Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 1 - 16 dari 16 ayat untuk (52-3) Mengapa AND book:2 (0.001 detik)
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(1.00) (Kel 23:29) (ende)

Ajat-ajat berikutnja merupakan buah-pikiran dari djaman kemudian dan mengutarakan alasan, mengapa Israel membutuhkan djangka-waktu jang lama untuk merebut kekuasaan atas tanah Kanaan.

(0.96) (Kel 5:22) (ende)

Masih seringkali Musa akan merasa ditinggalkan oleh Tuhan dan oleh bangsanja sendiri. Namun doanja mentjerminkan kepertjajaannja jang tidak pernah gontjang, djuga kalau ia tidak memahami, mengapa Tuhan tidak djelas-djelas memperlihatkan kekuasaanNja.

(0.91) (Kel 32:26) (ende)

Kata-kata ini memberi kesan, bahwa banjaklah jang meninggalkan Jahwe sama sekali, dan mentjari perlindungan dewa lainnja. Suku Levi selalu bertugas memupuk kesuburan iman akan Jahwe pada Umat Israel (lihat Ula 33:8-11; Bil 25:10-13)). Inilah sebabnja mengapa mereka kemudian berkediaman tersebar diantara suku-suku lainnja.

(0.87) (Kel 5:22) (full: MENGAPA PULA AKU YANG KAUUTUS? )

Nas : Kel 5:22

Musa mengabaikan atau melupakan apa yang dikatakan Allah sebelumnya mengenai tanggapan-tanggapan Firaun (Kel 3:19-20; 4:21). Ia kecewa karena ketaatannya kepada Allah mendatangkan kesulitan dan tidak segera berhasil. Sering kali orang percaya di bawah perjanjian yang baru lupa bahwa Firman Allah telah mengatakan "untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, kita harus mengalami banyak sengsara" (Kis 14:22; bd. Yoh 16:33; 1Tes 3:3; 2Tim 3:12).

(0.84) (Kel 9:1) (sh: Menghargai sesama (Sabtu, 9 April 2005))
Menghargai sesama


Mengapa orang menindas sesamanya? Karena manusia yang satu menganggap diri lebih tinggi daripada yang lainnya. Manusia menciptakan sistem kasta di antara sesamanya. Padahal Tuhan menciptakan semua manusia setara.

Mengapa Firaun berkeras tidak mau melepaskan bangsa Israel? Bagi Firaun, Israel adalah aset untuk pembangunan Mesir. Orang Israel hanyalah budak bagi orang Mesir. Oleh karena itu, walaupun sudah empat tulah dijatuhkan, Firaun tetap tidak bergeming. Maka tulah kelima, sampar yang menimpa ternak orang-orang Mesir (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">3,6) dan tulah keenam, barah yang menjangkiti orang Mesir dan ternaknya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">9-10) diturunkan Tuhan untuk menghajar Firaun dan bangsanya. Bahkan para ahli sihirnya Firaun terkena barah itu (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">11). Sebaliknya, bangsa Israel dilindungi Tuhan dari malapetaka itu (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">4).

Firaun dalam kepercayaan bangsa Mesir dianggap sebagai anak allah (dewa Ra), namun demikian di hadapan Allah Israel, Firaun tetaplah manusia biasa. Ia adalah makhluk ciptaan Allah yang mempunyai hakikat yang sama dengan sesamanya manusia. Sikap dan perbuatan Firaun yang menganggap diri lebih daripada manusia biasa, bahkan melecehkan harkat bangsa Israel adalah sikap yang sama sekali salah. Apalagi dengan sombongnya Firaun mau melawan Allah Israel, Sang Pencipta. Upah kesombongan itu adalah kehancuran yang akan datang melalui tulah-tulah yang sudah dan yang masih akan datang.

Orang Kristen harus lebih peka menolak sikap dan perlakukan membedakan manusia menurut suku, harta, kedudukan, dllsb. Pemahaman bahwa kita diciptakan sama mulia sebagai gambar Allah perlu secara aktif kita praktikkan. Lebih daripada itu anugerah pengampunan dalam Kristus Yesus yang membuat orang mengalami pemulihan dari perbudakan dosa wajib kita saksikan.

Yang kulakukan: Mereka yang tertindas harkatnya oleh dosa adalah sesamaku. Aku harus mengasihi dan menyatakan kasih Allah kepada mereka.

(0.84) (Kel 20:18) (sh: Gentar akan Tuhan (Sabtu, 24 September 2005))
Gentar akan Tuhan

Pernah merasa takut dan gentar? Terhadap apa dan mengapa timbul perasaan demikian? Biasanya manusia takut terhadap sesuatu yang membahayakan dirinya atau terhadap seseorang yang jauh lebih berkuasa daripadanya. Jika Allah melalui tindakan-Nya membebaskan Israel dari perbudakan Mesir terbukti baik adanya, mengapa kini Israel takut dan gentar?

Allah yang baik itu juga adalah Allah yang dahsyat meng-gentarkan. Penyataan kedahsyatan Allah itu datang melalui gejala-gejala alam yang mematikan (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">18). Penyataan ini terjadi sesudah Allah memberi sepuluh hukum-Nya kepada umat perjanjian-Nya. Ini untuk menegaskan bahwa Allah menuntut umat tidak bermain-main dengan kasih, perjanjian, dan hukum-hukum-Nya. Memang Israel sudah menguduskan diri mereka sesuai perintah Tuhan sebelum Tuhan menyatakan diri-Nya di hadapan mereka (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">19:10-15). Namun, pengudusan itu harus terus-menerus dilakukan dan bukan hanya secara ritual atau lahiriah semata melainkan dalam seluruh aspek hidup mereka.

Dalam peristiwa ini Israel tidak tahan dan meminta Musa saja mewakili mereka (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">20:19). Memang tidak ada orang yang mampu menghampiri hadirat Tuhan karena dosa-dosanya. Namun, di dalam Tuhan Yesus orang beriman dimungkinkan untuk mendekat ke hadirat Allah sebab dosa-dosanya telah ditutupi oleh korban keselamatan-Nya secara sempurna (Ibr. 12:18, 19, 24). Dalam hidup sehari-hari kini kita menghayati setiap perjalanan di hadapan hadirat-Nya. Kita sekaligus menghayati rasa akrab dari kasih-Nya dan rasa gentar ka-rena kedahsyatan-Nya. Kepekaan akan sifat-sifat Allah itu membangkitkan sikap hidup yang bersuasana tunduk dan menyembah Dia senantiasa.

Ingat: Orang yang belum mengalami pembaruan hidup gentar dan menghindar dari Allah. Orang yang sedang mengalami pembaruan dari-Nya gentar dan hormat dalam dekapan kasih-Nya.

(0.82) (Kel 19:16) (jerusalem) Tradisi Yahwista, Kel 19:18, tradisi Para Imam, Kel 24:15-17, dan tradisi Ulangan, Ula 4:11-12; 5:23-24; 9:15, menggambarkan penampakan Tuhan dalam rangka letusan gunung berapi. Tetapi tradisi Elohista menggambarkannya sebagai suatu badai, Kel 19:16, bdk Kel 19:19. Kedua gambaran tsb diilhami gejala-gejala alam yang paling mengesankan, yaitu letusan gunung berapi sebagaimana dapat diceriterakan oleh para pendatang dari Arabia Utara kepada orang Israel, yang juga dapat menyaksikannya dari kejauhan sejak masa pemerintahan Salomo (ekspedisi ke Ofir); sedangkan di Galilea orang Israel dapat menyaksikan badai yang berkecamuk di pegunungan Galilea atau di gunung Hermon. Mudah dapat dimengerti mengapa tradisi Yahwista menggambarkan penampakan Tuhan sebagai letusan gunung berapi, sebab tradisi ini berasal dari bagian selatan Palestina tempat orang dapat tahu tentang gunung berapi di Arabia. Sebaliknya tradisi Elohista menggambarkan penampakan itu sebagai badai oleh karena tradisi itu berasal dari bagian utara negeri, daerah pegunungan tempat orang dapat tahu akan gejala semacam itu. Kedua gambaran tsb sama-sama mengungkapkan kebesaran dan kemuliaan Tuhan, bdk Kel 24:16+, sifat transendenNya dan rasa takut yang dikarenakan kemuliaan itu, bdk Hak 5:4 dst; Maz 29; 68:9; 77:18-19; 97:3-5; Hab 3:3-15.
(0.81) (Kel 33:20) (jerusalem: tidak tahan memandang wajahKu) Antara kekudusan Allah dan ketidak-layakan manusia ada jurang, bdk Ima 17:1+, begitu rupa sehingga manusia pasti mati seandainya melihat Allah, Kel 19:21; Ima 16:2; Bil 4:20; bdk Kel 6:25+, atau hanya mendengarNya saja, Kel 20:19; Ula 5:24-26 bdk Kel 18:16. Itulah sebabnya mengapa Musa, Kel 3:6, dan nabi Elia, 1Ra 19:13, dan bahkan serafim, Yer 6:2, menutup mukanya di hadapan Tuhan. Orang kaget kalau terus hidup, meskipun melihat Allah, Kej 32:30; Ula 5:24, ataupun merasa takut (keagamaan). Hak 6:22-23; 13:22; Yes 6:5. "Memandang Allah" adalah sebuah karunia istimewa yang oleh Allah dianugerahkan, Kel 24:11, kepada Musa sebagai "sahabat Allah", Kel 33:11; Bil 12:7-8; Ula 34:10, dan kepada nabi Elia, 1Ra 19:11. Musa dan Elia nanti akan menyaksikan Yesus yang dimuliakan, ialah sebuah penampakan Allah dalam Perjanjian Baru, Maz 17:3 dsj. Dalam tradisi Kristen selanjutnya Musa dan Elia (bersama dengan Paulus, 2Ko 12:1 dst) tetap dianggap sebagai teladan unggul dari pengalaman mistik. Dalam Perjanjian Baru kemuliaan Allah. bdk Kel 33:18 dan Kel 24:16+, menyatakan diri melalui Yesus Kristus, Yoh 1:14+; Yoh 11:40; bdk 2Ko 4:4,6. Tetapi hanya Yesus sajalah yang melihat Manusia barulah melihat Allah berhadapan muka dalam kebahagiaan sorgawi, Mat 5:8; 1Yo 3:2; 1Ko 13:12
(0.81) (Kel 4:1) (sh: Tidak bisa atau tidak percaya? (Jumat, 1 April 2005))
Tidak bisa atau tidak percaya?


Alasan menolak yang biasa diberikan orang Kristen bila diminta untuk melayani adalah merasa tidak layak atau tidak mampu. Sebenarnya dibalik pernyataan yang "rendah hati" itu ada sikap tidak mau berkorban dan tidak percaya kepada Tuhan empunya pelayanan.

Mengapa Musa menolak pengutusan Allah? Pertama, Musa tidak yakin umat Israel masih memercayai bahwa TUHAN peduli kepada mereka. Mungkin Israel telah lupa siapa Allah mereka, sehingga jika Musa berani menyatakan bahwa Allah Israel telah menampakkan diri kepada Musa dan mengutusnya pasti dianggap sebagai gurauan belaka (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">1b, Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">3:13). Karena itu, Tuhan menyertakan tanda-tanda ajaib kepada Musa sebagai bukti pengutusan-Nya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">2-9).

Kedua, Musa tidak yakin akan kemampuan diri sendiri memimpin umat yang begitu besar. Perasaan tidak mampu ini menghalangi Musa untuk melihat kuasa Allah bahkan boleh dikata ia meremehkan Allah (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">10-12). Di balik perasaan itu sebenarnya Musa tidak memercayai Allah. Oleh sebab itu, Allah marah karena alasan-alasan yang dibuat-buat itu. Namun, Allah masih memberikan tanda penyertaan-Nya melalui Harun yang akan menjadi juru bicara Musa (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">10-17).

Kita seringkali gagal memercayai Tuhan karena pandangan-pandangan orang lain mempengaruhi kita. Kita kuatir mendengar pandangan mereka terhadap Tuhan lebih logis dan realistis daripada iman kita. Masalahnya adalah kita tidak rela berkorban. Maka, kita perlu mengingat pengurbanan Kristus untuk keselamatan kita, supaya kita didorong untuk membalas kasih-Nya melalui melayani Dia. Kita juga gagal melihat kuasa Allah bahkan cenderung meremehkannya karena kita terlalu berfokus pada keterbatasan dan kekurangan kita. Masalahnya adalah kita tidak percaya kepada Dia. Padahal penyertaan Allah jelas dan tidak perlu diragukan.

Camkan: Mengatakan tidak bisa kepada Allah yang mengutus kita adalah pernyataan ketidakmauan dan ketidakpercayaan kita.

(0.81) (Kel 4:18) (sh: Harus dikuduskan dulu! (Sabtu, 2 April 2005))
Harus dikuduskan dulu!


Seseorang yang mau dipakai Tuhan sebagai alat-Nya, tidak cukup hanya menyatakan kesediaan dan ketaatan. Ia harus menyesuaikan diri dengan panggilan kudus tersebut. Tanpa kekudusan tak seorang pun layak dipakai Tuhan.

Akhirnya, Musa taat pada pengutusan Allah. Dia memutuskan kembali ke Mesir. Suatu keputusan yang tidak mudah, namun dengan jaminan Tuhan Musa pulang (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">4:19). Atas izin mertuanya, Yitro ia membawa keluarganya pulang ke Mesir (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">18). Musa harus mempersiapkan umat Israel untuk keluar dari Mesir dengan menyatakan firman-Nya disertai tanda-tanda mukjizat (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">28-31). Kemudian Musa harus menghadap Firaun untuk pembebasan umat Israel. Tanda mukjizat pun akan menyertai Musa, baik yang sudah diberikan Tuhan sebelumnya maupun tulah kematian anak sulung Firaun kelak. Hukuman Tuhan jelas dan adil. Kalau Firaun menahan anak sulung Tuhan (Israel), maka Tuhan akan membunuh anak sulung Firaun (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">22-23). Dengan cara demikian kuasa Tuhan didemonstrasikan di hadapan orang yang menolak taat.

Mengapa tiba-tiba Tuhan mau membunuh Musa? Musa melalaikan sunat sebagai tanda perjanjian Abraham. Sunat merupakan tanda seseorang adalah umat perjanjian (lihat Kej. 17:9-14). Musa tentu sudah disunat, namun rupanya anaknya belum. Musa sebagai orang tua yang beriman bertangung jawab menyunatkan anaknya. Artinya, komitmen Musa untuk melayani Tuhan harus disertai dengan komitmen mengkuduskan diri dan keluarganya.

Sunat dapat dibandingkan dengan baptisan kudus. Seseorang memberi diri dibaptis sebagai pengakuan diri sudah menjadi anak Tuhan. Namun, yang jauh lebih penting bukan tanda melainkan kehidupan yang menunjukkan buah-buah pertobatan. Bagi hamba Tuhan, hal ini sangat penting. Pelayanan Anda dimulai dengan hidup kudus yang nyata di hadapan orang lain.

Camkan: Pelayanan kudus hanya dapat dilakukan oleh mereka yang hidupnya kudus.

(0.81) (Kel 8:16) (sh: Kekerasan hati menghancurkan (Jumat, 8 April 2005))
Kekerasan hati menghancurkan


Firaun tetap berkeras hati untuk tidak melepaskan Israel pergi maka Allah pun mendatangkan tulah ketiga berupa nyamuk. Jumlahnya tak terhitung bagaikan debu tanah dan menjadi ancaman bagi semua makhluk hidup baik manusia maupun binatang (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">16-17).

Kali ini para ahli Mesir tidak mampu melakukan hal serupa. Bahkan mereka pun sadar bahwa tulah nyamuk berasal dari tangan Allah yang Mahakuasa yaitu Allah Israel. Hanya Dia, Allah yang memiliki kekuasaan atas alam semesta. Akan tetapi, setelah mereka memberitahukan hal itu kepada Firaun raja Mesir itu, ia tetap berkeras hati untuk tidak memenuhi permintaan Harun dan Musa (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">18-19). Hal yang sama terjadi saat Allah mendatangkan tulah keempat yaitu lalat pikat yang sangat menyengsarakan bangsa Mesir, tapi tidak dialami bangsa Israel (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">21,24).

Allah membuat perbedaan antara bangsa Mesir dan umat-Nya. Ia mengecualikan Tanah Gosyen. Mengapa? Pertama, Ia menghukum bangsa yang menindas umat-Nya dan menyelamatkan umat-Nya dari tulah yang dirancangkan-Nya untuk bangsa Mesir. Allah melakukan ini bukan karena Ia tidak mengasihi bangsa Mesir, melainkan Ia ingin menyatakan kuasa-Nya di tengah-tengah bangsa Mesir. Kedua, Allah menghukum Mesir karena kejahatannya yang menindas bangsa Israel dan mengekang kemerdekaan umat-Nya. Meski demikian, Allah tetap berkenan mengabulkan permintaan Firaun untuk melenyapkan lalat pikat. Kesediaan Allah ini tidak berarti Ia merubah tujuan-Nya semula. Allah tetap memegang kendali walaupun Firaun mengeraskan hati.

Sungguh mendatangkan sukacita besar ketika kita mengetahui bahwa Allahlah pembela umat-Nya. Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita? (Rm. 8:31). Mari kita jadikan firman Allah ini sebagai kekuatan kita saat menghadapi musuh kita yaitu Iblis dan pihak-pihak yang menjadi sekutunya.

Renungkan: Allah peduli akan kehidupan kita. Ia tidak membiarkan kita sendiri menghadapi masalah hidup ini.

(0.81) (Kel 13:1) (sh: Hak Allah (Minggu, 17 April 2005))
Hak Allah


Anak sulung penting bagi banyak keluarga. Anak sulung menjadi penerus keturunan atau nama keluarga. Apa yang terjadi kalau anak sulung itu diambil dari keluarga? Itulah yang terjadi pada umat Israel. Tuhan mengklaim setiap anak sulung sebagai milik-Nya. Mengapa demikian? Tengah malam sebelum bangsa Israel keluar dari Mesir, Allah memisahkan anak-anak sulung dari setiap rumah dengan memberikan tanda darah pada setiap muka pintu. Pada malam tulah kesepuluh dijalankan anak-anak sulung bangsa Israel selamat. Karena Allah menyelamatkan hidup anak-anak sulung, maka Ia memiliki hak untuk mengklaim mereka sebagai milik-Nya. Namun, Allah memerintahkan bangsa Israel untuk menebus anak-anaknya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">12-14).

Penebusan ini memiliki 2 tujuan. Pertama, penebusan ini mengingatkan Israel bagaimana Allah telah memisahkan anak-anak mereka dari kematian dan telah membebaskan mereka dari perbudakan di Mesir. Kedua, penebusan ini menunjukkan bagaimana Allah menghargai manusia dan berlawanan dengan ilah-ilah kafir yang mereka sembah yang justru meminta manusia sebagai kurban persembahan. Inilah yang harus diajarkan oleh setiap orang tua Israel kepada anak-anak mereka sesudah masuk ke tanah perjanjian (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">3-10). Penebusan ini juga adalah simbol ke depan ketika Yesus membeli kita dengan harga untuk dosa kita sekali dan selamanya.

Bila pada zaman Perjanjian Lama tindakan Allah untuk menyelamatkan manusia masih merupakan suatu bayang-bayang, maka bagi kita yang hidup dalam zaman Perjanjian Baru, hal tersebut sudah menjadi fakta. Allah telah menggenapi keselamatan dengan mengirimkan Kristus bagi kita. Puji Tuhan untuk keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita.

Ingat: Keselamatan yang kini Anda alami adalah pemberian Allah. Sudahkah Anda hidup senantiasa memberikan yang terbaik bagi Allah dari hidup Anda? Memberi yang terbaik adalah pengakuan bahwa semua yang kita alami berasal dari Tuhan.

(0.81) (Kel 19:1) (sh: Menjadi umat pilihan (Senin, 12 September 2005))
Menjadi umat pilihan

Nas hari ini memberitahukan tindakan Allah yang menawarkan ikatan perjanjian kepada Israel. Allah mengikatkan diri-Nya kepada bangsa Israel dengan menjadikan mereka umat pilihan Allah. Ia menempatkan Israel sebagai harta kesayangan-Nya.

Allah telah menebus Israel dari Mesir demi diri-Nya sendiri (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">4). Kini Ia mempersiapkan mereka menjadi umat Allah dan mengangkat mereka sebagai putra mahkota-Nya dari antara bangsa-bangsa lain di bumi (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">5). Mengapa Allah berkenan mengaruniakan hak istimewa itu bagi Israel? Allah ingin Israel menjadi saksi-Nya di tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Bangsa-bangsa lain pun adalah kepunyaan Allah, namun mereka tidak mengenal-Nya. Sebab itu, Israel harus menjadi "kerajaan imam," yaitu pengantara bagi bangsa-bangsa lain agar mereka mengenal-Nya dan mengalami kasih-Nya. Untuk menjalankan tugasnya itu maka Israel harus menjadi bangsa yang kudus (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">6). Kehidupan kudus Israel itulah yang akan menjadi model hidup umat Allah di dunia sehingga bangsa-bangsa lain dapat meneladaninya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">10-13). Dengan demikian, kehadiran Israel akan memancarkan kemuliaan Allah bagi seluruh umat manusia.

Apakah keistimewaan yang dimiliki bangsa Israel sehingga mereka beroleh anugerah yang menakjubkan? Tidak ada. Sesungguhnya, mereka hanya manusia biasa yang fana dan dapat jatuh dalam dosa. Mereka sama seperti bangsa-bangsa lain. Perjanjian Allah adalah wewenang Allah bukan untuk menganakemaskan, tetapi untuk menjadikan mereka berkat-Nya bagi sesama bangsa. Gereja dan orang Kristen masa kini pun menyandang status yang sama dengan bangsa Israel (Band. 1Pet. 1:9-10). Kita adalah umat kesayangan Allah yang telah ditebus-Nya melalui Kristus. Kita dipanggil-Nya menjadi saksi-Nya di hadapan umat manusia. Peliharalah hidup kudus dalam hidup sehari-hari kita.

Untuk dilakukan: Yesus nyata hadir dalam hidup kita ketika kita menjalani hidup kudus.

(0.81) (Kel 19:14) (sh: Bertemu yang Mahakudus (Selasa, 13 September 2005))
Bertemu yang Mahakudus

Ada dua cara seorang raja berkunjung ke wilayah kekuasaannya untuk bertemu dengan rakyatnya. Secara incognito, yaitu ia datang tanpa upacara dan pakaian resmi agar ia dapat langsung membaur dengan rakyatnya. Atau, dengan segala kemegahan dan kebesaran seorang raja untuk menyatakan status dirinya sebagai pemilik dan penguasa.

Kepada Israel yang sudah menyatakan komitmen mereka untuk mengikatkan diri mereka kepada-Nya dalam Perjan-jian Sinai (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">9), Allah datang dengan kedahsyatan hadirat-Nya. Allah menyatakan kedahsyatan diri-Nya melalui berbagai gejala alam, seperti gempa bumi, petir, dan awan pekat yang menggentarkan Israel. Melalui kejadian-kejadian itu, Israel sadar diri sebagai makhluk fana yang gentar menghadap Allah Sang Penguasa bumi dan segala isinya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">16-18). Suasana surgawi karena suara sangkakala yang keras menyatakan bukti bahwa Allah adalah Sang Raja surga dan bumi. Sebagai raja, Allah berhak menuntut umat-Nya taat melakukan kehendak-Nya. Sebagai umat-Nya, Israel tunduk mengikuti perintah-Nya. Melalui Musa, Allah terus-menerus mengingatkan Israel agar mempertahankan kekudusan sebab itulah syarat untuk layak menyambut Allah (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">10-15; 21-22).

Mengapa Allah datang dengan segala kemegahan-Nya? Karena Ia ingin umat-Nya melihat dan menyadari kebesaran Allah sehingga tidak sembarangan bersikap saat mereka menghampiri Dia. Kekudusan Allah menyebabkan tidak seorang pun yang mampu bertahan berhadapan langsung dengan-Nya. Itu sebabnya Musa dijadikan Allah perantara agar umat-Nya dapat mendengar dan mendekat kepada-Nya (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">9). Bagi kita pengantara satu-satunya adalah Tuhan Yesus. Karena Tuhan Yesus, kita didekatkan dengan Allah dan dilayakkan masuk ke hadirat-Nya. Di dalam Kristus Yesus kita dikuduskan.

Camkan: Tanpa pengudusan Kristus tidak seorang pun dapat melihat Allah (Mat. 5:8).

(0.81) (Kel 20:8) (sh: Sabat untuk semua (Sabtu, 17 September 2005))
Sabat untuk semua

Perintah keempat ini berbeda dengan perintah lainnya karena berbentuk instruksi positif. Perintah ini berada pada perbatasan antara perintah bagaimana bersikap terhadap Allah dan perintah tentang sikap terhadap sesama.

Mengingat dan menguduskan hari Sabat dilakukan dengan cara menghentikan semua pekerjaan pada hari itu. Semua yang ada dalam rumah tangga Israel, termasuk orang asing dan segala ternak, harus menaati perintah ini. Dasar perintah ini adalah menghormati Tuhan yang berhenti dari karya penciptaan-Nya pada hari ketujuh (ayat Mengapa+AND+book%3A2&tab=notes" ver="">11). Tujuannya supaya umat Tuhan bisa mensyukuri karya Tuhan dalam dunia milik-Nya. Dengan mengizinkan para pelayan dan semua ternak yang telah bekerja keras mengolah lahan pertanian selama enam hari, umat Israel menghormati Allah pencipta mereka dan menunjukkan belas kasih kepada sesama mereka. Dalam kitab Ulangan, Musa menyebutkan alasan lain mengapa hari Sabat perlu dirayakan. Hari Sabat adalah hari peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel, yakni Ia telah membebaskan Israel dari kerja paksa selama di Mesir. Sebagai ucapan syukur mereka beribadah kepada-Nya setiap hari Sabat dan mengizinkan para pelayan beristirahat supaya mereka juga dapat menyembah Allah (Ul. 5:15).

Ketaatan kepada perintah hari Sabat menunjukkan keutamaan Allah bagi umat. Dengan beristirahat dari segala pekerjaan, kita juga menghargai tubuh pemberian Allah. Dengan mengizinkan karyawan kita beristirahat, kita menghormatinya sebagai sesama kita. Tuhan Yesus menekankan bahwa Ia menciptakan hari Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:7-8). Perintah memelihara hari Sabat berintikan penghormatan kepada Allah dan penghargaan terhadap hidup yang telah Ia karuniakan. Perintah ini bukan bertujuan membelenggu, tetapi membebaskan!

Renungkan: Sabat bukan membuat kita pasif tetapi proaktif, sebab dengan mengutamakan Tuhan saja kita dapat menghargai sesama dan hidup ini.

(0.81) (Kel 20:12) (sh: Penghormatan bagi orang tua (Minggu, 18 September 2005))
Penghormatan bagi orang tua

Ada dua alasan prinsip mengapa hormat kepada orang tua adalah perintah yang sangat penting. Pertama, sikap hormat kepada orang tua merupakan sikap tunduk pada oto-ritas. Orang tua mewakili Allah dalam membesarkan, mendidik, dan memelihara seorang anak. Seorang anak belajar menghormati Allah dan taat pada keempat perintah Allah pertama melalui belajar menghormati orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus menyatakan kasih mereka dan menerapkan disiplin kepada anak-anak mereka sedini mungkin. Teladan diberikan supaya anak memiliki dan merasakan figur Allah yang penuh kasih dan perhatian. Disiplin diberikan untuk melatih anak hormat dan taat kepada-Nya.

Kedua, sikap hormat kepada orangtua akan menghasilkan sikap menghargai hak orang lain. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Keluarga dapat dijadikan ukuran untuk menentukan baik atau tidaknya masyarakat tersebut. Kalau keluarga harmonis, masyarakat juga menjadi baik, jikalau keluarga berantakan, masyarakat juga menjadi bu-ruk. Seorang anak yang sejak kecil telah belajar menghormati orang tuanya akan tumbuh menjadi anggota masyarakat yang menghargai dan menghormati struktur sosial dalam masyarakat.

Kita hidup dalam zaman pascamodern yang mengagung-kan pemuasan diri sendiri daripada menghargai hak orang lain. Semua sendi kehidupan digoncang oleh pandangan yang mengatakan definisi benar adalah jika sesuatu itu enak, cocok, dan berguna bagi diri sendiri. Juga adanya pendapat bahwa mengormati orang tua bukan hal yang mutlak; patuh kepada pemerintah adalah kebodohan; takut akan Allah adalah takhyul. Inilah tantangan bagi kita. Kita mampu memutarbalikkan semua ajaran keliru itu dengan mendidik anak-anak kita takut akan Tuhan sejak dini.

Renungkan: Bukan saja anak yang wajib menghormati orang tua, orang tua juga berkewajiban memelihara anak dalam kasih Tuhan.



TIP #12: Klik ikon untuk membuka halaman teks alkitab saja. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA