Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 161 - 180 dari 212 ayat untuk menimbulkan cemburu-Nya (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.08) (Mat 27:11) (sh: Raja orang Yahudi (Kamis, 12 April 2001))
Raja orang Yahudi

Bagi orang Yahudi, gelar yang disandangkan kepada Yesus lebih merupakan ejekan. Sebab mereka tidak akan pernah menerima Yesus sebagai Raja mereka. Bagi pemerintahan Roma, gelar ini jelas mempunyai unsur menentang pemerintah karena Yesus mampu menghimpun massa dalam jumlah besar ketika memberikan pengajaran-pengajaran. Hal ini tentu saja menimbulkan kekuatiran di pihak pemerintah. Berdasarkan kedua hal ini maka baik dari sisi orang-orang Yahudi (masyarakat mayoritas) maupun dari sisi pemerintah Roma (yang berkuasa), Yesus akan tetap dianggap bersalah. Namun ketika Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, wali negeri Yudea, dan Samaria tahun 26 - 36 M, Pilatus kebingungan, dan heran karena orang yang dianggap telah mengaku sebagai Mesias sama sekali tidak meresponi pertanyaan-pertanyaannya. Bahkan ketika Pilatus mencoba memancing emosi Yesus dengan mengatakan begitu banyak tuduhan dan saksi yang akan memberatkan-Nya, Yesus tidak bergeming sedikit pun untuk memberikan pembelaan.

Pilatus tahu bahwa kedengkian telah berhasil merayu para imam dan tua-tua Yahudi untuk menghasut rakyat Yahudi agar mendukung usaha mereka membunuh Yesus. Akhirnya siksa badani, dan teror mental melalui pemakaian jubah ungu dan penyematan mahkota duri, yang merupakan atribut-atribut kebesaran seorang raja, menjadi bagian penganiayaan yang harus Yesus terima. Sungguh dahsyat peran kebencian dan kedengkian karena telah berhasil menghasut rakyat untuk membunuh sebagai pemuasan ambisi. Bila di zaman itu kedengkian, gelar-gelar ejekan yang menteror mental dan kekejaman melalui siksa badan dapat ditujukan langsung kepada Kristus, maka saat ini kebencian kepada Kristus dilampiaskan kepada murid-murid-Nya, gereja-Nya. Kristen mengalami teror mental, pengrusakan fisik gedung gereja, hingga penganiayaan tubuh, tetaplah bertahan dan berpegang teguh pada pemeliharaan dan kuasa Yesus Kristus. Akan datang hari dimana mereka harus bertekuk lutut menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh.

Renungkan: Kedengkian dan kebencian dunia kepada Kristus dan gereja-Nya dari hari ke sehari akan semakin meningkat kualitasnya. Karena itu hiduplah dalam kesetiaan dan ketabahan bersama Dia.

(0.08) (Mrk 5:35) (sh: Percaya adalah kekuatan (Jumat, 7 Maret 2003))
Percaya adalah kekuatan

Manusia masa kini kadang membayangkan dunianya bagaikan dunia agen-agen rahasia yang punya semboyan "jangan percaya siapapun kecuali dirimu sendiri." Mengapa? Karena hanya diri sendiri yang dapat sungguh-sungguh diandalkan. Pihak lain dapat gagal, berkhianat, atau menimbulkan hal-hal yang tak terduga. Percaya begitu saja kepada orang lain adalah kelemahan.

Untunglah Yairus bukan agen 007. Keinginan Yairus semula adalah supaya anaknya sembuh dan tidak mati (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">5:22). Namun tiba kabar bahwa anaknya telah mati, dan tidak ada permintaan lain yang keluar dari mulut Yairus. Yang ada hanyalah perintah Yesus: "percaya saja!" (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">36). Yairus kini berada dalam situasi yang baru, yang pilihan-pilihannya belum ia pikirkan. Malah, ada dua hal yang perlu ia pertimbangkan. Pertama, statusnya sebagai pejabat sinagoge. Akan lebih berwibawa bila ia menunjukkan sikap menerima keadaan dengan besar hati dengan melanjutkan upacara kedukaan, menjadi teladan bagi jemaatnya, daripada membiarkan seorang eksentrik seperti Yesus mengusir semua pelayat. Kedua, publik menertawakan pendapat-Nya (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">40), Dia yang memberi perintah "percaya saja!" Namun ternyata sangat jelas bahwa Yairus mau percaya, karena Yesus membangkitkan anaknya.

Kepercayaan Yairus yang implisit ini penting untuk digaris-bawahi. Nas ini (dan 5:21-34) kontras dengan menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">6:1-6a. Kontrasnya adalah bahwa Yesus melakukan mukjizat karena Yairus dan sang perempuan percaya, sementara di Nazaret Yesus tidak melakukan mukjizat karena ketidakpercayaan mereka di sana (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">6:6a). Percaya kepada Tuhan dan kepada kehendak-Nya (bukan kehendak kita) adalah kekuatan Kristen. Hanya dengan demikian Kerajaan Allah diberitakan dan diberlakukan melalui hidup dan kesaksian kita.

Renungkan: Kekuatan sejati adalah iman kepada Allah melalui Yesus, yang terwujud melalui sikap hati dan tindakan.

(0.08) (Mrk 11:12) (sh: Kuantitas tanpa kualitas? (Senin, 31 Maret 2003))
Kuantitas tanpa kualitas?

Sama seperti manusia kebanyakan, Yesus pun dapat merasakan lapar. Keberadaan pohon ara yang lebat daunnya membangkitkan selera Yesus untuk menikmati buahnya. Tetapi harapan-Nya tidak terpenuhi karena ternyata pohon itu tidak berbuah. Tentu saja Yesus tidak akan menemukan buahnya, karena saat itu belum musim buah ara. Tetapi Yesus kecewa sehingga Ia mengutuk pohon ara tersebut. Mungkinkah Yesus mengutuk pohon ara karena rasa lapar? Tindakan Yesus ini banyak menimbulkan perdebatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa kemarahan Yesus tidak dapat diterima akal sehat.

Jangan kita terburu-buru mengeluarkan pendapat tentang peristiwa ini. Perhatikan apa yang Markus katakan. Markus melihat bahwa kutukan ajaib Yesus ini mempunyai makna simbolis. Pohon ara adalah simbol bagi umat Israel. Sebagai bangsa yang memiliki status umat Allah, Israel adalah pohon ara Allah. Allah berharap bahwa pohon tersebut menghasilkan buah-buah kebenaran sehingga makin banyak orang mengenal-Nya. Tetapi sayang, status mulia itu hanya menjadi kebanggaan hampa karena tidak diiringi kenyataan yang membuktikan keistimewaan tersebut. Secara kuantitas, umat bertumbuh pesat dalam pengetahuan dan pekerjaan keagamaan, tetapi secara kualitas, mereka mandul karena tidak menghasilkan buah-buah kebenaran. Status umat Allah tanpa diiringi dengan kenyataan, hanya akan mempermalukan nama Allah. Ini tampak jelas ketika Yesus melihat bagaimana mereka memperlakukan Bait Suci seperti pasar.

Seperti umat Israel, kita pun menyandang status umat Allah. Jangan membuat Yesus kecewa karena Dia tidak menemukan buah-buah kebenaran dalam diri kita. Membuat Yesus kecewa sama artinya dengan menyiapkan diri menerima nasib seperti pohon ara. Renungkan: Mengaku diri Kristen berarti siap mengeluarkan buah yang sepadan, dan tidak puas hanya dengan status dan simbol.

(0.08) (Luk 1:26) (sh: Tidak mengerti namun percaya (Rabu, 24 Desember 2003))
Tidak mengerti namun percaya

Bangsa Yahudi hidup di bawah ketentuan tradisi atau budaya yang sangat ketat dan ekstrim. Salah satunya adalah tidak diperkenankannya hubungan seks di luar nikah, dengan alasan apa pun. Jika itu terjadi maka perempuan yang mengandung akan diusir, bahkan dibuang untuk diasingkan. Ironisnya lagi, perempuan itu dikeluarkan dari ikatan keluarga. Kenyataan ini sempat membuat Maria kuatir karena ia mengandung tanpa pernah berhubungan seks dengan tunangannya.

Sekali lagi, berbeda dengan respons Zakharia. Maria dengan penuh hormat menerima kenyataan tersebut. Itu dikarenakan utusan Tuhan, malaikat Gabriel yang mengunjungi dirinya. Tujuan Gabriel adalah mempersiapkan Maria menjadi alat Allah untuk kelahiran Juruselamat, Yesus. Sebenarnya bagi Maria itu adalah kehormatan besar, karena pada masanya ada kerinduan besar bagi para perempuan di Israel untuk menjadi ibu bagi Mesias (bdk. menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">1:42). Allah menjatuhkan pilihan-Nya kepada perempuan Maria. Hal itu dinyatakan dengan terus terang oleh Gabriel melalui salamnya “Salam, engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">28). Hanya saja pemilihan itu memakai cara yang sulit dimengerti dan bahkan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di kalangan Yahudi yang sangat memperhatikan kesucian keluarga. Potensi itu digambarkan di Injil Matius, justru oleh sikap calon suaminya sendiri, Yusuf (Mat. 1:19).

Namun, berbeda dari Zakharia yang ketidakmengertiannya itu membuahkan sikap tidak percaya, Maria justru belajar menerima hal yang sulit itu. Dikarenakan imannya kepada Tuhan ia menerima risiko kehancuran hubungannya dengan Yusuf. Lagipula, Elisabet isteri Zakharia yang juga mengalami kuasa Allah yang ajaib itu, memberikan kekuatan kepada Maria untuk menerima hal sulit itu.

Renungkan: Tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maka orang-orang yang dipilih-Nya dan dipakai-Nya juga harus berani mengatakan, “Ya Tuhan ku percaya, jadilah padaku sekehendak-Mu!”

(0.08) (Luk 7:18) (sh: Pembaharuan pribadi awal pembaharuan kolektif (Kamis, 13 Januari 2000))
Pembaharuan pribadi awal pembaharuan kolektif

Yohanes Pembaptis sebagai perintis yang mempersiapkan tampilnya Yesus Sang Mesias, mulai ragu akan misi kedatangan Yesus sebagai Mesias setelah ia mendapatkan laporan kegiatan pelayanan Yesus dari murid-muridnya. Peristiwa yang diceritakan itu bertitik tolak kepada pelayanan pribadi demi pribadi. Padahal harapan bangsa dan Yohanes Pembaptis akan seorang Mesias adalah seorang yang mampu mengadakan perubahan -- perbaikan -- pembaharuan -- pembebasan bangsa dari penjajahan. Dengan kata lain, Yesus diharapkan akan mengadakan tindakan revolusioner, memimpin bangsa Israel memperoleh kemerdekaan dan kebebasan. Tapi sepertinya misi ini belum tampak perealisasiannya. Yohanes mulai meragukan-Nya, karena keterbelengguannnya di dalam penjara pun belum mendapatkan kebebasan. Maka ia menyuruh kedua muridnya untuk menanyakan langsung kepada Yesus tentang Kemesiasan-Nya.

Lukas menempatkan dua peristiwa sebelumnya tentang dua pertobatan pribadi dalam pelayanan Yesus. Hal ini menunjukkan bagaimana cara kerja Allah dalam dunia yang memiliki prioritas kepada pribadi terlebih dahulu, lalu kepada bangsa. Bila dalam pelayanan-Nya Yesus banyak melakukan pembaharuan pribadi, bukan berarti perubahan dan pembaruan secara revolusioner yang diharapkan bangsa Israel tidak menjadi tujuan-Nya. Justru melalui pembaharuan pribadilah maka pembaharuan bangsa secara revolusioner akan tercipta.

Yesus telah mengungkapkan kebenaran, namun masih saja ada orang yang mengeraskan hati terhadap kebenaran itu. Orang Farisi dan ahli taurat yang selalu menganggap diri benar, belum juga terbuka akan kebenaran yang sesungguhnya. Justru para pemungut cukai yang dianggap mereka sebagai orang berdosa, menyatakan respons keterbukaan akan kebenaran dan memberi diri dibaptis. Di mana pun kebenaran diberitakan, selalu menimbulkan berbagai respons, ada yang menerima dengan sukacita dan percaya, ada juga yang tetap menolak dan mengeraskan hati terhadap kebenaran.

Renungkan: Keterlibatan kita dalam misi Kemesiasan Yesus diprioritaskan kepada pribadi dalam mencapai pembaharuan seluruh bangsa. Walaupun ada yang akan menerima atau menolak kebenaran, berita keselamatan harus tetap disampaikan.

(0.08) (Luk 8:4) (sh: Misteri keselamatan (Minggu, 16 Januari 2000))
Misteri keselamatan

Akhir September 1999, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan peristiwa bentrokan berdarah antara aparat dan mahasiswa. Peristiwa ini terjadi sebagai akibat aksi penolakan mahasiswa dan para simpatisan terhadap undang-undang Pengendalian Keadaan Bahaya (UU-PKB). Aksi penolakan mahasiswa tersebut akhirnya membuat pemerintah menunda pemberlakuan Undang-Undang tersebut. Ada aksi biasanya muncul reaksi. Itu adalah hal yang wajar terjadi di tengah masyarakat. Bisa reaksi positif atau negatif.

Dalam perjalanan misi Yesus memberitakan rencana keselamatan manusia ternyata juga menimbulkan dua respons yang berbeda, ada yang menerima dan ada yang menolak. Bagi mereka yang menerima pengajaran-Nya dan terbuka terhadap kebenaran-nya, akan dipimpin-Nya kepada pengertian dan respons yang benar. Dan bagi mereka yang menolak pengajaran-Nya, Yesus tidak menunjukkan sikap arogan (angkuh) menanggapi penolakan itu. Sebaliknya, Yesus menyampaikan pengajaran kepada mereka dalam bentuk terselubung, jika mereka tidak berusaha memahaminya, mereka tidak akan belajar dan tidak akan mengerti arti dari setiap kata dalam pengajaran-Nya.

Kali ini, Yesus menggambarkan tentang respons manusia tersebut melalui perumpamaan benih. Perumpamaan ini memaparkan sikap dan kondisi hati manusia terhadap firman Tuhan yang ditaburkan. Dalam hati beberapa orang benih itu mungkin tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertumbuh atau pertumbuhannya terhalang, karena jatuh di tanah yang tidak baik. Bagi hati orang yang menyambut dan menaati firman Tuhan dengan benar, benih itu yang jatuh di tanah yang baik, selanjutnya menghasilkan pertobatan yaitu perubahan sikap dalam bertingkah laku; mampu bertindak adil dan benar dalam hubungan sosial, dan merindukan perluasan pemberitaan Injil.

Renungkan: Seringkali kita sulit mengerti mengapa ada orang yang begitu mengeraskan hati, walaupun telah berkali-kali mendengarkan berita Injil. Tampaknya tak sedikit pun pintu hatinya terbuka. Sebaliknya ada yang mendengarkan hanya sekali, segera bertobat. Semuanya ini di luar kemampuan kita untuk mengerti. Inilah misteri keselamatan. Namun satu hal yang harus kita lakukan, tetaplah beritakan Injil.

(0.08) (Luk 8:22) (sh: Keselamatan atas kuasa alam (Selasa, 18 Januari 2000))
Keselamatan atas kuasa alam

Dalam sebuah perjalanan lewat udara, penumpang dikejutkan oleh pengumuman yang menghimbau aagar mereka duduk tenang dan segera mengenakan sabuk pengaman karena badai di udara. Keadaan yang terjadi di luar perkiraam itu menimbulkan kepanikan semua penumpang. Suasana tegang, gelisah, kuatir, dan takut bercampur menjadi satu. Seandainya salah satu penumpangnya adalah Anda, apa yang akan Anda lakukan? Mungkin Anda pun akan merasakan hal yang sama. Dalam suasana seperti ini sangat sulit untuk tetap bersikap tenang dan percaya bahwa keadaan dapat dikendalikan oleh awak pesawat yang handal dan tahu bagaimana cara mengatasinya.

Keadaan yang sama dihadapi para murid Tuhan Yesus ketika perahu yang mereka tumpangi dilandai angin taufan dan badai kencang. Pada saat itu mereka berada bersama-sama Yesus dan mereka tahu bahwa Dia berkuasa atas jagad raya, termasuk alam tetapi kepanikan dan ketakutan tenggelam melilit mereka. Titik lemah para murid dalam peristiwa ini muncul dalam keraguan mereka terhadap keyakinan iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Iman mereka ditutupi oleh keraguan bahwa kekuatan dan keganasan alam tak dapat diatasi. Anggapan ini bukan saja telah mengesampingkan kuasa dan kedaulatan Yesus sebagai Tuan atas alam, tetapi juga peran-Nya sebagai Juruselamat atas hidup manusia. Para murid seharusnya percaya bahwa berada bersama Yesus memampukan mereka tetap bersikap tenang dan berpikir jernih menghadapi berbagai bentuk bencana, bukan sebaliknya. Bencana angin taufan itu hanyalah salah satu dari bencana-bencana lain yang pasti dialami dalam hidup selanjutnya.

Renungkan: Permasalahan yang dihadapi para murid sebenarnya masalah yang sering muncul dalam kehidupan kita juga. Bencana alam dapat menimpa tanpa dapat diduga. Peristiwa terjadinya gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor, air pasang dlsb. biasanya meminta korban jiwa yang tidak sedikit. Hal ini menunjukkan betapa rapuhnya manusia, yang tak mampu menahan amukan alam. Apapun bencana yang terajdi, kita tetap memiliki Tuhan yang berkuasa atas alam yang diciptakannya. Milikilah pengharapan di dalam-Nya, karena hanya Dia, Tuhan atas alam yang mampu memeberikan kedamaian dan ketenangan.

(0.08) (Luk 17:1) (sh: Pelayanan Kristen dan resep manjur bagi seorang pelayan (Senin, 3 April 2000))
Pelayanan Kristen dan resep manjur bagi seorang pelayan

Para Rasul agak takut dan bimbang ketika menghadapi tugas pelayanan yang akan diserahkan kepada mereka. Tugas mereka tidak ringan. Di dalam pelayanan mereka akan menghadapi penyesat- penyesat. Konflik yang akan mereka hadapi dalam kehidupan jemaat juga tak kalah rumitnya. Ada kemungkinan mereka akan mengalami sakit hati atau bahkan mengalami penderitaan fisik. Sikap yang harus ditunjukkan oleh para Rasul adalah mengampuni dengan tidak terbatas. Cara pengampunan yang diperintahkan oleh Yesus sangat berbeda dengan tradisi orang Yahudi (Mat. 5:38-44). Oleh karena itu, mereka memohon agar imannya ditambahkan. Dan jawaban yang diberikan oleh Yesus sangat melegakan yaitu bahwa iman yang hanya sekecil biji sesawi pun sebetulnya mempunyai kuasa yang sangat besar.

Kuasa iman yang besar bisa menimbulkan sombong rohani. Karena itulah Kristus pun kemudian memberikan pengajaran yang lebih lanjut tentang sikap mereka terhadap Allah, yaitu mengenai kerendahan hati (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">7-10). Sikap ini harus dimanifestasikan melalui tindakan yang tidak mengharapkan pujian atau terima kasih, karena mereka sebetulnya hanyalah hamba-hamba Allah. Apa yang harus mereka lakukan adalah kewajiban mereka. Sikap kerendahhatian ini juga harus dimanifestasikan melalui perbuatan dan tindakan yang memuliakan Allah seperti yang didemonstrasikan oleh satu dari 10 orang kusta (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11-19). Setelah melihat bahwa dirinya sembuh, ia kembali kepada Kristus bukan sekadar mengucapkan terimakasih, namun untuk memuliakan Allah.

Bila uraian di atas kita rangkumkan maka akan tergambar bahwa pelayanan Kristen bukanlah pelayanan yang mudah karena akan menemui tantangan dan serangan terhadap ajaran maupun dirinya secara pribadi. Namun demikian ia tidak boleh begitu saja meninggalkan pelayanannya, karena kedudukannya hanyalah seorang hamba. Apa yang ia kerjakan merupakan suatu kewajiban yang tidak bisa dibantah. Ia tidak bisa menentukan apa, kapan, dan bagaimana ia akan melakukan pelayanan. Semuanya harus berpusat kepada-Nya.

Renungkan: Seorang pelayan juga tidak boleh melakukan segala sesuatu bagi kepopuleran dan keuntungan dirinya. Semuanya semata-mata bagi kemuliaan-Nya.

(0.08) (Yoh 5:19) (sh: Aksi kesaksian (Minggu, 6 Januari 2002))
Aksi kesaksian

Kepada pemimpin-pemimpin agama yang ingin menganiaya (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">16) bahkan membunuh-Nya, Yesus tidak membalas dengan perbuatan yang sama. Ia mendorong mereka untuk menyelidiki kesaksian Yohanes, pekerjaan-pekerjaan-Nya, dan Kitab Suci. Semuanya itu bersaksi tentang-Nya. Dengan perkataan lain, Tuhan Yesus membalas kejahatan dengan kesaksian akan kebenaran. Di sini Tuhan Yesus memberikan sebuah teladan. Satukan kasih dan kesaksian akan kebenaran dalam reaksi kita terhadap aksi-aksi kejahatan orang.

Yesus mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan-Nya merupakan kesaksian bahwa Ia diutus Bapa. Bagaimanakah bentuk pekerjaan-Nya? Pekerjaan-Nya tidak hanya bersumber dari Bapa, melainkan juga pekerjaan yang dilakukan Bapa (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">19). Pekerjaan-Nya didorong oleh dan dilingkupi dalam suasana kasih (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">20). Sama seperti Bapa adalah pemberi hidup demikian juga pekerjaan Tuhan Yesus (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">21,24-26). Penghakiman juga adalah pekerjaan-Nya (ayat 22,27). Secara khusus Tuhan Yesus menyebutkan dua bentuk pekerjaan-Nya yang menimbulkan keheranan pemimpin-pemimpin agama. Pekerjaan tersebut adalah membangkitkan orang mati dan menghakimi seluruh manusia. Kedua bentuk pekerjaan ini adalah pekerjaan yang hanya berhak dan mungkin dilakukan Allah. Pemimpin-pemimpin agama terkejut karena dengan menyatakan bahwa Ia melakukan kedua pekerjaan ini, Yesus bersaksi bahwa Ia adalah Allah. Kedua bentuk pekerjaan ini pun sedang terjadi saat ini (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">21,24-25,27) dan juga akan terjadi pada masa akan datang (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">28-30) sebab Yesus Allah fungsinya dan adanya.

Renungkan: Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Balaslah kejahatan dengan kesaksian bahwa Yesus adalah Mesias.

(0.08) (Yoh 6:16) (sh: Takut karena tidak percaya (Minggu, 10 Januari 1999))
Takut karena tidak percaya

Baru saja para murid makan bersama orang banyak dalam sukacita Tuhan, sekarang dalam keadaan menunggu Tuhan, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air. Reaksi mula-mula adalah takut. Takut karena mereka menduga itu hantu! Mungkinkah mereka belum mengenal kuasa-Nya? Benar, ternyata mereka belum percaya atas keberadaan Tuhan Yesus sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang mulia, yang diutus oleh Bapa-Nya. Ketidakpercayaan ini membawa mereka pada ketakutan tak terkendali. Meskipun demikian, Tuhan mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid untuk mengenal-Nya lebih baik hari demi hari.

Berapa lama lagi? Peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang mengundang semangat banyak orang mencari Tuhan Yesus. Sayangnya, motivasi mencari bukan karena percaya atau karena telah mengenal-Nya secara pribadi tetapi untuk sekadar memperoleh keuntungan. Berapa lama lagikah Tuhan Yesus Kristus harus tinggal di bumi pada masa itu sehingga orang banyak dapat mengerti ajaran-Nya?

Luruskan motivasi. Berbagai sikap dan beragam motivasi orang banyak datang kepada Tuhan, masih ditemukan di zaman sekarang. Keragaman itu menimbulkan permasalahan, misalnya sikap dan motivasi bagaimana yang mendasari keinginan setiap orang mencari Yesus? Ada yang beribadah setiap minggu dengan motivasi agar sebutan umat beragama tetap melekat dalam dirinya. Ada yang berharap agar berkelimpahan berkat Tuhan terus-menerus. Lainnya lagi, karena sudah dibaptis, sudah Kristen, dan masih banyak lagi. Motivasi-motivasi tersebut tidak akan menolong Kristen untuk sungguh mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya. Alasan yang benar untuk tetap beribadah karena setiap Kristen harus bertumbuh dalam pengenalan terhadap kuasa, pekerjaan, dan pimpinan-Nya. Setiap hari menjadi lebih baik. Inilah prinsip pertumbuhan rohani Kristen.

Renungkan: Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi Kristen, tetapi bagaimana Kristen mengenal Yesus secara pribadi.

(0.08) (Yoh 9:8) (sh: Si lemah menjadi kuat (Minggu, 24 Januari 1999))
Si lemah menjadi kuat

Kedudukan seorang buta di tengah masyarakat saat itu, dinilai sangat rendah, hina, tak berdaya, tak berharga. Namun penilaian ini tidak berlaku dalam diri Tuhan Yesus. Justru Ia mengubah keberadaan orang buta itu secara drastis. Harga diri dibangkitkan. Ia menjadi berani menjawab bertubi-tubi pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Mula-mula dari para tetangganya, kemudian berhadapan dengan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi itu akhirnya menegaskan bahwa Yesus bertindak salah dan tidak tahu adat karena melakukan mukjizat pada hari Sabat. Menurut mereka perbuatan itu bertentangan dengan Hukum Taurat. Keputusan orang-orang Farisi itu mendadak menimbulkan keberanian pada diri si pengemis yang dengan tegas dan lugu mengatakan bahwa: "Ia adalah seorang nabi!" Jawaban ini sangat mengejutkan para tetangga maupun orang-orang terhormat di sekitarnya. Si lemah telah menjadi kuat, berani berkata benar, dan menyatakan keyakinannya.

Berani karena benar. Kata-kata ini sangat populer di masa-masa perjuangan dahulu. Tetapi karena ambisi tidak sehat, makna kalimat menjadi kabur dan luntur. Banyak orang tidak lagi berani berkata hal yang benar. Masyarakat lebih cenderung memanipulasi kebenaran daripada harus menderita karena berkata benar, bertindak benar. Saat ini umat Kristiani dihadapkan pada pelbagai tantangan dan kesulitan. Kondisi ini bisa saja memaksa Kristen bertindak tidak setia pada kebenaran. Karena itu kesetiaan pada keyakinan terhadap Kristus harus tetap terjaga, berani berkata benar dan mempertahankan kebenaran sekalipun harus tetap menanggung resikonya.

Renungkan: Demi kepentingan dan keinginan tertentu, kesetiaan pada kebenaran yaitu Yesus Kristus mungkin akan mengalami penurunan. Karena itu tetaplah berpegang teguh pada-Nya dan jangan goyah.

Doa: Ya Bapa, bimbinglah kami agar tetap memiliki keberanian untuk berkata benar di tengah kebohongan yang dianggap biasa. Mampukan kami untuk tetap setia kepada-Mu walau berat tantangan yang harus kami hadapi.

(0.08) (Kis 2:37) (sh: J+1, H+1 dan M+1 (Rabu, 11 Juni 2003))
J+1, H+1 dan M+1

Sebuah topan tidak dapat dikatakan sebuah topan, bila tidak menimbulkan kerusakan apapun pada kota yang dilandanya. Tidak hanya pada saat ia melanda, tetapi juga satu jam, satu hari, bahkan satu minggu setelah topan itu mengamuk, dampaknya masih terasa.

Demikian pula Roh Kudus. Untuk meneruskan penggambaran dengan angin tadi, Roh Kudus bukanlah angin sepoi yang terasa saat ini namun tak diingat lagi kemudian. Kata-kata yang diucapkan Petrus dan rekan-rekannya berdampak nyata, dan Roh Kudus pun juga bekerja di antara para pendengar mereka (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">37). Mereka pun memutuskan untuk menerima Injil dan memberi diri dibaptis (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">41). Tidak hanya itu, para-para petobat baru inipun dengan tekun bertumbuh dalam pengajaran dan persekutuan (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">42). Dalam komunitas mereka, para rasul pun mengerjakan mukjizat dan tanda karena kuasa Roh (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">43). Satu dampak penting lain dari kehadiran Roh Kudus dalam hati mereka adalah gaya hidup mereka yang komunal (saling membagi harta milik, ay. menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">44). Gaya hidup ini bukanlah pola baku yang harus ditiru mentah-mentah, tetapi hanya satu dari banyak alternatif. Yang penting untuk diperhatikan adalah perubahan kehidupan yang terjadi dan menjadi kesaksian bagi orang banyak di sana: kesatuan dan kesehatian antara para petobat baru dan para pengikut Yesus. Berbagi hak milik, apalagi saat jemaat mulai dikucilkan dari masyarakat luas, adalah ekspresi kasih persaudaraan yang dahsyat. Semua ini patut menjadi teladan bagi kehidupan berjemaat kita. Sudah cukup lama kita di Indonesia ini mengaku diri Kristen. Sayangnya, kehidupan dari banyak jemaat tidak menampakkan tanda-tanda dilanda "badai" Roh Kudus: pertobatan dari dosa yang nyata, kasih persaudaraan, kedewasaan iman, dan kesaksian Injil yang hidup.

Renungkan: Kehadiran Roh Kudus dalam suatu jemaat harus terlihat pada kehidupan nyata di antara anggota-anggotanya.

(0.08) (Kis 15:1) (sh: Hai gereja, bersatulah! (Minggu, 11 Juni 2000))
Hai gereja, bersatulah!

Kesatuan umat Kristen di Indonesia bisa dikatakan semakin memprihatinkan, karena di tengah tantangan dan penganiayaan, Kristen justru saling berbakuhantam karena perbedaan doktrin/teologi. Kecenderungan gereja hanya peduli untuk mempertahankan warna Kristennya dari 'invasi' warna Kristen lainnya, dibandingkan peduli terhadap ancaman dan tantangan lain yang lebih menakutkan dan bersifat destruktif.

Gereja mula-mula nampaknya juga mengalami hal serupa. Di satu sisi ancaman penyiksaan terus membayangi pertumbuhan gereja, di sisi lain di dalam gereja sendiri timbul konflik teologi. Orang-orang Kristen Yahudi dari Yudea mengajarkan doktrin yang lain kepada Kristen di Antiokhia. Mereka mengatakan bahwa doktrin mereka lebih benar dan membawa kepada keselamatan sejati. Tentu saja teologi ini ditentang keras oleh Paulus dan Barnabas dan akhirnya menimbulkan perdebatan sengit dan menyeret gereja pada keadaan kritis yaitu perpecahan. Untuk mengatasi krisis ini, diadakan pertemuan di Yerusalem.

Di dalam pertemuan inilah dapat ditemukan dasar-dasar persatuan gereja. Tiga rasul, Petrus, Paulus, dan Yakobus yang nampaknya mempunyai teologi saling berseberangan, secara bergiliran berbicara. Dari pembicaraan mereka dapat disimpulkan bahwa pengalaman mereka dan firman Tuhan saling bersesuaian. Hal ini memimpin mereka pada kesimpulan bahwa Injil yang satu yaitu bahwa keselamatan berdasarkan anugerah Allah, berlaku bagi semua manusia. Injil yang satu inilah yang mempersatukan mereka (19-20), mempersatukan gereja. Dengan demikian Kristen tetap utuh dan satu.

Renungkan: Kita bisa mulai mempromosikan kesatuan Kristen di Indonesia dengan mengaplikasikan dalam kehidupan bergereja, apa yang pernah diucapkan oleh John Newton: "Paulus adalah buluh untuk hal-hal yang tidak penting, namun pilar besi untuk hal-hal yang pokok."

Bacaan untuk Hari Pentakosta:

1Korintus 12:4-13 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Ko/T_1Ko12.htm#menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">12:4 Kisah Para Rasul 2:1-13 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis2.htm#2:1 Yohanes 14:15-26 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh14.htm#menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">14:15 Mazmur 104:1-4,24-33 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz104.htm

Lagu: Kidung Jemaat 256

(0.08) (Kis 16:19) (sh: Hukum, politik, dan kuasa Allah (Jumat, 16 Juni 2000))
Hukum, politik, dan kuasa Allah

Di Indonesia, banyak Kristen yang buta permasalahan hukum dan politik. Konsekuensinya: (1)Kristen seringkali dilecehkan oleh pihak lain, (2) Gereja tidak berdaya untuk memberdayakan jemaatnya berkiprah di bidang ini, (3) Gereja 'mengagungkan' kuasa Tuhan secara ekstrim sehingga mengharamkan segala bentuk pemberdayaan intelektual demi kepentingan gereja. Paulus memberikan teladan bagi gereja dalam mengkombinasikan kuasa Allah yang menyertainya dengan hukum dan politik yang ia kuasai.

Paulus dan Silas dijebloskan ke dalam penjara di Filipi karena kelicikan para tuan hamba perempuan yang sudah bertobat itu, yang mengangkat hukum sebagai isu utama untuk menutupi isu ekonomi (21). Dakwaan yang dijatuhkan sudah memenuhi aspek legal, karena hukum Romawi melarang warga negaranya menjalankan tata ibadah sebuah agama yang belum disahkan oleh pemerintah setempat, namun biasanya ada toleransi sejauh agama itu tidak menimbulkan gejolak sosial dan politik (20-21). Di penjara, Paulus dan Silas tetap berdoa seperti yang diajarkan oleh Yesus (Luk. 18:1) dan memuji Tuhan sebagai tanda sukacita. Kesukacitaan di tengah penderitaan yang tidak seharusnya dialami, memanifestasikan keselamatan sejati yang selalu mengatasi segala keadaan. Kuasa kesaksian mereka diperkuat oleh Allah dengan gempa bumi yang mendobrak pintu penjara dan belenggu mereka. Peristiwa ini dan firman Tuhan yang diberitakan Paulus membawa kepala penjara dan seluruh keluarganya kepada keselamatan.

Mengapa mereka tidak segera keluar dan mengapa baru sekarang mereka menggugat (37)? (1) mereka ingin menegaskan bahwa kuasa Allah melebihi segala kekuatan hukum yang dimilikinya sebagai warga negara Romawi, yang tidak boleh didera dan dipenjara tanpa proses pengadilan. (2) ia ingin mengajar para pejabat pemerintah bahwa orang Kristen tidak bisa diremehkan dan dilecehkan begitu saja secara hukum dan politik karena mereka 'melek' hukum. (3) agama Kristen bukanlah agama 'murahan' karena dianut oleh warga negara Romawi yang terhormat.

Renungkan: Nyatakanlah bahwa Kristen Indonesia tidak bisa dilecehkan secara hukum dan politik. Wartakanlah bahwa agama Kristen bukanlah agama kelas 'kacangan' yang dianut oleh orang-orang yang mudah dilecehkan.

(0.08) (Kis 28:17) (sh: Jangan lakukan kristenisasi! (Kamis, 24 Agustus 2000))
Jangan lakukan kristenisasi!

Kemiskinan yang dialami non-Kristen, dipandang sebagai sarana efektif untuk menyampaikan Injil dan membuat mereka `percaya' kepada Kristus. Sehingga menimbulkan kesan bahwa banyak orang menjadi Kristen hanya supaya mendapatkan perawatan kesehatan, sesuap nasi, pendidikan, dan penghidupan yang lebih layak. Dengan kata lain mereka sebetulnya belum siap menjadi Kristen. Mereka `diperdayai' agar mengambil keputusan.

Paulus tidak pernah memanipulasi orang untuk menjadi Kristen, walau ia mempunyai semangat yang tidak pernah padam untuk mengabarkan Injil. Masa 2 tahun yang ia punyai ketika menunggu panggilan dari Kaisar di Roma, Paulus gunakan sebaik-baiknya untuk memberitakan Firman Hidup (31), seperti yang pernah terjadi di Efesus dan Kaisarea. Dia meyakini sepenuhnya bahwa ia adalah seorang prajurit yang selalu siap melaksanakan kewajiban dimana dan kapan saja yaitu berbicara atas nama Allah. Ia pun sangat peduli kepada saudara sebangsanya yaitu orang-orang Yahudi. Ia melakukan berbagai usaha untuk mengundang mereka dan menghabiskan banyak waktu untuk menginjili mereka (17, 23). Namun, sekali lagi, Paulus tidak pernah memanipulasi mereka untuk segera mengambil keputusan menjadi pengikut Kristus.

Paulus mengadakan pertemuan dengan orang-orang Yahudi yang tinggal di Roma. Mereka ada yang hidup sebagai budak maupun sebagai orang merdeka. Ia memberitakan Injil dengan ketulusan dan kemurnian hati kepada mereka. Walaupun demikian, tidak semua menerima Injil. Bahkan yang menolak Injil nampaknya lebih banyak. Namun Paulus tidak memaksa atau memanipulasi dengan menggunakan kelemahan/kekurangan mereka karena sebagian dari mereka adalah budak, agar mereka segera mengambil keputusan yang mereka sendiri belum siap.

Renungkan: Program penginjilan yang selama ini kita lakukan perlu dievaluasi. Karena banyak yang dilakukan hanya dengan menyebut Yesus sebagai Penyembuh, Pemberi damai sejahtera, Pemberi berkat, dlsb. Namun mereka tidak pernah menyebut karya penebusan Kristus atas dosa manusia. Sehingga banyak orang yang mau menjadi Kristen semata-mata supaya ada perbaikan kondisi sosial dan ekonomi. Ini merupakan salah satu bentuk kristenisasi. Yang sangat tragis dari kristenisasi ini adalah usaha ini tidak akan pernah mengantar jiwa ke surga.

**Pengantar Kitab Yeremia**

Yeremia adalah seorang pribadi yang sangat peka, amat terluka karena penolakan yang dilakukan oleh teman-teman sezamannya (menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11:21). Ia dilahirkan dari keluarga imam, keturunan Abyatar (1Raj. 2:26) dan tinggal di Anatot (32:8). Ia dilahirkan kira-kira menjelang akhir pemerintahan Manasye. Masa pelayanannya kira-kira 40 tahun, dimulai kira-kira tahun 627 sM pada tahun ke-13 pemerintahan Yosia dan berlanjut hingga melewati masa kejatuhan Yerusalem karena serangan Nebukadnezar di tahun 586 sM. Ketika Yehuda di bawah pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, Yeremia mengalami banyak penderitaan fisik di tangan musuh-musuhnya. Namun nyawanya tetap selamat dan setelah Yerusalem jatuh, Yeremia diizinkan tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang ditinggal di Yerusalem (39:14). Dia kemudian diangkut bersama-sama mereka ke Mesir (43:4-7).

Sejak pemerintahan Yosia, Yehuda mendapatkan ancaman dari bangsa-bangsa lain sampai akhirnya dikuasai Babel. Misi Yeremia adalah untuk menyerukan kepada Yehuda agar tunduk kepada penguasa asing sebagai disiplin dari Allah. Namun para raja dan rakyat Yehuda dengan sangat keras menentang khotbah Yeremia, bahkan mereka menolak Allah dan berpaling kepada dewa-dewa asing. Puncaknya, penolakan Yehuda untuk tunduk menyebabkan kekuatan Babel yang besar menyerang Yerusalem. Beberapa pasal kitab ini disebut buku harian rohani (menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11:18-12:6; 15:10-21; 17:5-10,14-18; 18:18-23; 20:7-18), karena Yeremia seringkali membagikan pengalaman rohaninya.

Kitab yang dulunya ditujukan kepada bangsa yang memberontak pada saat negaranya dalam bahaya besar, mengundang kita untuk mendengarkan dan menerapkan firman Tuhan ke dalam zaman kita sekarang ini. Kitab ini juga akan mendorong kita untuk meneladani semangat dari seorang hamba Tuhan yang seringkali hampir putus asa namun terus bergumul dengan Allah dalam doa dan dengan gagah berani menentang dosa dan orang-orang berdosa pada zamannya.

Penulis dan waktu penulisan.

Bukti-bukti kuat yang ada dalam kitab ini mengidentifikasikan Yeremia sebagai penulis buku ini. Hampir semua tulisannya sudah selesai dikumpulkan sesaat sebelum jatuhnya Yerusalem pada tahun 586 sM.

(0.08) (2Kor 7:2) (sh: Allah menyebabkan dukacita? (Minggu, 13 September 1998))
Allah menyebabkan dukacita?

Dukacita, dari Allah atau dari dunia? Mungkin kita bertanya bukankah Allah itu sumber keselamatan? Bukankah keselamatan itu berarti sukacita dan damai sejahtera? Bagaimana mungkin Allah menyebabkan dukacita? Hari ini Alkitab mengajak kita memahamai tempat dukacita dalam kehidupan umat yang ditegur keras oleh hamba Allah. Kalau Paulus menegur mereka dengan keras dalam suratnya pertama tentang berbagai hal yang tidak beres, bukan berarti Paulus mengecilkan mereka. Sebaliknya Paulus tetap bangga akan jemaat satu ini yang jelas adalah hasil pelayanannya juga (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">2-4). Sebagai hamba Tuhan sejati, Paulus tak pernah akan melupakan berbagai dukungan yang telah diperlihatkan jemaat ini dalam keterlibatan mereka mendukung pelayanan Paulus (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">5-7). Justru karena kasih dan merasa diri akrab itulah Paulus rela menimbulkan kepedihan dan dukacita dalam jemaat itu.

Suka mendukakan orang? Paulus tidak sadis, ketika ia bersuka bahwa jemaat Korintus itu mengalami dukacita yang dalam. Paulus bisa diumpamakan seorang ayah yang bersuka melihat teguran atau hajarannya atas kenakalan anaknya menghasilkan penyesalan yang tulus. Anugerah Tuhan tidak boleh diperlakukan secara obralan. Pengampunan Tuhan bagaikan kesembuhan yang hanya terjadi bila orang melalui proses pengobatan yang pedih, sakit, pahit.

Dalam pelayanan kita ingin segera melihat orang menyambut janji-janji Allah dengan sukacita. Itu tidak benar. Sukacita sejati karena mengalami pengampunan dan pemulihan dari Allah hanya diterima oleh mereka yang mengalami berbagai aspek pertobatan seperti: kesungguhan yang besar, keinginan berubah, kemarahan terhadap dosa, takut akan Allah, semangat yang benar, mengakui dosa sebagaimana adanya (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11).

Renungkan: Kasih sejati tidak lembek, membiarkan orang dalam dosa melainkan tegas menegur, menasihati, menyatakan kesalahan, membimbing dengan kuasa ilahi.

(0.08) (Gal 5:1) (sh: Tetap merdeka atau menjadi hamba? (Rabu, 15 Juni 2005))
Tetap merdeka atau menjadi hamba?


Apa daya tarik ajaran yang menjadikan usaha menaati hukum Taurat sebagai jalan keselamatan yang membuat orang berpaling dari Injil anugerah? Jawabannya: Gengsi. Menerima anugerah berarti mengaku tidak berdaya. Sebaliknya dengan melakukan Taurat berarti bisa membanggakan diri telah mengerjakan keselamatan untuk diri sendiri!

Paulus menghimbau jemaat Galatia untuk kembali setia kepada ajaran Injil sejati dan menolak injil palsu yang mau memperhamba diri mereka pada Taurat (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">1). Orang yang kembali kepada hukum Taurat akan menerima konsekuensi sbb. Pertama, ia ada dalam bahaya di luar keselamatan karena menolak karya Kristus di salib (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">2,4). Baginya Kristus tidak dapat menyelamatkan dirinya. Hanya ia sendiri yang dapat menyelamatkan diri melalui menaati hukum Taurat. Kedua, hukum Taurat menjadi alat pendakwa dirinya karena keselamatannya bergantung penuh kepada kemampuannya menaati secara sempurna hukum tersebut (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">3-4). Jemaat Galatia sudah memiliki anugerah keselamatan itu, maka mereka seharusnya tidak membiarkan diri disesatkan (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">6-9). Namun, Paulus yakin bahwa jemaat Galatia tidak akan murtad. Sebaliknya, mereka akan berjuang melawan penyesat-penyesat itu. Penyesat-penyesat itu harus dibasmi karena kalau tidak mereka akan merusak keharmonisan gereja. Paulus yakin mereka akan dihukum Tuhan (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">10).

Gereja harus berani bertindak tegas terhadap orang-orang yang memaksakan berbagai peraturan sebagai syarat untuk diselamatkan. Kalau hal ini dibiarkan akan menimbulkan kekacauan. Akan ada orang-orang yang menyombongkan diri oleh karena mereka sudah taat melakukan peraturan-peraturan tersebut. Sebaliknya juga akan banyak orang merasa bersalah dan berdosa karena tidak dapat dengan sempurna melakukannya.

Camkan: Setiap ajaran yang menekankan perbuatan menambahi atau bahkan menggantikan kasih karunia hanya akan membuahkan kesombongan dan perpecahan dalam gereja!

(0.08) (Ef 2:11) (sh: Keajaiban Allah berlaku universal (Selasa, 4 November 2003))
Keajaiban Allah berlaku universal

Dosa menyebabkan orang melupakan Allah. Akibatnya egoisme, curiga, sombong, dan perseteruan antaretnis menyambangi kehidupan manusia. Dalam keadaan demikian bagaimana mungkin kita dapat bersekutu dengan Allah di dalam hadirat-Nya? Komunitas Allah di sini tidak lagi menunjuk pada etnis Yahudi saja, tetapi juga kepada etnis non Yahudi. Oleh sebab itu Paulus menempatkan etnis non Yahudi sebagai umat yang juga dapat menikmati karya Kristus (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">13). Paulus menjelaskan hal ini karena kebanyakan petobat baru di jemaat Efesus berasal dari etnis non Yahudi, dan mereka sungguh mengetahui dan menyadari bahwa program Allah dalam Perjanjian Lama sebagian besar memang hanya melibatkan orang-orang etnis Yahudi. Kondisi ini menimbulkan kesombongan dalam diri orang-orang Yahudi yang selalu berusaha agar orang-orang non Yahudi tidak pernah melupakan hal itu. Bangsa Israel salah besar jika menganggap Allah dan karya-Nya adalah mutlak hak mereka, sebab Allah juga berjanji bahwa Ia akan menciptakan “damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat” (bdk. Yes. 57:19); dan janji itu dipenuhi dalam Yesus Kristus. Melalui peristiwa salib, Yesus Kristus tidak hanya memperdamaikan perseteruan etnis Yahudi dengan etnis non Yahudi, tetapi memperdamaikan keduanya dengan diri-Nya dalam satu tubuh yaitu jemaat (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">13-18). Umat yang diperdamaikan itu dilihat sebagai Bait Allah Perjanjian Baru. Penggenap perjanjian Allah itu bukan pada bangunannya tetapi pada persekutuan yang hidup dari anggota keluarga Allah yang didasari oleh pewartaan janji Allah melalui para nabi PL dan kesaksian para rasul tentang Kristus.

Renungkan: Di dalam ibadah, pergaulan, dan karya kita, sepatutnyalah nama Tuhan ditinggikan.

(0.08) (Ef 6:1) (sh: Mendidik dan melayani (Kamis, 13 November 2003))
Mendidik dan melayani

Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">9).

Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.

(0.08) (1Tim 2:8) (sh: Hidup dan beribadah dengan layak (Senin, 10 Juni 2002))
Hidup dan beribadah dengan layak

Bertolak dari nasihat Paulus kepada Timotius dan jemaat dalam melakukan tugas menaikkan permohonan, doa syafaat, dan ucapan syukur (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">1), Paulus kini membahas masalah sikap yang pantas dalam ibadah, terutama bagi kaum laki-laki dan perempuan. Semuanya harus dilakukan dengan cara yang tidak mencemarkan kesaksian jemaat.

Ada banyak perdebatan mengenai bagaimana menafsirkan ayat-ayat yang membahas kaum perempuan. Untuk itu, ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, 1Tim. 2:8-15 paling baik ditafsirkan sebagai bagian yang ditujukan kepada kondisi khusus yang dialami pada waktu itu oleh jemaat Efesus, dan Timotius sebagai gembala jemaat. Para pengajar sesat (lih. ps. 1) rupanya memanfaatkan ketidaktahuan para jemaat perempuan di Efesus. Akibat pengajaran mereka, tindakan para perempuan ini menjadi batu sandungan bagi lingkungan sekitar (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">9-10), dan menimbulkan masalah di dalam jemaat (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11-12). Situasi ini menuntut Paulus bertindak.

Para laki-laki dituntut untuk hidup dalam kasih persaudaraan (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">8). Amarah dan perselisihan akan menjadi batu sandungan, dan mencemarkan doa mereka (menadahkan tangan adalah sikap doa yang lazim pada masa itu). Bagi kaum perempuan, mengingat peliknya situasi, Paulus menegaskan beberapa hal. Pertama, perempuan hendaknya berdandan dengan pantas. Ayat ini tidak bermaksud untuk melarang kaum perempuan untuk mengenakan perhiasan apa pun. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa rincian hiasan di ay. menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">9, waktu itu di Efesus, biasa mencirikan para pelacur. Kedua, mengingat apa yang telah terjadi, para perempuan diwajibkan untuk belajar kembali dengan patuh (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11). Juga tidak lagi mengajar, apalagi memaksa untuk mengambil alih otoritas pengajaran karena merasa diri benar (ayat menimbulkan+cemburu-Nya&tab=notes" ver="">11-12).

Renungkan: Ibadah dan kehidupan jemaat tidak boleh seperti kelas yang bising karena para murid menyanyi dan beraktivitas sesuka hatinya. Tiap-tiap pribadi dalam jemaat haruslah hidup dan beribadah dengan cara yang layak dan bertanggung jawab di hadapan Tuhan dan sesama, sehingga menjadi paduan orkes yang harmonis, indah, dan menarik hati orang yang mendengarkannya.



TIP #06: Pada Tampilan Alkitab, Tampilan Daftar Ayat dan Bacaan Ayat Harian, seret panel kuning untuk menyesuaikan layar Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA