Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 141 - 154 dari 154 ayat untuk Firman Tuhan AND book:42 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.66) (Luk 17:20) (sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004))
Kerajaan Allah sudah datang!

Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya.

Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat 20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat 21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut.

Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat 22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang.

Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat.

(0.66) (Luk 18:18) (sh: Sombong vs rendah hati (Selasa, 16 Maret 2004))
Sombong vs rendah hati

Orang yang sombong biasanya mengukur kesuksesan diri sendiri dengan ukuran yang dipakai oleh dunia ini. Misalnya, dia merasa bahwa dirinya sukses di dunia ini karena memiliki kekayaan, atau kuasa, atau kepintaran yang melebihi rekan sekerjanya, atau orang lain. Tidak jarang orang sombong berusaha menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan akan kesuksesannya.

Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: "apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal" (ayat 18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: "Saya sudah melakukan semuanya" (ayat 21). Cara mengajukan pertanyaan pun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik.

Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (ayat 22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya.

Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (ayat 30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses.

Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan.

(0.66) (Luk 19:11) (sh: Peringatan kepada mereka yang .. (Jumat, 19 Maret 2004))
Peringatan kepada mereka yang ..

Mengajarkan kebenaran kepada para murid Yesus saja sudah sulit, apalagi kepada orang banyak. Yesus menyadari bahwa para murid masih salah mengerti tentang kerajaan Allah. Mereka menyangka Kerajaan Allah akan segera datang melalui kehadiran Yesus di Yerusalem, padahal tidak demikian (ayat 11).

Melalui perumpamaan ini Yesus sekali lagi mengajar mereka bahwa Kerajaan Allah yang sempurna dan terakhir belum lagi datang. Setelah Yesus selesai dengan tugas keselamatan-Nya di kayu salib, mati dan bangkit pada hari ketiga, Dia akan pulang kepada Bapa untuk menerima hormat dan kemuliaan yang dulu dimiliki-Nya (ayat 12). Sementara itu, Ia meninggalkan para murid di dunia ini untuk meneruskan misi Yesus dengan penuh tanggungjawab (ayat 13). Tugas itu harus dipertanggungjawabkan pada saat Yesus datang kedua kali (ayat 15). Murid-murid yang setia dan dedikatif akan menerima pujian 'hamba yang baik' dan menerima kepercayaan lebih besar dalam Kerajaan-Nya (ayat 16-19), tetapi murid-murid yang tidak setia serta meragukan kasih-Nya akan kehilangan segala kehormatan dan hak-haknya (ayat 26). Perumpaman ini juga membicarakan nasib orang-orang yang menolak kerajaan Allah, menolak Yesus sebagai Tuhan mereka (ayat 14). Siapakah mereka? Mungkin sekali orang-orang Yahudi. Mereka akan dihakimi, dan dibinasakan sebagai pemberontak (ayat 27).

Bagi kita yang hidup pada masa penantian kedatangan Yesus yang kedua kali, perumpamaan ini sangat relevan. Adakah kita akan terbukti hamba yang setia, yang mengupayakan secara maksimal pelayanan Injil yang dipercayakan kepada kita, ataukah kita malas dan mempermainkan anugerah Allah? Atau bahkan, jangan-jangan kita ada di golongan orang-orang yang menolak Dia?

Camkanlah: Waktunya akan tiba untuk kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di hadapan Hakim yang Adil.

(0.66) (Luk 20:20) (sh: Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan (Rabu, 24 Maret 2004))
Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan

Perikop ini menampilkan intrik politik yang dihalalkan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Mereka memakai orang lain untuk memuji pengajaran Yesus dan sekaligus mengajukan perta-nyaan: "apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar?" (ayat 23). Para imam dan ahli Taurat sebenarnya secara politis bertentangan posisi dan pemahaman dengan orang Saduki. Para ahli Taurat ingin mempertahankan kemurnian Taurat, juga mereka cenderung anti Kaisar (Pemerintah Romawi). Sebaliknya orang Saduki yang lebih rasional cenderung menolak "pandangan yang fundamentalistis" dari para ahi Taurat itu. Sungguh aneh tapi nyata bahwa untuk melawan Yesus, para ahli Taurat dan orang Saduki "berkolusi" dan kompromi menyuruh orang lain datang kepada Yesus. Menurut anggapan mereka itu adalah cara yang tepat untuk menjerat Yesus demi tujuan mereka bersama (ayat 20-22), sebab menurut mereka Yesus hanya berurusan dengan hal rohani saja (ayat 21,23).

Mereka tidak membayangkan bagaimana cara Yesus menjawab pertanyaan mereka. Kelicikan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi dilucuti dengan jawaban Yesus yang bijaksana (ayat 24,26). Pada mata uang yang dipakai sebagai alat pembayaran yang sah, tertera tulisan dan gambar Kaisar (ayat 24-25). Mereka bungkam dan tidak berkutik lagi. Sungguh menarik bahwa jawaban Yesus itu, mengandung ajaran agar para pemimpin agama Yahudi belajar taat kepada Allah dan menghormati Kaisar (=Pemerintah). Mereka harus memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah dan apa yang wajib diberikan kepada Kaisar (pemerintah). Mereka harus tahu memberi ibadah dan ketaatan kepada Allah dan ketaatan sipil yaitu kewajibannya kepada Kaisar.

Renungkan: Dalam menyongsong Pemilu 2004, setiap Kristen perlu belajar dan meminta hikmat dari Tuhan Yesus dalam menentukan sikap dan pilihannya, agar tidak terjebak dan terjerat intrik politik.

(0.66) (Luk 22:24) (sh: Siapa terbesar? (Kamis, 1 April 2004))
Siapa terbesar?

Pertarungan untuk menjadi yang terbesar dalam bidang apapun adalah masalah klasik manusia. Pemilu diselenggarakan untuk mencari orang nomor satu dari lebih 200 juta rakyat Indonesia. Menurut Anda, apakah keinginan untuk menjadi yang terbesar dan nomor satu itu dapat dibenarkan? Jika dilihat dari sudut pandang Yesus, Dia justru menginginkan bahkan mendorong para murid agar menjadi yang terbesar dan nomor satu. Mengapa demikian?

Tuhan Yesus berada di tengah-tengah murid-murid dan melayani mereka (ayat 27). Bahkan Yesus rela mengorbankan nyawa-Nya dalam pelayanan kepada mereka. Dia mendemonstrasikan kepada murid-murid bagaimana menjadi yang terbesar. Menjadi terbesar tidak ditentukan oleh jabatan atau kedudukan. Menjadi terbesar berarti menjadi pelayan. Dengan perkataan lain, siapa saja yang melayani sesama seperti Yesus melayani sesama adalah orang terbesar dalam kerajaan Allah.

Murid-murid diperintahkan untuk menjadi terbesar melalui pelayanan. Berbeda dengan Yudas yang meninggalkan Yesus, murid-murid tetap bersama Yesus pada saat menjelang kematian-Nya (ayat 28). Kepada murid-murid Yesus menjanjikan bahwa mereka akan duduk bersama dalam perjamuan dan memerintah bersama-Nya kelak (ayat 29).

Prinsip “pemimpin adalah pelayan” dapat dipergunakan ketika memilih pemimpin. Pilihlah orang-orang yang mau melayani orang lain, bukan melayani kepentingan diri sendiri atau golongannya saja. Kita memilih pemimpin untuk mencari siapa yang terbesar. Ini berarti kita memilih orang-orang yang memerintah melalui pelayanan yang diberikannya.

Renungkan: Jika Anda diperhadapkan dengan pilihan: ingin melayani atau dilayani? Mana yang Anda pilih? Mengapa kita masih lebih suka dilayani ketimbang melayani?

(0.66) (Luk 22:39) (sh: Yesus berdoa (Sabtu, 3 April 2004))
Yesus berdoa

Apa yang akan Anda lakukan ketika muncul masalah pelik dalam hidup Anda? Panik? Susah? Sedih? Reaksi demikian sangat manusiawi. Yesus juga demikian. Namun, Tuhan Yesus menghadapi masalah dan persoalan itu dengan doa (ayat 41). Akan tetapi, ketika Yesus menghadapi kematian, Ia begitu takut sampai-sampai Ia melukiskan peristiwa kematian-Nya sebagai 'cawan' (ayat 42). Apa maksudnya? Di dalam Perjanjian Lama cawan atau piala adalah simbol murka (Mzm. 11:6; 75:9; Yes. 51:17,22; Yer. 25:15-16; 49:12; Yeh. 23:31-34). Jadi, Yesus tidak takut kepada paku dan tombak atau salib. Yang Yesus takutkan adalah kematian-Nya berarti perpisahan dengan Allah.

Meski demikian Yesus lebih mengutamakan kehendak Allah di atas kehendak atau keinginan-Nya (ayat 42). Yesus menaklukkan kehendak-Nya ke bawah kehendak Allah Bapa. Sebab hanya dengan cara ini persekutuan manusia berdosa dan Allah dipulihkan. Tindakan Yesus ini patut diteladani: Yesus taat kepada kehendak Bapa, maka kita pun belajar taat, bahkan untuk mati dan menderita demi Dia.

Ketakutan Yesus yang selalu memikirkan perpisahan dengan Allah, semakin mendorong Dia berdoa dengan lebih keras dan serius. Yesus berdoa hingga cucuran keringat-Nya dilukiskan seolah seperti darah. Ini suatu pergumulan paling berat yang Yesus alami sebelum Ia naik ke kayu salib, dan mati di sana.

Bagaimana dengan murid-murid? Mereka juga berdoa? Tidak. Mereka tidur (ayat 45). Meski sudah sering melihat pentingnya doa dan sudah sering diajar berdoa, dalam situasi yang sangat genting mereka bukan berdoa, malah tidur. Reaksi Yesus? Ia tidak marah kepada mereka. Ia mengingatkan mereka untuk berdoa (ayat 46). Yesus mengingatkan mereka tujuan berdoa. Pengikut Yesus perlu berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan.

Renungkan: Jika doa begitu penting bagi Yesus, mengapa kita masih malas berdoa?

(0.66) (Luk 24:50) (full: IA ... MEMBERKATI MEREKA. )

Nas : Luk 24:50

Berkat Allah atas kehidupan para pengikut-Nya perlu sekali. Alkitab mengajarkan beberapa hal mengenai berkat Allah:

  1. 1) Kata "berkat" (Yun. _eulogia_) berarti:
    1. (a) suatu karunia ilahi yang menyebabkan pekerjaan kita berhasil (Ul 28:12);
    2. (b) kehadiran Allah bersama kita (Kej 26:3);
    3. (c) pemberian Allah berupa kekuatan, kuasa, dan pertolongan (Ef 3:16; Kol 1:11); dan
    4. (d) pekerjaan Allah di dalam dan melalui kita untuk menghasilkan kebaikan (Fili 2:13).
  2. 2) Di dalam PL, kata-kata yang berkaitan dengan "berkat" terdapat lebih dari 400 kali. Hal pertama yang Allah lakukan dalam hubungan-Nya dengan umat manusia adalah memberkati mereka (Kej 1:28). Allah juga memelihara pekerjaan-Nya dengan memberkatinya (Yeh 34:26). Kehidupan dan sejarah umat Allah berada di bawah pemberlakuan berkat dan kutuk (Ul 11:26, dst).
  3. 3) Di dalam PB, seluruh pekerjaan Kristus dapat disimpulkan dengan pernyataan bahwa Allah telah "mengutus-Nya kepada kamu, supaya Ia memberkati kamu" (Kis 3:26). Kita melihat berkat-Nya diberikan kepada anak-anak (Mr 10:13-16) dan kepada para pengikut-Nya sementara Ia diangkat dari bumi (ayat Luk 24:50-51). Demikian juga, berkat telah memainkan peranan yang penting dalam pelayanan para rasul (Rom 15:29).
  4. 4) Berkat Allah itu bersyarat. Umat Allah harus memilih berkat karena ketaatan atau kutuk karena ketidaktaatan (Ul 30:15-18; Yer 17:5,7).
  5. 5) Bagaimanakah kita menerima berkat Tuhan? Tiga hal yang dituntut:
    1. (a) Kita harus senantiasa mengharapkan dari Yesus berkat-Nya atas pelayanan, pekerjaan, dan keluarga kita (Ibr 12:2).
    2. (b) Kita harus percaya, mengasihi, dan taat kepada-Nya (bd. Mat 5:3-11; 24:45-46; Wahy 1:3; 16:15; 22:7).
    3. (c) Kita harus menyingkirkan segala hal dari kehidupan kita yang akan merintangi berkat (Rom 13:12; Ef 4:22; Ibr 12:1).
  6. 6) "Berkat" Allah tidak boleh disamakan dengan keuntungan materiel perorangan atau ketiadaan penderitaan dalam kehidupan kita (lih. Ibr 11:37-39; Wahy 2:8-10).
(0.66) (Luk 2:21) (sh: Makin mengenal-Nya dalam ketaatan (Jumat, 27 Desember 2002))
Makin mengenal-Nya dalam ketaatan

Ayat 33 seharusnya membuat para pembaca terkejut. Setelah segala peristiwa dan pemberitaan sebelumnya, masih ada lagi hal tentang Yesus yang mampu membuat Yusuf dan Maria "amat heran"! Ini menandakan bahwa keduanya masih terus dalam proses mengenali siapa Yesus Kristus dan misi-Nya, salah satunya seperti yang disampaikan Simeon. Yesus adalah Sang Mesias (ayat 26), yang menjadi kelepasan bagi Israel (ayat 25,38), dan memenuhi nubuat PL (ayat 32, bdk. Yes. 42:6, 49:6; 34, bdk. Yes. 8:14). Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengenalan yang lebih mendalam tersebut berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.Ketaatan itu tampak dari tokoh Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang benar dan saleh (ayat 25), dan taat kepada Roh Kudus (ayat 25b-27). Demikian juga Hana, yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ayat 37). Kedua orang ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus, tidak hanya di hadapan Yusuf dan Maria, tetapi, seperti yang dilakukan oleh Hana, juga di hadapan banyak orang yang masih setia berharap kepada Allah (ayat 38). Ketaatan itu juga tampak dari apa yang dilakukan Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah malaikat (ayat 21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (ayat 22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (ayat 22-23) untuk mempersembahkan kurban (ayat 24), serta menyelesaikan semuanya sesuai dengan hukum Taurat (ayat 39).

Peristiwa yang dicatat Lukas dalam bentuk khiastik (gaya penulisan dimana bagian-bagian subnas yang bertema mirip disusun berurut menjadi seperti ini: a-b-c-d-c’-b’-a’) ini memberikan teladan kepada kita, tentang betapa indahnya karya Allah yang dinyatakan melalui orang-orang yang taat beribadah kepada-Nya dan saleh kehidupannya.

Renungkan:
Kesalehan dan kekudusan hidup dikerjakan Kristen jelas bukan supaya bisa masuk surga, tetapi karena itu adalah respons syukur yang tepat atas keselamatan dari-Nya, sehingga Ia dapat memakai Kristen sesuai dengan kehendak-Nya.

(0.66) (Luk 5:12) (sh: Misi kepada pribadi dan komunitas (Rabu, 5 Januari 2000))
Misi kepada pribadi dan komunitas

Banyak penderita kusta kita temui, tidak hanya di zaman Tuhan Yesus, di zaman PL pun sudah ada. Pada umumnya kita merasa ngeri dan berusaha menghindari si penderita kusta, karena takut tertular. Penyakit ini sangat mengerikan karena si penderita lambat laun akan kehilangan bagian-bagian tubuhnya, terutama jari kaki dan tangannya. Itulah sebabnya mereka hidup terisolasi, tidak boleh berada di tengah masyarakat.

Dalam perikop yang kita baca, kita melihat bagaimana sikap Yesus terhadap orang yang berpenyakit kusta ini. Ketika orang ini datang dengan satu tujuan ingin disembuhkan, ia memberanikan diri masuk kota untuk bertemu dengan Yesus. Tampak sekali bagaimana sikap dan permohonannya kepada Yesus yang amat sangat menaruh pengharapan. Tetapi sama sekali tidak memaksa. Ia menyerahkan sepenuhnya kepada kehendakYesus. Yesus mengulurkan tangannya dan menyentuhnya, artinya Ia menyatakan perhatian dan wujud misi pembebasan-Nya, sehinggga si penderita kembali dipulihkan, baik fisik, sosial, psikis, dan rohaninya. Ia harus memperlihatkan kepada imam, sebagai pengesahan kesembuhannya. Lengkaplah sudah pemulihan yang Yesus kerjakan dalam dirinya.

Dalam kejadian selanjutnya, Yesus juga menyentuh dan memenuhi kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Yesus mengetahui iman keempat orang teman yang mengusung si lumpuh, yang tampak dari kegigihan mereka membawa si lumpuh ke hadapan Yesus. Misi-Nya kepada pribadi menjawab kebutuhan si lumpuh dan teman-temannya. Si lumpuh dapat berjalan kembali dan teman-temannya pun mendapatkan sukacita besar karena berpengharapan akan kesembuhan temannya terkabulkan.

Bagaimana dengan orang Farisi dan ahli Taurat serta orang banyak? Sesungguhnya Yesus juga menyatakan misi pelayanan-Nya bagi mereka, tetapi orang Farisi dan ahli Taurat tetap mengeraskan hati. Kebenaran dan penyataan diri sudah didemonstrasikan-Nya, baik melalui pengajaran akan kebenaran-Nya dan kuasa penyembuhan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang mau terbuka dan percaya kepada kebenaran-Nya, mereka memuliakan Allah.

Renungkan: Misi Yesus kepada pribadi dan komunitas. Bagi yang percaya akan menerima berkat dan kuasa-Nya, tetapi bagi yang mengeraskan hati, tidak akan menerima apa pun dari-Nya.

(0.66) (Luk 6:1) (sh: Manakah lebih penting: peraturan atau maknanya? (Jumat, 7 Januari 2000))
Manakah lebih penting: peraturan atau maknanya?

Dalam Perjanjian Lama, pengertian Sabat adalah: (1) suatu bentuk perayaan atas keyakinan Israel bahwa Allah telah menciptaan alam raya ini dan berhenti di hari ke tujuh. Saat ini Israel bukan saja berhenti bekerja, mengikuti teladan Allah, tetapi mengkhususkan diri untuk menghormati Allah. (2) Tujuan umat merayakan Sabat ialah mengingat karya besar Allah yang telah melepaskan mereka dari perbudakan Mesir (Ul. 5:12-15). Sabat adalah saat mensyukuri kebaikan dan kedahsyatan Allah, dan belajar menghayati secara nyata keumatan mereka.

Orang-orang Farisi tahu benar peraturan Sabat, maka mereka menilai bahwa Yesus tidak menghargai peraturan Sabat ketika melakukan hal-hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Mereka menempatkan peraturan untuk mencari kesalahan Yesus dan para murid-Nya. Padahal tindakan Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat pasti dengan penghayatan Sabat yang benar. Manakah yang lebih penting: peraturannya atau kebenaran menolong sesama? Apakah dapat dibenarkan bila seseorang menaati peraturan sampai mengorbankan nyawa sesamanya?

Yesus memiliki otoritas di atas segala peraturan. Ketika Yesus mengatakan bahwa Dia adalah Tuhan atas Sabat, mengandung makna bahwa Ia lebih berotoritas daripada peraturan Sabat, karena Dialah Allah yang menjadi pusat Sabat. Ia tahu lebih dalam pengertian Sabat daripada manusia, bagaimana mungkin Ia sendiri melanggar? Segala sesuatu yang dilakukan-Nya tidak mungkin bertentangan atau melanggar hukum-hukum yang ditetapkan-Nya bagi manusia. Ia tidak bermaksud mengubah hukum Sabat, tetapi Ia adalah pembaharu hukum. Melalui kasus nyata, Ia ingin mengajarkan pengertian dan makna Sabat yang benar, namun sayangnya orang Farisi dan ahli taurat tidak terbuka kepada kebenaran-Nya.

Renungkan: Seringkali peraturan gerejawi yang ditetapkan dapat menggeser makna yang sesungguhnya. Ketaatan kepada peraturan lebih mutlak daripada perwujudan makna kebenaran yang lebih penting dari peraturan. Misalnya ada seorang jemaat yang sedang kritis dan membutuhkan dana untuk berobat, manakah yang terlebih dahulu dilakukan: rapat birokrasi sesuai dengan prosedur/ peraturan atau pencarian/pemberian dana, agar nyawanya tertolong? Marilah kita bertindak bijak dan benar.

(0.66) (Luk 7:1) (sh: Hanya anugerah yang melayakkan (Rabu, 12 Januari 2000))
Hanya anugerah yang melayakkan

Sejak zaman pelayanan Tuhan Yesus ternyata jabatan, status, dan kedudukan seseorang memiliki pengaruh yang besar di tengah kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat sekitar pun akan melakukan apa saja untuk dapat menyenangkan hati orang tersebut. Keadaan ini terlihat jelas ketika seorang perwira di Kapernaum memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Orang-orang Yahudi, yang tahu persis siapa perwira itu langsung merekomendasikan kepada Yesus bahwa permohonan perwira itu layak mendapat perhatian-Nya. Orang-orang itu menganggap bahwa permintaan perwira itu layak dikabulkan karena kepeduliannya membantu pembangunan rumah ibadah orang Yahudi. Tapi, bila akhirnya Yesus datang memenuhi permintaan perwira itu, bukan karena keberadaan dan kebaikannya layak secara kasat mata. Hambanya disembuhkan-Nya bukan karena Yesus membenarkan pendapat orang-orang Yahudi, tentang kelayakan perwira itu, melainkan karena anugerah yang hendak dinyatakan-Nya kepada sang perwira yang menyadari ketidaklayakannya (ayat 6-8). Yesus pun memuji iman sang perwira itu.

Kebaikan dari peristiwa kesembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum ada seorang pemuda di Nain yang secara kasat mata manusia dianggap tidak layak memeproleh perhatian. Selain berasal dari keluarga biasa dan anak seorang janda, ia pun berasal dari lingkungan non-Yahudi. Tetapi semuanya ini tidak menghalangi Yesus untuk menyatakan perhatian-Nya. Ia justru menunjukkan rasa kepedulian dan simpati-Nya dengan turut merasakan penderitaan dan kesusahan janda itu dalam kedukaannya. Dalam peristiwa ini, tindakan Yesus menyembuhkan bukan karena permintaan sang pemuda seperti perwira di atas, tetapi inisiatif Yesus sendiri. Berarti kedua peristiwa ini ingin menunjukkan bahwa kesembuhan diberikan semata karena anugerah dan bukan kelayakan seseorang.

Renungkan: Keselamatan pun adalah anugerah yang dinyatakan-Nya kepada kita yang percaya. Semata tidak berdasarkan status, kedudukan, dan kebaikan seseorang, baik menurut penilian diri maupun penilaian masyarakat. Puji syukur kepada-Nya yang telah melayakkan kita menerima anugerah-Nya, karena sesungguhnya kita tidak layak di hadapan-nya. Mailah kita yang telah menerima anugerah-nya menyatakan syukur melalui hidup yang memuliakan Dia.

(0.66) (Luk 10:21) (sh: Tiga prinsip penting.   (Selasa, 21 Maret 2000))
Tiga prinsip penting.  

Kristus datang ke dunia membawa ajaran yang kedengarannya aneh dan saling bertentangan satu    dengan yang lain. Namun sesungguhnya ajaran-Nya itu indah, kaya,    dan dinamis. Di dalam ajaran Yesus itu selalu termanifestasikan    bahwa Allah dengan kedaulatan-Nya dan kasih-Nya selalu sebagai    poros. Ada tiga prinsip penting dalam ajaran-Nya: sikap taat dan    bersyukur, kasih, dan memberikan prioritas yang benar kepada    Allah.

Dalam hal taat dan bersyukur, Yesus sudah memberikan teladan-    Nya ketika Ia bergembira dalam Roh Kudus dan bersyukur kepada    Tuhan Pencipta langit dan bumi. Ia melihat keadaan-Nya dari    perspektif kedaulatan Allah dan rencana-Nya yang agung. Sikap    Yesus memberikan suatu teladan bahwa kedaulatan Allah bukan    untuk dipertanyakan atau diresponi negatif, namun untuk ditaati    dan disyukuri. Dalam hal kasih,  Ia memberikan contoh dalam    bentuk kisah orang Samaria yang baik hati. Padahal sebelumnya,    Ia berpesan secara keras kepada tujuhpuluh murid agar    mengebaskan debu suatu kota yang melekat pada kaki, jika orang-    orang di dalamnya menolak. Namun apabila orang-orang yang telah    memusuhinya membutuhkan bantuannya, maka haruslah ditolong    dengan sepenuh hati seperti yang telah ditunjukkan kisah orang    Samaria.  Kasih harus dinyatakan kepada semua orang walaupun    berbeda agama, namun ini tidak berarti bahwa perbedaan agama    tidak menjadi soal sejauh kita saling mengasihi. Yesus sudah    menunjukkan kasih yang demikian juga.

Yesus kembali mengajar tentang prioritas ketika ia mengoreksi    apa yang tidak tepat dalam diri Marta. Saat itu Ia sedang dalam    perjalanan ke Yerusalem untuk disalibkan dan ini berarti bahwa    Maria dan Marta tidak akan mempunyai banyak waktu lagi untuk    bertemu dengan-Nya. Karena itu Yesus menuntut Maria dan Marta    memberikan waktu yang terbanyak bagi persekutuan mereka bertiga.    Dengan kata lain Marta harus tahu kapan harus melayani dan kapan    harus berdiam diri di hadapan-Nya.

Renungkan: Di zaman ini nampaknya ketiga hal di atas merupakan    nilai-nilai atau sikap yang sudah langka. Karena kekuasaan dan    kekuatan selalu dihubungkan dengan kekayaan, kemewahan, dan    fasilitas. Kasih selalu dihubungkan dengan siapa dan darimana    orang yang akan kita kasihi. Kemudian kesibukan pelayanan    menggantikan jam doa, jam PA, dan mungkin jam ibadah Minggu.

(0.66) (Luk 18:1) (sh: Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda. (Rabu, 5 April 2000))
Doa dan apa yang di dalam hati dan pikiran Anda.

Banyak Kristen seringkali menolak apabila diminta untuk memimpin doa    baik dalam suatu ibadah, persekutuan, atau pertemuan-pertemuan    ibadah lainnya. Alasan mereka bermacam-macam, salah satunya    adalah mereka malu bila doanya didengar oleh orang lain karena    kata-katanya tidak bagus. Bila kita teliti alasan itu, maka kita    dapat menyimpulkan bahwa keengganan mereka itu dapat dimaklumi.    Dari kata-kata yang diucapkan dalam doa mereka, secara tidak    disadari sebetulnya mengungkapkan apa yang ada di dalam hati dan    pikiran. Dengan kata lain, hakikat doa adalah memancarkan    mengenai sikap kepada dan keyakinan kita akan Allah.

Dua perumpamaan yang Yesus ajarkan juga berhubungan dengan    hakikat doa. Dalam perumpamaan yang pertama (ayat 1-8), permasalahan    yang diajukan bukannya seorang Kristen harus berteriak kepada    Allah agar dibela. Namun permasalahannya adalah ketika Kristen    berteriak kepada Allah dan Ia tidak menjawab dan tidak bertindak    apa-apa, maka hatinya tergoda untuk memutuskan, tidak perlu    meminta kepada Allah karena Ia tidak memperhatikan. Namun    perintah Kristus sangat jelas yaitu bahwa Kristen harus berdoa    dengan tidak jemu-jemu. Berhenti berdoa berarti kita meragukan    kebaikan dan pemeliharaan Allah.

Perumpamaan yang kedua (ayat 9-14) juga menyatakan bahwa doa    disadari atau tidak mengungkapkan apa yang kita pikirkan tentang    diri kita sendiri. Hal ini dapat merupakan sesuatu yang salah    seperti yang diungkapkan dalam doa seorang Farisi. Lalu,    bagaimanakah kita seharusnya berdoa secara benar dan dikenan    Tuhan? Kita sudah belajar dalam "Doa Bapa Kami" tentang doa yang    benar seperti yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Namun ada satu    hal yang perlu kita ingat yaitu bahwa dalam doa kita, harus    terungkap sikap ketergantungan kita secara tulus kepada Allah,    seperti sikap seorang anak kecil yang bergantung total kepada    orangtuanya.

Renungkan: Perumpamaan ini tidak dimaksudkan untuk mendukung    mereka yang tidak malu berdoa di depan umum. Sebaliknya    perumpamaan ini mempertegas bahwa doa bukanlah suatu hal yang    dapat disepelekan.  Oleh karena itu kita harus belajar berdoa    dengan serius yaitu  doa yang berkenan di hadapan-Nya.

(0.66) (Luk 18:18) (sh: Apakah yang terutama dalam hidup ini? (Kamis, 6 April 2000))
Apakah yang terutama dalam hidup ini?

Ini tampaknya merupakan strategi yang dijalankan oleh orang kaya dalam bacaan    kita hari ini. Di hadapan masyarakat umum, ia mempunyai    kehidupan moralitas yang tidak tercela karena ia telah mentaati    Hukum Taurat yang berbicara tentang hubungan antar manusia (ayat 20).    Sebagai pengusaha ia bersih luar dan dalam. Sebagai anak pun ia    termasuk anak yang berbakti kepada orang-tua. Kehidupan    moralitas yang mengagumkan ini bukan baru dijalani satu atau dua    tahun. Sebaliknya ia telah menjalani kehidupan untuk waktu yang    lama. Kesetiaan dan ketahanujiannya sudah terbukti.

Apa yang orang kaya lakukan ini, bagi Allah tidaklah cukup.    Allah masih menuntut kesempurnaan dalam menaati Hukum Taurat.    Dalam hal ini si orang kaya itu masih belum mengungkapkan    ketaatannya terhadap hukum yang pertama dan yang utama. Kualitas    hubungan dengan Allah yang dituntutNya tidak sekadar suatu    ketaatan agama seperti memberikan persembahan korban tiap bulan,    bahkan tiap hari. Lebih lagi, Allah menuntut tempat terutama di    dalam hati, jiwa, dan pikiran seseorang.

Perintah Yesus kepada orang kaya itu untuk menjual seluruh    hartanya, membagi-bagikan kepada orang miskin, dan mengikut    Tuhan  merupakan suatu ujian untuk mengetahui dimanakah orang    kaya itu menempatkan hati, jiwa, dan pikirannya. Dari perintah    itu terungkaplah   bahwa ia tidak menempatkan Allah pada porsi    utama dalam hidupnya. Bahkan bagi dirinya, nilai hidup kekal    yang ia ingin dapatkan tidak lebih besar dari kekayaan yang ia    miliki. Melalui ujian itu terungkaplah bahwa ia tidak sungguh-    sungguh secara utuh menggenapi Hukum Taurat Padahal Allah    menuntun ketaatan yang sempurna. Karena itulah murid-murid    bertanya siapakah yang dapat diselamatkan. Yesus meresponi    pertanyaan murid-murid-Nya dengan menegaskan bahwa bagi  Allah    tidak ada yang mustahil. Bahkan Dia menambahkan bahwa ada banyak    hal-hal lain yang jauh melebihi dari apa yang pernah mereka    miliki baik di dunia ini maupun di dunia yang akan datang yang    akan mereka terima  (ayat 30). Itu semua dimungkinkan karena kuasa    Allah.

Renungkan: Allah telah membuat ketidakmungkinan menjadi    kemungkinan melalui kasih-Nya yang melampaui segala kemungkinan    yang dapat dipikirkan manusia.



TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA