Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 19 dari 19 ayat untuk berbohong [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Yeh 33:31) (endetn: berbohong)

diperbaiki menurut terdjemahan Junani. Tertulis: "nafsu2 berahi".

(0.60) (Hos 7:13) (ende)

Mereka berbohong kepada Jahwe, sebab tidak pertjaja bahwa penebus itu daripada Dia asalnja. Mereka lebih suka pertjaja pada Ba'al.

(0.50) (Mrk 14:71) (full: MENGUTUK DAN BERSUMPAH. )

Nas : Mr 14:71

Petrus menegaskan apa yang dikatakannya dengan suatu sumpah serta kutukan yang kiranya dikenakan Allah kepadanya seandainya dirinya berbohong.

(0.40) (1Raj 13:18) (jerusalem: berbohong kepadanya) Yaitu dengan maksud menguji "abdi Allah" itu. Ceritera berikutnya mempunyai nada kerakyatan yang kentara. Ia mengandung ajaran ini: Manusia secara mutlak mesti mentaati perintah Allah. Abdi Allah itu salah dengan meragu-ragukan perintah yang telah diterimanya. Kalaupun seorang malaikat memberi perintah lain, ia tidak boleh menyisihkan perintah Allah, bdk Gal 1:8.
(0.35) (2Sam 1:10) (full: AKU ... MEMBUNUH DIA. )

Nas : 2Sam 1:10

Orang Amalek itu berbohong mengenai cara Saul menemui ajalnya (lih. kisah sebenarnya dalam 1Sam 31:3-6). Orang ini sedang mencari nama dan perkenan dari Daud, tetapi kisah yang dikarangnya justru mengakibatkan kematiannya (ayat 2Sam 1:15).

(0.30) (Bil 30:2) (full: BERNAZAR ATAU BERSUMPAH. )

Nas : Bil 30:2

Pasal ini menjelaskan bahwa Allah menuntut agar umat-Nya memenuhi janji mereka kepada-Nya dan kepada orang lain. Melalui hukum-hukum ini Allah menekankan kepada mereka betapa seriusnya suatu sumpah atau nazar, dan Dia menekankan bahwa ketidaksungguhan, berbohong, dan kemunafikan tidak ada tempat di kalangan umat Allah. Akan tetapi, disediakan peraturan-peraturan khusus mengenai sumpah gegabah dari kaum muda (ayat Bil 30:3-5) dan sumpah yang mempengaruhi hubungan suami dengan istri atau ayah dengan putrinya.

(0.30) (Ibr 6:9) (full: SESUATU YANG LEBIH BAIK. )

Nas : Ibr 6:9-20

Penulis merasa yakin bahwa para pembaca belum masuk ke dalam kemurtadan yang digambarkan dalam ayat Ibr 6:4-8. Ia meyakinkan mereka bahwa pengharapan akan keselamatan kekal itu pasti dan tidak berubah bagi orang-orang yang tetap setia kepada Kristus dalam iman dan kasih (ayat Ibr 6:10-12), karena Allah tidak mungkin berbohong dan janji-janji-Nya tetap (ayat Ibr 6:13-20).

(0.25) (1Sam 21:1) (full: SAMPAILAH DAUD KE NOB. )

Nas : 1Sam 21:1

Pasal 1Sam 21:1-22:23 mencatat pelarian Daud dari Saul dan kegagalannya untuk sepenuhnya percaya kepada Allah. Dalam usaha menyelamatkan hidupnya, Daud berbohong (ayat 1Sam 21:2), mencari perlindungan antara orang Filistin yang fasik (ayat 1Sam 21:10-15), dan secara tidak langsung menyebabkan kematian para imam dan banyak orang lain (1Sam 22:11-23; bd. Mazm 52:1-11). Dengan menggunakan penipuan, Daud gagal untuk menyerahkan hidupnya tanpa syarat kepada Tuhan dan perlindungan-Nya.

(0.25) (Kej 12:10) (jerusalem) Ceritera ini berasal dari tradisi Yahwista. Hal ihwal yang sama tampil kembali dalam bab 20 yang berasal dari tradisi Elohista (juga mengenai Sara) dan sekali lagi terdapat dalam Kej 26:1-11, yang berasal dari tradisi Yahwista (sekarang ceritera mengenai Ribka). Ceritera-ceritera tsb mau meluhurkan kecantikan ibu-ibu bangsa dan kelicikan bapa-bapa bangsa. Tetapi terutama cerita-cerita itu memperlihatkan bagaimana Tuhan melindungi baik ibu-ibu bangsa maupun bapa-bapa bangsa. Ceritera-ceritera itu jelas berasal dari suatu zaman waktu rasa susila belum begitu maju, sehingga berbohong tidak selalu dianggap salah dan hidup suami diutamakan dari kehormatan isteri. Memang terpimpin oleh Allah rasa susila dan akhlak umat manusia lama-kelamaan berkembang maju.
(0.25) (Ams 4:1) (sh: Hati sebagai pusat pengendalian sikap (Sabtu, 22 November 2003))
Hati sebagai pusat pengendalian sikap

Tubuh manusia memuat sekitar 100.000 gen. Uniknya, setiap gen memiliki fungsi sebagai mengendali semua aktivitas yang dilakukan oleh setiap sel di tubuh kita. Gen bekerja tanpa henti setiap detik memberi instruksi kepada sel untuk memproduksi zat-zat yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia. Akan tetapi, ada unsur lain dalam diri manusia yang juga bekerja tanpa henti, memberi instruksi kepada kita tentang bagaimana seharusnya kita bersikap. Unsur itu adalah hati manusia. Hati manusia adalah pusat pengendalian sikap dan darinyalah keluar instruksi yang biasanya kita jalani dengan patuh. Hati adalah saripati manusia, hati mencerminkan siapa kita sesungguhnya. Hati tidak berbohong, namun hati dapat memerintahkan kita untuk berbohong. Hati tidak bisa membunuh, tetapi hati sanggup menyuruh tangan untuk membunuh. Hati adalah perangkat lunak dalam komputer otak manusia yang dapat memprogramkan kita berbuat seturut kehendaknya. Betapa berkuasanya hati! Itu sebabnya firman Tuhan mengingatkan, “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari situlah terpancar kehidupan “ (ayat 4:23). Hati adalah sumber mata air, bila sumbernya kotor, maka kotorlah airnya, namun bila sumbernya bersih, maka bersihlah airnya. Rupanya hati tidak dengan sendirinya bersih, kita harus menjaganya dengan seksama. Kita harus selalu melindunginya agar tidak tercemari. Bill Bright (alm.), pendiri Campus Crusade for Christ, menawarkan resep untuk menjaga kebersihan hati yaitu dengan cara “bernapas” secara rohani. Jika kita mendukakan Roh Kudus, akuilah dosa; dengan kata lain, “hembuskan napas.” Setelah itu, dengan iman, “tariklah napas”, terimalah kuasa Roh Kudus kembali. Hanya Roh Kuduslah yang dapat menolong kita menjaga hati agar tetap bersih.

Renungkan: Hati yang tak terjaga adalah hati yang terbuka untuk dimasuki siapa pun dan apa pun.

(0.25) (Mat 5:33) (sh: Jika ya katakan ya (Jumat, 7 Januari 2005))
Jika ya katakan ya

Di manakah kita bisa mendapatkan kebenaran? Bahkan di pengadilan pun kadang kita dapat menemukan saksi yang berbohong. Padahal ia sudah disumpah untuk hanya mengatakan kebenaran. Celakanya lagi, banyak orang yang sengaja menerima kesaksian palsu itu sebagai kebenaran.

Dalam bacaan ini kita menemukan bahwa Perjanjian Lama menekankan integritas umat untuk tidak bersumpah palsu (ayat 33). Bersumpah berarti mengikutsertakan Tuhan dalam kesepakatan bahwa apa yang dikatakan oleh orang yang bersumpah itu benar. Bersumpah palsu berarti mengklaim bahwa Tuhan akan membenarkan orang tersebut bahkan ketika ia berbohong. Dengan kata lain orang yang bersumpah palsu "menjebak" Tuhan untuk membenarkan dirinya. Itu sama saja dengan menjadikan Tuhan pembohong.

Oleh karena kenyataan banyak orang menyalahgunakan sumpah untuk membenarkan dirinya, Yesus menegaskan bahwa orang yang percaya kepada-Nya tidak perlu bersumpah. Bila dipertanyakan kebenarannya, seorang pengikut Tuhan cukup mengatakan ya bila ya dan tidak bila tidak (ayat 37). Pengikut Tuhan tidak memiliki hak untuk mengklaim Tuhan membela dirinya (ayat 34-36). Janji Tuhan untuk membela anak-anak-Nya merupakan anugerah semata. Artinya pengikut Tuhan harus hidup sedemikian sehingga kata-katanya, baik "ya" maupun "tidak" sudah cukup menjadi jaminan kebenaran.

Era ini sering disebut sebagai era informasi. Informasi dalam sekejap mata dapat beredar ke seluruh dunia. Namun, informasi yang beredar bisa sangat menyesatkan. Isinya penipuan dan kebohongan namun karena dibungkus dengan kata dan gambar yang sangat memikat akhirnya diterima sebagai kebenaran. Anak Tuhan harus memerangi kebohongan seperti itu. Caranya adalah dengan berkata benar, bersikap dan bertindak benar pula.

Renungkan: Integritas Kristen terlihat ketika mulut sepadan dengan hati, tingkah laku selaras dengan perkataan.

(0.20) (2Raj 14:26) (full: BETAPA PAHITNYA KESENGSARAAN ORANG ISRAEL ITU. )

Nas : 2Raj 14:26

Karena belas kasihan akan umat itu, Allah memakai Yerobeam untuk menolong Israel (ayat 2Raj 14:26-27).

  1. 1) Akan tetapi, kebaikan Allah ini tidak membawa pertobatan. Masa kemakmuran Israel juga menjadi masa korupsi rohani, moral, dan sosial. Baik Amos maupun Hosea

    (lihat cat. --> 2Raj 14:25)

    [atau ref. 2Raj 14:25]

    berbicara tentang umat yang sudah sangat rusak akhlaknya. Kemewahan, pesta pora, kebejatan, ketidakadilan, kekerasan, dan bermacam-macam penipuan menjadi cara hidup yang normal (Am 2:6-8; 3:9; 5:11-13; Am 6:4-7). Mengenai periode dalam sejarah Israel ini Hosea menulis, "Tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih, dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini. Hanya mengutuk, berbohong, membunuh, mencuri, berzinah, melakukan kekerasan, dan penumpahan darah menyusul penumpahan darah" (Hos 4:1-2).
  2. 2) Masa ini merupakan masa yang sangat mendukakan hati Allah dan para nabi-Nya (Hos 1:1-2; 3:1-5; 11:1-12:1). Para nabi berbicara, tetapi Israel tidak mau mendengar. Karena itu, Tuhan menyebabkan orang Israel "diangkut dari tanahnya ke Asyur ke dalam pembuangan" (2Raj 17:23).
(0.20) (2Sam 18:19) (sh: Pilihan yang sukar. (Kamis, 09 Juli 1998))
Pilihan yang sukar.

Mengambil keputusan apalagi membuat pilihan yang paling tepat, tidaklah mudah. Tindakan Yoab membunuh Absalom di satu sisi telah mengakhiri peperangan, tetapi di sisi lain dia tidak mematuhi perintah atasan. Kini dia harus memilih utusan yang akan mengabarkan kedua hal ini, Ahimaaskah atau orang Etiopia? Pilihannya tidak pasti karena akhirnya ia membiarkan mereka berdua menyampaikan berita itu kepada Daud. Ia mendua mungkin karena bingung bagaimana menyampaikan kabar baik dan buruk akibat ketidaktaatannya itu.

Menyampaikan berita secara benar. Antara keinginan dan kenyataan itu terkadang tidak seirama. Banyak orang yang pada awalnya tersentuh hati nurani untuk menegakkan kebenaran, menjunjung tinggi kejujuran, tetapi hanya sampai pada keinginan saja tanpa berusaha untuk merealisasikannya.Itulah yang terjadi pada Ahimaas. Ketika dia berhadapan dengan Daud, semangat menyatakan yang benar menjadi luntur bahkan akhirnya dia berbohong (ayat 29). Berbeda dengan orang Etiopia, dia menyampaikan berita apa adanya, tanpa dikurang dan tanpa diberi bumbu penyedap. Menurut kita mana yang baik?

Doa: Oh, Tuhan, jauhkan kami dari keinginan berkata dusta. Memang seringkali kami tidak tahu bagaimana menyatakan kebenaran. Jangan biarkan kami sendiri tanpa bimbingan-Mu.

(0.18) (Ayb 31:1) (full: AKU TELAH MENETAPKAN SYARAT BAGI MATAKU. )

Nas : Ayub 31:1-34

Di bagian ini Ayub meninjau integritas rohaninya yang teguh, kesetiaannya pada Allah dan jalan-jalan-Nya, serta kebaikannya kepada orang lain.

  1. 1) Pernyataan Ayub mengenai karya penebusan Allah di dalam dirinya mencakup semua aspek kehidupan. Ayub berbicara tentang ketidaksalahannya dalam hal dosa yang dilakukan di dalam hati, termasuk nafsu seksual dan pikiran kotor (ayat Ayub 31:1-4), berdusta dan berbohong untuk memperoleh untung (ayat Ayub 31:5-8), dan ketidaksetiaan dalam perkawinan (ayat Ayub 31:9-12). Dia menyatakan perlakuannya yang adil terhadap anak buahnya (ayat Ayub 31:13-15) dan perhatiannya terhadap yang miskin dan melarat (ayat Ayub 31:16-23). Ia bersikeras bahwa dirinya bebas dari keserakahan (ayat Ayub 31:24-25), penyembahan berhala (ayat Ayub 31:26-28), balas dendam (ayat Ayub 31:29-32), dan kemunafikan (ayat Ayub 31:33-34).
  2. 2) Tabiat moral dan kemurnian hati dan hidup yang diuraikan di sini merupakan contoh yang baik bagi setiap orang percaya. Hidup saleh yang dijalankan Ayub pada zaman pra-perjanjian baru dapat dialami dengan berkelimpahan oleh semua orang percaya di dalam Kristus, melalui kuasa penyelamatan dari kematian dan kebangkitan-Nya (Rom 8:1-17; Gal 2:20).
(0.18) (Ams 2:1) (sh: Bersumpah sebelum bersaksi (Selasa, 18 November 2003))
Bersumpah sebelum bersaksi

Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, selain saksi berjanji untuk mengatakan yang benar dan hanya yang benar, ia juga membutuhkan pertolongan Tuhan. Saya menyukai isi sumpah ini karena dalam pernyataannya, kebenaran dan Tuhan dikaitkan bersama. Si saksi mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan Tuhan untuk mengatakan kebenaran. Memang dapat kita simpulkan, orang yang mencari kebenaran adalah orang yang sedang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang sedang mencari kebenaran (ayat 1-9). Hikmat tidak bertumbuh di tanah yang kotor. Hikmat tidak akan muncul dari hidup yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Hikmat adalah buah hidup yang benar. Secara khusus pada bagian Firman Tuhan ini, kita belajar bahwa hikmat adalah penangkal terhadap kejahatan dan perzinahan (ayat 10-19). Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan memanggilnya “kesempatan”.

Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar (ayat 20-21).

Renungkan: Kebenaran pasti melahirkan kebenaran, dan dosa pasti melahirkan dosa.

(0.18) (Kis 5:1) (sh: Hormati Tuhan (Rabu, 18 Juni 2003))
Hormati Tuhan

Kisah Ananias dan Safira merupakan salah satu kisah paling tragis yang dicatat di Alkitab. Tragis karena beberapa penyebab. Pertama, kita menyaksikan amarah dan hukuman Tuhan yang langsung dan seketika dijatuhkan kepada orang berdosa. Tidak kepalang tanggung, Tuhan menetapkan hukuman mati kepada suami-istri ini. Kedua, tragis karena dosa mereka "nampaknya" relatif "kecil" dibanding dengan dosa yang diperbuat oleh anak Tuhan lainnya seperti Daud yang berzinah dan membunuh Uria atau Petrus yang menyangkal Tuhan. Ananias dan Safira "hanya" berbohong. Reaksi sepintas kita adalah hukuman yang diterima Ananias dan Safira tidaklah sebanding dengan dosa mereka. Ketiga, peristiwa ini tragis karena terjadi di tengah-tengah gemuruh hidup berkemenangan yang sedang melanda umat Kristen mula-mula.

Secara kronologis, kisah ini didahului oleh turunnya Roh Kudus, kemudian khotbah Petrus yang diikuti oleh pertobatan 3000 orang (ps. 2); Petrus dan Yohanes menyembuhkan orang lumpuh dan keberanian mereka berbicara di hadapan Mahkamah Agama (ps. 3 dan 4); serta gambaran tentang kehidupan orang Kristen mula-mula yang membagi harta kepunyaannya dengan sesama (ps. 4). Tiba- tiba, di tengah semua luapan karya Tuhan yang menakjubkan itu, kita menyaksikan luapan kemarahan Tuhan yang mematikan. Sungguh mencengangkan dan menakutkan!

Kisah Ananias dan Safira memperlihatkan keseriusan Allah dengan dosa. Tuhan menghendaki agar kita pun bersikap serius -- tidak main-main -- dengan dosa. Jika Ia tampak lunak pada kasus pelanggaran yang lain, itu dikarenakan kasih karunia-Nya yang besar. Seharusnya kita semua mengalami nasib yang sama seperti Ananias dan Safira, sebab "upah dosa ialah maut" (Rm. 6:23).

Renungkan: Jangan mempermainkan Tuhan, kelunakan-Nya bukanlah pertanda kelemahan-Nya.

(0.18) (Kis 5:21) (sh: Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut (Jumat, 20 Juni 2003))
Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut

Corrie ten Boom memahami artinya penjara dan ketidakadilan. Beserta dengan keluarganya ia ditangkap dan dijebloskan ke tahanan Nazi karena menyembunyikan orang Yahudi. Ayah dan kakaknya meninggal di penjara, hanya ia yang lolos. Secara ajaib ia dibebaskan karena namanya tertukar dengan nama orang lain. Keluarga ten Boom berani mengambil risiko yang besar itu sebab mereka tahu bahwa mereka melakukan hal yang benar. Para murid Tuhan juga mengenal penjara dan ketidakadilan, dan mereka pun rela menerimanya karena mereka tahu untuk siapakah mereka menderita.

Saya tidak selalu berani, bahkan saya lebih sering takut. Saya takut mengungkapkan kebenaran, saya takut membela yang tertindas, saya takut menolong, saya takut dimusuhi orang, dan daripada mencari masalah, saya menghindar dari masalah. Saya lebih senang hidup tenteram tanpa ketakutan meski untuk itu saya harus membayarnya dengan mahal: saya menulikan telinga nurani saya. Pada akhirnya keberanian tersisa menjadi puing cita-cita belaka yang lebih sering tak terwujud. Keberanian tidak selalu hadir dalam satu warna; di dalam keberanian tersimpan ketakutan pula. Abraham pernah ketakutan dan dua kali ia terpaksa berbohong (Kej. 12:11- 13; 20:1-2). Elia tidak selalu berani dan pernah begitu ketakutan sampai-sampai ia harus lari dari Izebel (ayat 1Raj. 19:3). Petrus pernah ketakutan dan untuk menyelamatkan nyawanya, tiga kali ia menyangkal mengenal Tuhan (Mat. 26:69-75).

Ada tiga hal yang membantu kita untuk menjadi berani. Pertama, tanyakan pada diri kita, untuk siapakah hal ini saya lakukan? Kedua, tenangkan diri. Di dalam kepanikan, ketakutan dan kekalutan bertambah. Ketiga, berserah kepada Tuhan yang mempunyai kendali penuh atas hidup kita.

Renungkan: Ketakutan membuat kita lumpuh; keberanian membuat kita ampuh.

(0.18) (1Ptr 1:22) (sh: Mempertahankan hidup kudus (Jumat, 15 Oktober 2004))
Mempertahankan hidup kudus

Sejak Sutinah dibaptis, ia dengan setia bersaat teduh, berdoa dan membaca Alkitab setiap hari. Menurutnya firman Tuhan memberinya petunjuk tentang apa yang harus dilakukannya setiap hari. Sutinah diubahkan Tuhan dalam kebiasaan jelek mengumpat dan merajuk. Ia tidak lagi berbohong dan memfitnah. Hidupnya berubah menjadi kudus!

Hidup kudus adalah anugerah Tuhan. Hidup kudus merupakan akibat perubahan status dari orang belum percaya menjadi anak Tuhan dan menjadi dasar hidup orang percaya. Orang percaya ialah orang yang sudah dilahirkan baru dengan benih kekal, yaitu firman Tuhan yang menguduskannya (ayat 1:23). Namun, kekudusan ini bisa dinodai dengan perbuatan dosa yang sewaktu-waktu dilakukan! Setelah seseorang menjadi anak Tuhan, ia masih bisa jatuh ke dalam dosa karena tidak taat atau tidak waspada. Itu sebabnya, Petrus menasihati umat Tuhan agar mereka lebih bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan sepenuh hati. Kasih Tuhan akan mencegah kita untuk memanfaatkan orang lain demi kepentingan, kepuasan, dan egosentrisme. Kasih Tuhan seharusnya mendorong kita untuk dengan tegas membuang segala dosa yang menyakiti hati Tuhan maupun sesama (ayat 2:1). Sumber kekuatan untuk dapat tetap hidup kudus adalah firman Tuhan. Firman Tuhan itu kekal sampai selama-lamanya, tidak berubah dan sekaligus menjadi sumber yang tidak habis-habisnya mengisi kehidupan orang-orang percaya (ayat 24-25).

Menjadikan firman Tuhan sebagai "minuman rohani" seperti bayi yang membutuhkan susu adalah cara untuk tetap memelihara kemurnian iman dan menumbuhkan kekuatan rohani kita (ayat 2:2). Dengan cara demikian, kita mampu menghadapi segala kejahatan, tipu muslihat, kedengkian dan fitnah (ayat 1). Anak Tuhan yang telah mengecap kebaikan Tuhan pasti memiliki dorongan kuat untuk terus menikmati dan melakukan firman Tuhan sepanjang hidupnya (ayat 3).

Ingat: Jika kasih Yesus dan firman kebenaran Tuhan sungguh mendiami hati kita, kita akan bertumbuh menyerupai Yesus.



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA