Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 9 dari 9 ayat untuk Ia lemah AND book:46 (0.008 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (1Kor 10:28) (ende)

Jang memperingatkan ialah agaknja seorang saudara jang "lemah".

(0.94) (1Kor 6:1) (full: ORANG-ORANG YANG TIDAK BENAR. )

Nas : 1Kor 6:1

Ketika perselisihan sepele (ayat 1Kor 6:2) terjadi di antara dua orang Kristen, hal itu harus dibereskan di dalam gereja dan tidak dibawa ke pengadilan. Gereja harus menghakimi kebenaran dan kesalahan yang terlibat dalam hal itu, menjatuhkan keputusan dan menjalankan disiplin apabila diperlukan

(lihat cat. --> Mat 18:15).

[atau ref. Mat 18:15]

  1. 1) Hal ini tidak berarti bahwa seorang percaya tidak diperbolehkan untuk maju ke pengadilan dalam kasus yang serius dengan orang yang belum percaya. Paulus sendiri naik banding kepada sistem pengadilan pemerintah lebih dari sekali (lih. Kis 16:37-39; 25:10-12).
  2. 2) Paulus juga tidak mengatakan bahwa gereja harus mengizinkan anggotanya untuk berlaku kejam terhadap orang yang tidak bersalah, seperti para janda, anak, dan orang yang lemah. Sebaliknya, Paulus sedang membicarakan persoalan-persoalan di mana tidak ada benar dan salah yang jelas. Tindakan berdosa yang mencolok tidak boleh dibiarkan saja, melainkan harus ditangani sesuai dengan petunjuk Kristus dalam Mat 18:15-17.
  3. 3) Lagi pula, dalam kasus di mana orang yang disebut "saudara" telah menceraikan dan meninggalkan keluarganya dan tidak mau memenuhi tunjangan kebutuhan bagi istri dan anak-anaknya, maka ibu rumah tangga itu dengan maksud yang benar dan perhatiannya terhadap anaknya diperkenankan untuk mengadukan perkaranya ke pengadilan. Paulus tidak menganjurkan agar mereka yang melanggar hukum diizinkan untuk merugikan dan mengancam hidup atau kesejahteraan orang lain. Pernyataannya dalam ayat 1Kor 6:8 menunjukkan bahwa ia sedang berbicara mengenai perselisihan kecil di mana kesalahan dapat diterima dan dibiarkan saja.
(0.92) (1Kor 12:12) (ende)

Mengenai seluruh uraian fasal ini hendaklah diperhatikan keterangan jang berikut: Paulus membandingkan umat (seluruh umat Kristus atau "Geredja") dengan tubuh manusia, sebagai perpaduan banjak anggota mendjadi kesatuan jang bulat utuh dan berdjiwa satu, ialah Roh Kudus. Tetapi dalam ajat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="ende">12 (1KoIa+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="ende">12:12) ganti istilah "umat Kristus" Paulus menamakan umat sendiri "Kristus". Hal itu mengandung makna jang penting dan dalam. Didepan mata batin rasul terbajanglah seluruh umat Kristus, bagaikan tubuh Kristus didalam kemuliaanNja surgawi. Tubuh Kristus sedjak kebangkitanNja bersifat roh, dalam arti tidak terikat lagi pada hukum alami dan misalnja tidak dibatasi oleh ruangan dan waktu. Tubuh Kristus jang mulai dan bersifat roh itu dapat merangkum seluruh umat disegala tempat dan segala waktu. Malahan tubuh mulia ini barulah mendapat kelengkapannja jang sempurna dalam kesatuannja dengan seluruh umatnja itu.

Kesatuan ini biasanja disebut "Tubuh Mistik Kristus". Istilah ini djangan ditanggap sebagai suatu kiasan atau gambaran chajal sadja, melainkan jang tepat merupakan suatu kenjataan jang benar-benar ada dan hidup, hanja tidak kelihatan pada mata djasmani. Kristus jang dengan sendirinja berdjiwa Roh Allah, dalam kesatuan dengan umatNja memberi Roh Allah itu kepada seluruh tubuh dan sekalian anggota masing-masing, sehingga seluruh tubuh (umat bersama-sama dengan Kristus) berdjiwa satu jang sama, ialah Roh Allah atau Roh Kudus.

Untuk mengerti baik ungkapan-ungkapan jang mungkin terasa aneh dan kabur, baiklah kalau diperhatikan, bahwa Paulus dalam uraian bab ini tidak tegas membedakan antara gambaran (kiasan) dan apa jang digambarkan. Jang satu melebur sadja dalam jang lain. Bila Paulus berkata tentang tubuh manusia, pandangan mata batinnja tetap berlekat pada apa jang dikiaskannja, ialah umat Kristus dan anggota-anggota tertentu. Demikian misalnja ia menggambarkan anggota tubuh manusia sebagai berpribadi, jaitu sebagai manusia jang berpikir dan berkata.

Dalam seluruh uraian pula, terbajang didepan mata Rasul, sebagai pokok uraian, kenjataan bahwa ada perselisihan, perpetjahan dan kurang tjinta-kasih didalam umat. Sebab itu seluruh uraian mengandung peringatan-peringatan dan nasehat-nasehat, pun teguran-teguran seperti jang berikut. Anggota-anggota jang merasa kurang diindahkan, kurang diberi kurnia jang njata, atau tidak mempunjai suatu djabatan, djangan merasa malu atau ketjil hati sebab itu, seolah-olah mereka kurang dipenuhi Roh Kudus. Mereka djangan iri hati atau tjemburu, sebab kurnia-kurnia jang diberikan untuk kepentingan orang lain (seluruh umat), ataupun suatu kedudukan tinggi dalam urusan umat, sedikitpun tidak mengenai martabat dan kemuliaan hakiki sebagai anggota tubuh Kristus, anak Allah dan waris surga. Sebaliknja mereka jang diberi kurnia-kurnia atau suatu djabatan dalam umat djangan sombong dan angkuh hati terhadap saudara-saudaranja jang kurang dikurniai dan rupa-rupanja lemah. Jang nampaknja kurang kehormatan lahiriah dalam lingkungan umat, harus setjara istimewa ditjintai dan dihormati oleh seluruh umat, sebagaimana Allah sendiri memberi tjontoh (ajat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="ende">24) 1Ko 12:24. Lagi pula demi kesatuan dalam Kristus tak boleh dibiarkan timbul perselisihan, perpetjahan atau pembedaan didalam umat. Segala anggota harus dengan tulus-ichlas saling tjinta-mentjintai dan tolong-menolong, tanpa membeda-bedakan.

(0.88) (1Kor 11:30) (ende: Sakit)

"lemah", "meninggal". Itu dapat ditafsirkan dalam arti rohani-ataskodrati, tetapi menilik ajat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="ende">32 (1Ko 11:32) lebih baik agaknja kalau ditanggap sebagai hukuman djasmani.

(0.81) (1Kor 4:11) (jerusalem) Sebagai kesimpulan uraiannya (1Ko 4:6-10) Paulus dengan nada mengejek mengulang apa yang diutarakannya dalam bab 1-2: Kamu menganggap diri kamu sebagai orang berhikmat, orang kuat dan orang terhormat. Hanya semuanya itu tidak sesuai dengan pandangan Allah, melainkan dengan pandangan dunia yang menganggap kami sebagai orang bodoh, lemah dan terhina dan karenanya menganiaya kami.
(0.77) (1Kor 4:6) (sh: Raja atau hamba? Tuan atau jongos? (Jumat, 5 September 2003))
Raja atau hamba? Tuan atau jongos?

Ini dapat dijawab dengan melihat siapa saja yang ada dalam lingkaran terdekat seseorang. Manusia cenderung untuk berusaha akrab dengan mereka yang secara sosial sejajar, atau kalau mungkin, lebih tinggi. Biasanya, pertemanan akrab dengan mereka yang secara sosial lebih "rendah", apalagi "sampah", dihindari karena berisiko menjatuhkan pamor.

Faktor sosial seperti ini adalah salah satu penyebab konflik yang terjadi antara sebagian jemaat Korintus dengan Paulus. Mereka menganggap Paulus yang kerap menderita (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">11-13), punya kelemahan fisik ("lemah", 10; bdk. 2Kor. 12:7), dan menghidupi diri dari pekerjaan yang relatif kasar (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">12) itu tidak layak untuk tetap dekat dan melayani Korintus, jemaat yang kaya dalam karunia dan berkat. "Tidakkah akan terasa lucu bila Injil berkat melimpah yang jaya itu diberitakan oleh seorang malang, rendah, lemah dan hina (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">9-10)?"

Paulus mengkoreksi pandangan yang salah ini dengan ironi yang menyindir: mereka mulia sementara Paulus dan rekan-rekannya hina, dan seterusnya (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">8-10). Ironi ini bertujuan menyadarkan jemaat Korintus bahwa manusia yang rohani, menerima Roh Allah, memiliki hikmat-Nya, dan bermegah dalam-Nya, justru adalah manusia yang menjadi hamba. Paulus menunjukkan bahwa dalam penderitaan dirinya dan kawan-kawannya justru lebih dekat kepada keadaan Tuhan (bdk. 9-13 dengan Yes. 53:2b-3). Dalam keadaan seperti yang Paulus alami, justru nyata kebenaran bahwa sungguh- sungguh hikmat dan karya Allah adalah kebodohan bagi dunia (bdk. dengan Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1:26-29). Karena itu, seperti pada Paulus, panggilan agar kita hidup menjadi orang-orang kudus (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">1:2) berarti hidup sedemikian rupa sebagai seorang hamba dengan konsekuensi dianggap bodoh serta hina oleh dunia.

Renungkan: Anda juga tidak dapat melayani dua tuan, Allah dan diri Anda ataupun kepentingan pribadi Anda. Tundukkan diri Anda sebagai hamba, supaya Anda dapat melayani Allah dalam dunia.

(0.75) (1Kor 8:1) (sh: Jangan menjadi batu sandungan. (Jumat, 29 Agustus 1997))
Jangan menjadi batu sandungan.

Bagi mereka yang telah memiliki banyak pengetahuan Alkitab dan pertumbuhan iman yang baik, soal makan daging bekas persembahan berhala bukan suatu masalah. Mereka yakin dan percaya, hanya ada satu Allah, yang lain palsu. Berhala hanya benda mati yang tak berdaya dan tak berpengaruh apa pun. Tidak demikian halnya dengan para pemula dan simpatisan Kristen. Orang-orang ini masih memegang teguh keyakinan bahwa penyembahan berhala itu riil, maka daging bekas persembahan itu tak boleh dimakan. Yang lebih kuat iman tidak boleh sengaja makan daging bekas persembahan, sebab tindakan itu akan menggoncangkan iman yang lemah.

Saling membangun dalam kasih. Persekutuan orang beriman harus menjadi tempat saling melengkapi dan membangun di dalam kasih. Kebersamaan ini penting, sebab ibadah yang benar bukan hanya bersifat individual-vertikal, mementingkan kepuasan persekutuan pribadi dengan Tuhan. Segi horisontal, saling mengasihi, memperhatikan, dan membangun, pun sama pentingnya. Orang yang hanya memikirkan paham dan keadaannya sendiri dan melukai hati sesamanya, melukai juga hati Tuhan.

Doa: Hidup seperti Kristus, itulah kerinduanku, Tuhan.

(0.75) (1Kor 8:1) (sh: Jangan menjadi batu sandungan (Minggu, 14 September 2003))
Jangan menjadi batu sandungan

Jemaat menghadapi dilema, di satu pihak mereka tidak boleh makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala, sementara makanan yang ada di pasar umum adalah makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala (bdk. Kis. 15:20,29). Sementara di pihak lain, Paulus mengajarkan: tidak ada sesuatu yang najis dari dirinya sendiri (Roma 14:14). Aturan mana yang harus mereka jalankan?

Paulus menekankan bahwa hanya ada satu Allah. Kuasa-kuasa spiritual di balik berhala dan dewa adalah kuasa Iblis. Namun pandangan Paulus ini bertentangan dengan pemahaman yang sudah terlebih dahulu berkembang yang menganggap bahwa berhala itu benar-benar ada. Keyakinan terhadap berhala telah menodai kesucian hati nurani manusia.

Dalam usaha meyakinkan jemaat Korintus, Paulus menyadari bahwa tidak semua jemaat yang dapat menerima pengajarannya karena pengetahuan dan pola pikir yang telah terbentuk untuk mengakui kekuasaan para berhala. Namun, kepada mereka yang mau mendengarkan pengajarannya, Paulus menekankan bahwa kunci untuk tetap percaya pada keesaaan Allah dan menyingkirkan keyakinan bahwa berhala- berhala itu berkuasa adalah tetap pada keyakinan bahwa hanya Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu, dan yang memberi kita hidup (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">6).

Renungkan: Mempertahankan keyakinan yang benar, tanpa memedulikan hati nurani orang lain yang lemah bukanlah sikap Kristiani yang terpuji, sebaliknya menjadi batu sandungan bagi mereka.


Bacaan untuk minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Ulangan 4:1-8; Yakobus 1:19-25; Markus 7:1-8, 14-15, 21-23; Mazmur 15

Lagu KJ 169

(0.75) (1Kor 9:19) (sh: Hidup baru? Baru hidup! (Selasa, 16 September 2003))
Hidup baru? Baru hidup!

Banyak orang berpikir bahwa keselamatan menjadi akhir dari segalanya. Maksudnya, setelah mereka memiliki keyakinan akan keselamatan di dalam Kristus, maka selesailah juga seluruh pergumulan hidup mereka. Mereka tinggal menikmati hidup dan menantikan saat kembali ke surga.

Namun dalam bagian ini, Paulus menjelaskan bahwa hidup baru bukanlah akhir dari tujuan kita di dunia ini, karena di dalam hidup kita memiliki tugas seperti Paulus, yaitu menyaksikan tentang hidup yang benar untuk memenangkan sebanyak mungkin orang (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">19), baik orang Yahudi, orang yang hidup di bawah hukum Taurat dan yang tidak (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">20,21), orang yang lemah, dan bagi semua orang (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">22). Paulus menggambarkan bahwa hidup baru adalah seperti sebuah pertandingan yang harus dimenangkan oleh orang Kristen yang baru hidup. Kalau dalam menghadapi satu pertandingan, seorang pelari berlatih selama 10 bulan dan membatasi kebebasan serta mendapat suatu peraturan yang ketat, tujuannya adalah memenangkan pertandingan dengan sesama pelari untuk mendapatkan mahkota yang fana (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">25). Waktu persiapan kita dalam menghadapi sebuah pertandingan melawan diri kita sendiri (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">25,27) adalah seumur hidup kita. Tujuan pertandingan tersebut adalah untuk mendapatkan mahkota yang abadi (ayat Ia+lemah+AND+book%3A46&tab=notes" ver="">25).

Setiap orang yang bernafas pasti meyakini bahwa mereka "hidup". Bukan sekadar hidup, tetapi "hidup" yang sesungguhnya yaitu hidup baru di dalam Kristus. Kita akan merasakan bahwa kita sudah benar- benar hidup. Paulus mengingatkan kepada setiap orang percaya masa kini bahwa hidup baru yang dianugerahkan Kristus kepada kita adalah awal dari kehidupan yang sesungguhnya.

Renungkan: Sudahkah Anda melatih dan menguasai diri Anda sedemikian rupa untuk bertanding demi merebut mahkota yang kekal?



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.11 detik
dipersembahkan oleh YLSA