(1.00) | (Luk 18:1) |
(sh: Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda. (Rabu, 5 April 2000)) Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda.Banyak Kristen seringkali menolak apabila diminta untuk memimpin doa baik dalam suatu ibadah, persekutuan, atau pertemuan-pertemuan ibadah lainnya. Alasan mereka bermacam-macam, salah satunya adalah mereka malu bila doanya didengar oleh orang lain karena kata-katanya tidak bagus. Bila kita teliti alasan itu, maka kita dapat menyimpulkan bahwa keengganan mereka itu dapat dimaklumi. Dari kata-kata yang diucapkan dalam doa mereka, secara tidak disadari sebetulnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan pikiran. Dengan kata lain, hakikat doa adalah memancarkan mengenai sikap kepada dan keyakinan kita akan Allah. Dua perumpamaan yang Yesus ajarkan juga berhubungan dengan hakikat doa. Dalam perumpamaan yang pertama (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1-8), permasalahan yang diajukan bukannya seorang Kristen harus berteriak kepada Allah agar dibela. Namun permasalahannya adalah ketika Kristen berteriak kepada Allah dan Ia tidak menjawab dan tidak bertindak apa-apa, maka hatinya tergoda untuk memutuskan, tidak perlu meminta kepada Allah karena Ia tidak memperhatikan. Namun perintah Kristus sangat jelas yaitu bahwa Kristen harus berdoa dengan tidak jemu-jemu. Berhenti berdoa berarti kita meragukan kebaikan dan pemeliharaan Allah. Perumpamaan yang kedua (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9-14) juga menyatakan bahwa doa disadari atau tidak mengungkapkan apa yang kita pikirkan tentang diri kita sendiri. Hal ini dapat merupakan sesuatu yang salah seperti yang diungkapkan dalam doa seorang Farisi. Lalu, bagaimanakah kita seharusnya berdoa secara benar dan dikenan Tuhan? Kita sudah belajar dalam "Doa Bapa Kami" tentang doa yang benar seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Namun ada satu hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa dalam doa kita, harus terungkap sikap ketergantungan kita secara tulus kepada Allah, seperti sikap seorang anak kecil yang bergantung total kepada orangtuanya. Renungkan: Perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk mendukung mereka yang tidak malu berdoa di depan umum. Sebaliknya perumpamaan ini mempertegas bahwa doa bukanlah suatu hal yang dapat disepelekan. Oleh karena itu kita harus belajar berdoa dengan serius yaitu doa yang berkenan di hadapan-Nya. |
(0.57) | (Luk 6:12) |
(full: SEMALAM-MALAMAN IA BERDOA.
) Nas : Luk 6:12 Berulang-ulang Yesus meluangkan waktu untuk sendirian dengan Bapa-Nya dalam doa, khususnya pada saat-saat hendak mengambil keputusan yang penting (lihat cat. --> Luk 5:16). [atau ref. Luk 5:16]
|
(0.57) | (Luk 7:38) |
(full: SAMBIL MENANGIS.
) Nas : Luk 7:38 Karena kasihnya kepada Yesus, perempuan ini membasahi kaki Yesus dengan air matanya. Menangis dapat merupakan ungkapan kesedihan dan dukacita atau ungkapan kasih yang berterima kasih kepada Yesus.
|
(0.56) | (Luk 1:1) |
(sh: Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? (Sabtu, 21 Desember 2002)) Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran?Prolog Injil Lukas memberitahukan kepada kita tentang apa tujuan penulisan Injil ini, yaitu agar Teofilus yang di sebut ’yang mulia’ (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1) mengetahui kebenaran dari pengajaran yang diterimanya. Untuk tujuan ini, setelah melakukan semacam riset (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">3), maka Lukas menulis Injilnya.Bila besar kemungkinan Teofilus terbantu untuk mengetahui kebenaran dari berita Injil ini, narasi pembuka dari kisah kelahiran Kristus mengisahkan hal yang sebaliknya. Zakharia sulit untuk mengetahui dan mempercayai pemberitaan dari malaikat Gabriel, yang sebenarnya adalah jawaban doanya (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">13), dan kabar baik (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19) yang seharusnya membuatnya gembira (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">14). Karena kekurangpercayaannya, Zakharia justru harus "mengalami langsung" pembuktian kebenaran tersebut. Ia menjadi bisu sampai saat "semuanya terjadi" (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20). Sikap ini kontras dengan Elisabet, istrinya. Perhatian khusus Lukas kepada kaum wanita sebagai para pemberita kebenaran dan murid yang baik tercermin pada catatannya tentang sikap Elisabet yang langsung mengakui bahwa apa yang terjadi adalah perbuatan Tuhan (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">25). Pada akhirnya memang perbuatan Tuhanlah yang menjadi penentu bagaimana manusia dapat mengetahui, dan karenanya bersukacita karena (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">14) kebenaran. Ini tampak pertama-tama di dalam nas ini melalui pengutusan malaikat Gabriel kepada Zakharia untuk memberitahukan rencana Allah bagi anak mereka Yohanes. Yang kedua dan yang terpenting adalah persiapan inkarnasi Kristus melalui pengutusan Yohanes Pembaptis. Yohanes dikhususkan Allah dalam cara mirip seorang nazir walaupun ia bukan nazir (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">15, bdk. Bil. 6:3). Ia juga memiliki misi khusus: mempersiapkan umat seperti yang dinubuatkan PL (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">16-17, bdk. Mal. 4:5-6) bagi inkarnasi Kristus, yang adalah kabar gembira dan kebenaran terakbar.
Renungkan: |
(0.56) | (Luk 22:31) |
(sh: Dua pesan (Jumat, 2 April 2004)) Dua pesanDalam perjamuan terakhir Yesus memberi dua buah pesan: pesan pertama ditujukan kepada Petrus tanpa mengabaikan murid-murid lainnya. Kata 'kamu' dalam ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">31 ditulis dalam bentuk jamak sehingga tidak menunjuk hanya pada Petrus tetapi juga kepada para murid lainnya. Iblis menuntut agar Petrus dan murid-murid lain “ditampi” seperti gandum (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">31). “Ditampi” artinya dipisahkan. Iblis merasa bila Petrus gagal, maka murid lain juga akan mengikuti jejak Petrus. Situasi demikian disadari sepenuhnya oleh Yesus. Bagaimana Yesus menghadapinya? Yesus berdoa. Dalam doa-Nya Yesus tidak mendoakan agar Petrus tidak mengalami kegagalan, tetapi Yesus justru mendoakan agar kegagalan tersebut tidak mengubah imannya. Artinya, Petrus akan menerima pelajaran yang sangat berharga dari kegagalannya, yaitu bahwa Petrus dimampukan untuk mengerti tentang arti pemulihan. Pelajaran inilah yang kelak memampukan Petrus untuk menguatkan murid-murid lain (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">32). Pesan kedua diberikan kepada murid-murid lain termasuk juga Petrus (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">35). Yesus mengingatkan agar mereka mempersiapkan diri secara fisik dan rohani. Persiapan fisik dilambangkan dengan istilah pundi-pundi, sedang persiapan rohani disimbolkan dengan istilah pedang. Akan tetapi mereka memahaminya secara harafiah. Tentu saja pemahaman seperti ini salah. Yesus mengkoreksi pemahaman demikian. Yesus mengatakan perlu membeli pedang (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">36), tetapi kemudian mengatakan tidak perlu pedang (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">38). Jelas yang dimaksud bukan pengertian secara harfiah. Yesus menegaskan dengan bahasa metafora perlunya persiapan rohani. Mereka perlu pedang rohani. Pedang rohani ini lebih penting dari persiapan fisik (ayat banyaknya+kata-kata+doanya+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">36). Renungkan: Ketika kita mengalami kegagalan, kita akan mengerti tentang arti keberhasilan. Pahamilah bahwa gagal dengan kekuatan sendiri membuat kita mengerti tentang arti doa yang bergantung pada Allah. |