Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 7 dari 7 ayat untuk belum mencapai AND book:11 (0.002 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Raj 12:25) (sh: Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan Kita (Sabtu, 18 Juli 2015))
Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan Kita

Judul: Kehendak Tuhan, Bukan Kepentingan Kita
Sebagai pemimpin baru, Yerobeam merasa perlu memperkuat posisinya di hadapan rakyat. Karena itu, ia menjadikan Sikhem sebagai ibukota, tempat dia bertakhta (25).

Yerobeam kemudian berpikir panjang. Ia tahu bahwa bangsa Israel tunduk pada hukum Musa dan berkewajiban untuk mempersembahkan korban di rumah Tuhan di Yerusalem. Itu sebabnya, Yerobeam khawatir terhadap implikasi politis jika rakyat yang sekarang ini bersedia dia pimpin harus melakukan perjalanan tahunan ke Yerusalem (27). Bisa-bisa mereka berbalik arah, ingin kembali berada di bawah pemerintahan Rehabeam dan kemudian membinasakan dirinya. Yerobeam kelihatannya lupa akan janji Allah yang disampaikan melalui Ahia, bahwa takhtanya akan teguh bila ia taat kepada Allah dengan sepenuh hati. Artinya, tidak mengarahkan bangsa Israel pada penyembahan berhala.

Maka untuk mengantisipasi semua yang dia khawatirkan, Yerobeam membuat dua anak lembu jantan dari emas dan menempatkannya di Betel serta Dan (28-29). Kedua tempat itu memiliki arti yang penting bagi Israel. Betel adalah tempat Abraham mendirikan mezbah bagi Allah (Kej. 12:8). Yakub menamakannya "bet-el", yang artinya rumah Tuhan karena ia melihat Dia di sana (Kej. 28:16-19; 35:7). Sedangkan Dan merupakan kota yang letaknya paling utara Israel. Pada masa Yonatan bin Gersom bin Musa menjadi imam, suku Dan -yang mendiami kota- jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala (Hak. 18:30-31). Dengan demikian, Yerobeam menggantikan penyembahan kepada Allah yang benar menjadi ibadah kepada Baal.Yerobeam menjadi contoh pemimpin yang memanfaatkan agama bagi kepentingan politiknya. Ini memperlihatkan bahwa Yerobeam tidak menghargai firman Tuhan.

Kisah Yerobeam menjadi pelajaran bagi kita. Jangan sampai kita mengutamakan kepentingan-kepentingan kita di atas kebenaran firman Allah. Jangan juga memlintir firman Allah bagi kepentingan kita. Yang kita harus utamakan senantiasa adalah kehendak Tuhan, bukan kepentingan kita.

(0.98) (1Raj 12:25) (sh: Kacang lupa kulitnya (Sabtu, 19 Februari 2000))
Kacang lupa kulitnya

Kacang lupa kulitnya. Peribahasa ini sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan karir Yerobeam sebagai raja. Belum lama ia memegang tampuk pimpinan, ia sudah mengabaikan siapa yang mendudukkan dia sebagai raja, dan melanggar syarat yang harus senantiasa dia penuhi serta batas wewenang yang ia punyai agar takhtanya tetap kokoh. Ia menggantikan Allah dengan ilah-ilah lain dan membuat kuil-kuil di bukit pengorbanan. Bahkan ia mengangkat imam-imam dari rakyat biasa. Berarti ia menjadikan dirinya sebagai pusat dari seluruh sendi kehidupan kerajaan Israel.

Apabila ditinjau dari tujuannya untuk memperkokoh kerajaannya dan menyatukan umatnya, tindakan Yerobeam sangat tepat dan merupakan bukti bahwa ia mempunyai pandangan yang luas dan jauh ke depan. Namun bila ditinjau dari bagaimana cara ia mencapai tujuan tersebut, Yerobeam sudah melakukan suatu kesalahan yang sangat fatal dan komprehensif. Ia mempertahankan kekuasaan sosial dan politik dengan memanipulasi kerohanian bangsanya. Rakyatnya tidak hanya dibawa pada jalan yang berdosa, namun dosa mereka pun adalah dosa yang terstruktur dan terkontrol oleh lembaga politik yang sah. Betapa mengerikan apa yang dilakukan oleh Yerobeam.

Latar belakang Yerobeam adalah anak seorang pegawai istana biasa. Jika ia sekarang menjadi raja, itu bukti bahwa Allah sungguh berdaulat atas sejarah manusia (ayat belum+mencapai+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">11:31). Allah pun sudah berjanji bahwa keluarganya akan dibangunkan seperti keluarga Daud jika ia setia kepada-Nya. Mengapa ia harus kuatir bahwa rakyatnya akan meninggalkannya, saat mereka harus pergi ke Yerusalem secara berkala untuk beribadah? Tidakkah ia sudah mendengar dan melihat bahwa Allah akan memecahkan kerajaan Israel menjadi dua, karena ketidaktaatan Salomo? Mengapa ia tetap melanggar perjanjian yang pernah dibuat Allah untuknya? Jawaban dari semua pertanyaan itu adalah seluruh peristiwa menakjubkan yang baru saja ia alami, ternyata tidak membuat iman dan pengenalannya terhadap Allah menjadi mendalam dan berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Berkat dan anugerah Allah yang begitu melimpah tidak selalu berdampak positif. Bila seseorang tidak meletakkan berkat Allah dalam perspektif rencana Allah bagi hidupnya, akan menjadi penyesat yang sangat berbahaya baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

(0.86) (1Raj 4:24) (full: DAMAI DI SELURUH NEGERINYA. )

Nas : 1Raj 4:24

Selama pemerintahan Salomo, Israel sebagai bangsa mencapai puncak kuasa, kedamaian, dan kemakmurannya (ayat 1Raj 4:20-28). Secara politik dan ekonomi masa pemerintahan Salomo menjadi suatu sukses; akan tetapi, secara rohani tergelincirnya Salomo ke dalam penyembahan berhala menjadikan masa pemerintahannya dianggap suatu kegagalan (1Raj 11:1-8).

(0.81) (1Raj 4:1) (sh: Perkembangan yang menjadi bumerang (Senin, 31 Januari 2000))
Perkembangan yang menjadi bumerang

Perkembangan yang menjadi bumerang. Di tengah masa pemerintahan Salomo, wilayah kerajaan Israel semakin luas. Bahkan pada masa itu juga janji kepada Abraham mengenai keturunannya yang banyaknya seperti pasir di laut sudah digenapi.

Kerajaan yang luas dengan bangsa yang besar pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit, khususnya yang berhubungan dengan biaya militer untuk menjaga dan mempertahankan wilayah kerajaannya. Untuk menutup biaya yang tinggi, Salomo membagi wilayah Israel menjadi dua belas distrik dan mengangkat seorang kepala daerah untuk masing-masing distrik. Tanggung jawab utama kepala daerah adalah memungut pajak untuk memenuhi biaya bagi Yerusalem dan menutup biaya rumah tangga istana.

Pembagian wilayah yang diterapkan Salomo memiliki sedikit unsur baik tetapi banyak unsur buruknya. Distrik yang baru ini tidak sama dengan pembagian wilayah Israel menurut 12 suku seperti yang terjadi di zaman Yosua. Tampaknya Salomo sengaja melakukannya agar rasa sukuisme tidak terbangun dan menjadi eksklusif. Dengan melemahnya rasa sukuisme, pemerintahan pusat pun menjadi kuat. Sekali lagi tampak upaya Salomo untuk mempertahankan takhta dan pemerintahannya. Namun Salomo melupakan satu hal yang kelak menjadi bumerang bagi kerajaan Israel, yaitu, kaum Yehuda yang dibebaskan dari beban pajak yang berat. Ini merupakan keputusan Salomo tanpa perundingan dengan kepala distrik lainnya. Tampaknya hanya suatu kesalahan kecil, tetapi sesungguhnya hal itu mempunyai dampak yang sangat buruk. Strategi Salomo inilah yang akhirnya menjadi pemicu terpecahnya kerajaan Israel di masa mendatang.

Salomo berhasil mencapai perkembangan dan perluasan wilayahnya secara luar biasa, namun ia gagal dalam mengatur dan memelihara perkembangan yang telah dicapai dengan cara yang sehat dan bijak. Akibatnya apa yang sudah dibangun justru menjadi bumerang yang fatal bagi kerajaan Israel.

Renungkan: Mungkin saat ini kita sedang berjuang mencapai perkembangan dalam pelayanan dan kegiatan usaha kita, ingatlah jangan sampai perkembangan itu justru nantinya menjadi bumerang. Pikirkan strategi yang tepat, cara yang sehat dan bijak, serta ketelitian dan kematangan dalam berencana.

(0.77) (1Raj 2:13) (sh: Ancaman dari dalam (Senin, 26 Juli 2004))
Ancaman dari dalam

Ancaman dari dalam. Ancaman roboh bagi sebuah rumah tidak hanya dari faktor luar, seperti bencana alam. Ancaman yang tidak kalah bahayanya adalah ancaman dari dalam yang tidak disadari, misalnya rayap.

Adonia menghadap Batsyeba dan meminta agar Batsyeba memohonkan kepada Salomo agar Abisag diperbolehkan menjadi istrinya. Permintaan Adonia disampaikan oleh Batsyeba ke Salomo. Reaksi Salomo adalah menghukum Adonia dengan menyerahkannya kepada Benaya bin Yoyada agar Adonia di pancung hingga mati (ayat belum+mencapai+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">22-25). Mengapa Salomo menghukum mati Adonia?

Permohonan Adonia agar Abisag menjadi istrinya sama saja mengklaim takhta kerajaan. Ini suatu ancaman yang sangat serius yang dapat menggoyahkan takhta Salomo. Berarti sudah dua kali Adonia berupaya mengkudeta raja. Tidak hanya itu, Salomo juga melihat ancaman yang datang dari musuh-musuh yang ingin menggoyahkan takhtanya. Sehingga ia menghukum mati Yoab yang memihak kepada Adonia (ayat 28-34), Simei yang melanggar perintahnya (ayat 46) serta mengangkat imam Zadok menggantikan imam Abyatar (ayat 35). Salomo menegakkan keadilan untuk mencapai kedamaian dengan menyelesaikan pemberontakan di dalam kerajaannya. Dengan bertindak demikian Salomo juga memperbaiki beberapa kegagalan Daud (lihat renungan kemarin).

Seperti halnya Salomo menghadapi ancaman dari dalam yang membahayakan kestabilan kerajaan Israel yang dipimpinnya, demikian juga ancaman yang ingin menghancurkan relasi kita dengan Tuhan tidak saja dari luar, tapi juga dari dalam diri kita sendiri. Misalnya, berbagai kelemahan pribadi, keinginan jahat dan perasaan negatif (iri hati, sombong, dengki) itu semua adalah ancaman dari dalam yang menghancurkan relasi kita dengan Tuhan.

Renungkan: Serangan iblis terhadap kita tidak selalu dari luar diri kita sendiri, tapi iblis dapat menggunakan hal yang hanya diketahui oleh Allah dan kita. Oleh karena itu waspadalah terhadap ancaman dari dalam diri kita.

(0.77) (1Raj 11:26) (sh: Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya (Selasa, 10 Agustus 2004))
Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya

Hikmat Allah dalam penghukuman-Nya. Seorang majelis di suatu gereja dijatuhkan oleh lawan bisnisnya melalui cara keji, sehingga ia harus masuk ke penjara dan kehilangan bisnisnya. Tetapi, justru kejadian itu membawa pertobatan sejati bagi majelis ini, karena sebenarnya ia menjalankan bisnisnya secara kotor (= tidak jujur). Terkadang Tuhan bekerja dengan cara yang sulit kita mengerti. Terutama ketika Ia memperingatkan anak-anak-Nya yang jatuh dalam dosa melalui penghukuman.

Dalam bacaan hari ini, kita membaca bahwa Allah membangkitkan Yerobeam sebagai lawan Salomo. Yerobeam mendapatkan janji Allah untuk memimpin sepuluh suku yang akan dipecahkan Tuhan dari kerajaan Salomo (ayat 31-37). Bahkan ia mendapatkan janji yang sama seperti yang diperoleh Daud. Allah menjanjikan akan membuat dinasti Yerobeam berlangsung langgeng seperti yang pernah Allah rencanakan bagi keturunan Daud. Tentu dengan syarat Yerobeam berlaku seperti Daud, yaitu setia kepada Allah, tidak melakukan kesalahan yang sama seperti Salomo, dan membawa kembali umat-Nya menyembah kepada Allah Israel (ayat 38).

Ada dua tujuan di balik pemilihan Yerobeam sebagai raja. Pertama, supaya melalui Yerobeam, suku-suku Israel lainnya bisa beribadah kepada Allah secara benar dan kudus. Kedua, supaya melalui penghukuman kepada keturunan Salomo, bangsa Israel bertobat sehingga dinasti Daud tetap dipelihara. Hal kedua ini dimungkinkan terjadi, bila kerajaan yang akan dipimpin Yerobeam benar-benar setia kepada Allah. Sehingga berkat Allah karena kesetiaan Yerobeam menyebabkan rasa iri dari kerajaan Salomo yang kecil itu dan mereka akhirnya berpaling kepada Tuhan (Ayat belum+mencapai+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">39, "Aku akan merendahkan keturunan Daud, tetapi bukan untuk selamanya").

Jika Tuhan menghukum perbuatan dosa anak-anak-Nya, pasti karena Ia menginginkan pertobatan. Tuhan dapat memakai cara yang unik untuk mencapai tujuan-Nya itu!

Renungkan: Tuhan bertindak tegas melawan dosa karena Ia mengasihi kita dan ingin membimbing kita kepada pertobatan.

(0.77) (1Raj 13:11) (sh: Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas (Jumat, 13 Agustus 2004))
Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas

Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas. Tidak sedikit pelayan Tuhan yang gagal di tengah jalan. Ada yang jatuh ke dalam dosa. Ada yang meninggalkan pelayanan di tengah-tengah pekerjaan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap bisa memakai mereka untuk mencapai maksud-Nya. Justru ini menjadi peringatan agar hamba Tuhan melayani dan hidup benar di hadapan Allah.

Kisah abdi Allah ini sungguh tragis. Ia sudah selesai menunaikan tugas utama, yaitu menegur Yerobeam atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa Tuhan memerintahkannya untuk tidak makan roti dan minum air dalam perjalanan tugas. Namun, karena tipuan seorang nabi tua, ia melanggar perintah Tuhan itu. Hukuman pun dijatuhkan, abdi Allah itu dibunuh oleh seekor singa. Kita tidak tahu motivasi si nabi tua membohongi abdi Allah itu. Mungkin ia iri hati melihat si abdi Allah yang berasal dari Selatan masuk ke wilayahnya tanpa permisi untuk bernubuat. Mungkin ia seorang yang "mendukung" pemerintahan Yerobeam sehingga tidak senang melihat abdi Allah ini mencela rajanya. Apapun alasannya, akhirnya ia sadar bahwa penipuannya berakibat fatal bagi abdi Allah itu (ayat 20-22).

Kematian abdi Allah itu tidak menghalangi firman Tuhan dinyatakan. Peristiwa aneh setelah abdi Allah itu diterkam singa (ay. belum+mencapai+AND+book%3A11&tab=notes" ver="">24: yaitu singa dan keledai menjagai mayat abdi Allah itu) pastilah menimbulkan kegemparan di kalangan rakyat. Tuhan memakai peristiwa itu untuk menyadarkan si nabi tua, yang mungkin selama ini sudah kehilangan kepekaan akan firman Allah dan kehilangan keberanian iman (ia tidak pernah mencela Yerobeam). Ini membuktikan Allah berdaulat dalam segala keadaan, menggenapi janji-Nya, atau menghukum yang melanggar. Kalau Ia tidak segan menghukum abdi-Nya yang lalai, apalagi terhadap orang yang mengkhianati-Nya (Yerobeam). Pasti nubuat mengenai penghukuman Yerobeam akan tergenapi (ayat 32).

Renungkan: Hidup atau mati, Tuhan bisa memakai kita menjadi saluran firman-Nya. Persoalannya apakah hidup kita layak untuk menjadi berkat, menyatakan keadilan, dan kasih-Nya.



TIP #15: Gunakan tautan Nomor Strong untuk mempelajari teks asli Ibrani dan Yunani. [SEMUA]
dibuat dalam 0.10 detik
dipersembahkan oleh YLSA