita yang mereka kabarkan akan dihadapi mereka. Selain menghadapi tantangan, murid-murid pun perlu menggumuli kebutuhan hidup mereka. Pemenuhan kebutuhan mereka tergantung sepenuhnya dari orang-orang yang menyambut kehadiran dan mempercayai berita mereka. Mencukupkan diri dalam segala kondisi dan situasi adalah hal yang harus mereka atasi. Semua ini adalah harga yang harus mereka bayar sebagai utusan Yesus.

Diutus dan diperlengkapi dengan kuasa dan tenaga, itulah yang terjadi atas murid-murid. Medan pelayanan begitu berat, maka Yesus memberikan kepada mereka kuasa dan tenaga. Dengan kuasa dan tenaga dari Yesus, murid-murid mampu mengatasi berbagai masalah dan tantangan. Karena itu tatkala berita Kerajaan Allah disebarluaskan ke seluruh wilayah, orang-orang sakit disembuhkan dan orang-orang yang dirasuki setan dilepaskan. Kuasa dan tenaga yang dikaruniakan kepada murid-murid membuat berita Kerajaan Allah dan pewujudan kuasa Kerajaan Allah dialami oleh banyak orang. Berita ini tersebar ke segala wilayah bahkan sampai ke istana Herodes.

Banyak orang bertanya-tanya siapakah Yesus yang menjadi pusat berita murid-murid. Herodes pun sempat mencemaskan ketenaran Yesus dan membuat ia ingin bertemu. Inilah keberhasilan murid- murid. Bukan diri mereka yang diberitakan, bukan ketenaran diri yang mereka cari, tetapi Yesus pusat berita Kerajaan Allah, yang memberi mereka kuasa dan tenaga itulah yang dberitakan.

Renungkan: Kekerasan hati manusia, tantangan, rintangan, masalah, penyakit, dan kuasa setan hanya bisa diatasi dengan kuasa dan tenaga dari Kristus Yesus. Sebagai utusan Yesus Kristus, kita perlu diperlengkapi dengan kuasa dan tenaga dari Dia.

(0.19) (Luk 10:21) (sh: Tiga prinsip penting.   (Selasa, 21 Maret 2000))
Tiga prinsip penting.  

Kristus datang ke dunia membawa ajaran yang kedengarannya aneh dan saling bertentangan satu    dengan yang lain. Namun sesungguhnya ajaran-Nya itu indah, kaya,    dan dinamis. Di dalam ajaran Yesus itu selalu termanifestasikan    bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya dan kasih-Nya selalu sebagai    poros. Ada tiga prinsip penting dalam ajaran-Nya: sikap taat dan    bersyukur, kasih, dan memberikan prioritas yang benar kepada    Allah.

Dalam hal taat dan bersyukur, Yesus sudah memberikan teladan-    Nya ketika Ia bergembira dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada    Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ia melihat keadaan-Nya dari    perspektif kedaulatan Allah dan rencana-Nya yang agung. Sikap    Yesus memberikan suatu teladan bahwa kedaulatan Allah bukan    untuk dipertanyakan atau diresponi negatif, namun untuk ditaati    dan disyukuri. Dalam hal kasih,  Ia memberikan contoh dalam    bentuk kisah orang Samaria yang baik hati. Padahal sebelumnya,    Ia berpesan secara keras kepada tujuhpuluh murid agar    mengebaskan debu suatu kota yang melekat pada kaki, jika orang-    orang di dalamnya menolak. Namun apabila orang-orang yang telah    memusuhinya membutuhkan bantuannya, maka haruslah ditolong    dengan sepenuh hati seperti yang telah ditunjukkan kisah orang    Samaria.  Kasih harus dinyatakan kepada semua orang walaupun    berbeda agama, namun ini tidak berarti bahwa perbedaan agama    tidak menjadi soal sejauh kita saling mengasihi. Yesus sudah    menunjukkan kasih yang demikian juga.

Yesus kembali mengajar tentang prioritas ketika ia mengoreksi    apa yang tidak tepat dalam diri Marta. Saat itu Ia sedang dalam    perjalanan ke Yerusalem untuk disalibkan dan ini berarti bahwa    Maria dan Marta tidak akan mempunyai banyak waktu lagi untuk    bertemu dengan-Nya. Karena itu Yesus menuntut Maria dan Marta    memberikan waktu yang terbanyak bagi persekutuan mereka bertiga.    Dengan kata lain Marta harus tahu kapan harus melayani dan kapan    harus berdiam diri di hadapan-Nya.

Renungkan: Di zaman ini nampaknya ketiga hal di atas merupakan    nilai-nilai atau sikap yang sudah langka. Karena kekuasaan dan    kekuatan selalu dihubungkan dengan kekayaan, kemewahan, dan    fasilitas. Kasih selalu dihubungkan dengan siapa dan darimana    orang yang akan kita kasihi. Kemudian kesibukan pelayanan    menggantikan jam doa, jam PA, dan mungkin jam ibadah Minggu.

(0.19) (Luk 13:22) (sh: Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya. (Selasa, 28 Maret 2000))
Hati-hati 'Gede Rasa' rohani sangat berbahaya.

Ada seorang Kristen yang merasa senang sekali karena akan berjumpa dengan    Bapak X yang sekarang sudah menduduki posisi nomer satu dalam    sebuah sekolah teologia. Ia ingin segera bertemu dan berbincang-    bincang dengan Bapak tersebut. Beberapa tahun lalu Bapak X ini    pernah menginap di rumahnya ketika masih berstatus sebagai    seorang mahasiswa. Namun, apakah yang terjadi ketika berjumpa?    Bapak X menyambutnya dengan dingin, seakan-akan tidak pernah    mengenal orang tersebut. Ketika diingatkan bahwa ia pernah tidur    di rumahnya, Bapak X hanya berkata bahwa ia lupa. Betapa malunya    orang  tersebut.

Walaupun tidak persis sama, kisah nyata di atas dapat    memberikan gambaran lebih lanjut betapa pentingnya pengenalan    dan hubungan pribadi di antara dua pihak, seperti yang    diutarakan oleh Yesus dalam perumpamaan-Nya (ayat 22-30).  Merasa    kenal dan merasa dekat, tidaklah cukup untuk menyatakan bahwa    dua pribadi itu saling mengenal  (ayat 26). Hal ini dialami oleh    orang yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam pesta perjamuan.    Perumpamaan ini menggambarkan bahwa "gede rasa" rohani sangat    berbahaya. Kita seringkali mengira bahwa dengan melakukan banyak    pelayanan Gerejawi, atau mendengarkan khotbah tiap hari Minggu,    atau mengikuti PA di gereja, sudah membawa kita pada hubungan    pribadi dengan Yesus. Itu adalah 'gede rasa' rohani dan tidak    cukup membawa kita kepada keselamatan kekal. Kita perlu menerima    Yesus secara pribadi dan menjalin hubungan pribadi dengan-Nya    agar kita semakin mengenal kehendak-Nya.

Pengenalan pribadi penting, karena pengenalan yang salah akan    membuat seseorang memiliki persepsi yang salah tentang pihak    yang merasa dikenal. Herodes memiliki pengenalan yang salah    tentang Yesus, sehingga membuatnya memiliki persepsi yang salah.    Ia berpikir bahwa Yesus ada untuk membangun kekuatan politik dan    akan merongrong kekuasaannya atau pun untuk membuat kekacauan di    daerah kekuasaan-nya. Itulah sebabnya ia ingin membunuh-Nya.

Renungkan:  Mengenal Kristus secara pribadi dan benar bukanlah    perkara mudah, karena kriteria pengenalan itu ditentukan oleh    Dia sendiri. Kadar pengenalan kita terhadap Dia akan menentukan    tindakan dan sikap kita terhadap-Nya.

(0.19) (Yoh 5:1) (sh: Di mana ungkapan syukur itu? (Sabtu, 5 Januari 2002))
Di mana ungkapan syukur itu?

Di Yerusalem Tuhan Yesus bertemu dengan seorang yang lumpuh. Meski namanya tidak diberi tahu, namun keadaannya secara rinci diungkapkan. Ia telah lumpuh selama 38 tahun (ayat 5). Tidak jelas ia lumpuh sejak lahir atau sesudahnya. Jadi, kita tidak tahu apakah saat itu ia berusia 38 tahun atau sudah lebih tua. Lamanya ia menderita lebih penting ketimbang usianya.

Menderita 38 tahun bukanlah singkat. Ia sudah putus asa. Ia tidak hanya menderita secara fisik, tetapi juga secara sosial. Ia hidup sendiri. Ia tidak memiliki teman yang memperhatikannya atau menolongnya (ayat 7). Suatu penderitaan yang luar biasa! Ketika Tuhan Yesus menyapanya dan menawarkan kesembuhan, segera terungkap keputusasaannya dan kesendiriannya. Ia tidak mengharapkan Yesus mampu menyembuhkannya. Tetapi, Tuhan Yesus menyembuhkannya (ayat 8). Sekarang ia bisa berjalan. Tidak lumpuh lagi (ayat 9). Namun, kita kecewa kepadanya. Ia lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus. Mungkinkah ia terlalu gembira sehingga lupa berterima kasih? Tetapi, ketika para pemimpin agama menuduhnya melanggar perbuatan yang dilarang pada hari Sabat karena mengangkat tilam, ia membela diri (ayat 10). Ia balik menuduh Tuhan Yesus sebagai sumber pelanggaran ini (ayat 11). Ia tidak hanya lupa berterima kasih kepada Tuhan Yesus, tetapi menjadikan Tuhan Yesus sebagai kambing hitam.

Ia tidak peduli pada Tuhan Yesus yang menyembuhkannya (ayat 13). Tetapi, Tuhan Yesus tidak membuangnya. Ia mencarinya. Mengapa? Karena Tuhan Yesus mengasihinya. Kala Tuhan Yesus memperingatkannya agar jangan berbuat dosa lagi, sebenarnya Ia sedang mengundangnya untuk percaya kepada-Nya (ayat 14). Tidak percaya kepada Yesus adalah dosa. Jika tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus, maka hukuman akan datang. Hukuman ini lebih dahsyat daripada kelumpuhan yang dialami oleh orang itu selama 38 tahun. Orang yang tidak percaya kepada Yesus adalah orang yang terasing. Ia terasing dari hadirat Allah. Ini adalah penderitaan yang dahsyat sekali. Bagaimana respons orang lumpuh yang disembuhkan ini? Ia tidak peduli dengan tawaran dan undangan Tuhan Yesus (ayat 15). Ia tetap tidak mau percaya kepada-Nya.

Renungkan: Mengalami mukjizat penyembuhan dari Tuhan Yesus tidak secara otomatis melahirkan iman pada Yesus.

(0.19) (Yoh 12:27) (sh: Bapa muliakanlah nama-Mu (Jumat, 8 Maret 2002))
Bapa muliakanlah nama-Mu

Mengapa harus ada permohonan Yesus seperti itu kepada Bapa-Nya? Apakah selama ini Ia tidak memuliakan nama Bapa di surga? Ungkapan ini diucapkan saat Ia sangat terharu. Saatnya hampir tiba (ayat 28). Saat kematian-Nya makin dekat. Semua itu harus Ia jalankan, lakukan demi kehendak Bapa-Nya. Sangat sulit rasanya mengungkapkan kesedihan dan keharuan Yesus. Justru pada saat yang mengerikan itu Ia mengucapkan kata-kata ini sebagai bukti kesiapan-Nya melakukan kehendak Bapa. Percakapan Yesus dengan kedua murid-Nya dapat diartikan sebagai jawaban atas kerinduan orang Yunani untuk bisa berjumpa dengan-Nya.

Di tengah-tengah percakapan yang serius itu, terdengarlah suara dari surga: “Aku telah memuliakan-Nya dan Aku akan memuliakan lagi.” Suara Bapa ini menjawab ucapan Yesus, “Bapa muliakanlah nama-Mu.” Hubungan Bapa dan Anak di sini jelas sangat dekat dan harmonis. Suara dari surga itu dapat didengar oleh telinga jasmani orang banyak, termasuk orang-orang Yunani (ayat 28). Hal ini terjadi supaya orang banyak itu percaya apa yang dikatakan Yesus kepada mereka, termasuk orang-orang Yunani yang rindu bertemu dengan-Nya (ayat 29-30). Tetapi, reaksi terhadap suara dari surga itu ternyata tidak sama. Ada yang mengatakan seperti bunyi guntur, juga ada yang mengatakan seperti malaikat yang berbicara kepada- Nya. Sebagian besar tetap saja tidak paham, terutama sesudah Yesus kembali berbicara tentang kematian-Nya (ayat 33-34).

Salib melambangkan penghakiman atas penguasa dunia karena iblis dikalahkan dan kasih Allah dinyatakan oleh ketaatan Yesus (ayat 31-33). Prinsip ini sangat penting. Saat peninggian salib akan menarik banyak orang datang kepada-Nya. Maksudnya kematian Yesus di atas kayu salib mendatangkan berkat bagi banyak orang. Ucapan- ucapan ini tidak dapat dipahami oleh orang banyak, dan mungkin juga oleh para murid-Nya sendiri. Ini terbukti mereka bingung dengan pernyataan itu (ayat 34-35). Atas permintaan agar Yesus bicara lebih jelas, Ia tidak meladeni. Terang telah bersinar. Yang mereka perlukan bukan lebih banyak penjelasan dan tanda, tetapi menentukan sikap.

Renungkan: Masihkah ada kegelapan tersisa dalam hidup Anda yang belum disoroti oleh terang Injil Kristus?

(0.19) (Ibr 12:18) (sh: Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat? (Rabu, 10 Mei 2000))
Mengapa tuntutan hidup sebagai umat Allah berat?

Ketika bangsa Israel berkumpul di gunung Sinai untuk menerima 10 Hukum Taurat, kilat dan petir menyambar-nyambar dan bunyi guntur berguruh secara mengerikan. Bangsa Israel segera mundur dan tidak mampu menghampiri hadirat-Nya karena ketakutan yang luar biasa. Mengapa mereka tidak mampu dan takut? Dosa merekakah yang telah membuat mereka tidak mampu dan takut akan hadirat Allah?

Betapa berbedanya keadaan di Bukit Zion, gunung anugerah Allah dimana umat manusia dipanggil untuk datang ke hadirat Allah dengan penuh keberanian. Namun penerima surat Ibrani sedang dalam bahaya karena mereka berkeinginan untuk kembali ke Sinai. Mereka memilih sistem pengorbanan yang tidak sempurna daripada pengorbanan Kristus yang sekali dan untuk selamanya, memilih legalisme yang sia-sia daripada Injil kasih karunia. Di Bukit Zion, Kristen bertemu dengan Yesus sang Pengantara. Melalui-Nya Kristen dimampukan untuk mendatangi hadirat Allah dan mengalami hubungan yang akrab dan intim. Kristen tidak tiba pada perbatasan waktu dan kekekalan. Di dalam Yesus kekekalan sudah menginvasi waktu. Kristen telah tiba pada tujuan hidup yang kekal dan penuh kemuliaan. Itu semua hanyalah 'impian' dari bangsa Israel yang hidup pada masa Perjanjian Lama.

Namun ada tuntutan yang harus dibayar oleh Kristen yang sudah mendapatkan anugerah yang luar biasa. Yaitu janganlah kita menolak Dia yang berbicara langsung dari surga, karena mereka yang menolak Allah yang berbicara dari bumi saja menerima hukuman yang mengerikan. Jika kita tidak mau mengikuti-Nya, jika kita tidak mengasihi-Nya, dan jika kita tidak berserah kepada-Nya, apa artinya? Tidak ada kesempatan emas untuk kedua kali. Kelak Allah akan menggoncangkan langit dan bumi hingga musnah, sebab seluruh alam semesta ini bukanlah realita yang sesungguhnya. Hanya kerajaan-Nya dimana Kristus sebagai Tuhan dan Rajanya, terdapat realita yang sesungguhnya.

Renungkan: Karena itu hai Kristen berhati-hatilah, jangan sampai Anda 'menolak' Dia yang Anda begitu kenal ketika Ia berbicara melalui firman-Nya. Jika mereka yang tidak begitu mengenal Dia dihukum karena menolak firmanNya, betapa penghukuman yang lebih besar akan menimpa Anda, karena Anda mengenal Dia begitu akrab dan intim.

(0.11) (Kis 12:5) (full: JEMAAT. )

Nas : Kis 12:5

Baik dari kitab Kisah Para Rasul maupun nas lainnya dalam PB kita memperoleh pengertian mengenai norma atau patokan-patokan yang diterima gereja PB.

  1. 1) Yang pertama dan utama ialah bahwa suatu gereja akan terdiri atas orang-orang yang dibentuk dalam jemaat setempat dan dipersatukan oleh Roh Kudus, yang dengan tekun mencari suatu hubungan pribadi dengan Allah dan Tuhan Yesus Kristus (Kis 13:2; 16:5; 20:7; Rom 16:3-4; 1Kor 16:19; 2Kor 11:28;

    lihat cat. --> Ibr 11:6).

    [atau ref. Ibr 11:6]

  2. 2) Melalui kesaksiannya yang berkuasa, orang berdosa akan diselamatkan, dilahirkan kembali, dibaptiskan dalam air dan dijadikan anggota jemaat; mereka akan mengambil bagian dalam Perjamuan Kudus dan menantikan kedatangan Kristus (Kis 2:41-42; 4:33; 5:14; 11:24; 1Kor 11:26).
  3. 3) Baptisan dalam Roh Kudus akan diberitakan dan disampaikan kepada orang percaya yang baru

    (lihat cat. --> Kis 2:39)

    [atau ref. Kis 2:39]

    serta kehadiran dan kuasa Roh akan dinyatakan.
  4. 4) Karunia-karunia Roh Kudus bekerja (Rom 12:6-8; 1Kor 12:4-11; Ef 4:11-12), termasuk tanda-tanda ajaib dan mukjizat-mukjizat serta penyembuhan (Kis 2:18,43; 4:30; 5:12; 6:8; 14:10; 19:11; 28:8; Mr 16:18).
  5. 5) Allah memberikan kepemimpinan rangkap lima kepada gereja "untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan" (Ef 4:11-12;

    lihat art. KARUNIA-KARUNIA PELAYANAN GEREJA).

  6. 6) Orang percaya akan mengusir setan (Kis 5:16; 8:7; 16:18; 19:12; Mr 16:17).
  7. 7) Akan ada kesetiaan penuh kepada Injil, yaitu, ajaran asli Tuhan Yesus dan para rasul (Kis 2:42;

    lihat cat. --> Ef 2:20).

    [atau ref. Ef 2:20]

    Umat akan dengan tekun mempelajari dan menaati Firman Allah (Kis 6:4; Kis 18:11; Rom 15:18; Kol 3:16; 2Tim 2:15).
  8. 8) Pada hari pertama dari setiap minggu (Kis 20:7; 1Kor 16:2), jemaat lokal akan bertemu untuk berbakti serta membangun diri bersama melalui Firman Allah dan penyataan-penyataan Roh (1Kor 12:7-11; 1Kor 14:26; 1Tim 5:17).
  9. 9) Gereja akan berada di hadapan Allah yang kudus dengan kerendahan hati, kegentaran, dan kekaguman (Kis 5:11). Umat akan sangat memperhatikan kesucian gereja, sambil mendisiplinkan anggota yang berdosa dan guru-guru palsu yang tidak setia kepada iman alkitabiah (Kis 20:28; 1Kor 5:1-13;

    lihat cat. --> Mat 18:15).

    [atau ref. Mat 18:15]

  10. 10) Mereka yang bertekun dalam sifat kesalehan dan patokan-patokan kebenaran yang ditetapkan para rasul akan ditahbiskan sebagai penatua untuk menilik jemaat-jemaat lokal sambil memelihara kehidupan rohani mereka

    (lihat cat. --> Mat 18:15;

    [atau ref. Mat 18:15]

    1Kor 5:1-5; 1Tim 3:1-7; Tit 1:5-9;

    lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).

  11. 11) Demikian pula, gereja akan mempunyai para diaken yang bertanggung jawab atas berbagai urusan sekular dan jasmani

    (lihat cat. --> 1Tim 3:8).

    [atau ref. 1Tim 3:8]

  12. 12) Di antara anggota-anggota jemaat akan tampak kasih dan persekutuan dalam Roh (Kis 2:42,44-46;

    lihat cat. --> Yoh 13:34),

    [atau ref. Yoh 13:34]

    bukan saja dalam jemaat lokal, tetapi juga antara jemaat-jemaat lain yang percaya Alkitab (Kis 15:1-31; 2Kor 8:1-8).
  13. 13) Gereja akan menjadi gereja yang berdoa dan berpuasa (Kis 1:14; Kis 6:4; 12:5; 13:2; Rom 12:12; Kol 4:2; Ef 6:18).
  14. 14) Orang percaya akan memisahkan diri dari pendapat dunia dan roh duniawi yang berlaku dalam kebudayaan di sekitarnya (Kis 2:40; Rom 12:2; 2Kor 6:17; Gal 1:4; 1Yoh 2:15-16).
  15. 15) Akan ada penderitaan karena dunia serta cara hidupnya (Kis 4:1-3; Kis 5:40; 9:16; 14:22).
  16. 16) Gereja akan menolong secara aktif mengirim misionaris ke negara lain (Kis 2:39; 13:2-4). Tidak ada satu pun gereja lokal yang berhak menyebutkan dirinya gereja menurut norma PB kecuali ada usaha untuk menjalankan keenam belas sifat ini dalam sidangnya.

    Lihat art. GEREJA

    untuk pembahasan selanjutnya mengenai doktrin alkitabiah gereja.


TIP #34: Tip apa yang ingin Anda lihat di sini? Beritahu kami dengan klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA