Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 15 dari 15 ayat untuk anting-anting telinga AND book:19 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Mzm 81:1) (sh: Pertobatan telinga (Rabu, 31 Oktober 2001))
Pertobatan telinga

Pertobatan telinga. Mendengar merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman yang kita miliki dimulai dari mendengar firman Allah (Rm. 10:17). Demikian pula, iman itu dapat disesatkan ataupun dibimbing ke jalan yang benar melalui apa yang kita dengar. Pentingnya mendengar dan dampak dari mendengar inilah yang menjadi penekanan Mazmur 81 ini.

Mazmur ini merupakan seruan bagi bangsa Israel untuk mendengar. Karena mendengar adalah dasar bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan mereka (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6b-11). Sejarah perjanjian antara Allah dengan mereka diawali dengan perintah untuk mendengar (Ul. 6:4), tetapi di sepanjang sejarah Israel secara berulang-ulang terjadi penolakan untuk mendengar (ayat 12). Bagi bangsa Israel, menolak untuk mendengarkan Tuhan adalah sama dengan menolak kuasa Tuhan, dan itu berarti menolak keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka (ayat 13-17).

Mazmur ini merupakan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan bagi mereka, sehingga Ia terus-menerus memanggil mereka untuk mendengar (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9, 12, 14). Ini merupakan seruan keprihatinan Tuhan yang sangat mendesak. Tuhan tidak ingin umat-Nya terus- menerus berada dalam kesesatan karena menolak untuk mendengarkan Tuhan, dengan menyediakan telinganya bagi suara-suara lain yang mengacaukan, membelenggu, dan menjebak mereka ke dalam perangkap perbudakan (ayat 12-13). Dia mengajak umat-Nya bergerak maju bersama-Nya menuju hidup yang baru (ayat 14-17). Yang diperlukan untuk pemulihan ini hanya suatu ketaatan untuk mendengar.

Hidup baru buah pertobatan telinga ini akan berdampak pada pembaharuan sukacita umat-Nya untuk memuji (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6a), perombakan komunitas yang rusak menjadi komunitas yang mempraktikkan keadilan dan terbebas dari tekanan (ayat 15-16), dan pemulihan kondisi ekonomi mereka sehingga tidak lagi mengalami kekurangan (ayat 17).

Renungkan: Pemulihan hidup diawali dengan pertobatan telinga. Sudahkah telinga Anda dipertajam oleh kebenaran sehingga dapat membedakan antara firman Tuhan dengan suara-suara lain yang menyesatkan? Bagaimanakah Anda berkomitmen pada kebenaran dan mempertajam telinga Anda bagi kebenaran?

(0.93) (Mzm 139:17) (full: BETAPA SULITNYA PIKIRAN-MU, YA ALLAH )

Nas : Mazm 139:17

(versi Inggris NIV -- betapa indahnya kepadaku pikiran-Mu). Kita dapat dihibur bila mengetahui bahwa Allah senantiasa mengetahui kebutuhan, kesulitan, dan penderitaan kita, dan bahwa Dia merencanakan pemeliharaan, pengampunan, keselamatan, dan pengudusan kita. Pikiran-pikiran-Nya bagi kita tidak terselami dan tidak terhingga. Sebagaimana ditulis rasul Paulus, "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia" (1Kor 2:9).

(0.88) (Mzm 78:1) (full: PASANGLAH TELINGA UNTUK PENGAJARAN-KU, HAI BANGSA-KU. )

Nas : Mazm 78:1

Mazmur ini digubah untuk mengingatkan Israel mengapa demikian banyak hukuman berat dari Allah menimpa mereka sepanjang sejarah.

  1. 1) Nyanyian ini mengingatkan mereka untuk belajar dari kegagalan rohani nenek-moyang mereka dan berusaha dengan tekun menjauhi ketidakpercayaan dan ketidaksetiaan yang sama.
  2. 2) Umat Allah dewasa ini harus memperhatikan mazmur ini dengan cermat karena banyak gereja dan denominasi telah kehilangan kehadiran dan kuasa Allah karena ketidakpercayaan dan ketidaktaatan kepada firman-Nya. Karena gagal menjadikan standar dan pengalaman alkitabiah landasan untuk kebenaran dan perilaku, mereka secara berangsur-angsur telah tersesat dan mengikuti jalan mereka sendiri (bd. Yes 53:6)
(0.82) (Mzm 115:1) (sh: Allah yang menghantar (Selasa, 17 Agustus 1999))
Allah yang menghantar

Allah yang menghantar. Ayat-ayat pertama Mazmur ini merupakan doa agar Allah yang hidup, yang mulia pada peristiwa Laut Merah dan sungai Yordan kembali dimuliakan dan ditinggikan, karena Allah sudah tidak lagi ditakuti bangsa-bangsa lain, bahkan dicemooh (2). Dilihat dari perspektif zaman sekarang, hal ini mengingatkan kita bahwa Allah yang sudah menghantar Indonesia menuju kemerdekaan, tidak lagi ditinggikan dan dimuliakan dalam kehidupan yang kudus dan adil. Mulut tidak berkata tentang kebenaran. Kejahatan dan ketidakadilan dibiarkan seolah tidak dilihat. Suara teriak orang tertindas hanya menembus dinding karena telinga tak berfungsi.

Allah yang membimbing. Bagaimana Kristen hidup masa kini, tidak boleh lepas dari apa yang Allah lakukan di masa lalu. Itulah fondasi hidup masa kini dan masa depan. Karena itu Kristen harus mempertaruhkan hidup masa kini dan masa depannya hanya pada-Nya. Perwujudannya adalah dalam kesiapan memuji Tuhan sekarang ini dan sampai selama-lamanya. Tidak berarti bahwa Kristen hanya bernyanyi sepanjang hidupnya, tetapi selalu diwarnai ucapan syukur, karena keyakinan akan diri-Nya. Kita harus yakin bahwa Allah tidak hanya menghantar kepada kemerdekaan, namun akan terus membimbing bangsa ini menuju pada masa depan yang penuh pengharapan.

(0.80) (Mzm 72:1) (sh: Doakan pemimpin kita! (Selasa, 2 November 2004))
Doakan pemimpin kita!

Doakan pemimpin kita! Pemimpin negara tanpa dukungan rakyatnya tidak dapat berhasil. Siapa lagi yang mendukung pemimpin Indonesia kalau bukan kita warga negaranya.

Mazmur 72 merupakan doa Salomo bagi putranya, yang akan meneruskan takhta Israel. Harapan Salomo bagi raja baru ini, ialah agar ia akan memerintah bangsanya dengan bersandarkan pada hukum Allah, sehingga keadilan ditegakkan (ayat 1-4). Raja yang mengagungkan hukum akan bertindak adil. Ia akan membela rakyatnya yang tertindas dan miskin. Sebaliknya, para penjahat dan pembuat onar dihancurkannya. Keadilannya dalam memimpin akan membawa kesejukan dan damai sejahtera kepada rakyatnya (ayat 5-7). Rakyat pasti mendukungnya dengan utuh, oleh karena raja dekat dengan mereka. Bangsa-bangsa lain pun akan hormat dan tunduk setelah melihat betapa bijaksananya ia memimpin bangsanya (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">8-11).

Selain itu, telinga raja terbuka kepada jeritan orang yang membutuhkan pertolongan. Singkatnya raja mengabdikan hidupnya untuk menghantar rakyat menuju hidup yang lebih baik (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">12-14). Itu sebabnya pada masa pemerintahannya, kemakmuran dan kesentosaan dinikmati oleh semua orang (ayat 15-16). Raja yang demikian ini akan dikenang (ayat 17), nama Tuhan akan dipermuliakan, semua bangsa datang untuk mengenal dan menyembah Dia (ayat 18-19). Doa untuk pemimpin harus sesuai dengan panggilan dan tanggung jawab pemimpin di hadapan Allah dan rakyat yang dipimpinnya, bukan untuk kepentingan pemimpin sendiri.

Tuhan sudah memberikan kepada kita presiden beserta tim pemerintahan yang baru. Mereka bukan orang yang sempurna, mungkin pula bukan pilihan kita. Namun, untuk lima tahun ke depan merekalah pemimpin-pemimpin kita. Mari kita doakan agar mereka memiliki takut akan Tuhan sebagai dasar hidupnya, keteguhan jiwa pelayanan sebagai dasar kepemimpinannya, dan sifat adil sosial dalam pengabdiannya bagi bangsa negara Indonesia.

Doaku: Tuhan, berikan kepada presidenku dan para pemimpin bangsa ini hati yang takut kepada-Mu, peduli kepada rakyatnya, berani menindak ketidakadilan dan tegas menumpas kejahatan.

(0.80) (Mzm 78:1) (sh: Mendengar dan meneruskan yang didengar (Jumat, 26 Oktober 2001))
Mendengar dan meneruskan yang didengar

Mendengar dan meneruskan yang didengar. Setiap hari terdapat begitu banyak hal yang dapat kita dengar ataupun ucapkan, yang akan mewarnai hidup kita. Semuanya itu merupakan pilihan bagi kita untuk menentukan dengan apakah kita akan mewarnai hidup kita.

Mazmur ini merupakan catatan yang luar biasa dari generasi ke generasi, yang mengarahkan telinga dan mulut Israel kepada ajaran- ajaran Tuhan. Dalam mazmur ini Israel diingatkan untuk mempertahankan Taurat Tuhan, tidak melupakan perbuatan-Nya, dan tidak memberontak terhadap-Nya. Mereka diperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan nenek moyang mereka yang telah memberontak dan mengeraskan hati di padang gurun, sehingga Allah membinasakan mereka.

Asaf memanggil Israel untuk mendengar pengajarannya (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1, 4) dan terus mengajarkannya kepada generasi yang akan datang (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5, 6). Hal ini direncanakan Tuhan agar Israel dapat mempercayai Dia dan mematuhi perintah-perintah yang diberikan-Nya (ayat 7), sehingga Israel tidak jatuh ke dalam ketidakpercayaan dan pemberontakan seperti nenek moyang mereka (ayat 8). Pemberontakan seperti ini telah mewarnai sejarah perjalanan Israel bersama dengan Allah, sejak mereka berada di padang gurun. Contoh ketidaktaatan ini nyata dalam kehidupan kerajaan utara yang mengabaikan perjanjian mereka dengan Tuhan (ayat 10) dan melupakan karya penyelamatan-Nya (ayat 11).

Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kegagalan sejarah Israel yang diwarnai dengan pemberontakan nenek moyang mereka disebabkan karena: [1] mereka gagal untuk setia mendengar ajaran yang telah diwariskan oleh generasi sebelumnya, dan [2] mereka mengabaikan sejarah karya Allah yang dahsyat dalam perjalanan hidup mereka. Ikatan perjanjian Allah dengan umat-Nya penting dihayati oleh semua umat turun-temurun, dari generasi ke generasi.

Renungkan: Kristen perlu menyadari dari hari ke hari bagaimana karya Allah dalam sejarah hidup kekristenan, sehingga tidak mengulangi kegagalan yang sama atau tetap bebal walau telah mengalami perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib. Dan jangan lupa, kita perlu meneruskannya kepada generasi-generasi berikut, agar mereka belajar mengenal Allah dan setia kepada-Nya.

(0.80) (Mzm 94:1) (sh: Kebahagian orang fasik (Sabtu, 8 Oktober 2005))
Kebahagian orang fasik

Kebahagian orang fasik Banyak orang percaya mengira kehidupan orang fasik bahagia. Benarkah demikian? Pada ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-7, kita justru menemukan kehidupan manusia yang tidak berbahagia sebab mereka tidak dipedulikan Tuhan. Siapakah mereka? Orang-orang fasik yang mengucapkan kata-kata kurang ajar, melakukan kejahatan, dan meniadakan Tuhan dalam hidup mereka.

Orang fasik berbuat demikian seolah-olah ingin menyatakan Tuhan tidak pernah menegur mereka, tidak pernah "menghukum" mereka (ayat 1-3). Sebaliknya Tuhan justru membiarkan dan memberikan izin mereka untuk melakukan apa pun yang mereka ingin perbuat. Jadi, benarkah anggapan tadi? Tidak. Mereka memang terlihat bahagia, namun sebenarnya mereka sedang menjalani kehidupan yang tidak dipedulikan Tuhan. Janganlah kita menginginkan kehidupan mereka. Hidup orang fasik adalah hidup yang menuju kebinasaan. Mengapa demikian? Karena telinga Tuhan mendengar perkataan mereka dan mata Tuhan melihat perbuatan mereka (ayat 8-11). Keadilan Tuhan akan membalas perbuatan jahat mereka dan membinasakan hidup mereka (ayat 23).

Jika demikian, siapakah orang yang berbahagia? Orang yang berbahagia adalah orang yang dihajar oleh Tuhan (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">12a). Orangtua yang mengasihi anak-anaknya pasti akan mendidik anak-anaknya dengan disiplin. Bagi anak-anak, disiplin merupakan aturan yang tidak menyenangkan, tapi itulah inti pendidikan bagi mereka supaya mereka mengetahui apa yang benar dan apa yang salah. Itulah hajaran yang dilakukan Tuhan bagi kita. Ketika kita merasakan tangan Tuhan mengoreksi hidup kita, terimalah itu sebagai bukti kasih-Nya kepada kita. Orang yang berbahagia adalah orang yang menerima pengajaran-Nya (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">12b). Hidup bahagia bukan berarti hidup yang bebas dan lepas dari firman Tuhan. Justru firman Tuhan akan membimbing kita supaya kita bahagia.

Renungkanlah: Apakah Anda ingin hidup bahagia? Terima lah ajaran dan hajaran Tuhan.

(0.80) (Mzm 101:1) (sh: Tekad seorang pemimpin (Sabtu, 15 Oktober 2005))
Tekad seorang pemimpin

Tekad seorang pemimpin Dalam pemerintahan kita mengenal istilah sumpah jabatan, yaitu janji yang diikrarkan seseorang sebelum menduduki posisi jabatan tertentu. Tentu saja sumpah jabatan bisa hanya sekadar pemanis bibir dan suara merdu di telinga, tanpa kesungguhan di dalam hati.

Mazmur raja ini memuat ikrar seorang raja keturunan Daud untuk menjadi pemimpin yang baik bagi umatnya. Pemazmur mulai dari tekad raja untuk menjadi pribadi yang berintegritas (ayat 1-4). Integritas seseorang berakar dari hubungan pribadinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, ukuran kesalehan adalah hidup tidak bercela di hadapan-Nya serta memelihara ketulusan hati. Ini yang disebut integritas hati (ayat 2). Selanjutnya raja bertekad untuk mewujudkan integritas hati ke dalam sikap dan perbuatan yang benar (ayat 3-4). Hal itu dimulai dari rumah tangga kerajaan itu sendiri. Kata rumah di ayat kedua bisa menunjuk kepada keluarga raja atau lebih luas lagi seluruh isi istana. Bahkan bisa juga menunjuk kepada seluruh wilayah kerajaannya (ayat 7).

Sikap raja yang peduli terhadap sikap dan perbuatan orang-orang yang tinggal di dekat dan di sekitarnya merupakan sikap yang sangat penting mengingat seringkali korupsi dan berbagai kejahatan muncul dari orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. Tekad raja kemudian adalah menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5-8). Raja akan membasmi kejahatan dari negerinya. Sebaliknya, orang yang hidup benar dan tidak bercacat cela akan dibelanya. Dengan demikian rakyat dituntut loyalitasnya kepada raja mereka melalui sikap dan perbuatan yang benar dan tepat.

Setiap Kristen dalam batas tertentu adalah seorang pemimpin. Kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi, setia kepada kebenaran dalam sikap dan perbuatan sehingga kita menjadi teladan bagi orang yang kita pimpin.

Renungkan: Kepemimpinan yang baik selalu mulai dari memberi diri dipimpin oleh Tuhan.

(0.80) (Mzm 116:1) (sh: Allah pasti mempertahankan milik-Nya (Minggu, 5 Mei 2002))
Allah pasti mempertahankan milik-Nya

Allah pasti mempertahankan milik-Nya. Mazmur ini dibuka dengan ungkapan pemazmur, “Aku mengasihi Tuhan”. Kasih pemazmur ini merupakan respons terhadap kasih Allah yang telah menyendengkan telinga-Nya kepadanya (ayat 2). Ungkapan ini didasari pada pengalamannya dibebaskan dari bahaya maut. Memang tidak disebutkan oleh apa bahaya maut itu disebabkan, tetapi ia merasa sudah tertangkap oleh sang maut (ayat 3). Pemazmur menuturkan bagaimana ia mengalami krisis iman ketika tenggelam dalam penderitaannya. Tidak ada seorang pun yang menolong. Sendiri dalam penderitaan melahirkan kekecewaan yang dalam (ayat 11). Namun, keadaan itu tidak menggoyahkan kepercayaannya kepada Tuhan (ayat 10). Wajar bila pemazmur rindu untuk membalas segala kebaikan Allah. Ia akan mengangkat piala keselamatan, menyerukan nama-Nya (ayat 13), membayar nazarnya di depan umat Allah (ayat 14,18); mempersembahkan kurban syukur kepada Allah. Arti nya, ia ingin hidupnya selalu memuliakan Allah.

Dari pengalaman iman pemazmur bersama Allah ini, kita belajar tiga hal. Pertama, hakikat hidup kita adalah karunia Tuhan semata-mata, dan bernilai kekal. Kedua, hidup kita berharga di mata-Nya. Hal ini makin membuat kita menghayati kehadiran dan keberadaan Allah yang mempedulikan keberadaan umat-Nya. Bahkan tidak akan dibiarkan-Nya kematian menjemput mereka sebelum waktunya (ayat 15). Ketiga, kebaikan Allah yang juga bernilai kekal itu diresponi dengan sikap paling mulia, yaitu mengabdi sebagai hamba-Nya, makin mengasihi-Nya untuk selama-selamanya.

Renungkan: Allah mengizinkan kita mengalami “krisis iman” agar kita menyadari dan makin menghayati kasih setia Allah dalam hidup kita.

(0.80) (Mzm 143:1) (sh: Dalam tangan Tuhan (Jumat, 29 November 2002))
Dalam tangan Tuhan

Dalam tangan Tuhan.
Tidak bisa kita sangkali bahwa pengulangan seruan pemazmur seperti "dengarkan doaku", "berikan telinga kepada permohonanku", dan "jawablah aku", memberikan kesan bahwa pemazmur "melemparkan" dirinya sepenuhnya ke dalam tangan Allah yang dipercayainya murah hati. Dua sifat Allah dimunculkan di sini (ayat 1): kesetiaan dan keadilan. Keyakinan pemazmur dilandaskan atas pengenalannya sendiri akan Allah yang telah hadir dalam sejarah bangsanya.Di tengah-tengah krisis yang dialaminya, pemazmur mengakui keberdosaannya (ayat 2). Namun, ia juga tidak menghindar dari Allah, tetapi justru Ia memerlukan Allah karena musuh-musuhnya sudah dekat mengancam jiwanya (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3-6). Gambaran yang dipakai di sini sangat kelam. Pemazmur menunjukkan bahwa secara psikologis dan spiritual ia telah hancur (ayat 3), mirip seperti orang yang telah lama meninggal. Krisisnya makin menjadi-jadi ketika ia mengingat akan pekerjaan Allah dalam sejarah (ayat 5-6). Ia juga mengharapkan hadirnya titik cerah dalam situasi yang dihadapinya. Ia seperti tanah yang tandus, putus asa menantikan Tuhan.

Pemazmur terus berteriak kepada Allah, ia mengharapkan respons Allah segera. Ia memerlukan jaminan dari Allah sendiri, seakan-akan ia akan segera musnah jikalau tidak mendapatkan keselamatan dari Tuhan. Namun, sekali lagi, pemazmur tetap memahami bahwa kehendak Allah lebih dari segala sesuatu. Ia memang ingin keluar dari krisis, tetapi ia tetap ingin agar Allah sendiri yang menuntunnya melewati hari-hari yang sukar. Mazmur ini ditutup dengan seruan agar dirinya dihidupkan kembali (ayat 11). Penghidupan kembali ini bukanlah sekadar penghidupan fisik, tetapi secara mental, psikologis, dan spiritual. Ia perlu mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk hidup. Menarik sekali, karena sekali lagi kita diperhadapkan pada satu cerminan bahwa keadilan harus ditegakkan dan yang bersalah harus dihukum.

Renungkan:
Anda tidak bisa mengendalikan hidup Anda dan kesulitan-kesulitan yang menimpa Anda. Jadilah hamba yang rendah hati, bersedia masuk dalam pelukan Tuhan yang tenteram.

(0.77) (Mzm 34:1) (sh: Iman yang berakar pada karakter Tuhan (Kamis, 2 Agustus 2001))
Iman yang berakar pada karakter Tuhan

Iman yang berakar pada karakter Tuhan. Mazmur ini merupakan suatu lantunan syukur (ayat 2-11) dan nyanyian pengajaran Daud (ayat 12-23) yang mengajak kita mengarahkan pandangan kepada Tuhan (ayat 6), menikmati kebaikan- Nya (ayat 9), serta merasakan kedekatan dengan-Nya pada masa-masa yang sulit (ayat 19). Alasan dari ajakannya ini tidak lain didasarkan pada karakter Tuhan yang mendengar (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7a, 18a), melepaskan (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5b, 18b), dan menyelamatkan (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7b, 19b) orang- orang benar (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">16, 20, 22) yang mencari (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 7) dan takut akan Dia (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8, 10, 12). Mereka yang berlindung pada-Nya akan berbahagia (ayat 9), mendapatkan keamanan dan tidak akan menanggung hukuman (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">21, 23).

Pada Mazmur ini Daud memaparkan beberapa hal yang menjadi dasar dan kunci untuk menikmati kehidupan yang akan mengokohkan kesukaan dan kepuasan, sebagai berikut: [1] Takut akan Tuhan (ayat 8, 10, 12); [2] Berseru kepada Tuhan (ayat 5,11); dan [3] Bertekad untuk hidup dalam kebenaran (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14, 15). Semuanya ini akan membawa orang benar ke dalam perlindungan, kecukupan, pemenuhan kebutuhan, dan jawaban doa. Namun semuanya ini bukanlah berarti bahwa segala sesuatu akan berjalan dengan mudah. Pilihan orang benar untuk berkata "Tidak" bagi yang jahat dan berkata "Ya" untuk hal-hal yang baik (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14, 15) tidak selalu menjadikan hidupnya lancar dan mujur, namun seringkali justru membawanya pada berbagai hambatan dan kemalangan (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">20a).

Melalui Mazmur ini Daud menghalau kenaifan iman yang tidak mengandung kekuatan untuk melawan serangan gencar dari yang jahat, sebaliknya menuntun kita pada iman yang berakar pada karakter Tuhan. Iman ini membawa kita pada keyakinan bahwa berbeda dengan orang fasik yang menuju kematian oleh kemalangannya (ayat 22), tidaklah demikian dengan orang benar, Tuhan mendengar dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya apabila mereka berseru- seru kepada-Nya (ayat 18), dan menjatuhkan hukuman kepada siapa yang membenci mereka (ayat 22), sebab mata Tuhan tertuju kepada orang benar dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong (ayat 16).

Renungkan: Iman yang berakar pada karakter Tuhan tidaklah dibangun di atas dasar yang naif dengan meniadakan kesulitan. Iman mampu menambal kehancuran hati, tetapi tidaklah menghindarkan hati dari kehancuran.

(0.77) (Mzm 38:1) (sh: Sumber keselamatan yang mendekat pada masa kritis (Rabu, 8 Agustus 2001))
Sumber keselamatan yang mendekat pada masa kritis

Sumber keselamatan yang mendekat pada masa kritis. Seringkali dosa dan rasa sakit yang diakibatkannya membawa kita ke dalam pergumulan, kesedihan, dan penyesalan yang berat. Pada saat-saat seperti itu kita membutuhkan sahabat yang mampu menolong kita untuk bangkit kembali. Namun tidak jarang yang terjadi justru sebaliknya, orang-orang yang dekat dengan kita berbalik arah, memojokkan, menyingkirkan, dan membiarkan kita sendiri tak berdaya.

Hal seperti inilah yang menjadi konteks pergumulan Daud ketika ia mengalami penderitaan karena beban dosa, rasa sakit, dan permusuhan dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia dengan sedih menyesali dosa, kesalahan, dan kebodohannya; gentar terhadap geram, murka dan amarah Tuhan yang menimpa dirinya (ayat 2-9); terasing, dikucilkan, dan disalahmengerti oleh orang-orang yang dekat dengannya, dan terlebih lagi Tuhan pun seakan-akan menjauh darinya (ayat 10-23). Semuanya ini mengakibatkan beban secara fisik dan mental yang menyusup ke dalam daging, tulang, kepala, pinggang, jantung, mata, telinga, mulut, jiwa, dan nyawanya (ayat 4, 5, 8-11, 13-14). Ia pilu menanggung bebannya: "Luka-lukaku berbau busuk, bernanah oleh karena kebodohanku (ayat 6) .. semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku (ayat 5) .. aku terbungkuk-bungkuk, sangat tertunduk, sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita (ayat 7) .. aku kehabisan tenaga dan remuk redam (ayat 9) .. mulai jatuh karena tersandung, dan selalu dirundung kesakitan (ayat 18)".

Namun Daud tidak terus-menerus membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan yang mendalam. Ia mengarahkan pandangannya kepada Tuhan yang adalah sumber keselamatan (ayat 23) yang mengenalnya, mengetahui segala keinginan dan keluh kesahnya (ayat 10), serta menjawab doanya (ayat 16). Ia mengakui dosanya dan memohon agar Tuhan tidak menghukum dan menghajarnya, ataupun meninggalkan dirinya, namun sebaliknya dengan segera menolong dirinya (ayat 23). Tuhan adalah sumber keselamatan yang bersedia mendekat di masa krisis, Dialah jawaban bagi pergumulan Daud, dan kita semua yang bergumul melawan dosa.

Renungkan: Pertanggungjawaban kita melawan dosa merupakan pertumbuhan rohani yang membawa kita semakin menghayati cinta kasih Tuhan. Apakah Anda berputus asa menghadapinya? Siapakah yang menjadi jawaban Anda dalam pergumulan ini?

(0.77) (Mzm 76:1) (sh: Misi Allah atas keadilan (Rabu, 24 Oktober 2001))
Misi Allah atas keadilan

Misi Allah atas keadilan. Mazmur ini bertujuan mengajak Israel untuk memuji Tuhan karena kemuliaan dan kuasa-Nya yang mengatasi para penguasa di bumi. Di dalam mazmur ini terkandung janji bahwa Tuhan dengan kuasa dan kemuliaan-Nya akan berjuang mematahkan kekuatan para penindas dan menyelamatkan mereka yang lemah. Inilah pengharapan dan pesan yang relevan bagi dunia yang sedang meraung dalam penderitaan dan menangis menantikan keadilan. Pengharapan ini berkembang, dimulai dari Israel (ayat 2-7) dan akan terus menyebar ke seluruh bumi hingga mencapai puncak kesempurnaannya (ayat 8-13). Kerajaan kecil-Nya di Sion bukanlah pembatas bagi kuasa-Nya di bumi, melainkan jembatan yang mengantar berkat-Nya ke seluruh bumi.

Di sinilah Israel mengemban misi Allah atas keadilan. Israel memegang peranan yang penting bagi hadirnya keselamatan dan keadilan di bumi. Karena Seseorang yang Nama-Nya masyhur di Israel (ayat 2-4) akan bangkit menghakimi dan menguasai seluruh bumi (ayat anting-anting+telinga+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9, 13). Dia yang memiliki relasi yang khusus dengan Israel akan bergerak maju sebagai seorang pejuang yang menyerang dan memberi pukulan terakhir pada semua yang jahat di mana pun, untuk menyelamatkan mereka yang lemah, tertindas, dan direndahkan (ayat 10). Ia yang pondok-Nya ada di Yerusalem akan mengadili seluruh bumi dan berkuasa atas segala penguasa. Pengharapan ini bukanlah impian kosong di tengah penderitaan dunia, melainkan suatu penyataan iman. Ini merupakan suatu penilaian yang dibangun di atas iman yang mendasari segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Pengharapan ini bukanlah bagi mereka yang tidak memiliki mata untuk melihat atau pun telinga untuk mendengar, melainkan bagi mereka yang mendengar dan melihat serta berkata "Amin" terhadap janji Allah. Kita yang menyadari misi Allah atas keadilan ini, bukan hanya dituntut untuk membuat komitmen kepada-Nya, namun juga menepatinya dan merealisasikannya dalam hidup sehari-hari dengan penuh ketaatan.

Renungkan: Sebagai Kristen kita mewarisi misi Allah atas keadilan. Bagaimanakah komitmen dan ketaatan Anda terhadap misi ini? Bagaimanakah kita dapat merealisasikan misi ini? Pengharapan tanpa komitmen adalah bagai mimpi di siang hari bolong dan komitmen tanpa pengharapan akan berakhir pada kekecewaan.

(0.77) (Mzm 102:1) (sh: Berhati-Hati Ketika Mengeluh (Minggu, 2 April 2017))
Berhati-Hati Ketika Mengeluh

Dalam doa keluhan kepada TUHAN (1), pemazmur memohon agar TUHAN mendengar teriakan minta tolongnya (2-3) dan juga memberkatinya (bdk. Bil. 6:26). Keluhan itu muncul karena pemazmur merasa ada sesuatu yang salah dalam hidupnya. Hal itu tampak dari kata yang digunakan oleh pemazmur, misalnya: dirinya lemah, menderita, lesu, dan terkucil seperti: asap dan perapian (4), rumput (5, 12), burung ponggok (7), burung terpencil (8), dan bayang-bayang memanjang (12). Dia merasa dirinya tak berdaya dan penuh penderitaan (9-10), serta menduga Tuhan telah marah, geram, dan melemparkannya (11).

Kecenderungan manusia ketika menghadapi masa-masa seperti itu adalah berkeluh kesah. Keluhan tersebut terucap karena kita tidak bisa mengerti mengapa Tuhan mengizinkan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita. Jika keluh kesah hanya berhenti sampai di sini, mungkin tidak masalah. Yang menjadi masalah serius apabila kita mulai mempersalahkan Tuhan dan menganggap Dia tidak peduli terhadap hidup kita. Lebih parah lagi, jika kita kecewa, lalu meninggalkan Tuhan.

Sekalipun pemazmur mengeluh, dia tidak menganggap dirinya lebih bijaksana dan berhikmat daripada Tuhan. Di awal doanya, dia justru mengarahkan hatinya kepada TUHAN dan berharap kepada-Nya. Dalam kisah Ayub (pasal 40-41), TUHAN bukan saja tidak memberikan jawaban atas pergumulan Ayub, malahan Tuhan balik bertanya kepada Ayub. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kuasa dan hikmat TUHAN.

Apa yang mesti dilakukan jika kita dirundung kesulitan, atau penderitaan? Carilah TUHAN dan ungkapkan dengan jujur perasaan kita kepada-Nya, tanpa menuduh TUHAN melakukan sesuatu yang buruk kepada kita (Yer. 29:11). Satu penghiburan kita adalah bahwa Yesus merasakan penderitaan dan kesusahan kita (Ibr. 4:15). Sebab itu, Ia sanggup menghibur dan menguatkan kita agar kita bisa jadi berkat bagi orang lain (2Kor. 1:3-4). [RH]



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA